SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
78
BAB III
PENGUJIAN KONVEKSI
3.1 PENDAHULUAN
Pada peristiwa perpindahan panas secara konveksi, perpindahan panas terjadi karena
terbawa aliran fluida. Secara termodinamika, konveksi dinyatakan sebagai aliran
entalpi, bukan aliran panas [1].
Gambar 3.1 Skema Perpindahan Panas Konveksi [2].
Pengelompokan aliran pada perpindahan konveksi berdasarkan dari bilangan
reynolds. Jenis aliran ada 2 yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Aliran laminar
dimana bilangan Reynold ≤ 2300 dan aliran turbulen jika bilangan Reynold ≥ 2300.
Perpindahan panas secara konveksi penting hal ini karena banyaknya penggunaan
perpindahan panas konveksi dalam kehindupan sehari-hari contohnya yaitu pendinginan
radiator pada mesin mobil. Pendinginan air radiator pada mobil memanfaatkan
perpindahan panas secara konveksi.
79
3.2 DASAR TEORI
Penyelesaian soal-soal perpindahan kalor secara kuantitatif biasanya didasarkan
pada neraca energi dan perkiraan laju perpindahan kalor. Perpindahan panas akan terjadi
apabila ada perbedaan temperatur antara dua bagian benda. Panas akan berpindah dari
temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Panas dapat berpindah dengan tiga
cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Panas akan berpindah secara estafet dari
suatu partikel ke partikel yang lainnya dalam medium tersebut. Pada peristiwa konveksi,
perpindahan panas terjadi karena terbawa aliran fluida. Secara termodinamika, konveksi
dinyatakan sebagai aliran entalpi, bukan aliran panas [1].
Konveksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa.
Dimana konveksi alami adalah konveksi yang terjadi akibat pemaksaan oleh gaya
apung, dimana karena perbedaan massa jenis yang diakibatkan oleh variasi suhu pada
fluida. Sedangkan konveksi paksa terjadi ketika aliran disebabkan oleh gaya dari luar,
seperti kipas, pompa, atau angin di atmosfer [3].
Gambar 3.2 menunjukkan skema dari konveksi paksa
Gambar 3.2 Skema konveksi paksa [3].
80
Gambar 3.3 menunjukkan skema dari konveksi alami
Gambar 3.3 Skema konveksi alami [3].
3.2.1 Pengetahuan Umum Konveksi
Konveksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa.
Dimana konveksi alami adalah konveksi yang terjadi akibat pemaksaan oleh gaya
apung, dimana karena perbedaan massa jenis yang diakibatkan oleh variasi suhu pada
fluida. Sedangkan konveksi paksa terjadi ketika aliran disebabkan oleh gaya dari luar,
seperti kipas, pompa, atau angin di atmosfer [3].
Laju perpindahan kalor suatu benda sebanding dengan beda temperatur antara
benda dengan fluida sekelilingnya. Dapat dirumuskan menjadi
Q = h.A.(To - T∞).
Dimana :
Q = laju perpindahan kalor (W)
h = koefisien perpindahan panas (W/m2K)
A = Luas permukaan objek (m2)
To = Temperatur permukaan objek (K)
T∞ = Temperatur lingkungan/fluida (K) [4].
81
Laju perpindahan kalor (Q) merupakan besarnya perpindahan panas yang terjadi
terhadap suatu objek. Koefisien perpindahan panas (h) merupakan koefisien konveksi
aliran. Luas permukaan objek (A) adalah luas permukaan yang dikenakan perpindahan
panas. Ada beberapa rumus luasan yaitu :
a. Pada plat datar (A = P x L)
b. Pada silinder (Ar = 2πrL)
Gradien temperatur (∆T) merupakan selisih temperatur antara temperatur objek dan
temperatur lingkungan/fluida [5].
3.2.2 Tujuan Praktikum Konveksi Paksa
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Praktikan dapat menentukan koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk
variasi tertentu seperti laju alir, temperatur udara keluar dan temperatur dinding
pada pipa horizontal.
2. Praktikan menemukan korelasi antara bilangan Reynolds untuk menentukan
kecepatan laju alir dan bilangan Nusselt untuk mengetahui temperatur dinding
[1].
3.2.3 Rumus Perhitungan Konveksi Paksa
Rumusan konveksi paksa erat hubungannya dengan angka Reynolds (Re),
Prandtl (Pr), Nusselt (Nu). Ketiga bilangan ini membentuk persamaan:
Nud = C . Red
m . Prn
Ket : Nud = Bilangan Nusselt
Red = Bilangan Reynold
Pr = Bilangan Prandtl
n = 0,4 (Pemanasan)
0,3 (Pendinginan)
Dimana C, m, dan n adalah konstanta yang harus ditentukan dari percobaan [6].
82
1. Bilangan Reynold
Bilangan tak berdimensi yang mengukur rasio gaya inersia dari fluida dengan
viskositas. Digunakan untuk menentukan kriteria aliran laminar dan turbulen [5].
𝑅𝑒 𝑑 =
𝜌𝜇 𝑚 𝑑
𝜇
Ket: Red = bilangan Reynold
µm = laju aliran udara (m/s)
ρ = massa jenis (kg/m3)
d = diameter (m)
µ = viskositas fluida (kg/m.s)
Batasan:
- Aliran Laminar (Re ≤ 2300)
- Aliran Turbulen (Re ≥ 2300) [1].
2. Bilangan Prandtl
Bilangan Prandtl merupakan bilangan yang digunakan sebagai perbandingan
viskositas kinematik fluida terhadap difusivitas termal fluida.
Pr =
a
v
=
k
cp
.
Dimana: v = viskositas kinematik
a = difusivitas termal (m2/s)
µ = viskositas dinamik (kg/m.s)
Cp = koefisien panas gas (kJ/kg.°C) [6].
Untuk aliran dalam pipa, seperti halnya aliran melewati plat datar profil
kecepatan serupa dengan profil suhu untuk fluida yang mempunyai bilangan
Prandtl satu.
3. Bilangan Nusselt
83
a. Aliran laminar berkembang penuh
Nud = 1,86(Red x Pr)
1
3⁄
(
D
L
)
1
3⁄
(
μ
μw
)
1
3⁄
Batasan Red.Pr
𝐷
𝐿
> 10
Ket: Nud= bilangan Nusselt
µ = viskositas dinamik (kg/m.s)
µw= viskositas dinding (kg/m.s)
D = diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m) [6].
b. Aliran turbulen berkembang penuh
Berdasar Sneider & Tate:
Nud = 0,027 Red
0,8
Pr
1
3⁄
(
μ
μw
)
0,14
Ket: Nud = bilangan Nusselt
µ = viskositas dinamik (kg/m.s)
µw= viskositas dinding (kg/m.s) [1].
c. Aliran turbulen berkembang penuh pada tabung licin
Nud = 0,023. Red
0,8.Prn
Batasan : n = 0,4 (Pemanasan)
n = 0,3 (Pendingin)
0,6 < Pr < 100 (untuk aliran turbulen yang tidak berkembang sepenuhnya
didalam tabung licin dan dengan beda suhu moderat antara dinding fluida) [6].
4. Variabel perpindahan panas konveksi
84
Q = h. A.∆T
Keterangan : 𝑸 = Perpindahan Kalor (joule)
h = Koefisien Konveksi
A = Luas Penampang (m2)
T = Suhu (kelvin)
5. Koefisien Perpindahan Kalor
udN
D
k
h  (W/m2.oC)
Dimana : h = koefisien perpindahan kalor (W/m2.°C)
K = konduktivitas termal (W/m.oC)
Nud = Nusselt number [1].
6. Pemanas Heater
Qheater = h. 2π. r. L ( Tw- Tb ) (Watt)
Ket: Q = Banyaknya kalor (Watt)
h = Koefisien perpindahan kalor (W/m2.°C)
r = Jari-jari (m)
L = Panjang Pipa (m)
Tb = Temperatur udara keluar (°C)
Tw = Temperatur dinding (°C) [6].
7. Suhu Limbak/Suhu Film
2
bw
f
TT
T


