2. Defenisi
Kebijakan dividen adalah keputusan perusahaan untuk menentukan
seberapa banyak laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham
sebagai dividen. Kebijakan dividen biasanya bergantung pada berbagai
faktor, seperti kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan
prioritas manajemen.
Kata "dividen" berasal dari bahasa Latin "dividendum", yang merupakan
bentuk gerundium dari kata kerja "dividere" yang berarti "membagi". Kata
"dividere" sendiri terdiri dari dua kata yaitu "di-" yang berarti "terpisah" dan
"videre" yang berarti "untuk melihat". Jadi, secara harfiah, "dividen" berarti
"yang dapat dibagi".
Dalam konteks keuangan, "dividen" mengacu pada pembagian keuntungan
perusahaan kepada pemegang saham. Praktik pembagian dividen sudah ada
sejak zaman Romawi kuno, di mana pemilik saham mendapatkan bagian dari
keuntungan yang diperoleh dari perdagangan laut. Selama berabad-abad,
konsep dividen telah berkembang dan menjadi bagian penting dari pasar
saham modern.
3. KEBIJAKAN DIVIDEN
1. Kebijakan Dividen Stabil: Perusahaan dengan kebijakan dividen stabil
cenderung membayar dividen yang relatif konstan setiap tahunnya. Hal
ini memberikan kepastian bagi pemegang saham mengenai jumlah
dividen yang akan mereka terima setiap tahun.
2. Kebijakan Dividen Bertahap: Perusahaan dengan kebijakan dividen
bertahap cenderung meningkatkan jumlah dividen secara bertahap dari
waktu ke waktu. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan sedang
tumbuh dan menghasilkan laba yang lebih besar dari tahun ke tahun.
3. Kebijakan Dividen Payout Ratio: Perusahaan dengan kebijakan dividen
payout ratio menetapkan persentase tertentu dari laba bersih yang akan
dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Persentase payout
ratio dapat bervariasi dari perusahaan ke perusahaan tergantung pada
kondisi keuangan perusahaan dan prioritas manajemen.
4. Kebijakan Dividen Ad Hoc: Perusahaan dengan kebijakan dividen ad hoc
tidak memiliki rencana tetap untuk membayar dividen. Keputusan untuk
membayar dividen dibuat berdasarkan kondisi keuangan perusahaan dan
kebijakan manajemen pada saat itu.
4. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN
1. Kondisi keuangan perusahaan: Kondisi keuangan perusahaan, termasuk tingkat pendapatan,
tingkat hutang, dan kas perusahaan, dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Perusahaan yang
stabil secara finansial cenderung membayar dividen yang lebih besar dan lebih teratur.
2. Pertumbuhan perusahaan: Perusahaan yang sedang tumbuh dan memerlukan modal tambahan
untuk ekspansi bisnis mungkin tidak membayar dividen atau hanya membayar dividen kecil
untuk mempertahankan dana untuk pertumbuhan perusahaan.
3. Persyaratan hutang: Perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi atau persyaratan
pembayaran bunga tetap mungkin tidak dapat membayar dividen yang besar atau mungkin
tidak membayar dividen sama sekali.
4. Kebijakan pajak: Peraturan pajak yang berbeda di berbagai negara dapat mempengaruhi
kebijakan dividen. Beberapa negara mendorong perusahaan untuk membayar dividen yang
lebih tinggi dengan memberikan insentif pajak untuk perusahaan dan pemegang saham.
5. Prioritas manajemen: Kebijakan dividen juga dapat dipengaruhi oleh prioritas manajemen
perusahaan. Manajemen dapat memilih untuk menahan laba untuk kepentingan investasi di
masa depan atau untuk memperkuat neraca perusahaan.
6. Peraturan perusahaan: Beberapa perusahaan mungkin memiliki peraturan yang mengatur
pembayaran dividen, seperti pembatasan jumlah dividen yang dapat dibayarkan atau
pembayaran dividen hanya dapat dibayarkan dari laba yang dihasilkan.
5. STABILITAS DIVIDEN
Stabilitas dividen mengacu pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
pembayaran dividen yang konsisten dari tahun ke tahun, bahkan ketika kondisi pasar
berfluktuasi atau laba perusahaan berubah. Evaluasi stabilitas dividen membantu
investor memahami apakah perusahaan dapat diandalkan dalam pembayaran dividen
dan apakah dividen tersebut berisiko.
