Wakaf adalah mengalihkan hak milik pribadi menjadi milik suatu badan atau organisasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan kebaikan dan rida Allah SWT. Hukum wakaf adalah sunah dan bertujuan untuk mendapatkan pahala yang berkelanjutan."
1. MAKALAH WAKAF
Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat melengkapi tugas mata pelajaran
PABP
Disusun Oleh :
Nama : Nopiyanti
Tiara Monica Agustin
Anggit Irsa Febriani
Dilfa Salsabila Alfitri
Siti Nurhajar
Mira Ramadani
Fadhilah Azwa Nurlatifah
Maslidah Sintianara
Nanda Keysha Aurelia
Yona Ratu Meryuwana
M.Risman Nurfakih
Paqih Al’muazis
Kelas : X MIPA-1
SMA NEGERI 17 GARUT
Jln Raya Samarang km 45, Cintarakyat, Kec.Samarang, Kab Garut.
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
2. i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita
sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta
semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak
mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah
ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk
ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik
dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua
ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami
membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun
untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.
Garut, 30 Januari 2022
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
2.1 Pengertian Wakaf....................................................................................... 2
2.2 Hukum Wakaf............................................................................................ 3
2.3 Rukun dan Syarat wakaf ............................................................................ 5
2.4 Harta Wakaf dan Pemanfaatannya............................................................. 6
2.5 Macam-macam Wakaf ............................................................................... 7
2.6 Pengelolaan Wakaf dan Pemanfaatannya .................................................. 8
2.7 Prinsip-Prinsip Pengelolaan Wakaf.......................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 12
3.2 Saran............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iii
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wakaf ialah mengalihkan hak milik pribadi menjadi milik suatu badan atau
organisasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat dengan tujuan untuk
mendapatkan kebaikan dan rida Allah SWT. Wakaf hukumnya sunah dan harta
yang di wakafkan terlepas dari pemiliknya untuk selamanya, lalu menjadi milik
Allah SWT semata-mata. Dan wakaf memiliki empat rukun yaitu, orang yang
mewakafkan, Ikrar serah terima wakaf, barang yang diwakafkan dan pihak yang
menerima wakaf.
Wakaf memiliki syarat-syarat bagi pewakaf, salah satunya yaitu pewakaf boleh
menentukan apa saja syarat yang ia inginkan dalam wakafnya. Kekuasaan atas
wakaf dibagi dua: yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Yang bersifat
umum yaitu kekuasaan atas wakaf yang ada ditangan Waliul Amr, sedangkan yang
khas yaitu kekuasaan yang diberikan kepada orang yang diserahi wakaf ketika
dilakukan, atau orang yang diangkat oleh hakim syar'i.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,dapat kami rumuskan permasalahan yang
akan dibahas sebagai berikut :
1. Apa pengertian wakaf?
2. Apa saja dalil-dalil wakaf?
3. Bagaimana rukun wakaf?
4. Apa syarat-syarat wakaf?
5. Apa macam-macam wakaf?
6. Bagaimana cara pengelolaan wakaf?
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Wakaf
Ditinjau dari segi bahasa, wakaf berarti menahan. Adapun menurut istilah
syarak, wakaf adalah menahan suatu benda yang kekal zatnya untuk diambil
manfaatnya untuk kebaikan dan kemajuan Islam. Menahan suatu benda yang kekal
zatnya, artinya tidak dijual dan tidak diberikan serta tidak pula diwariskan, tetapi
hanya disedekahkan untuk diambil manfaatnya saja.
Pengertian wakaf menurut Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 adalah
perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian harta
kekayaannya yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-
lamanya bagi kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan
ajaran agama Islam.
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa wakaf termasuk salah
satu di antara macam pemberian, tetapi hanya boleh diambil manfaatnya dan
bendanya harus tetap utuh. Oleh karena itu, harta yang layak untuk diwakafkan
adalah harta yang tidak habis dipakai dan umumnya tidak dapat dipindahkan,
misalnya tanah, bangunan, dan sejenisnya. Utamanya untuk kepentingan umum,
misalnya untuk masjid, musala, pondok pesantren, panti asuhan, jalan umum, dan
sebagainya.
Menurut Jaih Mubarok, definisi tersebut memperlihatkan tiga hal yaitu sebagai
berikut.
a.Wakif atau pihak yang mewakafkan secara perorangan atau badan hukum seperti
perusahaan atau organisasi kemasyarakatan.
b.Pemisahan tanah milik belum menunjukkan pemindahan kepemilikan tanah milik
yang diwakafkan.
c. Tanah wakaf digunakan untuk kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya
sesuai ajaran lslam.
