materi mengenai pengakapan ikan di wilayah kalimantan dan kondisinya hal hal ini di berikan secara baik dan bermateri... nilai diambil dari data yang diambil langsung ke masyarkat nelayan baik itu data jenis ikan, panjang ikan kemudian dianalisis
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
PPT SEMINAR HASIL ROZI SYAHPUTRA[1].pptx
1. Rozi Syah Putra Ginting
(1806055024)
ANALISIS PENDUGAAN STATUS STOK DAN TINGKAT EKSPLOITASI
KEPITING BAKAU DI DESA MUARA KEMBANG KECAMATAN MUARA JAWA
KALIMANTAN TIMUR
PEMBIMBING I
Ir. Ristiana Eryanti, S.Pi., M.Si., IPU
PENGUJI I
Prof. Dr. Ir. H. Iwan Suyatna, M. Sc., DEA., IPU
PEMBIMBING II
Nurfadilah, S.Kel., M.Si
PENGUJI II
Dewi Embong Bulan, S.Kel., MP.,Ph.D
2. Latar Belakang
Kepiting bakau merupakan komoditas perikanan yang penting bagi Indonesia
sejak tahun1980 sampai sekarang, permintaan pasar yang tinggi
mengakibatkan berkurangnya jumlah kepiting yang ada di alam
Faktor penurunan kuantitas dan kualitas kepiting bakau:
- Degradasi lahan mangrove menjadi pertambakan
- Pemanfaatan kayu mangrove menjadi kayu bakar secara berlebihan yang
menyebabkan kerusakan hutan mangrove sebagai habitat kepiting bakau
- Penangkapan kepiting bakau dari semua ukuran
Untuk menentukan strategi pengelolaan perikanan yang baik maka perlu dilakukan
evaluasi suatu stok untuk mengetahui status stok suatu sumberdaya. Penelitian ini
diharapkan dapat mengkaji status stok dan tingkat eksploitasi kepiting bakau di Desa
Muara Kembang KeCamatan Muara Jawa Provinsi Kalimantan Timur
3. Tujuan Penelitian
Analisi pendugaan status stok dan tingkat eksploitasi kepiting bakau di
Muara Kembang, Kecamatan Muara Jawa, Provinsi Kalimantan Timur
Rumusan Masalah
Memberi informasi terhadap masyarakat tentang apakah sediaan stok
kepiting bakau dialam mengalami penurunan atau peningkatan serta
menjadi acuan penelitian selanjutnnya
Manfaat Penelitian
Mengetahui status stok dan tingkat eksploitasi kepiting bakau Muara
Kembang, Kecamatan Muara Jawa, Provinsi Kalimantan Timur
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan Muara Kembang,
Kecamatan Muara Jawa, Provinsi Kalimantan
Timur, selama kurang lebih 3 bulan, meliputi,
perencanaan observasi lapangan, wawanCara
pengolahan data , pembahasan dan penulisan
laporan
5. Alat dan Bahan Penelitian
NO Alat Keterangan
1 Jangka sorong(Wipro) Alat pengukur kerapas kepiting
2 Timbangan Digital (I-
3000)
Alat pengukur berat kepiting
3 Rakkang (alat tangkap
kepiting)
Alat tangkap kepiting bakau
4 Kamera (Iphone) Media Dokumentasi
5 Buku dan Pulpen Media pencatat data lapangan
6
7
GPS (Garmin94)
Perahu
Alat untuk menentukan titik lokasi
penelitian
Media untuk survey observasi
No Bahan Keterangan
1 Kepiting Bakau
(Sylla Serrata)
150 jumlah sampel
2 Aplikasi Fisat II
(Version1.2.2.20
Aplikasi Pengolah Data
6. Prosedur
Penelitian
01 Observasi Lapangan
02 Pengambilan Data
-WawanCara dengan
nelayan terkait kondisi
penilitian
- Pengambilan sampel
- Pengukuran Kerapas
-Pengolahan data kepiting
bakau dengan aplikasi fisat
-Analisis Status Stok dan
tingkat eksploitasi
-Penulisan laporan
-Titik koordinat menggunakan
GPS
-Pembuatan Peta Penelitian
dengan ArGIS
7. Analisis Data
Nisbah Kelamin
Pertumbuhan
Parameter Mortalitas(Z,M,F)
Laju Eksploitasi
P =
𝒏
𝑵
𝒙𝟏𝟎𝟎
Lt = L∞(1 - 𝒆−𝒌(𝒕−𝒕𝟎)
Log M = = (-0,0066)-0,279 log L∞ +0,6543
log K + 0,4634 log T
Z= K [
𝐿∞−𝐿′
𝐿− ]
F=Z-M
E=
𝑭
𝒁
8. Hasil dan Pembahasan
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan Muara Kembang, Kecamatan Muara Jawa, Provinsi Kalimantan Timur,
terdapat 5 stasiunlokasi pengambilan sampel.