Ket: fT = Suhu film (°C)
85
Untuk konsep suhu limbak (bulk temperatur) yaitu perpindahan kalor yang
melibatkan aliran dalam saluran tertutup, energi total yang ditambahkan dapat
dinyatakan dengan beda suhu-limbak:
𝑄̇ = 𝑚̇ 𝑐 𝑝(𝑇 𝑤 − 𝑇𝑏)
Ket : 𝑚̇ = massa per satuan waktu (m/kg)
cp = kalor jenis pada tekanan konstan(Joule/Kg oC)
Tw = temperatur dinding (0C)
Tb = temperatur bulk (0C) [6].
3.2.4 Aplikasi Konveksi Paksa
Gambar 3.5 Skema Perpindahan Panas pada Radiator [7].
Salah satu aplikasi konveksi paksa adalah kipas pada radiator mobil. Konveksi paksa
terjadi ketika kipas radiator pada mobil berputar dan menghasilkan tekanan udara ke
radiator yang menyebabkan cairan radiator pada mesin temperaturnya turun.
86
3.2.5 Alat dan Prosedur Pengujian
3.2.5.1 Bagian – Bagian Alat Beserta Fungsinya
Gambar 3.6 Skema Peralatan Konveksi Paksa [1].
1. Dioda Weatstone
Berfungsi untuk menyearahkan arus listrik
Gambar 3.7 Dioda Weatstone [8].
2. Anemometer
Berfungsi untuk mengukur kecepatan aliran udara (fluida) pada waktu awal dan
suhu fluida keluar
Gambar 3.8 Anemometer [9].
Display Termo kopel
87
3. Watt Meter
Berfungsi untuk mengukur daya yang masuk
Gambar 3.9 Watt Meter [8].
4. Asbestos
Berfungsi sebagai peredam panas yang akan merambat keluar melalui celah
sambungan pipa
Gambar 3.10 Asbestos [8].
5. Gips
Berfungsi sebagai isolator supaya panas dari pipa horizontal tidak keluar ke
lingkungan
Gambar 3.11 Gips [8].
88
6. Kawat Filamen
Berfungsi untuk mendistribusikan panas ke pipa konveksi
Gambar 3.12 Kawat filament [10].
7. Regulator
Berfungsi untuk mengatur tegangan yang dikeluarkan
Gambar 3.13 Regulator [8].
8. Pipa Konveksi
Berfungsi untuk arah aliran fluida (udara).
Gambar 3.14 Pipa konveksi [8].
89
9. Thermo display
Berfungsi untuk menampilkan suhu terukur pada pipa konveksi(pada 4 titik).
Gambar 3.15 Thermo display [8].
10. Blower
Berfungsi untuk memberi hembusan (penghembus) udara ke pipa konveksi.
Gambar 3.16 Blower [8].
11. Thermo kopel
Untuk mengukur suhu pada pipa konveksi (pada 4 titik).
Gambar 3.17 Sensor Thermokopel [8].
90
12. Stopwatch
Untuk meegukur waktu kenaikan dan penurunan temperatur .
Gambar 3.18 Stopwatch[8].
3.2.5.2 Prosedur Pengujian
Langkah-langkah pada pengujian ini adalah:
1. Menyambungkan alat-alat ke sumber listrik.
2. Mengatur daya keluaran dengan regulator sebesar 60 watt yang terukur pada watt
meter
3. Mencatat suhu dinding awal pada thermo display dan suhu keluaran awal dengan
anemometer.
4. Mencatat perubahan/kenaikan suhu dinding dan suhu keluaran setiap 30 detik
hingga mencapai steady state (saat suhu dinding dan suhu keluaran tetap sama
selama 5 kali pengambilan)
5. Setelah mencapai steady state, nyalakan blower untuk pengambilan data penurunan
suhu.
6. Mencatat suhu dinding awal, suhu keluaran awal, dan kecepatan awal aliran
7. Mencatat perubahan suhu dinding, suhu keluaran, dan kecepatan aliran setiap 30
detik hingga mencapai steady state.
8. Setelah mencapai steady state, pencatatan dihentikan.
9. Mematikan blower.
91
3.3 DATA PERHITUNGAN DAN ANALISA
3.3.1 Data Hasil Percobaan
Tabel 3.1 Kenaikan Temperatur (Konveksi Alami)
No
Waktu
(s)
Suhu dinding (Tw)
Suhu
udara
keluar
T1 T2 T3 T4
TRata-
rata
T5
1 0 33 34 36 32 33,75 31,50
2 30 33 34 37 32 34,00 31,60
3 60 33 35 37 32 34,25 31,70
4 90 34 35 38 33 35,00 31,70
5 120 34 35 38 33 35,00 31,70
6 150 35 36 38 33 35,50 31,80
7 180 35 36 39 33 35,75 31,80
8 210 35 36 39 33 35,75 31,80
9 240 35 36 39 33 35,75 31,80
10 270 36 36 39 33 36,00 31,80
11 300 36 37 40 34 36,75 31,90
12 330 36 37 40 34 36,75 31,90
13 360 36 37 40 34 36,75 31,90
14 390 36 37 40 34 36,75 31,90
15 420 36 37 40 34 36,75 31,90
Tabel 3.2 Penurunan Temperatur (Konveksi Paksa)
No
Waktu Suhu dinding (Tw)
U (m/s)
(s) T1 T2 T3 T4
TRata-
rata
T5
1 0 36 37 40 34 36,75 32,30 4,00
2 30 35 37 40 34 36,50 32,40 4,20
3 60 35 37 40 34 36,50 32,40 4,30
4 90 35 37 40 34 36,50 32,40 4,40
5 120 35 37 40 34 36,50 32,40 4,50
6 150 35 37 40 34 36,50 32,40 4,50
92
3.3.2 Perhitungan Ralat
1. Sample perhitungan dari tabel konveksi alami pada 0 detik, diketahui :
Tabel 3.3 Sample Data Konveksi Alami Pada t = 0 detik
T (Suhu) 0C (T - T )2
T1 33 0,5625
T2 34 0,0625
T3 36 5,0625
T4 32 3,0625
T Rata-rata T = 33,75 Σ = 8,75
a. Galat (Error)
ɛT = |
T −𝑇𝑛
T
|x 100 %
ɛT1 = |
33,75−33
33,75
|x 100 % = 2,22 %
ɛT2 = |
33,75−34
33,75
|x 100 % = 0,74 %
ɛT3 = |
33,75−36
33,75
|x 100 % = 6,66 %
ɛT4 = |
33,75−32
33,75
|x 100 % = 5,18 %
b. Standar Deviasi
δT = √ 𝛴( 𝑇− T )
2
𝑛( 𝑛−1)
= √
8,7
4(4−1)
= 0,853913
c. Nilai T sesungguhnya = (T ± δT)
T = (33,75 ± 0,851469) 0C
d. Ralat Nisbi
Ralat Nisbi = %100





T
T
=
0,851469
33 ,75
x 100 % = 2,522872
93
e. Keseksamaan
Keseksamaan = %1001 






T
T
= (1 −
0,851469
33,75
)x100 %
= 97,47713 %
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Ralat Data Temperatur Konvensi Alami Aliran Pipa
Horizontal
No.
Waktu Galat (%) Ralat Keseksa-
maan
(%)
(detik) T1 T2 T3 T4
Nisbi
(%)
1 0 2,222222 0,740741 6,666667 5,185185 0,854 2,53 97,47
2 30 2,941176 0,000000 8,823529 5,882353 1,080 3,18 96,82
3 60 3,649635 2,189781 8,029197 6,569343 1,109 3,24 96,76
4 90 2,857143 0,000000 8,571429 5,714286 1,080 3,09 96,91
5 120 2,857143 0,000000 8,571429 5,714286 1,080 3,09 96,91
6 150 1,408451 1,408451 7,042254 7,042254 1,041 2,93 97,07
7 180 2,097902 0,699301 9,090909 7,692308 1,250 3,50 96,50
8 210 2,097902 0,699301 9,090909 7,692308 1,250 3,50 96,50
9 240 2,097902 0,699301 9,090909 7,692308 1,250 3,50 96,50
10 270 0,000000 0,000000 8,333333 8,333333 1,225 3,40 96,60
11 300 2,040816 0,680272 8,843537 7,482993 1,250 3,40 96,60
12 330 2,040816 0,680272 8,843537 7,482993 1,250 3,40 96,60
13 360 2,040816 0,680272 8,843537 7,482993 1,250 3,40 96,60
14 390 2,040816 0,680272 8,843537 7,482993 1,250 3,40 96,60
15 420 2,040816 0,680272 8,843537 7,482993 1,250 3,40 96,60
2. Sample perhitungan dari tabel konveksi paksa pada 0 detik, diketahui :
Tabel 3.5 Sample Data Konveksi Paksa Pada t = 0 detik
T (Suhu) 0C (T - T )2
T1 36 0,5625
T2 37 0,0625
T3 40 10,563
T4 34 7,563
T Rata-rata T = 36,75 Σ = 8,75
94
a. Galat (Error)
ɛT = |
T −𝑇𝑛
T
|x 100 %
ɛT1 = |
36,75−36
36,75
|x 100 % = 2,04 %
ɛT2 = |
33,75−37
36,75
|x 100 % = 0,68 %
ɛT3 = |
33,75−40
36,75
|x 100 % = 8,84 %
ɛT4 = |
33,75−34
36,75
|x 100 % = 7,48 %
b. Standar Deviasi
δT = √ 𝛴( 𝑇− T )
2
𝑛( 𝑛−1)
= √
8,7
4(4−1)
= 1,250000
c. Nilai T sesungguhnya = (T ± δT)
T = (36,75 ± 1,250000) 0C
d. Ralat Nisbi
Ralat Nisbi = %100





