Dokumen ini berisi wawancara dengan Adnan Khan, seorang pengamat politik Dunia Islam, mengenai situasi politik di Timur Tengah khususnya Mesir, Suriah, dan Turki. Ia menjelaskan bahwa rezim militer Mesir melakukan penindasan terhadap kelompok Islam seperti Ikhwanul Muslimin. Di Suriah, kelompok pemberontak Islam menghadapi tantangan dari rezim Assad dan campur tangan Barat. Ia juga menyatakan bahwa Turki tidak se
Adnan khan umat harus menuntut perubahan total, bukan parsial
1. 4/3/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Adnan Khan: Umat Harus Menuntut Perubahan Total, Bukan Parsial
Adnan Khan: Umat Harus Menuntut Perubahan Total,
Bukan Parsial
March 4th, 2014 by solihan
Timur Tengah masih terus bergejolak. Arab Spring, yang tadinya diharapkan membawa
perubahan berarti untuk umat Islam, ternyata jauh dari harapan. Kondisi malah makin memanas
terutama di Mesir, dengan kembalinya rezim militer di bawah pimpinan Jenderal as-Sisi yang
pro Barat. Kondisi yang masih bergejolak terjadi di Tunisia, Suriah, dan wilayah Timur Tengah
lainnya. Untuk menggambarkan peta politik dan trend Timur Tengah 2014, Redaksi mewancara
Adnan Khan, pengamat politik Dunia Islam yang bermukim di Inggris. Berikut petikannya.
[Redaksi]
Bagaimana Anda menjelaskan Mesir saat ini yang semakin represif dan anti Islam?
Situasi di Mesir sekarang telah benar-benar terbalik. Segala sesuatu yang dicapai dalam
penggulingan Hosni Mubarak dan munculnya Ikhwanul Muslimin (IM) telah benar-benar diakhiri
oleh tentara. Militer Mesir di bawah Jendral Sisi telah bekerja untuk benar-benar
menghancurkan IM dan setiap ancaman yang mungkin muncul melawan kekuasaan mereka
untuk mempertahankan perannya di negara itu. Tentara dan polisi menembaki ratusan
pendukung Mursi yang berkumpul di Kairo dalam berbagai protes. Ratusan orang terbunuh
dalam apa yang digambarkan oleh Human Rights Watch sebagai “insiden paling serius dari
pembunuhan massal di luar hukum dalam sejarah Mesir modern.” Suatu pengadilan sandiwara
telah dibuat saat Morsi dan anggota IM lainnya diadili karena “melakukan tindakan kekerasan
dan menghasut pembunuhan dan premanisme.”
Pada tanggal 25 Desember 2013, pemerintah yang didukung militer Mesir menetapkan IM
sebagai organisasi teroris serta mengkriminalisasikan semua kegiatan dan keuangannya.
Semua ini telah dilakukan dalam perjanjian lengkap dengan AS saat Menteri Luar Negeri AS
John Kerry menegaskan kembalinya rezim militer untuk: “memulihkan demokrasi.” Penindasan
oleh rezim militer adalah untuk menghancurkan setiap ancaman terhadap rezim.
Mengapa AS dan Barat cenderung mengabaikan tindakan represif dari Jendral Sisi yang
sangat tidak demokratis dan bertentangan dengan HAM?
Barat dalam kampanye terhadap Dunia Islam terus mengatakan akan mendukung hak-hak
kebebasan, demokrasi dan HAM. Namun dalam kenyataannya, hal ini tidak pernah terjadi.
Semua ini terjadi bukan karena para pemimpin yang korup di Washington, London atau Paris,
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/04/adnan-khan-umat-harus-menuntut-perubahan-total-bukan-parsial/
1/6
2. 4/3/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Adnan Khan: Umat Harus Menuntut Perubahan Total, Bukan Parsial
tetapi karena nilai-nilai itu dalam realitanya hanya untuk negeri-negeri mereka. Di negeri-negeri
Muslim, Barat telah secara aktif mendukung para penguasa seperti Gaddafi, Mubarak dan Ben
Ali yang melindungi kepentingan-kepentingan Barat di negara masing-masing dengan
mengorbankan penduduk di dalam negeri. Hal ini bukanlah penyimpangan dari nilai-nilai liberal,
namun sebenarnya adalah kepatuhan total atas nilai-nilai mereka. Rezim kapitalis di dunia
Barat selalu membangun kebijakan luar negeri mereka berdasarkan kepentingan korporasi
(perusahaan). Kebijakan kolonial seperti itu muncul untuk mempertahankan dominasi mereka
sendiri di dunia; juga untuk mengeksploitasi dan menjarah negara-negara yang lebih lemah
dengan cara-cara ekonomi, politik dan militer. Dukungan Barat kepada para rezim tiran
hanyalah salah satu alat dalam kebijakan yang lebih luas yang telah berusia berabad-abad ini.
