2. PENDAHULUAN
• Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan
dengan sebuah bangunan. Jika bangunan tersebut
rumah, maka disebut pekarangan rumah.
• Pekarangan dapat berada di depan, belakang atau
samping sebuah bangunan, tergantung seberapa luas
sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan
utamanya.
• Keberhasilan pemanfaatan pekarangan dapat berhasil
jika tanaman dibudidayakan dengan baik terutama
tentang pemupukan, pemberian air, dan pengendalian
organisme penggangu tanaman (OPT).
3. PEMANFAATAN PEKARANGAN
RUMAH
• Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
bagi petani dan keluarganya dalam
memanfaatkan pekarangan dengan teknik
pemeliharaan buah dan sayuran serta
pengendalian OPT.
• Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan
dan wawasan teknik budidaya dan pengendalian
OPT, maka lahan pekarangan dapat
dimanfaatkan sehingga lebih indah dan
produktif.
4. Jenis-jenis Tanaman Perkarangan
•Sumber pangan keluarga, seperti
sayur-sayuran, umbi-umbian dan
buah-buahan.
•Sumber obat-obatan (Apotik Hidup).
•Sumber bumbu, rempah masakan.
•Sumber keindahan/estetika.
6. Jenis-jenis OPT
pada Tanaman Sayur-sayuran
•Kutu daun (Aphis gossypii Glover)
•Thrips (Thrips parvispinus Karny)
•Lalat buah (Bactrocera sp.)
•Ulat grayak (Spodoptera sp.)
•Ulat buah (Helicoverpa spp)
7. Kutu daun (Aphis gossypii Glover)
Pengendalian:
1. Penanaman tanaman refugia
sebagai habitat musuh alami
2. Dengan cara mengutip dan
membunuh hama yang terdapat
pada tanaman dan media tanam.
3. Menyemprot dengan menggunakan
air sabun
4. Penggunaan pestisida nabati dan
APH
5. Penggunaan likat kuning
Tanaman Refugia Likat Kuning
8. Thrips (Thrips parvispinus Karny)
Pengendalian:
1. Penanaman tanaman refugia sebagai
habitat musuh alami
2. Dengan cara mengutip dan
membunuh hama yang terdapat pada
tanaman dan media tanam.
3. Menyemprot dengan menggunakan
air sabun
4. Penggunaan pestisida nabati dan APH
5. Penggunaan likat kuning
Tanaman Refugia Likat Kuning
9. Lalat buah (Bactrocera sp.)
Pengendalian:
1. Penanaman tanaman refugia
sebagai habitat musuh alami
2. Dengan cara mengutip dan
membunuh hama yang terdapat
pada tanaman dan media
tanam.
3. Memasang perangkap lalat
buah
10. Ulat grayak (Spodoptera sp.)
Pengendalian:
1. Penanaman tanaman refugia
sebagai habitat musuh alami
2. Dengan cara mengutip dan
membunuh hama yang terdapat
pada tanaman dan media tanam.
3. Penggunaan pestisida nabati,
seperti ekstrak tembakau dan
bawang putih
4. Penggunaan likat kuning
11. Ulat buah (Helicoverpa spp)
Ulat Buah
Pengendalian:
1. Penanaman tanaman refugia
sebagai habitat musuh alami
2. Dengan cara mengutip dan
membunuh hama yang terdapat
pada tanaman dan media tanam.
3. Penggunaan pestisida nabati,
seperti ekstrak tembakau dan
bawang putih
4. Penggunaan likat kuning
12. TEKNIK BUDIDAYA
TANAMAN PEKARANGAN
• PEMUPUKAN YANG MENGGUNAKAN BAHAN
ORGANIK, SEPERTI PUPUK KANDANG, KOMPOS
DAN PUPUK ORGANIK CAIR
• PENYIRAMAN TANAMAN YANG MENCUKUPI
• PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT YANG
RAMAH LINGKUNGAN DENGAN
MENGGUNAKAN BAHAN-BAHAN ALAMI,
MUSUH ALAMI DAN AGENS PENGENDALI
HAYATI (APH)
13. PEMUPUKAN
Untuk tanaman buah dan yang dibudidayakan di lahan pekarangan
sebaiknya menggunakan pupuk organik agar lebih sehat dan jauh
dari residu bahan kimia.
Jenis pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau
pupuk kompos, baik berbentuk curah maupun granula.
Pemberian pupuk dilakukan pada saat pembuatan media tanam
dengan menambah volume pupuk kompos atau pupuk kandang ke
dalam media tanam, misalnya 2:1:1 yaitu kompos, tanah dan
sekam.
Pupuk susulan dapat berupa pupuk organik cair yang telah tersedia
di toko-toko sarana pertanian atau dengan cara membuat sendiri.
Intensitas pemberian pupuk organik dilakukan satu kali dalam 3
atau 4 hari, dengan cara melarutkan 10-100 ml pupuk dalam 1 liter
air dan disiramkan secara merata pada media tanam.
14. PEMBUATAN PUPUK
ORGANIK CAIR SECARA SWADAYA
• Saat ini banyak pupuk organik cair yang tersedia di toko
saprodi pertanian, namun alangkah lebih baik jika pupuk
organik tesebut dapat diracik sendiri dari bahan-bahan
yang sederhana dan tersedia di sekitar kita.
• Pupuk organik cair biasanya digunakan sebagai
pelengkap dengan cara disemprotkan ke daun atau
disiramkan pada permukaan tanah dekat tanaman.