T
T
=
1,250000
36,75
x 100 % = 3,401361 %
e. Keseksamaan
Keseksamaan = %1001 






T
T
= (1 −
1,250000
36 ,75
)x100 %
= 96,59864 %
95
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Ralat Data Temperatur Konveksi Paksa Aliran Pipa
Horizontal
No.
Waktu Galat (%) Ralat Keseksa-
maan
(%)(detik) T1 T2 T3 T4
Nisbi
(%)
1 0 2,040816 0,680272 8,843537 7,482993 1,250000 3,40 96,60
2 30 4,109589 1,369863 9,589041 6,849315 1,322876 3,62 96,38
3 60 4,109589 1,369863 9,589041 6,849315 1,322876 3,62 96,38
4 90 4,109589 1,369863 9,589041 6,849315 1,322876 3,62 96,38
5 120 4,109589 1,369863 9,589041 6,849315 1,322876 3,62 96,38
6 150 4,109589 1,369863 9,589041 6,849315 1,322876 3,62 96,38
3.3.3 Perhitungan Data Hasil Praktikum
Contoh Perhitungan Konveksi Alami (Tabel 3.1)
Um = 0,1 m/s (Laju aliran udara)
L = 175 cm = 1,75 m (Panjang pipa)
DI = 5,6 cm = 0,056 m (Diameter dalam pipa)
Tb = Suhu fluida
Tw = Suhu dinding
Diperoleh dari tabel 3.1 pada no. 1
Tw = Trata-rata = 33,75 oC = 306,75 K
Tb = 32 oC = 305 K (Suhu standar 1 atm kota Semarang)
a. Suhu Limbak / Suhu Film
𝑇𝑓 =
𝑇 𝑤 + 𝑇𝑏
2
=
306,75 + 305
2
𝑇𝑓 = 305,875 K
96
Dengan melihat tabel A-5 (holman) dan melakukan interpolasi didapat:
ρ = 1.1563 kg/m3
Tabel 3.7 Interpolasi temperatur dengan densitas
T ⍴
300 1,1774
305,875 X
350 0.998
Cara melakukan interpolasi :
batas x − batas bawah
batas atas − batas bawah
=
ρx − ρb
ρa − ρb
305,875 − 300
350 − 300
=
x − 1,1774
0,998 − 1,1774
𝑥 = [((
−0,1794
50
). (5,875)) + 1,1774]
𝑥 = 1,1563 kg/m3
Dengan cara yang sama maka diperoleh data sebagai berikut :
k = 0,0264 W/moC
μ = 1,9879 x 10-5 kg/m.s
μw = 1,989 x 10-5 kg/m.s
Pr = 0,7074
97
b. Angka Reynold
𝑅𝑒 𝑑 =
𝜌𝑢 𝑚 𝑑
𝜇
𝑅𝑒 𝑑 =
(1.1563
kg
m3
) X 0,1
m
s
X 0,056m
1,9879 X 10−5 kg/m. s
𝑅𝑒 𝑑 = 325,7405
Bilangan Reynold 2300 maka Alirannya laminar
c. Angka Nusselt
𝑁 𝑢𝑑 = 1,86. (𝑅𝑒 𝑑. Pr)1 3⁄
(
𝐷
𝐿
)
1 3⁄
(
𝜇
𝜇 𝑊
)
0.14
Dimana 𝜇 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑇𝑓 𝑑𝑎𝑛 𝜇 𝑊 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑇 𝑤
𝑁 𝑢𝑑 = (1,86)𝑋(325,7405𝑥0.7074)0.3
𝑥(
0.056
1.75
)0.3
𝑥 (
1,9879 X 10−5
1,989 X 10−5
)
0.14
𝑁 𝑢𝑑 = 3,6199
d. Koefisien perpindahan kalor konveksi
ℎ =
𝑘
𝐷
. 𝑁 𝑢𝑑
ℎ =
0,0264 W/m.C
0,056𝑚
𝑋 3,6199
ℎ = 1,7065 W/m2 oC
e. Panas heater
𝑄 = ℎ. 2𝜋. 𝑟. 𝐿. (𝑇 𝑤 − 𝑇𝑏)
𝑄 = (1,7065)
𝑊
𝑚2 𝐶
. (2𝜋 ).(0,028) 𝑚 .(1,75) 𝑚 .(33,75 − 32)𝐶
𝑄 = 0,9190 𝑊𝑎𝑡𝑡
98
Contoh Perhitungan Konveksi Paksa (Tabel 3.2)
Um = 4,0 m/s (Laju aliran udara)
L = 175 cm = 1,75 m (Panjang pipa)
Ddalam = 5,6 cm = 0,056 m (Diameter dalam pipa)
Tb = Suhu fluida
Tw = Suhu dinding
Diperoleh dari tabel 3.2 pada no. 1
Tw = Trata-rata = 36,75 oC = 309,75 K
Tb = 32 oC = 305 K (Suhu Standar 1 atm kota Semarang)
a. Suhu Limbak / Suhu Film
𝑇𝑓 =
𝑇 𝑤 + 𝑇𝑏
2
𝑇𝑓 =
309,75 + 305
2
= 307,375
Dengan melihat tabel A-5 (holman) dan melakukan interpolasi didapat:
ρ = 1.1509 kg/m3
Tabel 3.8 Interpolasi temperatur dengan densitas
T ρ
300 1.1774
307,375 X
350 0.998
99
Cara melakukan interpolasi :
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑥 − 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
=
𝜌𝑥 − 𝜌 𝑏
𝜌 𝑎 − 𝜌 𝑏
307,375 − 300
350 − 300
=
x − 1,1774
0,998 − 1,1774
𝑥 = [((
−0,1794
50
). (7,375)) + 1,1774]
x = 1,1509
Dengan cara yang sama maka diperoleh data sebagai berikut :
k = 0,0269 W/moC
μ = 2,0010 x 10-5 kg/m.s
μw = 2,0110 x 10-5 kg/m.s
Pr = 0.7058
b. Angka Reynold
𝑅𝑒 𝑑 =
𝜌𝜇 𝑚 𝑑
𝜇
𝑅𝑒 𝑑 =
(1,1509
kg
m3
) X 2,0110 X 10−5 m
s
X 0,056m
2,001 X 10−5 kg/m.s
𝑅𝑒 𝑑 = 12884,67
Bilangan Reynold ≥ 2300 maka Alirannya turbulen
c. Angka Nusselt
𝑁 𝑢𝑑 = 0.027. 𝑅𝑒 𝑑
0.8
. 𝑃𝑟0.3
(
𝜇
𝜇 𝑊
)
0.14
Dimana 𝜇 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑇𝑓 𝑑𝑎𝑛 𝜇 𝑊 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑇 𝑤
100
𝑁 𝑢𝑑 = (0,027)𝑥(12884,67)0.8
𝑥(0,7058)0.3
𝑥 (
2,0010 X 10−5
2,0110 X 10−5
)
0.14
𝑁 𝑢𝑑 = 0,5631
d. Koefisien perpindahan kalor konveksi
ℎ =
𝑘
𝐷
. 𝑁 𝑢𝑑
ℎ =
0.0269 W/m.C
0.056𝑚
𝑥 0,5631
ℎ = 0,2705 W/m2 oC
e. Panas heater
𝑄 = ℎ. 2𝜋. 𝑟. 𝐿. (𝑇 𝑤 − 𝑇𝑏)
𝑄 = (0,2705)
𝑊
𝑚2 𝐶
. (2𝜋 ).(0,028) 𝑚 .(1,75) 𝑚 .(36,75 − 32)𝐶
𝑄 = 0,3954 𝑤𝑎𝑡𝑡
3.3.4 Tabel Hasil Pengolahan Data
Tabel 3.9 Hasil perhitungan data konveksi alami aliran pipa horizontal
No.
Um
(m/s)
Red Nud
h (W/m2
0C)
Q heater
(watt)
Tw (0C)
Tb
(0C)
1. 0,1 325,740 3,619 1,706 0,919 33,75 32
2. 0,1 325,614 3,619 1,706 1,050 34 32
3. 0,1 325,487 3,619 1,706 1,181 34,25 32
4. 0,1 325,108 3,617 1,705 1,574 35 32
5. 0,1 325,108 3,617 1,705 1,574 35 32
6. 0,1 324,856 3,616 1,705 1,836 35,5 32
101
7. 0,1 324,729 3,616 1,704 1,967 35,75 32
8. 0,1 324,729 3,616 1,704 1,967 35,75 32
9. 0,1 324,729 3,616 1,704 1,967 35,75 32
10. 0,1 324,603 3,615 1,704 2,098 36 32
11. 0,1 324,224 3,614 1,703 2,490 36,75 32
12. 0,1 324,224 3,614 1,703 2,490 36,75 32
13. 0,1 324,224 3,614 1,703 2,490 36,75 32
14. 0,1 324,224 3,614 1,703 2,490 36,75 32
15. 0,1 324,224 3,614 1,703 2,490 36,75 32
Tabel 3.10 Hasil perhitungan data konveksi paksa aliran pipa horizontal
No.
Um
(m/s)
Red Nud
h
(W/m2 oC)
Qheater
(watt)
Tw
(oC)
Tb
(oC)
1. 4,0 12884,07 0,563 0,270 0,395 36,75 32
2. 4,2 13533,54 0,572 0,274 0,380 36,5 32
3. 4,3 13855,77 0,576 0,277 0,383 36,5 32
4. 4,4 14178 0,581 0,279 0,386 36,5 32
5. 4,5 14500,23 0,585 0,281 0,389 36,5 32
6. 4,5 14500,23 0,585 0,281 0,389 36,5 32
102
3.4 PEMBAHASAN
3.4.1 Grafik dan Analisa Grafik
a) Data Kenaikan Temperatur
Gambar 3.6 Grafik Hubungan Temperatur Dinding dengan Waktu pada
konveksi alami
Analisa Grafik
Grafik diatas menunjukan hubungan kenaikan temperatur dinding dengan waktu.
Dari grafik tersebut terjadi kenaikan temperatur mengikuti bertambahnya waktu. Dari
grafik tersebut ditunjukkan juga terdapat kestabilan temperatur pada beberapa waktu.
Hal tersebut karena adanya perambatan panas dari heater pemanas ke dinding pipa,
sehingga temperatur pipa akan sama dengan temperatur heater pemanas.
32.00
33.00
34.00
35.00
36.00
37.00
0 30 60 90 120150180210240270300330360390420
Temperatur(0C)
Waktu (s)
Grafik Hubungan Temperatur Dinding
dengan Waktu
Konveksi Alami
103
Gambar 3.7 Grafik Hubungan Temperatur Udara Keluar dengan Waktu pada
konveksi alami
Analisa Grafik
Grafik diatas menunjukkan hubungan temperatur udara keluar dengan waktu.
Dari grafik dapat terlihat bahwa suhu meningkat seiring dengan bertambahnya waktu.
Dari grafik tersebut juga didapati beberapa waktu yang memiliki kestabilan temperatur
pada percobaan. Hal tersebut karena adanya konveksi alami yang terjadi pada pipa.
31.30
31.40
31.50
31.60
31.70
31.80
31.90
32.00
0 30 60 90 120150180210240270300330360390420
Temperatur(0C)
Waktu (s)
Grafik Hubungan Temperatur Udara
Keluar dengan Waktu
Konveksi Alami
104
b) Data Penurunan Temperatur
Gambar 3.8 Grafik Hubungan Temperatur Dinding dengan Waktu pada
konveksi paksa
Analisa Grafik
Grafik diatas menunjukan penurunan temperatur pada dinding pipa seiring
bertambahnya waktu. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh blower yang
memberikan tekanan udara keluar pipa membawa kalor keluar pipa sehingga temperatur
pipa menjadi turun. Perpindahan panas ini dapat disebut perpindahan panas secara
konveksi paksa.
36.35
36.40
36.45
36.50
36.55
36.60
36.65
36.70
36.75
36.80
0 30 60 90 120 150
Temperatur(0C)
Waktu (s)
Grafik Hubungan Temperatur Dinding
dengan Waktu
Konveksi Paksa
105
Gambar 3.9 Grafik Hubungan Temperatur Udara Keluar dengan Waktu pada
konveksi paksa
Analisa Grafik
Grafik diatas merupakan grafik hubungan temperatur udara keluar dengan
waktu. Dari grafik diatas didapati peningkatan temperatur pada udara keluar yang
terukur pada anemometer. Hal ini terjadi karena adanya udara yang diberikan blower
membawa kalor dari dinding pipa keluar sehingga udara keluar yang diterima
anemometer naik suhunya.
32.24
32.26
32.28
32.30
32.32
32.34
32.36
32.38
32.40
32.42
0 30 60 90 120 150
Temperatur(0C)
Waktu (s)
Grafik Hubungan Temperatur Udara Keluar
dengan Waktu
Konveksi Paksa
106
Gambar 3.10 Grafik Hubungan Kecepatan dan Koefisien Perpindahan Kalor
pada Konveksi Paksa
Analisa Grafik
Grafik diatas adalah grafik hubungan kecepatan dan koefisien perpindahan kalor
pada konveksi paksa. Dari grafik diatas didapati bahwa laju aliran besarnya berbanding
lurus dengan koefisien perpindahan panasnya. Hal ini terjadi karena laju aliran yang
diberikan blower membantu panas dari pipa keluar sehingga koefisien perpindahan
panasnya akan semakin besar.
3.5 KESIMPULAN DAN SARAN
3.5.1 Kesimpulan
Dari penghitungan konveksi alami dapat diperoleh hasil berupa laju fluida (U),
bilangan reynold (Red), bilangan Nusselt (Nud), koefisiensi perpindahan panas (h),
panas heater (Q), suhu dinding (Tw), dan suhu udara (Tb). Hasil yang didapat dari
penghitungan tersebut antara lain bilangan reynold terbesar adalah 325,740 dan terkecil
adalah 3244,224. Nilai bilangan Nusselt terbesar adalah 3,619 dan terkecil 3,614.
0.264
0.266
0.268
0.27
0.272
0.274
0.276
0.278
0.28
0.282
0.284
4 4.2 4.3 4.4 4.5
h(W/m2oC)
Um(m/s)
Grafik Hubungan Kecepatan dan Koefisien
PerpindahanKalor
Konveksi Paksa
107
Koefisiensi perpindahan panas terbesar adalah 1,706 W/m20C dan yang terkecil adalah
1,703 W/m20C. Temperatur dinding paling besar adalah 36,75 oC dan paling kecil 33,75
oC. Temperatur udara keluar paling besar adalah 31,900C dan paling kecil 31,500C.
Dari penghitungan konveksi paksa dapat diperoleh hasil berupa laju fluida (U),
bilangan reynold (Red), bilangan Nusselt (Nud), koefisiensi perpindahan panas (h),
panas heater (Q), suhu dinding (Tw), dan suhu udara (Tb). Laju fluida yang terbesar 4,5
m/s dan terkecil 4,0 m/s. Bilangan reynold terbesar 14500,23 dan terkecil adalah
12884,07. Bilangan Nusselt terbesar adalah 0,585 dan terkecil 0,563. Koefisiensi
perpindahan panas terbesar adalah 0,281 W/m2 oC dan terkecil 0,270 W/m2 oC.
Temperatur dinding terbesar adalah 36,75 oC dan terkecil 36,5 oC. Temperatur udara
keluar paling besar adalah 32,400C dan terkecil 32,300C.
Dari pengujian konveksi alami dan konveksi paksa, diperoleh grafik waktu (t) vs
suhu udara keluar (Tout) dan waktu (t) vs suhu dinding (Tw). Pada konveksi alami
didapatkan grafik yang berbanding lurus antara waktu (t) dengan suhu dinding (Tw).
Jadi semakin lama waktu pemanasan maka semakin besar temperatur dindingnya. Pada
konveksi alami juga didapatkan grafik yang berbanding lurus antara waktu (t) dengan
suhu udara keluar (Tout). Jadi semakin lama waktu pemanasan maka semakin besar
temperatur udara keluar. Pada konveksi paksa didapatkan grafik yang berbanding
terbalik antara waktu (t) dengan suhu dinding (Tw). Jadi semakin lama waktunya maka
temperatur dindingnya menurun. Pada konveksi paksa juga didapatkan grafik yang
berbanding lurus antara waktu (t) dengan suhu udara keluar (Tout). Jadi semakin lama
waktunya maka temperatur udara keluar semakin besar. Pada konveksi paksa juga
didapatkan grafik berbanding lurus antara kecepatan (v) dengan koefisien perpindahan
kalor (h). Jadi semakin besar laju aliran maka semakin besar koefisiensi perpindahan
panasnya.
3.5.2 Saran
1. Dalam mengambil data, praktikan sebaiknya teliti dan tidak terburu-buru.
2. Sebelum praktikum sebaiknya praktikan mempelajari dasar teori agar tidak
terjadi kesalahan ketika pengambilan data.
3. Untuk perkembangan penellitian objek penelitian diperluas dengan menambah
variabel yang mempengaruhi
108
DAFTAR PUSTAKA
[1] Job Sheet Praktikum Fenomena Dasar 2014
[2] Buchori, Luqman. 2004. Diktat Kuliah Perpindahan Panas. Semarang: Teknik
Kimia Universitas Diponegoro
[3] Incropera, Frank P. 2006. Fundamental of Heat and Mass Transfer 6 th ed. New
York : Wiley.
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Koefisien_pindah_panas diakses 27/05/2014
[5] Bruce R, Munson. 2002. Fundamentals of Fluid Mechanics. New York : Willey
[6] Holman, J. P. 1980. Perpindahan Kalor. Bandung : Erlangga
[7] http://otomotif-spot.blogspot.com diakses 27/05/2014 02:21
[8] Laboratorium Termofluida Universitas Diponegoro
[9] http://www.sgimportaciones.cl diakses 29/05/2014 02:14
[10] www.bangoalloy.com diakses 29/05/2014 02:18