6. 3
2.2 Hukum Wakaf
Hukum wakaf adalah sunah. Wakaf sama dengan amal jariah. Sesuai dengan
jenis amalnya, maka berwakaf bukan sekedar bederma (sedekah) biasa, tetapi lebih
besar pahala dan manfaatnya terhadap orang yang berwakaf. Pahala yang diterima
mengalir terus menerus selama barang atau benda yang diwakafkan itu masih
berguna dan bermanfaat.
1. Dalil Al-Quran
Secara umum tidak terdapat ayat Al-Quran yang menerangkan konsep wakaf
secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang
digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada
keumuman ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah
Di antara ayat-ayat tersebut antara lain :
a.Q.S Al-Baqarah 2: 267
ٰۤاَّمِم َو ْمُتْبَسَك اَم ِتٰبِيَط ْنِم ا ْوُقِفْنَا ا ْٰۤوُنَمٰا َْنيِذَّلا اَهُّيَاـٰٰۤي
ُهْنِم َْثيِبَخْال واُمَّمَيَت َ
ْل َو ۗ ِ
ض ْر َ ْ
اْل َنِم ْمُكـَل َانْجَرْخَا
َن ْوُقِفْنُت
ْديِمَح ٌّيِنَغ َ ه
ّٰللا َّنَا ا ْٰۤوُمَلْع ا َو ۗ ِهْيِف ا ُْوضِمْغُت ْنَا ٰۤ َّ
ِْلا ِهْيِذ ِخ ٰاِب ْمُتْسَل َو
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya, melainkan dengan memicingkan mata
(enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji."
(QS. Al-Baqarah 2: 267)
b. Q.S. Ali ‘Imran 3: 92
ْميِلَع ٖهِب َ ه
ّٰللا َّن ِاَف ٍءْيَش ْنِم ا ْوُقِفْنُت اَم َو ۗ َن ُّْوب ِحُت اَّمِم ا ْوُقِفْنُت ىهتَح َّرِبْال واُل َانَت ْنَل
Artinya : Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan
sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu,
sungguh Allah Maha mengetahui." (QS. Ali 'Imran 3: 92)
7. 4
c. Q.S Al-Baqarah 2: 261
ا َوْمَا َن ْوُقِفْنُي َْنيِذَّلا ُلَثَم
ُ ه
ّلل ا َو ۗ ٍةَّبَح ُةَئاِم ٍةَلُبْْۢنُس ِلُك ْيِف َلِب َانَس َعْبَس َْتتَبْْۢنَا ٍةَّبَح ِلَثَمَك ِ ه
ّٰللا ِلْيِبَس ْيِف ْمُهَل
ْميِلَع ِعس ا َو ُ ه
ّلل ا َو ۗ ُءٓاَشَّي ْنَمِل ُِفع ٰضُي
Artinya : "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti
sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji.
Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha
Mengetahui." (QS. Al-Baqarah 2: 261)
Ayat-ayat tersebut di atas menjelaskan tentang anjuran untuk menginfakkan
harta yang diperoleh untuk mendapatkan pahala dan kebaikan. Di samping itu, ayat
261 surat Al-Baqarah telah menyebutkan pahala yang berlipat ganda yang akan
diperoleh orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah.
2. Dalil Hadis
Hadis tersebut diantaranya yaitu :
A.Hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim
عن
أبي
هريرة
رضي
هللا
عنه
:
أن
النبي
صلى
هللا
عليه
وسلم
قال
:
اَذإ
َاتَم
ُناَسْنِاإل
َعَطَقْنا
ُهُلَمَع
َّْلإ
ْنِم
ِةَثَالَث
َّْلِإ
ْنِم
ٍةَقَدَص
،ٍةَي ِ
ارَج
ْوَأ
ٍمِْلع
ُعَفَتْنُي
،ِهِب
ْوَأ
ٍدَل َو
ٍِحلاَص
ُوعْدَي
ُهَل
Artinya : Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Apabila
seseorang pabila seseorang meninggal, maka amalannya terputus kecuali dari tiga
perkara: sedekah jariah ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang
mendoakannya." (H.R. Al-Bukhar dan Muslim)
B. Hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari
Yang artinya yaitu sebagai berikut :
Diriwayatkan dari lbnu Umar: Sesungguhnya Umar bin Khattab memiliki tanah
yang dinamakan dengan samgun yang ada kurma yang indah sekali. Umar
berkata, "Ya Rasulullah, saya ingin memanfaatkan hartaku yang sangat baik,
apakah saya menyedekahkannya?" Nabi menjawab, "Hendaklah sedekahkanlah
asalnya yang tidak boleh dijual, dihibahkan, dan diwariskan akan tetapi
hendaklah nafkahkan buahnya." (H.R. AI-Bukhari)
8. 5
Harta yang diwakafkan tidak boleh dijual, dihibahkan, atau diwariskan. Akan
tetapi, harta wakaf tersebut harus secara terus-menerus dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan umum sebagaimana maksud orang yang mewakafkan.
