SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 517
PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI
KALUS EMBRIOGENIK KEPROK GARUT (Citrus reticulata L. )
Karyanti 1,*
, Agus Purwito2
dan Ali Husni3
1
Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT
2
Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB.
3
BB-Biogen, Kementan.
*
Corresponding author: kusdarsono@yahoo.com
Abstract
Citrus is one of the prominent fruit commodities in Indonesia. The plant growths and widely spread and in
some areas it becomes a major local fruit. Keprok Garut is one of local commodity which has some several
superior such as easy to peel, fresh and sweet flavour, yellowish green skin and containt 12-15 seeds per
fruit. To improve fruit quality like more attractive skin, seedless and sweeter and fresh taste as preferred by
the consumers, its requires the appropriate method. Through mutation breeding method using Gamma rays it
is expected Keprok Garut could meet consumers preferrence. The purpose of this study is to determine
proliferation dose 50 (PD50) and Gamma-ray irradiation effect on the regeneration ability of embryogenic
callus of Keprok Garut. Embryogenic callus irradiated with gamma rays at dose level of 0,10, 20, 30, 40, 50,
60, 70, 80, 90 and 100 Gray.Callus regenerated through embryogenesis and observetion was made on
development stages and growth level. After 6 weeks, the observation result in sub culture 1 shown that
proliferation dose 50 (PD50) was obtained at dose of 58.93 Gray. Increased dose of irradiation could change
the color of callus from yellowish white to brown and reduced callus weight at a dose of 10 Gray (1.83 g)
and 100 Gray dose (0.65 gram). On observations of sub culture 2, it was found that callus weight increase
varied. Highest callus weight at a dose of 20 Gray (3.04 g), 80 Gray (2.20 g), 10 Gray (1.94 g) and 100 Gray
(1.75 g). At doses of 20, 80 and 100 Gray, 100% replication was able to form globular embryos at the
highest number. At week 9 the highest number of cotyledons was obtained at dose of 20 Gray (22), 80 Gray
(18) and 100 Gray (23).
Key word : dose, gray, proliferation dose, embryogenesis, embrio.
PENDAHULUAN
Jeruk Keprok Garut adalah salah satu jenis jeruk yang banyak di tanam di Indonesia. Berdasarkan
SK Menteri Pertanian No. 760 tahun 1999 menetapkan jenis jeruk tersebut sebagai varietas unggul.
Deskripsi keprok Garut mempunyai rasa asam manis, kulitnya mudah dikupas, warna kulit hijau kekuningan
dan mempunyai biji sekitar 12-15 biji/buah (Balitbangtan, 1999). Berdasarkan agroklimatnya varietas
tersebut menghasilkan buah terbaik jika ditanam di dataran tinggi sekitar 700-1200 meter di atas permukaan
laut. Hal ini merupakan salah satu pembatas produksi kedua varietas jeruk tersebut sehingga ketersediaannya
tidak selalu ada setiap tahun (AAK, 1996).
Menurut Spiegel-Roy dan Goldschmidt (1996), kriteria buah jeruk yang digemari oleh konsumen
dan pasar global adalah buah jeruk yang mempunyai biji sedikit atau tanpa biji (seedless), mudah dikupas
dan memiliki warna yang menarik. Beberapa kriteria tersebut belum dimiliki oleh Keprok Garut sehingga
kalah bersaing di pasar global. Untuk meningkatkan kualitas mutu buah jeruk Keprok Garut yang telah
memiliki karakter buah unggul dapat memanfaatkan teknik pemuliaan mutasi. Aplikasi pemuliaan mutasi
dapat dilakukan secara in vitro.
Beberapa mutagen yang mampu menginduksi keragaman diantaranya adalah mutagen fisik dan
kimia. Untuk mutagen fisik dapat menggunakan sinar Gamma (Van Harten, 1998). Tingkat keberhasilan
radiasi dalam meningkatkan keragaman populasi sangat ditentukan oleh radiosensitivitas. Radiosensitivitas
dapat diukur berdasarkan nilai PD50 (Proliferasi dose 50), yaitu tingkat dosis yang menyebabkan proliferasi
50% dari populasi tanaman yang diradiasi. Dosis optimal biasanya terjadi di sekitar PD50. Selain itu kalus
embriogenik hasil induksi mutasi harus mampu diregenerasi menjadi tanaman lengkap untuk seleksi
selanjutnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui PD50 (Proliferasi Dose) dan pengaruh iradiasi sinar
Gamma terhadap regenerasi kalus embriogenik keprok Garut pada media Merigo (2011).
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
518 ISBN: 978-979-15649-6-0
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan dari Bulan Oktober 2011-Maret 2012. Induksi kalus dan proliferasinya
dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Sedangkan untuk
perlakuan iradiasi sinar gamma di lakukan di PATIR-BATAN. Bahan yang digunakan adalah kalus
embriogenik asal nuselus jeruk keprok Garut. Media dasar yang digunakan adalah MS (Murashige and
Skoog), vitamin MW (Morel and Wetmore), BAP, ABA, GA3, Casein Hydrolisat, gula, agar pemadat, dan
alkohol 70%. Alat yang digunakan di antaranya peralatan iradiasi Gamma Chamber 4000A, piala gelas,
timbangan analitik, pipet, labu ukur, kompor atau hot plate, botol kultur, pinset, scalpel, gunting, laminar air
flow, mikroskop.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu dosis iradiasi sinar
Gamma (0,10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 Gray). Setiap perlakuan diulang lima kali dengan setiap
ulangan yaitu satu botol kultur yang berisi lima clam kalus dengan berat kalus awal
± 0.5 gram. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam dengan uji F dan apabila hasilnya
berbeda nyata akan dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% (Mattjik and
Sumertajaya, 2006).
Kalus embriogenik Keprok Garut dinetralkan dalam media MS tanpa zat pengatur tumbuh dan
selanjutnya digunakan sebagai sumber kalus. Kalus embriogenik di iradiasi dengan sinar Gamma pada dosis
10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90dan 100 Gray. Kalus yang telah di radiasi selanjutnya di sub kultur ke media
MS+BAP 3 ppm (SK-1) (Merigo 2011) dan diinkubasi dalam ruang kultur pada suhu 250
C dengan intensitas
cahaya 1 000-1 500 lux selama 6 minggu.
Setelah di lakukan pengamatan selanjutnya kalus di sub kultur ke media MS+ABA 2.5 ppm (SK-2)
(Merigo 2011) dan di inkubasi dalam ruang kultur pada suhu 250
C dengan intensitas cahaya 1000-1500 lux
selama 9 minggu. Peubah yang diamati warna dan struktur kalus, PD50, berat kalus, % kemampuan kalus
membentuk globular, jumlah globular dan jumlah kotiledon yang terbentuk. Analisis PD50 berdasarkan data
pengamatan kemampuan proliferasi yang selanjtnya di analisis dengan software berbasis curve-fit analysis
(Finney 2005). Kotiledon yang terbentuk di sub kultur ke media perkecambahan MS + GA3 2,5 ppm
(Merigo, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Warna dan Stuktur Kalus
Kalus jeruk embriogenik berwarna putih kekuningan dengan struktur remah. Kalus embriogenik ini
