SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
1
Falsifikasionisme Karl Raimund Popper
Tim penyusun:
Eka Putri Nur Habibah (D01219019)
Farihatul Ismaniyah (D01219021)
Nur Kholifah (D71219078)
Dosen pengampu:
Dr. Muhammad Fahmi, S. Pd. M. Hum
rikha1503@gmail.com, habibahnurputrieka@gmail.com,
nurkholifah24700@gmail.com
Abstrac
Popper is known for the idea of falsification as opposed to classical
verification and inductivism in the scientific method. Falisikasionime says that a
scientific theory is not proven sc8ientifically only by proof, but must be sought to
find fault with the theory until the terror can be falsified. If the theory cannot be
falsified, the theory is tested. Popper is also known as a major opponent of the
aspect of justificationism in scientific studies conducted by the inductivists. He
understood that the whole scientific study should not be achieved by justification,
but critical rationalism. In a context that contains a rejection of the inductivism of
the supporters of the theory of falsification which states that any scientific research
must be preceded by a particular theory. By that arena, all beliefs about the truth
of scientific theories must be achieved through the certainty of the results of
observation or observation, totally rejected. The theory itself here has the
understanding that it is a product of human intellectual engineering that is creative
and free to think in order to overcome the problems that occur in everyday life in
society. Theories of thought results are then tested by conducting experiments or
observations. A theory that is weak and cannot survive an experiment will be
declared a failure and the theory must be replaced by another speculative theory.
That implies that, science develops from a mistake and also a mistake, from the
process of hypothesis and also refutation.
Keywords: Falsification, Karl Raimund Pooper,
Abstrak
Popper dikenal dengan gagasan falsifikasi sebagai lawan dari verifikasionisme dan
induktivisme klasik dalam metode ilmiah. Falisikasionime mengatakan bahwa suatu teori
ilmiah tidakah terbukti keilmiahannya hanya dengan pembuktian saja, tapi harus
diusahakan mencari kesalahan dari teori tersebut sampai kemudian teroi tersebut bisa
difalisfikasi. Apabila teori tersebut tidak berhasil di falsifikasi maka teori tersebut teruji
keilmiahannya. Popper juga dikenal sebagai penentang besar aspek justifikasionisme
2
dalam studi ilmiah yang dilakukan para induktivis. Ia memahami bahwa keseluruhan studi
ilmiah tidak semestinya dicapai dengan justifikasi, melainkan rasionalisme kritis. Di
dalam sebuah konteks yang mengandung penolakan terhadap induktivisme para
pendukung dari teori falsifikasi yang menyatakan bahwasannya setiap adanya
penelitian ilmiah pasti di dahului oleh teori tertentu. Oleh arena itu semua semua
keyakinan terhadap kebenaran dari teori-teori ilmiah itu pasti dicapai melalui
kepastian dari hasil pengamatan atau observasi, sungguh-sungguh ditolak. Teori
sendiri disini memiliki pengertian bahwa dia adalah sebuah hasil rekayasa intelek
manusia yang kreatif dan bebas berpikir guna mengatasi masalah-masalah yang
terjadi pada kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Teori-teori hasil
pemikiran tersebut kemudian diuji dengan melakukan eksperimen-eksperimen atau
obervasi-observasi. Teori yang lemah dan tidak dapat bertahan terhadap suatu
eksperimen akan dinyatakan gagal dan teori tersebut harus digantikan oleh teori
yang spekualitif lainnya. Itu mengandung arti bahwa, ilmu pengetahuan itu
berkembang dari sebuah kesalahan dan juga kekeliruan, dari proses hipotesis dan
juga refutasi.
Kata kunci: Falsifikasionisme, Karl Raimund Popper
Pendahuluan
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal yang sangat penting
dalam dunia modern ini. sebagai masyarakat modern sudah tentu mau tidak
mau kita akan mengikuti apa yang menjadi pertumbuhan dan perkembangan
dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam artikel kali ini kami rasa cukup
menarik sekali dari pemikiran seorang Karl Raimund Popper di jadikan
topik pembahasan, dan kami berusaha untuk mengumpulkan beberapa
sumber sebagai bahan referensi untuk memperkuat artikel kami.
Popper dikenal dengan gagasan falsifikasi sebagai lawan dari
verifikasionisme dan induktivisme klasik dalam metode ilmiah.
Falisikasionime mengatakan bahwa suatu teori ilmiah tidakah terbukti
keilmiahannya hanya dengan pembuktian saja, tapi harus diusahakan
mencari kesalahan dari teori tersebut sampai kemudian teroi tersebut bisa
difalisfikasi. Apabila teori tersebut tidak berhasil di falsifikasi maka teori
tersebut teruji keilmiahannya. Popper juga dikenal sebagai penentang besar
aspek justifikasionisme dalam studi ilmiah yang dilakukan para induktivis.
Ia memahami bahwa keseluruhan studi ilmiah tidak semestinya dicapai
3
dengan justifikasi, melainkan rasionalisme kritis. Di dalam sebuah konteks
yang mengandung penolakan terhadap induktivisme para pendukung dari
teori falsifikasi yang menyatakan bahwasannya setiap adanya penelitian
ilmiah pasti di dahului oleh teori tertentu. Oleh arena itu semua semua
keyakinan terhadap kebenaran dari teori-teori ilmiah itu pasti dicapai
melalui kepastian dari hasil pengamatan atau observasi, sungguh-sungguh
ditolak. Teori sendiri disini memiliki pengertian bahwa dia adalah sebuah
hasil rekayasa intelek manusia yang kreatif dan bebas berpikir guna
mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat. Teori-teori hasil pemikiran tersebut kemudian diuji dengan
melakukan eksperimen-eksperimen atau obervasi-observasi. Teori yang
lemah dan tidak dapat bertahan terhadap suatu eksperimen akan dinyatakan
gagal dan teori tersebut harus digantikan oleh teori yang spekualitif lainnya.
Itu mengandung arti bahwa, ilmu pengetahuan itu berkembang dari sebuah
kesalahan dan juga kekeliruan, dari proses hipotesis dan juga refutasi.
Popper memandang ilmu sebagai suatu perangkai hipotesa yang
dikemukakan secara coba-coba dengan tujuan melukiskan secara akurat.
Suatu tuntutan bahwa teori harus tinggi falsifiabilitasnya, teori harus
dinyatakan dengan jelas dan cermat. Apabila suatu teori diajukan
sedemikian samar hingga tidak jelas apa sebenarnya yang ingin dinyatakan,
maka bila mana diuji dengan observasi atau eksperimen lain, ia dapat
diinterpretasikan demikian rupa hingga konsisten dengan hasil pengujian.
Begitulah kiranya sekilas apa yang menjadi topik dalam artikel ini,
yang nantinya harapan kami, artikel ini sedikit memberikan wawasan pada
pembaca, kritik dan saran yang mendukung sangat kami harapkan untuk
lebih menyempurnakan artikel kami.
Pembahasan
1. Biografi Singkat dan Karya- Karyanya
Sir Karl Raymund Popper (lahir di Vienna, Austria, 28 Juli 1902 –
meninggal di London, Inggris, 17 September 1994 pada umur 92 tahun) merupakan
4
seorang filsuf dan profesor asal Vienna dan Inggris. Dia juga disebut sebagai filsuf
terbesar abad 20 dibidang filsafat ilmu.
Ayahnya Dr. Simon S. Carl Popper, seorang sarjana hukum dan pengacara
yang sangat mencintai buku dan berminat pada filsafat. Ibunya amat berbakat
dalam musik dan pandai main piano. Jadi dalam refleksi filosofis Popper musik
juga mendapat perhatian. Popper dikenal sebagai filosof yang sangat berpengaruh
dibidang sains dan politik. Ia juga dikenal sebagai ahli matematika dan astronomi
teoretis. Ayahnya, seorang Yahudi, yang membawanya pada suasana yang
belakangan ia lukiskan sebagai “sangat kebuku-bukuan” (decidedly bookish).
Ayahnya bekerja sebagai pengacara profesional, tapi dia juga tertarik pada karya-
karya sastra, Yunani-Romawi Kuno dan filsafat, serta menginformasikan kepada
anaknya minat pada masalah sosial dan politik yang lepas dari dirinya. Ibunya
menanamkan pada ketertarikan pada musik, hingga dia sempat ingin mengambil
karir di bidang ini dan sungguh-sungguh pada awalnya memilih sejarah music
sebagai subjek kedua untuk ujian Ph.D.
Popper memulai pendidikan ilmiah formalnya sebagaimurid privat.
Bidang-bidang pelajarannya cukup luas, namun Popper lebih
memfokuskan perhatiannya pada bidang matematika dan fisika teoretis. Pada tah
un 1925, Poppermengikuti kursus lanjutan di Institut Pedagogi, cabang dari
Universitas Wina dan padamasa itu pula ia bertemu dengan calon istrinya.Pada
tahun 1928, Popper meraih gelar Doktor dengan judul disertasi: MasalahPsikologi
dalam Psikologi Pemikiran. Popper merasa tidak puas dengan disertasinya
danmemilih untuk mempelajari bidang epistemologi yang dipusatkan pada
pengembangan teori ilmu pengetahuan. Usahanya ini semakin intensif ketika ia
berjumpa
dengan positivisme logis dari lingkaran Wina. Popper bukan termasuk dalam ling
karan Wina,sebab dia merupakan kritikus paling tajam terhadap gagasan-
gagasan Lingkaran Wina.
Popper yang berdarah Yahudi, harus meninggalkan tempat kelahirannya
sebab padawaktu itu Jerman di bawa penguasanya Hitler telah menduduki tempat
itu. Popper pindahke Selandia Baru dan mengajar di Universitas Christchurch. Ia
pun tidak menetap di sana,sebab pada tahun1945, ia pindah ke Inggris dan
mengajar di London School of Economics.
Karl Popper menginggal dunia pada tanggal 17 September 1994 di
LondonSelatan akibat penyakit jantung. Adapun beberapa karya tulisnya yang
terbesar antara lain sebagai berikut: The Poverty of Historicism (1945); The Logic
of Scientific Discovery (1959); Conjectures and Refutations: The Growt
