SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Buletin KETEKNIKANPERTANIAN
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK 
PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN
(Application of Evaporative Cooling Systemfor Post Harvest Handling
of Agricultural Products)
Armansyah H. am bun an', Hedi R. is maw an^, Isabella Silalahi2
Abstract
Post harvest handling and treatment of agricultural prodz~ct is
extremely important in maintaining all of the possible qzralifyof the prodzilrct.
Most of the product needs to be handled and treated at low temperature. Duly.
a cheap and easy-to-handle cooling facility is very important to be provitied
nearer toproducer's/ farmer's location. The objectives of the experiment were
to design and evaluate the performance of an evaporative cooling system, uwd
to develop a simulation modelfor predicting the performance and temperature
distribution inside the storage room.
Experimental data showed that the performance of the design was
fairly good and acceptable. The cooling system could keep the temperature of
product under ambient temperature, although the optimal temperature
couldn't be reached. Performance of the design could be increased by
improving the performance of nozzle, fan and the insulation system of the
storage wall.
Key words : evaporative cooling, simulation model, temperature distribution
kan mutu produk selama mungkin
PENDAHULUAN (Ryal and Lipton, 1982). Contoh lain,
a. Latar Belakang
Dalam rangkaian penanganan
pasca panen hasil pertanian, terdapat
beberapa mata rantai yang perlu
dilakukan pada suhu rendah. Sebagai
contoli, pra-pendinginan dan penyim-
panan dingin produk hortikultura
segera setelah panen untuk menurun-
kan laju respirasi dan mempertahan-
proses fermentasi teh hitam ortodox
harus dilakukan pada kondisi ruang
(suhu dan kelembaban) tertentu untuk
mendapatkan mutu hasil fermentasi
yang tinggi (Sultoni, 1994).
Petani produsen atau pedagang
pengumpul umumnya tidak melaku-
kan pra-pendinginan ataupun penyim-
panan dingin karena biaya untuk
fasilitas tersebut belum terjangkau.
' Dosen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
'Alumni Jurusan Taknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
Vol. 13,No. 1, April 1999
Oleh karena itu, sayuran dan buahan sensibel dan mengalami penurunan
hasil panen petani harus segera dijual, suhu. Fenomena ini dapat diterapkan
meskipun dengan harga yang sangat untuk menurunkan suhu udara di
rendali, untuk meminirnalkan keru- dalam suatu ruangan yang dapat
gian. Selain merugikan petani, ha1 ini digunakan, baik untuk penyimpanan
juga menurunkan mutu produk secara dingin hasil hortikultura maupun
umum karena keterlambatan pendi- untuk penanganan lainnya.
nginan. Untuk mengatasi ha1 terse- Analisa pendinginan evaporatif
but, diperlukan fasilitas pendinginan dapat dilakukan berdasarkan beda
yang murah, mudah ditangani dan
dapat diterapkan di lokasi produksi
pertanian. Fasilitas seperti itu pada
prinsipnya dapat dipenuhi dengan
sistem pendinginan evaporatif dengan
modifikasi disain tertentu.
Keuntungan lain yang dapat
diharapkan dari sistem pendinginan
evaporatif adalah ramah terhadap
lingkungan (karena tidak mengguna-
kan freon), dan dapat diterapkan
secara bersamaan untuk menurunkan
suhu dan meningkatkan kelembaban
seperti yang diperlukan pada suatu
ruang fermentasi dan gudang penyim-
panan dingin.
b. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
potensial entalpi sebagai gaya
penggerak (driving force). Setiap
partikel diasitmsikan diselilnuti oleh
lapisan tipis udara dan beda potensial
entalpi antara lapisan tipis tersebut
dengan udara bebas di sekelilingnya
merupakan gaya penggerak dalani
menghasilkan efek pendingin.
a) Merancang-bangun dan menguji
kinerja sistem pendinginan evapo- Gambar 1. Efek pendinginan
ratif. evaporatif
b) Mengembangkan lnodel simlllasi Berdasarkan hukum keseilnbangan
untuk ~endugaan kiner~a mesin energi pada keadaan adiabatis, laju
pendingin evaporatif. kalor yang dilepaskan dari air sama
dengan laju kalor yang diterinia oleh
TINJAUAN PUSTAKA udara. Laju pelepasan kalor dari air
Pendingin evaporatif terjadi adalah
akibat penguapan air pada permukaan dq, = L CpdT (1)
bebas dengan bantuan aliran udara dimana,
(Stoecker, 1982). Penguapan memer- CP : ka~asitaspanas Jenis air
lukan panas laten penguapan yang (kJ1kg.K)
diambil dari lingkungannya, sehingga L : laJu aliran air (kg/det)
lingkungan tersebut kehilangan panas
Buletin KETEKNIKANPERTANIAN
dimana:
G : laju aliran udara (kgldet)
ha : panas laten penguapan air
(kJ/kg)
dqa : laju pelepasan kalor dari air
(kJIdet)
sehingga, jika aqa = aqu = dq, maka
dqa : laju pelepasan kalor dari air
Berdasarkan persamaan konveksi
panas,
Perancangan
dimana:
h, = koefisien konveksi ( k ~ / m 2K).
METODOLOGI
(kJ/det)
dT : beda suhu (K)
Sedangkan laju kalor yang diterima
Alur kerja dan metodologi
yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai digambarkan dengan
diagram pada Gambar 2. Runtunan
kerja yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Perancangan sistem pendinginan
evaporatif dilakukan berdasarkan
dua model, yaitu model menara
pendingin dan model gudang
