SlideShare a Scribd company logo
1 of 67
Kusnandi Rusmil
• Position & Organization:
Current:
– Head Division of Growth-Development & Social Pediatrics, RSHS
/ FK UNPAD
– Member of National Committe Immunization Technical Advisory,
Ministry of Health
– Member of National Committe of Eradication polio , Ministry
Health
– Member of Immunization Task Force,Indonesian Pediatric
Society (IPS)
– Chairman adverse even folowing immunization, West jawa
– Chairman of Children Protection Agency , West Java
– Honorary Chairman of YPAC, Bandung
KEAMANAN VAKSIN CAMPAK RUBELLA
Kusnandi Rusmil
Komda Kipi Jabar
Latar Belakang
• Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi
campak dan pengendalian Rubela/CRS pada tahun
2020
Jumlah vaksin rutin anak di negara berkembang dan
Established Market Countries
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1975 1980 1985 1990 1995 2000
Established Market
Developing Countries
Varicella
Acell pertussis
Pneumococcal *
meningoccoal C*
Measles
DPT
Poliomyelitis
BCG
Hepatitis B**
Measles
Mumps
Rubella
DPT
Poliomyelitis
Haemophilus Influenzae
Hepatitis B
*Estimated future use
**Used in ~ 50% of global birth cohort
Source:Vaccine selection J.Wenger, 2001
Jenis Vaksin Sesuai Kelompok Umur
DPT, Polio, MMR, Tifus, HepA, Varisela,
Influenza, Hib, Pneumokokus
DPT, Polio,Campak, MMR, Tifoid, HepA,
Varisela, Influenza, Pneumo
TT, HepB, (MM)R, Tifoid, HepA, Varisela,
Influenza, Pneumo,HPV
BCG, Polio, Hepatitis B, DTP , Campak,
Hib,Pnemokokus,Rotavirus
Lahir-1 th
1-4th
5-12 th
12-18 th
Influenza dan Pneumokokus
Lansia
Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.42 Th.2013
Imunisasi booster
Peraturan Menteri Kesehatan
RI No.42 Th.2013
JENIS DAN JADWAL IMUNISASI (PP no 42 tahun 2013)
CATATAN:
Backlog fighting: melengkapi imunisasi dasar 3 tahun, pada desa tidak mencapai UCI (berturut-turut 2 tahun); Crash Program: wilayah yang memerlukan
intervensi cepat mencegah terjadinya KLB; PIN: kegiatan imunisasi serentak di suatu negara dalam waktu yang singkat; sub PIN: menyerupai PIN namun di
wilayah terbatas; Catch up campaign Campak: upaya memutuskan transmisi penularan campak pada anak usia sekolah dasar. Bayi yang telah mendapat
imunisasi dasar DPT-HB-Hib1,2,3 = T2; menyelesaikan imunisasi lanjutan DP-HB-Hib = T3; menyelesaikan DT dan Td sekolah dasar = T4 dan T5.
Imunisasi pada wanita subur diberikan pada saat antenatal, sebelum imunisasi dilakukan skrining imunisasi T, bila status lengkap (T5) dengan bukti, tidak
perlu diimunisasi.
Imunisasi Wajib
Imunisasi Khusus
Imunisasi Rutin
Imunisasi Lanjutan
Imunisasi Dasar
Imunisasi Tambahan Backlog Fighting
Crash Program
PIN
Sub PIN
Catch up Campaign
Campak
Imunisasi dalam KLB
Meningitis
Meningokokus
Yellow Fever Rabies
Imunisasi Pilihan Measles, Mumps, Rubella Tifoid
Varisella
Hepatitis A
Influenza
Pneumokokus
Rotavirus
Japanese
Enscephalitis
Human Papilloma Virus
Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur
(WUS)
https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization-
week/
Definisi: penyakit infeksi virus akut,
sangat menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium inkubasi,
prodormal dan erupsi
Penyebab : virus campak Myxovirus
Viridae Measles
Cara penularan : percikan ludah dan
melalui jalan napas.
Komplikasi berat : radang paru,
radang otak, diare, radang telinga,
dehidrasi, kematian
Apakah Campak?
Gejala :
- Demam,
- Bercak kemerahan ,
- Batuk, pilek,
- Konjungtivitis (mata merah)
- Selanjutnya timbul ruam pada
muka dan leher, kemudian menyebar
ke tubuh dan tangan serta kaki.
11
BAB 2
Gejala Campak?
Bahaya Penyakit Campak
• sakit berat  kematian
• tidak mau makan minum  gizi buruk
• diare berat
• infeksi paru (pneumonia)  kematian
• memperberat penyakit Tb paru
• radang otak
• Dapat menimbulkan wabah/KLB
Patogenesa Campak
Definisi: penyakit infeksi virus akut, sangat
menular yang biasanya berupa penyakit ringan
pada anak.
Penyebab : virus Rubella
Cara penularan : melalui saluran napas pada
saat batuk atau bersin
Komplikasi berat : bila menulari ibu hamil
pada trimester pertama atau awal kehamilan,
dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan
pada bayi yang dilahirkan yang dikenal sebagai
Sindroma Rubella Kongenital atau Congenital
Rubella Syndrome (CRS)
Apakah Rubella?
Courtesy of PGPKT
Gejala :
- Demam ringan,
-Bercak kemerahan/rash
makulopapuler di kulit terutama di
wajah, lengan dan kult kepala
mirip campak biasa karenanya
sering disebut campak Jerman,
-Ruam hanya 2-3 hari dan hilang
sendiri (disebut campak 3 hari)
- Pembesaran kelenjar limfe di
belakang terlinga, leher belakang
dan sub oksipital.
16
Gejala Rubella?
Bila terjadi pada:
Anak sering hanya menimbulkan
gejala demam ringan atau bahkan
tanpa gejala sehingga sering tidak
terlaporkan,
Wanita dewasa sering
menimbulkan arthritis atau
artharalgia
Wanita hamil terutama trimester 1
dapat mengakibatkan abortus atau
bayi lahir dengan CRS
Definisi: sindrom kecacatan pada bayi
baru lahir yang meliputi kelainan pada
jantung dan mata, ketulian dan
keterlambatan perkembangan
Penyebab : ibu hamil terutama
trimestes 1 yang terinfeksi virus Rubella
Cara penularan : ibu hamil menulari
janin melalui placenta
Ibu hamil terinfeksi di usia kehamilan
<12 minggu risiko janin tertular 80-90%
Jika infeksi di kehamilan 15-30 minggu,
risiko janin tertular 10-20%
Apakah Congenital Rubella Syndrome (CRS)?
Tujuan Kampanye Imunisasi MR
• Meningkatkan kekebalan masyarakat
terhadap campak dan rubella secara cepat
• Memutuskan transmisi virus campak dan
rubella
• Menurunkan angka kesakitan campak dan
rubella
• Menurunkan angka kejadian CRS
Rencana Strategis
2015-2020
• Penguatan imunisasi rutin campak dengan minimal
cakupan 95% di semua level
• Imunisasi campak lanjutan usia 18 bulan
• Crash program campak pada balita di 183 kab/kota risiko
tinggi bulan Agustus 2016
• Kampanye imunisasi MR (catch up campaign) tahun
2017-2018 untuk anak 9 bulan – <15 tahun
• Introduksi vaksin MR ke dalam program imunisasi rutin
tahun 2017-2018
Timeline Kampanye dan Introduksi MR
Fase 1
Kampanye
Imunisasi MR
(Jawa )
Introduksi
ke dalam
imunisasi
rutin
(Jawa)
Fase 2
Kampanye
Imunisasi MR
(luar Jawa)
Introduksi
ke dalam
imunisasi
rutin
(luar Jawa)
Agst-
Sept
2017
Okt
2017
Agst-
Sept
2018
Okt
2018
Sasaran usia 9 bulan - <15 tahun
VAKSIN  Orang sehat
Standar keamanan yang tinggi
Tanggung jawab NRA(BPOM)
Pra-registrasi:
Uji Klinis
KIPI:
Monitor/
Investigasi
KIPI:
Peninjauan
terus menerus
Prioritas Vaksin:
Vaksinasi yang Aman
• Adalah produk biologis yg mengandung
antigen penyakit (bakteri/virus: hidup yang
dilemahkan ,atau bakteri/virus yang mati
atau produk dari bakteri/virus) apabila
diberikan ke dalam tubuh akan
menimbulkan zat anti penyakit/anti bodi.
Vaksin
• KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak
diinginkan yang terjadi setelah pemberian
imunisasi, kejadian ikutan ini tidaklah harus
memiliki hubungan sebab akibat dengan
vaksin.
• Kejadian ikutan dapat berupa gejala yang
membuat tidak nyaman atau tanda klinis
penyakit tertentu, atau hasil laboratorium
yang tidak normal
Sumber: WHO. Causality Assessment of an Adverse Event Following Immunization (AEFI): user
manual for the revised WHO classification. 2013; p.2. Dapat diakses pada: http://in.vaccine-safety-
training.org/
Definisi KIPI (WHO)
