SlideShare a Scribd company logo
1 of 460
Download to read offline
TERMODINAMIKA 2
Oleh:
i. Ir. Natalia Suseno, M.Si
ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng
WEEK 1:
Pendinginan dan Pencairan
KONTRAK PERKULIAHAN
Minggu Topik (Indonesia)
1 Pendinginan dan Pencairan Bagian 1
2 Pendinginan dan Pencairan Bagian 2
3 Ruang Lingkup Termodinamika Larutan Bagian 1
4 Ruang Lingkup Termodinamika Larutan Bagian 2
5 Ruang Lingkup Termodinamika Larutan Bagian 3
6 Proses Pencampuran Bagian 1
7 Proses Pencampuran Bagian 2
8 Pengantar Kesetimbangan Fasa Bagian 1
9 Pengantar Kesetimbangan Fasa Bagian 2
10 Formulasi Termodinamika untuk Uap-Cair Bagian 1
11 Formulasi Termodinamika untuk Uap-Cair Bagian 2
12 Kesetimbangan Reaksi Kimia Bagian 1
13 Kesetimbangan Reaksi Kimia Bagian 2
14 Kesetimbangan Reaksi Kimia Bagian 3
Susunan materi pembelajaran
mengalami penyesuaian, adapun
terdapat penggantian buku acuan
perkuliahan sehingga kedepannya
setiap pertemuan akan diinfokan
terkait pergeseran materi dari buku
acuan sebelumnya.
Edisi 7
Edisi 8
KONTRAK PERKULIAHAN
Poin Penilaian Persentase Bobot (%)
Tugas 10-15
Quiz 10-20
Ujian 70-80
Besaran Persentase Penilaian NTS/NAS Akan Menyesuaikan Kecenderungan Nilai
(Diambil Terbaik)
Penilaian Tugas Persentase Bobot (%) [Apabila benar semua]
Tepat Waktu 100
Terlambat 1-2 Minggu 85
Terlambat Lebih dari 2 Minggu 70
LINGKUP TERMODINAMIKA
REVIEW:
KORELASI TERMODINAMIKA
1โ†’2
Pemahaman hukum
termodinamika 1 dan
konsep-konsep terkait
konservasi energi
Sifat volumetrik fluida
Efek panas Hukum
termodinamika 2
Aplikasi hukum
termodinamika pada
fluida bergerak
Apa yang saudara pikirkan terkait proses pendinginan dan pencairan?
PENGANTAR
PENGANTAR
SIKLUS PENDINGINAN
CARNOT
โ€ข Proses pendinginan mengacu pada serap panas dari suatu area
pada suhu dibawah suhu lingkungan dan melepaskan panas
yang diserap ke lingkungan.
โ€ข Terdapat dua proses isotermal yaitu pada penyerapan panas
(๐‘„๐ถ) pada suhu rendah (๐‘‡๐ถ) dan pelepasan panas (๐‘„๐ป) pada
suhu tinggi (๐‘‡๐ป). Siklus berlangsung diantara dua suhu tersebut
secara adiabatis. Proses berlangsung memerlukan kerja yang
disuplai kedalam sistem (๐‘Š)
Parameter efektivitas dari proses pendinginan ini disebut coefficient of performance (๐Ž), yang
mana dapat didefinsikan sebagai perbandingan jumlah panas yang dapat diserap pada suhu rendah
dengan total kerja yang diperlukan.
๐œ” =
โ„Ž๐‘’๐‘Ž๐‘ก ๐‘Ž๐‘๐‘ ๐‘œ๐‘Ÿ๐‘๐‘’๐‘‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘™๐‘œ๐‘ค๐‘’๐‘Ÿ ๐‘ก๐‘’๐‘š๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘ข๐‘Ÿ๐‘’
๐‘›๐‘’๐‘ก ๐‘ค๐‘œ๐‘Ÿ๐‘˜
=
๐‘„๐ถ
๐‘Š
๐œ” =
๐‘‡๐ถ
๐‘‡๐ป + ๐‘‡๐ถ
EFEKTIVITAS
PENDINGINAN
Applies only to a refrigerator operating on a Carnot cycle, which yields the maximum
possible value of ฯ‰ for a refrigerator operating between given values of ๐‘ป๐‘ฏ and ๐‘ป๐‘ช
PERBANDINGAN PROSES VAPOR
COMPRESSION MENGGUNAKAN
EXPANDER DAN THROTTLE
Expander
Compressor
Condenser
Evaporator
๐‘„๐ป
๐‘Š ๐‘Š
๐‘„๐ถ
Absorbsi
Isobaric & Isothermal
Kompresi
Adiabatic
Kondensasi
Isothermal
Ekspansi
Adiabatic
Throttle
Compressor
Condenser
Evaporator
๐‘Š
๐‘„๐ป
๐‘„๐ถ
Absorbsi
Isobaric & Isothermal
Kompresi
Adiabatic
Kondensasi
Isothermal
Ekspansi
Adiabatic
1โ†’2 Proses evaporasi secara isothermal dan isobaric
2โ†’3โ€™ Proses kompresi secara adiabatic reversible
2โ†’3 Proses kompresi secara adiabatic irreversible
3โ†’4 Proses pendinginan secara isothermal dan isobaric
4โ†’1 Proses ekspansi adiabatic reversible
1โ†’2 Proses evaporasi secara isothermal dan isobaric
2โ†’3โ€™ Proses kompresi secara adiabatic reversible
2โ†’3 Proses kompresi secara adiabatic irreversible
3โ†’4 Proses pendinginan secara isothermal dan isobaric
4โ†’1 Proses ekspansi adiabatic irreversible
Expander Throttle
Expander Throttle
๐‘„๐ถ ๐ป2 โˆ’ ๐ป1 ๐ป2 โˆ’ ๐ป1
๐‘„๐ป ๐ป3 โˆ’ ๐ป4 ๐ป3 โˆ’ ๐ป2
๐‘Š ๐ป3 โˆ’ ๐ป4 โˆ’ (๐ป1 โˆ’ ๐ป2) ๐ป3 โˆ’ ๐ป2
๐œ” ๐ป2 โˆ’ ๐ป1
๐ป3 โˆ’ ๐ป4 โˆ’ (๐ป2 โˆ’ ๐ป1)
๐ป2 โˆ’ ๐ป1
๐ป3 โˆ’ ๐ป2
แˆถ
๐‘š ๐‘„๐ถ
๐ป2 โˆ’ ๐ป1
๐‘„๐ถ
๐ป2 โˆ’ ๐ป1
PERBANDINGAN PROSES VAPOR
COMPRESSION MENGGUNAKAN
EXPANDER DAN THROTTLE
โ€ข Step 1โ†’2
Proses penyerapan panas pada suhu (๐‘‡) dan tekanan (P) konstan, hal ini terjadi ketika cairan
pendingin mengalami penguapan yang mengakibatkan penyerapan panas.
โ€ข Step 2โ†’3โ€™
Uap yang diproduksi tersebut dikompresi melalui garis putus-putus, secara isentropic (adiabatic
reversible).
Sedangkan
โ€ข Step 2โ†’3
Merupakan proses kompresi irreversible yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai entropi dan
kecondongan dari garis
TAHAPAN-TAHAPAN
PROSES SEDERHANA
โ€ข Step 3โ†’4
Fluida pada kondisi suhu dan tekanan tinggi ini didinginkan serta dikondensasi sehingga
melepaskan panas ke lingkungan
โ€ข Step 4โ†’1
Cairan dari kondensor terekspansi menuju kondisi semula. Proses ini dapat dilakukan
menggunakan throttle valve ataupun turbine. Akan tetapi proses lebih sering dilakukan
menggunakan throttle valve karena penggunaan alat ini lebih mudah untuk dikontrol.
Penurunan tekanan selama proses irreversible merupakan akibat adanya friksi yang
terbentuk didalam valve
TAHAPAN-TAHAPAN
PROSES SEDERHANA
๐œ” =
๐ป2 โˆ’ ๐ป4
๐ป3 โˆ’ ๐ป2
๐‘„๐ป = ๐ป4 โˆ’ ๐ป3
๐‘„๐ถ = ๐ป2 โˆ’ ๐ป1
แˆถ
๐‘š =
แˆถ
๐‘„๐ถ
๐ป2 โˆ’ ๐ป1
โ€ข Koefisien performa dari pendinginan menggunakan siklus carnot tidak bergantung pada jenis
refrigerant yang digunakan. Akan tetapi untuk proses nyata refrigerant memegang peranan
penting dalam performa proses.
โ€ข Berikut beberapa parameter utama pemilihan refrigerant:
1. Toksisitas
2. Sifat mudah terbakar
3. Biaya
4. Sifat korosi
5. Tekanan uap
โ€ข Tekanan uap dari refrigerant harus lebih tinggi dari tekanan atmosferik, sehingga jika terjadi
kebocoran tidak berakibat pada masuknya udara kedalam sistem
PARAMETER PEMILIHAN
REFRIGERANT
โ€ข Tekanan uap dari refrigerant juga tidak terlalu tinggi, hal tersebut dapat mengakibatkan biaya
proses menjadi mahal
โ€ข Beberapa jenis refrigerant sudah dikenal secara umum, diantaranya sebagai berikut:
1. Ammonia, Methyl Chloride, Carbon Dioxide, dan Propane
2. Fully halogenated hydrocarbons such as CCl3F(CFC-11) dan CCl2F2
3. Less halogenated hydrocarbons such as CHCl2CF3 (HCFC-123), CF3CH2F (HFC-134a), dan
CHF2CF3 (HFC-125)
โ€ข Beberapa jenis refrigerant berbasis halogen sudah cukup dihindari karena potensi kerusakan
lingkungan akibat kebocoran dan berakibat pada kerusakan ozon
PARAMETER PEMILIHAN
REFRIGERANT
Contoh,
Pertanyaan:
Suatu ruang didinginkan pada temperatur -20oC, air pendingin tersedia pada temperatur 21oC.
Kapasitas pendinginan 120000 kJ/h. Evaporator dan Kondensor memiliki beda suhu 5oC yang
merupakan temperatur minimum agar proses transfer dapat berlangsung. Fluida pendingin 1,1,1,2-
tetrafluoroethane (HFC-134a), yang mana data properti tersedia secara lengkap.
1) Berapa nilai koefisien perfoma siklus pendinginan karnot?
2) Berapa nilai koefisien perfoma siklus pendinginan kompresi uap, jika efisiensi kompresor 0,8
(80%)
Jawaban (1):
Berdasarkan persaman perhitungan koefisein perfoma siklus karnot, maka nilai dapat dihitung
sebagai berikut:
๐œ” =
๐‘‡๐ถ
๐‘‡๐ป โˆ’ ๐‘‡๐ถ
๐œ” =
(โˆ’25 + 273,15)
(26 + 273,15) โˆ’ (โˆ’25 + 273,15)
๐œ” =
248,15
299,15 โˆ’ 248,15
๐œ” = 4,87
Contoh,
Jawaban (2):
Berdasarkan informasi yang
diperoleh, maka nilai-nilai
properti pada kondisi
tempertur -25oC dapat
dicari:
๐‘ƒ = 1,064 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ
๐ป๐‘ฃ
= 383,45
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
๐‘†๐‘ฃ = 1,746
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
Contoh,
Jawaban (2):
Berdasarkan informasi yang
diperoleh, maka nilai-nilai
properti pada kondisi
tempertur 26oC dapat dicari:
๐‘ƒ = 6,854 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ
๐ป๐‘ฃ = 412,84
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
๐‘†๐‘ฃ = 1,716
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
Contoh,
Jawaban (2):
Proses kompresi fluida pendingin terjadi pada tahap
2โ†’3โ€™ yaitu proses adiabatic reversible (isentropic)
pada kondisi ini diketahui bahwa nilai:
๐‘†2 = ๐‘†3
โ€ฒ
Maka nilai,
๐‘†3
โ€ฒ
= 1,746
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”. ๐พ
Contoh,
Contoh,
Jawaban (2):
Dari grafik
disamping
diperoleh nilai
entalpi:
๐ป3
โ€ฒ
= 421,97
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
Jawaban (2):
Proses kompresi fluida pendingin terjadi pada tahap
2โ†’3โ€™ menghasilkan nilai beda entalpi isentropic
yang dapat dihitung melalui persamaan berikut:
โˆ†๐ป ๐‘† = ๐ป3
โ€ฒ
โˆ’ ๐ป2
โˆ†๐ป ๐‘† = 421,97 โˆ’ 383,45
โˆ†๐ป ๐‘† = 38,52
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
Nilai perubahan entalpi pada kompresor
sesungguhnya dihitung melalui persamaan berikut:
Contoh,
Jawaban (2):
Proses kompresi fluida pendingin terjadi pada tahap
2โ†’3 menghasilkan nilai perubahan entalpi pada
kompresor sesungguhnya dihitung melalui
persamaan berikut:
๐ป3 โˆ’ ๐ป2 =
โˆ†๐ป ๐‘†
๐œ‚
๐ป3 โˆ’ ๐ป2 =
38,52
0,8
๐ป3 โˆ’ ๐ป2 = 48,15
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
Contoh,
Jawaban (2):
Proses throttling pada 1โ†’4 merupakan proses
isenthalpic (ฮ”๐ป = 0) atau ๐ป1 = ๐ป4, secara lebih
jelas dapat dilihat melalui gambar disamping.
Nilai koefisien performa kompresi uap dapat
dihitung melalui persamaan berikut:
๐œ” =
๐ป2 โˆ’ ๐ป4
๐ป3 โˆ’ ๐ป2
=
383,45 โˆ’ 235,97
48,15
= 3,06
Contoh,
Jawaban (2):
Banyaknya massa fluida pendingin yang tersiklus dapat dihitung melalui persamaan berikut:
แˆถ
๐‘š =
แˆถ
๐‘„
๐ป2 โˆ’ ๐ป4
แˆถ
๐‘š =
12000
383,45 โˆ’ 235,97
แˆถ
๐‘š = 814
๐‘˜๐‘”
โ„Ž
Contoh,
Condenser
Evaporator
c
c
Throttle
Compressor
Condenser
Evaporator
๐‘Š
๐‘„๐ป
๐‘„๐ถ
Condenser
Evaporator
c
c
Absorber
&
Generator
Throttle
Condenser
Evaporator
Absorber
&
Generator
๐‘„๐ป
๐‘„๐ถ
PERBANDINGAN PROSES VAPOR
COMPRESSION DAN
ABSORPTION
๐‘Š =
๐‘‡๐‘† โˆ’ ๐‘‡๐ถ
๐‘‡๐ถ
๐‘„๐ถ
๐‘„๐ป
๐‘„๐ถ
=
๐‘‡๐ป
๐‘‡๐ป โˆ’ ๐‘‡๐‘†
๐‘‡๐‘† โˆ’ ๐‘‡๐ถ
๐‘‡๐ถ
โ€ข Nilai kerja yang dibutuhkan mesin
pendingin tipe absorbsi Carnot
dituliskan sebagai berikut:
โ€ข Batasan nilai kondisi absorbsi Carnot
dituliskan sebagai rasio panas dari
reservoir panas dengan reservoir dingin:
MESIN PENDINGIN TIPE
ABSORBSI
Mesin Pendingin Tipe Absorbsi
โ€ข Siklus pendinginan absorbsi memiliki dua rentang tekanan kerja, yaitu:
1. Tekanan rendah meliputi penguapan (evaporator) dan penyerapan (absorption)
2. Tekanan tinggi meliputi pembentukan uap (generator) dan pengembunan (condenser)
โ€ข Siklus pendinginan absorbsi menggunakan dua jenis fluida, yaitu:
1. Fluida penyerap
2. Fluida refrigerant
โ€ข Siklus pendinginan absorbsi mengenal dua jenis larutan, yaitu:
1. Larutan pekat โ†’ Uap refrigerant
2. Larutan encer โ†’ Refrigerant cair
MESIN PENDINGIN TIPE
ABSORBSI
โ€ข Saat ini, kombinasi antara fluida penyerap dan fluida refrigerant yang umum digunakan yaitu
1. ๐ป2๐‘‚ โˆ’ ๐ฟ๐‘–๐ต๐‘Ÿ โ†’ Fluida penyerap
2. ๐‘๐ป3 โˆ’ ๐ป2๐‘‚ โ†’ Fluida refrigenant
MESIN PENDINGIN TIPE
ABSORBSI
THANK YOU
TERMODINAMIKA 2
Oleh:
i. Ir. Natalia Suseno, M.Si
ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng
WEEK 2:
Pendinginan dan Pencairan
LINGKUP TERMODINAMIKA
REVIEW:
KORELASI TERMODINAMIKA
1โ†’2
Pemahaman hukum
termodinamika 1 dan
konsep-konsep terkait
konservasi energi
Sifat volumetrik fluida
Efek panas Hukum
termodinamika 2
Aplikasi hukum
termodinamika pada
fluida bergerak
REVIEW:
Apa yang saudara pikirkan terkait proses pencairan?
PENGANTAR
REVIEW:
PENCAIRAN
Pencairan dapat terjadi ketika gas didinginkan ke suhu di wilayah
dua fase yang dapat dicapai dengan beberapa cara berikut:
1. Pertukaran panas pada tekanan konstan
2. Proses ekspansi dimana dihasilkan kerja
3. Proses Throttling
Terdapat dua jenis proses yang sudah dikenal yaitu:
1. Proses Linde
2. Proses Claude
โ€ข Proses Throttling
adalah proses
termodinamika
yang digunakan
untuk mengurangi
atau menurunkan
tekanan suatu
fluida. Berlaku
proses isoentalpi
(ฮ”H=0)
Proses Linde Proses Claude
PERBANDINGAN PROSES
LINDE DAN CLAUDE
Neraca Energi
โˆ† ๐ป +
1
2
๐‘ข2 + ๐‘ง๐‘” ๐‘š = ๐‘„ + ๐‘Š
๐‘ 
Pada sistem yang ditinjau diasumsikan tidak terjadi perubahan kecepatan fluida, ketinggian
fluida, dan panas yang keluar maupun masuk sistem. Maka persamaan dapat disusun ulang
sebagai berikut:
๐‘š9๐ป9 + ๐‘š15๐ป15 โˆ’ ๐‘š4๐ป4 = ๐‘Š๐‘œ๐‘ข๐‘ก
Diketahui bahwa kerja yang dihasilkan dari proses ekspansi dapat ditulis sebagai berikut:
๐‘Š๐‘œ๐‘ข๐‘ก = ๐‘š12(๐ป12 โˆ’ ๐ป5)
Maka persamaan dapat disubtitusi menjadi persamaan berikut:
๐‘š9๐ป9 + ๐‘š15๐ป15 โˆ’ ๐‘š4๐ป4 = ๐‘š12(๐ป12 โˆ’ ๐ป5)
PENURUNAN PERSAMAAN
DARI NERACA ENERGI
Apabila setiap suku dibagi dengan laju alir ๐‘š4 maka diperoleh sebagai berikut:
๐‘š9
๐‘š4
๐ป9 +
๐‘š15
๐‘š4
๐ป15 โˆ’ ๐ป4 =
๐‘š12
๐‘š4
(๐ป12 โˆ’ ๐ป5)
Dari neraca massa sistem dapat dituliskan bahwa ๐‘š15 = ๐‘š4 โˆ’ ๐‘š9, maka persamaan berubah
menjadi:
๐‘š9
๐‘š4
๐ป9 +
๐‘š4 โˆ’ ๐‘š9
๐‘š4
๐ป15 โˆ’ ๐ป4 =
๐‘š12
๐‘š4
(๐ป12 โˆ’ ๐ป5)
Subtitusi
๐‘š9
๐‘š4
= ๐‘ง mengimplementasikan fraksi aliran yang tercairkan, sedangkan
๐‘š12
๐‘š4
= ๐‘ฅ
mengimplementasikan fraksi aliran yang keluar dari sistem penukar panas.
๐‘ง๐ป9 +
๐‘š4 โˆ’ ๐‘š9
๐‘š4
๐ป15 โˆ’ ๐ป4 = ๐‘ฅ(๐ป12 โˆ’ ๐ป5)
PENURUNAN PERSAMAAN
DARI NERACA ENERGI
๐‘ง =
๐‘ฅ ๐ป12 โˆ’ ๐ป5 + ๐ป4 โˆ’ ๐ป15
๐ป9 โˆ’ ๐ป15
Persamaan tersebut digunakan untuk proses Claude, apabila proses Linde yang mana tidak
terdapat proses ekstraksi kerja menggunakan ekspander maka persamaan dapat ditulis
menjadi berikut:
๐‘ง =
๐ป4 โˆ’ ๐ป15
๐ป9 โˆ’ ๐ป15
PENURUNAN PERSAMAAN
DARI NERACA ENERGI
Example 9.3
Gas alam diasumsi hanya mengandung metana murni akan dicairan melalui proses Claude,
kompresi pada tekanan 60 bar dan pendinginan awal 300 K. Keluaran dari ekspander dan throttle
pada tekanan 1 bar. Metana recycle pada titik 15 (figur 9.7) bertekanan 1 bar. Asumsi tidak
terdapat kebocoran panas menuju sistem dari lingkungan, dan ekspander memiliki efisiensi 80%
dengan fasa keluaran uap jenuh. Draw-off dari ekspander 25% masuk kedalam penukar panas
(x=0,25), berapa fraksi z metana yang tercairkan serta berapa suhu dari aliran bertekanan yang
masuk kedalam proses throttling?
Solution 9.3
Penyelesaian memerlukan data dari appendix F ed 8) tersedia dalam satuan British Unit,
sedangkan pada appendix F ed 6 tersedia dalam satuan SI.
โ€ข Kondisi awal, 60 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ = 870,226 ๐‘๐‘ ๐‘–๐‘Ž dan 300 ๐พ = 80,33๐‘œ๐น
โ€ข Kondisi akhir, 1 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ = 14,5038 ๐‘๐‘ ๐‘–๐‘Ž dan 295 ๐พ = 71,33๐‘œ๐น
Perolehan data dari PH-T diagram metana sebagai berikut:
๐ป4 = 855,3
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
(300 K dan 60 bar)
๐ป15 = 903,0
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
(295 K dan 1 bar)
Untuk cair dan uap jenuh pada tekanan 1 bar:
๐‘‡๐‘ ๐‘Ž๐‘ก = 111,5 ๐พ
๐ป9 = โˆ’0,6
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
(Cair jenuh)
๐ป12 = 510,6
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
(Uap Jenuh)
๐‘†12 = 4,579
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
(Uap Jenuh)
Entalpi pada titik 5 diperlukan untuk penyelesaian persamaan ๐‘ง =
๐‘ฅ ๐ป12;๐ป5 :๐ป4;๐ป15
๐ป9;๐ป15
.
Dengan demikian, diperlukan korelasi terkait, diantaranya efisiensi ekspander (๐œ‚), dan nilai
entalpi yang sepadan. Diketahui bahwa nilai entalpi pada titik 5 sepadan dengan titik 11
(๐ป5 = ๐ป11). Perhitungan entalpi didalam ekspander dapat ditulis demikian:
ฮ”๐ป = ๐ป12 โˆ’ ๐ป5 = ๐œ‚ ฮ”๐ป ๐‘† = ๐œ‚(๐ป12
โ€ฒ
โˆ’ ๐ป5)
Disusun ulang, dan diperoleh persamaan ๐ป12:
๐ป12 = ๐ป5 + ๐œ‚(๐ป12
โ€ฒ
โˆ’ ๐ป5)
๐ป12
โ€ฒ
merupakan entalpi pada tekanan 1 bar yang dihasilkan oleh proses ekspansi isentropic dari
titik 5. Trial perhitungan dilakukan dengan mengambil suhu pada titik 5 (๐‘‡5) , maka dapat
diketahui nilai ๐ป5 dan ๐‘†5, serta perhitungan untuk ๐ป12
โ€ฒ
. Sebagai contoh perhitungan, pada trial
๐‘ƒ = 60 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ dan ๐‘‡ = 260 ๐พ, diperoleh nilai entalpi dan entropi sebesar 745,27
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
dan 4,033
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”.๐พ
.
Nilai entropi cair dan uap jenuh sebesar ๐‘†๐‘™ = 0,005
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”.๐พ
dan ๐‘†๐‘ฃ = 4,579
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”.๐พ
.
Menggunakan nilai tersebut ekspansi isentropik dari 260 ๐พ dan 60 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ menuju
1 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ memberikan fraksi uap 0,8808.
๐ป12
โ€ฒ
= ๐ป9
๐‘™
+ ๐‘ฅ๐‘ฃ(๐ป12
๐‘ฃ
โˆ’ ๐ป9
๐‘™
)
๐ป12
โ€ฒ
= โˆ’0,6 + (0,8808)(510,6 + 0,6)
๐ป12
โ€ฒ
= 449,665
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
Hasil perhitungan disubtitusikan pada persamaan untuk menghitung entalpi sesungguhnya:
๐ป12 = ๐ป5 + ๐œ‚(๐ป12
โ€ฒ
โˆ’ ๐ป5)
๐ป12 = 745,27 + (0,80)(449,665 โˆ’ 745,27)
๐ป12 = 508,786
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
Apabila nilai ๐ป12 hasil perhitungan sudah sesuai, maka nilai selanjutnya disubtitusikan pada
persamaan perhitungan rasio tercairkan. Jika belum, dilakukan trial ulang nilai ๐‘‡5.
๐“ =
0,25 510,6;748,8 :855,3;903,0
;0,6;903,0
= 0,1187
Maka, diperoleh bahwa 11,87% metana masuk kedalam alat penukar panas (heat exchanger [HE])
tercairkan. Perhitungan dilanjutkan untuk mengetahui suhu pada titik 7. Maka perlu dilakukan
penurunan neraca energi untuk HE 1 dan HE 2. Korelasi untuk HE 1 sebagai berikut:
๐‘š4 ๐ป5 โˆ’ ๐ป4 + ๐‘š15 ๐ป15 โˆ’ ๐ป14 = 0
Hubungan matematis ๐‘š15 = ๐‘š14 โˆ’ ๐‘š9 dan ๐‘š9/๐‘š4 = ๐“, diperoleh korelasi baru berikut:
๐ป14 =
๐ป5;๐ป4
1;๐“
+ ๐ป15 =
748,8;855,3
1;0,1187
+ 903,0
Sehingga perolehan nilai ๐ป14 = 782,2
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
dan ๐‘‡14 = 239,4 ๐พ (1 bar). Cara yang sama dilakukan
untuk memperoleh korelasi HE 2 sebagai berikut:
๐‘š7 ๐ป7 โˆ’ ๐ป5 + ๐‘š14 ๐ป14 โˆ’ ๐ป12 = 0
Hubungan matematis ๐‘š7 = ๐‘š4 โˆ’ ๐‘š12 dan ๐‘š14 = ๐‘š4 โˆ’ ๐‘š9, dengan difinisi ๐“ dan ๐“, disusun
ulang persamaan dan membentuk persamaan berikut:
๐ป7 = ๐ป5 โˆ’
1;๐“
1;๐“
๐ป14 โˆ’ ๐ป12
๐ป7 = 748,8 โˆ’
1;0,1187
1;0,25
(782,2 โˆ’ 510,6)
Sehingga perolehan nilai ๐ป7 = 429,7
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
dan ๐‘‡7 = 199,1 ๐พ (60 bar). Apabila terjadi peningkatan
nilai ๐“, maka berakibat pada menurunnya ๐‘‡7. Hal tersebut memungkinkan suhu mendekati suhu
saturasi, yang berakibat pada meningkatnya luasan penukar panas (heat exchanger 2) mendekati
tak hingga. Oleh itu, ๐“ perlu dibatasi, untuk optimasi biaya yang dibutuhkan untuk penukar panas
(heat exchanger 2). Jika kondisi ๐“ = 0, maka sistem Linde berlaku:
๐“ =
855,3 โˆ’ 903,0
โˆ’0,6 โˆ’ 903,0
= 0,0528
Pada kasus tersebut, ~5,3% gas masuk kedalam throttle dan cairan, suhu pada ๐‘‡7 dapat dihitung
melalui entalpi dan neraca energi:
๐ป7 = ๐ป4 โˆ’ 1 โˆ’ ๐“ ๐ป15 โˆ’ ๐ป10
Subtitusi nilai sebagai berikut:
๐ป7 = 855,3 โˆ’ 1 โˆ’ 0,0528 903,0 โˆ’ 510,6 = 483,6
๐‘˜๐ฝ
๐‘˜๐‘”
Dan perolehan ๐‘‡7 = 202,1 ๐พ
THANK YOU
TERMODINAMIKA 2
Oleh:
i. Ir. Natalia Suseno, M.Si
ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng
WEEK 3:
Ruang Lingkup Termodinamika Larutan
LINGKUP TERMODINAMIKA
REVIEW:
Total energi Gibbs pada sistem tertutup berhubungan dengan variabel tekanan dan suhu, yang
dapat dituliskan :
Pada sistem tertutup serta tidak terjadi reaksi, dan komposisi didalam sistem konstan maka
dapat dituliskan sebagai berikut:
Apabila pada kasus fasa tunggal dengan sistem terbuka, maka akan terdapat aliran material
masuk dan keluar sistem, sehingga energi bebas Gibbs menjadi fungsi jumlah mol dari setiap
spesies:
DASAR-DASAR
HUBUNGAN PROPERTI
๐‘‘ ๐‘›๐บ = ๐‘›๐‘‰ ๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘›๐‘† ๐‘‘๐‘‡
๐œ• ๐‘›๐บ
๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘›
= ๐‘›๐‘‰
๐œ• ๐‘›๐บ
๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘›
= โˆ’๐‘›๐‘†
๐‘›๐บ = ๐‘”(๐‘ƒ, ๐‘‡, ๐‘›1, ๐‘›2, โ€ฆ , ๐‘›๐‘–, โ€ฆ )
Jika dituliskan dalam bentuk turunan total energi bebas Gibbs, maka diperoleh persamaan
sebagai berikut:
Penjumlahan total dari perubahan energi bebas Gibbs terhadap spesies i serta nilai konstan
spesies lainnya membentuk suatu besaran termodinamika yang didefiniskan sebagai potensial
kimia (chemical potential) dari spesies i dituliskan sebagai berikut:
Dengan demikian persamaan untuk sistem terbuka dapat dituliskan menjadi sebagai berikut:
DASAR-DASAR
HUBUNGAN PROPERTI
๐‘‘ ๐‘›๐บ =
๐œ• ๐‘›๐บ
๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘›
๐‘‘๐‘ƒ +
๐œ• ๐‘›๐บ
๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘›
๐‘‘๐‘‡ + เท
๐‘–
๐œ• ๐‘›๐บ
๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘‡,๐‘ƒ,๐‘›๐‘—
๐‘‘๐‘›๐‘–
๐œ‡๐‘– โ‰ก
๐œ• ๐‘›๐บ
๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘‡,๐‘ƒ,๐‘›๐‘—
๐‘‘ ๐‘›๐บ = ๐‘›๐‘‰ ๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘›๐‘† ๐‘‘๐‘‡ + เท
๐‘–
๐œ‡๐‘– ๐‘‘๐‘›๐‘–
Pada kasus khusus yang melibatkan setiap mol larutan, maka persamaan perubahan energi
bebas Gibbs ditulis demikian:
Apabila ditinjau untuk energi bebas Gibbs total sebagai berikut:
Konsep dasar ini sangat penting, kedepannya untuk aplikasi-aplikasi korelasi termodinamika.
DASAR-DASAR
HUBUNGAN PROPERTI
๐‘‘๐บ = ๐‘‰ ๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘†๐‘‘๐‘‡ + เท
๐‘–
๐œ‡๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ๐‘–
๐บ = ๐บ(๐‘ƒ, ๐‘‡, ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘–, โ€ฆ )
Pada sistem tertutup fasa tunggal PVT yang mengandung berbagai spesies yang berinteraksi,
seluruh perubahan mol hanya berasal dari reaksi kimia. Akibatnya, persamaan untuk sistem
terbuka dan tertutup tersebut akan valid apabila nilai potensial kimia total adalah nol.
Adapun persamaan tersebut juga menjadi criteria umum untuk suatu sistem disebut mengalami
kesetimbangan reaksi kimia pada sistem tertutup fasa tunggal PVT.
POTENSIAL KIMIA DAN
KESETIMBANGAN
เท
๐‘–
๐œ‡๐‘–๐‘‘๐‘›๐‘– = 0
Mengacu pada kesetimbangan fasa, yang mengandung dua fasa berkesetimbangan dengan
setiap fasa terbuka dan berinteraksi satu sama lain serta mengalami perpindahan massa antar
fasa. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
Adapun ๐›ผ dan ๐›ฝ mewakili setiap fasa yang berinteraksi.
KESETIMBANGAN
FASA
๐‘‘ ๐‘›๐บ = ๐‘›๐‘‰ ๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘›๐‘† ๐‘‘๐‘‡ + เท
๐‘–
๐œ‡๐‘–
๐›ผ
๐‘‘๐‘›๐‘–
๐›ผ
๐‘‘ ๐‘›๐บ = ๐‘›๐‘‰ ๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘›๐‘† ๐‘‘๐‘‡ + เท
๐‘–
๐œ‡๐‘–
๐›ฝ
๐‘‘๐‘›๐‘–
๐›ฝ
Dalam sistem tertutup tersebut, total properti dalam sistem dapat dituliskan sebagai:
Maka, kedua persamaan yang ada dapat disusun ulang menjadi sebagai berikut:
Mengingat sistem tersebut adalah tertutup, bentukan potensial kimia antar fasa akan sama
dengan nol, dituliskan persamaan sebagai berikut:
Secara umum untuk multi komponen sebagai berikut:
KESETIMBANGAN
FASA
๐‘›๐‘€ = ๐‘›๐‘€ ๐›ผ
+ ๐‘›๐‘€ ๐›ฝ
๐‘‘ ๐‘›๐บ = ๐‘‰๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘†๐‘‘๐‘‡ + เท
๐‘–
๐œ‡๐‘–
๐›ผ
๐‘‘๐‘›๐‘–
๐›ผ
+ เท
๐‘–
๐œ‡๐‘–
๐›ฝ
๐‘‘๐‘›๐‘–
๐›ฝ
เท
๐‘–
๐œ‡๐‘–
๐›ผ
๐‘‘๐‘›๐‘–
๐›ผ
+ เท
๐‘–
๐œ‡๐‘–
๐›ฝ
๐‘‘๐‘›๐‘–
๐›ฝ
= 0 ๐œ‡๐‘–
๐›ผ
= ๐œ‡๐‘–
๐›ฝ
๐œ‡๐‘–
๐›ผ
= ๐œ‡๐‘–
๐›ฝ
= โ‹ฏ = ๐œ‡๐‘–
๐œ‹
Perpindahan massa atau transfer massa antar fasa dituliskan dalam bentuk diferensial sebagai
berikut:
dan
Nilai besaran ๐‘‘๐‘›๐‘–
๐›ผ
bersifat independen dan bebas, maka bentukan matematis dapat dituliskan
sebagai berikut:
Secara umum untuk multi komponen sebagai berikut:
KESETIMBANGAN
FASA
๐œ‡๐‘–
๐›ผ
= ๐œ‡๐‘–
๐›ฝ
๐œ‡๐‘–
๐›ผ
= ๐œ‡๐‘–
๐›ฝ
= โ‹ฏ = ๐œ‡๐‘–
๐œ‹
๐‘‘๐‘›๐‘–
๐›ผ
= โˆ’๐‘‘๐‘›๐‘–
๐›ฝ เท
๐‘–
(๐œ‡๐‘–
๐›ผ
โˆ’ ๐œ‡๐‘–
๐›ฝ
)๐‘‘๐‘›๐‘–
๐›ผ
= 0
Thus, multiple phases at the same T and P are in equilibrium when the
chemical potential of each species is the same in all phases.
Besaran potensial kimia (๐œ‡๐‘–) merupakan salah satu bentuk properti parsial yang diturunkan
dari nilai energi bebas Gibbs (๐‘›๐บ) terhadap jumlah mol tertentu secara parsial dengan
menempatkan variabel lainnya secara konstan. Secara matematis, dapat dibentuk suatu besaran
umum yang juga analog dengan hal tersebut yang akan dikenal dengan properti molar parsial
yang ditulis sebagai berikut:
Bentukan persamaan tersebut juga disebut โ€œresponse fuctionโ€ yang menunjukkan pengaruh
yang terjadi pada suatu larutan akibat penambahan sejumlah kecil dari komponen (๐‘–) dengan
mengkondisikan ๐‘ƒ dan ๐‘‡ konstan.
PROPERTI PARSIAL
เดฅ
๐‘€๐‘– โ‰ก
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘—
Pada aplikasinya, nilai tersebut seringkali digunakan secara bersama-sama dengan besaran
lain, seperti properti larutan (๐‘€) dan properti komponen murni (๐‘€๐‘–). Maka, perlu dijelaskan
agar tidak terjadi kerancuan sebagai berikut:
PROPERTI PARSIAL
Tipe Properti Simbol Properti Contoh Properti
Properti larutan (๐‘€) ๐‘€ ๐‘‰, ๐‘ˆ, ๐ป, ๐‘†, ๐บ
Properti parsial ( เดฅ
๐‘€๐‘–) เดฅ
๐‘€๐‘–
เดค
๐‘‰๐‘–, เดฅ
๐‘ˆ๐‘–, เดฅ
๐ป๐‘–, าง
๐‘†๐‘–, าง
๐บ๐‘–
Properti komponen murni (๐‘€๐‘–) ๐‘€๐‘– ๐‘‰๐‘–, ๐‘ˆ๐‘–, ๐ป๐‘–, ๐‘†๐‘–, ๐บ๐‘–
Example 10.1
Volume parsial molar didefinisikan sebagai:
เดค
๐‘‰๐‘– =
๐œ• ๐‘›๐‘‰
๐œ• ๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘—
Bagaimana bentuk persamaan matematis yang dapat mengimplementasikan hal tersebut?
Solution
Dalam kasus tersebut diketahui bahwa akan terjadi perubahan sebesar ๐‘›๐‘– mol yang akan
berakibat pada berubahnya jumlah total larutan didalam sistem. Meninjau hal tersebut, perlu
dibuat sebuah contoh kasus yang dapat menggambarkan kondisi tersersebut.
PROPERTI PARSIAL
Contoh kasus diambil yaitu sebuah campuran air dan
alkohol yang mula-mula equimolar (jumlah mol sama)
dengan jumlah total volum (๐‘›๐‘‰) pada ๐‘‡ ruangan dan ๐‘ƒ
atmosferik. Selanjutnya ditambahkan sejumlah kecil air
murni dengan jumlah (โˆ†๐‘›๐‘Š). Apabila sistem diatur
sedemikian rupa maka tidak terjadi perubahan
temperatur. Prakiraan perubahan volume total yang
akibat penambahan sejumlah air adalah
โˆ† ๐‘›๐‘‰ = ๐‘‰
๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค
Tetapi, dari hasil pengamatan lapangan diketahui lebih
sedikit daripada prakiraan yang disebut dengan volume
efektif molar:
โˆ† ๐‘›๐‘‰ = เทจ
๐‘‰
๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค
PROPERTI PARSIAL
โˆ†๐‘›๐‘ค = Sejumlah kecil penambahan air murni
๐‘‰
๐‘ค = Volume per mol penambahan air murni
๐‘‰
๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค = Volume total prakiraan
เทจ
๐‘‰
๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค = Volume total efektif
Efektif molar volume ( เทจ
๐‘‰
๐‘ค), pada hasil pengamatan tersebut dapat dituliskan ulang sebagai
berikut:
เทจ
๐‘‰
๐‘ค =
โˆ†(๐‘›๐‘‰)
โˆ†๐‘›๐‘ค
Apabila penambahan sejumlah mol air murni tersebut sangat kecil, maka dapat dituliskan
dalam bentuk matematis limit, yaitu pada โˆ†๐‘›๐‘ค โ†’ 0, atau sebagai berikut:
เทจ
๐‘‰
๐‘ค = lim
โˆ†๐‘›๐‘คโ†’0
โˆ†(๐‘›๐‘‰)
โˆ†๐‘›๐‘ค
=
๐‘‘(๐‘›๐‘‰)
๐‘‘๐‘›๐‘ค
Pada kondisi terkontrol yaitu ๐‘ƒ, ๐‘‡, dan ๐‘›๐‘Ž konstan, maka dapat ditulis sebagai turunan parsial:
เทจ
๐‘‰
๐‘ค =
๐œ• ๐‘›๐‘‰
๐œ•๐‘›๐‘ค ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘Ž
PROPERTI PARSIAL
Secara definisi properti parsial molar yang sebelumnya sudah dijelaskan, maka dapat
diformulasi persamaan untuk larutan dengan mewakili properti molar (๐‘€), properti molar
campuran (๐‘›๐‘€) sebagai fungsi ๐•„.
๐‘›๐‘€ = ๐•„(๐‘‡, ๐‘ƒ, ๐‘›1, ๐‘›2, โ€ฆ , ๐‘›๐‘–, โ€ฆ )
Turunan total diperoleh analog dengan penurunan persamaan untuk potensial kimia yang
sebelumnya telah dibahas yaitu:
๐‘‘ ๐‘›๐‘€ =
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘›
๐‘‘๐‘ƒ +
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘›
๐‘‘๐‘‡ + เท
๐‘–
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘‡,๐‘ƒ,๐‘›๐‘—
๐‘‘๐‘›๐‘–
Apabila dituliskan dalam bentuk fraksi mol, diperoleh persamaan baru sebagai berikut:
๐‘‘ ๐‘›๐‘€ = ๐‘›
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘ฅ
๐‘‘๐‘ƒ + ๐‘›
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘ฅ
๐‘‘๐‘‡ + เท
๐‘–
เดฅ
๐‘€๐‘– ๐‘‘๐‘›๐‘–
PERSAMAAN TERKAIT
PROPERTI PARSIAL
Diketahui bahwa notasi ๐‘ฅ menunjukkan penurunan terhadap komposisi konstan, nilai ๐‘›๐‘– = ๐‘ฅ๐‘–๐‘›
dapat diturunkan untuk subtitusi persamaan yang ada sebagai berikut:
๐‘‘๐‘›๐‘– = ๐‘ฅ๐‘– ๐‘‘๐‘› + ๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ๐‘–
Sedangkan turunan dari properti molar total dituliskan sebagai berikut:
๐‘‘ ๐‘›๐‘€ = ๐‘› ๐‘‘๐‘€ + ๐‘€ ๐‘‘๐‘›
Kedua persamaan tersebut disubtitusikan dan diperoleh persamaan baru terkait properti molar
baru sebagai berikut:
๐‘› ๐‘‘๐‘€ + ๐‘€ ๐‘‘๐‘› = ๐‘›
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘ฅ
๐‘‘๐‘ƒ + ๐‘›
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘ฅ
๐‘‘๐‘‡ + เท
๐‘–
เดฅ
๐‘€๐‘– (๐‘ฅ๐‘– ๐‘‘๐‘› + ๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ๐‘–)
Apabila disusun ulang dengan mengumpulkan setiap persamaan yang mengandung nilai ๐‘›,
maka diperoleh persamaan berikut:
๐‘‘๐‘€ +
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘ฅ
๐‘‘๐‘ƒ +
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘ฅ
๐‘‘๐‘‡ + เท เดฅ
๐‘€๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ๐‘– ๐‘› + ๐‘€ โˆ’ เท เดฅ
๐‘€๐‘– ๐‘ฅ๐‘– ๐‘‘๐‘› ๐‘‘๐‘› = 0
PERSAMAAN TERKAIT
PROPERTI PARSIAL
Pada aplikasinya padat diklasifikasikan karena setiap suku bersifat independen satu sama lain
dan diperoleh persamaan baru berikut:
๐‘‘๐‘€ =
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘ฅ
๐‘‘๐‘ƒ +
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘ฅ
๐‘‘๐‘‡ + เท
๐‘–
เดฅ
๐‘€๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ๐‘–
dan
๐‘€ = เท
๐‘–
เดฅ
๐‘€๐‘– ๐‘ฅ๐‘–
Apabila setiap suku baik yang kanan dan kiri, maka diperoleh persamaan berikut:
๐‘›๐‘€ = เท
๐‘–
เดฅ
๐‘€๐‘– ๐‘›๐‘–
PERSAMAAN TERKAIT
PROPERTI PARSIAL
Properti parsial sebagai fungsi komposisi pada senyawa biner juga diturunkan dari persamaan-
persamaan yang sebelumnya akan tetapi mengalami penyederhanaan sehingga persamaan
menjadi demikian:
๐‘€ = ๐‘ฅ1
เดฅ
๐‘€1 + ๐‘ฅ2
เดฅ
๐‘€2
Bentuk turunan total persamaan properti molar tersebut sebagai berikut:
๐‘‘๐‘€ = ๐‘ฅ1๐‘‘ เดฅ
๐‘€1 + เดฅ
๐‘€1๐‘‘๐‘ฅ1 + ๐‘ฅ2๐‘‘ เดฅ
๐‘€2 + เดฅ
๐‘€2๐‘‘๐‘ฅ2
Dari penjelasan sebelumnya, diketahui bahwa ๐‘€ hanya sebagai fungsi ๐‘ฅ1 pada ๐‘‡ dan ๐‘ƒ
konstan, dan menurut teori Gibbs/Duhem maka nilai ๐‘ฅ1๐‘‘ เดฅ
๐‘€1 + ๐‘ฅ2๐‘‘ เดฅ
๐‘€2 = 0. Jika dalam sistem
biner tersebut berlaku maka, ๐‘ฅ1 + ๐‘ฅ2 = 1 dan turunan dari persamaan tersebut ๐‘‘๐‘ฅ1 = โˆ’๐‘‘๐‘ฅ2
persamaan berubah menjadi:
๐‘‘๐‘€
๐‘‘๐‘ฅ1
= เดฅ
๐‘€1 โˆ’ เดฅ
๐‘€2
PROPERTI PARSIAL
SENYAWA BINER
๐‘€ = เดฅ
๐‘€1 โˆ’ ๐‘ฅ2( เดฅ
๐‘€1 โˆ’ เดฅ
๐‘€2)
dan
๐‘€ = ๐‘ฅ1
เดฅ
๐‘€1 โˆ’ เดฅ
๐‘€2 + เดฅ
๐‘€2
Apabila kedua persamaan diatas dikombinasi dengan persamaan sebelumnya, diperoleh
persamaan baru berikut:
เดฅ
๐‘€1 = ๐‘€ + ๐‘ฅ2
๐‘‘๐‘€
๐‘‘๐‘ฅ1
dan
เดฅ
๐‘€2 = ๐‘€ + ๐‘ฅ1
๐‘‘๐‘€
๐‘‘๐‘ฅ1
PROPERTI PARSIAL
SENYAWA BINER
Example 10.3
Dibutuhkan 2000 cm3 larutan antibeku yang mengandung 30% metanol dalam air. Berapa
jumlah metanol dan air yang dibutuhkan untuk membuat larutan tersebut? Apabila proses
pelarutan terjadi pada suhu 25oC. Berikut merupakan data yang disediakan:
Solution 10.3
Perhitungan dilakukan dengan mengaplikasikan persamaan ๐‘€ = ฯƒ๐‘–
เดฅ
๐‘€๐‘– ๐‘ฅ๐‘–, sehingga persamaan
menjadi sebagai berikut:
๐‘‰ = ๐‘ฅ1
เทจ
๐‘‰1 + ๐‘ฅ2
เทจ
๐‘‰2
๐‘‰ = 0,3 38,632 + (0,7)(17,765)
PROPERTI PARSIAL
SENYAWA BINER
Senyawa เดฅ
๐‘ฝ [cm3/mol] ๐‘ฝ [cm3/mol]
Metanol 38,632 40,727
Air 17,765 18,068
Solution 10.3
Perhitungan jumlah mol total digunakan untuk mengetahui seberapa banyak mol total yang
dibutuhkan:
๐‘› =
๐‘‰๐‘ก
๐‘‰
๐‘› =
2000
24,025
= 83,246 ๐‘š๐‘œ๐‘™
Proporsi mol antara metanol dan air dihitung sebagai berikut:
๐‘›1 = 0,3 83,246 = 24,974 ๐‘š๐‘œ๐‘™
๐‘›2 = 0,7 83,246 = 58,272 ๐‘š๐‘œ๐‘™
Maka perhitungan volume sesungguhnya dilakukan demikian:
๐‘‰1
๐‘™
= 24,974 40,727 = 1017 ๐‘๐‘š3
๐‘‰2
๐‘™
= 58,272 18,068 = 1053 ๐‘๐‘š3
PROPERTI PARSIAL
SENYAWA BINER
Example 10.4
Entalpi dari campuran larutan biner dari spesies 1 dan 2 pada ๐‘ƒ dan ๐‘‡ konstan dapat dituliskan
dalam persamaan berikut:
๐ป = 400๐‘ฅ1 + 600๐‘ฅ2 + ๐‘ฅ1๐‘ฅ2(40๐‘ฅ1 + 20๐‘ฅ2)
Dimana ๐ป [J/mol]. Tentukan nilai เดฅ
๐ป1 dan เดฅ
๐ป2 yang merupakan fungsi dari ๐‘ฅ1, nilai entalpi
spesies murni ๐ป1 dan ๐ป2, serta entalpi parsial spesies encer เดฅ
๐ป1
โˆž
dan เดฅ
๐ป2
โˆž
.
Solution 10.4
Spesies dalam sistem biner, maka berlaku ๐‘ฅ2 = 1 โˆ’ ๐‘ฅ1, sehingga dapat disubtitusi persamaan
entalpi menjadi:
๐ป = 400๐‘ฅ1 + 600(1 โˆ’ ๐‘ฅ1) + ๐‘ฅ1(1 โˆ’ ๐‘ฅ1)(40๐‘ฅ1 + 20(1 โˆ’ ๐‘ฅ1))
Atau
๐ป = 600 โˆ’ 180๐‘ฅ1 โˆ’ 20๐‘ฅ1
3
PROPERTI PARSIAL
SENYAWA BINER
Solution 10.4
๐‘‘๐ป = โˆ’60๐‘ฅ1
2
โˆ’ 180
Adapun terdapat analogi hubungan parsial molar dengan entalpi parsial, sehingga diperoleh
persamaan berikut:
เดฅ
๐ป1 = ๐ป + ๐‘ฅ2
๐‘‘๐ป
๐‘‘๐‘ฅ1
Maka diperoleh hasil persamaan terkait:
เดฅ
๐ป1 = 600 โˆ’ 180๐‘ฅ1 โˆ’ 20๐‘ฅ3 โˆ’ 180๐‘ฅ2 โˆ’ 60๐‘ฅ1
2
๐‘ฅ2
Simplifikasi dengan subtitusi ๐‘ฅ2 = 1 โˆ’ ๐‘ฅ1, diperoleh persamaan baru
เดฅ
๐ป1 = 420 โˆ’ 60๐‘ฅ1
2
+ 40๐‘ฅ1
3
Dengan metode yang sama, entalpi parsial untuk spesies 2 diperoleh sebagai berikut:
เดฅ
๐ป2 = 600 + 40๐‘ฅ1
3
PROPERTI PARSIAL
SENYAWA BINER
Solution 10.4
Pada larutan dengan nilai ๐‘ฅ1 = 1, didapati nilai sebagai berikut:
๐ป = 600 โˆ’ 180๐‘ฅ1 โˆ’ 20๐‘ฅ1
3
๐ป = 400 ๐ฝ/๐‘š๐‘œ๐‘™
dan
เดฅ
๐ป1 = 420 โˆ’ 60๐‘ฅ1
2
+ 40๐‘ฅ1
3
เดฅ
๐ป1 = 400 ๐ฝ/๐‘š๐‘œ๐‘™
Sama halnya dengan ๐‘ฅ2 = 1
๐ป = 600 ๐ฝ/๐‘š๐‘œ๐‘™
เดฅ
๐ป1 = 600 ๐ฝ/๐‘š๐‘œ๐‘™
Apabila larutan dengan nilai ๐‘ฅ1~0, atau ๐‘ฅ2~0
เดฅ
๐ป1
โˆž
= 420 ๐ฝ/๐‘š๐‘œ๐‘™
เดฅ
๐ป2
โˆž
= 640 ๐ฝ/๐‘š๐‘œ๐‘™
PROPERTI PARSIAL
SENYAWA BINER
THANK YOU
TERMODINAMIKA 2
Oleh:
i. Ir. Natalia Suseno, M.Si
ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng
WEEK 4:
Ruang Lingkup Termodinamika Larutan
LINGKUP TERMODINAMIKA
REVIEW:
Dalam aplikasinya, konsep terkait perilaku gas ideal dapat membantu kita memahami
fenomena yang terjadi pada gas nyata. Hal tersebut dijelaskan dalam beberapa poin berikut:
โ€ข Tinjauan berbasis molekular, dengan asumsi setiap molekul gas bebas dan tidak mengalami
interaksi dengan molekul gas lainnya.
โ€ข Kondisi terbatas pada tekanan rendah, dengan demikian tidak terjadi kepadatan molekul gas
pada titik tertentu.
โ€ข Secara matematis sederhana yaitu metode analitis dapat diselesaikan
MODEL CAMPURAN
GAS IDEAL
REVIEW:
โœ“ Fenomena dapat terjadi jika: ๐‘ƒ โ†’ 0 (tekanan rendah)
Pada ๐‘ƒ โ†’ 0 :
โ€ข Setiap molekul secara bebas terpisah satu sama lain, volum molekul <<< volum gas.
โ€ข Intensitas tumbukan antar molekul rendah << (โ‰ˆ 0)