More Related Content

What's hot

Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenikPendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenikcecepisnandarsetiawan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluida
ITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluidaITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluida
ITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluidaFransiska Puteri
 
Soal termodinamika serta pembahsan
Soal termodinamika serta pembahsanSoal termodinamika serta pembahsan
Soal termodinamika serta pembahsanrohmatul ifani
 
Efek Panas- Thermodinamika
Efek Panas- ThermodinamikaEfek Panas- Thermodinamika
Efek Panas- ThermodinamikaFadhly M S
 
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanSatop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanAgataMelati
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaAlen Pepa
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorAli Hasimi Pane
 
Instalasi perpipaan
Instalasi perpipaanInstalasi perpipaan
Instalasi perpipaanAmirul AmMu
 
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastianUnit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastianRezky Amaliah
 
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimiaTermodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimiajayamartha
 
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...Ali Hasimi Pane
 
Studi kasus perpindahan panas konduksi 2-Dimensi pada permukaaan datar
Studi kasus perpindahan panas konduksi 2-Dimensi pada permukaaan datarStudi kasus perpindahan panas konduksi 2-Dimensi pada permukaaan datar
Studi kasus perpindahan panas konduksi 2-Dimensi pada permukaaan datarAli Hasimi Pane
 
Hukum Thermodinamika I - Siklus Tertutup
Hukum Thermodinamika  I - Siklus TertutupHukum Thermodinamika  I - Siklus Tertutup
Hukum Thermodinamika I - Siklus TertutupIskandar Tambunan
 
Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugalPompa sentrifugal
Pompa sentrifugalIffa M.Nisa
 
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1wahyuddin S.T
 

What's hot (20)

Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenikPendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
 
ITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluida
ITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluidaITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluida
ITP UNS SEMESTER 2 Transportasi fluida
 
Soal termodinamika serta pembahsan
Soal termodinamika serta pembahsanSoal termodinamika serta pembahsan
Soal termodinamika serta pembahsan
 
Tabel uap
Tabel uapTabel uap
Tabel uap
 
Efek Panas- Thermodinamika
Efek Panas- ThermodinamikaEfek Panas- Thermodinamika
Efek Panas- Thermodinamika
 
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanSatop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
 
Perpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidiaPerpindahan panas bu lidia
Perpindahan panas bu lidia
 
Double Pipe Heat Excanger
Double Pipe Heat ExcangerDouble Pipe Heat Excanger
Double Pipe Heat Excanger
 
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar KalorModul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
Modul Penyelesaian Soal Alat Penukar Kalor
 
Instalasi perpipaan
Instalasi perpipaanInstalasi perpipaan
Instalasi perpipaan
 
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastianUnit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
 
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimiaTermodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
 
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
Studi kasus siklus kombinasi (Siklus Brayton dan Rankine) menggunakan EES sof...
 
Studi kasus perpindahan panas konduksi 2-Dimensi pada permukaaan datar
Studi kasus perpindahan panas konduksi 2-Dimensi pada permukaaan datarStudi kasus perpindahan panas konduksi 2-Dimensi pada permukaaan datar
Studi kasus perpindahan panas konduksi 2-Dimensi pada permukaaan datar
 
Hukum Thermodinamika I - Siklus Tertutup
Hukum Thermodinamika  I - Siklus TertutupHukum Thermodinamika  I - Siklus Tertutup
Hukum Thermodinamika I - Siklus Tertutup
 
Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugalPompa sentrifugal
Pompa sentrifugal
 
Bab 1 pengenalan alat di laboratorium
Bab 1 pengenalan alat di laboratoriumBab 1 pengenalan alat di laboratorium
Bab 1 pengenalan alat di laboratorium
 
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
Kinkat --bank-soal-dan-penyelesaian1
 
Stoikiometri
StoikiometriStoikiometri
Stoikiometri
 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
 

Similar to Bab iii pengujian_konveksi

Analisa perpindahan panas konveksi paksa pada pipa ellipse
Analisa perpindahan panas konveksi paksa pada pipa ellipseAnalisa perpindahan panas konveksi paksa pada pipa ellipse
Analisa perpindahan panas konveksi paksa pada pipa ellipseAli Hasimi Pane
 
Analisa Kerja Praktek Perpindahan Panas
Analisa Kerja Praktek Perpindahan PanasAnalisa Kerja Praktek Perpindahan Panas
Analisa Kerja Praktek Perpindahan PanasSINDIKAT PATRICK SQUAD
 
Mata kuliah fisika ii
Mata kuliah fisika iiMata kuliah fisika ii
Mata kuliah fisika iiAmeu Sequeira
 