of Scientific Knowledge (1963).1
Popper meraih gelar “doktor filsafat” Pada 1928 dengan disertasi Zur
Methodenfrage der Denkpsychologie (Masalah Metode dalam Psikologi
Pemikiran). Pada tahun berikutnya Popper memperoleh lagi gelar diploma yang
mengizinkan dia mengajar matematika dan ilmu pengetahuan alam di sekolah
menengah. Popper tidak pernah menjadi anggota Lingkungan Wina, namun sendiri
1
Lalu Heri Afrizal, “Filsafat Pemikiran Karl Raimund Popper”,
https://www.academia.edu/8963403/Filsafat_Pemikiran_Karl_Raimund_Popper_Studi_Analisa-
Deskriptif_Oleh_Lalu_Heri_Afrizal_Prolog, diakses pada 8 Juni 2020.
5
menyebut dirinya sebagai kritikus yang paling tajam terhadap Lingkungan Wina.
Gagasan Popper tentang hakikat prosedur ilmiah dikembangkan dalam Logic of
Scientific Discovery (Jerman 1934, terjemahan 1959).
Karir filsuf Popper dilirik sejak Logic of Scientific Discovery. Pada 1935
Popper mendapat banyak undangan untuk memberi ceramah atau kuliah di luar
negeri. Tahun 1937 ia mencari tempat kerja di luar negeri, ia bekerja pada
universitas di Christchurch, Selandia Baru. Sebagai hasil pekerjaannya di Selandia
Baru, pada tahun 1945 Popper menerbitkan dua karangan dalam bahasa Inggris
yang menyangkut filsafat sosial dan politik. Yang pertama berjudul The Poverty
of Historicism, yang kedua meliputi dua jilid berjudul The Open Society and Its
Enemies.
Popper diangkat menjadi professor di London School of Echonomics usai
Perang Dunia II. Sepanjang hidupnya Popper bekerja keras dan merasa senang
sekali dalam pekerjaannya. Popper juga sudah lama memperoleh kewarganegaraan
Inggris. Pada 1946 ia diangkat dalam kaum bangsawan Inggris, sehingga berhak
menggunakan gelar Sir. Popper meninggal dunia pada 17 September 1994 di
Croydon, London Selatan, dalam usia 92 tahun, akibat komplikasi penyakit kanker.
Bentukan keilmuan Popper banyak dibidani oleh tokohtokoh yang
memiliki kapasitas yang cukup handal di bidangnya. Di antaranya, Karl Buhler,
yang darinya Popper banyak tahu tentang psikologi, logika dan bahasa. Dari
Buhler, Popper mendapat pemahaman tentang fungsi bahasa yang tidak hanya
sekedar alat deskripsi, tetapi yang lebih penting sebagai alat ekspresi dan stimulasi.
Tokoh lain adalah Hendrich Gomperz -seorang filosof profesional pada masanya-
yang darinya Popper sampai pada keyakinan bahwa data inderawi (kesan
sederhana) pada prinsipnya tidaklah ada. Yang ada adalah khayalan (imaginasi)
yang mengalihkan atomisme dari fisika ke psikologi.Disamping binaan para tokoh
di atas, Popper juga secara otodidak menyimak biografi tokoh-tokoh yang sempat
menggegerkan dunia. Di antaranya ia sangat serius menghayati jargon populer
Socrates “saya tahu bahwa saya tidak tahu” yang telah mengantarkan Popper
menjadi lebih kritis dan fallibillis.2
Karya dasar Popper ialah Logik der Forschung (1934), diterjemahkan
menjadi The Logic of Scientific Discovery (1959). Selama pengungsiannya di
Selandia Baru, ia mengarang The Open Society and Its Enemies, I dan II (1945),
yang merupakan refleksi historis dan falsafi atas pemaksaan yang terjadi dalam
pemerintahan totaliter. Sementara The Poverty of Historicism (1957) dimaksudkan
sebagai teori di belakang The Open Society. Pemikiran filsafat ilmu pengetahuan
dimulai Logic der Forschung ada dalam dua kumpulan karangan yang berjudul
Conjectures and Refutations, The Growth of Scientific Knowledge (1963), dan
Objective Knowledge, An Evolutionary Approach
(1972), Postscript to The Logic of Scientific Discovery, terdiri dari tiga
jilid.3
2
M Nur, “Revivalisasi Epistimologi Falsifikasi, Vol.2, NO. 1, 2012, Hal 4.
3
Sulhatul Habibah, “Paradigma Popperian Meninjau Rasionalisme Kritis Karl Raimund Popper”,
Vol 6 No 2, Oktober 2019, hal 304.
6
Popper dikenal dengan gagasan falsifikasi sebagai lawan dari
verifikasionisme dan induktivisme klasik dalam metode ilmiah.
Falisikasionime mengatakan bahwa suatu teori ilmiah tidakah terbukti
keilmiahannya hanya dengan pembuktian saja, tapi harus diusahakan
mencari kesalahan dari teori tersebut sampai kemudian teroi tersebut bisa
difalisfikasi. Apabila teori tersebut tidak berhasil di falsifikasi maka teori
tersebut teruji keilmiahannya. Popper juga dikenal sebagai penentang besar
aspek justifikasionisme dalam studi ilmiah yang dilakukan para induktivis.
Ia memahami bahwa keseluruhan studi ilmiah tidak semestinya dicapai
dengan justifikasi, melainkan rasionalisme kritis.
Dalam ranah politik, Popper dikenal sebagai salah satu filsuf yang
kuat mempertahankan Demokrasi Liberal dan prinisp-prinsip Kritisisme
Sosial yang akan membantu terbentuknya Masyarakat Terbuka - baca Open
Society nya Karl Popper. Ide-ide politiknya mempengaruhi hampir seluruh
ideologi politik demokrasi dan mencoba merekonsiliasikannya, seperti
Sosialisme/Sosial Demokrasi, Liberalisme/Liberalisme Klasik dan
Konservatisme
Carl Popper Seorang filosof sains keturunan Inggris-Austria. Dia
anak ketiga dan kedua kakaknya adalah perempuan, Bapaknya Simon
Sigmund Carl Popper, adalah seorang doktor hukum dari University
of Vienna, yang beragama yahudi. Ibunya Jenny Schiff adalah seorang ahli
musik. Dalam bidang pendidikan, Popper memiliki latar belakang keilmuan
yang cukup variatif dan terkesan menjadi seorang yang anti terhadap
kemapanan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikasi
yaitu: Pertama, pada usia 16 tahun Popper meninggalkan
sekolahnya (Realgumnasium) karena pelajaran-pelajaran yang disajikan
sangat membosankan . Kedua, menjadi pendengar bebas pada universitas
Wina dan empat tahun kemudian ia diterima sebagai mahasiswa di
universitas tersebut. Ketiga, Popper memilih mata kuliah matematika dan
fisika teoritis. Dalam pandangannya dengan matematika ia akandapat
mengetahui standar-standar kebenaran.
7
Ketika menjadi mahasiswa, Popper bukan saja mempelajari paham-
paham sosialisme, tetapi juga komunisme, bahkan pernah mengidentikkan
dirinya sebagai pengikut paham komunis. Tepatnya di saat ia berusia 17
tahun. Sebagaimana dijelaskan oleh Popper dalam autobiografinya, pada
awalnya ia sangat tertarik pada Marxisme. Namun, kemudian ia menyadari
betapa bahayanya paham tersebut bahkan dipandang sangat tidak
bertanggung jawab terhadap kebaikan massa. Hal ini menyebabkan ia
kecewa dan menjadi seorang yang anti komunis dan marxisme. Dalam
kemajuan semacam itu, Popper terinspirasi oleh ucapan Socrates “Saya tahu
bahwa saya tidak tahu”. Inspirasi inilah yang kemudian membangkitkan
obsesi untuk membangun pengetahuan ilmiah yang kritis. Dengan semangat
keilmuannya itu, maka Popper bukan saja berhasil memiliki ijazah untuk
mengajar matematika, fisika, dan kimia, tetapi berhasil pula memperoleh
gelar “doctor filsafat” (Ph.D) pada tahun 1928 dengan disertasi tentang Zur
Methodenfrage der Denpsychologie (Masalah metodologi dalam psikologi
pemikiran).
Setelah masa itu, perkenalannya dengan Albert Einstein dan Karl
Buhler mampu membuka cakrawala baru bagi dirinya untuk membangun
teori kritis. Tema-tema sentral yang menjadi bahan diskusi diantaranya
masalah indeterminisme, problem-problem operasionalisme, positivisme
dengan induksi dan verifikasinya. Bersamaan dengan itu, Popper berusaha
merumuskan teori-teori kritisnya baik mengenai deduksi dengan
objektifismenya, maupun demarkasi dengan falsifikasinya. Upayanya itu
bukan saja dikumandangkan di Wina, tetapi juga di Inggris antara tahun
1935-1936, kemudian di Selandia Baru (tahun 1936-1945), dan di Amerika,
yaitu mulai tahun 1950 ketika Popper memberikan serangkaian kuliah di
Harvard.
Meski pun berada di Wina akan tetapi Popper tidak tergolong bagian
dari anggota mazhab Filsafat Wina atau dikenal juga dengan Lingkaran
Wina (Vienna Circle). Bukan saja ia terlepas dari keanggotaan dari gerakan
tersebut, ia bahkan tidak pernah menghadiri pertemuan-pertemuan yang
8
mereka adakan. Meski pun ia banyak kenal dan sering melakukan kontak
dengan aktifis mereka, seperti Viktor Kraft dan Herbert. Popper sendiri
menyebut dirinya sebagai kritikus paling tajam terhadap kelompok
lingkaran Wina, dimana kritikan yang ia kemukan akan kita lihat
selanjutnya.
Dalam dan melalui dunia keilmuan yang digelutinya, Popper
banyak menghasilkan karya-karya ilmiah yang menjadi wacana bagi para
ilmuwan dunia.Di antara karya tulisnya yang terpenting antara lain: Logic
der Forschung (logika penelitian) yang terbit tahun 1934. Buku ini baru
diterbitkan dalam Bahasa Inggris pada tahun 1972 dengan judul The Logic
of Scientific Discovery. Ketika di Selandia Baru Popper menulis The
Poverty of Historicism diterbitkan pada tahun1957, dan The Open Society
of Enemies yang diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1966. Karya
Popper dalam bentuk kumpulan karangan yaitu Conjecturesand Refutation;
The Growth of Scientific Knowledge (1972). Buku ini berisi tentang
problematika pertumbuhan pengetahuan ilmiah dan metodologi yang
menyertainya. Kemudian buku lain yang juga berisi kumpulan karangan
yaitu Objective Knowledge; An Evolutionary Approach terbit pada tahun
1972. Dalam buku ini dijabarkan pula teorinya tentang “Dunia 3”, dunia
ojektif, yaitu dunia yang secara historis merupakan asal ilmu pengetahuan.4
Pada tahun 1928, Popper meraih gelar Doktor dengan judul disertasi
: Masalah. Psikologi dalam Psikologi Pemikiran. Popper merasa tidak puas
dengan disertasinya dan memilih untuk mempelajari bidang epistemologi