1. Penilaian Stabilitas Dividen: Penilaian stabilitas dividen biasanya melibatkan
analisis riwayat pembayaran dividen perusahaan selama beberapa tahun terakhir,
dan juga faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi stabilitas dividen di masa
depan, seperti persyaratan hutang, kebijakan manajemen, dan tren bisnis.
2. Dividen Reguler dan Dividen Ekstra
• Dividen regular adalah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan pada periode
waktu tertentu, biasanya per kuartal atau per tahun, dan besarnya dividen ini
konsisten dari waktu ke waktu. Dividen regular biasanya merupakan hasil dari
kebijakan dividen perusahaan yang stabil.
• Dividen ekstra adalah dividen tambahan yang dibayarkan oleh perusahaan di luar
pembayaran dividen regular. Dividen ekstra dapat dikeluarkan jika perusahaan
menghasilkan laba yang besar di luar perkiraan atau memiliki kas yang berlebihan.
Dividen ekstra mungkin tidak konsisten dari waktu ke waktu dan dapat menjadi
sinyal positif bagi investor bahwa perusahaan sedang tumbuh dan menghasilkan
keuntungan yang lebih besar dari yang diharapkan.
7. 1. Stock Split
Pemecahan saham atau stock split adalah kebijakan perusahaan di mana jumlah saham
yang beredar diperbesar secara proporsional dan harga saham dikurangi sebanding.
Dalam pemecahan saham, perusahaan membagi setiap saham menjadi beberapa
saham baru, yang masing-masing memiliki nilai nominal dan harga yang lebih rendah
daripada saham asli.
Misalnya, jika sebuah perusahaan memiliki 1 juta saham yang diperdagangkan dengan
harga $100 per saham, dan kemudian membagi setiap saham menjadi dua, maka
perusahaan akan memiliki 2 juta saham yang diperdagangkan dengan harga $50 per
saham. Pemecahan saham tidak mengubah nilai pasar total dari saham perusahaan
atau kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang saham.
Pemecahan saham biasanya dilakukan oleh perusahaan untuk membuat harga saham
lebih terjangkau bagi investor ritel dan meningkatkan likuiditas saham. Harga yang
lebih rendah juga dapat menarik minat investor baru, yang dapat meningkatkan
permintaan dan nilai pasar perusahaan. Selain itu, pemecahan saham juga dapat
memberikan sinyal positif bahwa perusahaan sedang tumbuh dan berkembang.
Namun, pemecahan saham juga dapat memiliki efek samping negatif, seperti
menurunkan likuiditas saham jika jumlah saham yang beredar terlalu banyak, atau
memberikan sinyal negatif jika perusahaan melakukan pemecahan saham secara
berulang-ulang dan terlalu sering.
8. 2. Reverse Stock Split
Reverse stock split adalah kebijakan perusahaan di mana jumlah saham yang beredar
dikurangi secara proporsional dan harga saham ditingkatkan sebanding. Dalam reverse
stock split, beberapa saham lama digabungkan menjadi satu saham baru, yang
masing-masing memiliki nilai nominal dan harga yang lebih tinggi daripada saham asli.
Misalnya, jika sebuah perusahaan memiliki 1 juta saham yang diperdagangkan dengan
harga $1 per saham, dan kemudian melakukan reverse stock split 1 banding 10, maka
perusahaan akan memiliki 100.000 saham yang diperdagangkan dengan harga $10 per
saham. Reverse stock split meningkatkan harga saham perusahaan secara proporsional,
tetapi tidak mempengaruhi nilai pasar perusahaan atau kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pemegang saham.
Reverse stock split sering dilakukan oleh perusahaan yang memiliki harga saham yang
terlalu rendah dan ingin meningkatkan nilai saham agar terlihat lebih menarik bagi
investor. Hal ini juga dapat memberikan sinyal positif kepada investor bahwa
perusahaan sedang berusaha untuk meningkatkan nilai sahamnya dan mungkin
sedang mengalami perubahan positif.