Klasifikasi KIPI
• Klasifikasi Lapangan
 untuk petugas kesehatan di lapangan
• Klasifikasi Kausalitas KIPI
 untuk telaah komnas dan komda KIPI
– Kausalitas WHO 2009
– Kausalitas WHO 2013
Klasifikasi Lapangan KIPI,
WHO 1999
1. Reaksi vaksin
2. Kesalahan program / teknik pelaksanaan
imunisasi
3. Reaksi suntikan
4. Faktor kebetulan (Koinsidens)
5. Tidak diketahui
Klasifikasi lapangan dipakai pada
pencatatan & pelaporan KIPI
Immunisation Department, Centre
for Infections
Komposisi Vaksin
•Bahan aktif = Antigen
•Sebagai tambahan, vaksin juga mengandung: antara lain :
Komponen Fungsi Contoh
Adjuvan Meningkatkan respon imun terhadap
vaksin
Garam aluminium
Pengawet Mencegah kontaminasi bakteri atau jamur
terhadap vaksin
Thiomersal
Aditif/ tambahan Mestabilkan vaksin dari kondisi
merugikan seperti freeze-drying atau
panas, untuk menjaga potensi vaksin
Gelatine
Residual dari
proses
pembuatan
Agen peng-non-aktif
Antibiotik – mencegah kontaminasi
bakteri selama proses pembuatan
Protein telur – beberapa virus vaksin
tumbuh di sel embrio ayam
Ragi protein
Formaldehide
Neomycin, streptomycin,
polymyxin B
Influenza, yYllow fever
Vaksin HepB
Komponen Aktif
Komponen aktif vaksin Antigen
Ada beberapa mekanisme untuk mendapatkan
komponen aktif
 Melemahkan virus atau bakteri
Varicella, rotavirus, MMR
 Membunuh virus atau bakteri
 Dibunuh dengan bahan kimia seperti formaldehid
 Hepatitis A, influenza
PENYEBAB KIPI: Komponen dan
Cara Pemberian
Komponen Vaksin:
• Antigen: Viral-Bacteria (live-attenuated/ hidup
dilemahkan, inaktif), subunit, toxoid
• Stabilizer: MgCl2 MgSO4
• Adjuvan: Al
• Antibiotik: neomycin
• Pengawet: Thiomersal, Formaldehyde, derivat Phenol
PENANGANAN
VAKSIN
RUTE PEMBERIAN:
• Oral
• Intradermal
• Subkutan
• Intramuskular
KIPI
REAKSI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN PRODUK VAKSIN
Frekuensi Reaksi Vaksin
Sering sekali * > 1/10 > 10%
Sering > 1/100 - < 1/10 > 1.0 % - < 10%
Jarang > 1/1,000 - < 1/100 > 0.1 % - < 1 %
Jarang sekali > 1/10,000 - < 1/1,000 > 0.01% - < 0.1%
Sangat jarang
sekali *
< 1/10,000 < 0.01%
Global Manual Surveillance AEFI. WHO 2014
Reaksi Ringan
Sering – Sering sekali
Vaksin Reaksi lokal
(nyeri,pembengkakan,
kemerahan)
Demam >38oC Rewel, tdk
enak badan &
gejala sistemik
BCG 90 – 95 % - -
Hib 5 – 15 % 2 – 10 % -
Hep B Dws: 15 % ; Anak: 5 % - 1 – 6 %
Measles/
MMR
~10 % 5 – 15 % 5 % ruam
Polio
(OPV)
- < 1 % < 1 %**
~10 %* ~10 % ~25 %
DTP
(pertusis)
Sampai 50 % Sampai 50 % Sampai 55 %
* Kejadian (rate) reaksi lokal mungkin meningkat pd booster, bisa sampai 50-85%
** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot.
Reaksi Berat
Jarang – Sangat jarang sekali
Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta
dosis
BCG Lymfadenitis Supuratif
BCG osteitis
BCG Diseminata
2-6 bulan
1-12 bulan
1-12 bulan
100-1000
1-700
2
Hib Tidak diketahui -
Hep B Anafilaksis
Sindrom Guillain Barré
0-1 jam
1-6 minggu
1-2
5
Measles/
MMR
Kejang demam
Trombositopenia
Anafilaksis
Ensefalopati
5-12 hari
15-35 hari
0-1 jam
-
333
33
1-50
< 1
Polio (OPV) Vaccine-associated paralytic
poliomyelitis (VAPP)
Risiko meningkat pada dosis
pertama, dewasa, dan
penderita imunokompromais
4-30 hari 0.76-1.3
(dosispertama)
0.17 (dosis
berikutnya)
0.15 (kontak)
Reaksi Berat (2)
Jarang – Sangat jarang sekali
Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta
dosis
Tetanus Neuritis brakial
Anafilaksis
Abses steril
2-28 hari
0-1 jam
1-6 minggu
5-10
1-6
6-10
Tetanus-
difteri
Sepert reaksi tetanus -
DTP Persisten inconsolable
screaming (>3 jam)
Kejang
Hypotonic,hyporesponsive
episode (HHE)
Anafilaksis / renjatan
Ensefalopati
0-24 jam
0-3 hari
0-24 jam
0-1 jam
0-3 hari
1000 - 60 000
570
570
20
0-1
REAKSI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KESALAHAN
PROSEDUR
Kesalahan Program (1)
Kesalahan Program
Tidak steril
• Pemakaian ulang alat suntik /
jarum
• Sterilisasi tidak sempurna
• Vaksin / pelarut
terkontaminasi
• Pemakaian sisa vaksin utk
beberapa sesi vaksinasi
Salah pakai pelarut
vaksin
• Pemakaian pelarut vaksin yg
salah
• Memakai obat sbg vaksin
Perkiraan KIPI
Infeksi
• Abses lokal di daerah
suntikan
• Sepsis, sindrom syok toksik
• Infeksi penyakit yang
ditularkan lewat darah:
hepatitis, HIV
• Abses lokal karena kurang
kocok
• Efek negatif obat, mis. insulin
• Kematian
• Vaksin tidak efektif
Kesalahan Program (2)
Kesalahan Program
Penyuntikan salah
tempat
• BCG subkutan
• DPT/DT/TT kurang dalam
• Suntikan di bokong
Transportasi /
penyimpanan
vaksin tidak benar
Perkiraan KIPI
• Reaksi lokal /
abses
• Reaksi lokal /
abses
• Kerusakan Nervus
Isiadikus
• Reaksi lokal
akibat vaksin beku
• Vaksin tidak aktif
Pentingnya Mengenal Indikasi
Kontra
• Mengabaikan indikasi kontra  muncul reaksi
vaksin yang sebetulnya dapat dihindari
– Diperlukan pengetahuan bagi pelaksana imunisasi
untuk memperhatikan instruksi penggunaan vaksin
yang benar,
Contoh Indikasi Kontra
(Kebijakan Imunisasi WHO 2002)
Vaksin Indikasi Kontra
SEMUA vaksin Reaksi anafilaksis terhadap vaksin/ komponennya;
demam yang berat
DTP Anafilaksis terhadap dosis sebelumnya atau terhadap
salah satu komponennya
Campak Reaksi berat pada vaksinasi sebelumnya, gangguan
imunitas bawaan atau didapat (tetapi bukan HIV
tanpa gejala), kehamilan
Mumps Defisiensi imun didapat / imunosupresi, alergi
neomycin, gelatin. Hindari kehamilan meskipun
belum ditemukan adanya gangguan pada kehamilan.
Hepatitis B Anafilaksis pada dosis sebelumnya
Yellow fever Alergi telur, defisiensi imun, HIV simptomatik,
hipersensitifitas pada dosis sebelumnya, kehamilan
Reaksi yang Berhubungan dengan
Kecemasan
• Reaksi suntikan langsung
– Rasa sakit, bengkak & kemerahan
• Reaksi suntikan tidak langsung
– Rasa takut / cemas
– Nafas tertahan
– Pernafasan sangat cepat  light headedness, dizziness
– Pusing, mual / muntah  anak-anak
– Kejang  kasus jarang
– Pingsan / Sinkope  sering, anak-anak lebih tua & dewasa
– Hysteria massal
Klasifikasi KIPI berdasarkan kausal
(WHO,2014)
1
Reaksi yang
berhubungan
dengan
produk vaksin
CONTOH
Trombositope
-nia pasca
pemberian
vaksin
campak
2
Reaksi yang
berhubungan
dengan defek
kualitas vaksin
CONTOH
Kegagalan
pabrik vaksin
untuk
menginaktiva
si secara
komplit suatu
lot vaksin IPV
yang
menyebabka
n polio
paralitik
3
Reaksi yang
berhubungan
dengan
kesalahan
prosedur
CONTOH
Transmisi
infeksi
melalui vial
multidosis
yang
terkontami-
nasi
4
Reaksi yang
berhubungan
dengan
kecemasan
CONTOH
Vasovagal
syncope
pada
seorang
dewasa
muda
setelah
imunisasi.
5
Koinsiden
CONTOH
Demam
setelah
imunisasi
(hubungan
sementara)
dan parasit
malaria
yang
diisolasi
dari darah.
Kampanye MR
• Agustus – September 2017
• Anak usia 9 bulan - < 15 tahun
• Walau imunisasi dasar dan lanjutan sudah lengkap
• Disuntikkan di lengan kiri atas
• Kontra indikasi:
– Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi
– Wanita hamil
– Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya
– Kelainan fungsi ginjal berat
– Decompensatio cordis
– Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah
– Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn)
• Tunda :
– Sedang demam
– Sedang batuk pilek
– Sedang diare
• Vaksin buatan Biofarma Bandung  AMAN dan TERJAMIN kualitasnya
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR
• Vaksin MR sangat aman
• Reksi Lokal:
– Nyeri di lokasi suntikan