berpotensi untuk beregenerasi pada media yang tepat. Perubahan warna kalus merupakan salah satu indikasi
adanya respon yang disebabkan induksi sinar Gamma. Terlihat pada Tabel 1 terjadi adanya perubahan warna
seiring dengan lamanya waktu inkubasi.
Pada sub kultur 1 di minggu ke dua warna kalus masih terlihat seragam berwarna putih kekuningan,
dan terlihat perubahan pada minggu ke empat khususnya pada dosis di atas 50 Gray. Pada dosis 80, 90, 100
Gray di minggu ke enam warna kalus berubah menjadi coklat.
Perubahan warna kalus dari putih kekuningan menjadi putih kecoklatan dan menjadi coklat seperti
pada Gambar 1 di duga akibat adanya peningkatan dosis radiasi sehingga menghambat atau menurunnya
kandungan auksin endogen dalam sel. Auksin pada tanaman berperan dalam pembesaran sel, menghambat
terbentuknya klorofil, dan induksi kalus (Watimena, 1998).
Gambar 1. Perubahan warna kalus, A.putih kekuningan, B. putih kecoklatan, C. coklat
Begitu pula pada stuktur kalus yang diamati secara visual dan dirasakan strukturnya dengan
memegang kalus pada ujung pinset steril. Hasil dari pengamatan struktur kalus seperti pada Tabel 1
A B C
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 519
diperoleh hasil bahwa dengan peningkatan dosis iradiasi menyebabkan kalus menjadi remah dan terasa
kering sehingga sulit diangkat dengan piset. Perubahan struktur kalus yang terbentuk diduga pengaruh dari
dosis iradiasi yang menyebabkan terjadinya kematian sel atau berkurangnya kemampuan sel dalam
menyerap mineral yang tersedia dalam media tanam.
Tabel 1. Perubahan warna kalus pada minggu ke 2, 4 dan 6 setelah tanam
Dosis Radiasi
(Gray)
Warna Kalus Stuktur Kalus
2 MST 4 MST 6 MST 6 MST
0 Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Remah
10 Putih kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Remah lengket
20 Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Remah lengket
30 Putih kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Remah lengket
40 Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Remah lengket
50 Putih kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Remah lengket
60 Putih Kekuningan Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan Remah lengket
70 Putih kekuningan Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan Remah kering
80 Putih Kekuningan Putih Kecoklatan Coklat Remah kering
90 Putih kekuningan Putih Kecoklatan Coklat Remah kering
100 Putih Kekuningan Putih Kecoklatan Coklat Remah kering
Proliferation Dose 50 (PD50)
Proliferasi kalus diukur berdasarkan peningkatan diameter kalus. Pengamatan dilakukan tiap minggu
sampai minggu ke empat pada sub kultur 1. Diameter kalus tidak bertambah pada minggu ke lima dan ke
enam setelah tanam. Pada Gambar 2 terlihat % proliferasi maksimal terjadi pada dosis rendah yaitu sekitar 0-
30 Gray yang mencapai 100% dan terjadi penurunan yang bervariasi pada dosis 40 Gray (73.91%), 50 Gray
(92.31 %) sampai 70 Gray (7.41 %), dan tidak terjadi peningkatan diameter kalus pada dosis tinggi sekitar
80-100 Gray (0%). Kondisi ini menunjukkan terjadi penghambatan pembelahan sel dengan meningkatnya
dosis iradiasi. Terhambatnya pembelahan sel atau matinya sel menurut Soeranto (2003) dapat diakibatkan
oleh dua hal yaitu kematian yang diakibatkan karena sel langsung terpapar sinar radiasi dan kematian secara
tidak langsung akibat adanya pengaruh toksik dari radikal bebas H2O2 dan OH-
hasil reaksi ionisasi.
S = 28.46438555
r = 0.85581236
Dosis Radiasi (Gray)
PersentaseProliferasiKalus
0.0 18.3 36.7 55.0 73.3 91.7 110.0
0.00
18.33
36.67
55.00
73.33
91.67
110.00
Gambar 2. Diagram kurva hasil analisis PD50 dan % proliferasi pada kalus Keprok Garut
Radiosensitivitas pada kalus embriogenik dapat diperoleh dengan pendekatan PD50 (Proliferation
Dose 50%), yaitu dosis radiasi yang menyebabkan proliferasi kalus embriogenik 50% dibandingkan kontrol
(Witjaksono and Litz, 2004).
Dari hasil analisis seperti pada Gambar 2 diperoleh PD50 berada disekitar 58.93 Gray. Hasil ini
menunjukan dosis optimal pada kalus keprok Garut yang diradiasi berada di sekitar 58.93 Gray. Untuk
selanjutnya dosis yang berada disekitar dosis optimal diduga dapat menghasilkan keragaman tertinggi.
Berat Kalus
Pada sub kultur 1 berat kalus menurun seiring dengan meningkatnya dosis iradiasi sinar Gamma
seperti terlihat pada Gambar 3. Dari hasil analisis anova terjadi pengaruh sangat nyata pada perlakuan dosis
iradiasi sinar Gamma. Dan dari hasil uji lanjut diperoleh dosis 10 Gray dan 100 Gray berbeda nyata terhadap
semua perlakuan. Dari hasil rata-rata peningkatan berat kalus tertinggi dihasilkan pada dosis 10 Gray (1.83
gram) dan yang terendah pada dosis 100 Gray (0.65 gram).
Pada sub kultur 2 peningkatan berat kalus bervariasi seperti terlihat pada Gambar 3. Hasil analisis
anova dan uji lanjut terlihat dosis 20 Gray berbeda nyata dengan dosis 80 Gray begitu pula dengan dosis
50
58.93
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
520 ISBN: 978-979-15649-6-0
perlakuan yang lain (Gambar 3). Peningkatan berat kalus yang maksimal diperoleh pada dosis 20 Gray dan
80 Gray sedangkan berat kalus terendah yaitu pada dosis 90 Gray.
Gambar 3. Peningkatan berat kalus minggu ke 6 setelah tanam pada sub kultur 1 dan 2
Kalus yang mengalami kerusakan sel dapat menyebabkan terhambatnya proliferasi sehingga
menurunkan berat kalus dan berefek menurunnya kemampuan beregenerasi. Kerusakan sel yang tinggi dapat
terjadi pada materi yang banyak mengandung air. Kondisi ini disebabkan karena materi yang terjebak dalam
kondisi ionisasi akibat iradiasi sinar gamma akan mengalami penguraian menjadi H20+e-
. Dimana pada
reaksi selanjutnya akan menghasilkan radikal bebas yang akan bergabung dengan peroksida. Jika peroksida
dan senyawa-senyawa lainnya bereaksi dengan molekul-molekul lain akan membentuk suatu senyawa yang
mampu mempengaruhi sistem biologi tanaman (Van Harten, 1998).
Jumlah Globular
Tahapan pembentukan embrio (globular, jantung, torpedo, kotiledon) agak sulit untuk diamati secara
detail. Pengamatan dilakukan secara visual, dan tahap yang paling mudah teramati dari luar botol kultur
adalah tahap globular matang yang telah berwarna hijau dan tahap kotiledon.
Terbentuknya globular yang mulai menghijau pada sub kultur 1 ini masih belum maksimal. Jumlah
globular bisa teramati pada tahap pendewasaan yaitu pada sub kultur 2 seperti pada Gambar 4. Tahap
pendewasaan embrio somatik pada jeruk menurut Husni (2010) dimulai dari terbentuknya globular, jantung,
torpedo dan kotiledon. Tahapan pendewasaan ini dibantu induksinya dengan adanya zat pengatur tumbuh
ABA yang ditambahkan dalam media pada sub kultur 2. Menurut Egerstsdotter (1999), embrio dirangsang