Mata kuliah fisika ii
Mata kuliah fisika iiMata kuliah fisika ii
Mata kuliah fisika iiAmeu Sequeira
 
Dasar Tata Udara, Pemanasan Sensibel
Dasar Tata Udara, Pemanasan SensibelDasar Tata Udara, Pemanasan Sensibel
Dasar Tata Udara, Pemanasan SensibelGiffari Muslih
 
Materi LKS Fisika X S2
Materi LKS Fisika X S2Materi LKS Fisika X S2
Materi LKS Fisika X S2irdadarmaputri
 
Sesi 2 konveksi
Sesi 2  konveksiSesi 2  konveksi
Sesi 2 konveksiadhegokil
 
Termodinamika.pptx
Termodinamika.pptxTermodinamika.pptx
Termodinamika.pptxMeriUlfasari
 
Gas dan Termodinamika (FISIKA)
Gas dan Termodinamika (FISIKA)Gas dan Termodinamika (FISIKA)
Gas dan Termodinamika (FISIKA)ShafiraAlfiyyah
 
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5boim007
 
Bab 5 suhu dan kalor
Bab 5 suhu dan kalorBab 5 suhu dan kalor
Bab 5 suhu dan kalorEKO SUPRIYADI
 
DASAR PEMPROSESAN UDARA
DASAR PEMPROSESAN UDARADASAR PEMPROSESAN UDARA
DASAR PEMPROSESAN UDARAKiki Amelia
 
Instrumentasi dan pengukuran kalor dan gelombang upload
Instrumentasi dan pengukuran kalor dan gelombang uploadInstrumentasi dan pengukuran kalor dan gelombang upload
Instrumentasi dan pengukuran kalor dan gelombang uploadkemenag
 
Last lecture
Last lectureLast lecture
Last lecturePT. SASA
 

Similar to Bab iii pengujian_konveksi (20)

Analisa perpindahan panas konveksi paksa pada pipa ellipse
Analisa perpindahan panas konveksi paksa pada pipa ellipseAnalisa perpindahan panas konveksi paksa pada pipa ellipse
Analisa perpindahan panas konveksi paksa pada pipa ellipse
 
Suhu dan Kalor
Suhu dan KalorSuhu dan Kalor
Suhu dan Kalor
 
Analisa Kerja Praktek Perpindahan Panas
Analisa Kerja Praktek Perpindahan PanasAnalisa Kerja Praktek Perpindahan Panas
Analisa Kerja Praktek Perpindahan Panas
 
Termodinamika Dasar.pptx
Termodinamika Dasar.pptxTermodinamika Dasar.pptx
Termodinamika Dasar.pptx
 
Mata kuliah fisika ii
Mata kuliah fisika iiMata kuliah fisika ii
Mata kuliah fisika ii
 
Mata kuliah fisika ii
Mata kuliah fisika iiMata kuliah fisika ii
Mata kuliah fisika ii
 
Dasar Tata Udara, Pemanasan Sensibel
Dasar Tata Udara, Pemanasan SensibelDasar Tata Udara, Pemanasan Sensibel
Dasar Tata Udara, Pemanasan Sensibel
 
Materi LKS Fisika X S2
Materi LKS Fisika X S2Materi LKS Fisika X S2
Materi LKS Fisika X S2
 
Sesi 2 konveksi
Sesi 2  konveksiSesi 2  konveksi
Sesi 2 konveksi
 
MODUL 8.pptx
MODUL 8.pptxMODUL 8.pptx
MODUL 8.pptx
 
Termodinamika.pptx
Termodinamika.pptxTermodinamika.pptx
Termodinamika.pptx
 
Gas dan Termodinamika (FISIKA)
Gas dan Termodinamika (FISIKA)Gas dan Termodinamika (FISIKA)
Gas dan Termodinamika (FISIKA)
 
Suhu fis1 3
Suhu fis1 3Suhu fis1 3
Suhu fis1 3
 
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
Suhu dan-kalor ppt kelompok 5
 
Suhu dan kalor
Suhu dan kalorSuhu dan kalor
Suhu dan kalor
 
Bab 5 suhu dan kalor
Bab 5 suhu dan kalorBab 5 suhu dan kalor
Bab 5 suhu dan kalor
 
DASAR PEMPROSESAN UDARA
DASAR PEMPROSESAN UDARADASAR PEMPROSESAN UDARA
DASAR PEMPROSESAN UDARA
 
Instrumentasi dan pengukuran kalor dan gelombang upload
Instrumentasi dan pengukuran kalor dan gelombang uploadInstrumentasi dan pengukuran kalor dan gelombang upload
Instrumentasi dan pengukuran kalor dan gelombang upload
 
Last lecture
Last lectureLast lecture
Last lecture
 
tugas Perpan 4.pptx
tugas Perpan 4.pptxtugas Perpan 4.pptx
tugas Perpan 4.pptx
 

Recently uploaded

materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxsiswoST
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 

Recently uploaded (8)

materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 

Bab iii pengujian_konveksi

  • 1. 78 BAB III PENGUJIAN KONVEKSI 3.1 PENDAHULUAN Pada peristiwa perpindahan panas secara konveksi, perpindahan panas terjadi karena terbawa aliran fluida. Secara termodinamika, konveksi dinyatakan sebagai aliran entalpi, bukan aliran panas [1]. Gambar 3.1 Skema Perpindahan Panas Konveksi [2]. Pengelompokan aliran pada perpindahan konveksi berdasarkan dari bilangan reynolds. Jenis aliran ada 2 yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Aliran laminar dimana bilangan Reynold ≤ 2300 dan aliran turbulen jika bilangan Reynold ≥ 2300. Perpindahan panas secara konveksi penting hal ini karena banyaknya penggunaan perpindahan panas konveksi dalam kehindupan sehari-hari contohnya yaitu pendinginan radiator pada mesin mobil. Pendinginan air radiator pada mobil memanfaatkan perpindahan panas secara konveksi.
  • 2. 79 3.2 DASAR TEORI Penyelesaian soal-soal perpindahan kalor secara kuantitatif biasanya didasarkan pada neraca energi dan perkiraan laju perpindahan kalor. Perpindahan panas akan terjadi apabila ada perbedaan temperatur antara dua bagian benda. Panas akan berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Panas dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Panas akan berpindah secara estafet dari suatu partikel ke partikel yang lainnya dalam medium tersebut. Pada peristiwa konveksi, perpindahan panas terjadi karena terbawa aliran fluida. Secara termodinamika, konveksi dinyatakan sebagai aliran entalpi, bukan aliran panas [1]. Konveksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Dimana konveksi alami adalah konveksi yang terjadi akibat pemaksaan oleh gaya apung, dimana karena perbedaan massa jenis yang diakibatkan oleh variasi suhu pada fluida. Sedangkan konveksi paksa terjadi ketika aliran disebabkan oleh gaya dari luar, seperti kipas, pompa, atau angin di atmosfer [3]. Gambar 3.2 menunjukkan skema dari konveksi paksa Gambar 3.2 Skema konveksi paksa [3].
  • 3. 80 Gambar 3.3 menunjukkan skema dari konveksi alami Gambar 3.3 Skema konveksi alami [3]. 3.2.1 Pengetahuan Umum Konveksi Konveksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Dimana konveksi alami adalah konveksi yang terjadi akibat pemaksaan oleh gaya apung, dimana karena perbedaan massa jenis yang diakibatkan oleh variasi suhu pada fluida. Sedangkan konveksi paksa terjadi ketika aliran disebabkan oleh gaya dari luar, seperti kipas, pompa, atau angin di atmosfer [3]. Laju perpindahan kalor suatu benda sebanding dengan beda temperatur antara benda dengan fluida sekelilingnya. Dapat dirumuskan menjadi Q = h.A.(To - T∞). Dimana : Q = laju perpindahan kalor (W) h = koefisien perpindahan panas (W/m2K) A = Luas permukaan objek (m2) To = Temperatur permukaan objek (K) T∞ = Temperatur lingkungan/fluida (K) [4].
  • 4. 81 Laju perpindahan kalor (Q) merupakan besarnya perpindahan panas yang terjadi terhadap suatu objek. Koefisien perpindahan panas (h) merupakan koefisien konveksi aliran. Luas permukaan objek (A) adalah luas permukaan yang dikenakan perpindahan panas. Ada beberapa rumus luasan yaitu : a. Pada plat datar (A = P x L) b. Pada silinder (Ar = 2πrL) Gradien temperatur (∆T) merupakan selisih temperatur antara temperatur objek dan temperatur lingkungan/fluida [5]. 3.2.2 Tujuan Praktikum Konveksi Paksa Tujuan dari praktikum ini adalah: 1. Praktikan dapat menentukan koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk variasi tertentu seperti laju alir, temperatur udara keluar dan temperatur dinding pada pipa horizontal. 2. Praktikan menemukan korelasi antara bilangan Reynolds untuk menentukan kecepatan laju alir dan bilangan Nusselt untuk mengetahui temperatur dinding [1]. 3.2.3 Rumus Perhitungan Konveksi Paksa Rumusan konveksi paksa erat hubungannya dengan angka Reynolds (Re), Prandtl (Pr), Nusselt (Nu). Ketiga bilangan ini membentuk persamaan: Nud = C . Red m . Prn Ket : Nud = Bilangan Nusselt Red = Bilangan Reynold Pr = Bilangan Prandtl n = 0,4 (Pemanasan) 0,3 (Pendinginan) Dimana C, m, dan n adalah konstanta yang harus ditentukan dari percobaan [6].
  • 5. 82 1. Bilangan Reynold Bilangan tak berdimensi yang mengukur rasio gaya inersia dari fluida dengan viskositas. Digunakan untuk menentukan kriteria aliran laminar dan turbulen [5]. 𝑅𝑒 𝑑 = 𝜌𝜇 𝑚 𝑑 𝜇 Ket: Red = bilangan Reynold µm = laju aliran udara (m/s) ρ = massa jenis (kg/m3) d = diameter (m) µ = viskositas fluida (kg/m.s) Batasan: - Aliran Laminar (Re ≤ 2300) - Aliran Turbulen (Re ≥ 2300) [1]. 2. Bilangan Prandtl Bilangan Prandtl merupakan bilangan yang digunakan sebagai perbandingan viskositas kinematik fluida terhadap difusivitas termal fluida. Pr = a v = k cp . Dimana: v = viskositas kinematik a = difusivitas termal (m2/s) µ = viskositas dinamik (kg/m.s) Cp = koefisien panas gas (kJ/kg.°C) [6]. Untuk aliran dalam pipa, seperti halnya aliran melewati plat datar profil kecepatan serupa dengan profil suhu untuk fluida yang mempunyai bilangan Prandtl satu. 3. Bilangan Nusselt
  • 6. 83 a. Aliran laminar berkembang penuh Nud = 1,86(Red x Pr) 1 3⁄ ( D L ) 1 3⁄ ( μ μw ) 1 3⁄ Batasan Red.Pr 𝐷 𝐿 > 10 Ket: Nud= bilangan Nusselt µ = viskositas dinamik (kg/m.s) µw= viskositas dinding (kg/m.s) D = diameter pipa (m) L = panjang pipa (m) [6]. b. Aliran turbulen berkembang penuh Berdasar Sneider & Tate: Nud = 0,027 Red 0,8 Pr 1 3⁄ ( μ μw ) 0,14 Ket: Nud = bilangan Nusselt µ = viskositas dinamik (kg/m.s) µw= viskositas dinding (kg/m.s) [1]. c. Aliran turbulen berkembang penuh pada tabung licin Nud = 0,023. Red 0,8.Prn Batasan : n = 0,4 (Pemanasan) n = 0,3 (Pendingin) 0,6 < Pr < 100 (untuk aliran turbulen yang tidak berkembang sepenuhnya didalam tabung licin dan dengan beda suhu moderat antara dinding fluida) [6]. 4. Variabel perpindahan panas konveksi
  • 7. 84 Q = h. A.∆T Keterangan : 𝑸 = Perpindahan Kalor (joule) h = Koefisien Konveksi A = Luas Penampang (m2) T = Suhu (kelvin) 5. Koefisien Perpindahan Kalor udN D k h  (W/m2.oC) Dimana : h = koefisien perpindahan kalor (W/m2.°C) K = konduktivitas termal (W/m.oC) Nud = Nusselt number [1]. 6. Pemanas Heater Qheater = h. 2π. r. L ( Tw- Tb ) (Watt) Ket: Q = Banyaknya kalor (Watt) h = Koefisien perpindahan kalor (W/m2.°C) r = Jari-jari (m) L = Panjang Pipa (m) Tb = Temperatur udara keluar (°C) Tw = Temperatur dinding (°C) [6]. 7. Suhu Limbak/Suhu Film 2 bw f TT T   Ket: fT = Suhu film (°C)
  • 8. 85 Untuk konsep suhu limbak (bulk temperatur) yaitu perpindahan kalor yang melibatkan aliran dalam saluran tertutup, energi total yang ditambahkan dapat dinyatakan dengan beda suhu-limbak: 𝑄̇ = 𝑚̇ 𝑐 𝑝(𝑇 𝑤 − 𝑇𝑏) Ket : 𝑚̇ = massa per satuan waktu (m/kg) cp = kalor jenis pada tekanan konstan(Joule/Kg oC) Tw = temperatur dinding (0C) Tb = temperatur bulk (0C) [6]. 3.2.4 Aplikasi Konveksi Paksa Gambar 3.5 Skema Perpindahan Panas pada Radiator [7]. Salah satu aplikasi konveksi paksa adalah kipas pada radiator mobil. Konveksi paksa terjadi ketika kipas radiator pada mobil berputar dan menghasilkan tekanan udara ke radiator yang menyebabkan cairan radiator pada mesin temperaturnya turun.
  • 9. 86 3.2.5 Alat dan Prosedur Pengujian 3.2.5.1 Bagian – Bagian Alat Beserta Fungsinya Gambar 3.6 Skema Peralatan Konveksi Paksa [1]. 1. Dioda Weatstone Berfungsi untuk menyearahkan arus listrik Gambar 3.7 Dioda Weatstone [8]. 2. Anemometer Berfungsi untuk mengukur kecepatan aliran udara (fluida) pada waktu awal dan suhu fluida keluar Gambar 3.8 Anemometer [9]. Display Termo kopel
  • 10. 87 3. Watt Meter Berfungsi untuk mengukur daya yang masuk Gambar 3.9 Watt Meter [8]. 4. Asbestos Berfungsi sebagai peredam panas yang akan merambat keluar melalui celah sambungan pipa Gambar 3.10 Asbestos [8]. 5. Gips Berfungsi sebagai isolator supaya panas dari pipa horizontal tidak keluar ke lingkungan Gambar 3.11 Gips [8].
  • 11. 88 6. Kawat Filamen Berfungsi untuk mendistribusikan panas ke pipa konveksi Gambar 3.12 Kawat filament [10]. 7. Regulator Berfungsi untuk mengatur tegangan yang dikeluarkan Gambar 3.13 Regulator [8]. 8. Pipa Konveksi Berfungsi untuk arah aliran fluida (udara). Gambar 3.14 Pipa konveksi [8].
  • 12. 89 9. Thermo display Berfungsi untuk menampilkan suhu terukur pada pipa konveksi(pada 4 titik). Gambar 3.15 Thermo display [8]. 10. Blower Berfungsi untuk memberi hembusan (penghembus) udara ke pipa konveksi. Gambar 3.16 Blower [8]. 11. Thermo kopel Untuk mengukur suhu pada pipa konveksi (pada 4 titik). Gambar 3.17 Sensor Thermokopel [8].