– Bengkak di lokasi suntikan
– Merah di lokasi suntikan
• Reaksi sistemik:
– Demam (hari ke 5 dan 6 pasca imunisasi) selama 5 hari  beri obat penurun
panas
– malaise
– kulit bintik-bintik merah (hari ke 7 – 10 pasca imunisasi) selama 2 – 4 hari
• KIPI serius:
– Anafilaksis
• Penangulangan :
– Demam, nyeri : beri obat demam / nyeri
– Demam , gelisah : minum sering, baju tipis
– Kulit bintik-bintik merah : mandi, beri bedak
• Pada sasaran yang lebih besar bisa terjadi reaksi
kecemasan berupa pingsan (bedakan dengan
anafilaksis)
• Reaksi kecemasan ringan ditandai oleh ekspresi
wajah yang penuh kecemasan dan pucat disertai
gejala-gejala hiperventilasi, sakit kepala ringan,
pusing, kesemutan di tangan dan sekitar mulut
• Pada pingsan tanda vital masih normal, bisa
diatasi dengan membaringkan penderita secara
terlentang
• KIPI yang koinsiden harus diwaspadai -->
penapisan status kesehatan anak penting
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR
Reaksi Onset interval Frekuensi kejadian
(per jumlah dosis)
Persentase reaksi
Nyeri ringan di lokasi suntikan ~ 24 jam ~1 per10 (~10%)
Demam ringan dan adenofati lokal ~ 24 jam ~1 per10 (~10%)
Demam > 39.4 C 7-12 hari 1 per 20 (5%)
Ruam atau rash 6-12 hari ~1 per 50 (~2%)
Kejang demam 7-10 hari 1 per 3,000 (~0.033%)
Trombositopeni Purpura 15-35 hari 1 per 30,000 (~0.0033%)
Reaksi anafilaksis 0-2 jam ~1 per 100,000 (~0.0001%)
Atralgia pada anak 7-21 hari ~1 per 33 0-3%
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR
KIPI Vaksin Rubela
(* Plotkin 2013)
Pengenalan syok anafilaktik
• Reaksi anafilaktik adalah KIPI paling serius
• Tatalaksananya harus cepat dan tepat mulai dari
penegakkan diagnosis sampai pada terapinya di
tempat kejadian, dan setelah stabil baru
dipertimbangkan untuk dirujuk ke RS terdekat.
• Reaksi anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas
generalisata atau sistemik yang terjadi dengan
cepat (umumnya 5-30 menit sesudah suntikan)
serius dan mengancam jiwa.
• Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat
menimbulkan syok yang disebut sebagai syok
anafilaktik.
Pengenalan syok anafilaktik
• Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan
(eritema) menyeluruh dan gatal (urtikaria)
dengan obstruksi jalan nafas atas dan/atau
bawah.
• Pada kasus berat dapat terjadi keadaan lemas,
pucat, hilang kesadaran dan hipotensi.
• Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul, makin
berat keadaan penderita.
• Denyut nadi sentral yang kuat (contoh: karotis)
tetap ada pada keadaan pingsan, tetapi tidak
pada keadaan anafilaktik.
Gejala Anafilaktik
Perjalanan Klinis Tanda dan gejala anafilaktik
Cepat, tanda peringatan awal  Gatal pada kulit, kemerahan (rash) dan bengkak sekitar lokasi
suntikan
 Pusing, rasa hangat
 Pembengkakan yang tidak sakit pada bagian tubuh seperti:
muka atau mulut.
 Muka kemerahan, kulit gatal, hidung tersumbat, bersin, mata
berair.
 Suara serak, mual, muntah
 Pembengkakan pada pada kerongkongan, sulit bernafas,
nyeri perut
Lambat, gejala mengancam jiwa  Nafas berbunyi mengi (wheezing), nafas berbunyi seperti
ngorok, sulit bernafas, pingsan, tekanan darah rendah, denyut
nadi lemah dan tidak teratur (irregular)
Isi Kit Anafilaktik
Bagaimana imunisasi rutin,
setelah kampanye MR?
• Imunisasi rutin : lanjutkan sesuai jadwal
– Untuk mempertahankan tingkat kekebalan tubuh
– Untuk mempertahankan populasi yang kebal
• Imunisasi lebih banyak dari jadwal ?
– Tidak berbahaya
– Untuk mempertahankan tingkat kekebalan tubuh
• Imunisasi terlambat ? Tidak ada
istilah terlambat
– Asal belum terkena penyakitnya belum terlambat
Kalau banyak orang tua
menolak imunisasi ?
• Banyak bayi dan balita : kekebalannya rendah
• Mudah tertular penyakit berat dan berbahaya
• Sakit berat, cacat, meninggal
• Menyebarkan ke anak-anak lain  wabah !
• Kerugian masyarakat
– anak sakit, cacat, kematian
– Biaya pengobatan
– Gangguan jam kerja, jam sekolah
– Gangguan penghasilan keluarga dll
• Melanggar Hak-hak anak, UU Perlindungan Anak, UU
Kesehatan, UU Wabah
Ayo lindungi semua adik, anak, keponakan, cucu,
tetangga kita
• Dari penyakit menular yang berbahaya
• Yang bisa menyebabkan cacat atau mati
• Dengan Imunisasi Dasar dan Lanjutan yang
lengkap :
– Hepatitis B, Polio, BCG, DPT-HB-Hib, IPV dan MR
• Dan Kampanye MR
Mekanisme Pelaporan KIPI
1.Berdasarkan pada individu, Antigen, Dilaporkan secara bertahap ;
1)Puskesmas
2)Kabupaten/Kota
3)Propinsi
4)Nasional
2.KIPI Ringan dilaporkan secara teratur setiap bulan
3.KIPI Berat/Serius dilaporkan setiap ada kejadian
Jenis Laporan KIPI
Jenis laporan KIPI ada dua:
1) Serius/Berat, SAE (Serius Adverse Event)
2) Non Serius/Ringan
KIPI Serius/Berat
Lap diduga KIPI yg tunggal/ berkelompok, sakit dg rawat
inap, kecacatan yg menetap, mengancam kehidupan atau
kematian, kekuatiran masyarakat
KIPI Non Serius/Ringan
Suatu peristiwa yg tidak "serius" & tidak menimbulkan risiko
potensial trhdp kesehatan penerima.
Alur Pelaporan KIPI Non Serius
SUBDIT IMUNISASI DITJEN PP DAN PL
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DINAS KESEHATAN PROVINSI
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN/ KOTA
PUSKESMAS
Setiap tanggal 15
Setiap tanggal 10
Setiap tanggal 5
Alur Pelaporan
Umpan Balik
Formulir RR KIPI Ringan
23/10/2022
Formulir RR KIPI Serius
23/10/2022
Dilanjutkan dg
Investigasi &
Kajian Komda /
Komnas PP KIPI
Alur Pelaporan KIPI Serius
10/23/2022 61
Gambar 1. Alur pelaporan dan pelacakan KIPI Serius
Menteri Kesehatan
Komnas PP-KIPI Ditjen PP & PL BPOM
Cq. Subdit Imunisasi
Produsen
Vaksin
Komda PP-KIPI Dinas Kesehatan Balai POM
Provinsi
Dinas Kesehatan Rumah Sakit
Kabupaten/Kota
Puskesmas
Memberikan laporan
Mengirimkan laporan
Pelacakan
Masyarakat
Koordinasi
Website Keamanan Vaksin
Form KIPI Serius
Form Investigasi
Pelaporan KIPI Serius
• Puskesmas (Pelayanan)  Segera
• Dinkes Kab/Kota  24 Jam setelah laporan
• Dinkes Prov 24-72 Jam
• Komda & Komnas PP KIPI  24 – 72 Jam
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGANALISIS HUBUNGAN
SEBAB AKIBAT REAKSI SIMPANG PADA SUATU INDIVIDU
Mengkategorisasi
hubungan kasual
antara KIPI dgn
vaksin atau imunisasi
berdasar
kecenderungan yg
didapat dari algoritma
L Langkah 4:
Klasifikasi
Menetapkan
kecenderunga
n berdasar
informasi yang
didapat dari
daftar tilik
Langkah 3:
Algoritma
Mengkaji
secara
sistematis
semua data
yang
berhubungan
dan tersedia
untuk
menentukan
kemungkinan
aspek
penyebab KIPI
tersebut.
Langkah 2: Daftar
Tilik
Apakah KIPI
yang terjadi
sudah
memenuhi
kriteria
minimum
hubungan
sebab
akibat?
Langkah 1:
kelayakan
Website keamanan vaksin
Pelaporan & Kajian KIPI secara Online
Untuk Pencatatan Pelaporan dan Kajian KIPI
Fungsi Website Keamanan Vaksin
1) Me keamanan vaksin dgn mempercepat
penyelesaian permasalahan KIPI
2) Mempercepat pelaporan yang timbul dalam
pelaksanaan program imunisasi, kajian dan
penetapan KIPI serius/berat
3) Komunikasi dan informasi imunisasi dan KIPI
(Forum,artikel,elearning WHO, Imunisasi media)
4) Pelaporan KIPI ringan
5) Pengunduhan formulir laporan dan investigasi
KIPI melalui website keamanan vaksin
(http/www.keamananvaksin.com)
Pesan
• Cakupan tinggi & merata, KIPI serius rendah,
persepsi masy thd keamanan vaksin tinggi 
• Feedback &Rekomendasi  cepat
• KIPI merupakan konsekwensi normal dlm
penyelenggaraan imunisasi
OPTIMASI MR