โ€ข Tidak ada interaksi antar molekul A, B, dan C.
โ€ข Molekul A dapat bergerak bebas ke B dan C atau posisi lainnya.
Volume parsial molar dari spesies i dari suatu campuran gas ideal dapat diturunkan dari konsep
properti parsial molar yang telah dijelaskan pada pertemuan yang lalu yaitu:
MODEL CAMPURAN
GAS IDEAL
Apabila dalam sistem
hanya komponen tunggal,
maka ๐๐’ = ๐๐’๐’Š
เดฅ
๐‘€๐‘– โ‰ก
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘—
เดค
๐‘‰๐‘–
๐‘–๐‘”
=
๐œ• ๐‘›๐‘‰๐‘–๐‘”
๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘—
=
๐œ• ๐‘›๐‘…๐‘‡/๐‘ƒ
๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘—
=
๐‘…๐‘‡
๐‘ƒ
๐œ•๐‘›
๐œ•๐‘›๐‘–
=
๐‘…๐‘‡
๐‘ƒ
Dalam penurunan
persamaan nilai-nilai
tersebut diambil konstan
Tekanan parsial campuran gas ideal akan sebanding dengan fraksi
molnya, yaitu:
๐‘๐‘– โ‰ก
๐‘ฆ๐‘–๐‘…๐‘‡
๐‘‰๐‘–๐‘”
= ๐‘ฆ๐‘–๐‘ƒ
Adapun volume parsial molar gas ideal berlaku khusus, sehingga untuk properti lain
bergantung pada interaksi setiap spesies dalam campuran. Hal ini mengikuti teorema Gibbs
yaitu:
Menyikapi hal tersebut, properti parsial molar gas ideal lainya diekspresikan dengan
persamaan matematis berikut:
MODEL CAMPURAN
GAS IDEAL
โ€œA partial molar property (other than volume) of a constituent species in an
ideal-gas-state mixture is equal to the corresponding molar property of the
species in the pure ideal-gas state at the mixture temperature but at a
pressure equal to its partial pressure in the mixture.โ€
เดฅ
๐‘€๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ = ๐‘€๐‘–
๐‘–๐‘”
(๐‘‡, ๐‘๐‘–)
Properti molar parsial campuran gas ideal berupa entalpi, entropi dan energi bebas Gibbs
dipaparkan sebagai berikut:
Entalpi bersifat independen terhadap tekanan (Sudah dijelaskan pada Termodinamika 1),
maka nilai dapat diekspresikan secara matematis sebagai berikut:
Atau secara sederhana sebagai berikut
MODEL CAMPURAN
GAS IDEAL
เดฅ
๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
= ๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
เดฅ
๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ = ๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘๐‘– = ๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ
Entropi bersifat dependen terhadap tekanan (Sudah dijelaskan pada Termodinamika 1),
maka nilai dapat diekspresikan secara matematis sebagai berikut:
Apabila persamaan tersebut diselesaikan menggunakan metode integrase pada suhu konstan,
dengan batas integrasi dari ๐‘๐‘– hingga ๐‘ƒ, maka diperoleh persamaan
MODEL CAMPURAN
GAS IDEAL
๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘๐‘– = โˆ’๐‘… ln
๐‘ƒ
๐‘๐‘–
๐‘‘๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
= ๐‘…๐‘‘ ln ๐‘ƒ Suhu Konstan
๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘๐‘– = โˆ’๐‘… ln
๐‘ƒ
๐‘ฆ๐‘–๐‘ƒ
๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘๐‘– = ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘–
Penyusunan ulang persamaan dilakukan, dan diperoleh persamaan baru sebagai berikut:
Analog dengan pernyataan sebelumnya:
MODEL CAMPURAN
GAS IDEAL
๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘๐‘– = ๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘–
เดฅ
๐‘€๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ = ๐‘€๐‘–
๐‘–๐‘”
(๐‘‡, ๐‘๐‘–)
าง
๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ = ๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘–
๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘๐‘– = ๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘–
าง
๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
= ๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘–
Energi bebas Gibbs pada campuran gas ideal dapat dituliskan sebagai berikut:
Persamaan tersebut dapat disubtitusi dengan persamaan entalpi dan entropi parsial molar yang
telah didefinisikan sebelumnya:
MODEL CAMPURAN
GAS IDEAL
าง
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
= เดฅ
๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘‡ าง
๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
าง
๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ = ๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘–
เดฅ
๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
= ๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
าง
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
= เดฅ
๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘‡ าง
๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
าง
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
= ๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘‡(๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘–)
าง
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
= ๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘‡๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘ฆ๐‘–
๐œ‡๐‘–
๐‘–๐‘”
โ‰ก าง
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
= ๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘‡๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘ฆ๐‘–)
๐œ‡๐‘–
๐‘–๐‘”
โ‰ก าง
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
= ๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘ฆ๐‘–
Properti molar parsial campuran secara total dapat dituliskan dalam persamaan berikut:
MODEL CAMPURAN
GAS IDEAL
๐ป๐‘–๐‘” = เท
๐‘–
๐‘ฆ๐‘–
เดฅ
๐ป๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘†๐‘–๐‘” = เท
๐‘–
๐‘ฆ๐‘– ๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘… เท
๐‘–
๐‘ฆ๐‘– ln ๐‘ฆ๐‘–
๐บ๐‘–๐‘”
= เท
๐‘–
๐‘ฆ๐‘– ๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘…๐‘‡ เท
๐‘–
๐‘ฆ๐‘– ln ๐‘ฆ๐‘–
Bentukan lain dari persamaan energi bebas Gibbs dapat diturunkan dari persamaan terkait
yang telah dijelaskan pada materi Termodinamika 1 (๐‘‘๐บ = โˆ’๐‘† ๐‘‘๐‘‡ + ๐‘‰ ๐‘‘๐‘ƒ). Subtitusi
persamaan tersebut dengan persamaan sebelumnya, maka diperoleh persamaan baru berikut:
Apabila penyelesaian persamaan dilakukan terhadap tekanan pada suhu konstan, maka
diperoleh persamaan yang lebih pendek sebagai berikut:
MODEL CAMPURAN
GAS IDEAL
๐‘‘๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
= ๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‘๐‘‡ + ๐‘‰๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘‘๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
= ๐‘‰๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘‘๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
=
๐‘…๐‘‡
๐‘ƒ
๐‘‘๐‘ƒ = ๐‘…๐‘‡ ๐‘‘ ln ๐‘ƒ
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
= ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘ƒ
Bentuk akhir energi bebas Gibbs parsial molar untuk campuran spesies sebagai berikut:
Sedangkan untuk total energi bebas Gibbs dituliskan sebagai berikut:
MODEL CAMPURAN
GAS IDEAL
าง
๐œ‡๐‘–
๐‘–๐‘”
โ‰ก าง
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
= ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘ฆ๐‘–๐‘ƒ
าง
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
โ‰ก เท
๐‘–
ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ เท
๐‘–
ln ๐‘ฆ๐‘–๐‘ƒ
Reminder : Potensial kimia (๐œ‡๐‘–) merupakan properti parsial yang penting karena gunanya
sebagai kriteria kesetimbangan fase dan reaksi kimia.
Namun penggunaan ๐œ‡๐‘– tersebut memiliki berbagai keterbatas diantaranya:
1. ๐œ‡๐‘– merupakan energi bebas Gibbs, seperti halnya entalpi dan entropi tidak memiliki harga
yang pasti (absolute). Perhitungannya selalu menggunakan acuan (reference).
2. Selain itu untuk campuran gas ideal, ๐œ‡๐‘– akan sama dengan tak terhingga apabila tekanan
ataupun ๐‘ฅ๐‘– mendekati nol.
Menyikapi hal tersebut, diperlukan besaran baru untuk membantu penyelesaian masalah
tersebut. Adapun besaran baru tersebut adalah fugasitas (๐‘“), yang menyatakan bentuk ketidak
idealan suatu gas nyata.
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS SENYAWA
MURNI
๐บ๐‘– = ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘–
Selisih antara nilai energi bebas Gibbs gas nyata dan ideal mengikuti konsep residual yang
telah dijelaskan sebelumnya pada Termodinamika 1. Bentukan persamaan sebagai berikut:
Rasio antara fugasitas dan tekanan tersebut didefinisikan sebagai besaran baru juga, yaitu
koefisien fugasitas (๐œ™)
๐บ๐‘– โˆ’ ๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
= ฮ“๐‘– ๐‘‡ โˆ’ ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln
๐‘“๐‘–
๐‘ƒ
๐บ๐‘–
๐‘…
= ๐‘…๐‘‡ ln
๐‘“
๐‘ƒ
๐œ™ =
๐‘“
๐‘ƒ
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS SENYAWA
MURNI
Besaran nilai dari koefisien fugasitas (๐œ™) sendiri diturunkan dari konsep dasar terkait energi
bebas Gibbs residual yang telah dijelaskan pada perkuliahan Termodinamika 1, sebagai
berikut:
Dalam hal ini, penurunan persamaan pada suhu konstan berakibat pada suku terkait perubahan
suhu dapat diabaikan.
๐‘‘
๐บ๐‘–
๐‘…
๐‘…๐‘‡
=
๐‘‰๐‘…
๐‘…๐‘‡
๐‘‘๐‘ƒ +
๐ป๐‘…
๐‘…๐‘‡2
๐‘‘๐‘‡
๐‘‘
๐บ๐‘–
๐‘…
๐‘…๐‘‡
=
๐‘‰๐‘…
๐‘…๐‘‡
๐‘‘๐‘ƒ
REVIEW:
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS SENYAWA
MURNI
Hasil integrasi dari kondisi ๐‘ƒ = 0 hingga ๐‘ƒ = ๐‘ƒ didapatkan suatu konstanta bebas (๐ฝ), dan
subtitusi nilai ๐‘‰๐‘… maka diperoleh persamaan akhir sebagai berikut:
Nilai tersebut masih mengandung suatu konstanta bebas pada ๐‘ƒ = 0, dengan demikian
pendekatan terhadap gas nyata memerlukan modifikasi persamaan. Apabila dilakukan limit
suatu energi bebas Gibbs pada ๐‘ƒ โ†’ 0. Maka diperoleh korelasi berikut:
๐บ๐‘–
๐‘…
๐‘…๐‘‡
= ๐ฝ + เถฑ
0
๐‘ƒ
(๐‘๐‘– โˆ’ 1)
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘ƒ
lim
๐‘ƒโ†’0
๐บ๐‘–
๐‘…
๐‘…๐‘‡
= lim
๐‘ƒโ†’0
ln ๐œ™ = ๐ฝ
lim
๐‘ƒโ†’0
๐‘“๐‘–
๐‘ƒ
= lim
๐‘ƒโ†’0
ln ๐œ™ = 0
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS SENYAWA
MURNI
Besaran nilai konstanta bebas tersebut harus nol, agar persamaan mengandung nilai yang
nyata. Maka hasil akhir persamaan sebagai berikut:
Berbagai pendekatan persamaan keadaan dapat diaplikasikan untuk menghitung faktor
kompresibilitas (๐‘๐‘–) tersebut, Sebagai contoh apabila diambil yaitu bentuk generalize for
second virial :
Maka diperoleh persamaan baru:
ln ๐œ™๐‘– = เถฑ
0
๐‘ƒ
(๐‘๐‘– โˆ’ 1)
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘ƒ
๐‘๐‘– โˆ’ 1 =
๐ต๐‘–๐‘–๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
ln ๐œ™๐‘– = เถฑ
0
๐‘ƒ
๐ต๐‘–๐‘–๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘ƒ
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS SENYAWA
MURNI
Hasil integrasi pada ๐‘‡ konstan menghasilkan persamaan baru:
Reminder : Nilai ๐ต๐‘–๐‘– merupakan fungsi suhu reduksi (๐‘‡๐‘Ÿ), silahkan review materi
Termodinamika 1.
ln ๐œ™๐‘– =
๐ต๐‘–๐‘–
๐‘…๐‘‡
เถฑ
0
๐‘ƒ
๐‘ƒ
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘ƒ
ln ๐œ™๐‘– =
๐ต๐‘–๐‘–๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS SENYAWA
MURNI
Nilai koefisien fugasitas pada kesetimbangan uap-cair memerlukan pendekatan khusus
yang menetapkan besar energi bebas Gibbs pada cair dan uap jenuh sebagai acuan.
Selisih besaran energi bebas Gibbs pada kondisi jenuh tersebut:
Mengacu pada ๐บ๐‘–
๐›ผ
โˆ’ ๐บ๐‘–
๐›ผ
= 0, maka bentukan persamaan berubah dan diketahui bahwa besaran
fugasitas cair jenuh dan uap jenuh adalah sama.
๐บ๐‘–
๐‘ฃ
= ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘–
๐‘ฃ
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS SENYAWA
MURNI
๐บ๐‘–
๐‘™
= ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘–
๐‘™
Uap Jenuh Cair Jenuh
๐บ๐‘–
๐‘ฃ
โˆ’ ๐บ๐‘–
๐‘™
= ๐‘…๐‘‡ ln
๐‘“๐‘–
๐‘ฃ
๐‘“๐‘–
๐‘™
๐‘“๐‘–
๐‘ฃ
= ๐‘“๐‘–
๐‘™
= ๐‘“๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
Maka, koefisien fugasitas akan berlaku sama ๐œ™๐‘–
๐‘ฃ
= ๐œ™๐‘–
๐‘™
= ๐œ™๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
Nilai koefisien fugasitas cairan murni atau dapat disebut cairan terkompresi (subcooled)
berada pada kondisi berkesetimbangan antara fasa uap dan fasa cair dituliskan sebagai berikut:
Nilai koefisien fugasitas dapat dihitung melalui persamaan:
Dengan pendekatan yang sama, selisih energi bebas Gibbs dapat membantu penyelesaian
persamaan tersebut.
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS SENYAWA
MURNI
๐‘“๐‘–
๐‘™
= ๐œ™๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
ln ๐œ™๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
= เถฑ
0
๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
(๐‘๐‘–
๐‘ฃ
โˆ’ 1)
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘ƒ
๐บ๐‘– โˆ’ ๐บ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
= เถฑ
๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
๐‘ƒ
๐‘‰๐‘–
๐‘™
๐‘‘๐‘ƒ ๐บ๐‘– โˆ’ ๐บ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
= ๐‘…๐‘‡ ln
๐‘“๐‘–
๐‘“๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
atau
Hubungan dari kedua persamaan tersebut menjadi demikian:
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS SENYAWA
MURNI
ln
๐‘“๐‘–
๐‘“๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก =
1
๐‘…๐‘‡
เถฑ
๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
๐‘ƒ
๐‘‰๐‘–
๐‘™
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘“๐‘–
๐‘“๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก = exp
1
๐‘…๐‘‡
เถฑ
๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
๐‘ƒ
๐‘‰๐‘–
๐‘™
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘“๐‘–
๐‘™
(๐‘ƒ)
๐‘“๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
(๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
)
= exp
1
๐‘…๐‘‡
เถฑ
๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
๐‘ƒ
๐‘‰๐‘–
๐‘™
๐‘‘๐‘ƒ
Persamaan akhir diperoleh berikut:
Apabila pengaruh tekanan dalam volume molar fasa cair (๐‘‰๐‘–
๐‘™
) sangat kecil, maka integrasi
persamaan akan menganggap nilai tersebut adalah konstan.
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS SENYAWA
MURNI
๐‘“๐‘– = ๐œ™๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
exp
1
๐‘…๐‘‡
เถฑ
๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
๐‘ƒ
๐‘‰๐‘–
๐‘™
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘“๐‘– = ๐œ™๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
exp
๐‘‰๐‘–
๐‘™
(๐‘ƒ โˆ’ ๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
)
๐‘…๐‘‡
Example 10.5
Hitunglah fugasitas (๐‘“๐‘–) dan koefisien fugasitas (๐œ™๐‘–) dari H2O pada ๐‘‡ = 300๐‘œ๐ถ dan ๐‘ƒ =
10000 ๐‘˜๐‘ƒ๐‘Ž (100 bar). Gunakan data dari steam table dan plotkan nilai tersebut terhadap ๐‘ƒ.
Solution 10.5
Dalam kasus ini, tidak diberikan informasi secara spesifik metode yang digunakan, sehingga
dilakukan pendekatan penyelesaian secara fundamental melalui korelasi energi bebas Gibbs
(๐บ๐‘–). Reminder : Energi bebas Gibbs merupakan besaran yang membutuhkan acuan (referents),
dipilih tekanan terendah yang tersedia.
Energi bebas Gibbs:
๐บ๐‘– = ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘– (Tekanan tertentu)
๐บ๐‘–
โˆ—
= ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘–
โˆ— (Tekanan rendah)
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS SENYAWA
MURNI
ln
๐‘“๐‘–
๐‘“๐‘–
โˆ— =
1
๐‘…๐‘‡
(๐บ๐‘– โˆ’ ๐บ๐‘–
โˆ—
)
Korelasi terkait energi bebas Gibbs dapat dituliskan sebagai berikut:
๐บ๐‘– = ๐ป๐‘– โˆ’ ๐‘‡๐‘†๐‘– (Tekanan tertentu)
๐บ๐‘–
โˆ—
= ๐ป๐‘–
โˆ—
โˆ’ ๐‘‡๐‘†๐‘–
โˆ—
(Tekanan rendah)
Hasil subtitusi tersebut membentuk persamaan baru berikut:
Persamaan lain yang diperlukan untuk penyelesaian permasalahan adalah
Adapun persamaan tersebut digunakan untuk menghitung fugasitas cairan jenuh, sedangkan
nilai terkait tekanan jenuh (๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
) menggunakan persamaan antoine
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS SENYAWA
MURNI
ln
๐‘“๐‘–
๐‘“๐‘–
โˆ— =
1
๐‘…๐‘‡
๐ป๐‘– โˆ’ ๐ป๐‘–
โˆ—
๐‘‡
โˆ’ ๐‘†๐‘– โˆ’ ๐‘†๐‘–
โˆ—
๐‘“๐‘– = ๐œ™๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
exp
๐‘‰๐‘–
๐‘™
(๐‘ƒ โˆ’ ๐‘ƒ๐‘–
๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
)
๐‘…๐‘‡
Tekanan (๐‘ท) [kPa] Entalpi (H) [kJ/kg] Entropi (S) [kJ/kg.K]
1 3076.8 10.3450
100 3074.5 8.2166
500 3064.8 7.4614
1000 3105.5 7.2163
1500 3038.9 6.9207
3000 2995.1 6.5422
4500 2944.2 6.2852
6000 2885.0 6.0692
8000 2786.8 5.7942
8400 2763.1 5.7366
9000 2744.6 5.6820
10000 2727.7 5.6198
Data Entalpi dan Entropi pada T=300oC, kecuali pada P=9000-10000 kPa
Langkah pengerjaan Problem 10.5
โ€ข Mencari data dari steam table
โ€ข Mencari korelasi/persamaan yang sesuai
โ€ข Melakukan ploting P vs P, P vs P, P vs ๐œ™
โ€ข Analisis hasil ploting tersebut
Nilai fugasitas larutan (gas nyata โ€“ larutan nyata) analog dengan persamaan gas ideal sebagai
berikut:
Dari konsep yang serupa nilai fugasitas senyawa murni dapat dituliskan demikian:
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS LARUTAN
๐œ‡๐‘– โ‰ก ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln เทก
๐‘“๐‘–
เทก
๐‘“๐‘–
๐›ผ
= เทก
๐‘“๐‘–
๐›ฝ
= เทก
๐‘“๐‘–
๐›พ
= โ‹ฏ เทก
๐‘“๐‘–
๐œ‹ Maka, koefisien fugasitas
akan berlaku sama
เท 
๐œ™๐‘–
๐›ผ
= เทข
๐œ™๐‘–
๐›ฝ
= เทข
๐œ™๐‘–
๐›พ
= โ‹ฏ เทข
๐œ™๐‘–
๐œ‹
เท 
๐œ™๐‘– โ‰ก
เทก
๐‘“๐‘–
๐‘ฆ๐‘–๐‘ƒ
เท 
๐œ™๐‘– merupakan bilangan tak
berdimensi yang disebut koefisien
fugasitas spesies ๐‘– dalam larutan
Meskipun umumnya koefisien fugasitas untuk spesies ๐‘– pada larutan ( เท 
๐œ™๐‘–) tersebut digunakan
untuk gas, akan tetapi tidak menutup penggunaan untuk beberapa khasus tertentu. Nilai เท 
๐œ™๐‘–
๐‘–๐‘”
=
1, apabila campuran merupakan gas ideal ( าง
๐บ๐‘–
๐‘…
= 0)
Dasar properti residual terkait koefisien fugasitas larutan
Secara singkat, nilai koefisien fugasitas merupakan fungsi dari energi bebas Gibbs larutan
yang ditinjau pada kondisi tertentu. Secara matematis dituliskan demikian:
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS LARUTAN
ln เท 
๐œ™๐‘– =
๐œ• (๐‘›๐บ๐‘…)/๐‘…๐‘‡
๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘—
This equation demonstrates that the logarithm of the fugacity coefficient of a species in
solution is a partial property with respect to ๐‘ฎ๐‘น/๐‘น๐‘ป.
Example 10.6
Kembangkan persamaan untuk menghitung nilai koefisien fugasitas ( เท 
๐œ™๐‘–) dari faktor
kompresibilitas.
Solution 10.6
Apabila suatu larutan memiliki jumlah mol total (๐‘›), dan bentuk pendekatan dari faktor
kompresibilitas sebagai energi bebas Gibbs residual (๐บ๐‘…/๐‘…๐‘‡), maka dapat disusun persamaan
sebagai berikut:
๐บ๐‘…
๐‘…๐‘‡
= เถฑ
0
๐‘ƒ
๐‘ โˆ’ 1
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘ƒ
Persamaan berikut selanjutnya disubtitusikan pada persamaan:
ln เท 
๐œ™๐‘– =
๐œ• (๐‘›๐บ๐‘…)/๐‘…๐‘‡
๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘—
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS LARUTAN
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa turunan parsial pada ๐‘ƒ, ๐‘‡, dan ๐‘›๐‘—, maka suku-suku
terkait dapat dianggap konstan.
ln เท 
๐œ™๐‘– =
๐œ• ๐‘›๐‘ โˆ’ ๐‘›
๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘—
เถฑ
0
๐‘ƒ
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘ƒ
Nilai
๐œ• ๐‘›๐‘
๐œ•๐‘›
= าง
๐‘๐‘– dan
๐œ•๐‘›
๐œ•๐‘›๐‘–
= 1, maka diperoleh persamaan baru berikut:
ln เท 
๐œ™๐‘– = เถฑ
0
๐‘ƒ
( าง
๐‘๐‘– โˆ’ 1)
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘ƒ
FUGASITAS DAN KOEFISIEN
FUGASITAS LARUTAN
Nilai เท 
๐œ™๐‘– untuk spesies ๐‘– pada larutan dapat dihitung melalui pendekatan persamaan keadaan
virial (virial equation of state). Faktor kompresibilitas (๐‘) dapat dihitung melalui persamaan
berikut:
๐‘ = 1 +
๐ต๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
Apabila campuran spesies pada larutan berpengaruh pada nilai ๐ต, maka diperlukan pendekatan
terkait perhitungan proporsi pengaruh setiap spesies. Reminder : VEOS hanya dapat
digunakan untuk gas bertekanan rendah hingga sedang. Berikut persamaan yang dapat
digunakan:
๐ต = เท
๐‘–
เท
๐‘—
๐‘ฆ๐‘–๐‘ฆ๐‘—๐ต๐‘–๐‘—
Adapun nilai interaksi molekular yang serupa antara spesies satu dan lainnya dianggap sama
(๐ต๐‘–๐‘— = ๐ต๐‘—๐‘–), maka bentuk matematis dapat lebih sederhana dan tidak tertumpuk.
KOEFISIEN FUGASITAS
MENGGUNAKAN VIRIAL
EQUATION OF STATE (VEOS)
Apabila spesies biner ๐‘– dan ๐‘—, maka persamaan dapat dibentuk demikian:
๐ต = ๐‘ฆ1๐‘ฆ1๐ต11 + ๐‘ฆ1๐‘ฆ2๐ต12 + ๐‘ฆ2๐‘ฆ1๐ต21 + ๐‘ฆ2๐‘ฆ2๐ต22
Mengingat, ๐ต๐‘–๐‘— = ๐ต๐‘—๐‘– persamaan disusun ulang menjadi:
๐ต = ๐‘ฆ1
2
๐ต11 + 2๐‘ฆ1๐‘ฆ2๐ต12 + ๐‘ฆ2
2
๐ต11
Koefisien fugasitas ( เท 
๐œ™1 dan เท 
๐œ™2) campuran gas dapat diturunkan dengan mengikuti faktor
kompresibilitas untuk second virial sebagai berikut:
๐‘ =
๐‘ƒ๐‘‰
๐‘…๐‘‡
= 1 +
๐ต๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
Apabila untuk total molar (๐‘›) dituliskan berikut:
KOEFISIEN FUGASITAS
MENGGUNAKAN VIRIAL
EQUATION OF STATE (VEOS)
๐‘›๐‘ = ๐‘› +
๐‘›๐ต๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
Penurunan persamaan faktor kompresibilitas parsial dilakukan dari persamaan tersebut
terhadap ๐‘›1 sebagai berikut:
Subtitusi persamaan faktor kompresibilitas parsial ( าง
๐‘1), membentuk persamaan baru berikut:
atau
KOEFISIEN FUGASITAS
MENGGUNAKAN VIRIAL
EQUATION OF STATE (VEOS)
าง
๐‘1 โ‰ก
๐œ• ๐‘›๐‘
๐œ•๐‘›1 ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›2
= 1 +
๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
๐œ• ๐‘›๐ต
๐œ•๐‘›1 ๐‘‡,๐‘›2
ln เท 
๐œ™๐‘– = เถฑ
0
๐‘ƒ
๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
๐œ• ๐‘›๐ต
๐œ•๐‘›1 ๐‘‡,๐‘›2
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘ƒ
ln เท 
๐œ™๐‘– =
1
๐‘…๐‘‡
เถฑ
0
๐‘ƒ
๐œ• ๐‘›๐ต
๐œ•๐‘›1 ๐‘‡,๐‘›2
๐‘‘๐‘ƒ ln เท 
๐œ™๐‘– =
๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
๐œ• ๐‘›๐ต
๐œ•๐‘›1 ๐‘‡,๐‘›2
Notes: Nilai ๐ต bukan
merupakan fungsi ๐‘ƒ
Bentuk akhir untuk koefisien fugasitas biner dituliskan sebagai berikut:
dan
dimana ๐›ฟ12 โ‰ก 2๐ต12 โˆ’ ๐ต11 โˆ’ ๐ต22
KOEFISIEN FUGASITAS
MENGGUNAKAN VIRIAL
EQUATION OF STATE (VEOS)
ln เท 
๐œ™1 =
๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
(๐ต11 + ๐‘ฆ2
2
๐›ฟ12 )
ln เท 
๐œ™2 =
๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
(๐ต22 + ๐‘ฆ1
2
๐›ฟ12 )
Example 10.7
Hitunglah koefisien fugasitas dari campuran nitrogen-metana (๐‘2(1)/๐ถ๐ป4(2)), pada 200K
dan 30 bar, apabila rasio 40% ๐‘2:60% ๐ถ๐ป4. Beberapa data eksperimen terkait nilai koefisien
virial mengikuti persamaan berikut:
๐ต11 = โˆ’35,2 [cm3/mol]
๐ต22 = โˆ’105,0 [cm3/mol]
๐ต12 = โˆ’59,8 [cm3/mol]
Solution 10.7
- Perlu didefinisikan nilai ๐›ฟ12 = 2๐ต12 โˆ’ ๐ต11 โˆ’ ๐ต22 = 2 39,8 + 35,2 + 105,0 = 20,6
- Perhitungan dilakukan sebagai untuk nilai ln เท 
๐œ™1 dan ln เท 
๐œ™2, berikut perhitungan terkait
- ln เท 
๐œ™1 =
๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
๐ต11 + ๐‘ฆ2
2
๐›ฟ12 =
30
83,14 200
(โˆ’35,2 + 0,62 20,6) = โˆ’0,0501
- ln เท 
๐œ™2 =
๐‘ƒ
๐‘…๐‘‡
๐ต12 + ๐‘ฆ2
2
๐›ฟ12 =
30
83,14 200
(โˆ’105,0 + 0,62 20,6) = โˆ’0,1835
KOEFISIEN FUGASITAS
MENGGUNAKAN VIRIAL
EQUATION OF STATE (VEOS)
- เท 
๐œ™1 = exp โˆ’0,0501 = 0,9511
- เท 
๐œ™2 = exp โˆ’0,1835 = 0,8324
- Perhitungan fugasitas melalui persamaan berikut:
- ๐‘“1 = เท 
๐œ™1๐‘ƒ = 0,9511 30 = 38,533 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ
- ๐‘“2 = เท 
๐œ™2๐‘ƒ = 0,8324 30 = 24,972 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ
KOEFISIEN FUGASITAS
MENGGUNAKAN VIRIAL
EQUATION OF STATE (VEOS)
Koefisien fugasitas untuk senyawa murni, penyusunan persamaan untuk mendefinisikan
menggunakan metode yang analog dengan perhitungan faktor kompresibilitas, entalpi, entropi,
dst. Reminder: ๐‘ƒ = ๐‘ƒ๐‘๐‘ƒ๐‘Ÿ, maka ๐‘‘๐‘ƒ = ๐‘ƒ๐‘ ๐‘‘๐‘ƒ๐‘Ÿ
Nilai ๐‘๐‘– disubtitusi oleh persamaan yang telah dibahas pada Termodinamika 1 yaitu:
Maka hasil persamaan diperoleh demikian:
KOEFISIEN FUGASITAS
MENGGUNAKAN
GENERALIZE CORRELATION
ln ๐œ™๐‘– = เถฑ
0
๐‘ƒ๐‘Ÿ
๐‘๐‘– โˆ’ 1
๐‘‘๐‘ƒ๐‘Ÿ
๐‘ƒ๐‘Ÿ
๐‘ = ๐‘0 + ๐œ”๐‘1
ln ๐œ™ = เถฑ
0
๐‘ƒ๐‘Ÿ
(๐‘0 โˆ’ 1)
๐‘‘๐‘ƒ๐‘Ÿ
๐‘ƒ๐‘Ÿ
+ ๐œ” เถฑ
0
๐‘ƒ๐‘Ÿ
๐‘1
๐‘‘๐‘ƒ๐‘Ÿ
๐‘ƒ๐‘Ÿ
ln ๐œ™ = ln ๐œ™0 + ๐œ” ln ๐œ™1
๐œ™ = ๐œ™0 ๐œ™1 ๐œ”
Example 10.8
Hitunglah fugasitas dan koefisien fugasitas dari uap butana pada 200oC dan 70 bar,
menggunakan pendekatan generalize correlation!
Solution 10.8
- Perhitungan ๐‘‡๐‘Ÿ =
๐‘‡
๐‘‡๐‘
=
200+273,15
420
= 1,1265, ๐‘ƒ๐‘Ÿ =
๐‘ƒ
๐‘ƒ๐‘
=
70
40,43
= 1,7314
- Mencari data เท 
๐œ™0 dan เท 
๐œ™1 dari Lee/Kesler Generalize Correlation.
- Data ๐œ™0
KOEFISIEN FUGASITAS
MENGGUNAKAN
GENERALIZE CORRELATION
- Data ๐œ™1
- Perolehan data ๐‘‡๐‘Ÿ dan ๐‘ƒ๐‘Ÿ yang sesuai dihitung melalui interpolasi (sudah dijelaskan pada
Termodinamika 1). Reminder : Perhitungan dapat digunakan melalui persamaan berikut:
KOEFISIEN FUGASITAS
MENGGUNAKAN
GENERALIZE CORRELATION
๐‘€
=
๐‘‹2 โˆ’ ๐‘‹
๐‘‹2 โˆ’ ๐‘‹1
๐‘€1,1 +
๐‘‹ โˆ’ ๐‘‹1
๐‘‹2 โˆ’ ๐‘‹1
๐‘€1,2
๐‘Œ2 โˆ’ ๐‘Œ
๐‘Œ2 โˆ’ ๐‘Œ1
+
๐‘‹2 โˆ’ ๐‘‹
๐‘‹2 โˆ’ ๐‘‹1
๐‘€2,1 +
๐‘‹ โˆ’ ๐‘‹1
๐‘‹2 โˆ’ ๐‘‹1
๐‘€2,2
๐‘Œ โˆ’ ๐‘Œ1
๐‘Œ2 โˆ’ ๐‘Œ1
- Hasil apabila dilakukan perhitungan nilai ๐œ™0
= 0,627 dan ,๐œ™1
= 1,096
- Perhitungan ๐œ™ sebagai berikut:
- ๐œ™ = ๐œ™0
๐œ™1 ๐œ”
= 0,627 1,196 0,191
= 0,638
- ๐‘“ = ๐œ™๐‘ƒ = 0,638 70 = 44,7 bar
Apabila perhitungan dilakukan dengan generalize correlation for second virial, maka dihitung
menggunakan persamaan berikut:
Nilai ๐ต0
dan ๐ต1
melalui persamaan berikut:
dan
KOEFISIEN FUGASITAS
MENGGUNAKAN
GENERALIZE CORRELATION
๐œ™ = exp
๐‘ƒ๐‘Ÿ
๐‘‡๐‘Ÿ
๐ต0 + ๐œ”๐ต1
๐ต0 = 0,083 โˆ’
0,422
๐‘‡๐‘Ÿ
1,6 ๐ต1 = 0,139 โˆ’
0,172
๐‘‡๐‘Ÿ
4,2
THANK YOU
TERMODINAMIKA 2
Oleh:
i. Ir. Natalia Suseno, M.Si
ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng
WEEK 5:
Ruang Lingkup Termodinamika Larutan
LINGKUP TERMODINAMIKA
REVIEW:
MODEL LARUTAN IDEAL
๐œ‡๐‘–
๐‘–๐‘”
โ‰ก าง
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
= ๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
๐‘‡, ๐‘ƒ + ๐‘…๐‘‡ ln(๐‘ฆ๐‘–)
REVIEW:
Model potensial kimia pada campuran gas ideal dapat dituliskan sebagai berikut:
Bentuk korelasi tersebut merupakan bentuk potensial kimia paling sederhana yang menunjukkan
pengaruh komposisi terhadap besarnya nilai. Model potensial kimia ini digunakan baik pada fasa
gas dan cairan. Akan tetapi, korelasi tersebut akan sukar untuk diaplikasikan dan hanya berlaku
untuk gas ideal. Maka persamaan tersebut dikembangkan khusus yang mana mengandung kondisi
nyata dengan menggantikan ๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
(๐‘‡, ๐‘ƒ) tersebut dengan ๐บ๐‘–(๐‘‡, ๐‘ƒ). Nilai energi bebas Gibbs tersebut
mewakili untuk senyawa murni i, yang umum dan dapat digunakan untuk gas, cairan, maupun
padatan.
๐œ‡๐‘–
๐‘–๐‘‘
โ‰ก าง
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘‘
= ๐บ๐‘– ๐‘‡, ๐‘ƒ + ๐‘…๐‘‡ ln(๐‘ฅ๐‘–)
MODEL LARUTAN IDEAL
เดค
๐‘‰๐‘–
๐‘–๐‘‘
=
๐œ• าง
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘ฅ
=
๐œ•๐บ๐‘–
๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡
Penggunaan fraksi mol (๐‘ฅ๐‘–) lebih umum digunakan untuk cairan. Properti termodinamika lainnya
yang digunakan pada larutan ideal diturunkan melalui pendekatan energi bebas Gibbs. Sebagai
contoh untuk volume parsial molar
Reminder:
๐œ•๐บ๐‘–
๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡
= ๐‘‰๐‘–, maka:
เดค
๐‘‰๐‘–
๐‘–๐‘‘
= ๐‘‰๐‘–
MODEL LARUTAN IDEAL
Cara yang serupa digunakan untuk entropi parsial molar:
Reminder: โˆ’
๐œ•๐บ๐‘–
๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ
= ๐‘†๐‘–, maka:
Bentukan entalpi parsial molar menggunakan metode yang sama dengan larutan gas ideal,
diperoleh persamaan berikut:
าง
๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘‘
= โˆ’
๐œ• าง
๐บ๐‘–
๐‘–๐‘”
๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘ฅ
= โˆ’
๐œ•๐บ๐‘–
๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ
โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฅ๐‘–
าง
๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘‘
= ๐‘†๐‘– โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฅ๐‘–
๐ป๐‘–
๐‘–๐‘‘
= ๐ป๐‘–
MODEL LARUTAN IDEAL
Persamaan/korelasi tersebut digunakan untuk menghitung properti molar larutan ideal yang secara
umum dituliskan demikian:
Dari persamaan umum ini akan diturunkan untuk berbagai persamaan ๐บ๐‘–๐‘‘, ๐‘†๐‘–๐‘‘, ๐‘‰๐‘–๐‘‘, ๐ป๐‘–๐‘‘, dan
sebagainya.
๐‘€๐‘–๐‘‘ = เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘–
เดฅ
๐‘€๐‘–
๐‘–๐‘‘
THE LEWIS/RANDALL RULE
Bentukan hubungan fugasitas, potensial kimia, dan energi bebas Gibbs dalam larutan gas ideal
telah dijelaskan sebelumnya. Melalui metode yang sama pada sistem larutan ideal, sehingga
diperoleh hasil persamaan akhir yang menghubungkan faktor fugasitas campuran larutan ideal
dengan fraksi molarnya sebagai berikut:
แˆ˜
๐‘“๐‘–
๐‘–๐‘‘
= ๐‘ฅ๐‘–๐‘“๐‘–
PROPERTI EKSES
Properti ekses ini didefinisikan sebagai selisih antara nilai nyata (properti) dari larutan dengan
larutan ideal, pada kondisi yang sama ๐‘‡, ๐‘ƒ, ๐‘ฅ๐‘–. Secara matematis didefinisikan sebagai:
Persamaan-persamaan turunan yang dihasilkan dari aplikasinya akan analog dengan larutan gas
ideal yang dituliskan secara matematis:
๐‘€๐ธ โ‰ก ๐‘€ โˆ’ ๐‘€๐‘–๐‘‘
๐‘‘
๐‘›๐บ
๐‘…๐‘‡
=
๐‘›๐‘‰๐ธ
๐‘…๐‘‡
๐‘‘๐‘ƒ โˆ’
๐‘›๐ป๐ธ
๐‘…๐‘‡2
๐‘‘๐‘‡ + เท
๐‘–
าง
๐บ๐‘–
๐ธ
๐‘…๐‘‡
๐‘‘๐‘›๐‘–
RANGKUMAN PERSAMAAN
Problem 10.1
Hitunglah berapa perubahan entropi (โˆ†๐‘†) dari pencampuran 0,7 m3 ๐ถ๐‘‚2 dan 0,3 m3 ๐‘2. Kondisi
pencampuran pada 1 bar dan 25oC, asumsi gas ideal berlaku!
Solution 10.1
Gas ideal berlaku, maka ๐‘ƒ๐‘‰ = ๐‘›๐‘…๐‘‡. Perhitungan jumlah mol total adalah
๐‘› =
๐‘ƒ ฯƒ๐‘– ๐‘‰
๐‘…๐‘‡
๐‘› =
(100000)(1)
(8,314)(298,15)
= 40,3418 ๐‘š๐‘œ๐‘™
Perhitungan perubagan entropi (โˆ†๐‘†) dihitung melalui persamaan berikut:
โˆ†๐‘† = ฯƒ๐‘– ๐‘ฆ๐‘–๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
โˆ’ ๐‘… ฯƒ๐‘– ๐‘ฆ๐‘– ln(๐‘ฆ๐‘–)
Diketahui bahwa sistem menggunakan referens 1 bar dan 25oC, maka suku pertama ฯƒ๐‘– ๐‘ฆ๐‘–๐‘†๐‘–
๐‘–๐‘”
= 0
Persamaan perhitungan akhir untuk total mol sebagai berikut:
โˆ†๐‘† = โˆ’๐‘›๐‘… ฯƒ๐‘– ๐‘ฆ๐‘– ln(๐‘ฆ๐‘–)
โˆ†๐‘† = โˆ’(40,3418)(8,314)( 0,7 ln 0,7 + 0,3 ln 0,3 )
โˆ†๐‘† = โˆ’(40,3418)(8,314)(โˆ’0,2497 โˆ’ 0,3612)
โˆ†๐‘† = โˆ’ 40,3418 8,314 โˆ’0,6109
โˆ†๐‘† = 204,8969 ๐‘š๐‘œ๐‘™
Problem 10.2
Sebuah tangki terbagi menjadi dua bagian dengan proporsi 4 mol ๐‘2 ๐‘‡ = 75๐‘œ๐ถ dan ๐‘ƒ = 30 ๐ต๐‘Ž๐‘Ÿ,
2,5 mol ๐ด๐‘Ÿ ๐‘‡ = 130๐‘œ๐ถ dan ๐‘ƒ = 20 ๐ต๐‘Ž๐‘Ÿ. Jika pembatas dihilangkan dan gas bercampur sempurna
secara adiabatik, berapa perubahan entropi yang dihasilkan? Diasumsikan ๐‘2 bersifat gas ideal
๐ถ๐‘‰ =
5
2
๐‘…, dan ๐ด๐‘Ÿ dengan ๐ถ๐‘‰ =
3
2
๐‘….
Solution 10.2
- Diketahui sistem tertutup adiabatis, dan volum terjaga konstan maka โˆ†๐‘ˆ = 0. Karena fluida
gas bersifat gas ideal, kalkulasi โˆ†๐‘ˆ = ๐ถ๐‘‰โˆ†๐‘‡.
- Langkah pertama adalah menghitung ๐‘‡ dan ๐‘ƒ, pada kondisi setimbang
- Jumlah mol total adalah ๐‘›๐‘ก = ๐‘›๐‘2
+ ๐‘›๐ด๐‘Ÿ
- ๐‘ฅ๐‘2
=
๐‘›๐‘2
๐‘›๐‘ก
dan ๐‘ฅ๐ด๐‘Ÿ =
๐‘›๐ด๐‘Ÿ
๐‘›๐‘ก
Hubungan ๐ถ๐‘ƒ = ๐ถ๐‘‰ + ๐‘… digunakan untuk menghitung ๐‘‡. Dari keterangan yang susun persamaan
berikut:
๐‘›๐‘2
๐ถ๐‘ƒ๐‘2
(๐‘‡ โˆ’ ๐‘‡๐‘2
) = ๐‘›๐ด๐‘Ÿ๐ถ๐‘ƒ๐‘2
(๐‘‡๐ด๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘‡)
4
5
2
๐‘… ๐‘‡ โˆ’ (75 + 2731,5) = 2,5
3
2
๐‘… 130 + 273,15 โˆ’ ๐‘‡
10๐‘… ๐‘‡ โˆ’ 348,15 = 3,75๐‘…(403,15 โˆ’ ๐‘‡)
Disusun ulang persamaan menjadi:
10 ๐‘‡ โˆ’ 348,15 โˆ’ 3,75 403,15 โˆ’ ๐‘‡ = 0
Persamaan tersebut selanjutnya diselesaikan menggunakan solver/trial โ€“ error untuk memperoleh
nilai ๐‘‡ = 365,15๐พ = 90๐‘œ๐ถ. Menggunakan konsep yang sama, dapat dilakukan perhitungan untuk
๐‘ƒ.
๐‘›๐‘2
+ ๐‘›๐ด๐‘Ÿ ๐‘…๐‘‡
๐‘ƒ
=
๐‘›๐‘2
๐‘…๐‘‡
๐‘ƒ๐ด๐‘Ÿ
+
๐‘›๐ด๐‘Ÿ๐‘…๐‘‡
๐‘ƒ๐ด๐‘Ÿ
๐‘›๐‘2
+ ๐‘›๐ด๐‘Ÿ
๐‘ƒ
=
๐‘›๐‘2
๐‘ƒ๐ด๐‘Ÿ
+
๐‘›๐ด๐‘Ÿ
๐‘ƒ๐ด๐‘Ÿ
Persamaan disusun ulang menjadi:
(6,25)
๐‘ƒ
=
(4)
30
+
(2,5)
20
Nilai P dapt dicari, dan diperoleh ๐‘ƒ = 24,194 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ. Dengan diperolehnya data ๐‘‡ dan ๐‘ƒ, maka
dapat dihitung nilai perubahan entropi campuran (โˆ†๐‘† = โˆ†๐‘†๐‘2
+ โˆ†๐‘†๐ด๐‘Ÿ + โˆ†๐‘†๐‘š๐‘–๐‘ฅ).
โˆ†๐‘†๐‘2
= ๐‘›๐‘2
๐ถ๐‘ƒ๐‘2
ln
๐‘‡
๐‘‡๐‘2
โˆ’ ๐‘… ln
๐‘ƒ
๐‘ƒ๐‘2
โˆ†๐‘†๐ด๐‘Ÿ = ๐‘›๐‘2
๐ถ๐‘ƒ๐ด๐‘Ÿ ln
๐‘‡
๐‘‡๐ด๐‘Ÿ
โˆ’ ๐‘… ln
๐‘ƒ
๐‘ƒ๐ด๐‘Ÿ
โˆ†๐‘†๐‘š๐‘–๐‘ฅ = ๐‘›๐‘ก โˆ’๐‘… เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘– ln ๐‘ฅ๐‘–
Perhitungan sebagai berikut:
โˆ†๐‘†๐‘2
= 4
7
2
๐‘… ln
363,15
348,15
โˆ’ ๐‘… ln
24,194
30
= 12,702
โˆ†๐‘†๐ด๐‘Ÿ = 2,5
5
2
๐‘… ln
363,15
403,15
โˆ’ ๐‘… ln
24,194
20
= โˆ’9,101
โˆ†๐‘†๐‘š๐‘–๐‘ฅ = 6,25 โˆ’๐‘… เท 0,615 ln 0,615 + 0,385 ln 0,385 = 34,631
โˆ†๐‘† = โˆ†๐‘†๐‘2
+ โˆ†๐‘†๐ด๐‘Ÿ + โˆ†๐‘†๐‘š๐‘–๐‘ฅ = 38,232
Problem 10.3
Suatu aliran gas nitrogen (๐‘2) dengan laju massa ( แˆถ
๐‘š๐‘2
) 2 kg/s dan aliran gas hidrogen (๐ป2)
dengan laju massa ( แˆถ
๐‘š๐ป2
) 0,5 kg/s, dicampur secara adiabatis pada kondisi steadystate. Jika gas
berperilaku seperti gas ideal, maka hitunglah perubahan entropi (โˆ†๐‘†) dari proses tersebut!
Solution 10.3
- Mr ๐‘2 = 28,014 g/mol
- Mr ๐ป2 = 2,016 g/mol
Perhitungan laju molar ( แˆถ
๐‘›) dapat dihitung dan diperoleh sebagai berikut:
แˆถ
๐‘›๐‘2
=
แˆถ
๐‘š๐‘2
๐‘€๐‘Ÿ ๐‘2
=
2
28,014
= 0,0714 ๐‘˜๐‘š๐‘œ๐‘™/๐‘ 
แˆถ
๐‘›๐ป2
=
แˆถ
๐‘š๐ป2
๐‘€๐‘Ÿ ๐ป2
=
0,5
2,016
= 0,2480 ๐‘˜๐‘š๐‘œ๐‘™/๐‘ 
แˆถ
๐‘› = แˆถ
๐‘›๐‘2
+ แˆถ
๐‘›๐ป2
= 0,3194 ๐‘˜๐‘š๐‘œ๐‘™/๐‘ 
Perhitungan fraksi mol dalam campuran aliran tersebut dihitung sebagai berikut:
๐‘ฆ๐‘2
=
แˆถ
๐‘›๐‘2
แˆถ
๐‘›
=
0,0714
0,3194
= 0,2235
๐‘ฆ๐ป2
=
แˆถ
๐‘›๐ป2
แˆถ
๐‘›
=
0,2480
0,3194
= 0,7765
Perhitungan perubahan entropi (โˆ†๐‘†) sebagai berikut:
โˆ†๐‘† = โˆ’๐‘… เท
๐‘–
๐‘ฆ๐‘– ln ๐‘ฆ๐‘–
โˆ†๐‘† = โˆ’(8,314)( 0,2235 ln 0,2235 0,7765 ln 0,7765 )
โˆ†๐‘† = 1,411
๐‘˜๐ฝ
๐‘ . ๐พ
Problem 10.4
Hitunglah kerja ideal yang diperlukan untuk pemisahan equimolar metana โ€“ etana pada ๐‘‡=175oC
dan 3 bar kondisi proses steadystate. Produk keluaran pada ๐‘‡=35oC dan ๐‘ƒ=1 bar, jika ๐‘‡๐œŽ=300 K.
Solution 10.4
- ๐‘‡1 = 175 + 273,15 = 448,15 ๐พ
- ๐‘‡2 = 35 + 273,15 = 308,15 ๐พ
- ๐‘ƒ1 = 3 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ
- ๐‘ƒ2 = 1 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ
Data kapasitas panas sebagai fungsi suhu ๐ถ๐‘ƒ(๐‘‡) diperoleh dari appendiks C.1
Komponen A B x 103 C x 106 D x 10-5 ๐‘ป๐’„ [K] ๐‘ƒ๐’„ [bar]
Metana 1,702 9,081 -2,164 - 190,6 45,99
Etana 1,131 19,225 -5,561 - 305,3 48,72
Problem 10.4
Persamaan yang digunakan sebagai berikut:
- Entalpi
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐ป
๐‘…
= โˆ†๐ด +
โˆ†๐ต
2
๐‘‡0 ๐œ + 1 +
โˆ†๐ถ
3
๐‘‡0
2
๐œ2 + ๐œ + 1 +
โˆ†๐ท
๐œ๐‘‡0
2
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐ป๐‘š๐‘–๐‘ฅ
๐‘…
= เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘–
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐ป
๐‘…
- Entropi
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐‘†
๐‘…
= ๐ด + ๐ต๐‘‡0 + ๐ถ๐‘‡0
2
+
๐ท
๐œ2๐‘‡0
2
๐œ + 1
2
๐œ โˆ’ 1
ln ๐œ
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐‘†๐‘š๐‘–๐‘ฅ
๐‘…
= เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘–
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐‘†
๐‘…
Problem 10.4
Perhitungan ๐‘‡๐‘Ÿ
๐‘‡๐‘Ÿ =
๐‘‡
๐‘‡๐‘
๐‘‡๐‘Ÿโˆ’๐ถ๐ป3
=
๐‘‡๐ถ๐ป3
๐‘‡๐‘
=
308,15
190,6
= 1,6167
๐‘‡๐‘Ÿโˆ’๐ถ2๐ป5
=
๐‘‡๐ถ2๐ป5