Umat Islam berbeda pendapat tentang awal diberlakukannya wakaf. Menurut
kaum muhajirin, wakaf pertama kali diberlakukan pada zaman Umar bin Khattab
dan dimulai Nabi Muhammad saw. sendiri. Adapun menurut kaum ansar, wakaf
pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. sebagaimana dalam kitab
Maghazi al- Waqidi dikatakan bahwa sedekah berupa wakaf dalam Islam yang
pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Sendiri yaitu sebidang tanah
untuk dibangun masjid. Dengan demikian, dasar wakaf bukan hanya berupa ucapan
Nabi (qaul al-nab), melainkan juga praktik Nabi Muhammad saw. sendiri (fi’il al-
nabi).
Menurut Al-Qurthubi, seluruh sahabat Nabi saw. pernah mempraktikkan wakaf
di Mekah dan Madinah, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan,
Ali bin Ab: Talib, Aisyah, Fatimah, Zubair, Amr bin Ash, dan Jabir. Menurut Imam
Syafi'i dalam kaul kadimnya bahwa sekitar delapan puluh sahabat Nabi saw. dan
kaum ansar mempraktikkan sedekah muharramat yang disebut wakaf serta tidak
seorang pun yang tidak mengetahuinya. Dengan demikian, wakaf memiliki dasar
yang kuat mulai dari AI-Qur'an yang bersifat global (mujmal), perkataan dan
perbuatan Nabi Muhammad saw., serta perilaku sahabat Nabi Muhammad saw.
2.3 Rukun dan Syarat wakaf
a. Rukun Wakaf
Wakaf dapat dibentuk apabila terpenuhi pilar-pilar utamanya yaitu sebagai berikut.
1. Al-Wakif/Orang yang Wakaf
Wakif disyaratkan harus orang yang sudah balig dan akil. Wakaf anak yang
masih belum balig atau orang yang gila hukumnya tidak sah, sedangkan wakaf dari
orang kafir hukumnya sah.
2. Al-Mauquf/Barang yang Diwakafkan
Syarat objek yang dapat diwakafkan harus benda yang dapat dimanfaatkan tidak
dengan merusak bendanya. Maka, tidak sah hukumnya jika wakaf lilin karena peng
gunaannya dengan merusak bendanya. Demikian pula tidak sah mewakafkan uang
9. 6
tunai karena pemanfaatannya dengan cara dibelanjakan.
3. Al-Mauquf 'Alaih/Penerima Wakaf
Ada dua macam penerima wakaf yaitu sebagai berikut.
a) Mauquf 'alaih muayyan, yaitu wakaf kepada perorangan tertentu yang
disebutkan oleh wakif, baik satu orang maupun lebih.
b) Mauquf 'alaih gairu muayyan, yaitu wakaf kepada orang yang tidak
ditentukan,seperti kepada golongan fakir miskin, santri pondok, kaum muslimin,
dan lain-lain.
4. Sigat/Kalimat Wakaf
Sigat wakaf harus diucapkan secara lisan, tidak cukup dengan diucapkan dalam
hati saja (niat). Adapun sigat wakaf dalam bentuk tulisan dianggap sah jika disertai
dengan niat saat menulis.
b. Syarat Wakaf
Syarat-syarat harta yang diwakafkan yaitu sebagai berikut.
1) Diwakafkan untuk selama-lamanya, tidak terbatas waktu tertentu (disebut
takbid).
2) Tujuannya harus jelas dan sebutkan ketika mengucapkan ijab.
3) Tunai tanpa menggantungkan pada suatu peristiwa di masa yang akan datang.
Sebagai contoh, "Saya wakafkan bila dapat keuntungan yang lebih besar dari usaha
yang akan datang.