More Related Content

Similar to OPTIMASI MR

52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.docAfinaMarzamonika
 
Imunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah Rubella
Imunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah RubellaImunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah Rubella
Imunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah RubellaTyaseta Sardjono
 
Buku Saku Imunisasi untuk Petugas Kesehatan
Buku Saku Imunisasi untuk Petugas KesehatanBuku Saku Imunisasi untuk Petugas Kesehatan
Buku Saku Imunisasi untuk Petugas KesehatanDitjen P2P
 
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS Amalia Ifanasari
 
Tatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi OportunistikTatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi OportunistikOlivia590142
 
Materi Kebijakan MR Malut1.ppt
Materi Kebijakan MR Malut1.pptMateri Kebijakan MR Malut1.ppt
Materi Kebijakan MR Malut1.pptRaudahAbdGafur
 
Sosialisasi-Bias.ppt
Sosialisasi-Bias.pptSosialisasi-Bias.ppt
Sosialisasi-Bias.pptterarahman
 
Program imunisasi4
Program imunisasi4Program imunisasi4
Program imunisasi4eliza293643
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptxASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptxNurMeirita
 
WEBINAR WIW-IDAI BARU_Prof. Cissy.pdf
WEBINAR WIW-IDAI BARU_Prof. Cissy.pdfWEBINAR WIW-IDAI BARU_Prof. Cissy.pdf
WEBINAR WIW-IDAI BARU_Prof. Cissy.pdflidya467874
 
Pentingnya Imunisasi
Pentingnya ImunisasiPentingnya Imunisasi
Pentingnya ImunisasiHappy Islam
 
