1. PERSATUAN ISLAM (PERSIS) DAN NAHDLOTUL ULAMA (NU)
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir
Mata kuliah: PPMDI
1
2. Dosen pengampu: Arsam, M.S.I
Oleh:
Iwan Burhanudin
NIM. 092331012
Tarbiyah/ VII/ Pendidikan Agama Islam (PAI -1)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak terjadi permasalahan di kalangan masyarakat dan para pelajar
hanya karena perbedaan golongan atau organisasi. Yang padahal awal mula
didirikan organisasi tersebut untuk menjawab masalah yang sedang dihadapi
oleh masyarakat. Tetapi setelah itu menjadi sebuah pembatas antara
masyarakat yang mempunyai faham yang berbeda.
Seperti kita lihat antara perselisihan organisasi Islam antara, salah
satunya, Nahdlotul Ulama’ dan Persis yang sangat mencolok dalam keadaan
masyarakat. Walaupun pada dasarnya organisasi-organisasi ini didirikan
dengan tujuan yang baik, Cuma beda pemahaman dalam mengkaji yang
sunah saja. Ini sudah menjadi alat perang masing-masing organ.
2
3. Seperti persis yang awalnya hanya dengan terbentuknya suatu
kelompok tadarusan (penalaahan agama Islam di kota Bandung yang
dipimpin oleh H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus, dan kesadaran akan
kehidupan berjamaah, berimamah, berimarah dalam menyebarkan syiar
Islam, menumbuhkan semangat kelompok tadarus ini untuk mendirikan
sebuah organisasi baru dengan ciri dan karateristik yang khas hingga menjadi
organisasi penyiar Islam.
Dan Nahdlotul Ulama yang pembentukannya berawal semangat
menegakkan dan mempertahankan Agama Allah di Nusantara, meneruskan
perjuangan Wali Songo. Terlebih Belanda-Portugal tidak hanya menjajah
nusantara, tapi juga menyebarkan agama Kristen-katolik dengan sangat
gencarnya.
Dari masalah ini makalah ini tersusun untuk mencoba mengkaji latar
belakang masing- organisasi. Yang menjadi perselisihan masyarakat, agar
lebih mengerti dan tahu tujuan masing-masing organisasi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas bahwa organisasi Islam yang seharusnya
menjadi pengumpul aspirasi masyarakat berubah menjadi pembeda dan
persengketaan. Maka perlu dikaji “Bagaimana awalmula organisasi
kususnya Persis dan NU yang didirikan oleh masing-masing tokohnya?”.
C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk tugas akhir mata kuliah PPMDI
yang di berikan dosen. Untuk mengetahui latar belakang awal mula
pembentukan organisasi Islam yang kususnya Persis dan NU didirikan oleh
masing-masing tokohnya.
3
4. BAB II
PEMBAHASAN
1. PERSATUAN ISLAM (PERSIS)
A. Sejarah Singkat
Persatuan Islam (Persis) berdiri pada permulaan tahun 1920-an,
tepatnya tanggal 12 September 1923 di Bandung. Idenya bermula dari
seorang alumnus Dâr al-‘Ulûm Mekkah bernama H. Zamzam yang sejak
tahun 1910-1912 menjadi guru agama di sekolah agama Dâr al-
Muta'alimîn. Ia bersama teman dekatnya, H. Muhammad Yunus, seorang
pedagang sukses yang sama-sama kelahiran Palembang, yang di masa
mudanya memperoleh pendidikan agama secara tradisional dan menguasai
bahasa Arab, sehingga ia mampu autodidak melalui kitab-kitab yang jadi
perhatiannya. Latar belakang pendidikan dan kultur yang sama ini,
menyatukan mereka dalam diskusi-diskusi tentang keIslaman. Tema
diskusi biasanya mengenai beberapa masalah di sekitar gerakan
keagamaan yang tengah berkembang saat itu, atau masalah agama yang
dimuat dalam majalah al-Munîr terbitan Padang dan majalah al-Manâr
terbitan Mesir, yang telah lama menjadi bacaan dan perhatian mereka.
Namun dari segi penamaan, organisasi ini sejak awal memang
sudah bersifat liberal. Betapa tidak, nama Persatuan Islam yang disingkat
PERSIS adalah nama Latin, yang dianggap sebagai pengaruh penjajah
Belanda. Apalagi sakralitas dan pengidentikan Islam dengan Arab sangat
kuat di kalangan umat Islam ketika itu. Artinya mereka siap menerima
risiko dan mempertahankan pendirian serta keyakinan yang mereka miliki,
atas pemberian nama latin tersebut. Padahal organisasi yang lebih dulu
muncul seperti Jamî'at Khair, Muhammadiyah, dan al-Irsyâd,
menggunakan nama dan bahasa Arab.