pendingin.
2. Pengujian kinerja masing-masing
model dilakukan dengan pengu-
kuran sebaran suhu di sepanjang
jalur aliran udara dan air.
3. Simulasi model pendinginan
sistem evaporatif dilakukan untuk
udara adalali :
f
Uji kinerja
1 1 Uji kinerjil 1
Simulasis
Model Menara
Gambar 2. Diagram alir penelitian
Model Gudang
aq, = ~ ( h ,- ah',)-Gh,
mempelajari pengaruh berbagai
faktor terhadap kinerja alat, yang
selanjutnya dapat digunakan untuk
perbaikan dan penyempurnaan alat
tersebut.
Pendingin
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendingin
a. Rancang Bangun
Skerna rancang bangun untitk
model menara pendingin (MP) ditun-
jukkan pada Gambar 3 dan moclel
gudang pendingin (GP) dituti.ji~kkan
pada Gambar 4. Perbedaan utama
kedua model tersebut adalah pada
profil gerakan butiran air.
Model MP memanfaatkan
gerakan butiran air bolak-batik untuk
mendapatkan waktu persentuhan
butiran air dengan udara yang lebih
lama, serta dibantu dengan bafel
untuk memperluas permukaan pengu-
apan air. Selanjutnya, air hasil pendi-
ngirian dialirkan ke ruang penangan-
an pasca-panen. Model MP dibangun
pada skala laboratorium, , dimana
menara terbuat dari bahan seng
dengan diameter 60 cm dan tinggi
= Gdh<,
(2)
penyempurnaan
Vol. 13. No. 1 . A~rii1999
Keterangan :
1. nosel 2. kipas
3. bafel 4. pompa air
5. percikan air 6. aliran udara
7. genangan air
Gambar 3. Skema menara pendingin
untuk pendinginan dan
peningkatan kelembaban
nisbi ruangan
200 cm. Untuk keperluan pengujian
kiner-ja alat, dirancang suatu gudang
berukuran 1 X 1 X 1 m3, terbuat dari
triplek.
Model GP lebih disederha-
nakan, dimana pola aliran butiran air
berlawanan dengan aliran udara dan
pengilapan berlangsung di dalarn
gudang. Rancangan model GP dapat
diterapkan untuk gudang penyim-
panan sementara hasil pertanian.
Dimensi gudang keseluruhan
adalah tinggi 1,90 m (termasuk
bubungan atap dan ruang plenum),
lebar 1,50 m dan panjang 2,00 m.
Dinding terbuat dari anyaman bambu
dan atap gudang dari daun kelapa.
Tinggi ruang plenum adalah 62 cm,
Keterangan:
1. Nosel 2. Percikan Air
3. Aliran Udara 4. Kipas
5. Genangan air 6. Pompa air
Gambar 4. Skelna gudang pendingin
dengan Sistem pendi-
nginan evaporatif
berisi genangan air setinggi 6 cm dan
dilengkapi dengan kipas.
Pada kedua model tersebut
digunakan kipas untuk mengalirkan
udara dengan laju 8.44 kgldet., dan
polnpa untuk mengalirkan air ke
nosel dengan debit 0,63 kgldet.
b. Kinerja Sistem Pendinginan
Evaporatif
Hasil pengukuran kinerja
sistem pendinginan evaporatif untuk
model menara pendingin ditunjukkan
pada Tabel 1, sedangkan ~tntukmoclel
gudang pendingin ditunjukkan pada
Tabel 2. Pengukuran kinerja kedua
model dilakukan pada kondisi
lingkungan berbeda, dilnana model
MP diuji di laboratorium sedangkan
model GP diitji di lapangan (Gunitng
Putri, Desa Sukatani, Cipanas)
Parameter yang umum diguna-
kan untuk mengkaji kinerja pendi-
Buletin KETEKNIKAN PERTANIAN
nginan sistem evaporatif adalali Ham- teoritis, suli~ttiiinimum yang dapat
piran (uproach)dan kisaran (range). dicapai dengan sisteln pendinginan
Halnpiran adalah selisih suhu air evaporatif adalali suhu bola basah
keluar dari sistem dengan suhu bola udara lingkungan, sehirigga seriiakiri
basah ling-kungan, dan kisaran kecil hampiran tnaka semakin baik
adalali selisih suhu lnasuk dan keluar kinerja alat.
air pendingin (Gambar 5). Secara
Tabel 1. Kinerja sisteln pendinginan evaporatif model menara pendingin.
* bernilai negatip
Tabel 2. Kinerja sistem pendinginan evaporatif model gudang pendingin.
Vol. 13,No. 1, April 1999
I perpindahan panas dari luar ke dalam
Catalan:
A-B : gans kerja air; B-C : garis jenuh
D-E : garis kerja udara; f : hampiran
g : kisaran; l'bb : suhu bola basah udara (C)
Gambar 5. Definisi hampiran dan
kisaran
Kedua tabel tersebut menun-
jukkan bahwa nilai hampiran pada
model inenara pendingin adalah
berkisar pada 0,5 OC, sedangkan
untuk model gudang pendingin lebih
tinggi, yaitu berkisar pada 1,O O C .
Sela~ijutnya, penurunan suhu air
pendingin yang dapat dicapai hanya 1
OC, yang ditunjukkan oleh nilai
kisaran.
Kelembaban udara lingkungan,
yang merupakan fi~ngsi dari suhu
bola basah, pada pengujian model GP
lebih tinggi dari pada pengujian
model MP. Perbedaan tersebut diduga
sebagai penyebab nilai hampiran
pada model MP lebih rendah dari
pada model GP.
Kisaran yang bernilai negatip
pada Tabel 1 dan Tabel 2 di saat awal
pengujian menunjukkan adanya panas
yang diserap oleh air dari motor
pompa untuk model MP, dan adanya
gudang akibat sistem isolasi yang
tidak sempurna pada model GP
Dengan mengambil contoli
model gudang pendingin, pada
Gambar 6 ditunjukkan sebaran suhi~
14
T1 TZ T3 T4 T5 T6 1 7 T8
Xtlk Fengukutan(c*
Cr~rnmn:
TI-T6: brrturut-turut arlalah titik berjrrrrrk
160, 140, 120, 80, 40, 20, rlar~U cm
rlnri trosel
T7: suhu air, Tfl:suliu lingkurrgrrn
Gambar 6. Grafik Sebaran si~liu
dalam gudang pendingin
dengan sistern evaporatif
i~daradi dalam gudang. Hasil pengu-
kuran menunjukkan adanya sebaran
suhu dalam gudang (peningkatan
suhu dari TI hingga T6). Dengan
menempatkan hasil pertaniari yang
akan didinginkan pada lokasi 7'1 dan
T4, maka suhu udara pendingin