untuk menjadi dewasa dengan menggunakan asam absisik (ABA) dan adanya peningkatkan potensial
osmotik. Menurut Renukdas at al.(2006) peningkatan efisisensi pendewasaan embrio somatik dapat di
lakukan dengan penambahan etilen antagonis pada konsentrasi tinggi (10 µM) seperti spermidine, ABA dan
AgNO3.
Gambar 4. Jumlah globular yang terbentuk pada perlakuan dosis: A.20 Gray, B. 80 Gray dan C. 100 Gray.
Dari hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut pada sub kultur ke 2 diperoleh jumlah globular yang
berbeda nyata antara dosis 20 Gray dan 80 Gray dengan dosis 100 Gray, sedangkan untuk perlakuan yang
lain terlihat tidak berbeda nyata.
Pada setiap dosis perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan dari setiap ulangan memberikan respon
induksi globular yang berbeda. % globular tertinggi yaitu 100% yang terbentuk dari 5 ulangan pada setiap
perlakuan diperoleh pada dosis 0, 20, 30, 80 dan 100 Gray seperti pada Gambar 5.
Dan jumlah globular dari total seluruh ulangan dihasilkan jumlah globular terbanyak yaitu pada
dosis 20 Gray (76 globular), 80 Gray (53 globular) dan 100 Gray (135 globular) (Gambar 5). Dari data
tersebut terlihat peningkatan dosis iradiasi pada kalus keprok Garut mampu meningkatkan induksi
terbentuknya globular.
A B C
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 521
Gambar 5. Persentase globular (a) dan jumlah globular yang terbentuk (b)
Meningkatnya jumlah globular diduga selain dipengaruhi dosis iradiasi sinar Gamma, menurut
George et al. (2008) juga dipengaruhi oleh faktor lain di antaranya jumlah auksin, sitokinin, ABA,
karbohidrat baik endogen maupun eksogen. Iradiasi sinar Gamma pada dosis tertentu telah mampu
mengubah kemampuan sel menjadi lebih aktif dalam berubah menjadi globular dan memasuki tahap
pendewasaan. `
Jumlah Tunas
Globular yang terbentuk dalam tahap pendewasaan dibiarkan sampai memasuki tahap kotiledon.
Setiap globular yang berhasil menjadi kotiledon selanjutnya di panen. Setiap ulangan pada setiap perlakuan
menghasilkan jumlah kotiledon berbeda bahkan ada pula perlakuan yang belum menghasilkan kotiledon
sampai batas inkubasi 75 hari setelah tanam. Kondisi ini menunjukan bahwa dibutuhkan waktu yang berbeda
untuk setiap globular yang telah terbentuk untuk memasuki tahapan sampai terbentuk kotiledon.
Gambar 6. Jumlah globular yang berubah menjadi kotiledon
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada setiap perlakuan dihasilkan data jumlah kotiledon
yang bervariasi. Kotiledon terbentuk 100% pada dosis perlakuan 0, 20, 80 dan 100 Gray. Dari data hasil
pengamatan terlihat pada Gambar 6 jumlah globular yang berkembang menjadi kotiledon terbanyak pada
dosis perlakuan 20 Gray (24 kotiledon), 80 Gray (18 kotiledon) dan 100 Gray (23 kotiledon). Hasil ini
menunjukan respon yang positif pada perlakuan dosis sinar Gamma 20, 80 dan 100 Gray dalam menginduksi
globular sampai membentuk kotiledon. Kotiledon yang terbentuk selanjutnya di sub kultur ke media
perkecambahan dan di elongasi agar membentuk tunas. Pada tahap perkecambahan ini kotiledon diinduksi
dalam media yang mengandung GA3. Menurut Davies (2004) salah satu zat pengatur tumbuh yang berperan
dalam proses perkecambahan embrio somatik adalah GA3. GA3 berperan dalam menggiatkan fungsi kerja
aktivitas α-amilase dalam metabolisme sehingga terjadi perkecambahan (Woodger et al., 2004).
Perkecambahan embrio yang sempurna ditandai dengan pembentukan akar dan munculnya tunas (Gmietter
and Moore 1986).
KESIMPULAN
1. Kalus embriogenik jeruk Keprok Garut hasil induksi mutasi sinar Gamma dapat berproliferasi mulai dari
dosis 0(kontrol),10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 Gray.
2. Diperoleh dosis optimal berdasarkan Proliferation Dose (PD50) pada dosis 58.93 Gray.
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
522 ISBN: 978-979-15649-6-0
3. Peningkatan dosis iradiasi berpengaruh pada perubahan warna dan struktur kalus.
4. Peningkatan dosis iradiasi sinar Gamma berpengaruh pada meningkatnya jumlah globular dan jumlah
kotiledon yang terbentuk.
5. Dosis iradiasi sinar Gamma yang mampu menginduksi globular dan membentuk kotiledon dalam jumlah
terbanyak yaitu dosis perlakuan 20 Gray, 80 Gray dan 100 Gray .
DAFTAR PUSTAKA
[Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian. 1999. Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 760/kpts/TP.240/6/99 tentang Pelepasan Jeruk Keprok Garut sebagai varietas
unggul.Jakarta: Balitbangtan Deptan
Davies, J.P. 2004.Plant Hormones Biosynthesis, Signal Transduction and Action. The Netherlands: Kuwer
Academic Publisher.
Egertsdotter, U. 1999. Somatic embriogenesis in picea suspensions culture, p. 51-60. In: Hall DR (ed.). Plant
Cell Culture Protocols. New Jersey: Humana Press.
George, E.F., M. A. Hall, G. J. de Klerk. 2008. Plant Propagation By Tissue Culture Volume ke-1, The
Background. Edisi ke-3. Netherland: Springer. hml 335-354.
Gmiter, F, G. A. Moree. 1986. Plant regeneration from undeveloved ovules and embryogenic calli of Citrus :
embryo production, germination and plant survival. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 6:139 – 147.
Husni, A. 2010. Fusi protoplas interspesies antara jeruk Siam Simadu (Citrus nobilis Lour.) dengan
Mandarin Satsuma (C. unshiu Marc.) [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Mattjik, A. A., I. M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor:
IPB Press. hlm100 – 109.
Merigo, A. J. 2011. Studi regenerasi tanaman jeruk keprok Batu 55 (Citrus Reticulata) melalui jalur embrio
somatik [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Redukdas, NN, M. L. Mohan, S. S. Khuspe, S. K. Rawal. 2006. Influence of phytohormones, culture
conditions and ethylene antagonist on somatic embryo maturation and plant regeneration in papaya.
International Journal of Agricultural Reseach 1(2):151 – 160.
Soeranto, H. 2003. Peran Iptek Nuklir dalam Pemuliaan Tanaman untuk Mendukung Industri Pertanian.
Jakarta: Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Spiegel-Roy P, E. E. Goldschmidt. 1996. Biology of Citrus. New York: Cambridge University Press.
van Harten, AM. 1998. Mutation Breeding, Theory and Practical Applications. Cambridge USA: Cambridge
University Press.
Wattimena G.A. 1998. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: PAU, IPB.
Witjaksono, R. E. Litz. 2004. Effect of gamma irradiation on embryogenic avocado cultures and somatic
embryo development. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 77: 139–147.
Woodger F, J. V. Jacobsen, F. Gubler. 2004. Gibberllin action in germinated cereal grains. In: Davies PJ
(ed.). Plant Hormones. The Netherlands: Kluwer Academics Publisher.