๐‘‡๐‘
=
308,15
305,3
= 1,0093
Perhitungan ๐‘ƒ๐‘Ÿ
๐‘ƒ๐‘Ÿ =
๐‘ƒ
๐‘ƒ๐‘
๐‘ƒ๐‘Ÿโˆ’๐ถ๐ป3
=
๐‘ƒ๐ถ๐ป3
๐‘ƒ๐‘
=
1
45,99
= 0,0217
๐‘ƒ๐‘Ÿโˆ’๐ถ2๐ป5
=
๐‘ƒ๐ถ2๐ป5
๐‘ƒ๐‘
=
1
48,72
= 0,0205
Problem 10.4
Perhitungan entalpi metana โ€“ etana
Entalpi
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐ปโˆ’๐ถ๐ป3
๐‘…
= ๐ด๐ถ๐ป3
+
๐ต๐ถ๐ป3
2
๐‘‡0 ๐œ + 1 +
๐ถ๐ถ๐ป3
3
๐‘‡0
2
๐œ2 + ๐œ + 1
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐ปโˆ’๐ถ2๐ป5
๐‘…
= ๐ด๐ถ2๐ป5
+
๐ต๐ถ2๐ป5
2
๐‘‡0 ๐œ + 1 +
๐ถ๐ถ2๐ป5
3
๐‘‡0
2
๐œ2 + ๐œ + 1
Entropi
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐‘†โˆ’๐ถ๐ป3
๐‘…
= ๐ด๐ถ๐ป3
+ ๐ต๐ถ๐ป3
๐‘‡0 + ๐ถ๐ถ๐ป3
๐‘‡0
2
๐œ + 1
2
๐œ โˆ’ 1
ln ๐œ
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐‘†โˆ’๐ถ2๐ป5
๐‘…
= ๐ด๐ถ2๐ป5
+ ๐ต๐ถ2๐ป5
๐‘‡0 + ๐ถ๐ถ2๐ป5
๐‘‡0
2
๐œ + 1
2
๐œ โˆ’ 1
ln ๐œ
Problem 10.4
Perhitungan entalpi metana โ€“ etana
Entalpi Campuran
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐ป
๐‘…
= เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘–
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐ป๐‘–
๐‘…
โˆ†๐ป = ๐‘…
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐ป
๐‘…
(๐‘‡2 โˆ’ ๐‘‡1)
Entropi Campuran
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐‘†
๐‘…
= เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘–
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐‘†๐‘–
๐‘…
โˆ†๐‘† = ๐‘…
โˆ†๐ถ๐‘ƒ
๐‘œ
๐‘†
๐‘…
ln
๐‘‡2
๐‘‡1
โˆ’ ๐‘… ln
๐‘ƒ2
๐‘ƒ1
+ เท
๐‘–
๐‘…๐‘ฆ๐‘– ln(๐‘ฆ๐‘–)
Problem 10.16
Data faktor kompresibilitas CO2 pada suhu (๐‘‡) = 150oC tersaji pada tabel ๐‘ƒ vs ๐‘. Buatlah grafik
fugasitas dan koefisien fugasitas dari CO2 vs P. Bandingkan hasil diperoleh dengan generalize
correlation for second virial.
Solution 10.16
Persamaan terkait yang digunakan sebagai berikut:
Adapun data yang tersaji pada tabel harus dikerjakan secara numerik, karena tidak terdapat
korelasi fungsi yang sesuai apabila ditrial untuk membentuk suatu fungsi tidak mengandung nilai
logaritmik (ln ๐‘ƒ). Sebagai contoh apabila ๐‘(๐‘ƒ) didekati dengan bentuk polinomial orde 2,
diperoleh suatu fungsi dengan bentuk ๐‘ ๐‘ƒ = ๐ด๐‘ƒ2
+ ๐ต๐‘ƒ + ๐ถ. Apabila fungsi tersebut
dimasukkan kedalam persamaan diperoleh:
ln ๐œ™๐‘– = เถฑ
0
๐‘ƒ
(๐‘๐‘– โˆ’ 1)
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘ƒ
ln ๐œ™๐‘– = เถฑ
0
๐‘ƒ
(๐ด๐‘ƒ2 + ๐ต๐‘ƒ + ๐ถ โˆ’ 1)
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘ƒ
Penyusunan ulang persamaan diperoleh persamaan baru berikut:
Hasil integral sebagai berikut:
Apabila nilai ๐ถ โ‰  1, maka hasil subtitusi (ln ๐‘ƒ) mengandung nilai error atau tidak terdefinisi.
Analisis sederhana menggunakan toolbox cftool pada matlab didapatkan bahwa nilai ๐ถ โ‰  1, maka
metode pendekatan persamaan tidak dapat digunakan.
ln ๐œ™๐‘– = เถฑ
0
๐‘ƒ
๐ด๐‘ƒ + ๐ต +
๐ถ โˆ’ 1
๐‘ƒ
๐‘‘๐‘ƒ
ln ๐œ™๐‘– =
๐ด๐‘ƒ2
2
+ ๐ต๐‘ƒ + ๐ถ โˆ’ 1 ln ๐‘ƒ
0
๐‘ƒ
Pendekatan sederhana menggunakan toolbox cftool pada program matlab
Penyelesaian problem menggunakan metode numerik diambil sebagai solusi persoalan tersebut.
Integrasi numerik sudah pernah disinggung pada perkuliahan Termodinamika 1. Remainder :
Terdapat beberapa jenis metode Trapezoidal, Simpson, Quadrative, dan sebagainya. Secara
praktis, akan digunakan metode trapezoidal, karena bentukan data cukup teratur dan sederhana.
Berikut cuplikan konsep integrasi numerik metode trapezoidal:
Data harus disusun menyerupai persamaan umum yang ada, maka dibentuk data baru sebagai
berikut:
Dengan demikian
๐‘๐‘–โˆ’1
๐‘ƒ
akan analog dengan ๐‘“(๐‘‹). Hasil olahan data tersaji pada tabel slide
berikutnya. Mengingat pada ๐‘ƒ = 0, tidak tersedia maka dibuat ekstrapolasi yaitu ๐‘ = 1. Sebagai
catatan, apabila nilai tersebut dimasukkan, maka ๐‘“(๐‘‹) =
0
0
. Ekstrapolasi pada hasil olahan data
akan dibuat berpola seperti tren data.
เถฑ
๐‘‹1
๐‘‹2
๐‘“(๐‘‹) ๐‘‘๐‘‹ = เถฑ
0
๐‘ƒ
๐‘๐‘– โˆ’ 1
๐‘ƒ
๐‘‘๐‘ƒ
๐‘ƒ ๐‘
๐‘๐‘– โˆ’ 1
๐‘ƒ
0 1 -0.001550
10 0.985 -0.001500
20 0.97 -0.001500
40 0.942 -0.001450
60 0.913 -0.001450
80 0.885 -0.001438
100 0.869 -0.001310
200 0.765 -0.001175
300 0.762 -0.000793
400 0.824 -0.000440
-0.002000
-0.001500
-0.001000
-0.000500
0.000000
0 100 200 300 400 500 600
f(X)=[(Zi-1)/P]
Tekanan (P) [bar]
Hasil metode grafik tersebut harus dibandingkan dengan metode Generalize for second virial,
yang memiliki persamaan sebagai berikut:
Data terkait yang diperlukan diperoleh dari appendiks
dan
๐œ™ = exp
๐‘ƒ๐‘Ÿ
๐‘‡๐‘Ÿ
๐ต0 + ๐œ”๐ต1
Data Appendiks Value
๐œ” 0,224
๐‘ƒ๐‘ [bar] 73,83
๐‘‡๐‘ [K] 304,2
๐ต0 = 0,083 โˆ’
0,422
๐‘‡๐‘Ÿ
1,6
๐ต1 = 0,139 โˆ’
0,172
๐‘‡๐‘Ÿ
4,2
๐‘ƒ ๐œ™ [MG] ๐œ™ [MGVS]
0 1,0000 1,0000
10 0,9702 0,9860
20 0,9420 0,9723
40 0,9151 0,9453
60 0,8890 0,9191
80 0,8649 0,8936
100 0,7639 0,8689
200 0,6923 0,7549
300 0,6509 0,6559
400 0,6310 0,5699
500 0,6601 0,4951
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
0 100 200 300 400 500 600
Koefisen
Fugasitas
(ฮฆ)
Tekanan (P) [bar]
Metode G Metode GSV
0
50
100
150
200
250
300
350
0 100 200 300 400 500 600
Fugasitas
(f)
[P]
Tekanan (P) [bar]
Metode G Metode GVS
๐‘ƒ ๐‘“ (๐บ) ๐‘“ (๐บ๐‘†๐‘‰)
0 0,0000 0,0000
10 9,7020 9,8604
20 18,8400 19,4455
40 36,6030 37,8129
60 53,3418 55,1469
80 69,1949 71,4907
100 76,3876 86,8859
200 138,4557 150,9831
300 195,2633 196,7746
400 252,4041 227,9591
500 330,0271 247,5804
Problem 10.17
Hitunglah koefisien fugasitas (๐œ™) dan fugasitas (๐‘“) dari gas ๐‘†๐‘‚2 pada ๐‘‡ = 600 ๐พ dan ๐‘ƒ =
300 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ menggunakan metode Generalize Correlation (Lee/Kesler).
Solution 10.17
Data terkait dicari dari appendiks sebagai berikut:
Data Appendiks Value
๐œ” 0,224
๐‘ƒ๐‘ [bar] 78,84
๐‘‡๐‘ [K] 430,8
๐‘ƒ๐‘Ÿ 3,8052
๐‘‡๐‘Ÿ 1,3927
Perhitungan dilakukan menggunakan metode interpolasi dari
data yang tersaji pada data The Lee/Kesler Generalized-
Correlation Tables
Dari hasil interpolasi
diperoleh hasil sebagai
berikut:
- ๐œ™0 = 0,672
- ๐œ™1 = 1,354
- ๐œ™ = ๐œ™0๐œ™1๐œ”
= 0,724
- ๐‘“ = ๐œ™๐‘ƒ = 217,14 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ
THANK YOU
TERMODINAMIKA 2
Oleh:
i. Ir. Natalia Suseno, M.Si
ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng
WEEK 5&6:
Proses Pencampuran
LINGKUP TERMODINAMIKA
REVIEW:
โ€ข Apa yang dimaksud dengan proses pencampuran?
โ€ข Syarat apa saja yang dibutuhkan dalam pencampuran?
โ€ข Bagaimana dampak dari proses pencampuran?
PENGANTAR
โˆ†๐‘‰๐‘ก = ๐‘›1 + ๐‘›2 ๐‘‰ โˆ’ ๐‘›1๐‘‰1 โˆ’ ๐‘›2๐‘‰2
โˆ†๐‘‰ โ‰ก ๐‘‰ โˆ’ ๐‘ฅ1๐‘‰1 โˆ’ ๐‘ฅ2๐‘‰2 =
โˆ†๐‘‰๐‘ก
๐‘›1 + ๐‘›2
Notes: volume change of mixing (ฮ”V)
PENGANTAR
๐‘„ = โˆ†๐ป๐‘ก = ๐‘›1 + ๐‘›2 ๐ป โˆ’ ๐‘›1๐‘‰1 โˆ’ ๐‘›2๐‘‰2
โˆ†๐ป โ‰ก ๐ป โˆ’ ๐‘ฅ1๐ป1 โˆ’ ๐‘ฅ2๐ป2 =
๐‘„
๐‘›1 + ๐‘›2
Notes: enthalpy change of mixing (ฮ”H)
PENGANTAR
๐‘€ merupakan representasi properti intensif termodinamika dari campuran, misalnya ๐‘ˆ,๐ถ๐‘ƒ,๐‘†,๐บ dan
๐‘. Secara definisi persamaan tersebut dikenal sebagai perubahan properti pencampuran. Properti
tersebut merupakan fungsi P, T, dan komposisi, sehingga secara langsung akan berhubungan
dengan sifat ekses (Telah dibahas pada bab 10, Termodinamika 2).
โˆ†๐‘€ โ‰ก ๐‘€ โˆ’ เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘–๐‘€๐‘–
PENGANTAR
๐‘€๐ธ
โ‰ก ๐‘€ โˆ’ ๐‘€๐‘–๐‘‘
๐‘‰๐ธ
= ๐‘‰ โˆ’ เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘–๐‘‰๐‘–
๐ป๐ธ
= ๐ป โˆ’ เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘–๐ป๐‘– ๐บ๐ธ
= ๐บ โˆ’ เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘–๐บ๐‘– + ๐‘…๐‘‡ เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘– ln(๐‘ฅ๐‘–)
๐‘†๐ธ
= ๐‘† โˆ’ เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘–๐‘†๐‘– + ๐‘… เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘– ln(๐‘ฅ๐‘–)
KORELASI-KORELASI
TERKAIT
๐‘‰๐ธ = โˆ†๐‘‰
๐บ๐ธ = โˆ†๐บ + ๐‘…๐‘‡ เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘– ln ๐‘ฅ๐‘–
๐ป๐ธ = โˆ†๐ป
๐‘†๐ธ = โˆ†๐‘† + ๐‘… เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘– ln ๐‘ฅ๐‘–
โˆ†๐‘‰๐‘–๐‘‘
= 0
โˆ†๐บ๐‘–๐‘‘= ๐‘…๐‘‡ เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘– ln ๐‘ฅ๐‘–
โˆ†๐ป = 0
โˆ†๐‘†๐‘–๐‘‘= โˆ’๐‘… เท
๐‘–
๐‘ฅ๐‘– ln ๐‘ฅ๐‘–
KORELASI-KORELASI
TERKAIT
Entalpi ekses pada sistem campuran air-etanol,
menunjukkan fenomena bahwa terjadi pergeseran apabila
dilakukan perubahan konsentrasi pada suhu konstan,
ataupun sebaliknya. Hal menunjukkan bukti bahwa
faktor properti ekses tersebut mengalami perubahan
terhadap variabel tersebut.
โ€ข Terdapat kecenderungan apabila suhu dinaikkan
pergeseran bahwa nilai ekses dari eksotermis menjadi
endotermis
FENOMENA ENTALPI EKSES
CAMPURAN BINER
Berbagai properti berbagai campuran
spesies pada suhu 50oC dengan tekanan
konstan telah dianalisis, dan menghasilkan
berbagai variasi nilai โˆ†๐บ, โˆ†๐ป, dan ๐‘‡โˆ†๐‘†
akibat perubahan komposisi. Sebagai
rangkuman dapat dideskripsikan menjadi
beberapa poin yaitu:
a) Nilai โˆ†๐‘€ pada spesies murni adalah
nol
b) Energi bebas Gibbs proses
pencampuran selalu bernilai negative
c) Perubahan entropi pencampuran selalu
bernilai negatif
Property changes of mixing at 50ยฐC for six binary liquid
systems: (a) chloroform(1)/n-heptane(2); (b)
acetone(1)/methanol(2); (c) acetone(1)/chloroform(2); (d)
ethanol(1)/n-heptane(2); (e) ethanol(1)/chloroform(2); (f)
ethanol(1)/water(2).
FENOMENA ENTALPI
EKSES CAMPURAN
BINER
เดฅ
๐‘€1
๐ธ
= ๐‘€๐ธ + 1 โˆ’ ๐‘ฅ1
๐‘‘๐‘€๐ธ
๐‘‘๐‘ฅ1
เดฅ
๐‘€2
๐ธ
= ๐‘€๐ธ โˆ’ ๐‘ฅ1
๐‘‘๐‘€๐ธ
๐‘‘๐‘ฅ1
Pada sistem biner, parsial ekses properti molar [๐‘€ = ๐‘€๐ธ
] dapat dituliskan sebagai bentuk berikut:
FENOMENA ENTALPI EKSES
CAMPURAN BINER
Example 11.1
Problem
Panas pencampuran cairan (1) dan (2) pada T dan P tertentu, diukur menggunakan kalorimeter
dan diperoleh korelasi berikut:
Tentukan korelasi untuk เดฅ
๐ป1
๐ธ
dan เดฅ
๐ป2
๐ธ
yang merupakan fungsi ๐‘ฅ1
Solution
Korelasi dapat diturunkan dari konsep bahwa โˆ†๐ป = ๐ป๐ธ, dengan demikian apabila persaman
disusun ulang dan diturunkan terhadap ๐‘ฅ1 diperoleh sebagai berikut:
โˆ†๐ป = ๐‘ฅ1๐‘ฅ2(40๐‘ฅ1 + 20๐‘ฅ2)
๐ป๐ธ = 40๐‘ฅ1
2
๐‘ฅ2 + 20๐‘ฅ2๐‘ฅ1 ๐ป๐ธ = 20๐‘ฅ1 + 20๐‘ฅ1
3
Subtitusi nilai:
๐‘ฅ2= 1 โˆ’ ๐‘ฅ1
FENOMENA ENTALPI EKSES
CAMPURAN BINER
๐‘‘๐ป๐ธ
๐‘‘๐‘ฅ1
=
๐‘‘
๐‘‘๐‘ฅ1
(20๐‘ฅ1 + 20๐‘ฅ1
3
)
๐‘‘๐ป๐ธ
๐‘‘๐‘ฅ1
= 20 โˆ’ 60๐‘ฅ1
2
Subtitusi persamaan pada persamaan umum properti ekses diperoleh sebagai berikut:
เดฅ
๐ป1
๐ธ
= ๐ป๐ธ + 1 โˆ’ ๐‘ฅ1
๐‘‘๐ป๐ธ
๐‘‘๐‘ฅ1
เดฅ
๐ป1
๐ธ
= 20 โˆ’ 60๐‘ฅ1
2
+ 40๐‘ฅ1
3
เดฅ
๐ป1
๐ธ
= 20๐‘ฅ1 + 20๐‘ฅ1
3
+ (1 โˆ’ x1)(20 โˆ’ 60๐‘ฅ1
2
)
FENOMENA ENTALPI EKSES
CAMPURAN BINER
เดฅ
๐ป2
๐ธ
= ๐ป๐ธ
โˆ’ ๐‘ฅ1
๐‘‘๐ป๐ธ
๐‘‘๐‘ฅ1
เดฅ
๐ป2
๐ธ
= 40๐‘ฅ1
3
เดฅ
๐ป2
๐ธ
= 20๐‘ฅ1 + 20๐‘ฅ1
3
โˆ’ x1(20 โˆ’ 60๐‘ฅ1
2
)
FENOMENA ENTALPI EKSES
CAMPURAN BINER
PANAS PENCAMPURAN
Panas pencampuran berlaku analog dengan panas yang dihasilkan dari proses reaksi, akan tetapi
terjadinya interaksi pada sistem molekular yang berbeda. Apabila proses reaksi terjadi reaksi
intramolekular, sebaliknya proses pencampuran hanya berlangsung intermolekular. Adapun,
interaksi intramolekular (ikatan kimia) lebih kuat dibandingkan intermolekular (ikatan
elektrostatik, gaya van der Waals, dan sebagainya).
Sebagai catatan, besarnya nilai panas pencampuran suatu spesies dapat ditinjau dengan baik
apabila interaksi intermolekularnya cukup besar didalam sistem larutan dibandingkan senyawa
murninya.
ENTHALPY/CONCENTRATION
DIAGRAM
Diagram entalpi-konsentrasi (๐‘ฏ๐’™) dapat digunakan untuk senyawa biner (1&2), ploting data
dilakukan melalui fraksi mol maupun fraksi massa pada suhu tertentu terhadap suatu nilai entalpi.
Secara umum, dipilih tekanan konstan tertentu dan umumnya 1 atm. Salah satu diantaranya
H2SO4/H2O dengan absis fraksi massa larutan.
Dari persamaan nilai tersebut, dapat dilihat bahwa nilai entalpi tidak hanya berasal dari panas
pencampuran, tetapi juga melibatkan entalpi senyawa murni setiap spesies. Pada contoh
H2SO4/H2O nilai entalpi ๐ป2 = 0 diambil pada kondisi ๐ป2๐‘‚ cair murni pada suhu triple point (โ‰ƒ
273,15๐พ = 0,01๐‘œ๐ถ, dan ๐ป1 = 0 diambil pada kondisi ๐ป2๐‘†๐‘‚4 cair murni pada suhu 298,15K
(25๐‘œ
๐ถ). Secara terminologi memberikan informasi bahwa: nilai ๐ป = 0 dapat diperoleh pada dua
kondisi yaitu H2O โ‡’ ๐‘‡ = 0๐‘œ๐ถ, dan H2S๐‘‚4 โ‡’ ๐‘‡ = 25๐‘œ๐ถ
๐ป = ๐‘ฅ1๐ป1 + ๐‘ฅ2๐ป2 + โˆ†๐ป
Dalam sistem biner, suatu nilai entalpi pada
titik tertentu (c) dapat dicari melalui data
yang diketahui, yang mana memiliki kondisi
referens sama (a) dan (b). Secara matematis,
apabila kondisi adiabatik (โˆ†๐ป๐‘ก= ๐‘„ = 0),
maka neraca energi diperoleh:
Dari gambar disamping suatu nilai ๐ป dapat
didekati dalam bentuk fungsi liner tertentu:
๐‘›๐‘Ž + ๐‘›๐‘ ๐ป๐‘ = ๐‘›๐‘Ž๐ป๐‘Ž + ๐‘›๐‘๐ป๐‘
๐ป๐‘Ž = ๐‘š๐‘ฅ1๐‘Ž + ๐‘˜
๐ป๐‘ = ๐‘š๐‘ฅ1๐‘ + ๐‘˜
PANAS
PENCAMPURAN
๐‘›๐‘Ž + ๐‘›๐‘ ๐ป๐‘ = ๐‘›๐‘Ž(๐‘š๐‘ฅ1๐‘Ž + ๐‘˜) + ๐‘›๐‘(๐‘š๐‘ฅ1๐‘ + ๐‘˜)
๐‘›๐‘Ž + ๐‘›๐‘ ๐ป๐‘ = ๐‘š ๐‘›๐‘Ž๐‘ฅ1๐‘Ž + ๐‘›๐‘๐‘ฅ1๐‘ + ๐‘›๐‘Ž + ๐‘›๐‘ ๐‘˜
Neraca massa spesies 1
๐‘›๐‘Ž + ๐‘›๐‘ ๐‘ฅ1๐‘ = ๐‘›๐‘Ž๐‘ฅ1๐‘Ž + ๐‘›๐‘๐‘ฅ1๐‘
๐ป๐‘ = ๐‘š๐‘ฅ1๐‘ + ๐‘˜
Subtitusi persamaan kedalam persamaan sebelumnya, maka diperoleh hasil berikut:
PANAS PENCAMPURAN
PANAS PENCAMPURAN
ENTHALPY/CONCENTRATION
DIAGRAM
โˆ†๐ป = ๐ป โˆ’ ๐ป๐‘–๐‘‘
Nilai โˆ†๐ป selalu bernilai negatif disetiap titik, hal tersebut menunjukkan bahwa pada setiap proses
melepaskan panas (exothermic) [Pada kasus H2SO4/H2O ]. Pada sistem lain seperti
methanol/benzene diperoleh โˆ†๐ป selalu bernilai positif (endothermic)
ENTHALPY/CONCENTRATION
DIAGRAM
Apabila suatu padatan/gas dilarutkan ke dalam cairan akan dihasilkan suatu efek yang disebut
panas pelarutan (heat of solution). Secara umum, perhitungan didasarkan pada setiap mol yang
dilarutkan (1 mol of solute), jika spesies ๐‘– dilarutkan, maka ๐‘ฅ๐‘– adalah fraksi mol terlarut permol
pelarut. Secara matematis panas pelarutan dituliskan demikian:
เทช
โˆ†๐ป adalah panas pelarutan berbasis satu mol terlarut. Representasi proses pelarutan analog
dengan proses pencampuran yang secara perilaku fisis menyerupai reaksi kimia. Ketika 1 mol
padatan litium klorida (๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(๐‘ )) dilarutkan kedalam 12 mol ๐ป2๐‘‚ dituliskan sebagai berikut:
เทช
โˆ†๐ป =
โˆ†๐ป
๐‘ฅ๐‘–
๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(๐‘ ) + 12๐ป2๐‘‚(๐‘™) โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(12๐ป2๐‘‚)
เทช
โˆ†๐ป = 33614 ๐ฝ (๐‘‡ = 25๐‘œ๐ถ, ๐‘ƒ = 1 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ)
PANAS PELARUTAN
Example 11.3
Hitunglah panas pembentukan LiCl dalam 12 mol ๐ป2๐‘‚ pada 25oC
Solution 11.3
Persamaan terlibat dapat dituliskan berikut:
Poin (a) representasi panas pembentukan ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(๐‘ ), poin (b) representasi panas pelarutan, poin (c)
menunjukkan panas pelarutan dari LiCl dalam 12 mol ๐ป2๐‘‚.
๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(๐‘ ) + 12๐ป2๐‘‚(๐‘™) โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ 12๐ป2๐‘‚ เทช
โˆ†๐ป298 = โˆ’33614๐ฝ
๐ฟ๐‘– +
1
2
๐ถ๐‘™2 โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(๐‘ ) โˆ†๐ป298
๐‘œ
= โˆ’408610๐ฝ
๐ฟ๐‘– +
1
2
๐ถ๐‘™2 + 12๐ป2๐‘‚(๐‘™) โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ 12๐ป2๐‘‚ โˆ†๐ป298
๐‘œ
= โˆ’442224๐ฝ
(a)
(b)
(c)
PANAS PELARUTAN
Seringkali panas pelarutan tidak memiliki data yang
lengkap, akan tetapi dapat diturunkan melalui panas
formasi yang dihitung secara terbalik. Pada data
disamping merupakan panas pembentukan dari 1 mol
LiCl.
Berikut beberapa persamaan matematis yang
digunakan untuk mengkonversi data menjadi figur
yang lebih sederhana
เทค
๐‘› =
๐‘ฅ2(๐‘›1 + ๐‘›2)
๐‘ฅ1(๐‘›1 + ๐‘›2)
=
1 โˆ’ ๐‘ฅ1
๐‘ฅ1
๐‘ฅ1 =
1
1 โˆ’ เทค
๐‘›
PANAS PELARUTAN
เทช
โˆ†๐ป =
โˆ†๐ป
๐‘ฅ1
=
1 โˆ’ ๐‘ฅ1
๐‘ฅ1
โˆ†๐ป =
เทช
โˆ†๐ป
1 โˆ’ เทค
๐‘›
LiCl heat of solution chart
Example 11.4
Evaporator efek tunggal dioperasikan secara atmosferik, umpan mengandung 15%w/w, menjadi 40
%w/w. Laju alir umpan 2 kg/s pada T=25oC. Titik didih normal 40 %w/w larutan LiCl adalah 132oC,
nilai kapasitas 2,72 kJ/kg.oC. Berapa panas yang perlu ditransferkan kedalam evaporator?
Solution 11.4
PANAS PELARUTAN
โˆ†๐ป๐‘ก
= โˆ†๐ป๐‘Ž
๐‘ก
+ โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก
+ โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก
+ โˆ†๐ป๐‘‘
๐‘ก
Neraca energi proses alir โˆ†๐ป๐‘ก = ๐‘„, entalpi
total (โˆ†๐ป๐‘ก) dihitung dari jumlah total entalpi
produk dikurangi jumlah total entalpi
umpan.
Perubahan entalpi individual yang perlu
ditambahkan dalam perubahan entalpi total
digambarkan pada figur disamping. Secara
matematis ditulis sebagai berikut:
PANAS PELARUTAN
Nilai โˆ†๐ป๐‘Ž
๐‘ก cari
melalui data yang
disajikan pada
figur disamping.
Perhitung terkait
nilai เทค
๐‘›. Mol LiCl
dan H2O dihitung
sebagai berikut:
dan
Maka:
เทค
๐‘› =
0,85
0,15
= 13,33
๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ =
(0,15)(2000)
42,39
๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = 7,077 ๐‘š๐‘œ๐‘™
๐‘›๐ป2๐‘‚ =
(0,85)(2000)
18,015
๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = 94,366 ๐‘š๐‘œ๐‘™
13,33
-33800
Pada proses โ€œunmixingโ€, maka
panas pelarutan akan bernilai (-)
dari nilai yang diperoleh:
โˆ†๐ป๐‘Ž
๐‘ก = +33800 7,077 = 239250
โˆ†๐ป๐‘Ž
๐‘ก = ( เทช
โˆ†๐ป๐‘)(๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™)
Nilai โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก
cari
melalui data yang
disajikan pada
figur disamping.
Perhitung terkait
nilai เทค
๐‘›. Mol LiCl
dan H2O dihitung
sebagai berikut:
dan
Maka:
เทค
๐‘› = 3,53
๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ =
0,3
42,39
๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = 7,077 ๐‘š๐‘œ๐‘™
๐‘›๐ป2๐‘‚ =
0,45
18,015
๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = 24,979 ๐‘š๐‘œ๐‘™
3,53
-23260
โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก
= (โˆ’23260)(7,077)
โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก
= ( เทช
โˆ†๐ป๐‘)(๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™)
โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก
= โˆ’164630
Nilai โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก merupakan panas yang ditambahkan untuk meningkatkan ๐‘‡1 = 25๐‘œ๐ถ menjadi ๐‘‡2 =
132๐‘œ
๐ถ. Nilai dapat dihitung melalui persamaan berikut:
Nilai โˆ†๐ป๐‘‘
๐‘ก
merupakan panas yang ditambahkan untuk menguapkan air. Nilai dapat dihitung
melalui persamaan berikut:
Total energi entalpi
โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก = ๐‘š๐ถ๐‘ƒโˆ†๐‘‡
โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก = 0,75 (2,72)(132 โˆ’ 25)
โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก = 218280 ๐ฝ
โˆ†๐ป๐‘‘
๐‘ก
= ๐‘š(๐ป๐‘‰ โˆ’ ๐ป๐ฟ)
โˆ†๐ป๐‘‘
๐‘ก
= (1,25)(2740,3 โˆ’ 104,8)
โˆ†๐ป๐‘‘
๐‘ก
= 3294,4 ๐‘˜๐ฝ = 3294400๐ฝ
โˆ†๐ป๐‘ก = 239250 โˆ’ 164630 + 218280 + 3294400
โˆ†๐ป๐‘ก = 3587300 ๐ฝ
โˆ†๐ป๐‘ก
= โˆ†๐ป๐‘Ž
๐‘ก
+ โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก
+ โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก
+ โˆ†๐ป๐‘‘
๐‘ก
H x diagram for NaOH/H2O (Textbook ed7)
H x diagram for NaOH/H2O (Textbook ed6)
Example 12.6 (Textbook ed 7)
Evaporator efek tunggal digunakan untuk memekatkan larutan NaOH 10%w/w menjadi 50%w/w,
kapasitas umpan 10000 lbm/h. Umpan masuk pada ๐‘‡ = 70๐‘œ
๐น, dengan tekanan operasi absolut
P = 3 ๐‘–๐‘›๐ป๐‘”, pada kondisi ini titik didih larutan untuk 50%w/w adalah ๐‘‡ = 190๐‘œ
๐น. Berapa transfer
panas yang dibutuhkan oleh evaporator?
Solution 12.6
Nilai entalpi
โˆ†๐ป๐‘Ž
๐‘ก
dicari
melalui figur
disamping pada
๐‘‡ = 70๐‘œ๐น dan
๐ถ = 10%
๐‘ค
๐‘ค.
Nilai yang
diperoleh 34
๐ต๐‘ก๐‘ข
๐‘™๐‘๐‘š
Sedangkan โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก
๐‘‡ = 190๐‘œ๐น dan
๐ถ = 50%
๐‘ค
๐‘ค.
Nilai yang
diperoleh
215
๐ต๐‘ก๐‘ข
๐‘™๐‘๐‘š
34
๐ต๐‘ก๐‘ข
๐‘™๐‘๐‘š
0,1
215
๐ต๐‘ก๐‘ข
๐‘™๐‘๐‘š
0,5
Entalpi uap lewat jenuh pada tekanan 3 inHg dengan suhu 190oF adalah 1146 Btu/lbm, nilai ini
dapat dicari melalui steamtable.
Adapun perhitungan entalpi total menggunakan persamaan berikut:
โˆ†๐ป๐‘ก = 8000 1146 + 2000 215 + (10000)(34)
โˆ†๐ป๐‘ก = 9260000 ๐ต๐‘ก๐‘ข/โ„Ž
โˆ†๐ป๐‘ก = โˆ†๐ป๐‘Ž
๐‘ก + โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก
+ โˆ†๐ป๐‘
๐‘ก
Example 12.6 (Textbook ed 7)
Larutan NaOH konsentrasi 10% pada suhu 70(oF) dicampurkan dengan larutan NaOH konsentrasi
70% pada suhu 200oF untuk membentuk NaOH dengan konsentrasi 40%.
a) Apabila proses berlangsung adiabatis, berapa suhu akhir yang dicapai
b) Apabila suhu ditahan pada 70oF, berapa panas yang perlu diserap?
Solution 12.6
a) Dapat diketahui dengan membuat garis lurus pada H x diagram untuk NaOH/H2O antara
konsentrasi 10% pada suhu 70(oF) dan konsentrasi 70% pada suhu 200oF
b) Nilai ๐‘„ = โˆ†๐ป, dapat dicari melalui panas yang dihasilkan pada proses adiabatis diserap
hingga tercapai suhu 70(oF) , dengan demikian secara grafis dapat dilakukan dengan menarik
garis secara vertikal pada H x diagram.
ENTHALPY/CONCENTRATION
DIAGRAM
H x diagram for NaOH/H2O (Textbook ed7)
0,1 0,7
0,4
220oF
192 Btu/lbm
70 Btu/lbm
a)Dari diagram
diperoleh suhu
akhir apabila
proses adibatik
adalah 220oC
b)Panas yang
perlu diserap
selama proses
adalah
๐‘„ = โˆ†๐ป
๐‘„ = 192 โˆ’ 70
๐‘„ = โˆ’122
๐ต๐‘ก๐‘ข
๐‘™๐‘๐‘š
Problem 11.3
Jika ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™. 2๐ป2๐‘‚(๐‘ ) dan ๐ป2๐‘‚(๐‘™) dicampurkan pada isotermal suhu 25oC untuk membentuk larutan
mengandung 10 mol H2O untuk setiap mol LiCl, berapa efek panas pelarutan yang dihasilkan?
Solution 11.3
LATIHAN SOAL
๐ฟ๐‘– +
1
2
๐ถ๐‘™2 + 10๐ป2๐‘‚(๐‘™) โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ 10๐ป2๐‘‚ เทช
โˆ†๐ป298 = 441579๐ฝ
๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™. 2๐ป2๐‘‚ โ†’ ๐ฟ๐‘– +
1
2
๐ถ๐‘™2 + 2๐ป2 + ๐‘‚2 โˆ†๐ป298
๐‘œ
= +1012650๐ฝ
๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™. 2๐ป2๐‘‚ + 8๐ป2๐‘‚(๐‘™) โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ 10๐ป2๐‘‚ โˆ†๐ป298
๐‘œ
= โˆ’589๐ฝ
(a)
(b)
(c)
2(๐ป2 +
1
2
๐‘‚2 โ†’ ๐ป2๐‘‚) โˆ†๐ป298
๐‘œ
= 2(โˆ’285830)๐ฝ
(d)
Apabila dalam sistem terdapat sebanyak 11 mol larutan per mol pelarut, maka untuk basis 1 mol
larutan adalah:
LATIHAN SOAL
โˆ†๐ป
11
= โˆ’53,55๐ฝ
Problem 11.4
Jika larutan HCl dalam pelarut air mengandung 1 mol HCl dan 4,5 mol H2O, menyerap 1 mol
HCl(g) pada suhu konstan 25oC. Berapakah efek panas yang dihasilkan?
Solution 11.4
- Langkah pertama menuliskan persamaan terkait:
LATIHAN SOAL
๐ป๐ถ๐‘™ 4,5 โ†’ ๐ป๐ถ๐‘™ + 4,5๐ป2๐‘‚ เทช
โˆ†๐ป298 = 62,1๐‘˜๐ฝ
2( ๐ป๐ถ๐‘™ + 2,25๐ป2๐‘‚ โ†’ ๐ป๐ถ๐‘™(2,25๐ป2๐‘‚)) เทช
โˆ†๐ป298 = 2 โˆ’50,6 ๐‘˜๐ฝ
๐ป๐ถ๐‘™ 4,5๐ป2๐‘‚ + ๐ป๐ถ๐‘™ โ†’ 2๐ป๐ถ๐‘™(2,25๐ป2๐‘‚) เทช
โˆ†๐ป298 = โˆ’39,1๐‘˜๐ฝ
(a)
(b)
(c)
2,25
-50,6 kJ
4,5
-62,1 kJ
Perolehan data sebagai berikut:
โˆ†๐ป = 2 โˆ’50,6 + (1)(62,1)
โˆ†๐ป = โˆ’39,1
Problem 11.4
Jika larutan HCl dalam pelarut air mengandung 1 mol HCl dan 4,5 mol H2O, menyerap 1 mol
HCl(g) pada suhu konstan 25oC. Berapakah efek panas yang dihasilkan?
Solution 11.4
- Langkah pertama menuliskan persamaan terkait:
LATIHAN SOAL
๐ป๐ถ๐‘™ 4,5 โ†’ ๐ป๐ถ๐‘™ + 4,5๐ป2๐‘‚ เทช
โˆ†๐ป298 = 62,1๐‘˜๐ฝ
2( ๐ป๐ถ๐‘™ + 2,25๐ป2๐‘‚ โ†’ ๐ป๐ถ๐‘™(2,25๐ป2๐‘‚)) เทช
โˆ†๐ป298 = 2 โˆ’50,6 ๐‘˜๐ฝ
๐ป๐ถ๐‘™ 4,5๐ป2๐‘‚ + ๐ป๐ถ๐‘™ โ†’ 2๐ป๐ถ๐‘™(2,25๐ป2๐‘‚) เทช
โˆ†๐ป298 = โˆ’39,1๐‘˜๐ฝ
(a)
(b)
(c)
Problem 11.5
Bagaimana efek panas yang terbentuk apabila 20 kg LiCl(s) ditambahkan kedalam 125 kg larutan
LiCl yang mengandung 10%w/w LiCl pada kondisi isotermal 25oC
Solution 11.5
- Langkah pertama (1), menghitung mol padatan LiCl
- Langkah kedua (2), menghitung mol masing-masing komponen dalam larutan LiCl
LATIHAN SOAL
๐‘›โ€ฒ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ =
๐‘š๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ ๐‘ 
๐‘€๐‘Ÿ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™
=
20
42,39
= 0,4718 ๐‘˜๐‘š๐‘œ๐‘™
๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ =
(0,1)(125)
42,39
= 0,295 ๐‘˜๐‘š๐‘œ๐‘™ ๐‘›๐ป2๐‘‚ =
(0,9)(125)
18,02
= 6,245.103
๐‘˜๐‘š๐‘œ๐‘™
- Langkah ketiga (3), menghitung rasio mol larutan LiCl mula-mula
- Langkah keempat (4), menghitung rasio mol larutan LiCl akhir
- Langkah kelima (5), menghitung mol total LiCl
LATIHAN SOAL
เทค
๐‘› =
๐‘›๐ป2๐‘‚
๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™
=
6,245.103
0,295
= 21,18
เทค
๐‘› =
๐‘›๐ป2๐‘‚
๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ + ๐‘›โ€ฒ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™
=
6,245.103
0,295 + 0,472
= 8,15
๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(๐‘ก๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘™)
= ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ + ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™
โ€ฒ
= 0,295 + 0,472 = 0,7667 kmol
Langkah keenam (6) menuliskan persamaan terkait:
LATIHAN SOAL
0,2949 ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ 21,18๐ป2๐‘‚ โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ + 21,18๐ป2๐‘‚ (a)
(b)
(c)
0,7667 ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ + 8,15๐ป2๐‘‚ โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(8,15)
0,2949๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ 21,18๐ป2๐‘‚ + 0,4718๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ โ†’ 0,7667 ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ + 8,15๐ป2๐‘‚
8,15
-32kJ
21,18
-33,5kJ
Perolehan data sebagai berikut:
โˆ†๐ป = โˆ’33,15 + 32
๐‘„ = โˆ†๐ป = โˆ’1,15๐‘˜๐ฝ
THANK YOU
TERMODINAMIKA 2
Oleh:
i. Ir. Natalia Suseno, M.Si
ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng
WEEK 6:
Problem: Heat of Mixing
Problem 11.12
Data from the Bureau of Standards (J. Phys.
Chem. Ref. Data, vol. 11, suppl. 2, 1982)
include the following heats of formation for
1 mol of CaCl2 in water at 25ยฐC:
From these data prepare a plot of เทช
โˆ†๐ป, the
heat of solution at 25ยฐC of CaCl2 in water,
vs. เทค
๐‘›, the mole ratio of water to CaCl2.
Solution 11.12
10 100 1000
-80
-78
-76
-74
-72
-70
-68
-66
10
15
20
25
50
100
300 500
1000
Heat
of
Solution
(kJ)
Water mol ratio (mol)
Heat of Solution
๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ + ๐’ ๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ(๐’ ๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ)
๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ โ†’ ๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ
๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ + ๐’ ๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ(๐’ ๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ)
โˆ†๐‘ฏ๐’‡,๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ
= โˆ’๐Ÿ•๐Ÿ—๐Ÿ“, ๐Ÿ– ๐’Œ๐‘ฑ
โˆ†๐‘ฏ๐’‡ = โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ ๐’Œ๐‘ฑ
โˆ†๐‘ฏ = โˆ†๐‘ฏ๐’‡ โˆ’ โˆ†๐‘ฏ๐’‡,๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ
Problem 11.13
A liquid solution contains 1 mol of ๐ถ๐‘Ž๐ถ๐‘™2 and 25 mol of water. Using data from
Prob. 11.12, determine the heat effect when an additional 1 mol of CaCl2 is
dissolved isothermally in this solution.
Solution 11.13
๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ โ†’ ๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ (1)
๐Ÿ(๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ + ๐Ÿ๐Ÿ. ๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ(๐Ÿ๐Ÿ. ๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ) (2)
๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ ๐Ÿ๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ + ๐Ÿ๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ (3)
๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ ๐Ÿ๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ + ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ โ†’ ๐Ÿ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ ๐Ÿ๐Ÿ. ๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ (4)
โˆ†๐ป1 = โˆ’โˆ†๐ป๐‘“,๐ถ๐‘Ž๐ถ๐‘™2
= 795,8 ๐‘˜๐ฝ{Appendix C. 4}
โˆ†๐ป2 = 2 โˆ’865,295 ๐‘˜๐ฝ diperoleh dari interpolasi
โˆ†๐ป3 = 871,08 kJ {Dari data}
โˆ†๐ป = โˆ†๐ป1 + โˆ†๐ป3 + โˆ†๐ป3 = โˆ’67,72 ๐‘˜๐ฝ = ๐‘„
Problem 11.14
Solid CaCl2โ‹…6H2O and liquid water at 25ยฐC are mixed adiabatically in a continuous
process to form a brine of 15 wt-% CaCl2. Using data from Prob. 11.12, determine
the temperature of the brine solution formed. The specific heat of a 15 wt-%
aqueous ๐ถ๐‘Ž๐ถ๐‘™2 solution at 25ยฐC is 3.28 kJยทkgโˆ’1ยทยฐCโˆ’1
Solution 11.14
- Hitung jumlah mol ๐ป2๐‘‚ akhir pencampuran
n =
%
wt๐ป2๐‘‚
๐‘€๐‘…๐ป2๐‘‚
%
wt๐ถ๐‘Ž๐ถ๐‘™2
๐‘€๐‘…๐ถ๐‘Ž๐ถ๐‘™2
=
85
18
15
111.1
= 35
Solution 11.14
- Hitung jumlah mol ๐ป2๐‘‚ yang ditambahkan kedalam sistem
n = 35 โˆ’ 6
๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ. ๐Ÿ”๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ + ๐Ÿ”๐‘ฏ๐Ÿ + ๐Ÿ‘๐‘ถ๐Ÿ (1)
๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ + ๐Ÿ‘๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ(๐Ÿ‘๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ) (2)
๐Ÿ”(๐‘ฏ๐Ÿ +
๐Ÿ
๐Ÿ
๐‘ถ๐Ÿ โ†’ ๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ (3)
๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ. ๐Ÿ”๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ + ๐Ÿ๐Ÿ—๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ(๐Ÿ‘๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ) (4)
โˆ†๐ป1 = โˆ’โˆ†๐ป๐‘“,๐ถ๐‘Ž๐ถ๐‘™2.6๐ป2๐‘‚ = 2607,9 ๐‘˜๐ฝ{Appendix C. 4}
โˆ†๐ป2 = โˆ’โˆ†๐ป๐‘“,๐ป2๐‘‚ = 6 โˆ’285,83 ๐‘˜๐ฝ {Appendix C. 4}
โˆ†๐ป3 = 871,08 kJ {Dari data}
โˆ†๐ป = โˆ†๐ป1 + โˆ†๐ป3 + โˆ†๐ป3 = 21,12๐‘˜๐ฝ = ๐‘„
๐‘š = 111 + 35 โˆ— 18 = 740 ๐‘”๐‘Ÿ
Sistem Adiabatis ๐‘„ = 0
โˆ†๐ป298 + ๐‘š๐ถ๐‘ƒโˆ†๐‘‡ = 0
21,12 + 0,734 3,28 โˆ†๐‘‡ = โˆ’8,8๐‘œ
๐ถ
๐‘‡ = 25 โˆ’ 8,8 = 16,2๐‘œ๐ถ
Problem 12.43 (Ed 7)
Hitunglah nilai efek panas ketika 150 lbm H2SO4
dicampurkan dengan 350 lbm larutan H2SO4
25%w/w secara isothermal pada suhu 100oF
Solution 12.43 (Ed 7)
๐ป1 = 8 ๐ต๐‘ก๐‘ข/๐‘™๐‘๐‘š
๐ป2 = โˆ’23 ๐ต๐‘ก๐‘ข/๐‘™๐‘๐‘š
%๐‘ค =
100%โˆ—150+25%โˆ—350
150+350
= 47,5%
๐ป3 = โˆ’90 ๐ต๐‘ก๐‘ข/๐‘™๐‘๐‘š
๐‘„ = ๐‘š3๐ป3 โˆ’ ๐‘š2๐ป2 โˆ’ ๐‘š1๐ป1 = โˆ’38150 ๐ต๐‘ก๐‘ข
Solution 12.43 (Ed 7)
Problem 12.45 (Ed 7)
Sebanyak 400 lbm larutan NaOH 35%w pada suhu 130oF dicampur dengan
sebanyak 175 lbm 10%w pada suhu 200oF.
a) Hitunglah efek panas jika suhu akhir 80oF
b) Apabila pencampuran berlangsung secara adiabatik, hitung suhu akhirnya
Problem 12.46 (Ed 7)
Evaporator efek tunggal digunakan untuk mengkonsentrasikan 20% H2SO4 menjadi
70%, umpan 25 lbm/s dengan suhu 80oF. Apabila tekanan dijaga konstan pada 1,5
psia (almost vacuum) maka titik didihnya adalah 217oF, maka hitunglah panas yang
dibutuhkan untuk proses tersebut?
H x diagram for NaOH/H2O (Textbook ed7)
THANK YOU
TERMODINAMIKA 2
Oleh:
i. Ir. Natalia Suseno, M.Si
ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng
WEEK 7:
Review Materi
Review:
BAB 9:
PENDINGINAN DAN PENCAIRAN
๐œ” =
โ„Ž๐‘’๐‘Ž๐‘ก ๐‘Ž๐‘๐‘ ๐‘œ๐‘Ÿ๐‘๐‘’๐‘‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘™๐‘œ๐‘ค๐‘’๐‘Ÿ ๐‘ก๐‘’๐‘š๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘ข๐‘Ÿ๐‘’
๐‘›๐‘’๐‘ก ๐‘ค๐‘œ๐‘Ÿ๐‘˜
=
๐‘„๐ถ
๐‘Š
๐œ” =
๐‘‡๐ถ
๐‘‡๐ป + ๐‘‡๐ถ
PERBANDINGAN PROSES VAPOR COMPRESSION
MENGGUNAKAN EXPANDER DAN THROTTLE
BAB 9:
PENDINGINAN DAN PENCAIRAN
PERBANDINGAN PROSES VAPOR COMPRESSION
DAN ABSORPTION
BAB 9:
PENDINGINAN DAN PENCAIRAN
Pencairan dapat terjadi ketika gas didinginkan ke suhu di wilayah
dua fase yang dapat dicapai dengan beberapa cara berikut:
1. Pertukaran panas pada tekanan konstan
2. Proses ekspansi dari mana pekerjaan diperoleh
3. Proses Throttling
Terdapat dua jenis proses yang sudah dikenal yaitu:
1. Proses Linde
2. Proses Claude
BAB 9:
PENDINGINAN DAN PENCAIRAN
BAB 9:
PENDINGINAN DAN PENCAIRAN
PERBANDINGAN PROSES LINDE DAN CLAUDE
Besaran potensial kimia (๐œ‡๐‘–) merupakan salah satu bentuk properti parsial yang diturunkan
dari nilai energi bebas Gibbs (๐‘›๐บ) terhadap jumlah mol tertentu secara parsial dengan
menempatkan variabel lainnya secara konstan. Secara matematis, dapat dibentuk suatu besaran
umum yang juga analog dengan hal tersebut yang akan dikenal dengan properti molar parsial
yang ditulis sebagai berikut:
Bentukan persamaan tersebut juga disebut โ€œresponse fuctionโ€ yang menunjukkan pengaruh
yang terjadi pada suatu larutan akibat penambahan sejumlah kecil dari komponen (๐‘–) dengan
mengkondisikan ๐‘ƒ dan ๐‘‡ konstan.
PROPERTI PARSIAL
เดฅ
๐‘€๐‘– โ‰ก
๐œ• ๐‘›๐‘€
๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘—
BAB 10:
RUANG LINGKUP
TERMODINAMIAKA LARUTAN
Pada aplikasinya, nilai tersebut seringkali digunakan secara bersama-sama dengan besaran
lain, seperti properti larutan (๐‘€) dan properti komponen murni (๐‘€๐‘–). Maka, perlu dijelaskan
agar tidak terjadi kerancuan sebagai berikut:
Tipe Properti Simbol Properti Contoh Properti
Properti larutan (๐‘€) ๐‘€ ๐‘‰, ๐‘ˆ, ๐ป, ๐‘†, ๐บ
Properti parsial ( เดฅ
๐‘€๐‘–) เดฅ
๐‘€๐‘–
เดค
๐‘‰๐‘–, เดฅ
๐‘ˆ๐‘–, เดฅ
๐ป๐‘–, าง
๐‘†๐‘–, าง
๐บ๐‘–
Properti komponen murni (๐‘€๐‘–) ๐‘€๐‘– ๐‘‰๐‘–, ๐‘ˆ๐‘–, ๐ป๐‘–, ๐‘†๐‘–, ๐บ๐‘–
PROPERTI PARSIAL
BAB 10:
RUANG LINGKUP
TERMODINAMIAKA LARUTAN
Contoh kasus diambil yaitu sebuah campuran air dan
alkohol yang mula-mula equimolar (jumlah mol sama)
dengan jumlah total volum (๐‘›๐‘‰) pada ๐‘‡ ruangan dan ๐‘ƒ
atmosferik. Selanjutnya ditambahkan sejumlah kecil air
murni dengan jumlah (โˆ†๐‘›๐‘Š). Apabila sistem diatur
sedemikian rupa maka tidak terjadi perubahan
temperatur. Prakiraan perubahan volume total yang
akibat penambahan sejumlah air adalah
โˆ† ๐‘›๐‘‰ = ๐‘‰
๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค
Tetapi, dari hasil pengamatan lapangan diketahui lebih
sedikit daripada prakiraan yang disebut dengan volume
efektif molar:
โˆ† ๐‘›๐‘‰ = เทจ
๐‘‰
๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค
PROPERTI PARSIAL
โˆ†๐‘›๐‘ค = Sejumlah kecil penambahan air murni
๐‘‰
๐‘ค = Volume per mol penambahan air murni
๐‘‰
๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค = Volume total prakiraan
เทจ
๐‘‰
๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค = Volume total efektif
Efektif molar volume ( เทจ
๐‘‰
๐‘ค), pada hasil pengamatan tersebut dapat dituliskan ulang sebagai
berikut:
เทจ
๐‘‰
๐‘ค =
โˆ†(๐‘›๐‘‰)
โˆ†๐‘›๐‘ค
Apabila penambahan sejumlah mol air murni tersebut sangat kecil, maka dapat dituliskan
dalam bentuk matematis limit, yaitu pada โˆ†๐‘›๐‘ค โ†’ 0, atau sebagai berikut:
เทจ
๐‘‰
๐‘ค = lim
โˆ†๐‘›๐‘คโ†’0
โˆ†(๐‘›๐‘‰)
โˆ†๐‘›๐‘ค
=
๐‘‘(๐‘›๐‘‰)
๐‘‘๐‘›๐‘ค
Pada kondisi terkontrol yaitu ๐‘ƒ, ๐‘‡, dan ๐‘›๐‘Ž konstan, maka dapat ditulis sebagai turunan parsial:
เทจ
๐‘‰
๐‘ค =
๐œ• ๐‘›๐‘‰
๐œ•๐‘›๐‘ค ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘Ž
PROPERTI PARSIAL
โˆ†๐‘‰๐‘ก = ๐‘›1 + ๐‘›2 ๐‘‰ โˆ’ ๐‘›1๐‘‰1 โˆ’ ๐‘›2๐‘‰2
โˆ†๐‘‰ โ‰ก ๐‘‰ โˆ’ ๐‘ฅ1๐‘‰1 โˆ’ ๐‘ฅ2๐‘‰2 =
โˆ†๐‘‰๐‘ก
๐‘›1 + ๐‘›2
Notes: volume change of mixing (ฮ”V)
BAB 11:
PROSES PENCAMPURAN DAN
PELARUTAN
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA
TERMODINAMIKA