4) Jelas al-mauquf 'alaih-nya (orang yang diberi wakaf) dan bisa dimiliki barang
yang diwakafkan (al-mauquf) itu.
2.4 Harta Wakaf dan Pemanfaatannya
Harta wakaf berupa benda yang tidak habis karena dipakai dan tidak rusak
karena dimanfaatkan, baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak. Sebagai
contoh, Umar bin Khattab ra. Mewakafkan sebidang tanah di Khaibar serta Khalid
bin Walid ra. mewakafkan pakaian perang dan kudanya.
Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan
manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariat. Harta
benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak.
10. 7
1. Wakaf benda tidak bergerak antara lain sebagai berikut.
a. Hak atas tanah sesuai.dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, baik yang sudah maupun yang belum terdaftar
b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah.
c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.
d. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Wakaf benda bergerak antara lain sebagai berikut.
a. Wakaf uang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah yang ditunjuk oleh
Menteri Agama. Dana wakaf berupa uang dapat diinvestasikan pada aset-
aset finansial dan aset ril.
b. Logam mulia, yaitu logam dan batu mulia yang sifatnya memiliki manfaat
jangka panjang.
c. Surat berharga.
d. Kendaraan
e. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) mencakup hak cipta, hak paten,
merek, dan desain produk industri.
f. Hak sewa seperti wakaf bangunan dalam bentuk rumah.
Dalam rangka pengembangan wakaf dibentuklah Badan Wakaf Indonesia (BWI)
yang keanggotaannya diangkat oleh presideh RI sesuai Keppres No. 75/M Tahun
2007, yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Juli 2007 sebagai amanah
Undang-Undang No. 41,Tahun 2004 tentang Wakaf.
2.5 Macam-macam Wakaf
1. Wakaf keluarga atau wakaf ahli atau wakaf khusus
Wakaf keluarga atau wakaf ahli atau wakaf khusus adalah wakaf yang
diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, seorang atau lebih, baik keluarga maupun
orang lain. Di beberapa negara Timur Tengah wakaf semacam ini menimbulkan
banyak masalah terutama jika wakaf tersebut berupa tanah pertanian sering kali
terjadi penyalahgunaan seperti menjadikan wakaf keluarga ini sebagai alat untuk
menghindari pembagian harta kekayaan pada ahli waris yang berhak menerimanya,
setelah wakif meninggal dunia.
11. 8
Wakaf keluarga ini dijadikan alat untuk mengelak dari tuntutan kreditor terhadap
hutang-hutang yang dibuat oleh seseorang, sebelum ia mewakafkan tanahnya itu.
Maka dari itu di beberapa negara wakaf keluarga ini dihapuskan seperti di Mesir
tahun 1952 wakaf ini dihapuskan karena praktek-praktek penyimpangan yang tidak
sesuai ajaran Islam. Selain itu di Indonesia harta pusaka suku Minangkabau
memiliki ciri-ciri seperti wakaf keluarga, harta pusaka tersebut dipertahankan tidak
dibagi-bagi atau diwariskan kepada keturunan secara individual, karena
diperuntukkan bagi kepentingan keluarga, menurut Nazaroeddin Rachmat dalam
(Ali, 1988, p. 90).
2. Wakaf Umum atau Wakaf Khairi
Wakaf Umum atau Wakaf Khairi adalah wakaf yang diperuntukkan bagi
kepentingan atau kemaslahatan umum, yang sifatnya sebagai lembaga keagamaan
dan lembaga sosial dalam bentuk Masjid, madrasah, pesantren, rumah sakit, dll.
Wakaf umum inilah yang paling sesuai dengan ajaran Islam dan sangat dianjurkan
karena bagi yang menjalankannya akan memperoleh pahala yang terus mengalir.
2.6 Pengelolaan Wakaf dan Pemanfaatannya
1. Tata Cara Perwakafan Tanah Milik
a. Perseorangan atau badan hukum yang mewakafkan tanah hak miliknya
diharuskan datang sendiri di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
(PPAIlW) untuk melaksanakan ikrar wakaf.
b. Calon wakif sebelum mengikrarkan wakaf, terlebih dahulu harus
menyerahkan surat-surat (sertifikat, surat keterangan, dan lain-lain) kepada
PPAIW.
c. PPAIW meneliti surat dan syarat-syaratnya dalam memenuhi untuk
pelepasan hak atas tanah.
d. Di hadapan PPAIW dan dua orang saksi, wakif mengikrarkan dengan jelas,
tegas, dan dalam bentuk tertulis. Apabila tidak dapat menghadap PPAIW
dapat membuat ikrar secara tertulis dengan persetujuan dari kepala kantor
urusan agama kecamatan.
e. PPAIW segera membuat akta ikrar wakaf serta mencatat dalam daftar akta
ikrar wakaf dan menyimpannya bersama aktanya dengan baik.