More Related Content

Similar to PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI KALUS EMBRIOGENIK KEPROK GARUT (Citrus reticulata L. )

INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) ANGGREK Spathoglottis plicata Blum...
INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) ANGGREK Spathoglottis plicata Blum...INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) ANGGREK Spathoglottis plicata Blum...
INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) ANGGREK Spathoglottis plicata Blum...Repository Ipb
 
PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...
PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...
PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...Repository Ipb
 
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...MarcelinoNovianto
 
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...Repository Ipb
 
EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata P...
EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata P...EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata P...
EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata P...Repository Ipb
 
Mutasi pada Bunga Krisan
Mutasi pada Bunga KrisanMutasi pada Bunga Krisan
Mutasi pada Bunga KrisanRahma Rizky
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PFANIAANDYANI
 
ppt rafi.pptx
ppt rafi.pptxppt rafi.pptx
ppt rafi.pptxMhmadHfz
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitIrpandi Uciha
 
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdfAlazizSetiawan1
 
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...Repository Ipb
 
Tugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhanTugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhantochi run
 
PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...
PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...
PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...Repository Ipb
 

Similar to PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI KALUS EMBRIOGENIK KEPROK GARUT (Citrus reticulata L. ) (20)

INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) ANGGREK Spathoglottis plicata Blum...
INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) ANGGREK Spathoglottis plicata Blum...INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) ANGGREK Spathoglottis plicata Blum...
INDUKSI MUTASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) ANGGREK Spathoglottis plicata Blum...
 
PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...
PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...
PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...
 