4
5. B. Tokoh-tokoh Persis
1. Natsir
Natsir mempunyai hubungan yang dekat dengan Persis. Di
bawah kepemimpinannya, Persis menjelma menjadi organisasi yang
bukan hanya berupa kelompok diskusi atau pengajian tadarusan kelas
pinggiran, melainkan sebuah organisasi Islam modern yang potensial.
Dalam waktu singkat, ia berhasil menempatkan Persis dalam
barisan organisasi Islam modern.
2. Mohammad Isa Anshary
KH Mohammad Isa Anshary lahir di Maninjau Sumatera
Tengah pada 1 Juli 1916. Pada usia 16 tahun, setelah menyelesaikan
pendidikannya di Madrasah Islam di tempat kelahirannya, ia merantau
ke Bandung untuk mengikuti berbagai kursus ilmu pengetahuan
umum.
Di Bandung pula, ia memperluas cakrawala keIslamannya
dalam Jam’iyyah Persis hingga menjadi ketua umum Persis. Tampilnya
Isa Anshary sebagai pucuk pimpinan Persis dimulai pada 1940 ketika
ia menjadi anggota hoofbestuur (Pusat Pimpinan) Persis.
Tahun 1948, ia melakukan reorganisasi Persis yang mengalami
kevakuman sejak masa pendudukan Jepang dan Perang Kemerdekaan.
Tahun 1953 hingga 1960, ia terpilih menjadi Ketua Umum Pusat
Pimpinan Persis.
C. Aktivitas Dakwah
Dalam strategi da'wah, Persatuan Islam mengutamakan penyebaran
pemikiran-pemikirannya dengan tenang dan damai, Persatuan Islam
seakan gembira dengan perdebatan dan polemik. Bagi Persatuan Islam
dalam masalah agama tidak ada istilah kompromi. Apa yang dipandang
tidak benar menurut dalil al-Qur`an dan al-Sunnah secara tegas ditolak.
Sedangkan apa yang dianggap benar akan sampaikan walaupun pahit.
5
6. Latar belakang demikian itulah tampaknya yang membawa
Persatuan Islam ke alam perdebatan, baik dalam rangka mempertahankan
keyakinan keagamaannya maupun menunjukkan bahwa keyakinan agama
yang dipegangi lawan dalam perdebatan itu dianggap salah.
Dalam bidang publikasi melalui media cetak majalah resmi yang
diterbitkan Persatuan Islam pada masa kemerdekaan ialah Hujjat al-Islâm
pada tahun 1956, Setelah Persatuan Islam resmi berdiri kembali pada
tahun 1948 yang berpusat di Bandung. Majalah tersebut hanya terbit satu
kali, kemudian dilanjutkan pada tahun 1962 dengan majalah Risalah, yang
dipimpin oleh KHE. Abdurrahman dan Yunus Anis.
Di samping majalah-majalah, juga banyak diterbitkan buku-buku
karangan tokoh Persatuan Islam seperti M. Isa Anshary, M. Natsir, KHE.
Abdurrahman dan terutama buku-buku karangan A. Hassan yang yang
paling banyak dan mendominasi kebutuhan baca anggota Persatuan Islam.
Sementara dalam kegiatan perdebatan, Persatuan Islam, yang
diwakili oleh A. Hassan, dan KHE. Abdurrahman tercatat telah beberapa
kali melakukan perdebatan dalam rangka mempertahankan keyakinan dan
sekaligus menunjukkan mana sesungguhnya ajaran agama Islam yang
benar, sekurang-kurangnya dalam pandangan keagamaan Persatuan Islam.
Dengan demikian kegiatan da'wah yang dilakukan oleh Persatuan
Islam menggunakan ragam media. Dari mulai penerbitan buku, majalah
dan jurnal-jurnal lainnya, ceramah, dan hingga perdebatan.
2. NU (Nahdlotul Ulama)
A. Latar Belakang
Sebagai “kebangkitan kaum ulama”, Nahdlatul Ulama berdiri
untuk mempertahankan kehidupan keagamaan berdasarkan empat mazhab,
tapi juga untuk membendung sikap kaku kaum Wahabi.
