4. BiografiSingkat
• KH. Hasyim Asy’ari atau nama lengkapnya Muhammad Hasyim, lahir di desa Gedang,
Jombang pada 24 Zulkaidah 1287 H/14 Februari 1871, dan wafat di Jombang pada Juli
1947.
• KH. Hasyim Asy’ari merupakan keturunan kyai, karena kakek buyutnya adalah Kyai Sihah
yang merupakan pendiri Pondok Pesantren Tambak Beras, sedangkan kakeknya Kyai
Usman adalah kyai terkenal pendiri pondok pesantren Gedang, sedangkan ayahnya
Asy’ari adalah pengasuh pondok pesantren Keras di Jombang.
• Pada usia 13 tahun ia sudah menguasai kitab-kitab Islam klasik dan diangkat menjadi
badal (asisten pengajar) di pondok pesantren ayahnya.
• Pada usia 15 tahun, Hasyim Asy’ari mulai mengembara ke berbagai pesantren di pulau
Jawa untuk memperdalam ilmu agama, seperti di Pesantren Wonocolo Jombang,
Pesantren Probolinggo, Pesantren Langitan, Pesantern Tranggilis, berguru kepada Kyai
Kholil di Bangkalan, Madura, dan Sidoarjo (Pesantren Siwalan Panji).
• Pada pengembaraannya yang terakhir itulah, ia, setelah belajar lima tahun dan
umurnya telah genap 21 tahun, tepatnya tahun 1891, diambil menantu oleh Kiai
Ya`kub, pemimpin Pesantren Siwalan Panji. Ia dinikahkan dengan Khadijah.
5. BiografiSingkat
• Pada 1893, KH. Hasyim Asy’ari berangkat ke Mekah untuk memperdalam ilmu agama
dan berguru kepada Syekh Mahfudh At-Tarmisi yang berasal dari Tremas, Jawa Timur.
Syekh Mahfudh At-Tarmisi menjadi pengajar di Masjidil Haram yang mengajar kitab
hadits Shahih Al- Bukhari, beliau adalah murid Syekh Nawawi Al-Bantany yang
menjadi murid Syekh Ahmad Khatib SyamBasi (tokoh tasawuf yang berhasil
menggabungkan tarikat Qadariah dan tarikat Naqsabandiah). Untuk melengkapi
pengetahuannya di bidang agama, K.H. Hasyim Asy’ari kemudian berguru kepada
Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabau.
• Dari sekian banyak gurunya itu, yang paling mempengaruhi jalan pikiran KH. Hasyim
Asy’ari adalah Syekh Mahfudh At-Tarmisi. Dari gurunya inilah dia memperoleh ijazah
tarikat Qadariah dan Naqsabandiah.
6. BidangPendidikan
• Setelah 7 tahun belajar di Mekah, KH. Hasyim Asy’ari pulang ke Jawa dan
mendirikan pondok Pesantren Tebu Ireng di Jombang pada 26 Rabiul Awal 1317
H/1899 M. Di pondok pesantren inilah KH. Hasyim Asy’ari mengajarkan kitab-kitab
klasik kepada santrinya yang oleh kalangan NU dikenal dengan “kitab kuning”.
• Lewat pesantren inilah K.H. Hasyim melancarkan pembaharuan sistem pendidikan
keagamaan Islam tradisional, yaitu sistem musyawarah, sehingga para santri menjadi
kreatif. Ia juga memperkenalkan pengetahuan umum dalam kurikulum pesantren,
seperti Bahasa Melayu, Matematika, dan Ilmu Bumi. Bahkan sejak 1926 ditambah
dengan Bahasa Belanda dan Sejarah Indonesia.
7. BidangPendidikan
• Salah satu kitab karya K.H. Hasyim Asy’ari adalah Adabul 'Alim Wal Muta'allim adalah
sebuah kitab yang mengupas tentang pentingnya menuntut dan menghormati ilmu
serta guru. Dalam kitab ini KH. M. Hasyim Asy'ari menjelaskan kepada kita tentang
cara bagaimana agar ilmu itu mudah dan cepat dipahami dengan baik. Kitab yang
terdiri dari beberapa bab ini, memberikan pula kepada kita pencerahan tentang
mencari dan menjadikan ilmu benar-benar memberikan manfaat kepada masyarakat.
Salah satu contoh yang diberikan oleh KH. M. Hasyim Asy'ari kepada kita adalah
bahwa ilmu akan lebih mudah diserap dan diterima apabila kita dalam keadaan suci
atau berwudhu terlebih dahulu sebelum mencari ilmu. Banyak hal yang bisa kita petik
dalam rangka mencari ilmu ketika kita membaca kitab ini.