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
Pertumbuhan dan perkembangan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada med...
 
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
 
EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata P...
EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata P...EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata P...
EFEKTIVITAS MADU TERHADAP PENGARAHAN KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reticulata P...
 
Mutasi pada Bunga Krisan
Mutasi pada Bunga KrisanMutasi pada Bunga Krisan
Mutasi pada Bunga Krisan
 
Makalah_22 Makalah laporan 4 rektan 2 kel5
Makalah_22 Makalah laporan 4 rektan 2 kel5Makalah_22 Makalah laporan 4 rektan 2 kel5
Makalah_22 Makalah laporan 4 rektan 2 kel5
 
14. Bab 2.pdf
14. Bab 2.pdf14. Bab 2.pdf
14. Bab 2.pdf
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-P
 
ppt rafi.pptx
ppt rafi.pptxppt rafi.pptx
ppt rafi.pptx
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencit
 
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
25.+Artikel+755_Production+625-632 (4).pdf
 
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAl F4 DAN EVALUASI ...
 
P15-16 Final.pptx
P15-16 Final.pptxP15-16 Final.pptx
P15-16 Final.pptx
 
Jarak Tanam bayam merah.pdf
Jarak Tanam bayam merah.pdfJarak Tanam bayam merah.pdf
Jarak Tanam bayam merah.pdf
 
68 124-1-sm
68 124-1-sm68 124-1-sm
68 124-1-sm
 
Tugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhanTugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhan
 
6829 19209-1-pb
6829 19209-1-pb6829 19209-1-pb
6829 19209-1-pb
 
Tugas mikologi
Tugas mikologiTugas mikologi
Tugas mikologi
 
PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...
PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...
PEMBENTUKAN EMBRIO SOMATIK SEKUNDER PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineen...
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfsubki124
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfTeukuEriSyahputra
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxdedyfirgiawan
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxrani414352
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDsulistyaningsihcahyo
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriFarhanPerdanaRamaden1
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfEirinELS
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 

PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI KALUS EMBRIOGENIK KEPROK GARUT (Citrus reticulata L. )