12. 9
2. Sertifikat Tanah Wakaf
Sertifikat tanah wakaf diperlukan agar tertib secara administrasi dan
memiliki kepastian hak bila terjadi sengketa atau masalah hukum. Sertifikasi
tanah wakaf dilakukan secara bersama oleh Kementerian Agama dan Badan
Pertanahan Nasional (BPN). Pada tahun 2004, kedua lembaga ini mengeluarkan
Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Kepala BPN Nomor 422 Tahun
2004 tentang Sertifikasi Tanah Wakaf. Proses sertifikasi tanah wakaf
dibebankan kepada anggaran Kementerian Agama.
3. Ruislag Tanah Wakaf
Nazir wajib mengelola harta benda wakaf sesuai peruntukannya. la dapat
mengembangkan potensi wakaf asalkan tidak mengurangi tujuan dan
peruntukan wakaf. Dalam praktiknya,acap kali terjadi permintaan untuk
menukar guling (ruislag) tanah wakaf karena alasan tertentu.Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 memperbolehkan tukar guling atau
penukaran harta benda wakaf dengan syarat harus ada persetujuan dari Menteri
Agama. Kewajiban nazir yang utama adalah mengamankan harta wakaf yang
dikelolanya dan memanfaatkannya. Jika didapati harta wakaf tidak sesuai
kemanfaatannya, misalnya gedung madrasah yang penduduk sekitarnya telah
pindah sehingga harta wakaf tersebut tidak berfungsi lagi, nazir mengambil
langkah untuk kemanfaatan yang lain.
Apakah harta wakaf itu boleh dijual dan diganti serta dipindahkan ke tempat
lain? Dengan alasan kemaslahatan dan kemanfaatan, diperbolehkan mengganti
bangunan gedung wakaf.
Demikian juga menggantikan tanaman wakaf dengan tanaman yang lebih
produktif juga diperbolehkan, yang hasilnya lebih bermanfaat dari yang
sebelumnya. Hal ini sesuai dengan tujuan wakat. Adapun memindahkan harta
wakat diperbolehkan berdasarkan alasan maslahat dan manfaat. Sebagai contoh,
jika jalan yang berjembatan karena wakaf tidak lagi dipergunakan, jembatan itu
boleh dipindahkan ke tempat lain yang memerlukannya.
13. 10
4. Sengketa Wakaf
Penyelesaian sengketa wakaf pada dasarnya harus ditempuh melalui
musyawarah. Apabila mekanisme musyawarah tidak membuahkan hasil,
sengketa dapat dilakukan melalui mediasi,arbitrase, atau pengadilan.
5. Syarat, Kewajiban, dan Hak Nazir
Nazir bisa dilakukan oleh perseorangan, organisasi, atau badan hukum.
Syarat nazir perseorangan adalah sebagai berikut.
a. Warga negara indonesia.
b. Beragama Islam.
c. Dewasa
d. Amanah
e. Mampu secara jasmani dan rohani.
f. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.
Organisasi atau badan hukum yang bisa menjadi nazir harus memenuhi
persyaratan berikut.
a. Pengurus organisasi atau badan hukum yang bersangkutan memenuhi
persyaratan nazir perseorangan sebagaimana disebutkan di atas.
b. Organisasi atau badan hukum itu bergerak di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan, atau keagamaan lslam.
c. Badan hukum itu dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.
Kewajiban atau tugas nazir adalah sebagai berikut.
a. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf.
b. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan,
fungsi, dan peruntukannya.
c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.
d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, nazir memiliki hak-hak sebagai berikut.
a. Menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan
harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10%.
14. 11
b. Menggunakan fasilitas dengan persetujuan kepala kantor Kementrian
Agama Kabupaten/Kota.
2.7 Prinsip-Prinsip Pengelolaan Wakaf
Secara makro, wakaf diharapkan mampu memengaruhi kegiatan ekonomi
masyarakat. Orang-orang yang perlu bantuan berupa makanan, perumahan,
sarana umum seperti masjid, rumah sakit, sekolah, dan pasar, bahkan modal
untuk kepentingan pribadi dapat diberikan bukan dalam bentuk pinjaman,
melainkan murni sedekah di jalan Allah Swt. Kondisi demikian akan
memperingan beban ekonomi masyarakat. Kalau ia bergerak secara teratur,
tentu akan lahir ekonomi masyarakat dengan biaya murah.