More Related Content

What's hot

Leaching
LeachingLeaching
LeachingIffa M.Nisa
ย 
Ppt kalor sensibel &amp; laten
Ppt kalor sensibel &amp; latenPpt kalor sensibel &amp; laten
Ppt kalor sensibel &amp; latenSepriSakatsila
ย 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalAli Hasimi Pane
ย 
Turbin Uap
Turbin UapTurbin Uap
Turbin UapLulu Arisa
ย 
Atk 1 pertemuan 1 dan 2
Atk 1 pertemuan 1 dan 2Atk 1 pertemuan 1 dan 2
Atk 1 pertemuan 1 dan 2Winda Sari
ย 
Pengolahan air umpan boiler(internal)
Pengolahan air umpan boiler(internal)Pengolahan air umpan boiler(internal)
Pengolahan air umpan boiler(internal)Dessy Ratnasari Dpa
ย 
Dasar neraca massa dan energi
Dasar neraca massa dan energiDasar neraca massa dan energi
Dasar neraca massa dan energiManar Gazali
ย 
Drying Operasi teknik kimia
Drying Operasi teknik kimiaDrying Operasi teknik kimia
Drying Operasi teknik kimiaRatna54
ย 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiAli Hasimi Pane
ย 
Kul Humidifikasi 1
Kul Humidifikasi 1Kul Humidifikasi 1
Kul Humidifikasi 1galih
ย 
Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugalPompa sentrifugal
Pompa sentrifugalIffa M.Nisa
ย 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanikITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanikFransiska Puteri
ย 
Presentasi dehumidifikasi
Presentasi dehumidifikasiPresentasi dehumidifikasi
Presentasi dehumidifikasiPutri Sasmitoningrum
ย 
Agitated film evaporator
Agitated film evaporatorAgitated film evaporator
Agitated film evaporatorNurhairuna Sari
ย 
Fenomena perpindahan
Fenomena perpindahanFenomena perpindahan
Fenomena perpindahanEzron Wenggo
ย 
Termodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanTermodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanAPRIL
ย 

What's hot (20)

Leaching
LeachingLeaching
Leaching
ย 
Ppt kalor sensibel &amp; laten
Ppt kalor sensibel &amp; latenPpt kalor sensibel &amp; laten
Ppt kalor sensibel &amp; laten
ย 
Siklus Rankine dan Studi Kasus
Siklus Rankine dan Studi KasusSiklus Rankine dan Studi Kasus
Siklus Rankine dan Studi Kasus
ย 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
ย 
Turbin Uap
Turbin UapTurbin Uap
Turbin Uap
ย 
Atk 1 pertemuan 1 dan 2
Atk 1 pertemuan 1 dan 2Atk 1 pertemuan 1 dan 2
Atk 1 pertemuan 1 dan 2
ย 
Pengolahan air umpan boiler(internal)
Pengolahan air umpan boiler(internal)Pengolahan air umpan boiler(internal)
Pengolahan air umpan boiler(internal)
ย 
Dasar neraca massa dan energi
Dasar neraca massa dan energiDasar neraca massa dan energi
Dasar neraca massa dan energi
ย 
Drying Operasi teknik kimia
Drying Operasi teknik kimiaDrying Operasi teknik kimia
Drying Operasi teknik kimia
ย 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
ย 
Kul Humidifikasi 1
Kul Humidifikasi 1Kul Humidifikasi 1
Kul Humidifikasi 1
ย 
Pompa kompresor
Pompa kompresorPompa kompresor
Pompa kompresor
ย 
Mixing
MixingMixing
Mixing
ย 
Pompa sentrifugal
Pompa sentrifugalPompa sentrifugal
Pompa sentrifugal
ย 
Ppt perpan shell and tube
Ppt perpan shell and tubePpt perpan shell and tube
Ppt perpan shell and tube
ย 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanikITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: Pemisahan secara mekanik
ย 
Presentasi dehumidifikasi
Presentasi dehumidifikasiPresentasi dehumidifikasi
Presentasi dehumidifikasi
ย 
Agitated film evaporator
Agitated film evaporatorAgitated film evaporator
Agitated film evaporator
ย 
Fenomena perpindahan
Fenomena perpindahanFenomena perpindahan
Fenomena perpindahan
ย 
Termodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutanTermodinamika 1 lanjutan
Termodinamika 1 lanjutan
ย 