  • 1. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 517 PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI KALUS EMBRIOGENIK KEPROK GARUT (Citrus reticulata L. ) Karyanti 1,* , Agus Purwito2 dan Ali Husni3 1 Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT 2 Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. 3 BB-Biogen, Kementan. * Corresponding author: kusdarsono@yahoo.com Abstract Citrus is one of the prominent fruit commodities in Indonesia. The plant growths and widely spread and in some areas it becomes a major local fruit. Keprok Garut is one of local commodity which has some several superior such as easy to peel, fresh and sweet flavour, yellowish green skin and containt 12-15 seeds per fruit. To improve fruit quality like more attractive skin, seedless and sweeter and fresh taste as preferred by the consumers, its requires the appropriate method. Through mutation breeding method using Gamma rays it is expected Keprok Garut could meet consumers preferrence. The purpose of this study is to determine proliferation dose 50 (PD50) and Gamma-ray irradiation effect on the regeneration ability of embryogenic callus of Keprok Garut. Embryogenic callus irradiated with gamma rays at dose level of 0,10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 and 100 Gray.Callus regenerated through embryogenesis and observetion was made on development stages and growth level. After 6 weeks, the observation result in sub culture 1 shown that proliferation dose 50 (PD50) was obtained at dose of 58.93 Gray. Increased dose of irradiation could change the color of callus from yellowish white to brown and reduced callus weight at a dose of 10 Gray (1.83 g) and 100 Gray dose (0.65 gram). On observations of sub culture 2, it was found that callus weight increase varied. Highest callus weight at a dose of 20 Gray (3.04 g), 80 Gray (2.20 g), 10 Gray (1.94 g) and 100 Gray (1.75 g). At doses of 20, 80 and 100 Gray, 100% replication was able to form globular embryos at the highest number. At week 9 the highest number of cotyledons was obtained at dose of 20 Gray (22), 80 Gray (18) and 100 Gray (23). Key word : dose, gray, proliferation dose, embryogenesis, embrio. PENDAHULUAN Jeruk Keprok Garut adalah salah satu jenis jeruk yang banyak di tanam di Indonesia. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 760 tahun 1999 menetapkan jenis jeruk tersebut sebagai varietas unggul. Deskripsi keprok Garut mempunyai rasa asam manis, kulitnya mudah dikupas, warna kulit hijau kekuningan dan mempunyai biji sekitar 12-15 biji/buah (Balitbangtan, 1999). Berdasarkan agroklimatnya varietas tersebut menghasilkan buah terbaik jika ditanam di dataran tinggi sekitar 700-1200 meter di atas permukaan laut. Hal ini merupakan salah satu pembatas produksi kedua varietas jeruk tersebut sehingga ketersediaannya tidak selalu ada setiap tahun (AAK, 1996). Menurut Spiegel-Roy dan Goldschmidt (1996), kriteria buah jeruk yang digemari oleh konsumen dan pasar global adalah buah jeruk yang mempunyai biji sedikit atau tanpa biji (seedless), mudah dikupas dan memiliki warna yang menarik. Beberapa kriteria tersebut belum dimiliki oleh Keprok Garut sehingga kalah bersaing di pasar global. Untuk meningkatkan kualitas mutu buah jeruk Keprok Garut yang telah memiliki karakter buah unggul dapat memanfaatkan teknik pemuliaan mutasi. Aplikasi pemuliaan mutasi dapat dilakukan secara in vitro. Beberapa mutagen yang mampu menginduksi keragaman diantaranya adalah mutagen fisik dan kimia. Untuk mutagen fisik dapat menggunakan sinar Gamma (Van Harten, 1998). Tingkat keberhasilan radiasi dalam meningkatkan keragaman populasi sangat ditentukan oleh radiosensitivitas. Radiosensitivitas dapat diukur berdasarkan nilai PD50 (Proliferasi dose 50), yaitu tingkat dosis yang menyebabkan proliferasi 50% dari populasi tanaman yang diradiasi. Dosis optimal biasanya terjadi di sekitar PD50. Selain itu kalus embriogenik hasil induksi mutasi harus mampu diregenerasi menjadi tanaman lengkap untuk seleksi selanjutnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui PD50 (Proliferasi Dose) dan pengaruh iradiasi sinar Gamma terhadap regenerasi kalus embriogenik keprok Garut pada media Merigo (2011).
  • 2. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 518 ISBN: 978-979-15649-6-0 BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan dari Bulan Oktober 2011-Maret 2012. Induksi kalus dan proliferasinya dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Sedangkan untuk perlakuan iradiasi sinar gamma di lakukan di PATIR-BATAN. Bahan yang digunakan adalah kalus embriogenik asal nuselus jeruk keprok Garut. Media dasar yang digunakan adalah MS (Murashige and Skoog), vitamin MW (Morel and Wetmore), BAP, ABA, GA3, Casein Hydrolisat, gula, agar pemadat, dan alkohol 70%. Alat yang digunakan di antaranya peralatan iradiasi Gamma Chamber 4000A, piala gelas, timbangan analitik, pipet, labu ukur, kompor atau hot plate, botol kultur, pinset, scalpel, gunting, laminar air flow, mikroskop. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu dosis iradiasi sinar Gamma (0,10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 Gray). Setiap perlakuan diulang lima kali dengan setiap ulangan yaitu satu botol kultur yang berisi lima clam kalus dengan berat kalus awal ± 0.5 gram. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam dengan uji F dan apabila hasilnya berbeda nyata akan dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% (Mattjik and Sumertajaya, 2006). Kalus embriogenik Keprok Garut dinetralkan dalam media MS tanpa zat pengatur tumbuh dan selanjutnya digunakan sebagai sumber kalus. Kalus embriogenik di iradiasi dengan sinar Gamma pada dosis 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90dan 100 Gray. Kalus yang telah di radiasi selanjutnya di sub kultur ke media MS+BAP 3 ppm (SK-1) (Merigo 2011) dan diinkubasi dalam ruang kultur pada suhu 250 C dengan intensitas cahaya 1 000-1 500 lux selama 6 minggu. Setelah di lakukan pengamatan selanjutnya kalus di sub kultur ke media MS+ABA 2.5 ppm (SK-2) (Merigo 2011) dan di inkubasi dalam ruang kultur pada suhu 250 C dengan intensitas cahaya 1000-1500 lux selama 9 minggu. Peubah yang diamati warna dan struktur kalus, PD50, berat kalus, % kemampuan kalus membentuk globular, jumlah globular dan jumlah kotiledon yang terbentuk. Analisis PD50 berdasarkan data pengamatan kemampuan proliferasi yang selanjtnya di analisis dengan software berbasis curve-fit analysis (Finney 2005). Kotiledon yang terbentuk di sub kultur ke media perkecambahan MS + GA3 2,5 ppm (Merigo, 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Warna dan Stuktur Kalus Kalus jeruk embriogenik berwarna putih