2. DESA DAN KELURAHAN
SIAGA AKTIF
2
Kepmenkes 1529 Tahun 2010
tentang Pedoman Umum
Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
3. PENGERTIAN
Desa dan
Kelurahan
Siaga Aktif
Penduduknya ...
• dapat mengakses pelayanan
kesehatan dasar
• mengembangkan UKBM
• melaksanakan surveilans
berbasis masyarakat
• Melaksanakan kedaruratan
kesehatan dan
• Melaksanakan
penanggulangan bencana,
• penyehatan lingkungan
• menerapkan PHBS
4. Mempercepat terwujudnya
Masyarakat desa dan kelurahan yang
PEDULI, TANGGAP dan MAMPU mengenali serta mengatasi
permasalahan kesehatan yang DIHADAPI secara MANDIRI, sehingga
derajat kesehatannya meningkat
TUJUAN DESA dan
KELURAHAN SIAGA AKTIF
…dari PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT,
maka TERBENTUK DESA DAN KELURAHAN SIAGA…
5. MANFAAT Desa dan Kelurahan SIAGA
Bagi Masyarakat:
MUDAH mendapatkan
Pelayanan Kesehatan Dasar
bagi keluarga
1
Bagi Kepala Desa/
Kelurahan:
Meningkatnya STATUS KESEHATAN
Masyarakat
2
Bagi Tokoh Masyarakat/Ormas:
Meningkatnya UPAYA PEMBERDAYAAN dan PENGGERAKAN
masyarakat dibidang KESEHATAN
3
8. KRITERIA
Suatu desa/kelurahan dapat dikatakan sebagai
desa dan kelurahan siaga aktif dengan adanya:
1. Forum desa/kelurahan yang membahas permasalahan
kesehatan setempat
2. KPM/Kader kesehatan
3. Kemudahan akses pelayanan kesehatan
4. Posyandu dan UKBM yang secara aktif
menyelenggarakan upaya kesehatan
5. Dukungan dana dari Pemerintah desa dan sumber
lainnya, antara lain swadaya dan dunia usaha
6. Peran serta aktif masyarakat dan ormas
7. Peraturan kepala desa/Bupati/Walikota yang mendukung
8. Pembinaan PHBS rumah tangga
DITUJUKAN UNTUK
MENINGKATKAN PERAN
SERTA AKTIF SELURUH
KOMPONEN MASYARAKAT
9. Indikator Desa/Kelurahan Siaga Aktif
1. Keberadaan dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan
2. Adanya kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan dan keluarga siaga aktif
3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka atau
memberikan pelayanan setap hari
4. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan penanggulangan bencana dan kegawat
daruratan kesehatan, surveilans berbasis masyarakat serta penyehatan lingkungan
5. Adanya pendanaan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dari APBDes atau
anggaran kelurahan, masyarakat dan dunia usaha
6. Adanya peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan
kesehatan di Desa dan Keluarga Siaga Aktif
7. Adanya peraturan di desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga aktif
8. Adanya pembinaan PHBS di rumah tangga
Kepmenkes Nomor 1529 Tahun 2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif
10. PENTAHAPAN
DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF
Desa
Siaga
Aktif
Pratama
Desa
Siaga
Aktif
Madya
Desa
Siaga
Aktif
Purnama
Desa
Siaga
Aktif
Mandiri
11. KRITERIA
PENTAHAPAN DESA/ KELURAHAN SIAGA AKTIF
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
1 Forum Desa/ Kelurahan Ada, belum berjalan Berjalan, belum rutin
setiap Triwulan
Berjalan rutin setiap
Triwulan
Berjalan setiap Bulan
2 Kader Pemberdayaan
Masyarakat
Minimal 2 orang Ada 3-5 orang Ada 6-8 orang Ada 9 orang atau lebih
3 Kemudahan Akses
Pelayanan Kesehatan Dasar Ya Ya Ya Ya
4 Posyandu & UKBM Posyandu Ya, UKBM
lainnya tidak aktif
Posyandu & 2 UKBM
lainnya aktif
Posyandu & 3 UKBM
lainnya
Posyandu & 4 UKBM
lainnya aktif