yang dipusatkan pada pengembangan teori ilmu pengetahuan. Usahanya ini
semakin intentif ketika ia berjumpa dengan positivisme logis dari lingkaran
Wina. Popper bukan termasuk dalam lingkaran Wina, sebab dia merupakan
kritikus paling tajam terhadap gagasan-gagasan lingkaran Wina.
Kemudian, kecintaanya terhadap musik menjadi kekuatan inspiratif
4
Kitabbah, “FALSIFIKASIONISME KARL RAIDMUND POPPER”,
https://kitabbah.wordpress.com/2017/09/23/falsifikasionisme-karl-raidmund-popper-2/, diakses
pada 23 September 2017.
9
dalam membangun pemikiran dan originalitas interpretasi antara dogmatis
dan pemikiran kritis, kontribusinya dalam pembedaan objektifitas dan
subjektivias, dan yang sangat penting, menumbuhkan perlawanan terhadap
segala bentuk historisisme, termasuk ide-ide sejarawan tentang sifat alami
“progresif” pada music. Karl muda menghadiri Realgymnasium lokal,
dimana ia merasa tidak senang dengan standar pengajaran, dan setelah sakit
yang membuatnya tinggal di rumah beberapa bulan, dia masuk University
of Vienna pada tahun 1918. Bagaimanapun, dia tidak mendaftar secara
formal di Universitas dengan mengambil pengujian matrikulasi 4 tahun
yang lain. Baru pada tahun 1922 ia diterima sebagai mahasiswa di sana.
1919 adalah tahun kehormatan formatif penting dalam kehidupan
intelektualnya. Pada tahun itu, dia melibatkan diri dalam politik sayap kiri,
bergabung dengan Association of Socialist School Students dan menjadi
Marxis pada saat itu.5
Karl popper, merupakan salah satu kritikus abad ke-20 yang paling
tajam terhadap gagasan lengkaran Wina. Ia dilahirkan di Wina pada tanggal
21 Juli 1902 dari keluarga Yahudi Protestan. Ayahnya, Dr. Simon S.C.
Popper, seorang pengacara yang meminati filsafat dan masalah sosial.
Pada tahun 1928, Popper meraih gelar Doktor dengan judul disertasi
Zur Methodenfrage der Denkpsychologie (Masalah Metode dalam
Psikologi Pemikiran). Popper merasa tidak puas dengan disertasinya dan
memilih untuk mempelajari bidang epistemologi yang dipusatkan pada
pengembangan teori ilmu pengetahuan. Usahanya ini semakin intentif
ketika ia berjumpa dengan positivisme logis dari lingkaran Wina. Meski
demikian, ia bukan termasuk kelompok lingkaran Wina, sebab dia
merupakan kritikus paling tajam terhadap gagasan-gagasan lingkaran Wina
(Muslih, 2005 : 105).
Popper yang berdarah Yahudi, harus meninggalkan tempat
kelahirannya sebab pada waktu itu Jerman di bawah kekuasaan Hitler telah
5
‘’Biografi Karl Popper”, http://tugasperkuliah.blogspot.com/2017/01/biografi-karl-popper.html,
diakses pada 19 Januari 2017.
10
menduduki tempat itu. Popper lalu pindah ke Selandia Baru dan mengajar
di Universitas Christchurch. Ia pun tidak menetap di sana, sebab pada
tahun1945, ia pindah ke Inggris dan mengajar di LondonSchool of
Economics (Edwards, 1967 : 398). Di London School of Economics ini ia
diangkat menjadi professor pada tahun 1948, berkat karyanya yang anti
Komunis berjudul The open Society and Its Enemies, yang ia buat tahun
1945 (Muslih, 2005 : 105).
Tampaknya, Popper termasuk filsuf yang beruntung karena hidup di
masa Postmodern, ia mewarisi problem-problem filosofis para
pendahulunya dan menjadi terakumulasi sedemikian rupa di dalam
pemikirannya, terlebih setelah perkenalannya dengan Albert Einstein dan
menyaksikan tergantikannya teori Newton dengan Relativismenya Einsten
(Popper, 2008 : 292). Peristiwa ini mampu membuka cakrawala baru bagi
dirinya untuk membangun teori kritis
Adapun beberapa karya tulisnya yang terbesar antara lain sebagai
berikut: The Poverty of Historicism (1945); The Open Society and Its
EnemiesI dan II (1945); The Logic of Scientific Discovery (1959);
Conjectures and Refutations: The Growt of Scientific Knowledge An
Evolutionary Approach (1963); The Philosiphy of Karl Popper (1974);
Unended Quest; dan The Self and Its Brain.6
6
Komarudin, “Klasifikasi Karl Popper dan Kemungkinan Penerapannya dalam Keilmuan Islam”,
Volume 6, Nomor 2, November 2014, hal 448.
11
2. Pengertian Falsifikasionalisme
Untuk melakukan proses falsifikasi seseorang harus memiliki sikap
yang kritis. Falsifikasi adalah sebuah kata yang berasala dari bahasa latin
yaitu falsus yang memiliki arti (palsu, tidak benar) dan kata facare yang
memiliki arti (membuat). Flasifikasi adalah cara memverivikasi asumsi
teoritis termasuk Hipotesis dan teori, dengan menggunakan pelawannya. hal
ini dilakukan dengan cara memperoleh data dengan eksperimen. Falsifikasi
ini dilandaskan pada suatu postulat yang berbunyi bahwasannya sebuah
proporsi teoritis itu tidak terbukti apabila pendapat yang sebaliknya turun
dari berbagai pernyataan yang memiliki kecocokan antara satu dengan yang
lainnya, dan tentunya pernyataan-pernyaataan itu berdasarkan kepada
observasi.
Di dalam sebuah konteks yang mengandung penolakan terhadap
induktivisme para pendukung dari teori falsifikasi yang menyatakan
bahwasannya setiap adanya penelitian ilmiah pasti di dahului oleh teori
tertentu. Oleh arena itu semua semua keyakinan terhadap kebenaran dari
teori-teori ilmiah itu pasti dicapai melalui kepastian dari hasil pengamatan
atau observasi, sungguh-sungguh ditolak. Teori sendiri disini memiliki
pengertian bahwa dia adalah sebuah hasil rekayasa intelek manusia yang
kreatif dan bebas berpikir guna mengatasi masalah-masalah yang terjadi
pada kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Teori-teori hasil
pemikiran tersebut kemudian diuji dengan melakukan eksperimen-
eksperimen atau obervasi-observasi. Teori yang lemah dan tidak dapat
bertahan terhadap suatu eksperimen akan dinyatakan gagal dan teori
tersebut harus digantikan oleh teori yang spekualitif lainnya. Itu
mengandung arti bahwa, ilmu pengetahuan itu berkembang dari sebuah
kesalahan dan juga kekeliruan, dari proses hipotesis dan juga refutasi.
Teori falsifikasi ini menurutnya, ada teori yang juga dapat
dibuktikan salah berdasarkan dari hasil eksperimen dan juga observasi. Ilmu
pengetahua sendiri adalah tidak lain merupakan rangkaian hipotesis-
hipotesis yang secara tentatif dikemukakan guna menjelaskan tingkah laku
manusia atau kenyataan dari alam semesta ini. Akan tetapi, tidak setiap
hipotesis itu dapat diklasifikasikan dibawah ilmu pengetahuan. Untuk dapat
disebut sebagai teori atau hukum ilmiah, hipotesis itu harus memenuhi
syarat fundamental.
Falsifikasi adalah suatu metode yang digunakan oleh Popper untuk
menolak gagasan dsri lingkaran Wina tentang metode verifikasi induktif.
12
Alasan penolakan yang dilakukan oleh Popper adalah karena dalam rangka
membedakan sutu ilmu yan memiliki makna atau bermakna, atau tidak
bermakna masih menjunjung tinggi induksi. Ada beberapa kritik yang di
utarakan oleh popper terhadap prinsip verivikasi. Yang pertama adalah :
bahwa prinsip verifikasi itu tidak pernah mungkin untuk menyatakan
kebenaran hukum-hukum umum. Menurut pendapat Popper ilmu
pengetahuan dan juga hukum-hukum umum itu tidak akan pernah dapat
diverivikasi. Oleh sebab itu, seluruh ilmu pengetahuan (yang sebagian besar
terdiri dari hukum-hukum umum yang tidak bermakna, sama halnya dengan
metafisika). ; yang kedua adalah adanya sejarah yang membuktikan bahwa
ilmu pengetahuan itu juga lahir dari pandangan –pandangan metafisis. Oleh
sebab itu Popper menegaskan bahwasannya suatu ucapan yang metafisis itu
bukan saja hanya dapat bermakna akan tetapi dapat juga benar, walaupun
setelah di uji baru menjadi ilmiah; yang ketiga adalah untuk menyelidiki
ucapan atau teori itu bermakna atau tidak bermakna, lebih dulunya kita
harus mengerti ucapan atau teori itu. Solusi yang popper berikan untuk
menghadapi problem induksi perhatiannya ternya mengarah kepada lebih
serius kepada masalah demarkasi, atau problem batas diantara pengetahuan
yang bersifat ilmiah dan pengetahuan yang bukan ilmiah.
C. Masalah Induksi
Salah satu pemikiran Popper yang sangat menarik adalah mengenai
pendapatnya yang membahas tentang masalah induksi di dalam ilmu
pengetahuan alam. Yang apabila pemikiran modern mengatakan bahwa
tugas dari ilmu pengetahuan modern adalah untuk merumuskan hukum-
hukum yang bersifat umum dan yang mutlak perlu.
Motode induktif ini menurut para teoritisi bukanlah tanpa kesulitan.
Ada filsuf yang dia menggarisbawahi kesulitan-kesulitan yang dimaksud
itu, yaitu seorang filsuf Skotlandia yang memiliki nama David Hume (1711-
1716). David Hume menekankan pada berapapun besar jumlah faktanya
secara logis tidak pernah dapat disimpulkan yaitu kebenaran umum. Tidak
ada keharusan dan tidak pernah ada keharusan yang secara logis bahwa
fakta fakta yang ada samapai sekarang akan selalu berlangsung dengan cara
yang sama dan besok dimasa yang akan datang juga akan terjadi dengan
cara yang demikian sama pula.
Akhirnya Popper pun berhasil menyodorkan suatu untuk pemecahan
masalah bagi masalah induksi dan dengan itu pula ia serentak untuk
mengubah seluruh pandangan tradisional tentang ilmu pengetahuan.
Menurut Popper suatu ucapan atau teori itu tidak bersifat ilmiah itu karena
sudah dibuktikan, melainkan dapat di uji (testable). Contohnya, kita adalah
satu jenis logam yang tidak memuai setelah logamnya dipanaskan untuk
13
menyatakan salahnya suatu ucapan ilmiah. Dan kalau suatu eori bila setelah
di uji masih tetap tahan (corroboration). Maka aka nada besar kemungkinan
untuk dapat menyangkal suatu teori, maka kebenarannya akan kokoh pula,
jika teori itu tahan terus.