diharapkan dapat mencapai 5- 10 OC
lebih rendali dari suhu udara ling-
kungan. Hal ini dapat dimanfa-atkan
untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti
penyimpanan sementara hasil horti-
kultura sebelum dipasarkan.
Faktor lain yang mempenga-
ruhi kinerja mesin pendingin sistern
evaporatif adalah kerja nosel dalam
proses pengkabutan air. Ukuran
butiran air yang semakin kecil diha-
rapkan dapat meningkatkan luas
Buletin KETEKNIKANPERTANIAN
Mulai
Qha, = L/G (4.19) ATi + ha ,.,
t
INPUT
L,G,Ta, Ta', ATi,T, ha, hi
hi, = 4,7926 + 2,568(Ta') - 0,029834(~a')~
0.00 16657 (Ta')3
i
Ii
1
x(hi,, - hi,,+,)- A(ha,,- ha,,+,)1I
Selesai?-I
Gambar 7. Bagan alir simulasi
kinerja sistem pendi-
nginan evaporatif
bidang sentuh antara udara dan air
sehingga proses penguapan menjad i
lebih baik. Pada pendinginan sislem
evaporatif, penguapan merupakan
gaya penyebab utarna penurunan
suhu. Peranan pengupan terhadap
penurunan suhu ditunjukkan ~nelalui
perhitungan jumlah air yang
menguap, dirnana dengan persentase
air menguap berkisar antara 7,1%
sampai 9,5 % dapat menurunkan suliu
air menjadi 23.5 OC sampai 25,s OC.
Dari segi rancang-bangun,
perlu dilakukan perbaikan terhadap
sistem isolasi dinding gudang unti~k
memperkecil aliran kalor dari luar ke
dalam sistem.
c. Simulasi
Model matematis yang diguna-
kan untuk melakukan simulasi
sebaran suhu dalam mesin pendingin
sistem evaporatif adalah model yang
dikembangkan oleh Stoecker (1982).
Bagan alir pemecahan model tersebut
ditunjukkan pada Gambar 7.
Verifikasi model simulasi
tersebut memberikan koefisien
korelasi berkisar antara 0,91 dan
0,98, yang merupakan peunjuk
kemampuan model untuk menduga
penampilan nyata sistem pendinginan
evaporatif. Perbandingan hasil
simulasi dengan hasil pengukuran
untuk model menara pendingin
ditunjukkan pada Tabel 3.
Melalui model simulasi
tersebut dapat dipelajari hubungan
antara laju aliran air (L) dan laju
aliran udara (G) terhadap penurunan
suhu didalam sistem. Hasil 'simulasi
menunjukan bahwa peningkatan laju
aliran air dan penurunan laju aliran
Vol. 13,No. 1, April 1999
udara akan menurunkan suhu udara pada kondisi dimana hubungan antara
dalam sistem. Meskipun demikian, la-ju aliran air dan laju aliran udara
batas penurunan suhu adalah suhu memenuhi persalnaan (5), dan
bola basah udara yang masuk ke ditunjukkan seperti pada Ganibar 8.
sistem, sehingga diharapkan terdapat
G = 13,4L -0,21
suatu nilai optimal perbandingan ( 5 )
antara la-ju aliran udara dan aliran air.
~erdasarkan hasil simulasi, suhu
optimum dalam sistem dapat dicapai
Tabel 3. Perbandingan hasil simulasi dengan pengukuran sebaran S U ~ L Idi
dalam menara pendingin
I I 1
Catatan data-data masukan:
Laju aliran air : 0.63 kgldet. Suhu udara masuk (b.k) : 31.0"C
Laju aliran udara : 8.44 kgldet. Suhu udara masuk (b.b) : 26.7 "C
8
a 7.-.4
6
2 5
e
:: 4
= 3
E-" 2
.-
3 1
0
0 4 0 4 5 O 5 0 5 5 0 6
Laju aliran alr (kgldetik)
Gambar 8. Hubungan antara laju aliran air (L) dengan
laju aliran udara (G) untuk menghasilkan
suhu optimum dalam sistem.
Buletin KETEKNIKAN PERTANIAN
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang
dapat dipetik dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Hampiran dan kisaran yang dapat
dicapai oleh sistem pendinginan
evaporatif dengan model menara
pendingin dan gudang pendingin,
masing-masing berkisar pada 0,5
OC dan 1,O OC.
2. Kinerja sistem pendingin evapo-
ratif yang didisain dapat diting-
katkan dengall mengoptimalkan
kerja kipas, polnpa air dan nosel,
serta memperbaiki sistem isolasi
dinding.
3. Berdasarkan simulasi, suhu opti-
mum dala~nsistem dapat diper-
oleh dengan perbandingan laju
aliran air dan udara seperti
ditunjukkan pada persamaan (5).
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, Wiranto dan Heizo
Saito. 1991. Penyegaran Udara.
PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Indonesia.
Hedi Ramdhan Rismawan, 1998.
Mempelajari Sebaran Suhu pada
Gudang Pendingin Hortikultura
dengan Sistem Pendinginan
Evaporatif. Skripsi, Jurusan
Teknik Pertanian, FATETA-IPB
lsabela Silalahi. 1997. Disain Tangki
Evaporasi Pendingin Air dengan
Sistem Cooling Tower untuk
Pengkondisian Udara di Ruang
Fermentasi Teh Hitam
Orthodox, Skripsi, Juri~san
Teknik Pertanian, FATETA, IPB
Pantastico, E. B. 1989. Fisiologi
Pasca Panen. Penerjemah
Kamariyani. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Ryall, A. L., and W.J. Lipton. 1982.
Handling, Transportation and
Storage of Fruits and Vegeta-
bles. AVl Publishing Company,
Inc. Westport. Connecticut.
USA.
Sultoni, M.A., 1994. Peti111.iuk
Tektiis Pengolahan Teh. Pusat
Penelitian Teh dan Kina.
Gambung, Jawa Barat.
Stoecker, W.F. and J. W. Jones. 1987.
Refrigeration and air condition-
ing. McGraw-Hill Book, Co.,
Singapore.
Tambunan, A. H., R. Hasbullah, dan
S. Suryana, 1997. Desain
Gudang Penyimpanan Sementara
yang Tepat Guna untuk Sayuran
Dan Buahan. Laporan Proyek
Vucer 96, DP3M, Dirjen Dikti,
Depdikbud.
Daftar Notasi
koefisien konveksi udara,
W/m2K
luas permukaan penguapan ,m2
panasjenis udara ,kJ/kg K
enthalpi udara masuk, kJ/kg
enthalpi edarajenuh ,kJ/kg
laju aliran air ,kg/det
laju aliran air ,kg/det
suhu udara masuk OC
suhu air masuk OC