• Beberapa jenis pupuk organik cair yang dapat dibuat
sendiri antara lain:
Mikro Organisme Lokal (MOL)
Plant Growth-Promoting Rhizobacteria (PGPR)
15. Mikro Organisme Lokal (MOL)
• MOL Buah-buahan
Bahan-bahan:
• Buah-buahan yang sudah busuk. Bisa buah
apa saja seperti: pepaya, pisang, mangga,
apel, salak, dll
• Air kelapa 5 Liter
• Gula Merah 1 kg
• Air cucian beras 10 liter
Cara pembuatan:
1. Limbah buah-buahan dihaluskan. Bisa
dengan cara ditumbuk atau diparut.
2. Masukkan ke dalam tempat (drum).
3. Tambahkan air kelapa
4. Tambahkan gula
5. Tambahkan air cucian beras
6. Semua bahan diaduk sampai tercampur
merata.
7. Tutup drum dengan penutu. Beri lubang
untuk aerasi. Lubang aerasi ini bisa
menggunakan selang yang tersambung
dengan botol pembuangan, atau setiap
2 hari sekali dibuka
8. Semua bahan kemudian difermentasi
selama dua minggu sebelum digunakan.
Penggunaan:
1. MOL ini bisa digunakan untuk
pengomposan maupun untuk
penyemprotan ke tanaman.
2. Untuk pengomposan, encerkan larutan
fermentasi dengan perbandingan 1:5 air,
kemudian disemprotkan ke bahan-bahan
yang akan dikomposkan.
3. Sedangkan untuk penyemprotan
tanaman, larutkan larutan fermentasi
sebanyak 30 kali. Penyemprotan
dilakukan pada pagi hari atau sore hari
ke permukaan daun. Penyemprotan
dilakukan selang dua minggu.
16. Plant Growth-Promoting
Rhizobacteria (PGPR)
Bahan-bahan:
• 100 gr rendaman akar bambu
• 400 gr gula pasir
• 200 gr terasi
• 10 ltr air
Cara pembuatan:
1. Rendam 100 gr akar bambu dalam
air matang dingin 2-4 hari.
2. Rebus 400 gr gula pasir, 200 gr
terasi, dan 10 liter air sampai
mendidih selama 20 menit.
3. Setelah dingin semua bahan
dimasukkan ke dalam wadah
kemudian ditutup rapat.
4. Setelah 15 hari PGPR siap
digunakan.
Penggunaan:
Sebelum digunakan PGPR
disaring agar terpisah ampas
dengan airnya.
Cara aplikasinya bisa
disemprotkan ke lahan,
disemprotkan ke tanaman, atau
merendam benih atau bibit yang
akan digunakan.
PGPR juga bisa diaplikasikan
dengan cara pengocoran
langsung ke akar tanaman.
17. PENYIRAMAN
• Intensitas penyiraman sangat tergantung pada volume media
tanam, populasi tanaman, dan fase pertumbuhan tanaman.
• Semakin besar ukuran tanaman serta populasinya, maka intensitas
penyiraman harus lebih sering.
• Namun demikian, penyiraman umumnya dilakukan 1 sampai 2 kali
sehari disesuaikan dengan keadaan cuara dan penyinaran matahari.
• Perlakuan penyiraman harus benar-benar diperhatikan pada saat
fase pembungaan dan pembesaran buah, keterlambatan
penyiraman akan menyebabkan bunga atau bakal buah menjadi
rontok.
18. PENGENDALIAN HAMA
• Pengendalian hama dapat dilakukan secara fisik atau dengan cara
mengutip dan membunuh hama yang terdapat pada tanaman dan
media tanam.
• Penggunaan pestisida nabati yang dapat dibuat sendiri dengan
menggunakan bahan-bahan yang terdapat di sekitar rumah.
Pestisida nabati dapat dibuat dengan menggunakan ekstrak daun
nimba, tembakau, mengkudu, brotowali, atau menggabungkan
beberapa bahan-bahan tersebut.
• Penggunaan likat kuning, untuk mengendalikan kutu daun dan
thrips.
• Perangkap lalat buah untuk mengendalikan lalat buah.
• Penanaman tanaman refugia sebagai habitat musuh alami dari
hama yang dapat mengendalikan ulat grayak dan ulat buah.
• Menggunakan Agens Pengendali Hayati (APH)
21. Pestisida Nabati Ekstrak Daun Nimba,
Tembakau, Mengkudu dan Brotowali
Bahan-bahan:
• 100 g daun nimba
• 20 g tembakau
• 1 kg mengkudu
• 20 g brotowali
Cara pembuatan :
1. Semua bahan dihaluskan dengan
cara ditumbuk, diblender atau
dicacah secara terpisah.
2. Tempatkan semua bahan dalam
satu wadah, lalu tambahkan air 1
liter.
3. Tutup rapat wadah, lalu
fermentasikan atau diamkan
selama satu minggu.
4. Saring bahan pestisida
menggunakan kain halus, lalu
siap digunakan.
Penggunaan:
• Sebelum digunakan, enceran
pestisida nabati tersebut
menggunakan air dengan
perbandingan 1:10 liter.
• Semprotkan secara merata ke
bagian tanaman yang terdapat
serangan hama
22. PENGENDALIAN PENYAKIT
• Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan
memberikan agensia hayati. Agensia hayati secara
terbatas telah mulai tersedia di kios-kios pertanian.
• Apabila tidak tersedia agensia hayati, pengendalian
penyakit dapat dilakukan dengan cara memusnahkan
tanaman terserang sehingga tidak menulari tanaman
lainnya.
• Untuk penyakit virus yang penyebarannya dengan
serangga, diantaranya kutu pucuk atau kutu daun, maka
pengendalian dapat dilakukan dengan cara menghalangi
serangga vektor melalui aplikasi pestisida nabati.