Imunisasi campak dan polio
Imunisasi campak dan polioImunisasi campak dan polio
Imunisasi campak dan polioFerdiansah Umar
 
Manfaat dan bahaya vaksinasi
Manfaat dan bahaya vaksinasiManfaat dan bahaya vaksinasi
Manfaat dan bahaya vaksinasiedukasiblog
 
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannyaBeberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannyaIbnu Kamajaya
 

Similar to OPTIMASI MR (20)

52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
52474484-INFEKSI-PADA-NEONATUS.doc
 
Imunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah Rubella
Imunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah RubellaImunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah Rubella
Imunisasi dewasa monika-Rubella-Rumah Ramah Rubella
 
torch.pdf
torch.pdftorch.pdf
torch.pdf
 
Buku Saku Imunisasi untuk Petugas Kesehatan
Buku Saku Imunisasi untuk Petugas KesehatanBuku Saku Imunisasi untuk Petugas Kesehatan
Buku Saku Imunisasi untuk Petugas Kesehatan
 
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
Presentasi FIELD LAB Pemantauan Gizi Balita & Ibu Hamil FK UNS
 
Tatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi OportunistikTatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi Oportunistik
 
Materi Kebijakan MR Malut1.ppt
Materi Kebijakan MR Malut1.pptMateri Kebijakan MR Malut1.ppt
Materi Kebijakan MR Malut1.ppt
 
Imunisasi dasar
Imunisasi dasarImunisasi dasar
Imunisasi dasar
 
Sosialisasi-Bias.ppt
Sosialisasi-Bias.pptSosialisasi-Bias.ppt
Sosialisasi-Bias.ppt
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Imunisasi 2011
Imunisasi 2011Imunisasi 2011
Imunisasi 2011
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Program imunisasi4
Program imunisasi4Program imunisasi4
Program imunisasi4
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptxASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIV.pptx
 
WEBINAR WIW-IDAI BARU_Prof. Cissy.pdf
WEBINAR WIW-IDAI BARU_Prof. Cissy.pdfWEBINAR WIW-IDAI BARU_Prof. Cissy.pdf
WEBINAR WIW-IDAI BARU_Prof. Cissy.pdf
 
Pentingnya Imunisasi
Pentingnya ImunisasiPentingnya Imunisasi
Pentingnya Imunisasi
 
Imunisasi campak dan polio
Imunisasi campak dan polioImunisasi campak dan polio
Imunisasi campak dan polio
 
Manfaat dan bahaya vaksinasi
Manfaat dan bahaya vaksinasiManfaat dan bahaya vaksinasi
Manfaat dan bahaya vaksinasi
 
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannyaBeberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
 
Imunisasi dasar
Imunisasi dasarImunisasi dasar
Imunisasi dasar
 

Recently uploaded

Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 

Recently uploaded (20)

Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 

OPTIMASI MR

  • 1. Kusnandi Rusmil • Position & Organization: Current: – Head Division of Growth-Development & Social Pediatrics, RSHS / FK UNPAD – Member of National Committe Immunization Technical Advisory, Ministry of Health – Member of National Committe of Eradication polio , Ministry Health – Member of Immunization Task Force,Indonesian Pediatric Society (IPS) – Chairman adverse even folowing immunization, West jawa – Chairman of Children Protection Agency , West Java – Honorary Chairman of YPAC, Bandung
  • 2. KEAMANAN VAKSIN CAMPAK RUBELLA Kusnandi Rusmil Komda Kipi Jabar
  • 3. Latar Belakang • Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian Rubela/CRS pada tahun 2020
  • 4. Jumlah vaksin rutin anak di negara berkembang dan Established Market Countries 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1975 1980 1985 1990 1995 2000 Established Market Developing Countries Varicella Acell pertussis Pneumococcal * meningoccoal C* Measles DPT Poliomyelitis BCG Hepatitis B** Measles Mumps Rubella DPT Poliomyelitis Haemophilus Influenzae Hepatitis B *Estimated future use **Used in ~ 50% of global birth cohort Source:Vaccine selection J.Wenger, 2001
  • 5. Jenis Vaksin Sesuai Kelompok Umur DPT, Polio, MMR, Tifus, HepA, Varisela, Influenza, Hib, Pneumokokus DPT, Polio,Campak, MMR, Tifoid, HepA, Varisela, Influenza, Pneumo TT, HepB, (MM)R, Tifoid, HepA, Varisela, Influenza, Pneumo,HPV BCG, Polio, Hepatitis B, DTP , Campak, Hib,Pnemokokus,Rotavirus Lahir-1 th 1-4th 5-12 th 12-18 th Influenza dan Pneumokokus Lansia
  • 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.42 Th.2013
  • 7. Imunisasi booster Peraturan Menteri Kesehatan RI No.42 Th.2013
  • 8. JENIS DAN JADWAL IMUNISASI (PP no 42 tahun 2013) CATATAN: Backlog fighting: melengkapi imunisasi dasar 3 tahun, pada desa tidak mencapai UCI (berturut-turut 2 tahun); Crash Program: wilayah yang memerlukan intervensi cepat mencegah terjadinya KLB; PIN: kegiatan imunisasi serentak di suatu negara dalam waktu yang singkat; sub PIN: menyerupai PIN namun di wilayah terbatas; Catch up campaign Campak: upaya memutuskan transmisi penularan campak pada anak usia sekolah dasar. Bayi yang telah mendapat imunisasi dasar DPT-HB-Hib1,2,3 = T2; menyelesaikan imunisasi lanjutan DP-HB-Hib = T3; menyelesaikan DT dan Td sekolah dasar = T4 dan T5. Imunisasi pada wanita subur diberikan pada saat antenatal, sebelum imunisasi dilakukan skrining imunisasi T, bila status lengkap (T5) dengan bukti, tidak perlu diimunisasi. Imunisasi Wajib Imunisasi Khusus Imunisasi Rutin Imunisasi Lanjutan Imunisasi Dasar Imunisasi Tambahan Backlog Fighting Crash Program PIN Sub PIN Catch up Campaign Campak Imunisasi dalam KLB Meningitis Meningokokus Yellow Fever Rabies Imunisasi Pilihan Measles, Mumps, Rubella Tifoid Varisella Hepatitis A Influenza Pneumokokus Rotavirus Japanese Enscephalitis Human Papilloma Virus Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur (WUS)
  • 9.
  • 10. https://jdc325.wordpress.com/2011/04/25/european-immunization- week/ Definisi: penyakit infeksi virus akut, sangat menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium inkubasi, prodormal dan erupsi Penyebab : virus campak Myxovirus Viridae Measles Cara penularan : percikan ludah dan melalui jalan napas. Komplikasi berat : radang paru, radang otak, diare, radang telinga, dehidrasi, kematian Apakah Campak?
  • 11. Gejala : - Demam, - Bercak kemerahan , - Batuk, pilek, - Konjungtivitis (mata merah) - Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. 11 BAB 2 Gejala Campak?
  • 12.
  • 13. Bahaya Penyakit Campak • sakit berat  kematian • tidak mau makan minum  gizi buruk • diare berat • infeksi paru (pneumonia)  kematian • memperberat penyakit Tb paru • radang otak • Dapat menimbulkan wabah/KLB
  • 15. Definisi: penyakit infeksi virus akut, sangat menular yang biasanya berupa penyakit ringan pada anak. Penyebab : virus Rubella Cara penularan : melalui saluran napas pada saat batuk atau bersin Komplikasi berat : bila menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan, dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan yang dikenal sebagai Sindroma Rubella Kongenital atau Congenital Rubella Syndrome (CRS) Apakah Rubella? Courtesy of PGPKT
  • 16. Gejala : - Demam ringan, -Bercak kemerahan/rash makulopapuler di kulit terutama di wajah, lengan dan kult kepala mirip campak biasa karenanya sering disebut campak Jerman, -Ruam hanya 2-3 hari dan hilang sendiri (disebut campak 3 hari) - Pembesaran kelenjar limfe di belakang terlinga, leher belakang dan sub oksipital. 16 Gejala Rubella? Bila terjadi pada: Anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan, Wanita dewasa sering menimbulkan arthritis atau artharalgia Wanita hamil terutama trimester 1 dapat mengakibatkan abortus atau bayi lahir dengan CRS
  • 17. Definisi: sindrom kecacatan pada bayi baru lahir yang meliputi kelainan pada jantung dan mata, ketulian dan keterlambatan perkembangan Penyebab : ibu hamil terutama trimestes 1 yang terinfeksi virus Rubella Cara penularan : ibu hamil menulari janin melalui placenta Ibu hamil terinfeksi di usia kehamilan <12 minggu risiko janin tertular 80-90% Jika infeksi di kehamilan 15-30 minggu, risiko janin tertular 10-20% Apakah Congenital Rubella Syndrome (CRS)?
  • 18.
  • 19. Tujuan Kampanye Imunisasi MR • Meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella secara cepat • Memutuskan transmisi virus campak dan rubella • Menurunkan angka kesakitan campak dan rubella • Menurunkan angka kejadian CRS
  • 20. Rencana Strategis 2015-2020 • Penguatan imunisasi rutin campak dengan minimal cakupan 95% di semua level • Imunisasi campak lanjutan usia 18 bulan • Crash program campak pada balita di 183 kab/kota risiko tinggi bulan Agustus 2016 • Kampanye imunisasi MR (catch up campaign) tahun 2017-2018 untuk anak 9 bulan – <15 tahun • Introduksi vaksin MR ke dalam program imunisasi rutin tahun 2017-2018
  • 21. Timeline Kampanye dan Introduksi MR Fase 1 Kampanye Imunisasi MR (Jawa ) Introduksi ke dalam imunisasi rutin (Jawa) Fase 2 Kampanye Imunisasi MR (luar Jawa) Introduksi ke dalam imunisasi rutin (luar Jawa) Agst- Sept 2017 Okt 2017 Agst- Sept 2018 Okt 2018 Sasaran usia 9 bulan - <15 tahun
  • 22. VAKSIN  Orang sehat Standar keamanan yang tinggi Tanggung jawab NRA(BPOM) Pra-registrasi: Uji Klinis KIPI: Monitor/ Investigasi KIPI: Peninjauan terus menerus Prioritas Vaksin: Vaksinasi yang Aman
  • 23. • Adalah produk biologis yg mengandung antigen penyakit (bakteri/virus: hidup yang dilemahkan ,atau bakteri/virus yang mati atau produk dari bakteri/virus) apabila diberikan ke dalam tubuh akan menimbulkan zat anti penyakit/anti bodi. Vaksin
  • 24. • KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan yang terjadi setelah pemberian imunisasi, kejadian ikutan ini tidaklah harus memiliki hubungan sebab akibat dengan vaksin. • Kejadian ikutan dapat berupa gejala yang membuat tidak nyaman atau tanda klinis penyakit tertentu, atau hasil laboratorium yang tidak normal Sumber: WHO. Causality Assessment of an Adverse Event Following Immunization (AEFI): user manual for the revised WHO classification. 2013; p.2. Dapat diakses pada: http://in.vaccine-safety- training.org/ Definisi KIPI (WHO)