Namun, reverse stock split juga dapat memiliki efek samping negatif, seperti
meningkatkan biaya transaksi dan menurunkan likuiditas saham. Selain itu, perusahaan
harus memperhatikan bahwa reverse stock split dapat memberikan sinyal negatif jika
dilakukan secara berulang-ulang dan terlalu sering.
9. PERANAN DIVIDEN SEBAGAI
DASAR PENILAIAN SAHAM
Dividen dapat berperan sebagai dasar penilaian saham karena mereka
merupakan salah satu sumber penghasilan bagi pemegang saham dan
dapat mempengaruhi nilai saham di pasar. Ketika sebuah perusahaan
mengumumkan dividen yang besar, maka hal itu dapat menunjukkan
stabilitas dan kesehatan keuangan perusahaan serta memberikan sinyal
positif bahwa perusahaan akan terus menghasilkan keuntungan di masa
depan.
10. METODE PENILAIAN SECARA
KUANTITATIF
1. Price Earnings Ratio (P/E Ratio): P/E ratio adalah rasio antara harga saham per lembar dengan
laba bersih per lembar. P/E ratio digunakan untuk mengukur nilai saham dengan
membandingkan harga saham dengan laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan. Semakin
tinggi P/E ratio, semakin mahal harga saham per lembar dibandingkan dengan laba bersih per
lembar yang diterima oleh investor.
2. Price-to-Book Ratio (P/B Ratio): P/B ratio adalah rasio antara harga pasar saham per lembar
dengan nilai buku per lembar saham. P/B ratio digunakan untuk mengukur nilai saham dengan
membandingkan harga saham dengan nilai buku yang dihasilkan oleh perusahaan.
3. Dividend Discount Model (DDM): DDM adalah metode kuantitatif yang digunakan untuk
menghitung nilai saham dengan mengestimasi nilai sekarang dari aliran kas masa depan yang
dihasilkan oleh dividen yang dibayarkan oleh perusahaan. Metode ini mengasumsikan bahwa
nilai saham saat ini adalah nilai diskonto dari semua dividen masa depan yang akan diterima
oleh investor.
4. Free Cash Flow to Equity (FCFE): FCFE adalah metode kuantitatif yang digunakan untuk
menghitung nilai saham dengan menghitung nilai sekarang dari aliran kas masa depan yang
dihasilkan oleh perusahaan setelah membayar semua utang dan biaya modal. Metode ini
mengasumsikan bahwa nilai saham saat ini adalah nilai diskonto dari semua arus kas bebas
yang akan diterima oleh pemegang saham.
5. Price-to-Sales Ratio (P/S Ratio): P/S ratio adalah rasio antara harga saham per lembar dengan
pendapatan per lembar. P/S ratio digunakan untuk mengukur nilai saham dengan
membandingkan harga saham dengan pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan.
11. METODE PENILAIAN SECARA
KUANTITATIF
1. Analisis Teknikal: Analisis teknikal melibatkan evaluasi data historis harga
saham dan volume perdagangan untuk menentukan tren dan pola
pergerakan harga saham. Metode ini dilakukan dengan menganalisis
grafik harga saham dan menggunakan alat teknis seperti indikator
teknikal untuk mengidentifikasi peluang investasi.
2. Analisis Sentimen Pasar: Analisis sentimen pasar melibatkan evaluasi
sentimen dan persepsi pasar terhadap perusahaan atau industri tertentu.
Metode ini dilakukan dengan menganalisis berbagai faktor yang
mempengaruhi sentimen pasar, seperti berita dan tren sosial media.
3. Analisis Porter's Five Forces: Analisis Porter's Five Forces melibatkan
evaluasi lima faktor yang mempengaruhi lingkungan kompetitif
perusahaan, yaitu kekuatan pembeli, kekuatan pemasok, ancaman
produk pengganti, ancaman pesaing, dan tingkat persaingan dalam
industri. Metode ini dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor tersebut
untuk menentukan potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan.
12. PEMBELIAN KEMBALI SAHAM
Pembelian kembali saham atau share buyback adalah tindakan sebuah perusahaan untuk membeli
kembali saham yang beredar di pasar, sehingga jumlah saham yang beredar di pasar menjadi lebih
sedikit. Tindakan ini dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi jumlah saham yang beredar,
sehingga dapat meningkatkan nilai per saham, serta meningkatkan pengendalian dan kepemilikan
perusahaan.