Hubungan AS dengan Mesir didasarkan pada perlindungan Mesir atas kepentingankepentingan AS di kawasan itu, yang terutama untuk memecah umat Islam melalui normalisasi
hubungan dengan Israel. Inilah sebabnya mengapa AS telah memberikan bantuan senilai lebih
dari $ 1 miliar pertahun sejak Mesir menandatangani perjanjian normalisasi hubungan dengan
Israel pada tahun 1979.
Bisakah peristiwa di Mesir dan di Tunisia dianggap sebagai kemenangan pemerintah liberal
yang didukung militer melawan kelompok Islam yang menuntut pemerintahan Islam?
Ya. Di Mesir khususnya tentara mengamati dari balik layar ketika Ikhwanul Muslimin menyapu
kekuasaan. Pada saat mereka berkuasa, militer melakukan segalanya untuk melemahkan
kekuasaan Ikhwan termasuk merintangi jalan pada isu-isu dasar mengenai pengelolaan
departemen pemerintah. Semua ini menggerogoti pemerintah Mursi. Di Tunisia oposisi sekular
memastikan Al-Nahda tidak pernah bisa memerintah secara efektif dengan menentang setiap
kebijakannya. Semua ini telah menjadi kemenangan bagi militer dan Barat karena mereka
telah mempertahankan status quo selama periode perubahan.
Apa pelajaran penting yang bisa diambil dari ‘kegagalan’ partai-partai yang berbasis Islam di
Mesir (Ikhwanul Muslimin) dan di Tunisa (An-Nahda)?
Ketika berkuasa, partai-partai Islam gagal menerapkan Islam, mereka percaya bahwa Islam
hanya bisa diterapkan secara bertahap. Meskipun pemberontakan awal dilakukan oleh rakyat,
hal ini dengan cepat dibajak oleh Barat yang ditopang oleh kelompok-kelompok alternatif,
individu-individu dan organisasi-organisasi untuk memastikan tidak terjadinya perubahan yang
nyata. Perubahan di dunia Muslim tidak dapat terjadi jika kurang dari 100% (tidak menyeluruh).
Kalau perubahan itu tidak menyeluruh, sistem yang korup masih akan tetap di tempat. Apa
yang merupakan pemerintahan Islam tetap buram dalam pikiran rakyat. Serangan balik
terhadap IM di Mesir dan An-Nahda di Tunisia adalah karena ketidakmampuan mereka untuk
meningkatkan standar hidup, inflasi dan kemakmuran; bukan karena mereka meninggalkan
Islam. Pasalnya, An-Nahda secara terbuka sudah meninggalkan Islam, sementara IM di Mesir
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/04/adnan-khan-umat-harus-menuntut-perubahan-total-bukan-parsial/
2/6
3. 4/3/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Adnan Khan: Umat Harus Menuntut Perubahan Total, Bukan Parsial
mencoba untuk membenarkan pengabaian mereka atas Islam dengan mengklaim bahwa Islam
harus diterapkan secara bertahap. Semua ini menunjukkan bahwa masih adanya opini publik
untuk perubahan dan juga untuk Islam, namun bentuk dan wujud pemerintahan Islam masih
samar-samar dalam pikiran masyarakat.
Bagaimana Anda menjelaskan kondisi di Suriah saat revolusi Islam dan kaum Mujahidin
telah menghadapi tantangan serius dari Barat karena mereka menolak demokrasi?
Mantan Dubes AS untuk Suriah, Ryan Crocker, menguraikan strategi Barat : “Kita perlu meraih
masa depan Suriah yang mencakup Assad dan menganggap bahwa seburuk-buruknya dia,
masih ada yang lebih buruk lagi.”
Strategi Barat yang bekerjasama dengan negara-negara di wilayah itu adalah untuk
melemahkan para pejuang yang secara terbuka menyerukan Islam. Terdapat kelompokkelompok perlawanan individual yang jumlahnya kecil masuk melalui Arab Saudi, Turki, Qatar
dan Yordania mencari cara untuk melemahkan kelompok-kelompok Islam. Mereka
menginfiltrasi aliansi-aliansi yang lebih besar untuk melemahkan kemampuan mereka
(kelompok-kelompok Islam). Strategi infiltrasi ini tampaknya adalah taktik untuk melemahkan
para pejuang Islam. Ini adalah strategi yang mirip dengan apa yang dilakukan di Irak.