5 Dukungan dana untuk
kegiatan kesehatan di
Desa/ Kelurahan
Ada dana dari Pemerintah
Desa/ Kelurahan
Belum ada dana dari
sumber lain
Ada dana dari Pemerintah
Desa/ Kelurahan dan
Satu sumber dana lainnya
Ada dana dari Pemerintah
Desa/ Kelurahan dan
Dua sumber dana lainnya
Ada dana dari Pemerintah
Desa/ Kelurahan dan
Dua sumber dana lainnya
6 Peran serta masyarakat
dan Organisasi
kemasyarakatan
Ada peran serta aktif
masyarakat
Tidak ada peran serta aktif
ormas
Ada peran serta aktif
masyarakat
Peran serta aktif satu
ormas
Ada peran serta aktif
masyarakat
Peran serta aktif satu
ormas
Ada peran serta aktif
masyarakat
Peran serta aktif satu
ormas
7 Peraturan Kepala Desa/
Bupati/ Walikota
Belum ada Ada. Belum direalisasikan Ada. Sudah direalisasikan Ada. Sudah direalisasikan
8 Pembinaan PHBS di Rumah
Tangga
Pembinaan PHBS kurang
dari 20% rumah tangga
yang ada
Pembinaan PHBS minimal
20% rumah tangga yang
ada
Pembinaan PHBS minimal
40% rumah tangga yang
ada
Pembinaan PHBS minimal
70% rumah tangga yang
ada
12. DATA STRATA DESA/KELURAHAN SIAGA AKTIF
DI KABUPATEN PANGANDARAN TAHUN 2020
2020
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
9
60
24
0
64,52%
25,81%
9,68%
13. Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pencegahan COVID 19
Adalah segala upaya yang
dilakukan oleh seluruh komponen
masyarakat dengan menggali
potensi yang dimiliki masyarakat
agar berdaya dan mampu
berperanserta mencegah penularan
COVID 19 pendamping
14. Peran Puskesmas Dengan Pemberdayaan
Desa/Kelurahan Siaga Covid-19
Puskesmas BERSAMA aparat Desa/Kelurahan/RT-RW bekerjasama dalam memantau pelaksanaan prevensi, deteksi dan respon
pandemic COVID-19 di individu, keluarga dan masyarakat
INDIVIDU dan KELUARGA
Penerapan etika batuk/bersin,
PHBS (CTPS, meningkatkan
imunitas dengan makan gizi
seimbang, vitamin, istrahat
cukup, olahraga, tdk merokok )
MASYARAKAT
Physical distancing,
PSBB
Sanitasi
lingkungan
Bagi masyarakat yg tidak memungkinkan untuk
isolasi di rumah secara mandiri
• Peran Masyarakat: pemanfaatan dan
pemeliharaan rumah isolasi,
• Peran Aparat Desa/ RT/RW: perencanaan,
sosialisasi dan tata kelola masyarakat yang
terdampak
• Peran Puskesmas: KIE, pemantauan kesehatan
kasus COVID, rujukan jika diperlukan
1
2
3
Penelusuran Kontak
Erat (contact tracing)
4 RUMAH ISOLASI
15. STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Peningkatan
pengetahuan dan
kemampuan masyarakat
Peningkatan kesadaran
masyarakat Pengembangan dan
pengorganisasian
masyarakat
Penguatan dan peningkatan
advokasi
Kemitraan dan pastisipasi
lintas sektor
Pemanfaatan potensi dan
sumber daya
Integrasi program
16. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan
COVID-19
Musyawarah masyarakat
RT/RW/Desa
Cari kemungkinan faktor
penyebab penularan dan
potensi wilayah
Pendataan kesehatan warga
Sosialisasi hasil pendataan dan kemungkinan
faktor penyebab penularan
Sosialisasi kebijakan dan program
pemerintah dalam pencegahan COVID-19
Faktor Perilaku: tidak
melakukan PHBS/CTPS
Non Perilaku: Lingkungan
Mendata potensi: SDM,
dana, sarana prasarana
Mendata kesehatan seluruh warga
termasuk warga yang berisiko tinggi
Mendata warga yang kluar masuk
wilayah
Menghimbau warga utk menginformasikan
jika ada orang asing atau warga yang datang
dari wilayah yang terjangkit COVID-19 yang
masuk ke wilayah
Menyepakati kegiatan