  • 13. 90 12. Stopwatch Untuk meegukur waktu kenaikan dan penurunan temperatur . Gambar 3.18 Stopwatch[8]. 3.2.5.2 Prosedur Pengujian Langkah-langkah pada pengujian ini adalah: 1. Menyambungkan alat-alat ke sumber listrik. 2. Mengatur daya keluaran dengan regulator sebesar 60 watt yang terukur pada watt meter 3. Mencatat suhu dinding awal pada thermo display dan suhu keluaran awal dengan anemometer. 4. Mencatat perubahan/kenaikan suhu dinding dan suhu keluaran setiap 30 detik hingga mencapai steady state (saat suhu dinding dan suhu keluaran tetap sama selama 5 kali pengambilan) 5. Setelah mencapai steady state, nyalakan blower untuk pengambilan data penurunan suhu. 6. Mencatat suhu dinding awal, suhu keluaran awal, dan kecepatan awal aliran 7. Mencatat perubahan suhu dinding, suhu keluaran, dan kecepatan aliran setiap 30 detik hingga mencapai steady state. 8. Setelah mencapai steady state, pencatatan dihentikan. 9. Mematikan blower.
  • 14. 91 3.3 DATA PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.3.1 Data Hasil Percobaan Tabel 3.1 Kenaikan Temperatur (Konveksi Alami) No Waktu (s) Suhu dinding (Tw) Suhu udara keluar T1 T2 T3 T4 TRata- rata T5 1 0 33 34 36 32 33,75 31,50 2 30 33 34 37 32 34,00 31,60 3 60 33 35 37 32 34,25 31,70 4 90 34 35 38 33 35,00 31,70 5 120 34 35 38 33 35,00 31,70 6 150 35 36 38 33 35,50 31,80 7 180 35 36 39 33 35,75 31,80 8 210 35 36 39 33 35,75 31,80 9 240 35 36 39 33 35,75 31,80 10 270 36 36 39 33 36,00 31,80 11 300 36 37 40 34 36,75 31,90 12 330 36 37 40 34 36,75 31,90 13 360 36 37 40 34 36,75 31,90 14 390 36 37 40 34 36,75 31,90 15 420 36 37 40 34 36,75 31,90 Tabel 3.2 Penurunan Temperatur (Konveksi Paksa) No Waktu Suhu dinding (Tw) U (m/s) (s) T1 T2 T3 T4 TRata- rata T5 1 0 36 37 40 34 36,75 32,30 4,00 2 30 35 37 40 34 36,50 32,40 4,20 3 60 35 37 40 34 36,50 32,40 4,30 4 90 35 37 40 34 36,50 32,40 4,40 5 120 35 37 40 34 36,50 32,40 4,50 6 150 35 37 40 34 36,50 32,40 4,50
  • 15. 92 3.3.2 Perhitungan Ralat 1. Sample perhitungan dari tabel konveksi alami pada 0 detik, diketahui : Tabel 3.3 Sample Data Konveksi Alami Pada t = 0 detik T (Suhu) 0C (T - T )2 T1 33 0,5625 T2 34 0,0625 T3 36 5,0625 T4 32 3,0625 T Rata-rata T = 33,75 Σ = 8,75 a. Galat (Error) ɛT = | T −𝑇𝑛 T |x 100 % ɛT1 = | 33,75−33 33,75 |x 100 % = 2,22 % ɛT2 = | 33,75−34 33,75 |x 100 % = 0,74 % ɛT3 = | 33,75−36 33,75 |x 100 % = 6,66 % ɛT4 = | 33,75−32 33,75 |x 100 % = 5,18 % b. Standar Deviasi δT = √ 𝛴( 𝑇− T ) 2 𝑛( 𝑛−1) = √ 8,7 4(4−1) = 0,853913 c. Nilai T sesungguhnya = (T ± δT) T = (33,75 ± 0,851469) 0C d. Ralat Nisbi Ralat Nisbi = %100      T T = 0,851469 33 ,75 x 100 % = 2,522872
  • 16. 93 e. Keseksamaan Keseksamaan = %1001        T T = (1 − 0,851469 33,75 )x100 % = 97,47713 % Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Ralat Data Temperatur Konvensi Alami Aliran Pipa Horizontal No. Waktu Galat (%) Ralat Keseksa- maan (%) (detik) T1 T2 T3 T4 Nisbi (%) 1 0 2,222222 0,740741 6,666667 5,185185 0,854 2,53 97,47 2 30 2,941176 0,000000 8,823529 5,882353 1,080 3,18 96,82 3 60 3,649635 2,189781 8,029197 6,569343 1,109 3,24 96,76 4 90 2,857143 0,000000 8,571429 5,714286 1,080 3,09 96,91 5 120 2,857143 0,000000 8,571429 5,714286 1,080 3,09 96,91 6 150 1,408451 1,408451 7,042254 7,042254 1,041 2,93 97,07 7 180 2,097902 0,699301 9,090909 7,692308 1,250 3,50 96,50 8 210 2,097902 0,699301 9,090909 7,692308 1,250 3,50 96,50 9 240 2,097902 0,699301 9,090909 7,692308 1,250 3,50 96,50 10 270 0,000000 0,000000 8,333333 8,333333 1,225 3,40 96,60 11 300 2,040816 0,680272 8,843537 7,482993 1,250 3,40 96,60 12 330 2,040816 0,680272 8,843537 7,482993 1,250 3,40 96,60 13 360 2,040816 0,680272 8,843537 7,482993 1,250 3,40 96,60 14 390 2,040816 0,680272 8,843537 7,482993 1,250 3,40 96,60 15 420 2,040816 0,680272 8,843537 7,482993 1,250 3,40 96,60 2. Sample perhitungan dari tabel konveksi paksa pada 0 detik, diketahui : Tabel 3.5 Sample Data Konveksi Paksa Pada t = 0 detik T (Suhu) 0C (T - T )2 T1 36 0,5625 T2 37 0,0625 T3 40 10,563 T4 34 7,563 T Rata-rata T = 36,75 Σ = 8,75
  • 17. 94 a. Galat (Error) ɛT = | T −𝑇𝑛 T |x 100 % ɛT1 = | 36,75−36 36,75 |x 100 % = 2,04 % ɛT2 = | 33,75−37 36,75 |x 100 % = 0,68 % ɛT3 = | 33,75−40 36,75 |x 100 % = 8,84 % ɛT4 = | 33,75−34 36,75 |x 100 % = 7,48 % b. Standar Deviasi δT = √ 𝛴( 𝑇− T ) 2 𝑛( 𝑛−1) = √ 8,7 4(4−1) = 1,250000 c. Nilai T sesungguhnya = (T ± δT) T = (36,75 ± 1,250000) 0C d. Ralat Nisbi Ralat Nisbi = %100      T T = 1,250000 36,75 x 100 % = 3,401361 % e. Keseksamaan Keseksamaan = %1001        T T = (1 − 1,250000 36 ,75 )x100 % = 96,59864 %
  • 18. 95 Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Ralat Data Temperatur Konveksi Paksa Aliran Pipa Horizontal No. Waktu Galat (%) Ralat Keseksa- maan (%)(detik) T1 T2 T3 T4 Nisbi (%) 1 0 2,040816 0,680272 8,843537 7,482993 1,250000 3,40 96,60 2 30 4,109589 1,369863 9,589041 6,849315 1,322876 3,62 96,38 3 60 4,109589 1,369863 9,589041 6,849315 1,322876 3,62 96,38 4 90 4,109589 1,369863 9,589041 6,849315 1,322876 3,62 96,38 5 120 4,109589 1,369863 9,589041 6,849315 1,322876 3,62 96,38 6 150 4,109589 1,369863 9,589041 6,849315 1,322876 3,62 96,38 3.3.3 Perhitungan Data Hasil Praktikum Contoh Perhitungan Konveksi Alami (Tabel 3.1) Um = 0,1 m/s (Laju aliran udara) L = 175 cm = 1,75 m (Panjang pipa) DI = 5,6 cm = 0,056 m (Diameter dalam pipa) Tb = Suhu fluida Tw = Suhu dinding Diperoleh dari tabel 3.1 pada no. 1 Tw = Trata-rata = 33,75 oC = 306,75 K Tb = 32 oC = 305 K (Suhu standar 1 atm kota Semarang) a. Suhu Limbak / Suhu Film 𝑇𝑓 = 𝑇 𝑤 + 𝑇𝑏 2 = 306,75 + 305 2 𝑇𝑓 = 305,875 K
  • 19. 96 Dengan melihat tabel A-5 (holman) dan melakukan interpolasi didapat: ρ = 1.1563 kg/m3 Tabel 3.7 Interpolasi temperatur dengan densitas T ⍴ 300 1,1774 305,875 X 350 0.998 Cara melakukan interpolasi : batas x − batas bawah batas atas − batas bawah = ρx − ρb ρa − ρb 305,875 − 300 350 − 300 = x − 1,1774 0,998 − 1,1774 𝑥 = [(( −0,1794 50 ). (5,875)) + 1,1774] 𝑥 = 1,1563 kg/m3 Dengan cara yang sama maka diperoleh data sebagai berikut : k = 0,0264 W/moC μ = 1,9879 x 10-5 kg/m.s μw = 1,989 x 10-5 kg/m.s Pr = 0,7074
  • 20. 97 b. Angka Reynold 𝑅𝑒 𝑑 = 𝜌𝑢 𝑚 𝑑 𝜇 𝑅𝑒 𝑑 = (1.1563 kg m3 ) X 0,1 m s X 0,056m 1,9879 X 10−5 kg/m. s 𝑅𝑒 𝑑 = 325,7405 Bilangan Reynold 2300 maka Alirannya laminar c. Angka Nusselt 𝑁 𝑢𝑑 = 1,86. (𝑅𝑒 𝑑. Pr)1 3⁄ ( 𝐷 𝐿 ) 1 3⁄ ( 𝜇 𝜇 𝑊 ) 0.14 Dimana 𝜇 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑇𝑓 𝑑𝑎𝑛 𝜇 𝑊 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑇 𝑤 𝑁 𝑢𝑑 = (1,86)𝑋(325,7405𝑥0.7074)0.3 𝑥( 0.056 1.75 )0.3 𝑥 ( 1,9879 X 10−5 1,989 X 10−5 ) 0.14 𝑁 𝑢𝑑 = 3,6199 d. Koefisien perpindahan kalor konveksi ℎ = 𝑘 𝐷 . 𝑁 𝑢𝑑 ℎ = 0,0264 W/m.C 0,056𝑚 𝑋 3,6199 ℎ = 1,7065 W/m2 oC e. Panas heater 𝑄 = ℎ. 2𝜋. 𝑟. 𝐿. (𝑇 𝑤 − 𝑇𝑏) 𝑄 = (1,7065) 𝑊 𝑚2 𝐶 . (2𝜋 ).(0,028) 𝑚 .(1,75) 𝑚 .(33,75 − 32)𝐶 𝑄 = 0,9190 𝑊𝑎𝑡𝑡
  • 21. 98 Contoh Perhitungan Konveksi Paksa (Tabel 3.2) Um = 4,0 m/s (Laju aliran udara) L = 175 cm = 1,75 m (Panjang pipa) Ddalam = 5,6 cm = 0,056 m (Diameter dalam pipa) Tb = Suhu fluida Tw = Suhu dinding Diperoleh dari tabel 3.2 pada no. 1 Tw = Trata-rata = 36,75 oC = 309,75 K Tb = 32 oC = 305 K (Suhu Standar 1 atm kota Semarang) a. Suhu Limbak / Suhu Film 𝑇𝑓 = 𝑇 𝑤 + 𝑇𝑏 2 𝑇𝑓 = 309,75 + 305 2 = 307,375 Dengan melihat tabel A-5 (holman) dan melakukan interpolasi didapat: ρ = 1.1509 kg/m3 Tabel 3.8 Interpolasi temperatur dengan densitas T ρ 300 1.1774 307,375 X 350 0.998
  • 22. 99 Cara melakukan interpolasi : 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑥 − 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠 − 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = 𝜌𝑥 − 𝜌 𝑏 𝜌 𝑎 − 𝜌 𝑏 307,375 − 300 350 − 300 = x − 1,1774 0,998 − 1,1774 𝑥 = [(( −0,1794 50 ). (7,375)) + 1,1774] x = 1,1509 Dengan cara yang sama maka diperoleh data sebagai berikut : k = 0,0269 W/moC μ = 2,0010 x 10-5 kg/m.s μw = 2,0110 x 10-5 kg/m.s Pr = 0.7058 b. Angka Reynold 𝑅𝑒 𝑑 = 𝜌𝜇 𝑚 𝑑 𝜇 𝑅𝑒 𝑑 = (1,1509 kg m3 ) X 2,0110 X 10−5 m s X 0,056m 2,001 X 10−5 kg/m.s 𝑅𝑒 𝑑 = 12884,67 Bilangan Reynold ≥ 2300 maka Alirannya turbulen c. Angka Nusselt 𝑁 𝑢𝑑 = 0.027. 𝑅𝑒 𝑑 0.8 . 𝑃𝑟0.3 ( 𝜇 𝜇 𝑊 ) 0.14 Dimana 𝜇 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑇𝑓 𝑑𝑎𝑛 𝜇 𝑊 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑇 𝑤