Untuk dapat mencapai pandangan ini, maka Popper menggunakan
suatu kebenaran yang sangat logis dan sederhana sekali sebenarnya. Popper
sendiri dalam perkatannya mengatakan bahwa “dengan observasi terhadap
angsa-angsa putih betapapun besar jumlahnya orang tidak dapat sampai
pada teori bahwa semua angsa berwarna putih. Tetapi cukuplah satu saja
observasi terhadap seekor angsa yang berwarna hitam untuk dapat
menyangkal teori tadi. Pandangan ilmu sendiri tentang pengetahuan yang di
dasarkan pada metode secara induktif sebenarnya tidak membuat lain,
daripada berusaha untuk membuktikan bahwa semua angsa itu berwarna
putih. Sedangkan menurut Popper sendiri ia beranggapan bahwa ilmu
pengetahuan itu harus berusaha mencari angsa satu ekor yang tidak
berwarna putih”. Itu dapat dianggap benar. Dengan adanya pendekatan ini
Popper membuka Perspektif baru bagi ilmu pengetahuan, yang sama sekali
berlainan dengan perspektif konsepsi induksi.
D. Masalah Demarkasi
Ada beberapa titik – titik yang di kemukakan oleh Popper. Yang
pertama Popper menkankan bahwa dengan digunakannya prinsip verifikasi
tidak pernah mungkin menyatakan kebenaran dari hukum-hukum umum.
Yang kedua adalah berdasarkan kepada prinsip verifikasi metafisika yang
tidak memiliki makna. Akan tetapi di dalam sejarah dapat di saksikan bahwa
acap kali ilmu pengetahuan itu lahir dari pandangan-pandangan metafisis
atau misis tentang dunia (sebagai contohnya boleh juga disebut sebagai
gagasan metafisis seperti atomisme leukippos dan demokritos). Yang ketiga
adalah untuk menyelidiki suatu ucapan atau teori itu bermakna atau tidak
bermakna. Akan tetapi bagaimana cara kita dapat mengerti sebuah teori itu,
apabila teori itu tidak mengandung makna? Karena alasan-alasan yang
serupa itulah Popper menolak usaha neopostivisme untuk menetapkan suary
verifikasi.
Untuk Popper sendiri problemnya dia adalah apa yang di sebutnya
sebagai demarkasi (the problem of demarcation) bagaimana cara kita untuk
dapat menarik gari ssebagai pemisah antara bidang ilmiah dan bidang non
ilmiah. Di dalam kita melakukan suatu kritikan terhadap suatu kebenaran
ilmu pengetahuan dan juga prinsip falsifiabilitas dari suatu teori yang secara
principal itu dia mengeksklusikan setiap kemungkinan yang ada untuk dapat
mengemukakan suatu fakta untuk menyatakan suatu teori itu, Popper
berpendapat menurutnya, pasti tidak bersifat ilmiah. Untuk positivisme
14
logis menurut mereka masalah demarkasi adalah bagaimana cara kita untuk
dapat menarik suatu garis yang menjadi pemisah antara ucapan-ucapan
yang tidak memiliki makna. Dan dengan bantuan perinsip verifikasi mereka
menjawab bahwa, selain dari taotologi-tautologi (yaiti ucapan-ucapan
logika dan matematika) hanyalah bermakna ucapan ilmu pengetahuan
empiris, semua ucapan lain yang mereka singkatkan dengan nama
“metafisika tidak bermakna”
3. Falsifikasi Karl Raimund Popper
Sebagaimana dapat dimengerti walau Popper dibesarkan dalam
lingkungan Wina, namun dirinya menolak gagasan-gagasan filsuf yang
tergabung dalam lingkaran Wina atau lebih dikenal dengan kaum
Positivisme logis. Dalam Positivisme logis lebih mengedepankan tiga
gagasan utama, yaitu masalah induksi, demarkasi, dan dunia ketiga.
Berdasarkan gambaran diatas jelas bahwa kaum Positivisme Iogis
memiliki penganut yang banyak, dikarenakan mereka mampu untuk
meyakinkan sifat dari ilmu pengetahuan itu sendiri berdasarkan “ramalan”
dan “penjelasan” sehingg keobyektifitasan dan reliabilitas unggul. Namun
Popper berpendapat suatu pengetahuan dapat dikatakan Ilmiah bukan hanya
bisa dibuktikan, melainkan testable (diuji) berdasarkan berbagai percobaan
untuk menyangkalnya. Jika hipotesa itu benar, maka semakin kokoh pula
kebenaran teori tersebut.
Popper juga menjelaskan bahwa hasil dari teori yang di observasi,
hanya bersifat conjecture, dikarenakan tidak ada kebenaran yang hakiki atau
sempurna. Hasil obserfasi yang sifatnya sementara pasti daoat dibuktikan
dikemudian hari dengan obsevasi-observasi selanjutnya. Hal inilah yang
membuat Popper berpendapat bahwa jika sesuatu dikatakan ilmiah, apabila
secara prinsipal teori tersebut “kemngkinan” untuk refutability
(menyangkalnya). Berdasaran gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa
Popper menyimpukan bahwa semua teori dikatakan ilmiah bila mana teori
dapat falsibility (disalahkan) refutabilty (maupun disangkal), dan testability
(diuji). Sehingga gagasan-gagasan ini dikenal dengan pemikiran
epistemologi rasional-kritis dan empiris modern.
Proposisi diatas dapat diartikan bahwa manusia bersifat bergerak
untuk mendekati dan menemukan kebenaran tentang sesuatu teori atau
science. Sehingga setiap temuan yang bersifat conjecture bisa ditelaah dan
diteliti seara mendalam sesuai perkembangan dan pertumbuhan zaman,
untuk menguak kebenaran. Aktivitas ini dilakukan terus-menerus hingga
mendekati kebenaran. Dalam pandangan “ekstrem” Popper menghindari
objektivisme dan subjektvisme. Hal ini dilkukan Popper dikarenakan fikik,
mental, bahasamerupakan kesatua yang tidak bisa dipisahkan dalam
15
berinteraksi, sehingga integrase-iterkoneksi ketiga duia terbukti, walaupun
epistemologi Popper hanya bersifat situasional untuk memberikan “solusi
tentatif”. Maksudnya psinsip falsifikasi Popper terus menerus
menyesuaikan dengan problem-problem baru untuk mendapatan
kebenaran.7
Falsifikasi Popper merupakan pokok-pokok yang sudah dapat
menggugah penglihatan dan pendengaran, termasuk dalam problem solving
(pemecahan masalah). Namun dalam pengujian di dalam relaitas
falsifikasionisme masih memiliki kesulitan. Kesulitan yang dimaksud
adalah perlunya caatan Pinggiran untuk membantu dlam menguak science
dalam suatu teori, sehingga oenelitian dapat dikatakan penelitian Ilmiah.
Teori Ilmiah yang dimaksud Popper memiliki parameter, dimana ilmu
pengetahuan tidak terletak pada prinsip verifikasi.8
Karenanya penggunaan
verifikasi tidak pernah mengakui hukum-hukum universal. Maksudnya,
prinsip verivikasi hanya meminta bantuan untuk mendukung sebuah teori.
Inilah yang menyebabkan tidak berlaknya prinsip veriikasi. Prinsp
verifikasi juga diakui bilamana bermakna dan dimengerti.
Proposri diatas yang menjadi alasan Popper tidak mengakui
knowledge (ilmu pengetahuan) bila diverifikasi, namun difalsibilitas.
Artinya suatu teori dikatakan ilmiah jika memiliki kemungkinan untuk
disalahkan. Kesalahan-kesalahan yang muncul terus-menerus di uji untuk
menemukan kebenaran yang mendekatinya, sehingga pandangan logika
terhadap teori semakin terbukti dan teruji. Disinilan Popper menuturkan
bahwa pengakuan ketidak ilmuan metafisika bukan karena tidak
diverifikasi, tetapi tidak dapat disangkal. Sehingga Popper mengatakan
manusia adalah makhluk metafisikus tulen.9
Popper telah berupaya melakukan pencerahan terhadap proses
produksi sebuah teori untuk menghindar dari sebuah subjektivitas yang
akan berakibat pada kesalahan serius, bahwa peninjauan ilmu pengetahuan
tidak dapat dipisahkan dari filsafat. Menghilangkan ambisius dari para
pelaku induksi yang sebenarnya menurut Popper menjadi sebuah kesalahan
besar bahkan seringkali terjadi ilmuan telah memberikan derajat kebenaran
ilmu berdasar pada penentuan sendiri, tanpa melewati syarat penelitian yang
layak. Hal ini akan menjadi teori yang palsu dan dapat berkembang
seterusnya sehingga akhirnya menjadi rentetan-rentetan, dan hasil
7
Rosmadia Harapah, “Teori Falsifikasi Karl Raimund Popper dan Kontribusinya dalam
Pembelajaran IPA Bagi Siswa Usia Dasar”, Magitra Vol 10 No. 2 (Desember, 2019), 172-174.
8
Ibid, 177.
9
Ibid, 178.
16
pengamatan yang dihasilkan pada babak berikutnya berakibat dalam rentag
kesalahan. Agar tidak terjebak dalam hal ini, maka prinsip ilmu harus
nherent dengan falsifikasi, termasuk eksperimen dan hipotesis ilmiah.
Falsibilty walaupun masih belum diterima secara umum, menjadi satu dasar
bagi rangkaian mkegiatan ilmiah. Sehingga ilmu dan filsafat tidak sebagai
lahan terpisah yang tidak mempunyai hubungan dalam menentukan
kesahihan proses lahirnya sebuah teori dalam imu pengetahuan. Harus ada
kerjasama keduanya dan tidak terpisah untuk senantiasa dapat
mengungkapkan sebuah kebenaran. Dialektika seperti ini menjadi sebuah
elemen penting demi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Karl Popper menunjukkan bahwa sebuah teori tidak pernah dapat
diverifikasi (dibuktikan benar) tetapi teori yang bermakna seharusnya dapat
difalsifikasi (dibuktikan salah). Popper dengan metodologi falsifikasi,
denganya ia mendekati persoalan bukan dengan merujuk pada otoritas tetapi
persoalan itu sendiri menjadi patokan untuk menilai dan mengadili teori,
harapan, atau kebenaran-kebenaran yang sedang dihayati. Popper sungguh
yakin bahwa setiap kenyataan baru mengandung kebenaran tertentu dalam
dirinya dan dengan itu pengetahuan manusia akan diperbaiki atau ditolak
(asas refutabilitas pengetahuan). Perbaikan atau penolakan itu adalah
sesuatu yang sepantasnya terjadi untuk mengisi wilayah keterbatasan
pengetahuan sekaligus mempersempit ruang ketidaktahuan manusia.
Semakin sering manusia melakukan perbaikan atau penolakan atas
pengetahuannya, semakin maju dan berkembang pula pengetahuannya. 10
Falsifikasi secara harfiah diartikan sebagai “melihat dari sudut
pandang kesalahan”. Dengan menganggap teori itu salah, maka segala
upaya dilakukan untuk membuktikan teori tersebut memang mutlak salah,