More Related Content

What's hot

134856909 plate-he
134856909 plate-he134856909 plate-he
134856909 plate-heSt Satrio
 
Pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan
Pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekanPengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan
Pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekanAl Marson
 
L2 f607012 mta
L2 f607012 mtaL2 f607012 mta
L2 f607012 mtapurewin
 
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger Novan Ardhiyangga
 
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]Intan Dian Heryani
 
Shell and Tube Heat Exchanger
Shell and Tube Heat ExchangerShell and Tube Heat Exchanger
Shell and Tube Heat ExchangerOlivia Cesarah
 
dasar tata udaa cooling load 3
dasar tata udaa cooling load 3dasar tata udaa cooling load 3
dasar tata udaa cooling load 3try anugrah
 
Sistem Refrigerasi Tabung Vortex
Sistem Refrigerasi Tabung VortexSistem Refrigerasi Tabung Vortex
Sistem Refrigerasi Tabung Vortexnuldaz
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregarKiman Siregar
 
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...sumadhijono
 
Pengenalan ppu asas
Pengenalan ppu asasPengenalan ppu asas
Pengenalan ppu asaslaskarsalju
 
Prinsip kerja mesin pendingin pada kulkas 5 pintu
Prinsip kerja mesin pendingin pada kulkas 5 pintuPrinsip kerja mesin pendingin pada kulkas 5 pintu
Prinsip kerja mesin pendingin pada kulkas 5 pintuDeky Martanto
 
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...Nur Haida
 

What's hot (20)

134856909 plate-he
134856909 plate-he134856909 plate-he
134856909 plate-he
 
Pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan
Pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekanPengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan
Pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan
 
L2 f607012 mta
L2 f607012 mtaL2 f607012 mta
L2 f607012 mta
 
Alat penukar panas
Alat penukar panasAlat penukar panas
Alat penukar panas
 
alat-penukar-panas (Heat Exchanger)
alat-penukar-panas (Heat Exchanger)alat-penukar-panas (Heat Exchanger)
alat-penukar-panas (Heat Exchanger)
 
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
Modul Praktikum Shell-And-Tube Heat Exchanger
 
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
Heat exchanger [ Alat Penukar Panas]
 
Shell and Tube Heat Exchanger
Shell and Tube Heat ExchangerShell and Tube Heat Exchanger
Shell and Tube Heat Exchanger
 
Sistem Perpipaan Gas Alam
Sistem Perpipaan Gas AlamSistem Perpipaan Gas Alam
Sistem Perpipaan Gas Alam
 
dasar tata udaa cooling load 3
dasar tata udaa cooling load 3dasar tata udaa cooling load 3
dasar tata udaa cooling load 3
 
Sistem tataudara
Sistem tataudaraSistem tataudara
Sistem tataudara
 
Sistem Refrigerasi Tabung Vortex
Sistem Refrigerasi Tabung VortexSistem Refrigerasi Tabung Vortex
Sistem Refrigerasi Tabung Vortex
 
Double Pipe Heat Excanger
Double Pipe Heat ExcangerDouble Pipe Heat Excanger
Double Pipe Heat Excanger
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
 
Brine cooling
Brine coolingBrine cooling
Brine cooling
 
Heat exchanger
Heat exchangerHeat exchanger
Heat exchanger
 
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI TEKANAN KETEL DAN BUKAAN KATUP BAHAN BAK...
 
Pengenalan ppu asas
Pengenalan ppu asasPengenalan ppu asas
Pengenalan ppu asas
 
Prinsip kerja mesin pendingin pada kulkas 5 pintu
Prinsip kerja mesin pendingin pada kulkas 5 pintuPrinsip kerja mesin pendingin pada kulkas 5 pintu
Prinsip kerja mesin pendingin pada kulkas 5 pintu
 
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
Pengelolaan Lingkungan, Kondisi Termasuk Kontrol Atmosfer pada Pasca Panen Bu...
 