17. Menyusun rencana
kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Keberlangsungan kegiatan
(pemantauan dan evaluasi)
• Sampaikan informasi ttg
COVID-19 (penyebab, cara
penularan, pencegahan)
• Edukasi ttg cara-cara
pencegahan COVID-19 (etika
batuk/bersin, cara CTPS, cara
menggunakan masker)
• Sarana edukasi: pengeras
suara, saluran komunikasi
elektronik (group whats app,
dll)
• Jadwal pelaksanaan, sasaran,
rencana anggaran dan PJ
• Dilaksanakan sesuai jadwal
yang telah
direncanakanbersama
• Kegiatan dicatat dan
dilaporkan menggunakan
format laporan kegiatan
• Dilakukan oleh masyarakat
bersama dengan pengurus
RT/RW/Desa dan
pendamping teknis
(Puskesmas) untuk
menjamin kesinambungan
pemberdayaan masyarakat
• Dilakukan melalui kegiatan
pemantauan serta evaluasi,
sosialisasi, penerbitan
peraturan local, pertemuan
berkala
Tahapan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan
COVID-19
18. PERAN Dalam Pencegahan COVID 19
Ketua RW/RT
Tokoh Agama/Tokoh
Adat/Tokoh
Masyarakat
Sistem Keamanan
Lokal
Kader Kesehatan
a. Berkoordinasi dengan
perangkat RW/RT
b. Menganjurkan warga
menerapkan protokol
kesehatan
c. Bersama Puskesmas/tenaga
kesehatan di wilayahnya
mengedukasi warga
d. Memantau dan memastikan
protokol kesehatan berjalan
sesuai ketentuan
1. Berkoordinasi dengan forum
kerukunan umat beragama
memantau perkembangan
penanganan COVID-19
Melakukan jadwal
peribadatan dan informasi
beribadah mengacu prinsip
pencegahan dan pengendalian
COVID-19 pada masa adaptasi
kebiasaan baru
2. Menyampaikan informasi
mengenai COVID-19 kepada
warga melalui kegiatan
keagamaan, kebudayaan atau
kemasyarakatan
3. Bekerjasama dengan Ketua
RW/RT dan Kepala Desa/Lurah
dalam mengedukasi warga
1. Bersama Ketua RW/RT
membuat jadwal siskamling
2. Membantu penegakan disiplin
masyarakat dalam melakukan
protokol kesehatan
3. Bekerjasama pengamanan
desa lainnya dalam penegakan
keamanan dalam pencegahan
dan pengendalian COVID-19
pada masa adaptasi kebiasaan
baru
1. Membantu Ketua RW/RT
kepada keluarga terdampak
COVID-19
2. Menyampaikan informasi
pencegahan COVID-19 kepada
warga sekitar
3. Mendorong partisipasi warga
untuk melakukan protokol
kesehatan dan menjaga
kebersihan diri, kebersihan
rumah dan lingkungannya
4. Bekerjasama dengan
Puskemas
19. 1. Menjaga jarak fisik (physical distancingMembantu aparat RT/RW/Desa dalam
melakukan upaya pencegahan COVID-19
2. Saling mengingatkan sesame warga untuk menjaga kebersihan dan keamanan
lingkungan Membantu pemenuhan logistik bagi warga yang menjalani isolasi mandiri
di rumah
3. Jika merasa sakit, segera melapor kepad Ketua RT/RW/Kepala Desa dan Petugas
Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
(menggunakan transportasi pribadi, pakai masker saat keluar rumah dsb)
Peran Masyarakat
20. PROTOKOL KESEHATAN
PERLINDUNGAN KESEHATAN INDIVIDU
ATTITUDE
KESADARAN
DIRI Perilaku hidup bersih
dan sehat
memperhatikan
kelompok rentan
Segera mandi dan
berganti pakaian setelah
berpergian
Kepkes No. HK.01.07/Menkes/382/2020 ttg Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di Tmpat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian COVID-19
21. Detect (Unsur Penemuan Kasus)
• Fasilitasi dalam deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19, yang dapat dilak
ukan melalui berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan
kesehatan.