lalu dibuatlah teori baru untuk menggantikannya. Karl Popper telah
membuktikan Falsifikasi (suatu teori untuk membuktikan kesalahan suatu
hal atau kejadian), yang berbeda dengan verifikasi (pembuktian kebenaran).
Suatu teori selama tidak terbukti salah, maka ia akan mengalami penguatan
(koroborasi) walaupun suatu saat bisa juga runtuh teori tersebut ketika
didapatinya satu saja data yang berbeda yang bisa meruntuhkan teori
tersebut. Penyataan dan teori yang diperoleh melalui empiris atau
positivisme logis pada akhirya mutlak harus disimpulkan apakah pernyataan
dan teori tersebut benar atau salah. Artinya, pernyataan dan teori tersebut
harus memiliki kesimpulan akhir (conslucive decidable atau conclusive
10
Dedi Haryono, Gagasan Uji Teori Empiris Melalui Falsifikasi (Analisis Pemikiran Karl Popper
dalam Filafat Ilmu), Universitas Islam Madura Pamekasan, 3.
17
verification). Kalau pernyataan dan teori tersebut tidak dapat mencapai
tahap ini, maka keduanya tidak berarti sama sekali.
Untuk mencapai kondisi tersebut, pernyataan dan teori perlu ditest
melalui bukti empiris. Kalua hasil testnya menunjukkan bahwa pernyataan
dan teori tersebut benar, maka disebut verifiability. Upaya atau test untuk
membuktikannya salah disebut falsifikasi. Dengan demikian sistem test
dalam ilmu pengetahuan tidak selalu harus berarti positif (membuktikan
benar) tetapi juga harus berarti negative (menunjukkan salah). Menurut
Popper ciri khas ilmu pengetahuan adalah falsifiable, artinya harus apat
dibuktikan salah melalui proses falsifikasi. Dengan falsifikasi, ilmu
pengetahuan mengalami proses pengurangan kesalahan (error elimination).
Proses falsifikasi inilah yang mengantar ilmu oengetahuan tersebut
mendekati kebenaran. Namun tetap memiliki ciri falsifiable.
Popper mencoba merumuskan sebuah langkah dalam falsifikasi
yang menjadi alternative dalam pembuktian ilmiah, menurut Popper
terdapat empat angkah untuk menguji sebuah teori, semua langkah ini harus
dilakukan dari tahap demi tahap, langkah-lankah yang dimaksud dijelaskan
oleh Popper sebagai berikut:
a. Membandingkan secara logis terhadap kesimpulan-kesimpulan anta
teori, sehingga diketahui konsistensi internal dari teori tersebut.
b. Kemudian menyeidiki bentuk logi dari teori untuk menentukan apakah
ia mempunyai ciri teori empiris atau ilmiah.
c. Teori yang satu dibandingkan dengan teori yang lain untuk menentukan
apakah teori yang akan membentuk suatu kemajuan ilmiah telah tahan
uji?
d. Kalua sebuah teori telah lolos dari ketiga langah dilakukan pengujian
terakhir melaui penerapan empiris.
Langkah-langkah tersebut diatas menurut Popper dilakukan untuk
mengetahui sejauhmana berbagai konsekuensi-konsekuensi baru teori itu
bertahan terhadap tuntutuan-tuntutuan praktis, entah yang dimunculkan
oleh eksperimen ilmiah, ataupun oleh penerapan-penerapan teknologi
praktis. Ketika pengujian telah dilakukan makan akan diketahui apakah
kesimpulan tunggal dapat diterima (acceptable) atau terbukti, maka teori itu
untuk semetara waktutelah lolos dari ujiannya. Namun jika kesimpulan-
kesimpulan itu telah terbukti kesalahannya maka falsifikasinya juga
memfalsifikasi teori yang dari sana ia disimpulkan secara logis. Popper
berpendapat bahwa falsibility merupakan syarat awal untuk mengatakan
bahwa sebuah ilmu itu hitam atau putih, ilmiah atau tidak ilmiah. Jika
sebuah ilmu tanpa melalui verifikasi apa yang disebut sebagai falsifikasi
18
maka menjadi tidak ilmiah. Sebuah teori hars berdiri diatas benar atau salah,
artinya berada tidak setengah-setengahnya. Harus berani dinyatakan salah
atau benar, tidak boleh berdiri ditempat yang taka da pilihan. Misalnya
Popper memberikan contoh tentang sebuah –pernyataan “besok hujan atau
tidak ujan saya datang” dalam pernyataan tersebut tidak dibangun atas
pertentanga yaitu benar atau salah, tidak ada tempat untuk meletakkan
hipotesis.
Sebuah keputusan positif hanya dapat mendukung teori itu unutk
sementara waktu, karena putusan-putusan berikut dapat menjatuhkannya,
selama sebuah teori mampu berthan untuk sementara waktu ia tidak dapat
tergantikan oleh teori lain, dan teori mampu bertahan untuk sementara
waktu ia tidak dapat tergantikan oleh teori lain, dan teori tersebut dianggap
memiliki nilai bahwa “telah membuktikan keberaniannya, atau ia telah
dikobosarikan”. Atau sebaliknya, dalam perjalanan gerak maju, idenya
adalah bahwa tidak ada teori sepenuhnya benar, tetapi jika tidak dipalsukan,
dapat diterima sebagai kebenaran. Sebagai sebuah contoh menurut Popper
tentang teori Gravitasi Newton diterima sebagai kebenaran selama berabad-
abad, karena benda tidak acak melayang pergi dari bumi. Tampaknya agar
sesuai dengan angka yang diperoleh dengan eksperimen dan penelitian,
namum selalu tunduk pada pengujian. Naun kemudian penelitian
menunjukkan bahwa pada tingkat kuantum, hukum-hukum Newton
memecah dan teori tidak lagi diterima sebagai kebenaran.
Popper juga menentang prinsip demarkasi dengan metode verifikasi
induktif untuk memberdakan sebuah ilmu bermakna atau tidak bermakna.
Popper menolak dengan keras semua permasalahan demakrasi dengan
metode induksi. Karena sebuah teori menurut Popper tidak dapat diangkat
dari pernyataan-pernyataan tunggal. Tetapi melalui pernyataan-pernyataan
Universal, kesalahn dalam demarkasi juga akan menjadi penyebab
dipertanyaannya kembali yang salah. Di pertegas oleh Popper “karena saya
menolak logika induktif, saya juga harus menolak semua usaha
memecahkan masalah demarkasi, karena pernyataan-pernyataan universal
tidak pernah dapat diasalkan oleh pernyataan-pernyataan tunggal, tetapi
dapat disangkal oleh pernyataan-pernyataan tunggal.”
Dia mengusulkan suatu demarkasi lain, yaitu demarkasi antara ilmu
yang ilmiah dan tidak ilmiah berdasarkan tolak ukur pengujian deduktif.
Masalah demarkasi melalui falsisikasi dirumuskan oleh Popper sebagai
bentuk menemukan sebuah kebenaran sebuah ilmu, hal ini dalam rangka
menghindar dari hal-hal yang sifatnya subjektif, perlu dibedakan antara
19
ilmiah dan metafisik, atau juga hal yang justru cenderung dogmatis. Popper
menawarkan sebuah solusi kriteria yang lebih tepat dalam kerangka kerja
ilmiah, yaitu falsiability sebagai kriteria demarkas.11
4. Problem demarkasi science
Salah satu hal yang banyak merepotkan para anggota Lingkaran
Wina ialah percobaan untuk merumuskan apa yang disebutnya prinsip
Verifikasi (the Principle of Verification), artinya Teori yang tidak dapat
ditangguhkan suatu yang positif sehingga prinsip yang memungkinkan
untuk membedakan antara pengetahuan empirik dan metafisika atau
memberikan batas ilmu (Science) dengan preudo ilmu (preudo science).
Menurut Popper kelompok Wina masih bertautan erat dengan konsep
tentang ilmu pengetahuan yang menjunjung tinggi induksi. Iater gugah
untuk mempertanyakan status ilmiah teori-teori Marx, Freud, Adler dengan
mencari pembenaran teori-teori (verifikasi) mereka. Science yang sejati
menurut Popper adalah sikap kritis yang tidak mencari verifikasi atas
teorinya, melainkan tes-tes yang akan mereputasikannya, meski tak
akan pernah mengukuhkannya. Dengan kata lain kriterium demarkasi
antara ilmu dan pseudo ilmu ialah falsifiabilitas (pernyataan bisa disangka).
Contoh kriteria ilmu pengetahuan (science yang benar sebagaimana usaha
Einstein tentang teori gravitasi. Teori gravitasi Einsten menyimpulkan
bahwa cahaya meski mengalami daya tarik oleh benda-benda besar seperti
matahari. Maka bisa dihitung bahwa cahaya bintang tertentu tampak
berposisi dekat dengan matahari akan mencapai bumi dari arah sedemikian
rupa sehingga tampaknya bintang itu sedikit bergeser dari bumi. Dalam
menyusun teori Einsten, tidak menggunakan ramalan-ramalan atau
mencari dalil-dali untuk memperkuat keyakinannya, akan tetapi ia mencari
eksperimen-eksperimen crusial (serius).
Hal ini berbeda dengan kelompok Induktifis yang diwakili oleh
Marx, Freud dan Adler yang dalampengamatan Popper melakukan
kesalahan dengan memasukkan sesuatu yang tidak sebenarnyaPreudo
Science menjadi Science. Di antara problem itu antara lain:
a. Kelompok Induktifis.
Membangun sistem ide yang membuat alasan-alasan palsu
seolah-olah seperti ilmiah sebagaimana yang dilakukan oleh Marx.
Semestinya science harus dihasilkan dari hukum-hukum yang
sebenarnya, bisadibuktikan melalui observasi dan eksperimen yang
teruji, artinya ilmu pengetahuan harus bebasnilai.
11
Ibid, 3.
20
b. Menafsirkan setiap fenomena dari sistem yang mereka percayai,
kesalahan itu dapat dibuktikan dengan teori Hukum Gravitasi Newton.
Hal ini bertolak belakang dengan prinsip yang dibangun oleh Einstein
yang mengambil jalan dengan melakukan eksperimen-eksperimenyang
selalu diuji, sehingga terbebas dari kesalahan interpretasi sebuah
fenomena yang berubah-ubah.
c. Membuat kriteria demarkasi pengetahuan dengan berpegang pada
prinsip Verifiabel menolak pengetahuan yang tidak bersumber dari
fakta, termasuk menolak metafisikakarena dianggap tidak bermakna.
Bagi Popper prinsip verifikasi tidak akan pernah mungkin untuk
menyatakan kebenaran-kebenaran hukum umum, karena hukum
umum dalam ilmu pengetahuan tidak pernah dapat diverifikasi.
Seluruh ilmu pengetahuan alam yang sebagian besar dari hukum-
hukum umum tidak bermakna. Popper mengatakan bahwa dalam
sejarah dapat kita saksikan acap kali ilmu pengetahuan lahir dari
pandangan–pandangan metafisika ataumistik tentang dunia, sebagai