Similar to PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN (Application of Evaporative Cooling System for Post Harvest Handling of Agricultural Products)

POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...Repository Ipb
 
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenikpendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenikazizah ramadhani
 
PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI
PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI
PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI Luckman alfanudin
 
refrigerationcoolingload (1).pdf
refrigerationcoolingload (1).pdfrefrigerationcoolingload (1).pdf
refrigerationcoolingload (1).pdfHuseinLubis5
 
PANDUAN PRAKTIKUM TPTU SMKN 8.docx
PANDUAN PRAKTIKUM TPTU SMKN 8.docxPANDUAN PRAKTIKUM TPTU SMKN 8.docx
PANDUAN PRAKTIKUM TPTU SMKN 8.docxAnjarKoeswara1
 
8. Konservasi Tata Udara.pdf
8. Konservasi Tata Udara.pdf8. Konservasi Tata Udara.pdf
8. Konservasi Tata Udara.pdfZoomLPPM
 
1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf
1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf
1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdfAfiqPraditio
 
Dasar Tata Udara, Pemanasan Sensibel
Dasar Tata Udara, Pemanasan SensibelDasar Tata Udara, Pemanasan Sensibel
Dasar Tata Udara, Pemanasan SensibelGiffari Muslih
 
Siklus_Refrigerasi.pptx
Siklus_Refrigerasi.pptxSiklus_Refrigerasi.pptx
Siklus_Refrigerasi.pptxfelly11
 
Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Reandy Risky
 
04_-sistem-tata-udara-AC-Pada-bangunan-Gedung-2015.pdf
04_-sistem-tata-udara-AC-Pada-bangunan-Gedung-2015.pdf04_-sistem-tata-udara-AC-Pada-bangunan-Gedung-2015.pdf
04_-sistem-tata-udara-AC-Pada-bangunan-Gedung-2015.pdfBuyungRizqiMaharani
 
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...Mirmanto
 
Bab 4 peyamn uadara
Bab 4 peyamn uadaraBab 4 peyamn uadara
Bab 4 peyamn uadaraPudin Mahari
 

Similar to PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN (Application of Evaporative Cooling System for Post Harvest Handling of Agricultural Products) (20)

Refrijeran
RefrijeranRefrijeran
Refrijeran
 
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
 
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenikpendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
 
PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI
PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI
PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI
 
Presentasi dehumidifikasi
Presentasi dehumidifikasiPresentasi dehumidifikasi
Presentasi dehumidifikasi
 
refrigerationcoolingload (1).pdf
refrigerationcoolingload (1).pdfrefrigerationcoolingload (1).pdf
refrigerationcoolingload (1).pdf
 
Jurnal 2
Jurnal 2Jurnal 2
Jurnal 2
 
3 steam jet
3 steam jet3 steam jet
3 steam jet
 
PANDUAN PRAKTIKUM TPTU SMKN 8.docx
PANDUAN PRAKTIKUM TPTU SMKN 8.docxPANDUAN PRAKTIKUM TPTU SMKN 8.docx
PANDUAN PRAKTIKUM TPTU SMKN 8.docx
 
termo
termotermo
termo
 
8. Konservasi Tata Udara.pdf
8. Konservasi Tata Udara.pdf8. Konservasi Tata Udara.pdf
8. Konservasi Tata Udara.pdf
 
1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf
1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf
1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf
 
Dasar Tata Udara, Pemanasan Sensibel
Dasar Tata Udara, Pemanasan SensibelDasar Tata Udara, Pemanasan Sensibel
Dasar Tata Udara, Pemanasan Sensibel
 
Siklus_Refrigerasi.pptx
Siklus_Refrigerasi.pptxSiklus_Refrigerasi.pptx
Siklus_Refrigerasi.pptx
 
Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi
 
04_-sistem-tata-udara-AC-Pada-bangunan-Gedung-2015.pdf
04_-sistem-tata-udara-AC-Pada-bangunan-Gedung-2015.pdf04_-sistem-tata-udara-AC-Pada-bangunan-Gedung-2015.pdf
04_-sistem-tata-udara-AC-Pada-bangunan-Gedung-2015.pdf
 
Air cond
Air condAir cond
Air cond
 
condensor
condensorcondensor
condensor
 
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
1 pengaruh debit terhadap unjuk kerja alat penukar kalor dan penurunan suhu r...
 
Bab 4 peyamn uadara
Bab 4 peyamn uadaraBab 4 peyamn uadara
Bab 4 peyamn uadara
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN (Application of Evaporative Cooling System for Post Harvest Handling of Agricultural Products)