• Selain kitab tersebut karya lain dari K.H. Hasyim Asy’ari adalah Risalah Ahlis Sunnah
Wal Jama'ah, At-Tibyan Fin Nahyi An-Muqothoatil Arham Wal Aqorib Wal Ikhwan, An-
Nurul Mubin Fi Mahabbati Sayyidil Mursalin, Ziyadatut Ta'liqot, At-Tanbihatul Wajibat Li
Man Yasna' Al- Maulid Bil Munkaroti, Dhou'ul Misbah Fi Bayani Ahkamin Nikah.
8. BidangKeagamaan
• Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dalam paham keagamaan terlihat dari pembelaannya
terhadap cara beragama dengan sistem bermazhab. Inilah pandangannya yang erat
kaitannya dengan sikap beragama mayoritas kaum Muslimin yang disebut sebagai
“ahli sunnah wal jama’ah”. Pemikirannya tentang paham bermazhab ini tertuang
dalam karyanya Qanun Asasy li-
Jam’iyyati Nahdlatul Ulama yang kemudian dijadikan pijakan dasar organisasi NU.
• Menurut KH. Hasyim Asy’ari, umat Islam boleh mempelajari selain keempat
madzhab yang ada. Namun persoalannya, madzhab yang lain itu tidak banyak
memiliki literatur, sehingga mata rantai pemikirannya terputus. Maka, tidak mungkin
bisa memahami maksud yang dikandung Al-Quran dan hadits tanpa mempelajari
pendapat para ulama besar yang disebut imam madzhab. NU didirikan antara lain
untuk mempertahankan paham bermadzhab, yang ketika itu mendapat serangan
gencar dari kalangan yang anti-madzhab.
9. Bidang SosialPolitik
• Kyai Hasyim adalah sosok kyai yang mampu membangun pesantrennya dan
sekaligus tetap mempunyai pengaruh penting dalam kehidupan politik kenegaraan.
• Ia seorang ulama dengan pendirian yang tegas dan mengabdikan hidupnya untuk
suatu proses transformasi masyarakat secara menyeluruh. Ia juga diakui sebagai
ulama besar karena keberhasilannya mendidik santri-santri menjadi tokoh besar di
kemudian hari seperti K.H. Abdul Wahab Chasbullah pendiri madrasah Nahdlatul
Wathan di Surabaya, K.H. Bisri Syansuri wakil NU di Komite Nasional Indonesia
Pusat.
• Kyai Hasyim juga pernah mengharamkan naik haji memakai kapal Belanda. Fatwa
tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara
luas. Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi bingung. Karena banyak
ummat Islam yang telah mendaftarkan diri kemudian mengurungkan niatnya.
10. Bidang SosialPolitik
• Politik non-kooperatif pada masa penjajahan Belanda dengan banyak fatwanya yang
menolak kebijakan pemerintah kolonial dan yang terkenal adalah “Wajib hukumnya
bagi umat Islam Indonesia berperang melawan Belanda.” menjelang meletusnya
Peristiwa 10 November di Surabaya.
• Menjadi ketua MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia, Dewan Tertinggi Islam di Indonesia),
pernah menjadi ketua Majelis Syuro Islam Indonesia (Masyumi), dan pemberi restu
kepada komite Hijaz untuk mendirikan Nahdlatul Ulama pada 31 Februari 1926.
• Pada saat K.H. Hasyim Asyari menjadi ketua Masyumi tersebut dibentuklah laskar
Hizbullah yang merupakan tentara yang berisi santri untuk melawan tentara
Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia.
11. Pesan-Pesan K.H.HasyimAsyari
Wahai para Kaum Muslimin!
Sungguh, kejadian yang terlihat pada setiap hari, jadikanlah nasehat. Orang yang pandai
itu ialah orang yang dapat memanfaatkan dan mengambil faedah dari pengalaman dan
kejadian tersebut lebih banyak dari manfaat yang terdapat dalam beberapa khutbahnya
juru dakwah dan nasehat orang yang suka memberikan petunjuk.
Wahai para Kaum Muslimin!
Semoga kita takut kepada ALLAH, dan saya berharap agar rukunlah dari perselisihan
yang terdapat di antara kita sekalian. Saya anjurkan untuk saling tolong-menolong
dalam masalah kebaikan dan takwa kepada ALLAH. Dan sekali-kali jangan tolong-
menolong dalam masalah dosa-durhaka dan permusuhan, Tuhan ALLAH akan
bersama engkau dengan segala rahmatNya. Dan janganlah kamu seperti orang yang
berkata “kita sudah mendengar” padahal orang-orang tersebut sebenarnya tidak
mendengarkan.
Semoga keselamatan akan tetap menyertai kita dari awal sampai akhir.