contoh gagasan atomisme Demokritos dan Leukippos. Suatu ucapan
metafisika bukan saja dapat bermakna, tetapi dapat benar juga, biarpun
baru menjadi ilmiah kalau sudah teruji dan dites.
Untuk menyelidiki suatu ucapan atau teori, lebih dahulu kita harus
mengerti akan teori itu. Tetapi bagaimana kita dapat mengerti suatu
teori, jika teori itu tidak mengandung makna, karena lisan itulah Popper
menolak usaha neopositivisme untuk menetapkan suatu prinsip
verifikasi.
d. Kelompok induktifistik meletakkan posisi konsep ilmu dalam kondisi
statis, hal itu dapat dilihat dari komponen struktur ilmu.
Komponen-komponen itu mereka temukan dari pernyataan-
pernyataan protokol yangmenggambarkan komponen terakhir struktur
dunia empiris. Bagi mereka induksi merupakan bagian esensi metode
ilmiah dari fakta-fakta dasar, observasi, pengalaman indera. Jadi
intinya,dalam konsep mencari pembenaran obyektif ilmu dengan cara
memperteguh pengetahuan yang tidak diragukan dan kemudian
mereduksi secara logis pengetahuan lain sehingga taktergoyahkan.
Ini semua berlawanan dengan Popper yang memandang ilmu
pengetahuan secara dinamis. Baginya mencari obyektifitas ilmu berarti
membentuk kriteria rasional untuk memperolehpengetahuan dan untuk
memahami pertumbuhan pengetahuan. Menurutnya kriterium pembeda
antara ilmu dan non ilmu ialah falsifiabilitas: suatu pernyataan
bersifat ilmiah bila bisa difalsifikasikan secara empirik, sehingga tak
ada ruang untuk pengetahuan yang absolut danuntuk kelas istimewa
21
pernyataan-pernyataan sebagai inti kokoh pengetahuan yang tak
tergoyahkan.. Meskipun tidak tak bisa diverifikasi secara positif,
teori bisa diuji. Obyektifitas pernyataan ilmiah, bagi Popper terletak
dalam kenyataan bahwa pernyataan tersebut dapat diuji secara inter
subyektif.12
5. Problem Induksi
Menurut Popper, metode induktif meninggalkan banyak masalah
dalam ilmu pengetahuan, masalah itu apakah menyangkut proses cara
memperoleh pengetahuan, ukuran vavaliditas kebenaran, hasil
pengetahuannya bersifat subyektif dan lain sebagainya
a. Dalam proses penyelidikan misalnya, kaum induktivis menggunakan
observasi dan pengalaman sebagai dasar satu-satunya dalam membuat
pernyataan tunggal (singular statemen) dan kemudian hasil
pengamatan dan pengalaman pribadi yang belum teruji dapat ditarik
sebuah kesimpulan berupateori, ironinya kebenarannya bersiftat
general (berlaku secara umum). Teori-teori ilmiah ditarik dengan cara
ketat dari fakta-fakta pengalaman yang diperoleh lewat observasi dan
eksperimen. Ilmu didasarkan atas apa yang dapat dilihat, didengar,
diraba, dan sebagainya. Pengetahuan akan diterima bila berasal dari
sense, expretion, (sensasional impresion, perseptian visual orauditor
Prinsip di atas dipertanyakan oleh Popper terutama volume
eksperimen, berapa banyak observasi yang diperlukan untuk
memenuhi? Haruslah sebatang logam tertentu dipanasi 10 kali, 100 kali
atau seberapa banyak kali sebelum kita dapat menyimpulkan logam
selalu memuai bila dipanaskan. Di sini sebenarnya tingkat kesulitan
yang dihadapi oleh kelompok Induktifis,bila mereka mensyaratkan
observasi dan eksperimen jadi acuan ilmu pengetahuan. sanggahannya,
penarikan kesimpulan ini sangat berbahaya, sebagaimana Karl Maxs
telah membuat teori sejarah dengan ramalan-ramalan/prediksi yang
salah tentang masyarakat kelas.Juga contoh lain mereka punya
anggapan bahwa semua angsa berwarna putih tanpamemperdulikan
angsa yang berwarna lain, Kertas Litmus berubah menjadi merah bila
dicelupkan ke dalam cairan tanpa merinci cairan apa yang dapat
merubah.
b. Tugas bagi ilmu pengetahuan adalah merumuskan hukum-hukum yang
bersifat umum dan mutlak. Jika mencari contoh yang sederhana:
pernyataan bahwa logam yang dipanaskan akan memuai “merupakan
12
M. Syamsul Huda, “Karl Raimund Popper Problem Neopositivisme dan Teori Kritis Falsifikasi”,
ISLAMICA Vol. 2 No. 1 (September, 2007), 74-75.
22
hukum “ bagimana hukum ilmiah serupa itu sampai terbentuk, pasti
jawabanya bahwa hukum itu dihasilkan oleh suatu proses induktif.
Artinya dari sejumlah kasus yang cukup besar (bermacam-macam
logam yang memuai setelah dipanaskan), disimpulkan bahwa dalam
keadaan yang tertentu gejala yang sama dan dimana-mana akan terjadi.
Pendek kata metode ini dijalankan dengan observasi dan eksperimen
serta berdasarkan fakta-fakta. Teori ini mendapatkan catatan dari David
Home. Ia menyatakan bahwa dari sejumlah fakta berapapun besar
jumlahnya, secara logis tidak dapat disimpulkan suatu kebenaran
umum. Tidak ada keharusan logis bahwa fakta-fakta yang sampai
sekarang selalu berlangsung dengan cara yang sama. Dengan demikian
bahwa induksi tidak dapat dibenarkan berdasarkan logika.
c. Induktifis mengunakan ilmu bantu lain yaitu Logika dan Probabilitas
(kemungkinan) selain dasar observasi dan eksperimanuntuk
mendapatkan justifikasi.
Bantuan logika ini dilakukan untuk memperkokoh argumen
logis dari cara penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang
mereka buat. Misalnya argumen yang logis yang valid ditandai dengan
fakta bahwa apabila premis argumen itu benar, maka kesimpulannya
benar, tetapi ternyata tidak demikian. Argumen-argumen induktif tidak
merupakan argumen-argumen yang valid secara logis, masalahnya
bukanlah apabila premis suatu penyimpulan induktif benar, maka
kesimpulannya pasti benar. Bisa saja penyimpulan terjadi
penyimpulan argumen induksi salah, sedangkanpremisnya benar dan
ini terjadi tanpa harus merupakan kontradiksi. Misalnya tentang
pernyataan semua gagak adalah hitam. Karena sampai hari ini penulis
dari referensi yang kita ambil telah melakukan observasi terhadaps
sejumlah besar burung gagak pada variasi yang luas dan telah
menyaksikan mereka semua hitam dan berdasarkan fakta. Ini adalah
satu penyimpulan induktif yang valid dan sempurna.Menurut Popper
secara premis itu benar, akan tetapi secara logis itu salah, sebab tidak
ada jaminan logis bahwa gagak yang di observasi kemudian tidak ada
yang berwana coklat atau merah jambu. Kalau hal ini terbukti mana
kesimpulan; semua gagak hitam itu salah. Jadi penyimpulaninduktif
awal yang jelas valid karena memenuhi kriteria yang telah dispesifikasi
oleh prinsipinduksi, dapat membawa ke satu kesimpulan yang salah,
sekalipun fakta menunjukkan bahwa semua premisnya benar.
Prinsip Probabilitas dipinjam oleh induktif untuk mencari
alternatif jawaban jika kebenaran atas bukti tunggal dipersalahkan.
Mereka menyatakan bahwa pengetahuan bukanlah pengetahuan yang
23
telah dibuktikan, melainkan pengetahuan yang probabel benar, semakin
besar jumlah observasi yang membentuk dasar suatu induksi dan
semakin variasi kondisi dimana observasi dilakukan, maka semakin
besar pula probalilitas hasil generalisasi itu benar. Mungkindapat
diterima secara intuitif bahwa waktu dukungan observasi terhadap
hukum universalmeningkat, maka probabilitas kebenaran hukum
itupun meningkat, namun intuisi ini tidak akandapat diuji.13
6. Falsifikasi sebagai Epistemologi Pemecahan Masalah.
Berbeda dengan cara induktif, falsifikasi menggunakan cara kerja
ilmu pengetahuan tidakhanya menggunakan observasi dan pengalaman
sebagai dasar di dalam menentukan hukum-hukum ilmu pengetahuan
(generalisasi), akan tetapi masih ada prasyarat lain yaitu uji kesalahan
(Falsifiable) melalui uji kesahihan (testable). Menurutnya Falsifikasi
adalah untuk mematahkan sesuatu keadaan yang salah, tidak benar. Suatu
teori dapat dikatakan salah, jika meminta bantuan pada hasil observasi dan
eksperimen tanpa percobaan dan kesalahan (Trial and Error) melalui dugaan
dan penolakan hanya teori yang paling cocok dapat dipertahankan
untuk menghindarkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh
Neopositivisme, Popper membuat sistem kerja ilmu dengan teori
Falsifikasi, diantaranya:
a. Suatu pengetahuan empirik/ ilmiah dinyatakan benar, bila sistem
tersebut dapat diuji (Falsifiabilitas) dan bukan veriabilitas.
Contohnya Esok akan hujan, karena secara empiris dapat disangkal.
Popper mengusulkan tentang Falsifiabilitas sebagai kriteria demarkasi
didasarkan pada suatu asimetri antara verifialitas danfalsifiabilitas,
sebab pernyataan universal tidak dapat berasal dari pernyataan tunggal,
sebaliknyadapat dikontradiksikan oleh penyataan singular.
b. Secara Metodologi Falsifikasi harus meragukan suatu pengetahuan
yang mungkin ada kesalahan dalam mengamati. Misalnya, bukan angsa
yang diamati, melainkan seekor burung.Maka untuk refutasi
(penyangkalan) secara sistematis, maka teori harus dirumuskan secara
jelas sehingga membuka kemungkinan untuk penyangkalan yang
mungkin diajukan. Sebaliknya, suatu teori tidak ditinggal dengan
gampang, sebab ini mengidentikkan sikap yang tidak kritis terhadap tes,
dan dengan begitu berarti teori sendiri tidak diuji sekeras seperti
seharusnya.
c. Suatu hepotesis atau sistem hipotesis mau diakui memiliki status
sebagai hukum atau teori ilmiah.
13
Ibid, 76.
24
Apabila ia akan menjadi bagian dari ilmu, maka suatu
hepotesa harus falsifabel, sebelum melangkah lebih jauh. Contoh soal:
semua zat memuai bila dipanasi. Pernyataan itu falsifiabel, ia akan
menjadi keliru bila ada keterangan observasi menunjukkan fakta ada
suatu zat x tidak memuai ketika dipanasi. Jadi suatu hipotesa adalah
falsifiabel apabila terdapat suatu keterangan observasi atau suatu
perangkat keterangan observasi yang tidak konsisten dengannya,