Konferensi Jenewa juga bertujuan untuk mengeksploitasi kesenjangan pertikaian antara
kelompok-kelompok pejuang melalui demarkasi antara kelompok-kelompok pejuang itu, baik
secara politik maupun militer, serta melabeli mereka sebagai kelompok moderat dan radikal
untuk lebih memperluas pemecahan ini. Dengan cara ini Barat dapat mengajak kelompok
moderat dalam road map mereka dan mengisolasi kelompok yang mereka cap radikal.
Bagaimana solusi dari krisis di Suriah saat ini?
Di manapun di Suriah, strategi perang rezim al-Assad adalah untuk menghancurkan kelompok
oposisi dengan menggunakan kekuatan besar, mengepung kota-kota dan menembaki
penduduk tanpa pandang bulu, untuk membasmi para pejuang. Meskipun rezim Assad memiliki
lebih banyak senjata, mereka telah gagal untuk membendung para pejuang yang berbaris
masuk ke Damaskus. Satu demi satu keuntungan yang diperoleh Assad menghilang.
Serangan serampangan oleh rezim itu memaksa umat untuk mengatur diri ke dalam kelompokkelompok pejuang dan menentang rezim. Para pejuang menghadapi pasukan rezim dengan
memanfaatkan taktik gerilya, menargetkan dan memotong jalur pasokan bagi pasukan rezim di
seluruh negeri. Kelompok-kelompok pejuang saat ini menguasai lebih banyak wilayah yang
dikuasai oleh al-Assad, namun wilayah-wilayah yang penting masih tetap di tangan rezim.
Pada akhir tahun 2013, rezim al-Assad mempertahankan operasinya dengan sukses yang
dilakukan secara bersamaan di Aleppo dan Damaskus, wilayah-wilayah yang menunjukkan
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/04/adnan-khan-umat-harus-menuntut-perubahan-total-bukan-parsial/
3/6
4. 4/3/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Adnan Khan: Umat Harus Menuntut Perubahan Total, Bukan Parsial
bahwa pasukan rezim telah benar-benar telah menjadi kuat. Namun, hal ini hanya mungkin
karena ketergantungan luar biasa rezim terhadap pasukan asing dan pasukan non-reguler. Hal
ini menunjukkan betapa lemahnya sebenarnya militer Suriah.
Solusinya bagi para pejuang adalah dengan melanjutkan apa yang mereka telah lakukan dan
memastikan mereka tidak terpengaruh.
Dalam hal krisis di Timur Tengah, khususnya di Suriah, bagaimana posisi Turki? Apakah
krisis ini juga dipengaruhi oleh AS?
Turki telah memainkan peran sentral dalam memberikan tempat dan membangun strategi
Amerika dengan membawa wajah-wajah baru yang setia untuk bernegosiasi dengan rezim.
Turki melatih para pembelot dari Tentara Suriah di wilayahnya. Pada bulan Juli 2011 kelompok
mereka mengumumkan lahirnya Tentara Pembebasan Suriah (Free Syrian Army) di bawah
pengawasan intelijen militer Turki. Turki telah menempatkan para pimpinan FSA. Wilayah Turki
Selatan telah digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Suriah.
Peran Turki di dunia jelas diuraikan oleh Erdogan pada pertemuan Partai AKP, “Hari ini Turki
tertarik pada sebagian besar masalah di dunia di mana Amerika Serikat juga tertarik. Kami
memiliki visi yang sama dalam spektrum yang sangat luas dari Afganistan hingga Irak,
Palestina dan Balkan. Namun, yang paling penting kami berada dalam kerjasama yang
konkrit. Sebagaimana yang dikatakan oleh Obama dalam kunjungannya, kami telah
memasuki fase model kemitraan dan kami bertindak sesuai dengan model ini. Ada
beberapa hal yang kami bisa umumkan ke publik dan ada beberapa hal yang tidak dapat
diumumkan. Mereka yang ingin merintangi hubungan Turki-Amerika mengabaikan kualitas
multidimensi dan kedalaman hubungan ini.”
Bagaimana Anda melihat prospek Turki yang dianggap sebagai model ideal hubungan
Islam dengan politik/negara?