• Melakukan pemantauan kondisi Kesehatan terhadap semua orang yang ada di tempat
dan fasilitas umum.
Respon: Bila ada yang positif covid +
Tracing /pelacakan kontak, Lokalisir daerah terkontaminasi,
Desinfeksi, Test PCR/Rapid Test, Penanganan penderita
PROTOKOL KESEHATAN
PERLINDUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT
(Unsur Pencegahan)
22. KEL/ MASYARAKAT
MAMPU KENALI MASALAH
KESEHATAN
SADAR, TAHU, MAMPU UNTUK
MEMELIHARA, MENCEGAH,
MENANGGULANGI & TINGKATKAN
KESEHATANNYA
FORUM MASYARAKAT DESA/ KELURAHAN
SURVEILANS BERBASIS
MASY
DESA SIAGA DESA SEHAT KECAMATAN SEHAT
IMPLEMENTASI PERAN KOLABORASI DALAM PENGELOLAAN DESA SIAGA AKTIF
PEMETAAN
MASALAH
Community
Organization
Community
FUND
Community
Material
Community
Knowledge
Community
Technologyl
Wadah masyarakat dalam penyampaian aspirasi kesehatan untuk koordinas,
integrasi, singkronisasi, simplifikasi PRIORITAS PERENCANAAN di desa /
kelurahan
SASARAN :
• Individu
• Keluarga
• Masyarakat
• Kelompok
KOLABORASI
PENTAHELIX
FORUM KOTA/
KAB SEHAT
Wadah masyarakat salurkan
aspirasi & partisipasi menentukan
arah, prioritas perencanaan
pembangunan wilayah yg
mengintegrasikan berbagai aspek
MASY
TATANAN SEHAT
• UKM ESENSIAL
• UKBM PENGEMBANGAN
MASYARAKAT MANDIRI HIDUP
SEHAT
• PROGRAM PRIORITAS
Pelayanan Kes Dasar:
Pelayanan kes ibu hamil
Pelayanan kes ibu menyusui
Pelayanan kes utk anak
Penemuan & penanganan penderita penyakit
Pemberdayaan Masy:
Mengembangkan Usaha Kes Bersum-berdaya Masy (Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Suami Siaga, dll)
Mendorong Survailans (Pengamatan/ Pemantauan, Pelaporan Cepat, Pencegahan & penanggulangan, Pelaporan Kematian)
PHBS:
Pengetahuan & kesadaran masy, kewaspadaan & kesiapsiagaan masy, kel sadar gizi & PHBS, kes lingk, kemampuan masy mandiri dlm bid kes.
Contoh selanjutnya intervensi kesehatan dalam strategi promotif dan preventif dengan mempertimbangkan bio psiko sosio kultural adalah :
Tradisi Mengawinkan Anak Setelah menginak umur 15 Tahun - Grobogan
Masyarakat di wil kerja Puskesmas Kradenan I mengharuskan anak perempuannya segera menikah jika sudah menginjak umur 15 tahun. Anak perempuan diyakini tidak akan mendapatkan jodoh jika belum menikah sampai dengan umur 20 tahun
Fenomena perkawinan anak di bawah umur 20 tahun menjadi faktor risiko terjadinya komplikasi saat kehamilan dan persalinan, sehingga berperan meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. Hal ini disebabkan karena belum matangnya fungsi reproduksi di umur tersebut. Gangguan kehamilan yang terjadi juga bisa berpengaruh terhadap kualitas anak yang dilahirkan. Anak dari hasil perkawinan dini cenderung kurang gizi, stunting, BBLR, dan rentan lahir prematur. data kesehatan puskesmas Kradenan 1 juga menyebutkan Hanya 27.10% ibu hamil yang memeriksa kandungan pada trimester 1 (K1)
Terdapat 28 kehamilan beresiko tinggi dengan rincian 24% ibu hamil anemia dan 15% ibu hamil KEK.