yakni apabila iadinyatakan sebagai benar, maka ia akan
mengfalsifikasi isi hipotesa itu.
d. Teori harus dinyatakan dengan jelas dan cermat dan jelas.
Apabila suatu teori diajukan sedemikian samar sehingga tidak
jelas apa yang sebenarnya yang diinginkan, maka bilamana diuji
dengan observasi atau eksperimen lain, ia dapat diinterpretasikan
demikian rupa sehingga selalu konsisten dengan hasil pengujian.
Dengan cara demikian, ia dapat dibela dalam menghadapi falsifikasi.
Situasi yang serupa terdapat hubungan dengan ketelitian, makin teliti
suatu teori dirumuskan, semakin ia menjadi falsifiabel. Apabila kita
menerima bahwa makin falsifiabel suatu teori, makin baik. Contoh
misalnya planet-planet bergerak dalam bentuk ellip mengitari matahari
adalah lebih teliti daripada rumusan “planet-planet bergerak dalam
bentuk lingkaran tali bulat mengitari matahari”.
e. Dugaan-dugaan spekulasi yang berani. Rahasia-rahasia ilmu akan
berkembang maju dengan bantuan kreatifitas dan mendasar. Semakin
besar jumlah teori pendugaandikonfrontasikan dengan realitas,
semakin besar jumlah kesempatan kemajuan yang pentingdalam ilmu.
Popper memandang ilmu sebagai suatu perangkai hipotesa yang
dikemukakan secara coba-coba dengan tujuan melukiskan secara akurat.
Suatu tuntutan bahwa teori harus tinggi falsifiabilitasnya, teori harus
dinyatakan dengan jelas dan cermat. Apabila suatu teori diajukan
sedemikian samar hingga tidak jelas apa sebenarnya yang ingin dinyatakan,
maka bila mana diuji dengan observasi atau eksperimen lain, ia dapat
diinterpretasikan demikian rupa hingga konsisten dengan hasil pengujian.
Selain prasyarat kriteria Falsifikasi Popper juga menggagas suatu metode
praktis untuk memecahkan masalah antara lain Teori Varian Trial and
Error, yaitu suatu metode percobaan dan pembuangan kesalahan. Metode
ini kata Popper dipakai dalam perkembanganpikiran manusia dan terutama
perkembangan filsafat, bisa digambarkan sebagai varian istimewa. Cara
kerjanya teori diajukan secara tentatif dan dicobakan. Bila hasil suatu tes
menunjukkanbahwa teori itu salah maka teori itu dibuang. Metode
25
percobaan dan pembuangan kesalahan pada hakekatnya adalah metoda
penyingkiran. Keberhasilan terutama tergantung pada tiga syarat, yaitu
bahwa banyak teori yang diajukan bervariasi serta dilakukan tes yang
serius. Adapun skema metode problem solving sebagi berikut : P1-TS-EE-
P2 . Urainnya sebagaiberikut: P1 ialah problem awal, TS ialah solusi
tentatif, teori yang dicoba diajukan. EE adalah Error elimination atau
evaluasi dengan tujuan menemukan dan membuang kesalahan dan P2 ialah
merupakan situasi baru yang diakibatkan oleh adanya evaluasi kritis atas
solusi alternatifdan tentatif terhadap problema awal, sehingga timbul
problem baru. Skema tersebut di atas menggambarkan suatu proses yang
dasarnya bersifat umpan balik.Jadi bersifat tidak siklis sebab P2 selalu lain
dari pada P1. Bila gagal memecahkan masalah,teori yang dicoba itu
nengajukan sesuatu yang baru kepada kita tentang dimana letak
kesulitandan bagaimana syarat-syarat yang harus dipenuhi dan karenanya
merupakan situasi problem.Proses yang digambarkan itu juga bersifat
dialektis, dalam arti Hegelian atau Marxian. Sebab metode problem solving
memandang kontradiksi sebagai sesuatu yang tak boleh diterima.
Menerima kontradiksi menurut Popper, menyebabkan kritik berhenti
berfungsi dan dengan begitumembawa kejatuhan ilmu. Formula motode
problem solving seperti diuraikan di atas mengandung beberapa
unsurgagasan Popper yang terpenting dan oleh Popper metode ini sering
digunakan untuk memberikan keterangan di banyak bidang. Bahkan boleh
dikatakan teori tentang problem solving menjelujuriseluruh karya Popper,
baik karya dalam metodologis maupun karya dalam metafisis. Baik
ketikaaktif berjibaku dengan kelompok lingkaran Wina maupun ketika
berinteraksi dengan para ilmuandi Amerika, Jepang, serta Australia.Hal ini
sangat sesuai dengan sikap kritis yang dikembangkan oleh Popper pada
setiap iaberinteraksi dengan karya-karya ilmu pengetahuan sebagai
pertanggung jawaban sebagi ilmuankritis yang selalu ingin menguji dan
diuji.14
Kesimpulan
Sir Karl Raymund Popper (lahir di Vienna, Austria, 28 Juli 1902 –
meninggal di London, Inggris, 17 September 1994 pada umur 92 tahun) merupakan
seorang filsuf dan profesor asal Vienna dan Inggris. Ayahnya Dr. Simon S. Carl
Popper, seorang sarjana hukum dan pengacara yang sangat mencintai buku dan
berminat pada filsafat. Ibunya amat berbakat dalam musik dan pandai main piano.
14
Ibid 77-79
26
Popper dikenal sebagai filosof yang sangat berpengaruh dibidang sains dan politik.
Ia juga dikenal sebagai ahli matematika dan astronomi teoretis.
Popper memulai pendidikan ilmiah formalnya sebagaimurid privat. Bidang-
bidang pelajarannya cukup luas, namun Popper lebih memfokuskan perhatiannya
pada bidang matematika dan fisika teoretis. Pada tahun 1925, Poppermengikuti
kursus lanjutan di Institut Pedagogi, cabang dari Universitas Wina dan padamasa
itu pula ia bertemu dengan calon istrinya.Pada tahun 1928, Popper meraih gelar
Doktor dengan judul disertasi: MasalahPsikologi dalam Psikologi Pemikiran.
Karl Popper menginggal dunia pada tanggal 17 September 1994 di
LondonSelatan akibat penyakit jantung. Adapun beberapa karya tulisnya yang
terbesar antara lain sebagai berikut: The Poverty of Historicism (1945); The Logic
of Scientific Discovery (1959); Conjectures and Refutations: The Growt of
Scientific Knowledge (1963).
Falsifikasi adalah sebuah kata yang berasala dari bahasa latin yaitu falsus
yang memiliki arti (palsu, tidak benar) dan kata facare yang memiliki arti
(membuat). Flasifikasi adalah cara memverivikasi asumsi teoritis termasuk
Hipotesis dan teori, dengan menggunakan pelawannya. hal ini dilakukan dengan
cara memperoleh data dengan eksperimen.
Falsifikasi ini dilandaskan pada suatu postulat yang berbunyi bahwasannya
sebuah proporsi teoritis itu tidak terbukti apabila pendapat yang sebaliknya turun
dari berbagai pernyataan yang memiliki kecocokan antara satu dengan yang
lainnya, dan tentunya pernyataan-pernyaataan itu berdasarkan kepada observasi.
Salah satu pemikiran Popper yang sangat menarik adalah mengenai
pendapatnya yang membahas tentang masalah induksi di dalam ilmu pengetahuan
alam. Yang apabila pemikiran modern mengatakan bahwa tugas dari ilmu
pengetahuan modern adalah untuk merumuskan hukum-hukum yang bersifat umum
dan yang mutlak perlu.
Popper juga menjelaskan bahwa hasil dari teori yang di observasi, hanya
bersifat conjecture, dikarenakan tidak ada kebenaran yang hakiki atau sempurna.
Hasil obserfasi yang sifatnya sementara pasti daoat dibuktikan dikemudian hari
dengan obsevasi-observasi selanjutnya. Hal inilah yang membuat Popper
berpendapat bahwa jika sesuatu dikatakan ilmiah, apabila secara prinsipal teori
tersebut “kemngkinan” untuk refutability (menyangkalnya). Berdasaran gambaran
27
diatas dapat disimpulkan bahwa Popper menyimpukan bahwa semua teori
dikatakan ilmiah bila mana teori dapat falsibility (disalahkan) refutabilty (maupun
disangkal), dan testability (diuji). Sehingga gagasan-gagasan ini dikenal dengan
pemikiran epistemologi rasional-kritis dan empiris modern.
Popper tidak mengakui knowledge (ilmu pengetahuan) bila diverifikasi,
namun difalsibilitas. Artinya suatu teori dikatakan ilmiah jika memiliki
kemungkinan untuk disalahkan. Karl Popper menunjukkan bahwa sebuah teori
tidak pernah dapat diverifikasi (dibuktikan benar) tetapi teori yang bermakna
seharusnya dapat difalsifikasi (dibuktikan salah).
Menurut Popper, metode induktif meninggalkan banyak masalah dalam
ilmu pengetahuan, masalah itu apakah menyangkut proses cara memperoleh
pengetahuan, ukuran vavaliditas kebenaran, hasil pengetahuannya bersifat
subyektif dan lain sebagainya.
Berbeda dengan cara induktif, falsifikasi menggunakan cara kerja ilmu
pengetahuan tidakhanya menggunakan observasi dan pengalaman sebagai dasar di
dalam menentukan hukum-hukum ilmu pengetahuan (generalisasi), akan tetapi
masih ada prasyarat lain yaitu uji kesalahan (Falsifiable) melalui uji kesahihan
(testable).
Daftar Pustaka
Heri Afrizal, Lalu. “Filsafat Pemikiran Karl Raimund Popper”.
https://www.academia.edu/8963403/Filsafat_Pemikiran_Karl_Raimund_
Popper_Studi_Analisa-Deskriptif_Oleh_Lalu_Heri_Afrizal_Prolog. Diakses
pada 8 Juni 2020.
M Nur. “Revivalisasi Epistimologi Falsifikasi, Vol.2, NO. 1. 2012.
Habibah, Sulhatul. “Paradigma Popperian Meninjau Rasionalisme Kritis Karl
Raimund Popper”. Vol 6 No 2, Oktober 2019.
Kitabbah. “FALSIFIKASIONISME
KARLRAIDMUND POPPER”.https://kitabbah.wordpress.com/2017/09/23/
falsifikasionisme-karl-raidmund-popper-2/. Diakses pada 23 September
2017.
‘’Biografi Karl Popper”, http://tugasperkuliah.blogspot.com/2017/01/biografi-
karl-popper.html, diakses pada 19 Januari 2017.
28
Komarudin, “Klasifikasi Karl Popper dan Kemungkinan Penerapannya dalam
Keilmuan Islam”, Volume 6, Nomor 2, November 2014.
Rosmadia Harapah, “Teori Falsifikasi Karl Raimund Popper dan Kontribusinya
dalam Pembelajaran IPA Bagi Siswa Usia Dasar”, Magitra Vol 10 No. 2
(Desember, 2019)
Dedi Haryono, Gagasan Uji Teori Empiris Melalui Falsifikasi (Analisis Pemikiran
Karl Popper dalam Filafat Ilmu), Universitas Islam Madura Pamekasan.
M. Syamsul Huda, “Karl Raimund Popper Problem Neopositivisme dan Teori
Kritis Falsifikasi”, ISLAMICA Vol. 2 No. 1 (September, 2007), 74-75.