No Stasiun Titik Koordinat Keterangan
S T
1. I 0,7⁰5’790’’ 117⁰ 30’332’’ Hutan Nipah
2. II 0,7⁰5’865’’ 117⁰30’212’’ Hutan Nipah
3. III 0,7⁰5’754’’ 117⁰30’165’’ Hutan Nipah
4. IV 0,7⁰6’000’’ 117⁰30’135’’ Hutan Nipah
5. V 0,7⁰5’584’’ 117⁰29’836’’ Bekas Tambak
9. B. Klasifikasi kepiting bakau
• Filum : Arthropoda
• Subfilum: Crustacea
• Klas : Malacostraca
• Subklas : Eucarida
• Ordo : Decapoda
• Famili : Portinuidae
• Genus : Scylla
• Spesies : Scylla serrata
Scylla serrata dicirikan dengan memiliki morfologi kerapas berwarna hijau ,
hijau tua, hijau kecoklatan dan capit berwarna hijau kebiruan (Hia, et al., 2013)
11. D. Nisbah Kelamin
Total sampel kepiting sebanyak 150 sampel dibagi atas 83
jantan dan 67 betina. jenis kepiting kelamin jantan lebih
dominan ditemukan dari pada jenis kepiting bakau betina
diperkirakankarena jenis kepiting bakau jantan lebih agresif
dalam mencari makan dan kepitingbakau betina ketika
melakukan pemijahan populasi tersebut akan berpindah
dari ekosistem mangrove ke laut
45%
55%
Jantan
Betina
12. E.Kelompok Umur
Diagram Frekuensi terhitung kepiting bakau jenis kelamin jantan Diagram frekuensi terhitung kepiting bakau jenis kelamin betina
Diagram kelompok yang telah diperoleh dapatdiartikan bahwa bahwa hasil penangkapan kepiting bakau di Desa Muara Kembang
berukuran kecil, ukuran sedang dan ukuran besar. Ukuran lebar karapasjenis kelamin jantan terbanyak terdapat pada interval kelas
pada 123,6-130,6 mmdengan frekuensi sebanyak 19 ekor, sedangkan frekuensi lebar karapas terendahpada interval kelas 137,6-
144,6 mm dengan frekuensi 1 ekor. Selanjutnya ukuranlebar kerapas terbanyak pada jenis kelamin betina terdapat pada 107-113
mm dengan frekuensi 17 ekor sedangkan frekuensi lebar kerapas terendah pada interval kelas 123-129 mm dengan frekuensi 1 ekor
13. F. Pertumbuhan awal hidupnya kepiting bakau jenis kelamin
jantan maupun betina mengalami
pertumbuhan cepat, namun
pertumbuhannya melambat saat akan
mencapai panjang asimptotnya Umur
tertinggi terdapat pada kepiting bakau jenis
kelamin jantan yaitu 6 tahun dengan
Panjang asimtot 151,83 mm dan pada jenis
kelamin betina yaitu 6,8 tahun dengan L∞
asimptot 129,15mm
Nilai Dugaan
Parameter
Jantan Betina
L∞ 151,83 mm 129,15 mm
K 0,76/tahun 0,51/tahun
t0 0,135 0,213
Pertumbuhan kepiting betina cenderung lebih ke
arah lebar karapas karenakepiting betina akan
moulting setiap akan melakukan proses
kopulasi.
14. G. Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Nilai dugaan
Parameter Jantan Betina
Mortalitas total (Z) 3,01 1,67
Mortalitas alami (M) 0,98 0,79
Mortalitas penangkapan (F) 2,03 0,88
Laju eksploitasi (E) 0,67 0,53
A B
Berdasarkan Kurva hasil tangkapan kepiting bakau jantan (A) dan betina (B). mortalitas (Z) jantan diperoleh
sebesar 3,01 sedangkan betina diperoleh sebesar 1, 67. Menurut Hidayat, et al., (2018), menyatakan bahwalaju
eksploitasi suatu stok berada pada tingkat lestari jika nilai laju eksploitasinya lebih kecil dari 0,5, apabila nilai laju
eksploitasi suatu stok lebih dari 0,5 maka dikategorikan lebih tangkap (tinggi).
15. Kesimpulan dan Saran
1. Mortalitas total (Z) pada kepiting bakau di Desa Muara Kembang yaitu pada
Jantan 3,01 dan pada betina 0,68 per tahun, dimana mortalitas penangkapan
(F) pada masing-masing jenis kelamin lebih besar dari pada mortalitas alami
(M), yaitu nilai F 2,03 pada jantan dan 0,88 pada betina dan nilai M pada
jantan yaitu 0,97 pada jantan dan 0,78 pada betina.
2. Tingkat eksploitasi kepiting bakau pada jenis kelamin jantan memiliki tingkat
eksploitasi lebih tangkap (tinggi) sedangkan pada kepiting bakau jenis
kelamin betina diperoleh nilai laju eksploitasi nya yang lestari (normal).
3. Status stok kepiting bakau di desa muara kembang didefenisikan rendah
(sedikit) karena tingkat mortalitas totalnya lebih besar dari dari pada laju
pertumbuhanya.
A. Kesimpulan
B. Saran
Populasi kepiting bakau di Desa Muara Kembang
harus dilakukan pemantauan dan pengaturan secara
berkala. Harapannya penelitian kepiting bakau tetap
terus dilakukan guna memperoleh informasi data dan
tetap menjadi perhatian, sehingga mencegah
penurunan jumlah stok kepiting yang signifikan, dan
dapat terus mempertahankan kelestariannya