Similar to TERMODINAMIKA

7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)Doni Rachman
ย 
Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Reandy Risky
ย 
Performasi koil pendingin (Evaporator Perfomance)
Performasi koil pendingin (Evaporator Perfomance)Performasi koil pendingin (Evaporator Perfomance)
Performasi koil pendingin (Evaporator Perfomance)nanda_auliana
ย 
DASAR PEMPROSESAN UDARA
DASAR PEMPROSESAN UDARADASAR PEMPROSESAN UDARA
DASAR PEMPROSESAN UDARAKiki Amelia
ย 
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesinMESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesinIKomangDiegoAntara
ย 
Presentasi skripsi
Presentasi skripsiPresentasi skripsi
Presentasi skripsiWaridin Niam
ย 
Presentasi skripsi
Presentasi skripsiPresentasi skripsi
Presentasi skripsiWaridin Niam
ย 
Screw compressor
Screw compressorScrew compressor
Screw compressordarkmaster14
ย 
8. Konservasi Tata Udara.pdf
8. Konservasi Tata Udara.pdf8. Konservasi Tata Udara.pdf
8. Konservasi Tata Udara.pdfZoomLPPM
ย 
Siklus_Refrigerasi.pptx
Siklus_Refrigerasi.pptxSiklus_Refrigerasi.pptx
Siklus_Refrigerasi.pptxfelly11
ย 
2298 2859-1-sm
2298 2859-1-sm2298 2859-1-sm
2298 2859-1-smDoni Rahman
ย 
Dokumen.tips turbin uap-kuliahppt
Dokumen.tips turbin uap-kuliahpptDokumen.tips turbin uap-kuliahppt
Dokumen.tips turbin uap-kuliahpptambarpratomo
ย 
Siklus daya gas
Siklus daya gasSiklus daya gas
Siklus daya gasRock Sandy
ย 
MESIN PENDINGIN AIR CONDITIIONING (AC)
MESIN PENDINGIN  AIR CONDITIIONING (AC)MESIN PENDINGIN  AIR CONDITIIONING (AC)
MESIN PENDINGIN AIR CONDITIIONING (AC)suyono fis
ย 
2284419
22844192284419
2284419tunestuneh
ย 
Mesin 3 R
Mesin 3 RMesin 3 R
Mesin 3 Rghoyhoe27
ย 
siklus carnot efisiensi hukum termodinamika
siklus carnot efisiensi hukum termodinamikasiklus carnot efisiensi hukum termodinamika
siklus carnot efisiensi hukum termodinamikamimy14
ย 

Similar to TERMODINAMIKA (20)

3 steam jet
3 steam jet3 steam jet
3 steam jet
ย 
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
ย 
Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi
ย 
Performasi koil pendingin (Evaporator Perfomance)
Performasi koil pendingin (Evaporator Perfomance)Performasi koil pendingin (Evaporator Perfomance)
Performasi koil pendingin (Evaporator Perfomance)
ย 
DASAR PEMPROSESAN UDARA
DASAR PEMPROSESAN UDARADASAR PEMPROSESAN UDARA
DASAR PEMPROSESAN UDARA
ย 
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesinMESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
ย 
Presentasi skripsi
Presentasi skripsiPresentasi skripsi
Presentasi skripsi
ย 
Presentasi skripsi
Presentasi skripsiPresentasi skripsi
Presentasi skripsi
ย 
Screw compressor
Screw compressorScrew compressor
Screw compressor
ย 
8. Konservasi Tata Udara.pdf
8. Konservasi Tata Udara.pdf8. Konservasi Tata Udara.pdf
8. Konservasi Tata Udara.pdf
ย 
MAKALAH Mesin Pendingin
MAKALAH Mesin PendinginMAKALAH Mesin Pendingin
MAKALAH Mesin Pendingin
ย 
Siklus_Refrigerasi.pptx
Siklus_Refrigerasi.pptxSiklus_Refrigerasi.pptx
Siklus_Refrigerasi.pptx
ย 
2298 2859-1-sm
2298 2859-1-sm2298 2859-1-sm
2298 2859-1-sm
ย 
Refrijeran
RefrijeranRefrijeran
Refrijeran
ย 
Dokumen.tips turbin uap-kuliahppt
Dokumen.tips turbin uap-kuliahpptDokumen.tips turbin uap-kuliahppt
Dokumen.tips turbin uap-kuliahppt
ย 
Siklus daya gas
Siklus daya gasSiklus daya gas
Siklus daya gas
ย 
MESIN PENDINGIN AIR CONDITIIONING (AC)
MESIN PENDINGIN  AIR CONDITIIONING (AC)MESIN PENDINGIN  AIR CONDITIIONING (AC)
MESIN PENDINGIN AIR CONDITIIONING (AC)
ย 
2284419
22844192284419
2284419
ย 
Mesin 3 R
Mesin 3 RMesin 3 R
Mesin 3 R
ย 
siklus carnot efisiensi hukum termodinamika
siklus carnot efisiensi hukum termodinamikasiklus carnot efisiensi hukum termodinamika
siklus carnot efisiensi hukum termodinamika
ย 

Recently uploaded

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
ย 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
ย 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
ย 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
ย 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
ย 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
ย 

Recently uploaded (6)

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
ย 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
ย 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
ย 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
ย 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
ย 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
ย 