  • 25. Klasifikasi KIPI • Klasifikasi Lapangan  untuk petugas kesehatan di lapangan • Klasifikasi Kausalitas KIPI  untuk telaah komnas dan komda KIPI – Kausalitas WHO 2009 – Kausalitas WHO 2013
  • 26. Klasifikasi Lapangan KIPI, WHO 1999 1. Reaksi vaksin 2. Kesalahan program / teknik pelaksanaan imunisasi 3. Reaksi suntikan 4. Faktor kebetulan (Koinsidens) 5. Tidak diketahui Klasifikasi lapangan dipakai pada pencatatan & pelaporan KIPI
  • 27. Immunisation Department, Centre for Infections Komposisi Vaksin •Bahan aktif = Antigen •Sebagai tambahan, vaksin juga mengandung: antara lain : Komponen Fungsi Contoh Adjuvan Meningkatkan respon imun terhadap vaksin Garam aluminium Pengawet Mencegah kontaminasi bakteri atau jamur terhadap vaksin Thiomersal Aditif/ tambahan Mestabilkan vaksin dari kondisi merugikan seperti freeze-drying atau panas, untuk menjaga potensi vaksin Gelatine Residual dari proses pembuatan Agen peng-non-aktif Antibiotik – mencegah kontaminasi bakteri selama proses pembuatan Protein telur – beberapa virus vaksin tumbuh di sel embrio ayam Ragi protein Formaldehide Neomycin, streptomycin, polymyxin B Influenza, yYllow fever Vaksin HepB
  • 28. Komponen Aktif Komponen aktif vaksin Antigen Ada beberapa mekanisme untuk mendapatkan komponen aktif  Melemahkan virus atau bakteri Varicella, rotavirus, MMR  Membunuh virus atau bakteri  Dibunuh dengan bahan kimia seperti formaldehid  Hepatitis A, influenza
  • 29. PENYEBAB KIPI: Komponen dan Cara Pemberian Komponen Vaksin: • Antigen: Viral-Bacteria (live-attenuated/ hidup dilemahkan, inaktif), subunit, toxoid • Stabilizer: MgCl2 MgSO4 • Adjuvan: Al • Antibiotik: neomycin • Pengawet: Thiomersal, Formaldehyde, derivat Phenol PENANGANAN VAKSIN RUTE PEMBERIAN: • Oral • Intradermal • Subkutan • Intramuskular KIPI
  • 31. Frekuensi Reaksi Vaksin Sering sekali * > 1/10 > 10% Sering > 1/100 - < 1/10 > 1.0 % - < 10% Jarang > 1/1,000 - < 1/100 > 0.1 % - < 1 % Jarang sekali > 1/10,000 - < 1/1,000 > 0.01% - < 0.1% Sangat jarang sekali * < 1/10,000 < 0.01% Global Manual Surveillance AEFI. WHO 2014
  • 32. Reaksi Ringan Sering – Sering sekali Vaksin Reaksi lokal (nyeri,pembengkakan, kemerahan) Demam >38oC Rewel, tdk enak badan & gejala sistemik BCG 90 – 95 % - - Hib 5 – 15 % 2 – 10 % - Hep B Dws: 15 % ; Anak: 5 % - 1 – 6 % Measles/ MMR ~10 % 5 – 15 % 5 % ruam Polio (OPV) - < 1 % < 1 %** ~10 %* ~10 % ~25 % DTP (pertusis) Sampai 50 % Sampai 50 % Sampai 55 % * Kejadian (rate) reaksi lokal mungkin meningkat pd booster, bisa sampai 50-85% ** Gejala: diare, sakit kepala, dan/ atau nyeri otot.
  • 33. Reaksi Berat Jarang – Sangat jarang sekali Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta dosis BCG Lymfadenitis Supuratif BCG osteitis BCG Diseminata 2-6 bulan 1-12 bulan 1-12 bulan 100-1000 1-700 2 Hib Tidak diketahui - Hep B Anafilaksis Sindrom Guillain Barré 0-1 jam 1-6 minggu 1-2 5 Measles/ MMR Kejang demam Trombositopenia Anafilaksis Ensefalopati 5-12 hari 15-35 hari 0-1 jam - 333 33 1-50 < 1 Polio (OPV) Vaccine-associated paralytic poliomyelitis (VAPP) Risiko meningkat pada dosis pertama, dewasa, dan penderita imunokompromais 4-30 hari 0.76-1.3 (dosispertama) 0.17 (dosis berikutnya) 0.15 (kontak)
  • 34. Reaksi Berat (2) Jarang – Sangat jarang sekali Vaksin Reaksi Interval awitan Rate per sejuta dosis Tetanus Neuritis brakial Anafilaksis Abses steril 2-28 hari 0-1 jam 1-6 minggu 5-10 1-6 6-10 Tetanus- difteri Sepert reaksi tetanus - DTP Persisten inconsolable screaming (>3 jam) Kejang Hypotonic,hyporesponsive episode (HHE) Anafilaksis / renjatan Ensefalopati 0-24 jam 0-3 hari 0-24 jam 0-1 jam 0-3 hari 1000 - 60 000 570 570 20 0-1
  • 35. REAKSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESALAHAN PROSEDUR
  • 36. Kesalahan Program (1) Kesalahan Program Tidak steril • Pemakaian ulang alat suntik / jarum • Sterilisasi tidak sempurna • Vaksin / pelarut terkontaminasi • Pemakaian sisa vaksin utk beberapa sesi vaksinasi Salah pakai pelarut vaksin • Pemakaian pelarut vaksin yg salah • Memakai obat sbg vaksin Perkiraan KIPI Infeksi • Abses lokal di daerah suntikan • Sepsis, sindrom syok toksik • Infeksi penyakit yang ditularkan lewat darah: hepatitis, HIV • Abses lokal karena kurang kocok • Efek negatif obat, mis. insulin • Kematian • Vaksin tidak efektif
  • 37. Kesalahan Program (2) Kesalahan Program Penyuntikan salah tempat • BCG subkutan • DPT/DT/TT kurang dalam • Suntikan di bokong Transportasi / penyimpanan vaksin tidak benar Perkiraan KIPI • Reaksi lokal / abses • Reaksi lokal / abses • Kerusakan Nervus Isiadikus • Reaksi lokal akibat vaksin beku • Vaksin tidak aktif
  • 38. Pentingnya Mengenal Indikasi Kontra • Mengabaikan indikasi kontra  muncul reaksi vaksin yang sebetulnya dapat dihindari – Diperlukan pengetahuan bagi pelaksana imunisasi untuk memperhatikan instruksi penggunaan vaksin yang benar,
  • 39. Contoh Indikasi Kontra (Kebijakan Imunisasi WHO 2002) Vaksin Indikasi Kontra SEMUA vaksin Reaksi anafilaksis terhadap vaksin/ komponennya; demam yang berat DTP Anafilaksis terhadap dosis sebelumnya atau terhadap salah satu komponennya Campak Reaksi berat pada vaksinasi sebelumnya, gangguan imunitas bawaan atau didapat (tetapi bukan HIV tanpa gejala), kehamilan Mumps Defisiensi imun didapat / imunosupresi, alergi neomycin, gelatin. Hindari kehamilan meskipun belum ditemukan adanya gangguan pada kehamilan. Hepatitis B Anafilaksis pada dosis sebelumnya Yellow fever Alergi telur, defisiensi imun, HIV simptomatik, hipersensitifitas pada dosis sebelumnya, kehamilan
  • 40. Reaksi yang Berhubungan dengan Kecemasan • Reaksi suntikan langsung – Rasa sakit, bengkak & kemerahan • Reaksi suntikan tidak langsung – Rasa takut / cemas – Nafas tertahan – Pernafasan sangat cepat  light headedness, dizziness – Pusing, mual / muntah  anak-anak – Kejang  kasus jarang – Pingsan / Sinkope  sering, anak-anak lebih tua & dewasa – Hysteria massal
  • 41. Klasifikasi KIPI berdasarkan kausal (WHO,2014) 1 Reaksi yang berhubungan dengan produk vaksin CONTOH Trombositope -nia pasca pemberian vaksin campak 2 Reaksi yang berhubungan dengan defek kualitas vaksin CONTOH Kegagalan pabrik vaksin untuk menginaktiva si secara komplit suatu lot vaksin IPV yang menyebabka n polio paralitik 3 Reaksi yang berhubungan dengan kesalahan prosedur CONTOH Transmisi infeksi melalui vial multidosis yang terkontami- nasi 4 Reaksi yang berhubungan dengan kecemasan CONTOH Vasovagal syncope pada seorang dewasa muda setelah imunisasi. 5 Koinsiden CONTOH Demam setelah imunisasi (hubungan sementara) dan parasit malaria yang diisolasi dari darah.
  • 42. Kampanye MR • Agustus – September 2017 • Anak usia 9 bulan - < 15 tahun • Walau imunisasi dasar dan lanjutan sudah lengkap • Disuntikkan di lengan kiri atas • Kontra indikasi: – Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi – Wanita hamil – Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya – Kelainan fungsi ginjal berat – Decompensatio cordis – Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah – Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn) • Tunda : – Sedang demam – Sedang batuk pilek – Sedang diare • Vaksin buatan Biofarma Bandung  AMAN dan TERJAMIN kualitasnya