  • 1. Buletin KETEKNIKANPERTANIAN PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN (Application of Evaporative Cooling Systemfor Post Harvest Handling of Agricultural Products) Armansyah H. am bun an', Hedi R. is maw an^, Isabella Silalahi2 Abstract Post harvest handling and treatment of agricultural prodz~ct is extremely important in maintaining all of the possible qzralifyof the prodzilrct. Most of the product needs to be handled and treated at low temperature. Duly. a cheap and easy-to-handle cooling facility is very important to be provitied nearer toproducer's/ farmer's location. The objectives of the experiment were to design and evaluate the performance of an evaporative cooling system, uwd to develop a simulation modelfor predicting the performance and temperature distribution inside the storage room. Experimental data showed that the performance of the design was fairly good and acceptable. The cooling system could keep the temperature of product under ambient temperature, although the optimal temperature couldn't be reached. Performance of the design could be increased by improving the performance of nozzle, fan and the insulation system of the storage wall. Key words : evaporative cooling, simulation model, temperature distribution kan mutu produk selama mungkin PENDAHULUAN (Ryal and Lipton, 1982). Contoh lain, a. Latar Belakang Dalam rangkaian penanganan pasca panen hasil pertanian, terdapat beberapa mata rantai yang perlu dilakukan pada suhu rendah. Sebagai contoli, pra-pendinginan dan penyim- panan dingin produk hortikultura segera setelah panen untuk menurun- kan laju respirasi dan mempertahan- proses fermentasi teh hitam ortodox harus dilakukan pada kondisi ruang (suhu dan kelembaban) tertentu untuk mendapatkan mutu hasil fermentasi yang tinggi (Sultoni, 1994). Petani produsen atau pedagang pengumpul umumnya tidak melaku- kan pra-pendinginan ataupun penyim- panan dingin karena biaya untuk fasilitas tersebut belum terjangkau. ' Dosen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB 'Alumni Jurusan Taknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
  • 2. Vol. 13,No. 1, April 1999 Oleh karena itu, sayuran dan buahan sensibel dan mengalami penurunan hasil panen petani harus segera dijual, suhu. Fenomena ini dapat diterapkan meskipun dengan harga yang sangat untuk menurunkan suhu udara di rendali, untuk meminirnalkan keru- dalam suatu ruangan yang dapat gian. Selain merugikan petani, ha1 ini digunakan, baik untuk penyimpanan juga menurunkan mutu produk secara dingin hasil hortikultura maupun umum karena keterlambatan pendi- untuk penanganan lainnya. nginan. Untuk mengatasi ha1 terse- Analisa pendinginan evaporatif but, diperlukan fasilitas pendinginan dapat dilakukan berdasarkan beda yang murah, mudah ditangani dan dapat diterapkan di lokasi produksi pertanian. Fasilitas seperti itu pada prinsipnya dapat dipenuhi dengan sistem pendinginan evaporatif dengan modifikasi disain tertentu. Keuntungan lain yang dapat diharapkan dari sistem pendinginan evaporatif adalah ramah terhadap lingkungan (karena tidak mengguna- kan freon), dan dapat diterapkan secara bersamaan untuk menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban seperti yang diperlukan pada suatu ruang fermentasi dan gudang penyim- panan dingin. b. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: potensial entalpi sebagai gaya penggerak (driving force). Setiap partikel diasitmsikan diselilnuti oleh lapisan tipis udara dan beda potensial entalpi antara lapisan tipis tersebut dengan udara bebas di sekelilingnya merupakan gaya penggerak dalani menghasilkan efek pendingin. a) Merancang-bangun dan menguji kinerja sistem pendinginan evapo- Gambar 1. Efek pendinginan ratif. evaporatif b) Mengembangkan lnodel simlllasi Berdasarkan hukum keseilnbangan untuk ~endugaan kiner~a mesin energi pada keadaan adiabatis, laju pendingin evaporatif. kalor yang dilepaskan dari air sama dengan laju kalor yang diterinia oleh TINJAUAN PUSTAKA udara. Laju pelepasan kalor dari air Pendingin evaporatif terjadi adalah akibat penguapan air pada permukaan dq, = L CpdT (1) bebas dengan bantuan aliran udara dimana, (Stoecker, 1982). Penguapan memer- CP : ka~asitaspanas Jenis air lukan panas laten penguapan yang (kJ1kg.K) diambil dari lingkungannya, sehingga L : laJu aliran air (kg/det) lingkungan tersebut kehilangan panas