TERMODINAMIKA

  • 1. TERMODINAMIKA 2 Oleh: i. Ir. Natalia Suseno, M.Si ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng WEEK 1: Pendinginan dan Pencairan
  • 2. KONTRAK PERKULIAHAN Minggu Topik (Indonesia) 1 Pendinginan dan Pencairan Bagian 1 2 Pendinginan dan Pencairan Bagian 2 3 Ruang Lingkup Termodinamika Larutan Bagian 1 4 Ruang Lingkup Termodinamika Larutan Bagian 2 5 Ruang Lingkup Termodinamika Larutan Bagian 3 6 Proses Pencampuran Bagian 1 7 Proses Pencampuran Bagian 2 8 Pengantar Kesetimbangan Fasa Bagian 1 9 Pengantar Kesetimbangan Fasa Bagian 2 10 Formulasi Termodinamika untuk Uap-Cair Bagian 1 11 Formulasi Termodinamika untuk Uap-Cair Bagian 2 12 Kesetimbangan Reaksi Kimia Bagian 1 13 Kesetimbangan Reaksi Kimia Bagian 2 14 Kesetimbangan Reaksi Kimia Bagian 3 Susunan materi pembelajaran mengalami penyesuaian, adapun terdapat penggantian buku acuan perkuliahan sehingga kedepannya setiap pertemuan akan diinfokan terkait pergeseran materi dari buku acuan sebelumnya. Edisi 7 Edisi 8
  • 3. KONTRAK PERKULIAHAN Poin Penilaian Persentase Bobot (%) Tugas 10-15 Quiz 10-20 Ujian 70-80 Besaran Persentase Penilaian NTS/NAS Akan Menyesuaikan Kecenderungan Nilai (Diambil Terbaik) Penilaian Tugas Persentase Bobot (%) [Apabila benar semua] Tepat Waktu 100 Terlambat 1-2 Minggu 85 Terlambat Lebih dari 2 Minggu 70
  • 4.
  • 6. KORELASI TERMODINAMIKA 1โ†’2 Pemahaman hukum termodinamika 1 dan konsep-konsep terkait konservasi energi Sifat volumetrik fluida Efek panas Hukum termodinamika 2 Aplikasi hukum termodinamika pada fluida bergerak
  • 7. Apa yang saudara pikirkan terkait proses pendinginan dan pencairan? PENGANTAR
  • 9. SIKLUS PENDINGINAN CARNOT โ€ข Proses pendinginan mengacu pada serap panas dari suatu area pada suhu dibawah suhu lingkungan dan melepaskan panas yang diserap ke lingkungan. โ€ข Terdapat dua proses isotermal yaitu pada penyerapan panas (๐‘„๐ถ) pada suhu rendah (๐‘‡๐ถ) dan pelepasan panas (๐‘„๐ป) pada suhu tinggi (๐‘‡๐ป). Siklus berlangsung diantara dua suhu tersebut secara adiabatis. Proses berlangsung memerlukan kerja yang disuplai kedalam sistem (๐‘Š)
  • 10. Parameter efektivitas dari proses pendinginan ini disebut coefficient of performance (๐Ž), yang mana dapat didefinsikan sebagai perbandingan jumlah panas yang dapat diserap pada suhu rendah dengan total kerja yang diperlukan. ๐œ” = โ„Ž๐‘’๐‘Ž๐‘ก ๐‘Ž๐‘๐‘ ๐‘œ๐‘Ÿ๐‘๐‘’๐‘‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘™๐‘œ๐‘ค๐‘’๐‘Ÿ ๐‘ก๐‘’๐‘š๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘ข๐‘Ÿ๐‘’ ๐‘›๐‘’๐‘ก ๐‘ค๐‘œ๐‘Ÿ๐‘˜ = ๐‘„๐ถ ๐‘Š ๐œ” = ๐‘‡๐ถ ๐‘‡๐ป + ๐‘‡๐ถ EFEKTIVITAS PENDINGINAN Applies only to a refrigerator operating on a Carnot cycle, which yields the maximum possible value of ฯ‰ for a refrigerator operating between given values of ๐‘ป๐‘ฏ and ๐‘ป๐‘ช
  • 11. PERBANDINGAN PROSES VAPOR COMPRESSION MENGGUNAKAN EXPANDER DAN THROTTLE Expander Compressor Condenser Evaporator ๐‘„๐ป ๐‘Š ๐‘Š ๐‘„๐ถ Absorbsi Isobaric & Isothermal Kompresi Adiabatic Kondensasi Isothermal Ekspansi Adiabatic Throttle Compressor Condenser Evaporator ๐‘Š ๐‘„๐ป ๐‘„๐ถ Absorbsi Isobaric & Isothermal Kompresi Adiabatic Kondensasi Isothermal Ekspansi Adiabatic
  • 12. 1โ†’2 Proses evaporasi secara isothermal dan isobaric 2โ†’3โ€™ Proses kompresi secara adiabatic reversible 2โ†’3 Proses kompresi secara adiabatic irreversible 3โ†’4 Proses pendinginan secara isothermal dan isobaric 4โ†’1 Proses ekspansi adiabatic reversible 1โ†’2 Proses evaporasi secara isothermal dan isobaric 2โ†’3โ€™ Proses kompresi secara adiabatic reversible 2โ†’3 Proses kompresi secara adiabatic irreversible 3โ†’4 Proses pendinginan secara isothermal dan isobaric 4โ†’1 Proses ekspansi adiabatic irreversible Expander Throttle Expander Throttle ๐‘„๐ถ ๐ป2 โˆ’ ๐ป1 ๐ป2 โˆ’ ๐ป1 ๐‘„๐ป ๐ป3 โˆ’ ๐ป4 ๐ป3 โˆ’ ๐ป2 ๐‘Š ๐ป3 โˆ’ ๐ป4 โˆ’ (๐ป1 โˆ’ ๐ป2) ๐ป3 โˆ’ ๐ป2 ๐œ” ๐ป2 โˆ’ ๐ป1 ๐ป3 โˆ’ ๐ป4 โˆ’ (๐ป2 โˆ’ ๐ป1) ๐ป2 โˆ’ ๐ป1 ๐ป3 โˆ’ ๐ป2 แˆถ ๐‘š ๐‘„๐ถ ๐ป2 โˆ’ ๐ป1 ๐‘„๐ถ ๐ป2 โˆ’ ๐ป1 PERBANDINGAN PROSES VAPOR COMPRESSION MENGGUNAKAN EXPANDER DAN THROTTLE
  • 13. โ€ข Step 1โ†’2 Proses penyerapan panas pada suhu (๐‘‡) dan tekanan (P) konstan, hal ini terjadi ketika cairan pendingin mengalami penguapan yang mengakibatkan penyerapan panas. โ€ข Step 2โ†’3โ€™ Uap yang diproduksi tersebut dikompresi melalui garis putus-putus, secara isentropic (adiabatic reversible). Sedangkan โ€ข Step 2โ†’3 Merupakan proses kompresi irreversible yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai entropi dan kecondongan dari garis TAHAPAN-TAHAPAN PROSES SEDERHANA
  • 14. โ€ข Step 3โ†’4 Fluida pada kondisi suhu dan tekanan tinggi ini didinginkan serta dikondensasi sehingga melepaskan panas ke lingkungan โ€ข Step 4โ†’1 Cairan dari kondensor terekspansi menuju kondisi semula. Proses ini dapat dilakukan menggunakan throttle valve ataupun turbine. Akan tetapi proses lebih sering dilakukan menggunakan throttle valve karena penggunaan alat ini lebih mudah untuk dikontrol. Penurunan tekanan selama proses irreversible merupakan akibat adanya friksi yang terbentuk didalam valve TAHAPAN-TAHAPAN PROSES SEDERHANA
  • 15. ๐œ” = ๐ป2 โˆ’ ๐ป4 ๐ป3 โˆ’ ๐ป2 ๐‘„๐ป = ๐ป4 โˆ’ ๐ป3 ๐‘„๐ถ = ๐ป2 โˆ’ ๐ป1 แˆถ ๐‘š = แˆถ ๐‘„๐ถ ๐ป2 โˆ’ ๐ป1
  • 16. โ€ข Koefisien performa dari pendinginan menggunakan siklus carnot tidak bergantung pada jenis refrigerant yang digunakan. Akan tetapi untuk proses nyata refrigerant memegang peranan penting dalam performa proses. โ€ข Berikut beberapa parameter utama pemilihan refrigerant: 1. Toksisitas 2. Sifat mudah terbakar 3. Biaya 4. Sifat korosi 5. Tekanan uap โ€ข Tekanan uap dari refrigerant harus lebih tinggi dari tekanan atmosferik, sehingga jika terjadi kebocoran tidak berakibat pada masuknya udara kedalam sistem PARAMETER PEMILIHAN REFRIGERANT
  • 17. โ€ข Tekanan uap dari refrigerant juga tidak terlalu tinggi, hal tersebut dapat mengakibatkan biaya proses menjadi mahal โ€ข Beberapa jenis refrigerant sudah dikenal secara umum, diantaranya sebagai berikut: 1. Ammonia, Methyl Chloride, Carbon Dioxide, dan Propane 2. Fully halogenated hydrocarbons such as CCl3F(CFC-11) dan CCl2F2 3. Less halogenated hydrocarbons such as CHCl2CF3 (HCFC-123), CF3CH2F (HFC-134a), dan CHF2CF3 (HFC-125) โ€ข Beberapa jenis refrigerant berbasis halogen sudah cukup dihindari karena potensi kerusakan lingkungan akibat kebocoran dan berakibat pada kerusakan ozon PARAMETER PEMILIHAN REFRIGERANT
  • 18. Contoh, Pertanyaan: Suatu ruang didinginkan pada temperatur -20oC, air pendingin tersedia pada temperatur 21oC. Kapasitas pendinginan 120000 kJ/h. Evaporator dan Kondensor memiliki beda suhu 5oC yang merupakan temperatur minimum agar proses transfer dapat berlangsung. Fluida pendingin 1,1,1,2- tetrafluoroethane (HFC-134a), yang mana data properti tersedia secara lengkap. 1) Berapa nilai koefisien perfoma siklus pendinginan karnot? 2) Berapa nilai koefisien perfoma siklus pendinginan kompresi uap, jika efisiensi kompresor 0,8 (80%)
  • 19. Jawaban (1): Berdasarkan persaman perhitungan koefisein perfoma siklus karnot, maka nilai dapat dihitung sebagai berikut: ๐œ” = ๐‘‡๐ถ ๐‘‡๐ป โˆ’ ๐‘‡๐ถ ๐œ” = (โˆ’25 + 273,15) (26 + 273,15) โˆ’ (โˆ’25 + 273,15) ๐œ” = 248,15 299,15 โˆ’ 248,15 ๐œ” = 4,87 Contoh,
  • 20. Jawaban (2): Berdasarkan informasi yang diperoleh, maka nilai-nilai properti pada kondisi tempertur -25oC dapat dicari: ๐‘ƒ = 1,064 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ ๐ป๐‘ฃ = 383,45 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” ๐‘†๐‘ฃ = 1,746 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” Contoh,
  • 21. Jawaban (2): Berdasarkan informasi yang diperoleh, maka nilai-nilai properti pada kondisi tempertur 26oC dapat dicari: ๐‘ƒ = 6,854 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ ๐ป๐‘ฃ = 412,84 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” ๐‘†๐‘ฃ = 1,716 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” Contoh,
  • 22. Jawaban (2): Proses kompresi fluida pendingin terjadi pada tahap 2โ†’3โ€™ yaitu proses adiabatic reversible (isentropic) pada kondisi ini diketahui bahwa nilai: ๐‘†2 = ๐‘†3 โ€ฒ Maka nilai, ๐‘†3 โ€ฒ = 1,746 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘”. ๐พ Contoh,
  • 23. Contoh, Jawaban (2): Dari grafik disamping diperoleh nilai entalpi: ๐ป3 โ€ฒ = 421,97 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘”
  • 24. Jawaban (2): Proses kompresi fluida pendingin terjadi pada tahap 2โ†’3โ€™ menghasilkan nilai beda entalpi isentropic yang dapat dihitung melalui persamaan berikut: โˆ†๐ป ๐‘† = ๐ป3 โ€ฒ โˆ’ ๐ป2 โˆ†๐ป ๐‘† = 421,97 โˆ’ 383,45 โˆ†๐ป ๐‘† = 38,52 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” Nilai perubahan entalpi pada kompresor sesungguhnya dihitung melalui persamaan berikut: Contoh,
  • 25. Jawaban (2): Proses kompresi fluida pendingin terjadi pada tahap 2โ†’3 menghasilkan nilai perubahan entalpi pada kompresor sesungguhnya dihitung melalui persamaan berikut: ๐ป3 โˆ’ ๐ป2 = โˆ†๐ป ๐‘† ๐œ‚ ๐ป3 โˆ’ ๐ป2 = 38,52 0,8 ๐ป3 โˆ’ ๐ป2 = 48,15 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” Contoh,
  • 26. Jawaban (2): Proses throttling pada 1โ†’4 merupakan proses isenthalpic (ฮ”๐ป = 0) atau ๐ป1 = ๐ป4, secara lebih jelas dapat dilihat melalui gambar disamping. Nilai koefisien performa kompresi uap dapat dihitung melalui persamaan berikut: ๐œ” = ๐ป2 โˆ’ ๐ป4 ๐ป3 โˆ’ ๐ป2 = 383,45 โˆ’ 235,97 48,15 = 3,06 Contoh,
  • 27. Jawaban (2): Banyaknya massa fluida pendingin yang tersiklus dapat dihitung melalui persamaan berikut: แˆถ ๐‘š = แˆถ ๐‘„ ๐ป2 โˆ’ ๐ป4 แˆถ ๐‘š = 12000 383,45 โˆ’ 235,97 แˆถ ๐‘š = 814 ๐‘˜๐‘” โ„Ž Contoh,
  • 29. ๐‘Š = ๐‘‡๐‘† โˆ’ ๐‘‡๐ถ ๐‘‡๐ถ ๐‘„๐ถ ๐‘„๐ป ๐‘„๐ถ = ๐‘‡๐ป ๐‘‡๐ป โˆ’ ๐‘‡๐‘† ๐‘‡๐‘† โˆ’ ๐‘‡๐ถ ๐‘‡๐ถ โ€ข Nilai kerja yang dibutuhkan mesin pendingin tipe absorbsi Carnot dituliskan sebagai berikut: โ€ข Batasan nilai kondisi absorbsi Carnot dituliskan sebagai rasio panas dari reservoir panas dengan reservoir dingin: MESIN PENDINGIN TIPE ABSORBSI
  • 31. โ€ข Siklus pendinginan absorbsi memiliki dua rentang tekanan kerja, yaitu: 1. Tekanan rendah meliputi penguapan (evaporator) dan penyerapan (absorption) 2. Tekanan tinggi meliputi pembentukan uap (generator) dan pengembunan (condenser) โ€ข Siklus pendinginan absorbsi menggunakan dua jenis fluida, yaitu: 1. Fluida penyerap 2. Fluida refrigerant โ€ข Siklus pendinginan absorbsi mengenal dua jenis larutan, yaitu: 1. Larutan pekat โ†’ Uap refrigerant 2. Larutan encer โ†’ Refrigerant cair MESIN PENDINGIN TIPE ABSORBSI
  • 32. โ€ข Saat ini, kombinasi antara fluida penyerap dan fluida refrigerant yang umum digunakan yaitu 1. ๐ป2๐‘‚ โˆ’ ๐ฟ๐‘–๐ต๐‘Ÿ โ†’ Fluida penyerap 2. ๐‘๐ป3 โˆ’ ๐ป2๐‘‚ โ†’ Fluida refrigenant MESIN PENDINGIN TIPE ABSORBSI
  • 34. TERMODINAMIKA 2 Oleh: i. Ir. Natalia Suseno, M.Si ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng WEEK 2: Pendinginan dan Pencairan
  • 35.
  • 37. KORELASI TERMODINAMIKA 1โ†’2 Pemahaman hukum termodinamika 1 dan konsep-konsep terkait konservasi energi Sifat volumetrik fluida Efek panas Hukum termodinamika 2 Aplikasi hukum termodinamika pada fluida bergerak REVIEW:
  • 38. Apa yang saudara pikirkan terkait proses pencairan? PENGANTAR REVIEW:
  • 39. PENCAIRAN Pencairan dapat terjadi ketika gas didinginkan ke suhu di wilayah dua fase yang dapat dicapai dengan beberapa cara berikut: 1. Pertukaran panas pada tekanan konstan 2. Proses ekspansi dimana dihasilkan kerja 3. Proses Throttling Terdapat dua jenis proses yang sudah dikenal yaitu: 1. Proses Linde 2. Proses Claude
  • 40. โ€ข Proses Throttling adalah proses termodinamika yang digunakan untuk mengurangi atau menurunkan tekanan suatu fluida. Berlaku proses isoentalpi (ฮ”H=0)
  • 41. Proses Linde Proses Claude PERBANDINGAN PROSES LINDE DAN CLAUDE
  • 42. Neraca Energi โˆ† ๐ป + 1 2 ๐‘ข2 + ๐‘ง๐‘” ๐‘š = ๐‘„ + ๐‘Š ๐‘  Pada sistem yang ditinjau diasumsikan tidak terjadi perubahan kecepatan fluida, ketinggian fluida, dan panas yang keluar maupun masuk sistem. Maka persamaan dapat disusun ulang sebagai berikut: ๐‘š9๐ป9 + ๐‘š15๐ป15 โˆ’ ๐‘š4๐ป4 = ๐‘Š๐‘œ๐‘ข๐‘ก Diketahui bahwa kerja yang dihasilkan dari proses ekspansi dapat ditulis sebagai berikut: ๐‘Š๐‘œ๐‘ข๐‘ก = ๐‘š12(๐ป12 โˆ’ ๐ป5) Maka persamaan dapat disubtitusi menjadi persamaan berikut: ๐‘š9๐ป9 + ๐‘š15๐ป15 โˆ’ ๐‘š4๐ป4 = ๐‘š12(๐ป12 โˆ’ ๐ป5) PENURUNAN PERSAMAAN DARI NERACA ENERGI
  • 43. Apabila setiap suku dibagi dengan laju alir ๐‘š4 maka diperoleh sebagai berikut: ๐‘š9 ๐‘š4 ๐ป9 + ๐‘š15 ๐‘š4 ๐ป15 โˆ’ ๐ป4 = ๐‘š12 ๐‘š4 (๐ป12 โˆ’ ๐ป5) Dari neraca massa sistem dapat dituliskan bahwa ๐‘š15 = ๐‘š4 โˆ’ ๐‘š9, maka persamaan berubah menjadi: ๐‘š9 ๐‘š4 ๐ป9 + ๐‘š4 โˆ’ ๐‘š9 ๐‘š4 ๐ป15 โˆ’ ๐ป4 = ๐‘š12 ๐‘š4 (๐ป12 โˆ’ ๐ป5) Subtitusi ๐‘š9 ๐‘š4 = ๐‘ง mengimplementasikan fraksi aliran yang tercairkan, sedangkan ๐‘š12 ๐‘š4 = ๐‘ฅ mengimplementasikan fraksi aliran yang keluar dari sistem penukar panas. ๐‘ง๐ป9 + ๐‘š4 โˆ’ ๐‘š9 ๐‘š4 ๐ป15 โˆ’ ๐ป4 = ๐‘ฅ(๐ป12 โˆ’ ๐ป5) PENURUNAN PERSAMAAN DARI NERACA ENERGI
  • 44. ๐‘ง = ๐‘ฅ ๐ป12 โˆ’ ๐ป5 + ๐ป4 โˆ’ ๐ป15 ๐ป9 โˆ’ ๐ป15 Persamaan tersebut digunakan untuk proses Claude, apabila proses Linde yang mana tidak terdapat proses ekstraksi kerja menggunakan ekspander maka persamaan dapat ditulis menjadi berikut: ๐‘ง = ๐ป4 โˆ’ ๐ป15 ๐ป9 โˆ’ ๐ป15 PENURUNAN PERSAMAAN DARI NERACA ENERGI
  • 45. Example 9.3 Gas alam diasumsi hanya mengandung metana murni akan dicairan melalui proses Claude, kompresi pada tekanan 60 bar dan pendinginan awal 300 K. Keluaran dari ekspander dan throttle pada tekanan 1 bar. Metana recycle pada titik 15 (figur 9.7) bertekanan 1 bar. Asumsi tidak terdapat kebocoran panas menuju sistem dari lingkungan, dan ekspander memiliki efisiensi 80% dengan fasa keluaran uap jenuh. Draw-off dari ekspander 25% masuk kedalam penukar panas (x=0,25), berapa fraksi z metana yang tercairkan serta berapa suhu dari aliran bertekanan yang masuk kedalam proses throttling? Solution 9.3 Penyelesaian memerlukan data dari appendix F ed 8) tersedia dalam satuan British Unit, sedangkan pada appendix F ed 6 tersedia dalam satuan SI. โ€ข Kondisi awal, 60 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ = 870,226 ๐‘๐‘ ๐‘–๐‘Ž dan 300 ๐พ = 80,33๐‘œ๐น โ€ข Kondisi akhir, 1 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ = 14,5038 ๐‘๐‘ ๐‘–๐‘Ž dan 295 ๐พ = 71,33๐‘œ๐น
  • 46.
  • 47.
  • 48. Perolehan data dari PH-T diagram metana sebagai berikut: ๐ป4 = 855,3 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” (300 K dan 60 bar) ๐ป15 = 903,0 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” (295 K dan 1 bar) Untuk cair dan uap jenuh pada tekanan 1 bar: ๐‘‡๐‘ ๐‘Ž๐‘ก = 111,5 ๐พ ๐ป9 = โˆ’0,6 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” (Cair jenuh) ๐ป12 = 510,6 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” (Uap Jenuh) ๐‘†12 = 4,579 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” (Uap Jenuh) Entalpi pada titik 5 diperlukan untuk penyelesaian persamaan ๐‘ง = ๐‘ฅ ๐ป12;๐ป5 :๐ป4;๐ป15 ๐ป9;๐ป15 .
  • 49. Dengan demikian, diperlukan korelasi terkait, diantaranya efisiensi ekspander (๐œ‚), dan nilai entalpi yang sepadan. Diketahui bahwa nilai entalpi pada titik 5 sepadan dengan titik 11 (๐ป5 = ๐ป11). Perhitungan entalpi didalam ekspander dapat ditulis demikian: ฮ”๐ป = ๐ป12 โˆ’ ๐ป5 = ๐œ‚ ฮ”๐ป ๐‘† = ๐œ‚(๐ป12 โ€ฒ โˆ’ ๐ป5) Disusun ulang, dan diperoleh persamaan ๐ป12: ๐ป12 = ๐ป5 + ๐œ‚(๐ป12 โ€ฒ โˆ’ ๐ป5) ๐ป12 โ€ฒ merupakan entalpi pada tekanan 1 bar yang dihasilkan oleh proses ekspansi isentropic dari titik 5. Trial perhitungan dilakukan dengan mengambil suhu pada titik 5 (๐‘‡5) , maka dapat diketahui nilai ๐ป5 dan ๐‘†5, serta perhitungan untuk ๐ป12 โ€ฒ . Sebagai contoh perhitungan, pada trial ๐‘ƒ = 60 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ dan ๐‘‡ = 260 ๐พ, diperoleh nilai entalpi dan entropi sebesar 745,27 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” dan 4,033 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘”.๐พ . Nilai entropi cair dan uap jenuh sebesar ๐‘†๐‘™ = 0,005 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘”.๐พ dan ๐‘†๐‘ฃ = 4,579 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘”.๐พ .
  • 50. Menggunakan nilai tersebut ekspansi isentropik dari 260 ๐พ dan 60 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ menuju 1 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ memberikan fraksi uap 0,8808. ๐ป12 โ€ฒ = ๐ป9 ๐‘™ + ๐‘ฅ๐‘ฃ(๐ป12 ๐‘ฃ โˆ’ ๐ป9 ๐‘™ ) ๐ป12 โ€ฒ = โˆ’0,6 + (0,8808)(510,6 + 0,6) ๐ป12 โ€ฒ = 449,665 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” Hasil perhitungan disubtitusikan pada persamaan untuk menghitung entalpi sesungguhnya: ๐ป12 = ๐ป5 + ๐œ‚(๐ป12 โ€ฒ โˆ’ ๐ป5) ๐ป12 = 745,27 + (0,80)(449,665 โˆ’ 745,27) ๐ป12 = 508,786 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” Apabila nilai ๐ป12 hasil perhitungan sudah sesuai, maka nilai selanjutnya disubtitusikan pada persamaan perhitungan rasio tercairkan. Jika belum, dilakukan trial ulang nilai ๐‘‡5.
  • 51. ๐“ = 0,25 510,6;748,8 :855,3;903,0 ;0,6;903,0 = 0,1187 Maka, diperoleh bahwa 11,87% metana masuk kedalam alat penukar panas (heat exchanger [HE]) tercairkan. Perhitungan dilanjutkan untuk mengetahui suhu pada titik 7. Maka perlu dilakukan penurunan neraca energi untuk HE 1 dan HE 2. Korelasi untuk HE 1 sebagai berikut: ๐‘š4 ๐ป5 โˆ’ ๐ป4 + ๐‘š15 ๐ป15 โˆ’ ๐ป14 = 0 Hubungan matematis ๐‘š15 = ๐‘š14 โˆ’ ๐‘š9 dan ๐‘š9/๐‘š4 = ๐“, diperoleh korelasi baru berikut: ๐ป14 = ๐ป5;๐ป4 1;๐“ + ๐ป15 = 748,8;855,3 1;0,1187 + 903,0 Sehingga perolehan nilai ๐ป14 = 782,2 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” dan ๐‘‡14 = 239,4 ๐พ (1 bar). Cara yang sama dilakukan untuk memperoleh korelasi HE 2 sebagai berikut: ๐‘š7 ๐ป7 โˆ’ ๐ป5 + ๐‘š14 ๐ป14 โˆ’ ๐ป12 = 0
  • 52. Hubungan matematis ๐‘š7 = ๐‘š4 โˆ’ ๐‘š12 dan ๐‘š14 = ๐‘š4 โˆ’ ๐‘š9, dengan difinisi ๐“ dan ๐“, disusun ulang persamaan dan membentuk persamaan berikut: ๐ป7 = ๐ป5 โˆ’ 1;๐“ 1;๐“ ๐ป14 โˆ’ ๐ป12 ๐ป7 = 748,8 โˆ’ 1;0,1187 1;0,25 (782,2 โˆ’ 510,6) Sehingga perolehan nilai ๐ป7 = 429,7 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” dan ๐‘‡7 = 199,1 ๐พ (60 bar). Apabila terjadi peningkatan nilai ๐“, maka berakibat pada menurunnya ๐‘‡7. Hal tersebut memungkinkan suhu mendekati suhu saturasi, yang berakibat pada meningkatnya luasan penukar panas (heat exchanger 2) mendekati tak hingga. Oleh itu, ๐“ perlu dibatasi, untuk optimasi biaya yang dibutuhkan untuk penukar panas (heat exchanger 2). Jika kondisi ๐“ = 0, maka sistem Linde berlaku: ๐“ = 855,3 โˆ’ 903,0 โˆ’0,6 โˆ’ 903,0 = 0,0528
  • 53. Pada kasus tersebut, ~5,3% gas masuk kedalam throttle dan cairan, suhu pada ๐‘‡7 dapat dihitung melalui entalpi dan neraca energi: ๐ป7 = ๐ป4 โˆ’ 1 โˆ’ ๐“ ๐ป15 โˆ’ ๐ป10 Subtitusi nilai sebagai berikut: ๐ป7 = 855,3 โˆ’ 1 โˆ’ 0,0528 903,0 โˆ’ 510,6 = 483,6 ๐‘˜๐ฝ ๐‘˜๐‘” Dan perolehan ๐‘‡7 = 202,1 ๐พ
  • 55. TERMODINAMIKA 2 Oleh: i. Ir. Natalia Suseno, M.Si ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng WEEK 3: Ruang Lingkup Termodinamika Larutan
  • 56.
  • 58. Total energi Gibbs pada sistem tertutup berhubungan dengan variabel tekanan dan suhu, yang dapat dituliskan : Pada sistem tertutup serta tidak terjadi reaksi, dan komposisi didalam sistem konstan maka dapat dituliskan sebagai berikut: Apabila pada kasus fasa tunggal dengan sistem terbuka, maka akan terdapat aliran material masuk dan keluar sistem, sehingga energi bebas Gibbs menjadi fungsi jumlah mol dari setiap spesies: DASAR-DASAR HUBUNGAN PROPERTI ๐‘‘ ๐‘›๐บ = ๐‘›๐‘‰ ๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘›๐‘† ๐‘‘๐‘‡ ๐œ• ๐‘›๐บ ๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘› = ๐‘›๐‘‰ ๐œ• ๐‘›๐บ ๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘› = โˆ’๐‘›๐‘† ๐‘›๐บ = ๐‘”(๐‘ƒ, ๐‘‡, ๐‘›1, ๐‘›2, โ€ฆ , ๐‘›๐‘–, โ€ฆ )
  • 59. Jika dituliskan dalam bentuk turunan total energi bebas Gibbs, maka diperoleh persamaan sebagai berikut: Penjumlahan total dari perubahan energi bebas Gibbs terhadap spesies i serta nilai konstan spesies lainnya membentuk suatu besaran termodinamika yang didefiniskan sebagai potensial kimia (chemical potential) dari spesies i dituliskan sebagai berikut: Dengan demikian persamaan untuk sistem terbuka dapat dituliskan menjadi sebagai berikut: DASAR-DASAR HUBUNGAN PROPERTI ๐‘‘ ๐‘›๐บ = ๐œ• ๐‘›๐บ ๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘› ๐‘‘๐‘ƒ + ๐œ• ๐‘›๐บ ๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘› ๐‘‘๐‘‡ + เท ๐‘– ๐œ• ๐‘›๐บ ๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘‡,๐‘ƒ,๐‘›๐‘— ๐‘‘๐‘›๐‘– ๐œ‡๐‘– โ‰ก ๐œ• ๐‘›๐บ ๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘‡,๐‘ƒ,๐‘›๐‘— ๐‘‘ ๐‘›๐บ = ๐‘›๐‘‰ ๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘›๐‘† ๐‘‘๐‘‡ + เท ๐‘– ๐œ‡๐‘– ๐‘‘๐‘›๐‘–
  • 60. Pada kasus khusus yang melibatkan setiap mol larutan, maka persamaan perubahan energi bebas Gibbs ditulis demikian: Apabila ditinjau untuk energi bebas Gibbs total sebagai berikut: Konsep dasar ini sangat penting, kedepannya untuk aplikasi-aplikasi korelasi termodinamika. DASAR-DASAR HUBUNGAN PROPERTI ๐‘‘๐บ = ๐‘‰ ๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘†๐‘‘๐‘‡ + เท ๐‘– ๐œ‡๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ๐‘– ๐บ = ๐บ(๐‘ƒ, ๐‘‡, ๐‘ฅ1, ๐‘ฅ2, โ€ฆ , ๐‘ฅ๐‘–, โ€ฆ )
  • 61. Pada sistem tertutup fasa tunggal PVT yang mengandung berbagai spesies yang berinteraksi, seluruh perubahan mol hanya berasal dari reaksi kimia. Akibatnya, persamaan untuk sistem terbuka dan tertutup tersebut akan valid apabila nilai potensial kimia total adalah nol. Adapun persamaan tersebut juga menjadi criteria umum untuk suatu sistem disebut mengalami kesetimbangan reaksi kimia pada sistem tertutup fasa tunggal PVT. POTENSIAL KIMIA DAN KESETIMBANGAN เท ๐‘– ๐œ‡๐‘–๐‘‘๐‘›๐‘– = 0
  • 62. Mengacu pada kesetimbangan fasa, yang mengandung dua fasa berkesetimbangan dengan setiap fasa terbuka dan berinteraksi satu sama lain serta mengalami perpindahan massa antar fasa. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Adapun ๐›ผ dan ๐›ฝ mewakili setiap fasa yang berinteraksi. KESETIMBANGAN FASA ๐‘‘ ๐‘›๐บ = ๐‘›๐‘‰ ๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘›๐‘† ๐‘‘๐‘‡ + เท ๐‘– ๐œ‡๐‘– ๐›ผ ๐‘‘๐‘›๐‘– ๐›ผ ๐‘‘ ๐‘›๐บ = ๐‘›๐‘‰ ๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘›๐‘† ๐‘‘๐‘‡ + เท ๐‘– ๐œ‡๐‘– ๐›ฝ ๐‘‘๐‘›๐‘– ๐›ฝ
  • 63. Dalam sistem tertutup tersebut, total properti dalam sistem dapat dituliskan sebagai: Maka, kedua persamaan yang ada dapat disusun ulang menjadi sebagai berikut: Mengingat sistem tersebut adalah tertutup, bentukan potensial kimia antar fasa akan sama dengan nol, dituliskan persamaan sebagai berikut: Secara umum untuk multi komponen sebagai berikut: KESETIMBANGAN FASA ๐‘›๐‘€ = ๐‘›๐‘€ ๐›ผ + ๐‘›๐‘€ ๐›ฝ ๐‘‘ ๐‘›๐บ = ๐‘‰๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘†๐‘‘๐‘‡ + เท ๐‘– ๐œ‡๐‘– ๐›ผ ๐‘‘๐‘›๐‘– ๐›ผ + เท ๐‘– ๐œ‡๐‘– ๐›ฝ ๐‘‘๐‘›๐‘– ๐›ฝ เท ๐‘– ๐œ‡๐‘– ๐›ผ ๐‘‘๐‘›๐‘– ๐›ผ + เท ๐‘– ๐œ‡๐‘– ๐›ฝ ๐‘‘๐‘›๐‘– ๐›ฝ = 0 ๐œ‡๐‘– ๐›ผ = ๐œ‡๐‘– ๐›ฝ ๐œ‡๐‘– ๐›ผ = ๐œ‡๐‘– ๐›ฝ = โ‹ฏ = ๐œ‡๐‘– ๐œ‹
  • 64. Perpindahan massa atau transfer massa antar fasa dituliskan dalam bentuk diferensial sebagai berikut: dan Nilai besaran ๐‘‘๐‘›๐‘– ๐›ผ bersifat independen dan bebas, maka bentukan matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Secara umum untuk multi komponen sebagai berikut: KESETIMBANGAN FASA ๐œ‡๐‘– ๐›ผ = ๐œ‡๐‘– ๐›ฝ ๐œ‡๐‘– ๐›ผ = ๐œ‡๐‘– ๐›ฝ = โ‹ฏ = ๐œ‡๐‘– ๐œ‹ ๐‘‘๐‘›๐‘– ๐›ผ = โˆ’๐‘‘๐‘›๐‘– ๐›ฝ เท ๐‘– (๐œ‡๐‘– ๐›ผ โˆ’ ๐œ‡๐‘– ๐›ฝ )๐‘‘๐‘›๐‘– ๐›ผ = 0 Thus, multiple phases at the same T and P are in equilibrium when the chemical potential of each species is the same in all phases.
  • 65. Besaran potensial kimia (๐œ‡๐‘–) merupakan salah satu bentuk properti parsial yang diturunkan dari nilai energi bebas Gibbs (๐‘›๐บ) terhadap jumlah mol tertentu secara parsial dengan menempatkan variabel lainnya secara konstan. Secara matematis, dapat dibentuk suatu besaran umum yang juga analog dengan hal tersebut yang akan dikenal dengan properti molar parsial yang ditulis sebagai berikut: Bentukan persamaan tersebut juga disebut โ€œresponse fuctionโ€ yang menunjukkan pengaruh yang terjadi pada suatu larutan akibat penambahan sejumlah kecil dari komponen (๐‘–) dengan mengkondisikan ๐‘ƒ dan ๐‘‡ konstan. PROPERTI PARSIAL เดฅ ๐‘€๐‘– โ‰ก ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘—
  • 66. Pada aplikasinya, nilai tersebut seringkali digunakan secara bersama-sama dengan besaran lain, seperti properti larutan (๐‘€) dan properti komponen murni (๐‘€๐‘–). Maka, perlu dijelaskan agar tidak terjadi kerancuan sebagai berikut: PROPERTI PARSIAL Tipe Properti Simbol Properti Contoh Properti Properti larutan (๐‘€) ๐‘€ ๐‘‰, ๐‘ˆ, ๐ป, ๐‘†, ๐บ Properti parsial ( เดฅ ๐‘€๐‘–) เดฅ ๐‘€๐‘– เดค ๐‘‰๐‘–, เดฅ ๐‘ˆ๐‘–, เดฅ ๐ป๐‘–, าง ๐‘†๐‘–, าง ๐บ๐‘– Properti komponen murni (๐‘€๐‘–) ๐‘€๐‘– ๐‘‰๐‘–, ๐‘ˆ๐‘–, ๐ป๐‘–, ๐‘†๐‘–, ๐บ๐‘–
  • 67. Example 10.1 Volume parsial molar didefinisikan sebagai: เดค ๐‘‰๐‘– = ๐œ• ๐‘›๐‘‰ ๐œ• ๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘— Bagaimana bentuk persamaan matematis yang dapat mengimplementasikan hal tersebut? Solution Dalam kasus tersebut diketahui bahwa akan terjadi perubahan sebesar ๐‘›๐‘– mol yang akan berakibat pada berubahnya jumlah total larutan didalam sistem. Meninjau hal tersebut, perlu dibuat sebuah contoh kasus yang dapat menggambarkan kondisi tersersebut. PROPERTI PARSIAL
  • 68. Contoh kasus diambil yaitu sebuah campuran air dan alkohol yang mula-mula equimolar (jumlah mol sama) dengan jumlah total volum (๐‘›๐‘‰) pada ๐‘‡ ruangan dan ๐‘ƒ atmosferik. Selanjutnya ditambahkan sejumlah kecil air murni dengan jumlah (โˆ†๐‘›๐‘Š). Apabila sistem diatur sedemikian rupa maka tidak terjadi perubahan temperatur. Prakiraan perubahan volume total yang akibat penambahan sejumlah air adalah โˆ† ๐‘›๐‘‰ = ๐‘‰ ๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค Tetapi, dari hasil pengamatan lapangan diketahui lebih sedikit daripada prakiraan yang disebut dengan volume efektif molar: โˆ† ๐‘›๐‘‰ = เทจ ๐‘‰ ๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค PROPERTI PARSIAL โˆ†๐‘›๐‘ค = Sejumlah kecil penambahan air murni ๐‘‰ ๐‘ค = Volume per mol penambahan air murni ๐‘‰ ๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค = Volume total prakiraan เทจ ๐‘‰ ๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค = Volume total efektif
  • 69. Efektif molar volume ( เทจ ๐‘‰ ๐‘ค), pada hasil pengamatan tersebut dapat dituliskan ulang sebagai berikut: เทจ ๐‘‰ ๐‘ค = โˆ†(๐‘›๐‘‰) โˆ†๐‘›๐‘ค Apabila penambahan sejumlah mol air murni tersebut sangat kecil, maka dapat dituliskan dalam bentuk matematis limit, yaitu pada โˆ†๐‘›๐‘ค โ†’ 0, atau sebagai berikut: เทจ ๐‘‰ ๐‘ค = lim โˆ†๐‘›๐‘คโ†’0 โˆ†(๐‘›๐‘‰) โˆ†๐‘›๐‘ค = ๐‘‘(๐‘›๐‘‰) ๐‘‘๐‘›๐‘ค Pada kondisi terkontrol yaitu ๐‘ƒ, ๐‘‡, dan ๐‘›๐‘Ž konstan, maka dapat ditulis sebagai turunan parsial: เทจ ๐‘‰ ๐‘ค = ๐œ• ๐‘›๐‘‰ ๐œ•๐‘›๐‘ค ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘Ž PROPERTI PARSIAL
  • 70. Secara definisi properti parsial molar yang sebelumnya sudah dijelaskan, maka dapat diformulasi persamaan untuk larutan dengan mewakili properti molar (๐‘€), properti molar campuran (๐‘›๐‘€) sebagai fungsi ๐•„. ๐‘›๐‘€ = ๐•„(๐‘‡, ๐‘ƒ, ๐‘›1, ๐‘›2, โ€ฆ , ๐‘›๐‘–, โ€ฆ ) Turunan total diperoleh analog dengan penurunan persamaan untuk potensial kimia yang sebelumnya telah dibahas yaitu: ๐‘‘ ๐‘›๐‘€ = ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘› ๐‘‘๐‘ƒ + ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘› ๐‘‘๐‘‡ + เท ๐‘– ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘‡,๐‘ƒ,๐‘›๐‘— ๐‘‘๐‘›๐‘– Apabila dituliskan dalam bentuk fraksi mol, diperoleh persamaan baru sebagai berikut: ๐‘‘ ๐‘›๐‘€ = ๐‘› ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘ฅ ๐‘‘๐‘ƒ + ๐‘› ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘ฅ ๐‘‘๐‘‡ + เท ๐‘– เดฅ ๐‘€๐‘– ๐‘‘๐‘›๐‘– PERSAMAAN TERKAIT PROPERTI PARSIAL
  • 71. Diketahui bahwa notasi ๐‘ฅ menunjukkan penurunan terhadap komposisi konstan, nilai ๐‘›๐‘– = ๐‘ฅ๐‘–๐‘› dapat diturunkan untuk subtitusi persamaan yang ada sebagai berikut: ๐‘‘๐‘›๐‘– = ๐‘ฅ๐‘– ๐‘‘๐‘› + ๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ๐‘– Sedangkan turunan dari properti molar total dituliskan sebagai berikut: ๐‘‘ ๐‘›๐‘€ = ๐‘› ๐‘‘๐‘€ + ๐‘€ ๐‘‘๐‘› Kedua persamaan tersebut disubtitusikan dan diperoleh persamaan baru terkait properti molar baru sebagai berikut: ๐‘› ๐‘‘๐‘€ + ๐‘€ ๐‘‘๐‘› = ๐‘› ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘ฅ ๐‘‘๐‘ƒ + ๐‘› ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘ฅ ๐‘‘๐‘‡ + เท ๐‘– เดฅ ๐‘€๐‘– (๐‘ฅ๐‘– ๐‘‘๐‘› + ๐‘› ๐‘‘๐‘ฅ๐‘–) Apabila disusun ulang dengan mengumpulkan setiap persamaan yang mengandung nilai ๐‘›, maka diperoleh persamaan berikut: ๐‘‘๐‘€ + ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘ฅ ๐‘‘๐‘ƒ + ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘ฅ ๐‘‘๐‘‡ + เท เดฅ ๐‘€๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ๐‘– ๐‘› + ๐‘€ โˆ’ เท เดฅ ๐‘€๐‘– ๐‘ฅ๐‘– ๐‘‘๐‘› ๐‘‘๐‘› = 0 PERSAMAAN TERKAIT PROPERTI PARSIAL
  • 72. Pada aplikasinya padat diklasifikasikan karena setiap suku bersifat independen satu sama lain dan diperoleh persamaan baru berikut: ๐‘‘๐‘€ = ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘ฅ ๐‘‘๐‘ƒ + ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘ฅ ๐‘‘๐‘‡ + เท ๐‘– เดฅ ๐‘€๐‘– ๐‘‘๐‘ฅ๐‘– dan ๐‘€ = เท ๐‘– เดฅ ๐‘€๐‘– ๐‘ฅ๐‘– Apabila setiap suku baik yang kanan dan kiri, maka diperoleh persamaan berikut: ๐‘›๐‘€ = เท ๐‘– เดฅ ๐‘€๐‘– ๐‘›๐‘– PERSAMAAN TERKAIT PROPERTI PARSIAL
  • 73. Properti parsial sebagai fungsi komposisi pada senyawa biner juga diturunkan dari persamaan- persamaan yang sebelumnya akan tetapi mengalami penyederhanaan sehingga persamaan menjadi demikian: ๐‘€ = ๐‘ฅ1 เดฅ ๐‘€1 + ๐‘ฅ2 เดฅ ๐‘€2 Bentuk turunan total persamaan properti molar tersebut sebagai berikut: ๐‘‘๐‘€ = ๐‘ฅ1๐‘‘ เดฅ ๐‘€1 + เดฅ ๐‘€1๐‘‘๐‘ฅ1 + ๐‘ฅ2๐‘‘ เดฅ ๐‘€2 + เดฅ ๐‘€2๐‘‘๐‘ฅ2 Dari penjelasan sebelumnya, diketahui bahwa ๐‘€ hanya sebagai fungsi ๐‘ฅ1 pada ๐‘‡ dan ๐‘ƒ konstan, dan menurut teori Gibbs/Duhem maka nilai ๐‘ฅ1๐‘‘ เดฅ ๐‘€1 + ๐‘ฅ2๐‘‘ เดฅ ๐‘€2 = 0. Jika dalam sistem biner tersebut berlaku maka, ๐‘ฅ1 + ๐‘ฅ2 = 1 dan turunan dari persamaan tersebut ๐‘‘๐‘ฅ1 = โˆ’๐‘‘๐‘ฅ2 persamaan berubah menjadi: ๐‘‘๐‘€ ๐‘‘๐‘ฅ1 = เดฅ ๐‘€1 โˆ’ เดฅ ๐‘€2 PROPERTI PARSIAL SENYAWA BINER
  • 74. ๐‘€ = เดฅ ๐‘€1 โˆ’ ๐‘ฅ2( เดฅ ๐‘€1 โˆ’ เดฅ ๐‘€2) dan ๐‘€ = ๐‘ฅ1 เดฅ ๐‘€1 โˆ’ เดฅ ๐‘€2 + เดฅ ๐‘€2 Apabila kedua persamaan diatas dikombinasi dengan persamaan sebelumnya, diperoleh persamaan baru berikut: เดฅ ๐‘€1 = ๐‘€ + ๐‘ฅ2 ๐‘‘๐‘€ ๐‘‘๐‘ฅ1 dan เดฅ ๐‘€2 = ๐‘€ + ๐‘ฅ1 ๐‘‘๐‘€ ๐‘‘๐‘ฅ1 PROPERTI PARSIAL SENYAWA BINER
  • 75. Example 10.3 Dibutuhkan 2000 cm3 larutan antibeku yang mengandung 30% metanol dalam air. Berapa jumlah metanol dan air yang dibutuhkan untuk membuat larutan tersebut? Apabila proses pelarutan terjadi pada suhu 25oC. Berikut merupakan data yang disediakan: Solution 10.3 Perhitungan dilakukan dengan mengaplikasikan persamaan ๐‘€ = ฯƒ๐‘– เดฅ ๐‘€๐‘– ๐‘ฅ๐‘–, sehingga persamaan menjadi sebagai berikut: ๐‘‰ = ๐‘ฅ1 เทจ ๐‘‰1 + ๐‘ฅ2 เทจ ๐‘‰2 ๐‘‰ = 0,3 38,632 + (0,7)(17,765) PROPERTI PARSIAL SENYAWA BINER Senyawa เดฅ ๐‘ฝ [cm3/mol] ๐‘ฝ [cm3/mol] Metanol 38,632 40,727 Air 17,765 18,068
  • 76. Solution 10.3 Perhitungan jumlah mol total digunakan untuk mengetahui seberapa banyak mol total yang dibutuhkan: ๐‘› = ๐‘‰๐‘ก ๐‘‰ ๐‘› = 2000 24,025 = 83,246 ๐‘š๐‘œ๐‘™ Proporsi mol antara metanol dan air dihitung sebagai berikut: ๐‘›1 = 0,3 83,246 = 24,974 ๐‘š๐‘œ๐‘™ ๐‘›2 = 0,7 83,246 = 58,272 ๐‘š๐‘œ๐‘™ Maka perhitungan volume sesungguhnya dilakukan demikian: ๐‘‰1 ๐‘™ = 24,974 40,727 = 1017 ๐‘๐‘š3 ๐‘‰2 ๐‘™ = 58,272 18,068 = 1053 ๐‘๐‘š3 PROPERTI PARSIAL SENYAWA BINER
  • 77. Example 10.4 Entalpi dari campuran larutan biner dari spesies 1 dan 2 pada ๐‘ƒ dan ๐‘‡ konstan dapat dituliskan dalam persamaan berikut: ๐ป = 400๐‘ฅ1 + 600๐‘ฅ2 + ๐‘ฅ1๐‘ฅ2(40๐‘ฅ1 + 20๐‘ฅ2) Dimana ๐ป [J/mol]. Tentukan nilai เดฅ ๐ป1 dan เดฅ ๐ป2 yang merupakan fungsi dari ๐‘ฅ1, nilai entalpi spesies murni ๐ป1 dan ๐ป2, serta entalpi parsial spesies encer เดฅ ๐ป1 โˆž dan เดฅ ๐ป2 โˆž . Solution 10.4 Spesies dalam sistem biner, maka berlaku ๐‘ฅ2 = 1 โˆ’ ๐‘ฅ1, sehingga dapat disubtitusi persamaan entalpi menjadi: ๐ป = 400๐‘ฅ1 + 600(1 โˆ’ ๐‘ฅ1) + ๐‘ฅ1(1 โˆ’ ๐‘ฅ1)(40๐‘ฅ1 + 20(1 โˆ’ ๐‘ฅ1)) Atau ๐ป = 600 โˆ’ 180๐‘ฅ1 โˆ’ 20๐‘ฅ1 3 PROPERTI PARSIAL SENYAWA BINER
  • 78. Solution 10.4 ๐‘‘๐ป = โˆ’60๐‘ฅ1 2 โˆ’ 180 Adapun terdapat analogi hubungan parsial molar dengan entalpi parsial, sehingga diperoleh persamaan berikut: เดฅ ๐ป1 = ๐ป + ๐‘ฅ2 ๐‘‘๐ป ๐‘‘๐‘ฅ1 Maka diperoleh hasil persamaan terkait: เดฅ ๐ป1 = 600 โˆ’ 180๐‘ฅ1 โˆ’ 20๐‘ฅ3 โˆ’ 180๐‘ฅ2 โˆ’ 60๐‘ฅ1 2 ๐‘ฅ2 Simplifikasi dengan subtitusi ๐‘ฅ2 = 1 โˆ’ ๐‘ฅ1, diperoleh persamaan baru เดฅ ๐ป1 = 420 โˆ’ 60๐‘ฅ1 2 + 40๐‘ฅ1 3 Dengan metode yang sama, entalpi parsial untuk spesies 2 diperoleh sebagai berikut: เดฅ ๐ป2 = 600 + 40๐‘ฅ1 3 PROPERTI PARSIAL SENYAWA BINER
  • 79. Solution 10.4 Pada larutan dengan nilai ๐‘ฅ1 = 1, didapati nilai sebagai berikut: ๐ป = 600 โˆ’ 180๐‘ฅ1 โˆ’ 20๐‘ฅ1 3 ๐ป = 400 ๐ฝ/๐‘š๐‘œ๐‘™ dan เดฅ ๐ป1 = 420 โˆ’ 60๐‘ฅ1 2 + 40๐‘ฅ1 3 เดฅ ๐ป1 = 400 ๐ฝ/๐‘š๐‘œ๐‘™ Sama halnya dengan ๐‘ฅ2 = 1 ๐ป = 600 ๐ฝ/๐‘š๐‘œ๐‘™ เดฅ ๐ป1 = 600 ๐ฝ/๐‘š๐‘œ๐‘™ Apabila larutan dengan nilai ๐‘ฅ1~0, atau ๐‘ฅ2~0 เดฅ ๐ป1 โˆž = 420 ๐ฝ/๐‘š๐‘œ๐‘™ เดฅ ๐ป2 โˆž = 640 ๐ฝ/๐‘š๐‘œ๐‘™ PROPERTI PARSIAL SENYAWA BINER
  • 81. TERMODINAMIKA 2 Oleh: i. Ir. Natalia Suseno, M.Si ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng WEEK 4: Ruang Lingkup Termodinamika Larutan
  • 82.
  • 84. Dalam aplikasinya, konsep terkait perilaku gas ideal dapat membantu kita memahami fenomena yang terjadi pada gas nyata. Hal tersebut dijelaskan dalam beberapa poin berikut: โ€ข Tinjauan berbasis molekular, dengan asumsi setiap molekul gas bebas dan tidak mengalami interaksi dengan molekul gas lainnya. โ€ข Kondisi terbatas pada tekanan rendah, dengan demikian tidak terjadi kepadatan molekul gas pada titik tertentu. โ€ข Secara matematis sederhana yaitu metode analitis dapat diselesaikan MODEL CAMPURAN GAS IDEAL REVIEW: โœ“ Fenomena dapat terjadi jika: ๐‘ƒ โ†’ 0 (tekanan rendah) Pada ๐‘ƒ โ†’ 0 : โ€ข Setiap molekul secara bebas terpisah satu sama lain, volum molekul <<< volum gas. โ€ข Intensitas tumbukan antar molekul rendah << (โ‰ˆ 0) โ€ข Tidak ada interaksi antar molekul A, B, dan C. โ€ข Molekul A dapat bergerak bebas ke B dan C atau posisi lainnya.