Menurut Syafi'i Antonio, setidaknya ada tiga filosofi dasar yang harus
ditekankan ketika hendak memberdayakan wakaf. Pertama, manajemennya
harus dalam bingkai proyek yang terintegrasi. Kedua, asas kesejahteraan nazir.
Ketiga, asas transportasi dan akuntabilitas, maknanya badan wakaf dan lembaga
yang dibantunya harus melaporkan setiap tahun tentang proses pengelolaan
dana kepada umat dalam bentuk laporan audit keuangan termasuk kewajaran
dari masing-masing pos biaya.
Adapun prinsip-prinsip pengelolaan wakaf adalah sebagai berikut.
1 Seluruh harta benda wakaf harus diterima sebagai sumbangan dari wakif
dengan status wakaf sesuai dengan syariat.
2 Wakif mempunyai kebebasan memilih tujuan-tujuan sebagaimana yang
diperkenankan oleh syanat.
3 Wakaf dilakukan dengan tanpa batas waktu.
4 Jumlah harta wakat tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang akan
dibelanjakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh wakif.
5 Wakif dapat meminta keseluruhan keuntungannya untuk tujuan-tujuan yang
telah ia tentukan.
15. 12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wakaf hukumnya sunah. Rukun wakaf terdiri dari wakif, maukuf lahu, maukuf,
lafal/sighat wakuf. Wakaf memiliki syarat-syarat bagi pewakaf, salah satunya yaitu
pewakaf boleh menentukan apa saja syarat yang ia inginkan dalam wakafnya.
Dalam kekuasaan wakaf bahwa wali wakaf adalah harus orang yang berakal sehat
dan balig, pandai menggunakan harta, dan bisa di percaya. bahkan mensyaratkan ia
harus adil dan mempunyai sifat amanat dan bisa dipercaya. di tambah dengan
kemampuan mengelola wakaf secara sempurna.
Barang wakaf tidak boleh diberikan, dijual atau dibagikan. maka barang yang
diwakafkan tidak boleh diganti. namun persoalannya akan lain jika misalnya barang
wakaf itu tadi sudah tidak bisa dimanfaatkan, kecuali dengan memperhitungkan
harga atau nilai jual setelah barang tersebut dijual. Artinya hasil jualnya dibelikan
gantinya. dalam keadaan seperti ini mengganti barang wakaf diperbolehkan.
Banyak sekali hikmah dan manfaat Dari wakaf, bagi kehidupan orang banyak
yaitu Mendidik manusia untuk bersedekah dan selalu mengutamakan kepentingan
umum di atas kepentingan pribadi. Membantu, mempercepat perkembangan agama
Islam, baik sarana, prasarana umum berbagai perlengkapan yang diperlukan dalam
pengembangan agama. Dapat membantu dan mencerdaskan masyarakat, misalnya
Wakaf buku, Al-Quran dan lain-lain.
3.2 Saran
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar kami
dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.
16. iii
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muh. 1976. Risalah Tauhid (Terj.). Jakarta: Bulan Bintang.
Abdurrahim, Acep Lim. 2003. Pedoman lImu Tajwid. Bandung: Dipornegoro.
Al-Farisi, M. Zaka dan Emi Ernawati. 2009. Iman kepada Allah. Bandung:
Nuansa Aulia.
Al-Ghazali, Imam. 1976. Ihya Ulumudin (Ter,). Jakarta: Mizan.
Arroisi, Abdurrahman. 1993. 30 Kisah Teladan. Bandung: Rosda Karya.
Haekal, M. Husain. 1994. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Lentera Antar
Nusa.
1994. Umar bin Khattab. Jakarta: Lentera Antar Nusa.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Guru: Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA
MA/SMKIMAK Kelas X (Edisi Revisi). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
2017. Buku Siswa: Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk
SMA/MA/SMK/MAK Kelas X (Edisi
Revisi). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tim Balai Bahasa Jakarta. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Ali, M. D. (1988). Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: Ul-Press.
Suryana, A. T, Alba, C., Syamsudin, E, & Asiyah, U. (1996). Pendidikan Agama
Islam untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Tiga Mutiara.
Syamsuri. (2004). Pendidikan Agama lslam. Jakarta: Erlangga.
https://id.wikipedia.org/wiki/Wakaf