kekuningan dengan struktur remah. Kalus embriogenik ini berpotensi untuk beregenerasi pada media yang tepat. Perubahan warna kalus merupakan salah satu indikasi adanya respon yang disebabkan induksi sinar Gamma. Terlihat pada Tabel 1 terjadi adanya perubahan warna seiring dengan lamanya waktu inkubasi. Pada sub kultur 1 di minggu ke dua warna kalus masih terlihat seragam berwarna putih kekuningan, dan terlihat perubahan pada minggu ke empat khususnya pada dosis di atas 50 Gray. Pada dosis 80, 90, 100 Gray di minggu ke enam warna kalus berubah menjadi coklat. Perubahan warna kalus dari putih kekuningan menjadi putih kecoklatan dan menjadi coklat seperti pada Gambar 1 di duga akibat adanya peningkatan dosis radiasi sehingga menghambat atau menurunnya kandungan auksin endogen dalam sel. Auksin pada tanaman berperan dalam pembesaran sel, menghambat terbentuknya klorofil, dan induksi kalus (Watimena, 1998). Gambar 1. Perubahan warna kalus, A.putih kekuningan, B. putih kecoklatan, C. coklat Begitu pula pada stuktur kalus yang diamati secara visual dan dirasakan strukturnya dengan memegang kalus pada ujung pinset steril. Hasil dari pengamatan struktur kalus seperti pada Tabel 1 A B C
  • 3. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 519 diperoleh hasil bahwa dengan peningkatan dosis iradiasi menyebabkan kalus menjadi remah dan terasa kering sehingga sulit diangkat dengan piset. Perubahan struktur kalus yang terbentuk diduga pengaruh dari dosis iradiasi yang menyebabkan terjadinya kematian sel atau berkurangnya kemampuan sel dalam menyerap mineral yang tersedia dalam media tanam. Tabel 1. Perubahan warna kalus pada minggu ke 2, 4 dan 6 setelah tanam Dosis Radiasi (Gray) Warna Kalus Stuktur Kalus 2 MST 4 MST 6 MST 6 MST 0 Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Remah 10 Putih kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Remah lengket 20 Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Remah lengket 30 Putih kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Remah lengket 40 Putih Kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Remah lengket 50 Putih kekuningan Putih Kekuningan Putih Kekuningan Remah lengket 60 Putih Kekuningan Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan Remah lengket 70 Putih kekuningan Putih Kecoklatan Putih Kecoklatan Remah kering 80 Putih Kekuningan Putih Kecoklatan Coklat Remah kering 90 Putih kekuningan Putih Kecoklatan Coklat Remah kering 100 Putih Kekuningan Putih Kecoklatan Coklat Remah kering Proliferation Dose 50 (PD50) Proliferasi kalus diukur berdasarkan peningkatan diameter kalus. Pengamatan dilakukan tiap minggu sampai minggu ke empat pada sub kultur 1. Diameter kalus tidak bertambah pada minggu ke lima dan ke enam setelah tanam. Pada Gambar 2 terlihat % proliferasi maksimal terjadi pada dosis rendah yaitu sekitar 0- 30 Gray yang mencapai 100% dan terjadi penurunan yang bervariasi pada dosis 40 Gray (73.91%), 50 Gray (92.31 %) sampai 70 Gray (7.41 %), dan tidak terjadi peningkatan diameter kalus pada dosis tinggi sekitar 80-100 Gray (0%). Kondisi ini menunjukkan terjadi penghambatan pembelahan sel dengan meningkatnya dosis iradiasi. Terhambatnya pembelahan sel atau matinya sel menurut Soeranto (2003) dapat diakibatkan oleh dua hal yaitu kematian yang diakibatkan karena sel langsung terpapar sinar radiasi dan kematian secara tidak langsung akibat adanya pengaruh toksik dari radikal bebas H2O2 dan OH- hasil reaksi ionisasi. S = 28.46438555 r = 0.85581236 Dosis Radiasi (Gray) PersentaseProliferasiKalus 0.0 18.3 36.7 55.0 73.3 91.7 110.0 0.00 18.33 36.67 55.00 73.33 91.67 110.00 Gambar 2. Diagram kurva hasil analisis PD50 dan % proliferasi pada kalus Keprok Garut Radiosensitivitas pada kalus embriogenik dapat diperoleh dengan pendekatan PD50 (Proliferation Dose 50%), yaitu dosis radiasi yang menyebabkan proliferasi kalus embriogenik 50% dibandingkan kontrol (Witjaksono and Litz, 2004). Dari hasil analisis seperti pada Gambar 2 diperoleh PD50 berada disekitar 58.93 Gray. Hasil ini menunjukan dosis optimal pada kalus keprok Garut yang diradiasi berada di sekitar 58.93 Gray. Untuk selanjutnya dosis yang berada disekitar dosis optimal diduga dapat menghasilkan keragaman tertinggi. Berat Kalus Pada sub kultur 1 berat kalus menurun seiring dengan meningkatnya dosis iradiasi sinar Gamma seperti terlihat pada Gambar 3. Dari hasil analisis anova terjadi pengaruh sangat nyata pada perlakuan dosis iradiasi sinar Gamma. Dan dari hasil uji lanjut diperoleh dosis 10 Gray dan 100 Gray berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Dari hasil rata-rata peningkatan berat kalus tertinggi dihasilkan pada dosis 10 Gray (1.83 gram) dan yang terendah pada dosis 100 Gray (0.65 gram). Pada sub kultur 2 peningkatan berat kalus bervariasi seperti terlihat pada Gambar 3. Hasil analisis anova dan uji lanjut terlihat dosis 20 Gray berbeda nyata dengan dosis 80 Gray begitu pula dengan dosis 50 58.93
  • 4. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 520 ISBN: 978-979-15649-6-0 perlakuan yang lain (Gambar 3). Peningkatan berat kalus yang maksimal diperoleh pada dosis 20 Gray dan 80 Gray sedangkan berat kalus terendah yaitu pada dosis 90 Gray. Gambar 3. Peningkatan berat kalus minggu ke 6 setelah tanam pada sub kultur 1 dan 2 Kalus yang mengalami kerusakan sel dapat menyebabkan terhambatnya proliferasi sehingga menurunkan berat kalus dan berefek menurunnya kemampuan beregenerasi. Kerusakan sel yang tinggi dapat terjadi pada materi yang banyak mengandung air. Kondisi ini disebabkan karena materi yang terjebak dalam kondisi ionisasi akibat iradiasi sinar gamma akan mengalami penguraian menjadi H20+e- . Dimana pada reaksi selanjutnya akan menghasilkan radikal bebas yang akan bergabung dengan peroksida. Jika peroksida dan senyawa-senyawa lainnya bereaksi dengan molekul-molekul lain akan membentuk suatu senyawa yang mampu mempengaruhi sistem biologi tanaman (Van Harten, 1998). Jumlah Globular Tahapan pembentukan embrio (globular, jantung, torpedo, kotiledon) agak sulit untuk diamati secara detail. Pengamatan dilakukan secara visual, dan tahap yang paling mudah teramati dari luar botol kultur adalah tahap globular matang yang telah berwarna hijau dan tahap kotiledon. Terbentuknya globular yang mulai menghijau pada sub kultur 1 ini masih belum maksimal. Jumlah globular bisa teramati pada tahap pendewasaan yaitu pada sub kultur 2 seperti pada Gambar 4. Tahap pendewasaan embrio somatik pada jeruk menurut Husni (2010) dimulai dari terbentuknya globular, jantung, torpedo dan kotiledon. Tahapan pendewasaan ini dibantu induksinya dengan adanya zat pengatur tumbuh ABA yang ditambahkan dalam media pada sub kultur 2. Menurut Egerstsdotter (1999), embrio dirangsang untuk menjadi dewasa dengan menggunakan asam absisik (ABA) dan adanya peningkatkan potensial osmotik. Menurut Renukdas at al.