  • 3. Buletin KETEKNIKANPERTANIAN dimana: G : laju aliran udara (kgldet) ha : panas laten penguapan air (kJ/kg) dqa : laju pelepasan kalor dari air (kJIdet) sehingga, jika aqa = aqu = dq, maka dqa : laju pelepasan kalor dari air Berdasarkan persamaan konveksi panas, Perancangan dimana: h, = koefisien konveksi ( k ~ / m 2K). METODOLOGI (kJ/det) dT : beda suhu (K) Sedangkan laju kalor yang diterima Alur kerja dan metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai digambarkan dengan diagram pada Gambar 2. Runtunan kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Perancangan sistem pendinginan evaporatif dilakukan berdasarkan dua model, yaitu model menara pendingin dan model gudang pendingin. 2. Pengujian kinerja masing-masing model dilakukan dengan pengu- kuran sebaran suhu di sepanjang jalur aliran udara dan air. 3. Simulasi model pendinginan sistem evaporatif dilakukan untuk udara adalali : f Uji kinerja 1 1 Uji kinerjil 1 Simulasis Model Menara Gambar 2. Diagram alir penelitian Model Gudang aq, = ~ ( h ,- ah',)-Gh, mempelajari pengaruh berbagai faktor terhadap kinerja alat, yang selanjutnya dapat digunakan untuk perbaikan dan penyempurnaan alat tersebut. Pendingin HASIL DAN PEMBAHASAN Pendingin a. Rancang Bangun Skerna rancang bangun untitk model menara pendingin (MP) ditun- jukkan pada Gambar 3 dan moclel gudang pendingin (GP) dituti.ji~kkan pada Gambar 4. Perbedaan utama kedua model tersebut adalah pada profil gerakan butiran air. Model MP memanfaatkan gerakan butiran air bolak-batik untuk mendapatkan waktu persentuhan butiran air dengan udara yang lebih lama, serta dibantu dengan bafel untuk memperluas permukaan pengu- apan air. Selanjutnya, air hasil pendi- ngirian dialirkan ke ruang penangan- an pasca-panen. Model MP dibangun pada skala laboratorium, , dimana menara terbuat dari bahan seng dengan diameter 60 cm dan tinggi = Gdh<, (2) penyempurnaan
  • 4. Vol. 13. No. 1 . A~rii1999 Keterangan : 1. nosel 2. kipas 3. bafel 4. pompa air 5. percikan air 6. aliran udara 7. genangan air Gambar 3. Skema menara pendingin untuk pendinginan dan peningkatan kelembaban nisbi ruangan 200 cm. Untuk keperluan pengujian kiner-ja alat, dirancang suatu gudang berukuran 1 X 1 X 1 m3, terbuat dari triplek. Model GP lebih disederha- nakan, dimana pola aliran butiran air berlawanan dengan aliran udara dan pengilapan berlangsung di dalarn gudang. Rancangan model GP dapat diterapkan untuk gudang penyim- panan sementara hasil pertanian. Dimensi gudang keseluruhan adalah tinggi 1,90 m (termasuk bubungan atap dan ruang plenum), lebar 1,50 m dan panjang 2,00 m. Dinding terbuat dari anyaman bambu dan atap gudang dari daun kelapa. Tinggi ruang plenum adalah 62 cm, Keterangan: 1. Nosel 2. Percikan Air 3. Aliran Udara 4. Kipas 5. Genangan air 6. Pompa air Gambar 4. Skelna gudang pendingin dengan Sistem pendi- nginan evaporatif berisi genangan air setinggi 6 cm dan dilengkapi dengan kipas. Pada kedua model tersebut digunakan kipas untuk mengalirkan udara dengan laju 8.44 kgldet., dan polnpa untuk mengalirkan air ke nosel dengan debit 0,63 kgldet. b. Kinerja Sistem Pendinginan Evaporatif Hasil pengukuran kinerja sistem pendinginan evaporatif untuk model menara pendingin ditunjukkan pada Tabel 1, sedangkan ~tntukmoclel gudang pendingin ditunjukkan pada Tabel 2. Pengukuran kinerja kedua model dilakukan pada kondisi lingkungan berbeda, dilnana model MP diuji di laboratorium sedangkan model GP diitji di lapangan (Gunitng Putri, Desa Sukatani, Cipanas) Parameter yang umum diguna- kan untuk mengkaji kinerja pendi-
  • 5. Buletin KETEKNIKAN PERTANIAN nginan sistem evaporatif adalali Ham- teoritis, suli~ttiiinimum yang dapat piran (uproach)dan kisaran (range). dicapai dengan sisteln pendinginan Halnpiran adalah selisih suhu air evaporatif adalali suhu bola basah keluar dari sistem dengan suhu bola udara lingkungan, sehirigga seriiakiri basah ling-kungan, dan kisaran kecil hampiran tnaka semakin baik adalali selisih suhu lnasuk dan keluar kinerja alat. air pendingin (Gambar 5). Secara Tabel 1. Kinerja sisteln pendinginan evaporatif model menara pendingin. * bernilai negatip Tabel 2. Kinerja sistem pendinginan evaporatif model gudang pendingin.
  • 6. Vol. 13,No. 1, April 1999 I perpindahan panas dari luar ke dalam Catalan: A-B : gans kerja air; B-C : garis jenuh D-E : garis kerja udara; f : hampiran g : kisaran; l'bb : suhu bola basah udara (C) Gambar 5. Definisi hampiran dan kisaran Kedua tabel tersebut menun- jukkan bahwa nilai hampiran pada model inenara pendingin adalah berkisar pada 0,5 OC, sedangkan untuk model gudang pendingin lebih tinggi, yaitu berkisar pada 1,O O C . Sela~ijutnya, penurunan suhu air pendingin yang dapat dicapai hanya 1 OC, yang ditunjukkan oleh nilai kisaran. Kelembaban udara lingkungan, yang merupakan fi~ngsi dari suhu bola basah, pada pengujian model GP lebih tinggi dari pada pengujian model MP. Perbedaan tersebut diduga sebagai penyebab nilai hampiran pada model MP lebih rendah dari pada model GP. Kisaran yang bernilai negatip pada Tabel 1 dan Tabel 2 di saat awal pengujian menunjukkan adanya panas yang diserap oleh air dari motor pompa untuk model MP, dan adanya gudang akibat sistem isolasi yang tidak sempurna pada model GP Dengan mengambil contoli model gudang pendingin, pada Gambar 6 ditunjukkan sebaran suhi~ 14 T1 TZ T3 T4 T5 T6 1 7 T8 Xtlk Fengukutan(c* Cr~rnmn: TI-T6: brrturut-turut arlalah titik berjrrrrrk 160, 140, 120, 80, 40, 20, rlar~U cm rlnri trosel T7: suhu air, Tfl:suliu lingkurrgrrn Gambar 6. Grafik Sebaran si~liu dalam gudang pendingin dengan sistern evaporatif i~daradi dalam gudang. Hasil pengu- kuran menunjukkan adanya sebaran suhu dalam gudang (peningkatan suhu dari TI hingga T6). Dengan menempatkan hasil pertaniari yang akan didinginkan pada lokasi 7'1 dan T4, maka suhu udara pendingin diharapkan dapat mencapai 5- 10 OC lebih rendali dari suhu udara ling- kungan. Hal ini dapat dimanfa-atkan untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti penyimpanan sementara hasil horti- kultura sebelum dipasarkan. Faktor lain yang mempenga- ruhi kinerja mesin pendingin sistern evaporatif adalah kerja nosel dalam proses pengkabutan air. Ukuran butiran air yang semakin kecil diha- rapkan dapat meningkatkan luas