  • 85. Volume parsial molar dari spesies i dari suatu campuran gas ideal dapat diturunkan dari konsep properti parsial molar yang telah dijelaskan pada pertemuan yang lalu yaitu: MODEL CAMPURAN GAS IDEAL Apabila dalam sistem hanya komponen tunggal, maka ๐๐’ = ๐๐’๐’Š เดฅ ๐‘€๐‘– โ‰ก ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘— เดค ๐‘‰๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐œ• ๐‘›๐‘‰๐‘–๐‘” ๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘— = ๐œ• ๐‘›๐‘…๐‘‡/๐‘ƒ ๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘— = ๐‘…๐‘‡ ๐‘ƒ ๐œ•๐‘› ๐œ•๐‘›๐‘– = ๐‘…๐‘‡ ๐‘ƒ Dalam penurunan persamaan nilai-nilai tersebut diambil konstan Tekanan parsial campuran gas ideal akan sebanding dengan fraksi molnya, yaitu: ๐‘๐‘– โ‰ก ๐‘ฆ๐‘–๐‘…๐‘‡ ๐‘‰๐‘–๐‘” = ๐‘ฆ๐‘–๐‘ƒ
  • 86. Adapun volume parsial molar gas ideal berlaku khusus, sehingga untuk properti lain bergantung pada interaksi setiap spesies dalam campuran. Hal ini mengikuti teorema Gibbs yaitu: Menyikapi hal tersebut, properti parsial molar gas ideal lainya diekspresikan dengan persamaan matematis berikut: MODEL CAMPURAN GAS IDEAL โ€œA partial molar property (other than volume) of a constituent species in an ideal-gas-state mixture is equal to the corresponding molar property of the species in the pure ideal-gas state at the mixture temperature but at a pressure equal to its partial pressure in the mixture.โ€ เดฅ ๐‘€๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ = ๐‘€๐‘– ๐‘–๐‘” (๐‘‡, ๐‘๐‘–)
  • 87. Properti molar parsial campuran gas ideal berupa entalpi, entropi dan energi bebas Gibbs dipaparkan sebagai berikut: Entalpi bersifat independen terhadap tekanan (Sudah dijelaskan pada Termodinamika 1), maka nilai dapat diekspresikan secara matematis sebagai berikut: Atau secara sederhana sebagai berikut MODEL CAMPURAN GAS IDEAL เดฅ ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” เดฅ ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ = ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘๐‘– = ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ
  • 88. Entropi bersifat dependen terhadap tekanan (Sudah dijelaskan pada Termodinamika 1), maka nilai dapat diekspresikan secara matematis sebagai berikut: Apabila persamaan tersebut diselesaikan menggunakan metode integrase pada suhu konstan, dengan batas integrasi dari ๐‘๐‘– hingga ๐‘ƒ, maka diperoleh persamaan MODEL CAMPURAN GAS IDEAL ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘๐‘– = โˆ’๐‘… ln ๐‘ƒ ๐‘๐‘– ๐‘‘๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐‘…๐‘‘ ln ๐‘ƒ Suhu Konstan ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘๐‘– = โˆ’๐‘… ln ๐‘ƒ ๐‘ฆ๐‘–๐‘ƒ ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘๐‘– = ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘–
  • 89. Penyusunan ulang persamaan dilakukan, dan diperoleh persamaan baru sebagai berikut: Analog dengan pernyataan sebelumnya: MODEL CAMPURAN GAS IDEAL ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘๐‘– = ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘– เดฅ ๐‘€๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ = ๐‘€๐‘– ๐‘–๐‘” (๐‘‡, ๐‘๐‘–) าง ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ = ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘– ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘๐‘– = ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘– าง ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘–
  • 90. Energi bebas Gibbs pada campuran gas ideal dapat dituliskan sebagai berikut: Persamaan tersebut dapat disubtitusi dengan persamaan entalpi dan entropi parsial molar yang telah didefinisikan sebelumnya: MODEL CAMPURAN GAS IDEAL าง ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = เดฅ ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘‡ าง ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” าง ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ = ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘– เดฅ ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” าง ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = เดฅ ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘‡ าง ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” าง ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘‡(๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฆ๐‘–) าง ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘‡๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘ฆ๐‘– ๐œ‡๐‘– ๐‘–๐‘” โ‰ก าง ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘‡๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘ฆ๐‘–) ๐œ‡๐‘– ๐‘–๐‘” โ‰ก าง ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘ฆ๐‘–
  • 91. Properti molar parsial campuran secara total dapat dituliskan dalam persamaan berikut: MODEL CAMPURAN GAS IDEAL ๐ป๐‘–๐‘” = เท ๐‘– ๐‘ฆ๐‘– เดฅ ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘†๐‘–๐‘” = เท ๐‘– ๐‘ฆ๐‘– ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘… เท ๐‘– ๐‘ฆ๐‘– ln ๐‘ฆ๐‘– ๐บ๐‘–๐‘” = เท ๐‘– ๐‘ฆ๐‘– ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘…๐‘‡ เท ๐‘– ๐‘ฆ๐‘– ln ๐‘ฆ๐‘–
  • 92. Bentukan lain dari persamaan energi bebas Gibbs dapat diturunkan dari persamaan terkait yang telah dijelaskan pada materi Termodinamika 1 (๐‘‘๐บ = โˆ’๐‘† ๐‘‘๐‘‡ + ๐‘‰ ๐‘‘๐‘ƒ). Subtitusi persamaan tersebut dengan persamaan sebelumnya, maka diperoleh persamaan baru berikut: Apabila penyelesaian persamaan dilakukan terhadap tekanan pada suhu konstan, maka diperoleh persamaan yang lebih pendek sebagai berikut: MODEL CAMPURAN GAS IDEAL ๐‘‘๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‘๐‘‡ + ๐‘‰๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘‘๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐‘‰๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘‘๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐‘…๐‘‡ ๐‘ƒ ๐‘‘๐‘ƒ = ๐‘…๐‘‡ ๐‘‘ ln ๐‘ƒ ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘ƒ
  • 93. Bentuk akhir energi bebas Gibbs parsial molar untuk campuran spesies sebagai berikut: Sedangkan untuk total energi bebas Gibbs dituliskan sebagai berikut: MODEL CAMPURAN GAS IDEAL าง ๐œ‡๐‘– ๐‘–๐‘” โ‰ก าง ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘ฆ๐‘–๐‘ƒ าง ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” โ‰ก เท ๐‘– ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ เท ๐‘– ln ๐‘ฆ๐‘–๐‘ƒ
  • 94. Reminder : Potensial kimia (๐œ‡๐‘–) merupakan properti parsial yang penting karena gunanya sebagai kriteria kesetimbangan fase dan reaksi kimia. Namun penggunaan ๐œ‡๐‘– tersebut memiliki berbagai keterbatas diantaranya: 1. ๐œ‡๐‘– merupakan energi bebas Gibbs, seperti halnya entalpi dan entropi tidak memiliki harga yang pasti (absolute). Perhitungannya selalu menggunakan acuan (reference). 2. Selain itu untuk campuran gas ideal, ๐œ‡๐‘– akan sama dengan tak terhingga apabila tekanan ataupun ๐‘ฅ๐‘– mendekati nol. Menyikapi hal tersebut, diperlukan besaran baru untuk membantu penyelesaian masalah tersebut. Adapun besaran baru tersebut adalah fugasitas (๐‘“), yang menyatakan bentuk ketidak idealan suatu gas nyata. FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI ๐บ๐‘– = ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘–
  • 95. Selisih antara nilai energi bebas Gibbs gas nyata dan ideal mengikuti konsep residual yang telah dijelaskan sebelumnya pada Termodinamika 1. Bentukan persamaan sebagai berikut: Rasio antara fugasitas dan tekanan tersebut didefinisikan sebagai besaran baru juga, yaitu koefisien fugasitas (๐œ™) ๐บ๐‘– โˆ’ ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = ฮ“๐‘– ๐‘‡ โˆ’ ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘– ๐‘ƒ ๐บ๐‘– ๐‘… = ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“ ๐‘ƒ ๐œ™ = ๐‘“ ๐‘ƒ FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI
  • 96. Besaran nilai dari koefisien fugasitas (๐œ™) sendiri diturunkan dari konsep dasar terkait energi bebas Gibbs residual yang telah dijelaskan pada perkuliahan Termodinamika 1, sebagai berikut: Dalam hal ini, penurunan persamaan pada suhu konstan berakibat pada suku terkait perubahan suhu dapat diabaikan. ๐‘‘ ๐บ๐‘– ๐‘… ๐‘…๐‘‡ = ๐‘‰๐‘… ๐‘…๐‘‡ ๐‘‘๐‘ƒ + ๐ป๐‘… ๐‘…๐‘‡2 ๐‘‘๐‘‡ ๐‘‘ ๐บ๐‘– ๐‘… ๐‘…๐‘‡ = ๐‘‰๐‘… ๐‘…๐‘‡ ๐‘‘๐‘ƒ REVIEW: FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI
  • 97. Hasil integrasi dari kondisi ๐‘ƒ = 0 hingga ๐‘ƒ = ๐‘ƒ didapatkan suatu konstanta bebas (๐ฝ), dan subtitusi nilai ๐‘‰๐‘… maka diperoleh persamaan akhir sebagai berikut: Nilai tersebut masih mengandung suatu konstanta bebas pada ๐‘ƒ = 0, dengan demikian pendekatan terhadap gas nyata memerlukan modifikasi persamaan. Apabila dilakukan limit suatu energi bebas Gibbs pada ๐‘ƒ โ†’ 0. Maka diperoleh korelasi berikut: ๐บ๐‘– ๐‘… ๐‘…๐‘‡ = ๐ฝ + เถฑ 0 ๐‘ƒ (๐‘๐‘– โˆ’ 1) ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘ƒ lim ๐‘ƒโ†’0 ๐บ๐‘– ๐‘… ๐‘…๐‘‡ = lim ๐‘ƒโ†’0 ln ๐œ™ = ๐ฝ lim ๐‘ƒโ†’0 ๐‘“๐‘– ๐‘ƒ = lim ๐‘ƒโ†’0 ln ๐œ™ = 0 FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI
  • 98. Besaran nilai konstanta bebas tersebut harus nol, agar persamaan mengandung nilai yang nyata. Maka hasil akhir persamaan sebagai berikut: Berbagai pendekatan persamaan keadaan dapat diaplikasikan untuk menghitung faktor kompresibilitas (๐‘๐‘–) tersebut, Sebagai contoh apabila diambil yaitu bentuk generalize for second virial : Maka diperoleh persamaan baru: ln ๐œ™๐‘– = เถฑ 0 ๐‘ƒ (๐‘๐‘– โˆ’ 1) ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘ƒ ๐‘๐‘– โˆ’ 1 = ๐ต๐‘–๐‘–๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡ ln ๐œ™๐‘– = เถฑ 0 ๐‘ƒ ๐ต๐‘–๐‘–๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡ ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘ƒ FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI
  • 99. Hasil integrasi pada ๐‘‡ konstan menghasilkan persamaan baru: Reminder : Nilai ๐ต๐‘–๐‘– merupakan fungsi suhu reduksi (๐‘‡๐‘Ÿ), silahkan review materi Termodinamika 1. ln ๐œ™๐‘– = ๐ต๐‘–๐‘– ๐‘…๐‘‡ เถฑ 0 ๐‘ƒ ๐‘ƒ ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘ƒ ln ๐œ™๐‘– = ๐ต๐‘–๐‘–๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡ FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI
  • 100. Nilai koefisien fugasitas pada kesetimbangan uap-cair memerlukan pendekatan khusus yang menetapkan besar energi bebas Gibbs pada cair dan uap jenuh sebagai acuan. Selisih besaran energi bebas Gibbs pada kondisi jenuh tersebut: Mengacu pada ๐บ๐‘– ๐›ผ โˆ’ ๐บ๐‘– ๐›ผ = 0, maka bentukan persamaan berubah dan diketahui bahwa besaran fugasitas cair jenuh dan uap jenuh adalah sama. ๐บ๐‘– ๐‘ฃ = ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘– ๐‘ฃ FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI ๐บ๐‘– ๐‘™ = ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘– ๐‘™ Uap Jenuh Cair Jenuh ๐บ๐‘– ๐‘ฃ โˆ’ ๐บ๐‘– ๐‘™ = ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘– ๐‘ฃ ๐‘“๐‘– ๐‘™ ๐‘“๐‘– ๐‘ฃ = ๐‘“๐‘– ๐‘™ = ๐‘“๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก Maka, koefisien fugasitas akan berlaku sama ๐œ™๐‘– ๐‘ฃ = ๐œ™๐‘– ๐‘™ = ๐œ™๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก
  • 101. Nilai koefisien fugasitas cairan murni atau dapat disebut cairan terkompresi (subcooled) berada pada kondisi berkesetimbangan antara fasa uap dan fasa cair dituliskan sebagai berikut: Nilai koefisien fugasitas dapat dihitung melalui persamaan: Dengan pendekatan yang sama, selisih energi bebas Gibbs dapat membantu penyelesaian persamaan tersebut. FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI ๐‘“๐‘– ๐‘™ = ๐œ™๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ln ๐œ™๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก = เถฑ 0 ๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก (๐‘๐‘– ๐‘ฃ โˆ’ 1) ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘ƒ ๐บ๐‘– โˆ’ ๐บ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก = เถฑ ๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘ƒ ๐‘‰๐‘– ๐‘™ ๐‘‘๐‘ƒ ๐บ๐‘– โˆ’ ๐บ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก = ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘– ๐‘“๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก atau
  • 102. Hubungan dari kedua persamaan tersebut menjadi demikian: FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI ln ๐‘“๐‘– ๐‘“๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก = 1 ๐‘…๐‘‡ เถฑ ๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘ƒ ๐‘‰๐‘– ๐‘™ ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘“๐‘– ๐‘“๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก = exp 1 ๐‘…๐‘‡ เถฑ ๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘ƒ ๐‘‰๐‘– ๐‘™ ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘“๐‘– ๐‘™ (๐‘ƒ) ๐‘“๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก (๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ) = exp 1 ๐‘…๐‘‡ เถฑ ๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘ƒ ๐‘‰๐‘– ๐‘™ ๐‘‘๐‘ƒ
  • 103. Persamaan akhir diperoleh berikut: Apabila pengaruh tekanan dalam volume molar fasa cair (๐‘‰๐‘– ๐‘™ ) sangat kecil, maka integrasi persamaan akan menganggap nilai tersebut adalah konstan. FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI ๐‘“๐‘– = ๐œ™๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก exp 1 ๐‘…๐‘‡ เถฑ ๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘ƒ ๐‘‰๐‘– ๐‘™ ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘“๐‘– = ๐œ™๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก exp ๐‘‰๐‘– ๐‘™ (๐‘ƒ โˆ’ ๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ) ๐‘…๐‘‡
  • 104. Example 10.5 Hitunglah fugasitas (๐‘“๐‘–) dan koefisien fugasitas (๐œ™๐‘–) dari H2O pada ๐‘‡ = 300๐‘œ๐ถ dan ๐‘ƒ = 10000 ๐‘˜๐‘ƒ๐‘Ž (100 bar). Gunakan data dari steam table dan plotkan nilai tersebut terhadap ๐‘ƒ. Solution 10.5 Dalam kasus ini, tidak diberikan informasi secara spesifik metode yang digunakan, sehingga dilakukan pendekatan penyelesaian secara fundamental melalui korelasi energi bebas Gibbs (๐บ๐‘–). Reminder : Energi bebas Gibbs merupakan besaran yang membutuhkan acuan (referents), dipilih tekanan terendah yang tersedia. Energi bebas Gibbs: ๐บ๐‘– = ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘– (Tekanan tertentu) ๐บ๐‘– โˆ— = ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln ๐‘“๐‘– โˆ— (Tekanan rendah) FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI ln ๐‘“๐‘– ๐‘“๐‘– โˆ— = 1 ๐‘…๐‘‡ (๐บ๐‘– โˆ’ ๐บ๐‘– โˆ— )
  • 105. Korelasi terkait energi bebas Gibbs dapat dituliskan sebagai berikut: ๐บ๐‘– = ๐ป๐‘– โˆ’ ๐‘‡๐‘†๐‘– (Tekanan tertentu) ๐บ๐‘– โˆ— = ๐ป๐‘– โˆ— โˆ’ ๐‘‡๐‘†๐‘– โˆ— (Tekanan rendah) Hasil subtitusi tersebut membentuk persamaan baru berikut: Persamaan lain yang diperlukan untuk penyelesaian permasalahan adalah Adapun persamaan tersebut digunakan untuk menghitung fugasitas cairan jenuh, sedangkan nilai terkait tekanan jenuh (๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ) menggunakan persamaan antoine FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI ln ๐‘“๐‘– ๐‘“๐‘– โˆ— = 1 ๐‘…๐‘‡ ๐ป๐‘– โˆ’ ๐ป๐‘– โˆ— ๐‘‡ โˆ’ ๐‘†๐‘– โˆ’ ๐‘†๐‘– โˆ— ๐‘“๐‘– = ๐œ™๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก exp ๐‘‰๐‘– ๐‘™ (๐‘ƒ โˆ’ ๐‘ƒ๐‘– ๐‘ ๐‘Ž๐‘ก ) ๐‘…๐‘‡
  • 106. Tekanan (๐‘ท) [kPa] Entalpi (H) [kJ/kg] Entropi (S) [kJ/kg.K] 1 3076.8 10.3450 100 3074.5 8.2166 500 3064.8 7.4614 1000 3105.5 7.2163 1500 3038.9 6.9207 3000 2995.1 6.5422 4500 2944.2 6.2852 6000 2885.0 6.0692 8000 2786.8 5.7942 8400 2763.1 5.7366 9000 2744.6 5.6820 10000 2727.7 5.6198 Data Entalpi dan Entropi pada T=300oC, kecuali pada P=9000-10000 kPa
  • 107. Langkah pengerjaan Problem 10.5 โ€ข Mencari data dari steam table โ€ข Mencari korelasi/persamaan yang sesuai โ€ข Melakukan ploting P vs P, P vs P, P vs ๐œ™ โ€ข Analisis hasil ploting tersebut
  • 108. Nilai fugasitas larutan (gas nyata โ€“ larutan nyata) analog dengan persamaan gas ideal sebagai berikut: Dari konsep yang serupa nilai fugasitas senyawa murni dapat dituliskan demikian: FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS LARUTAN ๐œ‡๐‘– โ‰ก ฮ“๐‘– ๐‘‡ + ๐‘…๐‘‡ ln เทก ๐‘“๐‘– เทก ๐‘“๐‘– ๐›ผ = เทก ๐‘“๐‘– ๐›ฝ = เทก ๐‘“๐‘– ๐›พ = โ‹ฏ เทก ๐‘“๐‘– ๐œ‹ Maka, koefisien fugasitas akan berlaku sama เท  ๐œ™๐‘– ๐›ผ = เทข ๐œ™๐‘– ๐›ฝ = เทข ๐œ™๐‘– ๐›พ = โ‹ฏ เทข ๐œ™๐‘– ๐œ‹ เท  ๐œ™๐‘– โ‰ก เทก ๐‘“๐‘– ๐‘ฆ๐‘–๐‘ƒ เท  ๐œ™๐‘– merupakan bilangan tak berdimensi yang disebut koefisien fugasitas spesies ๐‘– dalam larutan
  • 109. Meskipun umumnya koefisien fugasitas untuk spesies ๐‘– pada larutan ( เท  ๐œ™๐‘–) tersebut digunakan untuk gas, akan tetapi tidak menutup penggunaan untuk beberapa khasus tertentu. Nilai เท  ๐œ™๐‘– ๐‘–๐‘” = 1, apabila campuran merupakan gas ideal ( าง ๐บ๐‘– ๐‘… = 0) Dasar properti residual terkait koefisien fugasitas larutan Secara singkat, nilai koefisien fugasitas merupakan fungsi dari energi bebas Gibbs larutan yang ditinjau pada kondisi tertentu. Secara matematis dituliskan demikian: FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS LARUTAN ln เท  ๐œ™๐‘– = ๐œ• (๐‘›๐บ๐‘…)/๐‘…๐‘‡ ๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘— This equation demonstrates that the logarithm of the fugacity coefficient of a species in solution is a partial property with respect to ๐‘ฎ๐‘น/๐‘น๐‘ป.
  • 110. Example 10.6 Kembangkan persamaan untuk menghitung nilai koefisien fugasitas ( เท  ๐œ™๐‘–) dari faktor kompresibilitas. Solution 10.6 Apabila suatu larutan memiliki jumlah mol total (๐‘›), dan bentuk pendekatan dari faktor kompresibilitas sebagai energi bebas Gibbs residual (๐บ๐‘…/๐‘…๐‘‡), maka dapat disusun persamaan sebagai berikut: ๐บ๐‘… ๐‘…๐‘‡ = เถฑ 0 ๐‘ƒ ๐‘ โˆ’ 1 ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘ƒ Persamaan berikut selanjutnya disubtitusikan pada persamaan: ln เท  ๐œ™๐‘– = ๐œ• (๐‘›๐บ๐‘…)/๐‘…๐‘‡ ๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘— FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS LARUTAN
  • 111. Dari persamaan tersebut diketahui bahwa turunan parsial pada ๐‘ƒ, ๐‘‡, dan ๐‘›๐‘—, maka suku-suku terkait dapat dianggap konstan. ln เท  ๐œ™๐‘– = ๐œ• ๐‘›๐‘ โˆ’ ๐‘› ๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘— เถฑ 0 ๐‘ƒ ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘ƒ Nilai ๐œ• ๐‘›๐‘ ๐œ•๐‘› = าง ๐‘๐‘– dan ๐œ•๐‘› ๐œ•๐‘›๐‘– = 1, maka diperoleh persamaan baru berikut: ln เท  ๐œ™๐‘– = เถฑ 0 ๐‘ƒ ( าง ๐‘๐‘– โˆ’ 1) ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘ƒ FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS LARUTAN
  • 112. Nilai เท  ๐œ™๐‘– untuk spesies ๐‘– pada larutan dapat dihitung melalui pendekatan persamaan keadaan virial (virial equation of state). Faktor kompresibilitas (๐‘) dapat dihitung melalui persamaan berikut: ๐‘ = 1 + ๐ต๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡ Apabila campuran spesies pada larutan berpengaruh pada nilai ๐ต, maka diperlukan pendekatan terkait perhitungan proporsi pengaruh setiap spesies. Reminder : VEOS hanya dapat digunakan untuk gas bertekanan rendah hingga sedang. Berikut persamaan yang dapat digunakan: ๐ต = เท ๐‘– เท ๐‘— ๐‘ฆ๐‘–๐‘ฆ๐‘—๐ต๐‘–๐‘— Adapun nilai interaksi molekular yang serupa antara spesies satu dan lainnya dianggap sama (๐ต๐‘–๐‘— = ๐ต๐‘—๐‘–), maka bentuk matematis dapat lebih sederhana dan tidak tertumpuk. KOEFISIEN FUGASITAS MENGGUNAKAN VIRIAL EQUATION OF STATE (VEOS)
  • 113. Apabila spesies biner ๐‘– dan ๐‘—, maka persamaan dapat dibentuk demikian: ๐ต = ๐‘ฆ1๐‘ฆ1๐ต11 + ๐‘ฆ1๐‘ฆ2๐ต12 + ๐‘ฆ2๐‘ฆ1๐ต21 + ๐‘ฆ2๐‘ฆ2๐ต22 Mengingat, ๐ต๐‘–๐‘— = ๐ต๐‘—๐‘– persamaan disusun ulang menjadi: ๐ต = ๐‘ฆ1 2 ๐ต11 + 2๐‘ฆ1๐‘ฆ2๐ต12 + ๐‘ฆ2 2 ๐ต11 Koefisien fugasitas ( เท  ๐œ™1 dan เท  ๐œ™2) campuran gas dapat diturunkan dengan mengikuti faktor kompresibilitas untuk second virial sebagai berikut: ๐‘ = ๐‘ƒ๐‘‰ ๐‘…๐‘‡ = 1 + ๐ต๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡ Apabila untuk total molar (๐‘›) dituliskan berikut: KOEFISIEN FUGASITAS MENGGUNAKAN VIRIAL EQUATION OF STATE (VEOS) ๐‘›๐‘ = ๐‘› + ๐‘›๐ต๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡
  • 114. Penurunan persamaan faktor kompresibilitas parsial dilakukan dari persamaan tersebut terhadap ๐‘›1 sebagai berikut: Subtitusi persamaan faktor kompresibilitas parsial ( าง ๐‘1), membentuk persamaan baru berikut: atau KOEFISIEN FUGASITAS MENGGUNAKAN VIRIAL EQUATION OF STATE (VEOS) าง ๐‘1 โ‰ก ๐œ• ๐‘›๐‘ ๐œ•๐‘›1 ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›2 = 1 + ๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡ ๐œ• ๐‘›๐ต ๐œ•๐‘›1 ๐‘‡,๐‘›2 ln เท  ๐œ™๐‘– = เถฑ 0 ๐‘ƒ ๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡ ๐œ• ๐‘›๐ต ๐œ•๐‘›1 ๐‘‡,๐‘›2 ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘ƒ ln เท  ๐œ™๐‘– = 1 ๐‘…๐‘‡ เถฑ 0 ๐‘ƒ ๐œ• ๐‘›๐ต ๐œ•๐‘›1 ๐‘‡,๐‘›2 ๐‘‘๐‘ƒ ln เท  ๐œ™๐‘– = ๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡ ๐œ• ๐‘›๐ต ๐œ•๐‘›1 ๐‘‡,๐‘›2 Notes: Nilai ๐ต bukan merupakan fungsi ๐‘ƒ
  • 115. Bentuk akhir untuk koefisien fugasitas biner dituliskan sebagai berikut: dan dimana ๐›ฟ12 โ‰ก 2๐ต12 โˆ’ ๐ต11 โˆ’ ๐ต22 KOEFISIEN FUGASITAS MENGGUNAKAN VIRIAL EQUATION OF STATE (VEOS) ln เท  ๐œ™1 = ๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡ (๐ต11 + ๐‘ฆ2 2 ๐›ฟ12 ) ln เท  ๐œ™2 = ๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡ (๐ต22 + ๐‘ฆ1 2 ๐›ฟ12 )
  • 116. Example 10.7 Hitunglah koefisien fugasitas dari campuran nitrogen-metana (๐‘2(1)/๐ถ๐ป4(2)), pada 200K dan 30 bar, apabila rasio 40% ๐‘2:60% ๐ถ๐ป4. Beberapa data eksperimen terkait nilai koefisien virial mengikuti persamaan berikut: ๐ต11 = โˆ’35,2 [cm3/mol] ๐ต22 = โˆ’105,0 [cm3/mol] ๐ต12 = โˆ’59,8 [cm3/mol] Solution 10.7 - Perlu didefinisikan nilai ๐›ฟ12 = 2๐ต12 โˆ’ ๐ต11 โˆ’ ๐ต22 = 2 39,8 + 35,2 + 105,0 = 20,6 - Perhitungan dilakukan sebagai untuk nilai ln เท  ๐œ™1 dan ln เท  ๐œ™2, berikut perhitungan terkait - ln เท  ๐œ™1 = ๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡ ๐ต11 + ๐‘ฆ2 2 ๐›ฟ12 = 30 83,14 200 (โˆ’35,2 + 0,62 20,6) = โˆ’0,0501 - ln เท  ๐œ™2 = ๐‘ƒ ๐‘…๐‘‡ ๐ต12 + ๐‘ฆ2 2 ๐›ฟ12 = 30 83,14 200 (โˆ’105,0 + 0,62 20,6) = โˆ’0,1835 KOEFISIEN FUGASITAS MENGGUNAKAN VIRIAL EQUATION OF STATE (VEOS)
  • 117. - เท  ๐œ™1 = exp โˆ’0,0501 = 0,9511 - เท  ๐œ™2 = exp โˆ’0,1835 = 0,8324 - Perhitungan fugasitas melalui persamaan berikut: - ๐‘“1 = เท  ๐œ™1๐‘ƒ = 0,9511 30 = 38,533 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ - ๐‘“2 = เท  ๐œ™2๐‘ƒ = 0,8324 30 = 24,972 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ KOEFISIEN FUGASITAS MENGGUNAKAN VIRIAL EQUATION OF STATE (VEOS)
  • 118. Koefisien fugasitas untuk senyawa murni, penyusunan persamaan untuk mendefinisikan menggunakan metode yang analog dengan perhitungan faktor kompresibilitas, entalpi, entropi, dst. Reminder: ๐‘ƒ = ๐‘ƒ๐‘๐‘ƒ๐‘Ÿ, maka ๐‘‘๐‘ƒ = ๐‘ƒ๐‘ ๐‘‘๐‘ƒ๐‘Ÿ Nilai ๐‘๐‘– disubtitusi oleh persamaan yang telah dibahas pada Termodinamika 1 yaitu: Maka hasil persamaan diperoleh demikian: KOEFISIEN FUGASITAS MENGGUNAKAN GENERALIZE CORRELATION ln ๐œ™๐‘– = เถฑ 0 ๐‘ƒ๐‘Ÿ ๐‘๐‘– โˆ’ 1 ๐‘‘๐‘ƒ๐‘Ÿ ๐‘ƒ๐‘Ÿ ๐‘ = ๐‘0 + ๐œ”๐‘1 ln ๐œ™ = เถฑ 0 ๐‘ƒ๐‘Ÿ (๐‘0 โˆ’ 1) ๐‘‘๐‘ƒ๐‘Ÿ ๐‘ƒ๐‘Ÿ + ๐œ” เถฑ 0 ๐‘ƒ๐‘Ÿ ๐‘1 ๐‘‘๐‘ƒ๐‘Ÿ ๐‘ƒ๐‘Ÿ ln ๐œ™ = ln ๐œ™0 + ๐œ” ln ๐œ™1 ๐œ™ = ๐œ™0 ๐œ™1 ๐œ”
  • 119. Example 10.8 Hitunglah fugasitas dan koefisien fugasitas dari uap butana pada 200oC dan 70 bar, menggunakan pendekatan generalize correlation! Solution 10.8 - Perhitungan ๐‘‡๐‘Ÿ = ๐‘‡ ๐‘‡๐‘ = 200+273,15 420 = 1,1265, ๐‘ƒ๐‘Ÿ = ๐‘ƒ ๐‘ƒ๐‘ = 70 40,43 = 1,7314 - Mencari data เท  ๐œ™0 dan เท  ๐œ™1 dari Lee/Kesler Generalize Correlation. - Data ๐œ™0 KOEFISIEN FUGASITAS MENGGUNAKAN GENERALIZE CORRELATION
  • 120. - Data ๐œ™1 - Perolehan data ๐‘‡๐‘Ÿ dan ๐‘ƒ๐‘Ÿ yang sesuai dihitung melalui interpolasi (sudah dijelaskan pada Termodinamika 1). Reminder : Perhitungan dapat digunakan melalui persamaan berikut: KOEFISIEN FUGASITAS MENGGUNAKAN GENERALIZE CORRELATION ๐‘€ = ๐‘‹2 โˆ’ ๐‘‹ ๐‘‹2 โˆ’ ๐‘‹1 ๐‘€1,1 + ๐‘‹ โˆ’ ๐‘‹1 ๐‘‹2 โˆ’ ๐‘‹1 ๐‘€1,2 ๐‘Œ2 โˆ’ ๐‘Œ ๐‘Œ2 โˆ’ ๐‘Œ1 + ๐‘‹2 โˆ’ ๐‘‹ ๐‘‹2 โˆ’ ๐‘‹1 ๐‘€2,1 + ๐‘‹ โˆ’ ๐‘‹1 ๐‘‹2 โˆ’ ๐‘‹1 ๐‘€2,2 ๐‘Œ โˆ’ ๐‘Œ1 ๐‘Œ2 โˆ’ ๐‘Œ1
  • 121. - Hasil apabila dilakukan perhitungan nilai ๐œ™0 = 0,627 dan ,๐œ™1 = 1,096 - Perhitungan ๐œ™ sebagai berikut: - ๐œ™ = ๐œ™0 ๐œ™1 ๐œ” = 0,627 1,196 0,191 = 0,638 - ๐‘“ = ๐œ™๐‘ƒ = 0,638 70 = 44,7 bar Apabila perhitungan dilakukan dengan generalize correlation for second virial, maka dihitung menggunakan persamaan berikut: Nilai ๐ต0 dan ๐ต1 melalui persamaan berikut: dan KOEFISIEN FUGASITAS MENGGUNAKAN GENERALIZE CORRELATION ๐œ™ = exp ๐‘ƒ๐‘Ÿ ๐‘‡๐‘Ÿ ๐ต0 + ๐œ”๐ต1 ๐ต0 = 0,083 โˆ’ 0,422 ๐‘‡๐‘Ÿ 1,6 ๐ต1 = 0,139 โˆ’ 0,172 ๐‘‡๐‘Ÿ 4,2
  • 122.
  • 124. TERMODINAMIKA 2 Oleh: i. Ir. Natalia Suseno, M.Si ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng WEEK 5: Ruang Lingkup Termodinamika Larutan
  • 125.
  • 127. MODEL LARUTAN IDEAL ๐œ‡๐‘– ๐‘–๐‘” โ‰ก าง ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” = ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” ๐‘‡, ๐‘ƒ + ๐‘…๐‘‡ ln(๐‘ฆ๐‘–) REVIEW: Model potensial kimia pada campuran gas ideal dapat dituliskan sebagai berikut: Bentuk korelasi tersebut merupakan bentuk potensial kimia paling sederhana yang menunjukkan pengaruh komposisi terhadap besarnya nilai. Model potensial kimia ini digunakan baik pada fasa gas dan cairan. Akan tetapi, korelasi tersebut akan sukar untuk diaplikasikan dan hanya berlaku untuk gas ideal. Maka persamaan tersebut dikembangkan khusus yang mana mengandung kondisi nyata dengan menggantikan ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” (๐‘‡, ๐‘ƒ) tersebut dengan ๐บ๐‘–(๐‘‡, ๐‘ƒ). Nilai energi bebas Gibbs tersebut mewakili untuk senyawa murni i, yang umum dan dapat digunakan untuk gas, cairan, maupun padatan. ๐œ‡๐‘– ๐‘–๐‘‘ โ‰ก าง ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘‘ = ๐บ๐‘– ๐‘‡, ๐‘ƒ + ๐‘…๐‘‡ ln(๐‘ฅ๐‘–)
  • 128. MODEL LARUTAN IDEAL เดค ๐‘‰๐‘– ๐‘–๐‘‘ = ๐œ• าง ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” ๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡,๐‘ฅ = ๐œ•๐บ๐‘– ๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡ Penggunaan fraksi mol (๐‘ฅ๐‘–) lebih umum digunakan untuk cairan. Properti termodinamika lainnya yang digunakan pada larutan ideal diturunkan melalui pendekatan energi bebas Gibbs. Sebagai contoh untuk volume parsial molar Reminder: ๐œ•๐บ๐‘– ๐œ•๐‘ƒ ๐‘‡ = ๐‘‰๐‘–, maka: เดค ๐‘‰๐‘– ๐‘–๐‘‘ = ๐‘‰๐‘–
  • 129. MODEL LARUTAN IDEAL Cara yang serupa digunakan untuk entropi parsial molar: Reminder: โˆ’ ๐œ•๐บ๐‘– ๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ = ๐‘†๐‘–, maka: Bentukan entalpi parsial molar menggunakan metode yang sama dengan larutan gas ideal, diperoleh persamaan berikut: าง ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘‘ = โˆ’ ๐œ• าง ๐บ๐‘– ๐‘–๐‘” ๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ,๐‘ฅ = โˆ’ ๐œ•๐บ๐‘– ๐œ•๐‘‡ ๐‘ƒ โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฅ๐‘– าง ๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘‘ = ๐‘†๐‘– โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ฅ๐‘– ๐ป๐‘– ๐‘–๐‘‘ = ๐ป๐‘–
  • 130. MODEL LARUTAN IDEAL Persamaan/korelasi tersebut digunakan untuk menghitung properti molar larutan ideal yang secara umum dituliskan demikian: Dari persamaan umum ini akan diturunkan untuk berbagai persamaan ๐บ๐‘–๐‘‘, ๐‘†๐‘–๐‘‘, ๐‘‰๐‘–๐‘‘, ๐ป๐‘–๐‘‘, dan sebagainya. ๐‘€๐‘–๐‘‘ = เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘– เดฅ ๐‘€๐‘– ๐‘–๐‘‘
  • 131. THE LEWIS/RANDALL RULE Bentukan hubungan fugasitas, potensial kimia, dan energi bebas Gibbs dalam larutan gas ideal telah dijelaskan sebelumnya. Melalui metode yang sama pada sistem larutan ideal, sehingga diperoleh hasil persamaan akhir yang menghubungkan faktor fugasitas campuran larutan ideal dengan fraksi molarnya sebagai berikut: แˆ˜ ๐‘“๐‘– ๐‘–๐‘‘ = ๐‘ฅ๐‘–๐‘“๐‘–
  • 132. PROPERTI EKSES Properti ekses ini didefinisikan sebagai selisih antara nilai nyata (properti) dari larutan dengan larutan ideal, pada kondisi yang sama ๐‘‡, ๐‘ƒ, ๐‘ฅ๐‘–. Secara matematis didefinisikan sebagai: Persamaan-persamaan turunan yang dihasilkan dari aplikasinya akan analog dengan larutan gas ideal yang dituliskan secara matematis: ๐‘€๐ธ โ‰ก ๐‘€ โˆ’ ๐‘€๐‘–๐‘‘ ๐‘‘ ๐‘›๐บ ๐‘…๐‘‡ = ๐‘›๐‘‰๐ธ ๐‘…๐‘‡ ๐‘‘๐‘ƒ โˆ’ ๐‘›๐ป๐ธ ๐‘…๐‘‡2 ๐‘‘๐‘‡ + เท ๐‘– าง ๐บ๐‘– ๐ธ ๐‘…๐‘‡ ๐‘‘๐‘›๐‘–
  • 134. Problem 10.1 Hitunglah berapa perubahan entropi (โˆ†๐‘†) dari pencampuran 0,7 m3 ๐ถ๐‘‚2 dan 0,3 m3 ๐‘2. Kondisi pencampuran pada 1 bar dan 25oC, asumsi gas ideal berlaku! Solution 10.1 Gas ideal berlaku, maka ๐‘ƒ๐‘‰ = ๐‘›๐‘…๐‘‡. Perhitungan jumlah mol total adalah ๐‘› = ๐‘ƒ ฯƒ๐‘– ๐‘‰ ๐‘…๐‘‡ ๐‘› = (100000)(1) (8,314)(298,15) = 40,3418 ๐‘š๐‘œ๐‘™ Perhitungan perubagan entropi (โˆ†๐‘†) dihitung melalui persamaan berikut: โˆ†๐‘† = ฯƒ๐‘– ๐‘ฆ๐‘–๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” โˆ’ ๐‘… ฯƒ๐‘– ๐‘ฆ๐‘– ln(๐‘ฆ๐‘–) Diketahui bahwa sistem menggunakan referens 1 bar dan 25oC, maka suku pertama ฯƒ๐‘– ๐‘ฆ๐‘–๐‘†๐‘– ๐‘–๐‘” = 0
  • 135. Persamaan perhitungan akhir untuk total mol sebagai berikut: โˆ†๐‘† = โˆ’๐‘›๐‘… ฯƒ๐‘– ๐‘ฆ๐‘– ln(๐‘ฆ๐‘–) โˆ†๐‘† = โˆ’(40,3418)(8,314)( 0,7 ln 0,7 + 0,3 ln 0,3 ) โˆ†๐‘† = โˆ’(40,3418)(8,314)(โˆ’0,2497 โˆ’ 0,3612) โˆ†๐‘† = โˆ’ 40,3418 8,314 โˆ’0,6109 โˆ†๐‘† = 204,8969 ๐‘š๐‘œ๐‘™
  • 136. Problem 10.2 Sebuah tangki terbagi menjadi dua bagian dengan proporsi 4 mol ๐‘2 ๐‘‡ = 75๐‘œ๐ถ dan ๐‘ƒ = 30 ๐ต๐‘Ž๐‘Ÿ, 2,5 mol ๐ด๐‘Ÿ ๐‘‡ = 130๐‘œ๐ถ dan ๐‘ƒ = 20 ๐ต๐‘Ž๐‘Ÿ. Jika pembatas dihilangkan dan gas bercampur sempurna secara adiabatik, berapa perubahan entropi yang dihasilkan? Diasumsikan ๐‘2 bersifat gas ideal ๐ถ๐‘‰ = 5 2 ๐‘…, dan ๐ด๐‘Ÿ dengan ๐ถ๐‘‰ = 3 2 ๐‘…. Solution 10.2 - Diketahui sistem tertutup adiabatis, dan volum terjaga konstan maka โˆ†๐‘ˆ = 0. Karena fluida gas bersifat gas ideal, kalkulasi โˆ†๐‘ˆ = ๐ถ๐‘‰โˆ†๐‘‡. - Langkah pertama adalah menghitung ๐‘‡ dan ๐‘ƒ, pada kondisi setimbang - Jumlah mol total adalah ๐‘›๐‘ก = ๐‘›๐‘2 + ๐‘›๐ด๐‘Ÿ - ๐‘ฅ๐‘2 = ๐‘›๐‘2 ๐‘›๐‘ก dan ๐‘ฅ๐ด๐‘Ÿ = ๐‘›๐ด๐‘Ÿ ๐‘›๐‘ก
  • 137. Hubungan ๐ถ๐‘ƒ = ๐ถ๐‘‰ + ๐‘… digunakan untuk menghitung ๐‘‡. Dari keterangan yang susun persamaan berikut: ๐‘›๐‘2 ๐ถ๐‘ƒ๐‘2 (๐‘‡ โˆ’ ๐‘‡๐‘2 ) = ๐‘›๐ด๐‘Ÿ๐ถ๐‘ƒ๐‘2 (๐‘‡๐ด๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘‡) 4 5 2 ๐‘… ๐‘‡ โˆ’ (75 + 2731,5) = 2,5 3 2 ๐‘… 130 + 273,15 โˆ’ ๐‘‡ 10๐‘… ๐‘‡ โˆ’ 348,15 = 3,75๐‘…(403,15 โˆ’ ๐‘‡) Disusun ulang persamaan menjadi: 10 ๐‘‡ โˆ’ 348,15 โˆ’ 3,75 403,15 โˆ’ ๐‘‡ = 0 Persamaan tersebut selanjutnya diselesaikan menggunakan solver/trial โ€“ error untuk memperoleh nilai ๐‘‡ = 365,15๐พ = 90๐‘œ๐ถ. Menggunakan konsep yang sama, dapat dilakukan perhitungan untuk ๐‘ƒ.
  • 138. ๐‘›๐‘2 + ๐‘›๐ด๐‘Ÿ ๐‘…๐‘‡ ๐‘ƒ = ๐‘›๐‘2 ๐‘…๐‘‡ ๐‘ƒ๐ด๐‘Ÿ + ๐‘›๐ด๐‘Ÿ๐‘…๐‘‡ ๐‘ƒ๐ด๐‘Ÿ ๐‘›๐‘2 + ๐‘›๐ด๐‘Ÿ ๐‘ƒ = ๐‘›๐‘2 ๐‘ƒ๐ด๐‘Ÿ + ๐‘›๐ด๐‘Ÿ ๐‘ƒ๐ด๐‘Ÿ Persamaan disusun ulang menjadi: (6,25) ๐‘ƒ = (4) 30 + (2,5) 20 Nilai P dapt dicari, dan diperoleh ๐‘ƒ = 24,194 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ. Dengan diperolehnya data ๐‘‡ dan ๐‘ƒ, maka dapat dihitung nilai perubahan entropi campuran (โˆ†๐‘† = โˆ†๐‘†๐‘2 + โˆ†๐‘†๐ด๐‘Ÿ + โˆ†๐‘†๐‘š๐‘–๐‘ฅ). โˆ†๐‘†๐‘2 = ๐‘›๐‘2 ๐ถ๐‘ƒ๐‘2 ln ๐‘‡ ๐‘‡๐‘2 โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ƒ ๐‘ƒ๐‘2 โˆ†๐‘†๐ด๐‘Ÿ = ๐‘›๐‘2 ๐ถ๐‘ƒ๐ด๐‘Ÿ ln ๐‘‡ ๐‘‡๐ด๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ƒ ๐‘ƒ๐ด๐‘Ÿ
  • 139. โˆ†๐‘†๐‘š๐‘–๐‘ฅ = ๐‘›๐‘ก โˆ’๐‘… เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘– ln ๐‘ฅ๐‘– Perhitungan sebagai berikut: โˆ†๐‘†๐‘2 = 4 7 2 ๐‘… ln 363,15 348,15 โˆ’ ๐‘… ln 24,194 30 = 12,702 โˆ†๐‘†๐ด๐‘Ÿ = 2,5 5 2 ๐‘… ln 363,15 403,15 โˆ’ ๐‘… ln 24,194 20 = โˆ’9,101 โˆ†๐‘†๐‘š๐‘–๐‘ฅ = 6,25 โˆ’๐‘… เท 0,615 ln 0,615 + 0,385 ln 0,385 = 34,631 โˆ†๐‘† = โˆ†๐‘†๐‘2 + โˆ†๐‘†๐ด๐‘Ÿ + โˆ†๐‘†๐‘š๐‘–๐‘ฅ = 38,232
  • 140. Problem 10.3 Suatu aliran gas nitrogen (๐‘2) dengan laju massa ( แˆถ ๐‘š๐‘2 ) 2 kg/s dan aliran gas hidrogen (๐ป2) dengan laju massa ( แˆถ ๐‘š๐ป2 ) 0,5 kg/s, dicampur secara adiabatis pada kondisi steadystate. Jika gas berperilaku seperti gas ideal, maka hitunglah perubahan entropi (โˆ†๐‘†) dari proses tersebut! Solution 10.3 - Mr ๐‘2 = 28,014 g/mol - Mr ๐ป2 = 2,016 g/mol Perhitungan laju molar ( แˆถ ๐‘›) dapat dihitung dan diperoleh sebagai berikut: แˆถ ๐‘›๐‘2 = แˆถ ๐‘š๐‘2 ๐‘€๐‘Ÿ ๐‘2 = 2 28,014 = 0,0714 ๐‘˜๐‘š๐‘œ๐‘™/๐‘  แˆถ ๐‘›๐ป2 = แˆถ ๐‘š๐ป2 ๐‘€๐‘Ÿ ๐ป2 = 0,5 2,016 = 0,2480 ๐‘˜๐‘š๐‘œ๐‘™/๐‘ 
  • 141. แˆถ ๐‘› = แˆถ ๐‘›๐‘2 + แˆถ ๐‘›๐ป2 = 0,3194 ๐‘˜๐‘š๐‘œ๐‘™/๐‘  Perhitungan fraksi mol dalam campuran aliran tersebut dihitung sebagai berikut: ๐‘ฆ๐‘2 = แˆถ ๐‘›๐‘2 แˆถ ๐‘› = 0,0714 0,3194 = 0,2235 ๐‘ฆ๐ป2 = แˆถ ๐‘›๐ป2 แˆถ ๐‘› = 0,2480 0,3194 = 0,7765 Perhitungan perubahan entropi (โˆ†๐‘†) sebagai berikut: โˆ†๐‘† = โˆ’๐‘… เท ๐‘– ๐‘ฆ๐‘– ln ๐‘ฆ๐‘– โˆ†๐‘† = โˆ’(8,314)( 0,2235 ln 0,2235 0,7765 ln 0,7765 ) โˆ†๐‘† = 1,411 ๐‘˜๐ฝ ๐‘ . ๐พ
  • 142. Problem 10.4 Hitunglah kerja ideal yang diperlukan untuk pemisahan equimolar metana โ€“ etana pada ๐‘‡=175oC dan 3 bar kondisi proses steadystate. Produk keluaran pada ๐‘‡=35oC dan ๐‘ƒ=1 bar, jika ๐‘‡๐œŽ=300 K. Solution 10.4 - ๐‘‡1 = 175 + 273,15 = 448,15 ๐พ - ๐‘‡2 = 35 + 273,15 = 308,15 ๐พ - ๐‘ƒ1 = 3 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ - ๐‘ƒ2 = 1 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ Data kapasitas panas sebagai fungsi suhu ๐ถ๐‘ƒ(๐‘‡) diperoleh dari appendiks C.1 Komponen A B x 103 C x 106 D x 10-5 ๐‘ป๐’„ [K] ๐‘ƒ๐’„ [bar] Metana 1,702 9,081 -2,164 - 190,6 45,99 Etana 1,131 19,225 -5,561 - 305,3 48,72
  • 143. Problem 10.4 Persamaan yang digunakan sebagai berikut: - Entalpi โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐ป ๐‘… = โˆ†๐ด + โˆ†๐ต 2 ๐‘‡0 ๐œ + 1 + โˆ†๐ถ 3 ๐‘‡0 2 ๐œ2 + ๐œ + 1 + โˆ†๐ท ๐œ๐‘‡0 2 โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐ป๐‘š๐‘–๐‘ฅ ๐‘… = เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘– โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐ป ๐‘… - Entropi โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐‘† ๐‘… = ๐ด + ๐ต๐‘‡0 + ๐ถ๐‘‡0 2 + ๐ท ๐œ2๐‘‡0 2 ๐œ + 1 2 ๐œ โˆ’ 1 ln ๐œ โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐‘†๐‘š๐‘–๐‘ฅ ๐‘… = เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘– โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐‘† ๐‘…
  • 144. Problem 10.4 Perhitungan ๐‘‡๐‘Ÿ ๐‘‡๐‘Ÿ = ๐‘‡ ๐‘‡๐‘ ๐‘‡๐‘Ÿโˆ’๐ถ๐ป3 = ๐‘‡๐ถ๐ป3 ๐‘‡๐‘ = 308,15 190,6 = 1,6167 ๐‘‡๐‘Ÿโˆ’๐ถ2๐ป5 = ๐‘‡๐ถ2๐ป5 ๐‘‡๐‘ = 308,15 305,3 = 1,0093 Perhitungan ๐‘ƒ๐‘Ÿ ๐‘ƒ๐‘Ÿ = ๐‘ƒ ๐‘ƒ๐‘ ๐‘ƒ๐‘Ÿโˆ’๐ถ๐ป3 = ๐‘ƒ๐ถ๐ป3 ๐‘ƒ๐‘ = 1 45,99 = 0,0217 ๐‘ƒ๐‘Ÿโˆ’๐ถ2๐ป5 = ๐‘ƒ๐ถ2๐ป5 ๐‘ƒ๐‘ = 1 48,72 = 0,0205