Beberapa intervensi yang dilakukan antara lain :
Membentuk generasi emas kradenan (GEMAS) antara kesehatan dengan dinas kependudukan, Keluarga berencana dan pembangunan keluarga (KKBPK) sosialisasi kesehatan reproduksi dan program pendewasaan usia pernikahan kepada siswa-siswi yang masih sekolah, selanjutnya akan ditunjuk sebagai konselor sebaya.
Bekerjasama dengan KUA untuk memberlakukan Kartu Nikah Sehat sebagai salah satu syarat administrasi menikah.
Perubahan pasca setelah 1 tahun intervensi menunjukkan data :
Cakupan K1 menjadi sebesar 71,74%
Persetase ibu hamil anemia menjadi sebesar 23%
Persentase ibu hamil KEK menjadi sebesar 12%
Sesuai Permenkes No. 8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, yang selanjutnya disebut Pemberdayaan Masyarakat adalah proses untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan individu, keluarga serta masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya kesehatan yang dilaksanakan dengan cara fasilitasi proses pemecahan masalah melalui pendekatan edukatif dan partisipatif serta memperhatikan kebutuhan potensi dan sosial budaya setempat.
Terkait dengan Covid-19, pemberdayaan masyarakat tersebut ditujukan kepada upaya-upaya pencegahan Covid-19 di masyarakat
Penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat tersebut dilakukan dengan tahap:
a. Pendataan kesehatan warga
b. Identifikasi fajtor penyebab penularan dan potensi wilayah yang dimiliki
c. musyawarah masyarakat di RT/RW/desa/kelurahan;
d. Menyusun rencana kegiatan
e. pelaksanaan kegiatan; dan
f. Keberlangsungan kegiatan termasuk didalamnya adalah pemantauan dan evaluasi
Puskesmas bersama aparat Desa/Kelurahan/RT-RW bekerjasama dalam memantau pelaksanaan prevensi, deteksi dan respon selama pandemi Covid-19 di individu, keluarga dan masyarakat.
Pada tingkat individu dan keluarga :
Puskesmas memberikan KIE terkait penerapan etika batuk/bersin, PHBS (CTPS, meningkatkan imunitas dengan makan gizi seimbang, vitamin, istrahat cukup, olahraga, tidak merokok )
Pada tingkat masyarakat :
Memberikan KIE dan mengingatkan masyarakat untuk melakukan physical distancing, PSBB
Menjaga sanitasi lingkungan
Melakukan kontak erat (contact tracing) bersama masyarakat
Memantau kesehatan masyarakat yang melakukan isolasi mandiri baik di rumah sendiri atau di rumah isolasi.
Strategi pemberdayaan masyarakat meliputi:
peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi;
peningkatan kesadaran masyarakat melalui penggerakan masyarakat;
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat;
penguatan dan peningkatan advokasi kepada pemangku kepentingan;
peningkatan kemitraan dan partisipasi lintas sektor, lembaga kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, dan swasta;
peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya berbasis kearifan lokal; dan
pengintegrasian program, kegiatan, dan/atau kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan masyarakat
a. Berkoordinasi dengan perangkat RW/RT terkait upaya pencegahan COVID-19 seperti:
Mengorganisir kegiatan dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19 seperti pemenuhan logistik bagi warga yang melakukan isolasi mandiri di rumah, menggalang donasi untuk mendukung keluarga yang melakukan isolasi mandiri, menyediakan sarana CTPS, membantu warga yang kurang mampu/sakit/lansia yang tidak memiliki keluarga
Memfasilitasi dan mendorong keaktifan perangkat RW/RT, Toga/Toma, Kader, sistem keamanan lokal, relawan desa lawan COVID-19 dan kelompok potensial warga lainnya dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19
Melakukan pemantauan mobilitas warga yang keluar masuk wilayahnya
Menyiapkan alternatif lokasi dan fasilitas isolasi mandiri yang layak atas kesepakatan masyarakat
b. Menganjurkan warga untuk menerapkan protokol kesehatan
c. Bersama Puskesmas/tenaga kesehatan di wilayahnya mengedukasi warga tentang:
Upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 dalam masa adaptasi kebiasaan baru
Isolasi mandiri di rumah, khususnya yang memiliki riwayat kontak erat
Agar tidak memberi stigma buruk kepada ODP, PDP atau positif COVID-19
d. Memantau dan memastikan protokol kesehatan berjalan sesuai ketentuan
6. Masyarakat
Menjaga jarak fisik (physical distancing):
Dilarang berdekatan dengan orang atau mengatur jarak minimal 1-2 meter
Hindari transportasi publik
Tetap berada di rumah saja
Bekerja, ibadah dan belajar dari rumah
Menerapkan etika batuk
Melakukan CTPS
Menggunakan masker jika sakit