  • 7. Buletin KETEKNIKANPERTANIAN Mulai Qha, = L/G (4.19) ATi + ha ,., t INPUT L,G,Ta, Ta', ATi,T, ha, hi hi, = 4,7926 + 2,568(Ta') - 0,029834(~a')~ 0.00 16657 (Ta')3 i Ii 1 x(hi,, - hi,,+,)- A(ha,,- ha,,+,)1I Selesai?-I Gambar 7. Bagan alir simulasi kinerja sistem pendi- nginan evaporatif bidang sentuh antara udara dan air sehingga proses penguapan menjad i lebih baik. Pada pendinginan sislem evaporatif, penguapan merupakan gaya penyebab utarna penurunan suhu. Peranan pengupan terhadap penurunan suhu ditunjukkan ~nelalui perhitungan jumlah air yang menguap, dirnana dengan persentase air menguap berkisar antara 7,1% sampai 9,5 % dapat menurunkan suliu air menjadi 23.5 OC sampai 25,s OC. Dari segi rancang-bangun, perlu dilakukan perbaikan terhadap sistem isolasi dinding gudang unti~k memperkecil aliran kalor dari luar ke dalam sistem. c. Simulasi Model matematis yang diguna- kan untuk melakukan simulasi sebaran suhu dalam mesin pendingin sistem evaporatif adalah model yang dikembangkan oleh Stoecker (1982). Bagan alir pemecahan model tersebut ditunjukkan pada Gambar 7. Verifikasi model simulasi tersebut memberikan koefisien korelasi berkisar antara 0,91 dan 0,98, yang merupakan peunjuk kemampuan model untuk menduga penampilan nyata sistem pendinginan evaporatif. Perbandingan hasil simulasi dengan hasil pengukuran untuk model menara pendingin ditunjukkan pada Tabel 3. Melalui model simulasi tersebut dapat dipelajari hubungan antara laju aliran air (L) dan laju aliran udara (G) terhadap penurunan suhu didalam sistem. Hasil 'simulasi menunjukan bahwa peningkatan laju aliran air dan penurunan laju aliran
  • 8. Vol. 13,No. 1, April 1999 udara akan menurunkan suhu udara pada kondisi dimana hubungan antara dalam sistem. Meskipun demikian, la-ju aliran air dan laju aliran udara batas penurunan suhu adalah suhu memenuhi persalnaan (5), dan bola basah udara yang masuk ke ditunjukkan seperti pada Ganibar 8. sistem, sehingga diharapkan terdapat G = 13,4L -0,21 suatu nilai optimal perbandingan ( 5 ) antara la-ju aliran udara dan aliran air. ~erdasarkan hasil simulasi, suhu optimum dalam sistem dapat dicapai Tabel 3. Perbandingan hasil simulasi dengan pengukuran sebaran S U ~ L Idi dalam menara pendingin I I 1 Catatan data-data masukan: Laju aliran air : 0.63 kgldet. Suhu udara masuk (b.k) : 31.0"C Laju aliran udara : 8.44 kgldet. Suhu udara masuk (b.b) : 26.7 "C 8 a 7.-.4 6 2 5 e :: 4 = 3 E-" 2 .- 3 1 0 0 4 0 4 5 O 5 0 5 5 0 6 Laju aliran alr (kgldetik) Gambar 8. Hubungan antara laju aliran air (L) dengan laju aliran udara (G) untuk menghasilkan suhu optimum dalam sistem.
  • 9. Buletin KETEKNIKAN PERTANIAN KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hampiran dan kisaran yang dapat dicapai oleh sistem pendinginan evaporatif dengan model menara pendingin dan gudang pendingin, masing-masing berkisar pada 0,5 OC dan 1,O OC. 2. Kinerja sistem pendingin evapo- ratif yang didisain dapat diting- katkan dengall mengoptimalkan kerja kipas, polnpa air dan nosel, serta memperbaiki sistem isolasi dinding. 3. Berdasarkan simulasi, suhu opti- mum dala~nsistem dapat diper- oleh dengan perbandingan laju aliran air dan udara seperti ditunjukkan pada persamaan (5). DAFTAR PUSTAKA Arismunandar, Wiranto dan Heizo Saito. 1991. Penyegaran Udara. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Indonesia. Hedi Ramdhan Rismawan, 1998. Mempelajari Sebaran Suhu pada Gudang Pendingin Hortikultura dengan Sistem Pendinginan Evaporatif. Skripsi, Jurusan Teknik Pertanian, FATETA-IPB lsabela Silalahi. 1997. Disain Tangki Evaporasi Pendingin Air dengan Sistem Cooling Tower untuk Pengkondisian Udara di Ruang Fermentasi Teh Hitam Orthodox, Skripsi, Juri~san Teknik Pertanian, FATETA, IPB Pantastico, E. B. 1989. Fisiologi Pasca Panen. Penerjemah Kamariyani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Ryall, A. L., and W.J. Lipton. 1982. Handling, Transportation and Storage of Fruits and Vegeta- bles. AVl Publishing Company, Inc. Westport. Connecticut. USA. Sultoni, M.A., 1994. Peti111.iuk Tektiis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung, Jawa Barat. Stoecker, W.F. and J. W. Jones. 1987. Refrigeration and air condition- ing. McGraw-Hill Book, Co., Singapore. Tambunan, A. H., R. Hasbullah, dan S. Suryana, 1997. Desain Gudang Penyimpanan Sementara yang Tepat Guna untuk Sayuran Dan Buahan. Laporan Proyek Vucer 96, DP3M, Dirjen Dikti, Depdikbud. Daftar Notasi koefisien konveksi udara, W/m2K luas permukaan penguapan ,m2 panasjenis udara ,kJ/kg K enthalpi udara masuk, kJ/kg enthalpi edarajenuh ,kJ/kg laju aliran air ,kg/det laju aliran air ,kg/det suhu udara masuk OC suhu air masuk OC