Begitu Perang Dunia I berakhir pada 1918, Kesultanan Turki
Usmani di Turki guncang. Sementara kekuasaan sultan yang meneruskan
6
7. tradisi kekhalifahan Islam di seluruh dunia mulai dipersoalkan oleh kaum
nasionalis Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Akhirnya,
pada 1922, Majelis Rakyat Turki menghapus kekuasaan Sultan Abdul
Majid dan menjadikan Turki sebagai republik. Dan dua tahun kemudian
Majelis menghapuskan lembaga khilafat.
Perkembangan politik di Turki tersebut ternyata cukup bikin
bingung dunia Islam. Ada di antara para pemimpin Islam yang kemudian
mulai berpikir untuk membentuk khilafat baru. Termasuk kaum muslimin
Indonesia, yang merasa ikut bertanggung jawab untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Saat itu, pada 1924, kebetulan Mesir sedang
mempersiapkan sebuah muktamar tentang masalah khilafat tersebut.
Untuk mengantisipasi diselenggarakannya kongres tersebut, pada 4
Oktober 1924 sejumlah ormas Islam membentuk Komite Khilafat di
Surabaya. Komite itu diketuai oleh Wondoamiseno (Sarekat Islam),
dengan K.H.A. Wahab Chasbullah (kalangan pesantren) sebagai wakil.
Dalam Kongres Al-Islam III di Surabaya, Desember 1924, antara lain
diputuskan untuk mengirim delegasi ke Kongres Khilafat di Kairo, yang
beranggotakan Suryopranoto (Sarekat Islam), A.R. Fachruddin
(Muhammadiyah), dan K.H. Wahab Chasbullah (pesantren).
B. Tokoh-tokoh NU
1. Kiai Cholil Kiai NU dari Jawa Tengah yang sangat disegani. Dalam
dirinya terdapat sosok seorang yang bukan hanya benar-benar kiai,
tetapi juga penulis, politisi, dan sekaligus seorang sufi. Keluarga
besarnya adalah kiai-kiai besar dan para penulis hebat.
2. KIAI HAJI WAHAB HASBULLAH adalah seorang tokoh
pergerakan dari pesantren. Ia dilahirkan di Tambakberas-Jombang,
tahun 1888. Sebagai seorang santri yang berjiwa aktivis, ia tidak bisa
berhenti beraktivitas, apalagi melihat rakyat Indonesia yang terjajah,
7
8. 3. KHA WAHID HASYIM
KH. Abdul Wahid Hasyim adalah putra kelima dari pasangan
KH. Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiqah binti Kyai Ilyas. Anak
lelaki pertama dari 10 bersaudara ini lahir pada hari Jumat legi, Rabiul
Awwal 1333 H, bertepatan dengan 1 Juni 1914 M, ketika di rumahnya
sedang ramai dengan pengajian.
Wahid Hasyim adalah salah seorang dari sepuluh keturunan
langsung KH. Hasyim Asy’ari. Silsilah dari jalur ayah ini bersambung
hingga Joko Tingkir, tokoh yang kemudian lebih dikenal dengan Sultan
Sutawijaya yang berasal dari kerajaan Demak. Sedangkan dari pihak
ibu, silsilah itu betemu pada satu titik, yaitu Sultan Brawijaya V, yang
menjadi salah satu raja Kerajaan MAtaram. Sultan Brawijaya V ini
juga dikenal dengan sebutan Lembu Peteng.
4. KH BISYRI MUSTHOFA
Sebuah berita interlokal dari Drs. M. Zamroni di Semarang,
mengabarkan bahwa KH Bisyri Musthofa wafat di Rumah Sakit
Umum Daerah Semarang. Serangan jantung dan tekanan darah tinggi
ditambah gangguan pada paru-paru yang menyebabkan proses
kematiannya begitu cepat, hanya tiga hari saja. Musibah itu terjadi dua
minngu setelah meninggalnya KH Muhammad Dahlan, mantan
Menteri Agama. Keduanya adalah ulama besar, keduanya tenaga-
tenaga penting dalam perjuangan. Kepergiannya adalah suatu
kehilangan amat besar. Yang patah memang bisa tumbuh, yang hilang
dapat terganti. Tetapi, penggati itu bukan lagi Bisyri Musthofa…..!