(2006) peningkatan efisisensi pendewasaan embrio somatik dapat di lakukan dengan penambahan etilen antagonis pada konsentrasi tinggi (10 µM) seperti spermidine, ABA dan AgNO3. Gambar 4. Jumlah globular yang terbentuk pada perlakuan dosis: A.20 Gray, B. 80 Gray dan C. 100 Gray. Dari hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut pada sub kultur ke 2 diperoleh jumlah globular yang berbeda nyata antara dosis 20 Gray dan 80 Gray dengan dosis 100 Gray, sedangkan untuk perlakuan yang lain terlihat tidak berbeda nyata. Pada setiap dosis perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan dari setiap ulangan memberikan respon induksi globular yang berbeda. % globular tertinggi yaitu 100% yang terbentuk dari 5 ulangan pada setiap perlakuan diperoleh pada dosis 0, 20, 30, 80 dan 100 Gray seperti pada Gambar 5. Dan jumlah globular dari total seluruh ulangan dihasilkan jumlah globular terbanyak yaitu pada dosis 20 Gray (76 globular), 80 Gray (53 globular) dan 100 Gray (135 globular) (Gambar 5). Dari data tersebut terlihat peningkatan dosis iradiasi pada kalus keprok Garut mampu meningkatkan induksi terbentuknya globular. A B C
  • 5. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 521 Gambar 5. Persentase globular (a) dan jumlah globular yang terbentuk (b) Meningkatnya jumlah globular diduga selain dipengaruhi dosis iradiasi sinar Gamma, menurut George et al. (2008) juga dipengaruhi oleh faktor lain di antaranya jumlah auksin, sitokinin, ABA, karbohidrat baik endogen maupun eksogen. Iradiasi sinar Gamma pada dosis tertentu telah mampu mengubah kemampuan sel menjadi lebih aktif dalam berubah menjadi globular dan memasuki tahap pendewasaan. ` Jumlah Tunas Globular yang terbentuk dalam tahap pendewasaan dibiarkan sampai memasuki tahap kotiledon. Setiap globular yang berhasil menjadi kotiledon selanjutnya di panen. Setiap ulangan pada setiap perlakuan menghasilkan jumlah kotiledon berbeda bahkan ada pula perlakuan yang belum menghasilkan kotiledon sampai batas inkubasi 75 hari setelah tanam. Kondisi ini menunjukan bahwa dibutuhkan waktu yang berbeda untuk setiap globular yang telah terbentuk untuk memasuki tahapan sampai terbentuk kotiledon. Gambar 6. Jumlah globular yang berubah menjadi kotiledon Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada setiap perlakuan dihasilkan data jumlah kotiledon yang bervariasi. Kotiledon terbentuk 100% pada dosis perlakuan 0, 20, 80 dan 100 Gray. Dari data hasil pengamatan terlihat pada Gambar 6 jumlah globular yang berkembang menjadi kotiledon terbanyak pada dosis perlakuan 20 Gray (24 kotiledon), 80 Gray (18 kotiledon) dan 100 Gray (23 kotiledon). Hasil ini menunjukan respon yang positif pada perlakuan dosis sinar Gamma 20, 80 dan 100 Gray dalam menginduksi globular sampai membentuk kotiledon. Kotiledon yang terbentuk selanjutnya di sub kultur ke media perkecambahan dan di elongasi agar membentuk tunas. Pada tahap perkecambahan ini kotiledon diinduksi dalam media yang mengandung GA3. Menurut Davies (2004) salah satu zat pengatur tumbuh yang berperan dalam proses perkecambahan embrio somatik adalah GA3. GA3 berperan dalam menggiatkan fungsi kerja aktivitas α-amilase dalam metabolisme sehingga terjadi perkecambahan (Woodger et al., 2004). Perkecambahan embrio yang sempurna ditandai dengan pembentukan akar dan munculnya tunas (Gmietter and Moore 1986). KESIMPULAN 1. Kalus embriogenik jeruk Keprok Garut hasil induksi mutasi sinar Gamma dapat berproliferasi mulai dari dosis 0(kontrol),10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100 Gray. 2. Diperoleh dosis optimal berdasarkan Proliferation Dose (PD50) pada dosis 58.93 Gray.
  • 6. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 522 ISBN: 978-979-15649-6-0 3. Peningkatan dosis iradiasi berpengaruh pada perubahan warna dan struktur kalus. 4. Peningkatan dosis iradiasi sinar Gamma berpengaruh pada meningkatnya jumlah globular dan jumlah kotiledon yang terbentuk. 5. Dosis iradiasi sinar Gamma yang mampu menginduksi globular dan membentuk kotiledon dalam jumlah terbanyak yaitu dosis perlakuan 20 Gray, 80 Gray dan 100 Gray . DAFTAR PUSTAKA [Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian. 1999. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 760/kpts/TP.240/6/99 tentang Pelepasan Jeruk Keprok Garut sebagai varietas unggul.Jakarta: Balitbangtan Deptan Davies, J.P. 2004.Plant Hormones Biosynthesis, Signal Transduction and Action. The Netherlands: Kuwer Academic Publisher. Egertsdotter, U. 1999. Somatic embriogenesis in picea suspensions culture, p. 51-60. In: Hall DR (ed.). Plant Cell Culture Protocols. New Jersey: Humana Press. George, E.F., M. A. Hall, G. J. de Klerk. 2008. Plant Propagation By Tissue Culture Volume ke-1, The Background. Edisi ke-3. Netherland: Springer. hml 335-354. Gmiter, F, G. A. Moree. 1986. Plant regeneration from undeveloved ovules and embryogenic calli of Citrus : embryo production, germination and plant survival. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 6:139 – 147. Husni, A. 2010. Fusi protoplas interspesies antara jeruk Siam Simadu (Citrus nobilis Lour.) dengan Mandarin Satsuma (C. unshiu Marc.) [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Mattjik, A. A., I. M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: IPB Press. hlm100 – 109. Merigo, A. J. 2011. Studi regenerasi tanaman jeruk keprok Batu 55 (Citrus Reticulata) melalui jalur embrio somatik [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Redukdas, NN, M. L. Mohan, S. S. Khuspe, S. K. Rawal. 2006. Influence of phytohormones, culture conditions and ethylene antagonist on somatic embryo maturation and plant regeneration in papaya. International Journal of Agricultural Reseach 1(2):151 – 160. Soeranto, H. 2003. Peran Iptek Nuklir dalam Pemuliaan Tanaman untuk Mendukung Industri Pertanian. Jakarta: Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Spiegel-Roy P, E. E. Goldschmidt. 1996. Biology of Citrus. New York: Cambridge University Press. van Harten, AM. 1998. Mutation Breeding, Theory and Practical Applications. Cambridge USA: Cambridge University Press. Wattimena G.A. 1998. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: PAU, IPB. Witjaksono, R. E. Litz. 2004. Effect of gamma irradiation on embryogenic avocado cultures and somatic embryo development. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 77: 139–147. Woodger F, J. V. Jacobsen, F. Gubler. 2004. Gibberllin action in germinated cereal grains. In: Davies PJ (ed.). Plant Hormones. The Netherlands: Kluwer Academics Publisher.