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan pembelian kembali saham, yaitu:
1. Meningkatkan harga saham: Dengan mengurangi jumlah saham yang beredar di pasar, maka
nilai per saham akan meningkat, sehingga harga saham di pasar juga dapat meningkat.
2. Mengurangi biaya modal: Dengan melakukan pembelian kembali saham, perusahaan dapat
mengurangi jumlah saham yang beredar di pasar, sehingga persaingan untuk memperoleh dana
dari pasar modal menjadi lebih kecil, sehingga biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan
menjadi lebih kecil.
3. Meningkatkan EPS: EPS atau earning per share adalah rasio yang mengukur keuntungan
perusahaan per saham yang beredar di pasar. Dengan mengurangi jumlah saham yang beredar,
maka keuntungan perusahaan yang sama akan dibagi oleh jumlah saham yang lebih sedikit,
sehingga EPS per saham dapat meningkat.
4. Meningkatkan pengendalian: Dengan mengurangi jumlah saham yang beredar, kepemilikan
perusahaan menjadi lebih terkonsentrasi di tangan pemegang saham yang lebih sedikit,
sehingga pengendalian perusahaan dapat menjadi lebih mudah dan efektif.
13. Metode Pembelian Kembali
Pembelian kembali saham adalah strategi yang umum dilakukan oleh
perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memberikan
keuntungan kepada pemegang saham. Namun, strategi ini harus dilakukan
dengan hati-hati dan dengan mempertimbangkan kondisi keuangan dan
strategi jangka panjang perusahaan.
1. Tender Offer: Perusahaan mengajukan penawaran kepada pemegang
saham untuk menjual sahamnya kepada perusahaan dengan harga
tertentu.
2. Open Market Purchase: Perusahaan membeli saham di pasar terbuka
dengan harga pasar yang berlaku.
3. Private Negotiated Purchase: Perusahaan melakukan pembelian saham
dari pemegang saham yang bersedia menjual sahamnya kepada
perusahaan.
14. ASPEK PROSEDURAL
Aspek prosedural dalam pembayaran dividen penting untuk memastikan bahwa pembayaran dividen dilakukan secara
tepat dan sesuai dengan ketentuan hukum dan kebijakan perusahaan. Hal ini juga dapat meningkatkan kepercayaan
dan kepuasan pemegang saham terhadap perusahaan.
1. Pengecekan legalitas: Perusahaan harus memeriksa legalitas dan keabsahan dividen yang akan dibayarkan,
termasuk apakah dividen tersebut telah disetujui oleh pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS) dan telah disetujui oleh otoritas terkait.
2. Penetapan besarnya dividen: Setelah dividen disetujui dalam RUPS, perusahaan harus menetapkan besarnya
dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Besarnya dividen biasanya dihitung berdasarkan
keuntungan perusahaan dan kebijakan dividen yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Pengumuman dividen: Setelah besarnya dividen ditetapkan, perusahaan harus mengumumkan dividen tersebut
secara resmi kepada publik melalui media yang tepat, seperti surat kabar, situs web perusahaan, atau
pengumuman di pasar modal.
4. Penetapan tanggal dividen: Perusahaan harus menentukan tanggal ex-dividend, yaitu tanggal terakhir di mana
saham masih memperoleh hak atas dividen. Setelah tanggal ex-dividend, harga saham biasanya akan turun
sebesar nilai dividen yang dibayarkan.
5. Penetapan tanggal pembayaran dividen: Perusahaan harus menentukan tanggal pembayaran dividen, yaitu
tanggal di mana dividen akan dibayarkan kepada pemegang saham. Biasanya, tanggal pembayaran dividen
ditetapkan beberapa waktu setelah tanggal ex-dividend.
6. Pembayaran dividen: Setelah tanggal pembayaran dividen, perusahaan harus membayar dividen kepada
pemegang saham sesuai dengan jumlah dan ketentuan yang telah ditetapkan.
7. Pelaporan dividen: Setelah pembayaran dividen selesai dilakukan, perusahaan harus melaporkan dividen yang
telah dibayarkan kepada otoritas terkait dan menyertakan informasi yang relevan dalam laporan keuangan
perusahaan.