  • 43. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR • Vaksin MR sangat aman • Reksi Lokal: – Nyeri di lokasi suntikan – Bengkak di lokasi suntikan – Merah di lokasi suntikan • Reaksi sistemik: – Demam (hari ke 5 dan 6 pasca imunisasi) selama 5 hari  beri obat penurun panas – malaise – kulit bintik-bintik merah (hari ke 7 – 10 pasca imunisasi) selama 2 – 4 hari • KIPI serius: – Anafilaksis • Penangulangan : – Demam, nyeri : beri obat demam / nyeri – Demam , gelisah : minum sering, baju tipis – Kulit bintik-bintik merah : mandi, beri bedak
  • 44. • Pada sasaran yang lebih besar bisa terjadi reaksi kecemasan berupa pingsan (bedakan dengan anafilaksis) • Reaksi kecemasan ringan ditandai oleh ekspresi wajah yang penuh kecemasan dan pucat disertai gejala-gejala hiperventilasi, sakit kepala ringan, pusing, kesemutan di tangan dan sekitar mulut • Pada pingsan tanda vital masih normal, bisa diatasi dengan membaringkan penderita secara terlentang • KIPI yang koinsiden harus diwaspadai --> penapisan status kesehatan anak penting Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR
  • 45. Reaksi Onset interval Frekuensi kejadian (per jumlah dosis) Persentase reaksi Nyeri ringan di lokasi suntikan ~ 24 jam ~1 per10 (~10%) Demam ringan dan adenofati lokal ~ 24 jam ~1 per10 (~10%) Demam > 39.4 C 7-12 hari 1 per 20 (5%) Ruam atau rash 6-12 hari ~1 per 50 (~2%) Kejang demam 7-10 hari 1 per 3,000 (~0.033%) Trombositopeni Purpura 15-35 hari 1 per 30,000 (~0.0033%) Reaksi anafilaksis 0-2 jam ~1 per 100,000 (~0.0001%) Atralgia pada anak 7-21 hari ~1 per 33 0-3% Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) MR
  • 46. KIPI Vaksin Rubela (* Plotkin 2013)
  • 47. Pengenalan syok anafilaktik • Reaksi anafilaktik adalah KIPI paling serius • Tatalaksananya harus cepat dan tepat mulai dari penegakkan diagnosis sampai pada terapinya di tempat kejadian, dan setelah stabil baru dipertimbangkan untuk dirujuk ke RS terdekat. • Reaksi anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas generalisata atau sistemik yang terjadi dengan cepat (umumnya 5-30 menit sesudah suntikan) serius dan mengancam jiwa. • Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat menimbulkan syok yang disebut sebagai syok anafilaktik.
  • 48. Pengenalan syok anafilaktik • Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan (eritema) menyeluruh dan gatal (urtikaria) dengan obstruksi jalan nafas atas dan/atau bawah. • Pada kasus berat dapat terjadi keadaan lemas, pucat, hilang kesadaran dan hipotensi. • Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul, makin berat keadaan penderita. • Denyut nadi sentral yang kuat (contoh: karotis) tetap ada pada keadaan pingsan, tetapi tidak pada keadaan anafilaktik.
  • 49. Gejala Anafilaktik Perjalanan Klinis Tanda dan gejala anafilaktik Cepat, tanda peringatan awal  Gatal pada kulit, kemerahan (rash) dan bengkak sekitar lokasi suntikan  Pusing, rasa hangat  Pembengkakan yang tidak sakit pada bagian tubuh seperti: muka atau mulut.  Muka kemerahan, kulit gatal, hidung tersumbat, bersin, mata berair.  Suara serak, mual, muntah  Pembengkakan pada pada kerongkongan, sulit bernafas, nyeri perut Lambat, gejala mengancam jiwa  Nafas berbunyi mengi (wheezing), nafas berbunyi seperti ngorok, sulit bernafas, pingsan, tekanan darah rendah, denyut nadi lemah dan tidak teratur (irregular)
  • 51.
  • 52.
  • 53. Bagaimana imunisasi rutin, setelah kampanye MR? • Imunisasi rutin : lanjutkan sesuai jadwal – Untuk mempertahankan tingkat kekebalan tubuh – Untuk mempertahankan populasi yang kebal • Imunisasi lebih banyak dari jadwal ? – Tidak berbahaya – Untuk mempertahankan tingkat kekebalan tubuh • Imunisasi terlambat ? Tidak ada istilah terlambat – Asal belum terkena penyakitnya belum terlambat
  • 54. Kalau banyak orang tua menolak imunisasi ? • Banyak bayi dan balita : kekebalannya rendah • Mudah tertular penyakit berat dan berbahaya • Sakit berat, cacat, meninggal • Menyebarkan ke anak-anak lain  wabah ! • Kerugian masyarakat – anak sakit, cacat, kematian – Biaya pengobatan – Gangguan jam kerja, jam sekolah – Gangguan penghasilan keluarga dll • Melanggar Hak-hak anak, UU Perlindungan Anak, UU Kesehatan, UU Wabah
  • 55. Ayo lindungi semua adik, anak, keponakan, cucu, tetangga kita • Dari penyakit menular yang berbahaya • Yang bisa menyebabkan cacat atau mati • Dengan Imunisasi Dasar dan Lanjutan yang lengkap : – Hepatitis B, Polio, BCG, DPT-HB-Hib, IPV dan MR • Dan Kampanye MR
  • 56. Mekanisme Pelaporan KIPI 1.Berdasarkan pada individu, Antigen, Dilaporkan secara bertahap ; 1)Puskesmas 2)Kabupaten/Kota 3)Propinsi 4)Nasional 2.KIPI Ringan dilaporkan secara teratur setiap bulan 3.KIPI Berat/Serius dilaporkan setiap ada kejadian
  • 57. Jenis Laporan KIPI Jenis laporan KIPI ada dua: 1) Serius/Berat, SAE (Serius Adverse Event) 2) Non Serius/Ringan KIPI Serius/Berat Lap diduga KIPI yg tunggal/ berkelompok, sakit dg rawat inap, kecacatan yg menetap, mengancam kehidupan atau kematian, kekuatiran masyarakat KIPI Non Serius/Ringan Suatu peristiwa yg tidak "serius" & tidak menimbulkan risiko potensial trhdp kesehatan penerima.
  • 58. Alur Pelaporan KIPI Non Serius SUBDIT IMUNISASI DITJEN PP DAN PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI DINAS KESEHATAN PROVINSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN/ KOTA PUSKESMAS Setiap tanggal 15 Setiap tanggal 10 Setiap tanggal 5 Alur Pelaporan Umpan Balik
  • 59. Formulir RR KIPI Ringan 23/10/2022
  • 60. Formulir RR KIPI Serius 23/10/2022 Dilanjutkan dg Investigasi & Kajian Komda / Komnas PP KIPI
  • 61. Alur Pelaporan KIPI Serius 10/23/2022 61 Gambar 1. Alur pelaporan dan pelacakan KIPI Serius Menteri Kesehatan Komnas PP-KIPI Ditjen PP & PL BPOM Cq. Subdit Imunisasi Produsen Vaksin Komda PP-KIPI Dinas Kesehatan Balai POM Provinsi Dinas Kesehatan Rumah Sakit Kabupaten/Kota Puskesmas Memberikan laporan Mengirimkan laporan Pelacakan Masyarakat Koordinasi Website Keamanan Vaksin Form KIPI Serius Form Investigasi
  • 62. Pelaporan KIPI Serius • Puskesmas (Pelayanan)  Segera • Dinkes Kab/Kota  24 Jam setelah laporan • Dinkes Prov 24-72 Jam • Komda & Komnas PP KIPI  24 – 72 Jam
  • 63. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGANALISIS HUBUNGAN SEBAB AKIBAT REAKSI SIMPANG PADA SUATU INDIVIDU Mengkategorisasi hubungan kasual antara KIPI dgn vaksin atau imunisasi berdasar kecenderungan yg didapat dari algoritma L Langkah 4: Klasifikasi Menetapkan kecenderunga n berdasar informasi yang didapat dari daftar tilik Langkah 3: Algoritma Mengkaji secara sistematis semua data yang berhubungan dan tersedia untuk menentukan kemungkinan aspek penyebab KIPI tersebut. Langkah 2: Daftar Tilik Apakah KIPI yang terjadi sudah memenuhi kriteria minimum hubungan sebab akibat? Langkah 1: kelayakan
  • 64. Website keamanan vaksin Pelaporan & Kajian KIPI secara Online Untuk Pencatatan Pelaporan dan Kajian KIPI
  • 65. Fungsi Website Keamanan Vaksin 1) Me keamanan vaksin dgn mempercepat penyelesaian permasalahan KIPI 2) Mempercepat pelaporan yang timbul dalam pelaksanaan program imunisasi, kajian dan penetapan KIPI serius/berat 3) Komunikasi dan informasi imunisasi dan KIPI (Forum,artikel,elearning WHO, Imunisasi media) 4) Pelaporan KIPI ringan 5) Pengunduhan formulir laporan dan investigasi KIPI melalui website keamanan vaksin (http/www.keamananvaksin.com)
  • 66. Pesan • Cakupan tinggi & merata, KIPI serius rendah, persepsi masy thd keamanan vaksin tinggi  • Feedback &Rekomendasi  cepat • KIPI merupakan konsekwensi normal dlm penyelenggaraan imunisasi