  • 23. 100 𝑁 𝑢𝑑 = (0,027)𝑥(12884,67)0.8 𝑥(0,7058)0.3 𝑥 ( 2,0010 X 10−5 2,0110 X 10−5 ) 0.14 𝑁 𝑢𝑑 = 0,5631 d. Koefisien perpindahan kalor konveksi ℎ = 𝑘 𝐷 . 𝑁 𝑢𝑑 ℎ = 0.0269 W/m.C 0.056𝑚 𝑥 0,5631 ℎ = 0,2705 W/m2 oC e. Panas heater 𝑄 = ℎ. 2𝜋. 𝑟. 𝐿. (𝑇 𝑤 − 𝑇𝑏) 𝑄 = (0,2705) 𝑊 𝑚2 𝐶 . (2𝜋 ).(0,028) 𝑚 .(1,75) 𝑚 .(36,75 − 32)𝐶 𝑄 = 0,3954 𝑤𝑎𝑡𝑡 3.3.4 Tabel Hasil Pengolahan Data Tabel 3.9 Hasil perhitungan data konveksi alami aliran pipa horizontal No. Um (m/s) Red Nud h (W/m2 0C) Q heater (watt) Tw (0C) Tb (0C) 1. 0,1 325,740 3,619 1,706 0,919 33,75 32 2. 0,1 325,614 3,619 1,706 1,050 34 32 3. 0,1 325,487 3,619 1,706 1,181 34,25 32 4. 0,1 325,108 3,617 1,705 1,574 35 32 5. 0,1 325,108 3,617 1,705 1,574 35 32 6. 0,1 324,856 3,616 1,705 1,836 35,5 32
  • 24. 101 7. 0,1 324,729 3,616 1,704 1,967 35,75 32 8. 0,1 324,729 3,616 1,704 1,967 35,75 32 9. 0,1 324,729 3,616 1,704 1,967 35,75 32 10. 0,1 324,603 3,615 1,704 2,098 36 32 11. 0,1 324,224 3,614 1,703 2,490 36,75 32 12. 0,1 324,224 3,614 1,703 2,490 36,75 32 13. 0,1 324,224 3,614 1,703 2,490 36,75 32 14. 0,1 324,224 3,614 1,703 2,490 36,75 32 15. 0,1 324,224 3,614 1,703 2,490 36,75 32 Tabel 3.10 Hasil perhitungan data konveksi paksa aliran pipa horizontal No. Um (m/s) Red Nud h (W/m2 oC) Qheater (watt) Tw (oC) Tb (oC) 1. 4,0 12884,07 0,563 0,270 0,395 36,75 32 2. 4,2 13533,54 0,572 0,274 0,380 36,5 32 3. 4,3 13855,77 0,576 0,277 0,383 36,5 32 4. 4,4 14178 0,581 0,279 0,386 36,5 32 5. 4,5 14500,23 0,585 0,281 0,389 36,5 32 6. 4,5 14500,23 0,585 0,281 0,389 36,5 32
  • 25. 102 3.4 PEMBAHASAN 3.4.1 Grafik dan Analisa Grafik a) Data Kenaikan Temperatur Gambar 3.6 Grafik Hubungan Temperatur Dinding dengan Waktu pada konveksi alami Analisa Grafik Grafik diatas menunjukan hubungan kenaikan temperatur dinding dengan waktu. Dari grafik tersebut terjadi kenaikan temperatur mengikuti bertambahnya waktu. Dari grafik tersebut ditunjukkan juga terdapat kestabilan temperatur pada beberapa waktu. Hal tersebut karena adanya perambatan panas dari heater pemanas ke dinding pipa, sehingga temperatur pipa akan sama dengan temperatur heater pemanas. 32.00 33.00 34.00 35.00 36.00 37.00 0 30 60 90 120150180210240270300330360390420 Temperatur(0C) Waktu (s) Grafik Hubungan Temperatur Dinding dengan Waktu Konveksi Alami
  • 26. 103 Gambar 3.7 Grafik Hubungan Temperatur Udara Keluar dengan Waktu pada konveksi alami Analisa Grafik Grafik diatas menunjukkan hubungan temperatur udara keluar dengan waktu. Dari grafik dapat terlihat bahwa suhu meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Dari grafik tersebut juga didapati beberapa waktu yang memiliki kestabilan temperatur pada percobaan. Hal tersebut karena adanya konveksi alami yang terjadi pada pipa. 31.30 31.40 31.50 31.60 31.70 31.80 31.90 32.00 0 30 60 90 120150180210240270300330360390420 Temperatur(0C) Waktu (s) Grafik Hubungan Temperatur Udara Keluar dengan Waktu Konveksi Alami
  • 27. 104 b) Data Penurunan Temperatur Gambar 3.8 Grafik Hubungan Temperatur Dinding dengan Waktu pada konveksi paksa Analisa Grafik Grafik diatas menunjukan penurunan temperatur pada dinding pipa seiring bertambahnya waktu. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh blower yang memberikan tekanan udara keluar pipa membawa kalor keluar pipa sehingga temperatur pipa menjadi turun. Perpindahan panas ini dapat disebut perpindahan panas secara konveksi paksa. 36.35 36.40 36.45 36.50 36.55 36.60 36.65 36.70 36.75 36.80 0 30 60 90 120 150 Temperatur(0C) Waktu (s) Grafik Hubungan Temperatur Dinding dengan Waktu Konveksi Paksa
  • 28. 105 Gambar 3.9 Grafik Hubungan Temperatur Udara Keluar dengan Waktu pada konveksi paksa Analisa Grafik Grafik diatas merupakan grafik hubungan temperatur udara keluar dengan waktu. Dari grafik diatas didapati peningkatan temperatur pada udara keluar yang terukur pada anemometer. Hal ini terjadi karena adanya udara yang diberikan blower membawa kalor dari dinding pipa keluar sehingga udara keluar yang diterima anemometer naik suhunya. 32.24 32.26 32.28 32.30 32.32 32.34 32.36 32.38 32.40 32.42 0 30 60 90 120 150 Temperatur(0C) Waktu (s) Grafik Hubungan Temperatur Udara Keluar dengan Waktu Konveksi Paksa
  • 29. 106 Gambar 3.10 Grafik Hubungan Kecepatan dan Koefisien Perpindahan Kalor pada Konveksi Paksa Analisa Grafik Grafik diatas adalah grafik hubungan kecepatan dan koefisien perpindahan kalor pada konveksi paksa. Dari grafik diatas didapati bahwa laju aliran besarnya berbanding lurus dengan koefisien perpindahan panasnya. Hal ini terjadi karena laju aliran yang diberikan blower membantu panas dari pipa keluar sehingga koefisien perpindahan panasnya akan semakin besar. 3.5 KESIMPULAN DAN SARAN 3.5.1 Kesimpulan Dari penghitungan konveksi alami dapat diperoleh hasil berupa laju fluida (U), bilangan reynold (Red), bilangan Nusselt (Nud), koefisiensi perpindahan panas (h), panas heater (Q), suhu dinding (Tw), dan suhu udara (Tb). Hasil yang didapat dari penghitungan tersebut antara lain bilangan reynold terbesar adalah 325,740 dan terkecil adalah 3244,224. Nilai bilangan Nusselt terbesar adalah 3,619 dan terkecil 3,614. 0.264 0.266 0.268 0.27 0.272 0.274 0.276 0.278 0.28 0.282 0.284 4 4.2 4.3 4.4 4.5 h(W/m2oC) Um(m/s) Grafik Hubungan Kecepatan dan Koefisien PerpindahanKalor Konveksi Paksa
  • 30. 107 Koefisiensi perpindahan panas terbesar adalah 1,706 W/m20C dan yang terkecil adalah 1,703 W/m20C. Temperatur dinding paling besar adalah 36,75 oC dan paling kecil 33,75 oC. Temperatur udara keluar paling besar adalah 31,900C dan paling kecil 31,500C. Dari penghitungan konveksi paksa dapat diperoleh hasil berupa laju fluida (U), bilangan reynold (Red), bilangan Nusselt (Nud), koefisiensi perpindahan panas (h), panas heater (Q), suhu dinding (Tw), dan suhu udara (Tb). Laju fluida yang terbesar 4,5 m/s dan terkecil 4,0 m/s. Bilangan reynold terbesar 14500,23 dan terkecil adalah 12884,07. Bilangan Nusselt terbesar adalah 0,585 dan terkecil 0,563. Koefisiensi perpindahan panas terbesar adalah 0,281 W/m2 oC dan terkecil 0,270 W/m2 oC. Temperatur dinding terbesar adalah 36,75 oC dan terkecil 36,5 oC. Temperatur udara keluar paling besar adalah 32,400C dan terkecil 32,300C. Dari pengujian konveksi alami dan konveksi paksa, diperoleh grafik waktu (t) vs suhu udara keluar (Tout) dan waktu (t) vs suhu dinding (Tw). Pada konveksi alami didapatkan grafik yang berbanding lurus antara waktu (t) dengan suhu dinding (Tw). Jadi semakin lama waktu pemanasan maka semakin besar temperatur dindingnya. Pada konveksi alami juga didapatkan grafik yang berbanding lurus antara waktu (t) dengan suhu udara keluar (Tout). Jadi semakin lama waktu pemanasan maka semakin besar temperatur udara keluar. Pada konveksi paksa didapatkan grafik yang berbanding terbalik antara waktu (t) dengan suhu dinding (Tw). Jadi semakin lama waktunya maka temperatur dindingnya menurun. Pada konveksi paksa juga didapatkan grafik yang berbanding lurus antara waktu (t) dengan suhu udara keluar (Tout). Jadi semakin lama waktunya maka temperatur udara keluar semakin besar. Pada konveksi paksa juga didapatkan grafik berbanding lurus antara kecepatan (v) dengan koefisien perpindahan kalor (h). Jadi semakin besar laju aliran maka semakin besar koefisiensi perpindahan panasnya. 3.5.2 Saran 1. Dalam mengambil data, praktikan sebaiknya teliti dan tidak terburu-buru. 2. Sebelum praktikum sebaiknya praktikan mempelajari dasar teori agar tidak terjadi kesalahan ketika pengambilan data. 3. Untuk perkembangan penellitian objek penelitian diperluas dengan menambah variabel yang mempengaruhi
  • 31. 108 DAFTAR PUSTAKA [1] Job Sheet Praktikum Fenomena Dasar 2014 [2] Buchori, Luqman. 2004. Diktat Kuliah Perpindahan Panas. Semarang: Teknik Kimia Universitas Diponegoro [3] Incropera, Frank P. 2006. Fundamental of Heat and Mass Transfer 6 th ed. New York : Wiley. [4] http://id.wikipedia.org/wiki/Koefisien_pindah_panas diakses 27/05/2014 [5] Bruce R, Munson. 2002. Fundamentals of Fluid Mechanics. New York : Willey [6] Holman, J. P. 1980. Perpindahan Kalor. Bandung : Erlangga [7] http://otomotif-spot.blogspot.com diakses 27/05/2014 02:21 [8] Laboratorium Termofluida Universitas Diponegoro [9] http://www.sgimportaciones.cl diakses 29/05/2014 02:14 [10] www.bangoalloy.com diakses 29/05/2014 02:18