Turki tidak mewakili model pemerintahan bagi umat Islam. Dalam kenyataannya, Turki adalah
negara sekular dan memiliki kepentingan nasional sebagaimana yang didorong oleh negerinegeri Barat. Model pemerintahan Turki secara alami sebenarnya didorong oleh nasionalisme
dan pragmatisme dengan beberapa slogan-slogan Islam. Islam hampir tidak memainkan peran
dalam kebijakan luar negeri Turki. Contoh paling jelas dari hal ini adalah kelanjutan hubungan
Turki yang dipimpin Erdogan dengan Israel yang nyata-nyata tidak dibolehkan dalam Islam.
Sejak berkuasa, AKP telah berkembang sangat dekat dengan AS. Bahkan AKP telah bekerja
untuk menerapkan kebijakan global AS dan bersedia memainkan peran sebagai agen AS.
Turki telah memainkan peran sentral dalam negosiasi tidak langsung pada tahun 2011 antara
faksi-faksi Palestina dan Israel untuk membawa penyelesaian atas masalah-masalah yang
mengharuskan umat meninggalkan sebagian besar tanahnya untuk warga Israel.
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/04/adnan-khan-umat-harus-menuntut-perubahan-total-bukan-parsial/
4/6
5. 4/3/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Adnan Khan: Umat Harus Menuntut Perubahan Total, Bukan Parsial
Bagaimana peluang dan tantangan umat Islam dalam konteks pendirian Negara Khilafah
saat ini?
Pada dekade terakhir, kita telah melihat sebagian dari nilai-nilai inti Barat yang terkikis dan
terlempar keluar atas nama terorisme: invasi ke Irak dan Afganistan, Guantanamo Bay,
penggunaan senjata kimia dan praktik rendisi luar biasa yang menggantikan pengadilan atas
orang-orang yang tidak bersalah hingga terbukti bersalah, dll. Krisis ekonomi global juga telah
menggerogoti pasar bebas dan model ekonomi Barat. Korupsi di Amerika Serikat dan Inggris
telah menggerogoti politik mereka. Semua ini menyajikan kesempatan yang ideal untuk
menampilkan sistem alternatif bagi dunia. Negara-negara Eropa seperti Yunani menderita di
tangan negara-negara yang lebih kaya yang berusaha untuk mempertahankan kapitalisme.
Kapitalisme kini telah kehilangan otoritas moralnya. Inilah alasannya mengapa Barat sangat
bersemangat untuk memastikan perubahan Islam tidak terjadi di Suriah karena akan menjadi
alternatif bagi kapitalisme.
Tantangan utama yang dihadapi umat adalah upaya musuh untuk melemahkan Islam (deluting
Islam) atau menerima kompromi kesepakatan, seperti yang telah terjadi di negara-negara
seperti Mesir dan Tunisia. Umat harus memastikan terus tuntutannya bagi perubahan. Hal ini
harus menjadi perubahan total dan bukan sekadar perubahan saja.
Apa saja poin-poin penting yang harus dilakukan umat Islam pada masa depan?
Umat perlu menyajikan Islam kepada dunia seperti apa adanya dan tidak perlu ‘mencairkan’
Islam. Mencairkan Islam tidak akan memecahkan masalah umat sebagaimana yang disadari
oleh Ikhwanul Muslimin sekarang. Umat perlu menyajikan solusi Islam sebagai alternatif
kapitalisme yang secara konsisten gagal memberikan kemakmuran ekonomi, bebas dari
korupsi politik dan stabilitas. Umat perlu terus melanjutkan—yang start-nya adalah Arab
Spring—untuk melenyapkan para penguasa mereka dan menggantinya dengan para penguasa
Islam yang tulus. Umat jangan sampai tertipu untuk menerima kompromi atau perubahan
parsial, umat memerlukan perubahan total. [rz]
Baca juga :
1. Pakistan: Raksasa yang Terlelap (Laporan Adnan Khan dari Pakistan)
2. HIP ke-11 Lampung: Perubahan Rezim Saja Tidak Cukup, Harus Disertai Perubahan
Sistem
3. Mesir: Umat Kristen Menuntut Penerapan Syariah Islam Dalam Konstitusi
4. Mayoritas Umat Muslim Amalkan Alquran Secara Parsial
5. Parlemen Bukan Satu-satunya Jalan Perubahan
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/04/adnan-khan-umat-harus-menuntut-perubahan-total-bukan-parsial/
5/6
6. 4/3/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Adnan Khan: Umat Harus Menuntut Perubahan Total, Bukan Parsial
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/04/adnan-khan-umat-harus-menuntut-perubahan-total-bukan-parsial/
6/6