C. Prinsip Dasar NU
Prinsip-prinsip dasar yang dicanangkan Nahdlatul Ulama (NU)
telah diterjemahkan dalam perilaku kongkrit. NU banyak mengambil
kepeloporan dalam sejarah bangsa Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa
8
9. organisasi ini hidup secara dinamis dan responsif terhadap perkembangan
zaman. Prestasi NU antara lain:
1. Menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, sebagaimana
diwariskan oleh para walisongo dan pendahulunya.
2. Mempelopori perjuangan kebebasan bermadzhab di Mekah, sehingga
umat Islam sedunia bisa menjalankan ibadah sesuai dengan madzhab
masing-masing.
3. Mempelopori berdirinya Majlis Islami A'la Indonesia (MIAI) tahun
1937, yang kemudian ikut memperjuangkan tuntutan Indonesia
berparlemen.
4. Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis melalui
Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945.
5. Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil
menempati urutan ketiga dalam peroleh suara secara nasional.
6. Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA)
1965 yang diikuti oleh perwakilan dari 37 negara.
7. Memperlopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil society di
Indonesia sepanjang dekade 90-an.
D. Kiprah NU
Kiprah Nahdlatul Ulama (NU) di luar negeri sesungguhnya juga
merupakan bagian dari upaya NU memperbaiki citra Islam di mata dunia.
Sebab, dalam beberapa tahun terakhir, Islam Indonesia tercitrakan sebagai
Islam yang keras dan radikal.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Pengurus Besar NU KH Said Aqil
Siroj didampingi Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi usai bertemu
Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, belum lama ini.
Menurut Kang Said—begitu panggilan akrabnya—gerakan
terorisme yang masih berkembang di Tanah Air belakangan ini menjadi
alasan bagi tercitrakannya Islam Indonesia yang keras dan radikal.
9
10. “Citra Islam Indonesia yang sudah hampir terkenal keras dan
radikal dan gerakan-gerakan terorisme masih ada di mana-mana
(termasuk) yang ditemukan di Palembang," terang alumnus Universitas
Ummul Qurra’, Mekah, Arab Saudi, itu.
Karena itu, imbuhnya, Wapres mendukung langkah PBNU yang
akan menggelar forum International Conference of Islamic Scholars (ICIS)
III di Hotel Borobudur, Jakarta, 29 Juli hingga 1 Agustus mendatang.
Wapres berharap, forum itu bisa menepis anggapan radikal Islam di
Indonesia. "Pak Wapres menyambut dengan sangat positif dan siap ikut
menyukseskan ICIS ketiga ini," ujar Kang Said.
Wapres juga meminta panitia ICIS mengundang intelektual-
intelektual muslim dunia. Harapannya, akan tampak wajah Islam
Indonesia yang ramah.
"Oleh karena itu, Pak Wapres sangat senang dengan adanya ICIS
nanti, upayakan agar citra Islam Indonesia kembali seperti semula: Islam
yang rahmatan lil alamin, yang moderat, bangsa yang berbudaya santun,"
pungkas Kang Said.
Kalla berjanji akan ikut menyambut cendekiawan-cendekiawan
muslim dunia itu nanti. Pada 29 Juli malam, Kalla akan menjamu makan
malam mereka. Setelah itu, pada 1 Agustus, Kalla akan menutup acara
secara resmi.
10
11. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari dua organisasi yang sebagai contoh diatas walaupun latar
belakangnya tidak sama tetapi, sama-sama untuk memperjuangkan Islam agar
menjadi yang lebih baik.
Secara garis besar persis yang awal mulanya hanyalah perkumpulan
jamiah Al-Qur’an. Hingga terbentuk kesadaran untuk mensiarkan agama Islam
maka mereka membentuk suatu gerakan da’wah Islamiyah.
Dan dari NU juga terbentuknya untuk menjaga 4 madzab yang sebagai
aswaja. Hingga membuat partai-partai politik didalamnya. Dalam
penyampaian aswaja organisasi ini selain berkecimpung dalam masyarakat
juga ingin menjadi pemimpin Negara.
11
12. DAFTAR PUSTAKA
Dadan Wildan. 1995. Sejarah Perjuangan Persis . Gema Syahida: Bandung.
http://a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,13179-lang,id-c,warta-t, Kiprah+
NU+di+ Luar+ Negeri+untuk+Perbaiki+Citra+Islam+Indonesia-. Phpx.
Diakses pada 18 Desember 2012.
http://latar-belakang-organisasi-islam.html. Diakses pada 18 Desember 2012.
12