  • 145. Problem 10.4 Perhitungan entalpi metana โ€“ etana Entalpi โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐ปโˆ’๐ถ๐ป3 ๐‘… = ๐ด๐ถ๐ป3 + ๐ต๐ถ๐ป3 2 ๐‘‡0 ๐œ + 1 + ๐ถ๐ถ๐ป3 3 ๐‘‡0 2 ๐œ2 + ๐œ + 1 โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐ปโˆ’๐ถ2๐ป5 ๐‘… = ๐ด๐ถ2๐ป5 + ๐ต๐ถ2๐ป5 2 ๐‘‡0 ๐œ + 1 + ๐ถ๐ถ2๐ป5 3 ๐‘‡0 2 ๐œ2 + ๐œ + 1 Entropi โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐‘†โˆ’๐ถ๐ป3 ๐‘… = ๐ด๐ถ๐ป3 + ๐ต๐ถ๐ป3 ๐‘‡0 + ๐ถ๐ถ๐ป3 ๐‘‡0 2 ๐œ + 1 2 ๐œ โˆ’ 1 ln ๐œ โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐‘†โˆ’๐ถ2๐ป5 ๐‘… = ๐ด๐ถ2๐ป5 + ๐ต๐ถ2๐ป5 ๐‘‡0 + ๐ถ๐ถ2๐ป5 ๐‘‡0 2 ๐œ + 1 2 ๐œ โˆ’ 1 ln ๐œ
  • 146. Problem 10.4 Perhitungan entalpi metana โ€“ etana Entalpi Campuran โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐ป ๐‘… = เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘– โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐ป๐‘– ๐‘… โˆ†๐ป = ๐‘… โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐ป ๐‘… (๐‘‡2 โˆ’ ๐‘‡1) Entropi Campuran โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐‘† ๐‘… = เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘– โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐‘†๐‘– ๐‘… โˆ†๐‘† = ๐‘… โˆ†๐ถ๐‘ƒ ๐‘œ ๐‘† ๐‘… ln ๐‘‡2 ๐‘‡1 โˆ’ ๐‘… ln ๐‘ƒ2 ๐‘ƒ1 + เท ๐‘– ๐‘…๐‘ฆ๐‘– ln(๐‘ฆ๐‘–)
  • 147. Problem 10.16 Data faktor kompresibilitas CO2 pada suhu (๐‘‡) = 150oC tersaji pada tabel ๐‘ƒ vs ๐‘. Buatlah grafik fugasitas dan koefisien fugasitas dari CO2 vs P. Bandingkan hasil diperoleh dengan generalize correlation for second virial.
  • 148. Solution 10.16 Persamaan terkait yang digunakan sebagai berikut: Adapun data yang tersaji pada tabel harus dikerjakan secara numerik, karena tidak terdapat korelasi fungsi yang sesuai apabila ditrial untuk membentuk suatu fungsi tidak mengandung nilai logaritmik (ln ๐‘ƒ). Sebagai contoh apabila ๐‘(๐‘ƒ) didekati dengan bentuk polinomial orde 2, diperoleh suatu fungsi dengan bentuk ๐‘ ๐‘ƒ = ๐ด๐‘ƒ2 + ๐ต๐‘ƒ + ๐ถ. Apabila fungsi tersebut dimasukkan kedalam persamaan diperoleh: ln ๐œ™๐‘– = เถฑ 0 ๐‘ƒ (๐‘๐‘– โˆ’ 1) ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘ƒ ln ๐œ™๐‘– = เถฑ 0 ๐‘ƒ (๐ด๐‘ƒ2 + ๐ต๐‘ƒ + ๐ถ โˆ’ 1) ๐‘‘๐‘ƒ ๐‘ƒ
  • 149. Penyusunan ulang persamaan diperoleh persamaan baru berikut: Hasil integral sebagai berikut: Apabila nilai ๐ถ โ‰  1, maka hasil subtitusi (ln ๐‘ƒ) mengandung nilai error atau tidak terdefinisi. Analisis sederhana menggunakan toolbox cftool pada matlab didapatkan bahwa nilai ๐ถ โ‰  1, maka metode pendekatan persamaan tidak dapat digunakan. ln ๐œ™๐‘– = เถฑ 0 ๐‘ƒ ๐ด๐‘ƒ + ๐ต + ๐ถ โˆ’ 1 ๐‘ƒ ๐‘‘๐‘ƒ ln ๐œ™๐‘– = ๐ด๐‘ƒ2 2 + ๐ต๐‘ƒ + ๐ถ โˆ’ 1 ln ๐‘ƒ 0 ๐‘ƒ
  • 150. Pendekatan sederhana menggunakan toolbox cftool pada program matlab
  • 151. Penyelesaian problem menggunakan metode numerik diambil sebagai solusi persoalan tersebut. Integrasi numerik sudah pernah disinggung pada perkuliahan Termodinamika 1. Remainder : Terdapat beberapa jenis metode Trapezoidal, Simpson, Quadrative, dan sebagainya. Secara praktis, akan digunakan metode trapezoidal, karena bentukan data cukup teratur dan sederhana. Berikut cuplikan konsep integrasi numerik metode trapezoidal:
  • 152. Data harus disusun menyerupai persamaan umum yang ada, maka dibentuk data baru sebagai berikut: Dengan demikian ๐‘๐‘–โˆ’1 ๐‘ƒ akan analog dengan ๐‘“(๐‘‹). Hasil olahan data tersaji pada tabel slide berikutnya. Mengingat pada ๐‘ƒ = 0, tidak tersedia maka dibuat ekstrapolasi yaitu ๐‘ = 1. Sebagai catatan, apabila nilai tersebut dimasukkan, maka ๐‘“(๐‘‹) = 0 0 . Ekstrapolasi pada hasil olahan data akan dibuat berpola seperti tren data. เถฑ ๐‘‹1 ๐‘‹2 ๐‘“(๐‘‹) ๐‘‘๐‘‹ = เถฑ 0 ๐‘ƒ ๐‘๐‘– โˆ’ 1 ๐‘ƒ ๐‘‘๐‘ƒ
  • 153. ๐‘ƒ ๐‘ ๐‘๐‘– โˆ’ 1 ๐‘ƒ 0 1 -0.001550 10 0.985 -0.001500 20 0.97 -0.001500 40 0.942 -0.001450 60 0.913 -0.001450 80 0.885 -0.001438 100 0.869 -0.001310 200 0.765 -0.001175 300 0.762 -0.000793 400 0.824 -0.000440 -0.002000 -0.001500 -0.001000 -0.000500 0.000000 0 100 200 300 400 500 600 f(X)=[(Zi-1)/P] Tekanan (P) [bar]
  • 154. Hasil metode grafik tersebut harus dibandingkan dengan metode Generalize for second virial, yang memiliki persamaan sebagai berikut: Data terkait yang diperlukan diperoleh dari appendiks dan ๐œ™ = exp ๐‘ƒ๐‘Ÿ ๐‘‡๐‘Ÿ ๐ต0 + ๐œ”๐ต1 Data Appendiks Value ๐œ” 0,224 ๐‘ƒ๐‘ [bar] 73,83 ๐‘‡๐‘ [K] 304,2 ๐ต0 = 0,083 โˆ’ 0,422 ๐‘‡๐‘Ÿ 1,6 ๐ต1 = 0,139 โˆ’ 0,172 ๐‘‡๐‘Ÿ 4,2
  • 155. ๐‘ƒ ๐œ™ [MG] ๐œ™ [MGVS] 0 1,0000 1,0000 10 0,9702 0,9860 20 0,9420 0,9723 40 0,9151 0,9453 60 0,8890 0,9191 80 0,8649 0,8936 100 0,7639 0,8689 200 0,6923 0,7549 300 0,6509 0,6559 400 0,6310 0,5699 500 0,6601 0,4951 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 100 200 300 400 500 600 Koefisen Fugasitas (ฮฆ) Tekanan (P) [bar] Metode G Metode GSV
  • 156. 0 50 100 150 200 250 300 350 0 100 200 300 400 500 600 Fugasitas (f) [P] Tekanan (P) [bar] Metode G Metode GVS ๐‘ƒ ๐‘“ (๐บ) ๐‘“ (๐บ๐‘†๐‘‰) 0 0,0000 0,0000 10 9,7020 9,8604 20 18,8400 19,4455 40 36,6030 37,8129 60 53,3418 55,1469 80 69,1949 71,4907 100 76,3876 86,8859 200 138,4557 150,9831 300 195,2633 196,7746 400 252,4041 227,9591 500 330,0271 247,5804
  • 157. Problem 10.17 Hitunglah koefisien fugasitas (๐œ™) dan fugasitas (๐‘“) dari gas ๐‘†๐‘‚2 pada ๐‘‡ = 600 ๐พ dan ๐‘ƒ = 300 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ menggunakan metode Generalize Correlation (Lee/Kesler). Solution 10.17 Data terkait dicari dari appendiks sebagai berikut: Data Appendiks Value ๐œ” 0,224 ๐‘ƒ๐‘ [bar] 78,84 ๐‘‡๐‘ [K] 430,8 ๐‘ƒ๐‘Ÿ 3,8052 ๐‘‡๐‘Ÿ 1,3927 Perhitungan dilakukan menggunakan metode interpolasi dari data yang tersaji pada data The Lee/Kesler Generalized- Correlation Tables
  • 158. Dari hasil interpolasi diperoleh hasil sebagai berikut: - ๐œ™0 = 0,672 - ๐œ™1 = 1,354 - ๐œ™ = ๐œ™0๐œ™1๐œ” = 0,724 - ๐‘“ = ๐œ™๐‘ƒ = 217,14 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ
  • 160. TERMODINAMIKA 2 Oleh: i. Ir. Natalia Suseno, M.Si ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng WEEK 5&6: Proses Pencampuran
  • 161.
  • 163. โ€ข Apa yang dimaksud dengan proses pencampuran? โ€ข Syarat apa saja yang dibutuhkan dalam pencampuran? โ€ข Bagaimana dampak dari proses pencampuran? PENGANTAR
  • 164. โˆ†๐‘‰๐‘ก = ๐‘›1 + ๐‘›2 ๐‘‰ โˆ’ ๐‘›1๐‘‰1 โˆ’ ๐‘›2๐‘‰2 โˆ†๐‘‰ โ‰ก ๐‘‰ โˆ’ ๐‘ฅ1๐‘‰1 โˆ’ ๐‘ฅ2๐‘‰2 = โˆ†๐‘‰๐‘ก ๐‘›1 + ๐‘›2 Notes: volume change of mixing (ฮ”V) PENGANTAR
  • 165. ๐‘„ = โˆ†๐ป๐‘ก = ๐‘›1 + ๐‘›2 ๐ป โˆ’ ๐‘›1๐‘‰1 โˆ’ ๐‘›2๐‘‰2 โˆ†๐ป โ‰ก ๐ป โˆ’ ๐‘ฅ1๐ป1 โˆ’ ๐‘ฅ2๐ป2 = ๐‘„ ๐‘›1 + ๐‘›2 Notes: enthalpy change of mixing (ฮ”H) PENGANTAR
  • 166. ๐‘€ merupakan representasi properti intensif termodinamika dari campuran, misalnya ๐‘ˆ,๐ถ๐‘ƒ,๐‘†,๐บ dan ๐‘. Secara definisi persamaan tersebut dikenal sebagai perubahan properti pencampuran. Properti tersebut merupakan fungsi P, T, dan komposisi, sehingga secara langsung akan berhubungan dengan sifat ekses (Telah dibahas pada bab 10, Termodinamika 2). โˆ†๐‘€ โ‰ก ๐‘€ โˆ’ เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘–๐‘€๐‘– PENGANTAR
  • 167. ๐‘€๐ธ โ‰ก ๐‘€ โˆ’ ๐‘€๐‘–๐‘‘ ๐‘‰๐ธ = ๐‘‰ โˆ’ เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘–๐‘‰๐‘– ๐ป๐ธ = ๐ป โˆ’ เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘–๐ป๐‘– ๐บ๐ธ = ๐บ โˆ’ เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘–๐บ๐‘– + ๐‘…๐‘‡ เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘– ln(๐‘ฅ๐‘–) ๐‘†๐ธ = ๐‘† โˆ’ เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘–๐‘†๐‘– + ๐‘… เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘– ln(๐‘ฅ๐‘–) KORELASI-KORELASI TERKAIT
  • 168. ๐‘‰๐ธ = โˆ†๐‘‰ ๐บ๐ธ = โˆ†๐บ + ๐‘…๐‘‡ เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘– ln ๐‘ฅ๐‘– ๐ป๐ธ = โˆ†๐ป ๐‘†๐ธ = โˆ†๐‘† + ๐‘… เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘– ln ๐‘ฅ๐‘– โˆ†๐‘‰๐‘–๐‘‘ = 0 โˆ†๐บ๐‘–๐‘‘= ๐‘…๐‘‡ เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘– ln ๐‘ฅ๐‘– โˆ†๐ป = 0 โˆ†๐‘†๐‘–๐‘‘= โˆ’๐‘… เท ๐‘– ๐‘ฅ๐‘– ln ๐‘ฅ๐‘– KORELASI-KORELASI TERKAIT
  • 169. Entalpi ekses pada sistem campuran air-etanol, menunjukkan fenomena bahwa terjadi pergeseran apabila dilakukan perubahan konsentrasi pada suhu konstan, ataupun sebaliknya. Hal menunjukkan bukti bahwa faktor properti ekses tersebut mengalami perubahan terhadap variabel tersebut. โ€ข Terdapat kecenderungan apabila suhu dinaikkan pergeseran bahwa nilai ekses dari eksotermis menjadi endotermis FENOMENA ENTALPI EKSES CAMPURAN BINER
  • 170. Berbagai properti berbagai campuran spesies pada suhu 50oC dengan tekanan konstan telah dianalisis, dan menghasilkan berbagai variasi nilai โˆ†๐บ, โˆ†๐ป, dan ๐‘‡โˆ†๐‘† akibat perubahan komposisi. Sebagai rangkuman dapat dideskripsikan menjadi beberapa poin yaitu: a) Nilai โˆ†๐‘€ pada spesies murni adalah nol b) Energi bebas Gibbs proses pencampuran selalu bernilai negative c) Perubahan entropi pencampuran selalu bernilai negatif Property changes of mixing at 50ยฐC for six binary liquid systems: (a) chloroform(1)/n-heptane(2); (b) acetone(1)/methanol(2); (c) acetone(1)/chloroform(2); (d) ethanol(1)/n-heptane(2); (e) ethanol(1)/chloroform(2); (f) ethanol(1)/water(2). FENOMENA ENTALPI EKSES CAMPURAN BINER
  • 171. เดฅ ๐‘€1 ๐ธ = ๐‘€๐ธ + 1 โˆ’ ๐‘ฅ1 ๐‘‘๐‘€๐ธ ๐‘‘๐‘ฅ1 เดฅ ๐‘€2 ๐ธ = ๐‘€๐ธ โˆ’ ๐‘ฅ1 ๐‘‘๐‘€๐ธ ๐‘‘๐‘ฅ1 Pada sistem biner, parsial ekses properti molar [๐‘€ = ๐‘€๐ธ ] dapat dituliskan sebagai bentuk berikut: FENOMENA ENTALPI EKSES CAMPURAN BINER
  • 172. Example 11.1 Problem Panas pencampuran cairan (1) dan (2) pada T dan P tertentu, diukur menggunakan kalorimeter dan diperoleh korelasi berikut: Tentukan korelasi untuk เดฅ ๐ป1 ๐ธ dan เดฅ ๐ป2 ๐ธ yang merupakan fungsi ๐‘ฅ1 Solution Korelasi dapat diturunkan dari konsep bahwa โˆ†๐ป = ๐ป๐ธ, dengan demikian apabila persaman disusun ulang dan diturunkan terhadap ๐‘ฅ1 diperoleh sebagai berikut: โˆ†๐ป = ๐‘ฅ1๐‘ฅ2(40๐‘ฅ1 + 20๐‘ฅ2) ๐ป๐ธ = 40๐‘ฅ1 2 ๐‘ฅ2 + 20๐‘ฅ2๐‘ฅ1 ๐ป๐ธ = 20๐‘ฅ1 + 20๐‘ฅ1 3 Subtitusi nilai: ๐‘ฅ2= 1 โˆ’ ๐‘ฅ1 FENOMENA ENTALPI EKSES CAMPURAN BINER
  • 173. ๐‘‘๐ป๐ธ ๐‘‘๐‘ฅ1 = ๐‘‘ ๐‘‘๐‘ฅ1 (20๐‘ฅ1 + 20๐‘ฅ1 3 ) ๐‘‘๐ป๐ธ ๐‘‘๐‘ฅ1 = 20 โˆ’ 60๐‘ฅ1 2 Subtitusi persamaan pada persamaan umum properti ekses diperoleh sebagai berikut: เดฅ ๐ป1 ๐ธ = ๐ป๐ธ + 1 โˆ’ ๐‘ฅ1 ๐‘‘๐ป๐ธ ๐‘‘๐‘ฅ1 เดฅ ๐ป1 ๐ธ = 20 โˆ’ 60๐‘ฅ1 2 + 40๐‘ฅ1 3 เดฅ ๐ป1 ๐ธ = 20๐‘ฅ1 + 20๐‘ฅ1 3 + (1 โˆ’ x1)(20 โˆ’ 60๐‘ฅ1 2 ) FENOMENA ENTALPI EKSES CAMPURAN BINER
  • 174. เดฅ ๐ป2 ๐ธ = ๐ป๐ธ โˆ’ ๐‘ฅ1 ๐‘‘๐ป๐ธ ๐‘‘๐‘ฅ1 เดฅ ๐ป2 ๐ธ = 40๐‘ฅ1 3 เดฅ ๐ป2 ๐ธ = 20๐‘ฅ1 + 20๐‘ฅ1 3 โˆ’ x1(20 โˆ’ 60๐‘ฅ1 2 ) FENOMENA ENTALPI EKSES CAMPURAN BINER
  • 175. PANAS PENCAMPURAN Panas pencampuran berlaku analog dengan panas yang dihasilkan dari proses reaksi, akan tetapi terjadinya interaksi pada sistem molekular yang berbeda. Apabila proses reaksi terjadi reaksi intramolekular, sebaliknya proses pencampuran hanya berlangsung intermolekular. Adapun, interaksi intramolekular (ikatan kimia) lebih kuat dibandingkan intermolekular (ikatan elektrostatik, gaya van der Waals, dan sebagainya). Sebagai catatan, besarnya nilai panas pencampuran suatu spesies dapat ditinjau dengan baik apabila interaksi intermolekularnya cukup besar didalam sistem larutan dibandingkan senyawa murninya.
  • 176. ENTHALPY/CONCENTRATION DIAGRAM Diagram entalpi-konsentrasi (๐‘ฏ๐’™) dapat digunakan untuk senyawa biner (1&2), ploting data dilakukan melalui fraksi mol maupun fraksi massa pada suhu tertentu terhadap suatu nilai entalpi. Secara umum, dipilih tekanan konstan tertentu dan umumnya 1 atm. Salah satu diantaranya H2SO4/H2O dengan absis fraksi massa larutan. Dari persamaan nilai tersebut, dapat dilihat bahwa nilai entalpi tidak hanya berasal dari panas pencampuran, tetapi juga melibatkan entalpi senyawa murni setiap spesies. Pada contoh H2SO4/H2O nilai entalpi ๐ป2 = 0 diambil pada kondisi ๐ป2๐‘‚ cair murni pada suhu triple point (โ‰ƒ 273,15๐พ = 0,01๐‘œ๐ถ, dan ๐ป1 = 0 diambil pada kondisi ๐ป2๐‘†๐‘‚4 cair murni pada suhu 298,15K (25๐‘œ ๐ถ). Secara terminologi memberikan informasi bahwa: nilai ๐ป = 0 dapat diperoleh pada dua kondisi yaitu H2O โ‡’ ๐‘‡ = 0๐‘œ๐ถ, dan H2S๐‘‚4 โ‡’ ๐‘‡ = 25๐‘œ๐ถ ๐ป = ๐‘ฅ1๐ป1 + ๐‘ฅ2๐ป2 + โˆ†๐ป
  • 177. Dalam sistem biner, suatu nilai entalpi pada titik tertentu (c) dapat dicari melalui data yang diketahui, yang mana memiliki kondisi referens sama (a) dan (b). Secara matematis, apabila kondisi adiabatik (โˆ†๐ป๐‘ก= ๐‘„ = 0), maka neraca energi diperoleh: Dari gambar disamping suatu nilai ๐ป dapat didekati dalam bentuk fungsi liner tertentu: ๐‘›๐‘Ž + ๐‘›๐‘ ๐ป๐‘ = ๐‘›๐‘Ž๐ป๐‘Ž + ๐‘›๐‘๐ป๐‘ ๐ป๐‘Ž = ๐‘š๐‘ฅ1๐‘Ž + ๐‘˜ ๐ป๐‘ = ๐‘š๐‘ฅ1๐‘ + ๐‘˜ PANAS PENCAMPURAN
  • 178. ๐‘›๐‘Ž + ๐‘›๐‘ ๐ป๐‘ = ๐‘›๐‘Ž(๐‘š๐‘ฅ1๐‘Ž + ๐‘˜) + ๐‘›๐‘(๐‘š๐‘ฅ1๐‘ + ๐‘˜) ๐‘›๐‘Ž + ๐‘›๐‘ ๐ป๐‘ = ๐‘š ๐‘›๐‘Ž๐‘ฅ1๐‘Ž + ๐‘›๐‘๐‘ฅ1๐‘ + ๐‘›๐‘Ž + ๐‘›๐‘ ๐‘˜ Neraca massa spesies 1 ๐‘›๐‘Ž + ๐‘›๐‘ ๐‘ฅ1๐‘ = ๐‘›๐‘Ž๐‘ฅ1๐‘Ž + ๐‘›๐‘๐‘ฅ1๐‘ ๐ป๐‘ = ๐‘š๐‘ฅ1๐‘ + ๐‘˜ Subtitusi persamaan kedalam persamaan sebelumnya, maka diperoleh hasil berikut: PANAS PENCAMPURAN
  • 180. ENTHALPY/CONCENTRATION DIAGRAM โˆ†๐ป = ๐ป โˆ’ ๐ป๐‘–๐‘‘
  • 181. Nilai โˆ†๐ป selalu bernilai negatif disetiap titik, hal tersebut menunjukkan bahwa pada setiap proses melepaskan panas (exothermic) [Pada kasus H2SO4/H2O ]. Pada sistem lain seperti methanol/benzene diperoleh โˆ†๐ป selalu bernilai positif (endothermic) ENTHALPY/CONCENTRATION DIAGRAM
  • 182. Apabila suatu padatan/gas dilarutkan ke dalam cairan akan dihasilkan suatu efek yang disebut panas pelarutan (heat of solution). Secara umum, perhitungan didasarkan pada setiap mol yang dilarutkan (1 mol of solute), jika spesies ๐‘– dilarutkan, maka ๐‘ฅ๐‘– adalah fraksi mol terlarut permol pelarut. Secara matematis panas pelarutan dituliskan demikian: เทช โˆ†๐ป adalah panas pelarutan berbasis satu mol terlarut. Representasi proses pelarutan analog dengan proses pencampuran yang secara perilaku fisis menyerupai reaksi kimia. Ketika 1 mol padatan litium klorida (๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(๐‘ )) dilarutkan kedalam 12 mol ๐ป2๐‘‚ dituliskan sebagai berikut: เทช โˆ†๐ป = โˆ†๐ป ๐‘ฅ๐‘– ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(๐‘ ) + 12๐ป2๐‘‚(๐‘™) โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(12๐ป2๐‘‚) เทช โˆ†๐ป = 33614 ๐ฝ (๐‘‡ = 25๐‘œ๐ถ, ๐‘ƒ = 1 ๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ) PANAS PELARUTAN
  • 183. Example 11.3 Hitunglah panas pembentukan LiCl dalam 12 mol ๐ป2๐‘‚ pada 25oC Solution 11.3 Persamaan terlibat dapat dituliskan berikut: Poin (a) representasi panas pembentukan ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(๐‘ ), poin (b) representasi panas pelarutan, poin (c) menunjukkan panas pelarutan dari LiCl dalam 12 mol ๐ป2๐‘‚. ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(๐‘ ) + 12๐ป2๐‘‚(๐‘™) โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ 12๐ป2๐‘‚ เทช โˆ†๐ป298 = โˆ’33614๐ฝ ๐ฟ๐‘– + 1 2 ๐ถ๐‘™2 โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(๐‘ ) โˆ†๐ป298 ๐‘œ = โˆ’408610๐ฝ ๐ฟ๐‘– + 1 2 ๐ถ๐‘™2 + 12๐ป2๐‘‚(๐‘™) โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ 12๐ป2๐‘‚ โˆ†๐ป298 ๐‘œ = โˆ’442224๐ฝ (a) (b) (c) PANAS PELARUTAN
  • 184. Seringkali panas pelarutan tidak memiliki data yang lengkap, akan tetapi dapat diturunkan melalui panas formasi yang dihitung secara terbalik. Pada data disamping merupakan panas pembentukan dari 1 mol LiCl. Berikut beberapa persamaan matematis yang digunakan untuk mengkonversi data menjadi figur yang lebih sederhana เทค ๐‘› = ๐‘ฅ2(๐‘›1 + ๐‘›2) ๐‘ฅ1(๐‘›1 + ๐‘›2) = 1 โˆ’ ๐‘ฅ1 ๐‘ฅ1 ๐‘ฅ1 = 1 1 โˆ’ เทค ๐‘› PANAS PELARUTAN
  • 185. เทช โˆ†๐ป = โˆ†๐ป ๐‘ฅ1 = 1 โˆ’ ๐‘ฅ1 ๐‘ฅ1 โˆ†๐ป = เทช โˆ†๐ป 1 โˆ’ เทค ๐‘› LiCl heat of solution chart
  • 186. Example 11.4 Evaporator efek tunggal dioperasikan secara atmosferik, umpan mengandung 15%w/w, menjadi 40 %w/w. Laju alir umpan 2 kg/s pada T=25oC. Titik didih normal 40 %w/w larutan LiCl adalah 132oC, nilai kapasitas 2,72 kJ/kg.oC. Berapa panas yang perlu ditransferkan kedalam evaporator? Solution 11.4 PANAS PELARUTAN
  • 187. โˆ†๐ป๐‘ก = โˆ†๐ป๐‘Ž ๐‘ก + โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก + โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก + โˆ†๐ป๐‘‘ ๐‘ก Neraca energi proses alir โˆ†๐ป๐‘ก = ๐‘„, entalpi total (โˆ†๐ป๐‘ก) dihitung dari jumlah total entalpi produk dikurangi jumlah total entalpi umpan. Perubahan entalpi individual yang perlu ditambahkan dalam perubahan entalpi total digambarkan pada figur disamping. Secara matematis ditulis sebagai berikut: PANAS PELARUTAN
  • 188. Nilai โˆ†๐ป๐‘Ž ๐‘ก cari melalui data yang disajikan pada figur disamping. Perhitung terkait nilai เทค ๐‘›. Mol LiCl dan H2O dihitung sebagai berikut: dan Maka: เทค ๐‘› = 0,85 0,15 = 13,33 ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = (0,15)(2000) 42,39 ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = 7,077 ๐‘š๐‘œ๐‘™ ๐‘›๐ป2๐‘‚ = (0,85)(2000) 18,015 ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = 94,366 ๐‘š๐‘œ๐‘™ 13,33 -33800 Pada proses โ€œunmixingโ€, maka panas pelarutan akan bernilai (-) dari nilai yang diperoleh: โˆ†๐ป๐‘Ž ๐‘ก = +33800 7,077 = 239250 โˆ†๐ป๐‘Ž ๐‘ก = ( เทช โˆ†๐ป๐‘)(๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™)
  • 189. Nilai โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก cari melalui data yang disajikan pada figur disamping. Perhitung terkait nilai เทค ๐‘›. Mol LiCl dan H2O dihitung sebagai berikut: dan Maka: เทค ๐‘› = 3,53 ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = 0,3 42,39 ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = 7,077 ๐‘š๐‘œ๐‘™ ๐‘›๐ป2๐‘‚ = 0,45 18,015 ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = 24,979 ๐‘š๐‘œ๐‘™ 3,53 -23260 โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก = (โˆ’23260)(7,077) โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก = ( เทช โˆ†๐ป๐‘)(๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™) โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก = โˆ’164630
  • 190. Nilai โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก merupakan panas yang ditambahkan untuk meningkatkan ๐‘‡1 = 25๐‘œ๐ถ menjadi ๐‘‡2 = 132๐‘œ ๐ถ. Nilai dapat dihitung melalui persamaan berikut: Nilai โˆ†๐ป๐‘‘ ๐‘ก merupakan panas yang ditambahkan untuk menguapkan air. Nilai dapat dihitung melalui persamaan berikut: Total energi entalpi โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก = ๐‘š๐ถ๐‘ƒโˆ†๐‘‡ โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก = 0,75 (2,72)(132 โˆ’ 25) โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก = 218280 ๐ฝ โˆ†๐ป๐‘‘ ๐‘ก = ๐‘š(๐ป๐‘‰ โˆ’ ๐ป๐ฟ) โˆ†๐ป๐‘‘ ๐‘ก = (1,25)(2740,3 โˆ’ 104,8) โˆ†๐ป๐‘‘ ๐‘ก = 3294,4 ๐‘˜๐ฝ = 3294400๐ฝ โˆ†๐ป๐‘ก = 239250 โˆ’ 164630 + 218280 + 3294400 โˆ†๐ป๐‘ก = 3587300 ๐ฝ โˆ†๐ป๐‘ก = โˆ†๐ป๐‘Ž ๐‘ก + โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก + โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก + โˆ†๐ป๐‘‘ ๐‘ก
  • 191. H x diagram for NaOH/H2O (Textbook ed7)
  • 192. H x diagram for NaOH/H2O (Textbook ed6)
  • 193. Example 12.6 (Textbook ed 7) Evaporator efek tunggal digunakan untuk memekatkan larutan NaOH 10%w/w menjadi 50%w/w, kapasitas umpan 10000 lbm/h. Umpan masuk pada ๐‘‡ = 70๐‘œ ๐น, dengan tekanan operasi absolut P = 3 ๐‘–๐‘›๐ป๐‘”, pada kondisi ini titik didih larutan untuk 50%w/w adalah ๐‘‡ = 190๐‘œ ๐น. Berapa transfer panas yang dibutuhkan oleh evaporator? Solution 12.6
  • 194. Nilai entalpi โˆ†๐ป๐‘Ž ๐‘ก dicari melalui figur disamping pada ๐‘‡ = 70๐‘œ๐น dan ๐ถ = 10% ๐‘ค ๐‘ค. Nilai yang diperoleh 34 ๐ต๐‘ก๐‘ข ๐‘™๐‘๐‘š Sedangkan โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก ๐‘‡ = 190๐‘œ๐น dan ๐ถ = 50% ๐‘ค ๐‘ค. Nilai yang diperoleh 215 ๐ต๐‘ก๐‘ข ๐‘™๐‘๐‘š 34 ๐ต๐‘ก๐‘ข ๐‘™๐‘๐‘š 0,1 215 ๐ต๐‘ก๐‘ข ๐‘™๐‘๐‘š 0,5
  • 195. Entalpi uap lewat jenuh pada tekanan 3 inHg dengan suhu 190oF adalah 1146 Btu/lbm, nilai ini dapat dicari melalui steamtable. Adapun perhitungan entalpi total menggunakan persamaan berikut: โˆ†๐ป๐‘ก = 8000 1146 + 2000 215 + (10000)(34) โˆ†๐ป๐‘ก = 9260000 ๐ต๐‘ก๐‘ข/โ„Ž โˆ†๐ป๐‘ก = โˆ†๐ป๐‘Ž ๐‘ก + โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก + โˆ†๐ป๐‘ ๐‘ก
  • 196. Example 12.6 (Textbook ed 7) Larutan NaOH konsentrasi 10% pada suhu 70(oF) dicampurkan dengan larutan NaOH konsentrasi 70% pada suhu 200oF untuk membentuk NaOH dengan konsentrasi 40%. a) Apabila proses berlangsung adiabatis, berapa suhu akhir yang dicapai b) Apabila suhu ditahan pada 70oF, berapa panas yang perlu diserap? Solution 12.6 a) Dapat diketahui dengan membuat garis lurus pada H x diagram untuk NaOH/H2O antara konsentrasi 10% pada suhu 70(oF) dan konsentrasi 70% pada suhu 200oF b) Nilai ๐‘„ = โˆ†๐ป, dapat dicari melalui panas yang dihasilkan pada proses adiabatis diserap hingga tercapai suhu 70(oF) , dengan demikian secara grafis dapat dilakukan dengan menarik garis secara vertikal pada H x diagram. ENTHALPY/CONCENTRATION DIAGRAM
  • 197. H x diagram for NaOH/H2O (Textbook ed7) 0,1 0,7 0,4 220oF 192 Btu/lbm 70 Btu/lbm a)Dari diagram diperoleh suhu akhir apabila proses adibatik adalah 220oC b)Panas yang perlu diserap selama proses adalah ๐‘„ = โˆ†๐ป ๐‘„ = 192 โˆ’ 70 ๐‘„ = โˆ’122 ๐ต๐‘ก๐‘ข ๐‘™๐‘๐‘š
  • 198. Problem 11.3 Jika ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™. 2๐ป2๐‘‚(๐‘ ) dan ๐ป2๐‘‚(๐‘™) dicampurkan pada isotermal suhu 25oC untuk membentuk larutan mengandung 10 mol H2O untuk setiap mol LiCl, berapa efek panas pelarutan yang dihasilkan? Solution 11.3 LATIHAN SOAL ๐ฟ๐‘– + 1 2 ๐ถ๐‘™2 + 10๐ป2๐‘‚(๐‘™) โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ 10๐ป2๐‘‚ เทช โˆ†๐ป298 = 441579๐ฝ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™. 2๐ป2๐‘‚ โ†’ ๐ฟ๐‘– + 1 2 ๐ถ๐‘™2 + 2๐ป2 + ๐‘‚2 โˆ†๐ป298 ๐‘œ = +1012650๐ฝ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™. 2๐ป2๐‘‚ + 8๐ป2๐‘‚(๐‘™) โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ 10๐ป2๐‘‚ โˆ†๐ป298 ๐‘œ = โˆ’589๐ฝ (a) (b) (c) 2(๐ป2 + 1 2 ๐‘‚2 โ†’ ๐ป2๐‘‚) โˆ†๐ป298 ๐‘œ = 2(โˆ’285830)๐ฝ (d)
  • 199. Apabila dalam sistem terdapat sebanyak 11 mol larutan per mol pelarut, maka untuk basis 1 mol larutan adalah: LATIHAN SOAL โˆ†๐ป 11 = โˆ’53,55๐ฝ
  • 200. Problem 11.4 Jika larutan HCl dalam pelarut air mengandung 1 mol HCl dan 4,5 mol H2O, menyerap 1 mol HCl(g) pada suhu konstan 25oC. Berapakah efek panas yang dihasilkan? Solution 11.4 - Langkah pertama menuliskan persamaan terkait: LATIHAN SOAL ๐ป๐ถ๐‘™ 4,5 โ†’ ๐ป๐ถ๐‘™ + 4,5๐ป2๐‘‚ เทช โˆ†๐ป298 = 62,1๐‘˜๐ฝ 2( ๐ป๐ถ๐‘™ + 2,25๐ป2๐‘‚ โ†’ ๐ป๐ถ๐‘™(2,25๐ป2๐‘‚)) เทช โˆ†๐ป298 = 2 โˆ’50,6 ๐‘˜๐ฝ ๐ป๐ถ๐‘™ 4,5๐ป2๐‘‚ + ๐ป๐ถ๐‘™ โ†’ 2๐ป๐ถ๐‘™(2,25๐ป2๐‘‚) เทช โˆ†๐ป298 = โˆ’39,1๐‘˜๐ฝ (a) (b) (c)
  • 201. 2,25 -50,6 kJ 4,5 -62,1 kJ Perolehan data sebagai berikut: โˆ†๐ป = 2 โˆ’50,6 + (1)(62,1) โˆ†๐ป = โˆ’39,1
  • 202. Problem 11.4 Jika larutan HCl dalam pelarut air mengandung 1 mol HCl dan 4,5 mol H2O, menyerap 1 mol HCl(g) pada suhu konstan 25oC. Berapakah efek panas yang dihasilkan? Solution 11.4 - Langkah pertama menuliskan persamaan terkait: LATIHAN SOAL ๐ป๐ถ๐‘™ 4,5 โ†’ ๐ป๐ถ๐‘™ + 4,5๐ป2๐‘‚ เทช โˆ†๐ป298 = 62,1๐‘˜๐ฝ 2( ๐ป๐ถ๐‘™ + 2,25๐ป2๐‘‚ โ†’ ๐ป๐ถ๐‘™(2,25๐ป2๐‘‚)) เทช โˆ†๐ป298 = 2 โˆ’50,6 ๐‘˜๐ฝ ๐ป๐ถ๐‘™ 4,5๐ป2๐‘‚ + ๐ป๐ถ๐‘™ โ†’ 2๐ป๐ถ๐‘™(2,25๐ป2๐‘‚) เทช โˆ†๐ป298 = โˆ’39,1๐‘˜๐ฝ (a) (b) (c)
  • 203. Problem 11.5 Bagaimana efek panas yang terbentuk apabila 20 kg LiCl(s) ditambahkan kedalam 125 kg larutan LiCl yang mengandung 10%w/w LiCl pada kondisi isotermal 25oC Solution 11.5 - Langkah pertama (1), menghitung mol padatan LiCl - Langkah kedua (2), menghitung mol masing-masing komponen dalam larutan LiCl LATIHAN SOAL ๐‘›โ€ฒ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = ๐‘š๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ ๐‘  ๐‘€๐‘Ÿ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = 20 42,39 = 0,4718 ๐‘˜๐‘š๐‘œ๐‘™ ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = (0,1)(125) 42,39 = 0,295 ๐‘˜๐‘š๐‘œ๐‘™ ๐‘›๐ป2๐‘‚ = (0,9)(125) 18,02 = 6,245.103 ๐‘˜๐‘š๐‘œ๐‘™
  • 204. - Langkah ketiga (3), menghitung rasio mol larutan LiCl mula-mula - Langkah keempat (4), menghitung rasio mol larutan LiCl akhir - Langkah kelima (5), menghitung mol total LiCl LATIHAN SOAL เทค ๐‘› = ๐‘›๐ป2๐‘‚ ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = 6,245.103 0,295 = 21,18 เทค ๐‘› = ๐‘›๐ป2๐‘‚ ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ + ๐‘›โ€ฒ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ = 6,245.103 0,295 + 0,472 = 8,15 ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(๐‘ก๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘™) = ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ + ๐‘›๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ โ€ฒ = 0,295 + 0,472 = 0,7667 kmol
  • 205. Langkah keenam (6) menuliskan persamaan terkait: LATIHAN SOAL 0,2949 ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ 21,18๐ป2๐‘‚ โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ + 21,18๐ป2๐‘‚ (a) (b) (c) 0,7667 ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ + 8,15๐ป2๐‘‚ โ†’ ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™(8,15) 0,2949๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ 21,18๐ป2๐‘‚ + 0,4718๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ โ†’ 0,7667 ๐ฟ๐‘–๐ถ๐‘™ + 8,15๐ป2๐‘‚
  • 206. 8,15 -32kJ 21,18 -33,5kJ Perolehan data sebagai berikut: โˆ†๐ป = โˆ’33,15 + 32 ๐‘„ = โˆ†๐ป = โˆ’1,15๐‘˜๐ฝ
  • 208. TERMODINAMIKA 2 Oleh: i. Ir. Natalia Suseno, M.Si ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng WEEK 6: Problem: Heat of Mixing
  • 209. Problem 11.12 Data from the Bureau of Standards (J. Phys. Chem. Ref. Data, vol. 11, suppl. 2, 1982) include the following heats of formation for 1 mol of CaCl2 in water at 25ยฐC: From these data prepare a plot of เทช โˆ†๐ป, the heat of solution at 25ยฐC of CaCl2 in water, vs. เทค ๐‘›, the mole ratio of water to CaCl2.
  • 210. Solution 11.12 10 100 1000 -80 -78 -76 -74 -72 -70 -68 -66 10 15 20 25 50 100 300 500 1000 Heat of Solution (kJ) Water mol ratio (mol) Heat of Solution ๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ + ๐’ ๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ(๐’ ๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ) ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ โ†’ ๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ + ๐’ ๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ(๐’ ๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ) โˆ†๐‘ฏ๐’‡,๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ = โˆ’๐Ÿ•๐Ÿ—๐Ÿ“, ๐Ÿ– ๐’Œ๐‘ฑ โˆ†๐‘ฏ๐’‡ = โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ ๐’Œ๐‘ฑ โˆ†๐‘ฏ = โˆ†๐‘ฏ๐’‡ โˆ’ โˆ†๐‘ฏ๐’‡,๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ
  • 211. Problem 11.13 A liquid solution contains 1 mol of ๐ถ๐‘Ž๐ถ๐‘™2 and 25 mol of water. Using data from Prob. 11.12, determine the heat effect when an additional 1 mol of CaCl2 is dissolved isothermally in this solution. Solution 11.13 ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ โ†’ ๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ (1) ๐Ÿ(๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ + ๐Ÿ๐Ÿ. ๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ(๐Ÿ๐Ÿ. ๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ) (2) ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ ๐Ÿ๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ + ๐Ÿ๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ (3) ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ ๐Ÿ๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ + ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ โ†’ ๐Ÿ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ ๐Ÿ๐Ÿ. ๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ (4) โˆ†๐ป1 = โˆ’โˆ†๐ป๐‘“,๐ถ๐‘Ž๐ถ๐‘™2 = 795,8 ๐‘˜๐ฝ{Appendix C. 4} โˆ†๐ป2 = 2 โˆ’865,295 ๐‘˜๐ฝ diperoleh dari interpolasi โˆ†๐ป3 = 871,08 kJ {Dari data} โˆ†๐ป = โˆ†๐ป1 + โˆ†๐ป3 + โˆ†๐ป3 = โˆ’67,72 ๐‘˜๐ฝ = ๐‘„
  • 212. Problem 11.14 Solid CaCl2โ‹…6H2O and liquid water at 25ยฐC are mixed adiabatically in a continuous process to form a brine of 15 wt-% CaCl2. Using data from Prob. 11.12, determine the temperature of the brine solution formed. The specific heat of a 15 wt-% aqueous ๐ถ๐‘Ž๐ถ๐‘™2 solution at 25ยฐC is 3.28 kJยทkgโˆ’1ยทยฐCโˆ’1 Solution 11.14 - Hitung jumlah mol ๐ป2๐‘‚ akhir pencampuran n = % wt๐ป2๐‘‚ ๐‘€๐‘…๐ป2๐‘‚ % wt๐ถ๐‘Ž๐ถ๐‘™2 ๐‘€๐‘…๐ถ๐‘Ž๐ถ๐‘™2 = 85 18 15 111.1 = 35
  • 213. Solution 11.14 - Hitung jumlah mol ๐ป2๐‘‚ yang ditambahkan kedalam sistem n = 35 โˆ’ 6 ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ. ๐Ÿ”๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ + ๐Ÿ”๐‘ฏ๐Ÿ + ๐Ÿ‘๐‘ถ๐Ÿ (1) ๐‘ช๐’‚ + ๐‘ช๐’๐Ÿ + ๐Ÿ‘๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ(๐Ÿ‘๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ) (2) ๐Ÿ”(๐‘ฏ๐Ÿ + ๐Ÿ ๐Ÿ ๐‘ถ๐Ÿ โ†’ ๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ (3) ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ. ๐Ÿ”๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ + ๐Ÿ๐Ÿ—๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ โ†’ ๐‘ช๐’‚๐‘ช๐’๐Ÿ(๐Ÿ‘๐Ÿ“๐‘ฏ๐Ÿ๐‘ถ) (4) โˆ†๐ป1 = โˆ’โˆ†๐ป๐‘“,๐ถ๐‘Ž๐ถ๐‘™2.6๐ป2๐‘‚ = 2607,9 ๐‘˜๐ฝ{Appendix C. 4} โˆ†๐ป2 = โˆ’โˆ†๐ป๐‘“,๐ป2๐‘‚ = 6 โˆ’285,83 ๐‘˜๐ฝ {Appendix C. 4} โˆ†๐ป3 = 871,08 kJ {Dari data} โˆ†๐ป = โˆ†๐ป1 + โˆ†๐ป3 + โˆ†๐ป3 = 21,12๐‘˜๐ฝ = ๐‘„ ๐‘š = 111 + 35 โˆ— 18 = 740 ๐‘”๐‘Ÿ Sistem Adiabatis ๐‘„ = 0 โˆ†๐ป298 + ๐‘š๐ถ๐‘ƒโˆ†๐‘‡ = 0 21,12 + 0,734 3,28 โˆ†๐‘‡ = โˆ’8,8๐‘œ ๐ถ ๐‘‡ = 25 โˆ’ 8,8 = 16,2๐‘œ๐ถ
  • 214. Problem 12.43 (Ed 7) Hitunglah nilai efek panas ketika 150 lbm H2SO4 dicampurkan dengan 350 lbm larutan H2SO4 25%w/w secara isothermal pada suhu 100oF Solution 12.43 (Ed 7) ๐ป1 = 8 ๐ต๐‘ก๐‘ข/๐‘™๐‘๐‘š ๐ป2 = โˆ’23 ๐ต๐‘ก๐‘ข/๐‘™๐‘๐‘š %๐‘ค = 100%โˆ—150+25%โˆ—350 150+350 = 47,5% ๐ป3 = โˆ’90 ๐ต๐‘ก๐‘ข/๐‘™๐‘๐‘š ๐‘„ = ๐‘š3๐ป3 โˆ’ ๐‘š2๐ป2 โˆ’ ๐‘š1๐ป1 = โˆ’38150 ๐ต๐‘ก๐‘ข Solution 12.43 (Ed 7)
  • 215. Problem 12.45 (Ed 7) Sebanyak 400 lbm larutan NaOH 35%w pada suhu 130oF dicampur dengan sebanyak 175 lbm 10%w pada suhu 200oF. a) Hitunglah efek panas jika suhu akhir 80oF b) Apabila pencampuran berlangsung secara adiabatik, hitung suhu akhirnya Problem 12.46 (Ed 7) Evaporator efek tunggal digunakan untuk mengkonsentrasikan 20% H2SO4 menjadi 70%, umpan 25 lbm/s dengan suhu 80oF. Apabila tekanan dijaga konstan pada 1,5 psia (almost vacuum) maka titik didihnya adalah 217oF, maka hitunglah panas yang dibutuhkan untuk proses tersebut?
  • 216. H x diagram for NaOH/H2O (Textbook ed7)
  • 217.
  • 219. TERMODINAMIKA 2 Oleh: i. Ir. Natalia Suseno, M.Si ii. Pra Cipta B.W.M, S.T., M.Eng WEEK 7: Review Materi
  • 220. Review: BAB 9: PENDINGINAN DAN PENCAIRAN ๐œ” = โ„Ž๐‘’๐‘Ž๐‘ก ๐‘Ž๐‘๐‘ ๐‘œ๐‘Ÿ๐‘๐‘’๐‘‘ ๐‘Ž๐‘ก ๐‘™๐‘œ๐‘ค๐‘’๐‘Ÿ ๐‘ก๐‘’๐‘š๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘ข๐‘Ÿ๐‘’ ๐‘›๐‘’๐‘ก ๐‘ค๐‘œ๐‘Ÿ๐‘˜ = ๐‘„๐ถ ๐‘Š ๐œ” = ๐‘‡๐ถ ๐‘‡๐ป + ๐‘‡๐ถ PERBANDINGAN PROSES VAPOR COMPRESSION MENGGUNAKAN EXPANDER DAN THROTTLE
  • 222. PERBANDINGAN PROSES VAPOR COMPRESSION DAN ABSORPTION BAB 9: PENDINGINAN DAN PENCAIRAN
  • 223. Pencairan dapat terjadi ketika gas didinginkan ke suhu di wilayah dua fase yang dapat dicapai dengan beberapa cara berikut: 1. Pertukaran panas pada tekanan konstan 2. Proses ekspansi dari mana pekerjaan diperoleh 3. Proses Throttling Terdapat dua jenis proses yang sudah dikenal yaitu: 1. Proses Linde 2. Proses Claude BAB 9: PENDINGINAN DAN PENCAIRAN
  • 224. BAB 9: PENDINGINAN DAN PENCAIRAN PERBANDINGAN PROSES LINDE DAN CLAUDE
  • 225.
  • 226.
  • 227.
  • 228. Besaran potensial kimia (๐œ‡๐‘–) merupakan salah satu bentuk properti parsial yang diturunkan dari nilai energi bebas Gibbs (๐‘›๐บ) terhadap jumlah mol tertentu secara parsial dengan menempatkan variabel lainnya secara konstan. Secara matematis, dapat dibentuk suatu besaran umum yang juga analog dengan hal tersebut yang akan dikenal dengan properti molar parsial yang ditulis sebagai berikut: Bentukan persamaan tersebut juga disebut โ€œresponse fuctionโ€ yang menunjukkan pengaruh yang terjadi pada suatu larutan akibat penambahan sejumlah kecil dari komponen (๐‘–) dengan mengkondisikan ๐‘ƒ dan ๐‘‡ konstan. PROPERTI PARSIAL เดฅ ๐‘€๐‘– โ‰ก ๐œ• ๐‘›๐‘€ ๐œ•๐‘›๐‘– ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘— BAB 10: RUANG LINGKUP TERMODINAMIAKA LARUTAN
  • 229. Pada aplikasinya, nilai tersebut seringkali digunakan secara bersama-sama dengan besaran lain, seperti properti larutan (๐‘€) dan properti komponen murni (๐‘€๐‘–). Maka, perlu dijelaskan agar tidak terjadi kerancuan sebagai berikut: Tipe Properti Simbol Properti Contoh Properti Properti larutan (๐‘€) ๐‘€ ๐‘‰, ๐‘ˆ, ๐ป, ๐‘†, ๐บ Properti parsial ( เดฅ ๐‘€๐‘–) เดฅ ๐‘€๐‘– เดค ๐‘‰๐‘–, เดฅ ๐‘ˆ๐‘–, เดฅ ๐ป๐‘–, าง ๐‘†๐‘–, าง ๐บ๐‘– Properti komponen murni (๐‘€๐‘–) ๐‘€๐‘– ๐‘‰๐‘–, ๐‘ˆ๐‘–, ๐ป๐‘–, ๐‘†๐‘–, ๐บ๐‘– PROPERTI PARSIAL BAB 10: RUANG LINGKUP TERMODINAMIAKA LARUTAN
  • 230. Contoh kasus diambil yaitu sebuah campuran air dan alkohol yang mula-mula equimolar (jumlah mol sama) dengan jumlah total volum (๐‘›๐‘‰) pada ๐‘‡ ruangan dan ๐‘ƒ atmosferik. Selanjutnya ditambahkan sejumlah kecil air murni dengan jumlah (โˆ†๐‘›๐‘Š). Apabila sistem diatur sedemikian rupa maka tidak terjadi perubahan temperatur. Prakiraan perubahan volume total yang akibat penambahan sejumlah air adalah โˆ† ๐‘›๐‘‰ = ๐‘‰ ๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค Tetapi, dari hasil pengamatan lapangan diketahui lebih sedikit daripada prakiraan yang disebut dengan volume efektif molar: โˆ† ๐‘›๐‘‰ = เทจ ๐‘‰ ๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค PROPERTI PARSIAL โˆ†๐‘›๐‘ค = Sejumlah kecil penambahan air murni ๐‘‰ ๐‘ค = Volume per mol penambahan air murni ๐‘‰ ๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค = Volume total prakiraan เทจ ๐‘‰ ๐‘คโˆ†๐‘›๐‘ค = Volume total efektif
  • 231. Efektif molar volume ( เทจ ๐‘‰ ๐‘ค), pada hasil pengamatan tersebut dapat dituliskan ulang sebagai berikut: เทจ ๐‘‰ ๐‘ค = โˆ†(๐‘›๐‘‰) โˆ†๐‘›๐‘ค Apabila penambahan sejumlah mol air murni tersebut sangat kecil, maka dapat dituliskan dalam bentuk matematis limit, yaitu pada โˆ†๐‘›๐‘ค โ†’ 0, atau sebagai berikut: เทจ ๐‘‰ ๐‘ค = lim โˆ†๐‘›๐‘คโ†’0 โˆ†(๐‘›๐‘‰) โˆ†๐‘›๐‘ค = ๐‘‘(๐‘›๐‘‰) ๐‘‘๐‘›๐‘ค Pada kondisi terkontrol yaitu ๐‘ƒ, ๐‘‡, dan ๐‘›๐‘Ž konstan, maka dapat ditulis sebagai turunan parsial: เทจ ๐‘‰ ๐‘ค = ๐œ• ๐‘›๐‘‰ ๐œ•๐‘›๐‘ค ๐‘ƒ,๐‘‡,๐‘›๐‘Ž PROPERTI PARSIAL
  • 232.
  • 233. โˆ†๐‘‰๐‘ก = ๐‘›1 + ๐‘›2 ๐‘‰ โˆ’ ๐‘›1๐‘‰1 โˆ’ ๐‘›2๐‘‰2 โˆ†๐‘‰ โ‰ก ๐‘‰ โˆ’ ๐‘ฅ1๐‘‰1 โˆ’ ๐‘ฅ2๐‘‰2 = โˆ†๐‘‰๐‘ก ๐‘›1 + ๐‘›2 Notes: volume change of mixing (ฮ”V) BAB 11: PROSES PENCAMPURAN DAN PELARUTAN