Hindari berkumpul massal/berkerumun
Hindari bepergian keluar kota/luar negeri
Jika anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia
Membantu aparat RT/RW/Dusun dalam melakukan upaya pencegahan COVID-19
Saling mengingatkan sesame warga untuk menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan Membantu pemenuhan logistik bagi warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah
Jika merasa sakit, segera melapor kepad Ketua RT/RW/Kepala Desa dan Petugas Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan (menggunakan transportasi pribadi, pakai masker saat keluar rumah dsb)
7. Posyandu
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/382/2020 tentang Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di Tmpat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian COVID-19, bahwa masyarakat perlu berpartisipasi untuk dapat memutus mata rantai penularan COVID-19 (risiko tertular dan menularkan) dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari
Protokol kesehatan tersebut adalah perlindungan kesehatan individu dan masyarakat.
Prinsip pencegahan penularan COVID-19 pada individu dilakukan dengan menghindari masuknya virus melalui hidung, mulut dan mata dengan beberapa tindakan, seperti:
Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan mulut hingga dagu, jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19). Apabila menggunakan masker kain, sebaiknya gunakan masker kain 3 lapis.
Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol/handsanitizer. Selalu menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak bersih (yang mungkin terkontaminasi droplet yang mengandung virus).
Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Jika tidak memungkinkan melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya. Rekayasa administrasi dapat berupa pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara lain dapat berupa pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan keluar, dan lain sebagainya.
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup (minimal 7 jam), serta menghindari faktor risiko penyakit. Orang yang memiliki komorbiditas/penyakit penyerta/kondisi rentan seperti diabetes, hipertensi, gangguan paru, gangguan jantung, gangguan ginjal, kondisi immunocompromised/penyakit autoimun, kehamilan, lanjut usia, anak-anak, dan lain lain, harus lebih berhati-hati dalam beraktifitas di tempat dan fasilitas umum.
Hal lain kita perlu perhatikan yaitu kelompok rentan, perilaku hidup bersih dan sehat serta desinfeksi peralatan yang digunakan. Kita tentunya harus terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran di masyarakat agar tertib dalam melaksanakan protokol kesehatan ini, sehingga diharapkan akan timbul perilaku serta kebiasaan untuk hidup bersih dan sehat.
Dalam perlindungan kesehatan masyarakat peran pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab tempat dan fasilitas umum sangat penting untuk menerapkan sebagai berikut:
Unsur pencegahan (prevent)
Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk memberikan pengertian dan pemahaman bagi semua orang, serta keteladanan dari pimpinan, tokoh masyarakat, dan melalui media mainstream.
Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses dan memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer, upaya penapisan kesehatan orang yang akan masuk ke tempat dan fasilitas umum, pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan, ruangan, dan peralatan secara berkala, serta penegakkan kedisplinan pada perilaku masyarakat yang berisiko dalam penularan dan tertularnya COVID-19 seperti berkerumun, tidak menggunakan masker, merokok di tempat dan fasilitas umum dan lain sebagainya.
B. Unsur penemuan kasus (detect)
Fasilitasi dalam deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19, yang dapat dilakukan melalui berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan.
Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua orang yang ada di tempat dan fasilitas umum.
C. Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)
Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang lebih luas, antara lain berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan pelacakan kontak erat, pemeriksaan rapid test atau Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), serta penanganan lain sesuai kebutuhan. Terhadap penanganan bagi yang sakit atau meninggal di tempat dan fasilitas umum merujuk pada standar yang berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.