More Related Content

What's hot

Aksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanAksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanMETA GUNAWAN
 
Kata pengantar buku ajar ushul fikih (2014 2015)
Kata pengantar buku ajar ushul fikih (2014 2015)Kata pengantar buku ajar ushul fikih (2014 2015)
Kata pengantar buku ajar ushul fikih (2014 2015)Muhsin Hariyanto
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)AldiwaPandu
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaTokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaIkhsan Muhammad
 
MAKALAH PENGERTIAN ESTETIKA DAN PERKEMBANGANNYA
MAKALAH PENGERTIAN ESTETIKA DAN PERKEMBANGANNYAMAKALAH PENGERTIAN ESTETIKA DAN PERKEMBANGANNYA
MAKALAH PENGERTIAN ESTETIKA DAN PERKEMBANGANNYAVan Damian Kawashima
 
Psikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl JungPsikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl JungAsma Khairani
 
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaandindaa99
 
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptari susanto
 
Pendekatan sejarah dalam studi islam
Pendekatan sejarah dalam studi islamPendekatan sejarah dalam studi islam
Pendekatan sejarah dalam studi islamThony Hermansyah
 
Filsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliahFilsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliahMeylinLagi
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17Sri Suwanti
 
Konsep Filsafat dan Dasar Berfikir Filsafat
Konsep Filsafat dan Dasar Berfikir Filsafat Konsep Filsafat dan Dasar Berfikir Filsafat
Konsep Filsafat dan Dasar Berfikir Filsafat LBB. Mr. Q
 
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmupengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmumas karebet
 

What's hot (20)

Aksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu PendidikanAksiologi Ilmu Pendidikan
Aksiologi Ilmu Pendidikan
 
Kata pengantar buku ajar ushul fikih (2014 2015)
Kata pengantar buku ajar ushul fikih (2014 2015)Kata pengantar buku ajar ushul fikih (2014 2015)
Kata pengantar buku ajar ushul fikih (2014 2015)
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
 
Teori Belajar Pavlov
Teori Belajar PavlovTeori Belajar Pavlov
Teori Belajar Pavlov
 
Filsafat postmodernisme
Filsafat postmodernismeFilsafat postmodernisme
Filsafat postmodernisme
 
Resensi buku ilmu kalam
Resensi buku ilmu kalamResensi buku ilmu kalam
Resensi buku ilmu kalam
 
Filsafat Moderen
Filsafat Moderen Filsafat Moderen
Filsafat Moderen
 
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaTokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
 
MAKALAH PENGERTIAN ESTETIKA DAN PERKEMBANGANNYA
MAKALAH PENGERTIAN ESTETIKA DAN PERKEMBANGANNYAMAKALAH PENGERTIAN ESTETIKA DAN PERKEMBANGANNYA
MAKALAH PENGERTIAN ESTETIKA DAN PERKEMBANGANNYA
 
Aksiologi kelompok 3
Aksiologi kelompok 3Aksiologi kelompok 3
Aksiologi kelompok 3
 
Psikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl JungPsikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl Jung
 
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaanBagaimana agama menjamin kebahagiaan
Bagaimana agama menjamin kebahagiaan
 
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.pptFilsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.ppt
 
Pendekatan sejarah dalam studi islam
Pendekatan sejarah dalam studi islamPendekatan sejarah dalam studi islam
Pendekatan sejarah dalam studi islam
 
Filsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliahFilsafat materialisme untuk materi kuliah
Filsafat materialisme untuk materi kuliah
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
 
Konsep Filsafat dan Dasar Berfikir Filsafat
Konsep Filsafat dan Dasar Berfikir Filsafat Konsep Filsafat dan Dasar Berfikir Filsafat
Konsep Filsafat dan Dasar Berfikir Filsafat
 
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmupengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
 
Biografi Al Kindi
Biografi Al KindiBiografi Al Kindi
Biografi Al Kindi
 

Similar to Uas filsafat ilmu falsifikasionisme karl raimund popper_kel6-dikonversi

Falsifikasi_Karl_R_Popper_dan_Urgensinya_dala_Duni.pdf
Falsifikasi_Karl_R_Popper_dan_Urgensinya_dala_Duni.pdfFalsifikasi_Karl_R_Popper_dan_Urgensinya_dala_Duni.pdf
Falsifikasi_Karl_R_Popper_dan_Urgensinya_dala_Duni.pdfIreclever
 
Teori falsifikasi karl
Teori falsifikasi karlTeori falsifikasi karl
Teori falsifikasi karlAchmad Ridha
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
 
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAFilsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAChristian Lokas
 
Filsafat dan ilmu
Filsafat dan  ilmuFilsafat dan  ilmu
Filsafat dan ilmuifa lutfita
 
Konsep paradigma thomas kuhn
Konsep paradigma thomas kuhnKonsep paradigma thomas kuhn
Konsep paradigma thomas kuhnMuhtadi Bilhaq
 
[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPAIrma Fitriani
 
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriKelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriDimasBimaAndika
 
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)NENENGFITRIA
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMas Yono
 
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.pptmata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.pptALAZHARTANJUNGBUMI
 
materi_filsafat_ilmu_ppt.ppt
materi_filsafat_ilmu_ppt.pptmateri_filsafat_ilmu_ppt.ppt
materi_filsafat_ilmu_ppt.pptirwansyafathir1
 

Similar to Uas filsafat ilmu falsifikasionisme karl raimund popper_kel6-dikonversi (20)

Falsifikasi_Karl_R_Popper_dan_Urgensinya_dala_Duni.pdf
Falsifikasi_Karl_R_Popper_dan_Urgensinya_dala_Duni.pdfFalsifikasi_Karl_R_Popper_dan_Urgensinya_dala_Duni.pdf
Falsifikasi_Karl_R_Popper_dan_Urgensinya_dala_Duni.pdf
 
Pascapositivisme
Pascapositivisme Pascapositivisme
Pascapositivisme
 
Teori falsifikasi karl
Teori falsifikasi karlTeori falsifikasi karl
Teori falsifikasi karl
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAFilsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
 
Epistemologi Karl Popper
Epistemologi Karl PopperEpistemologi Karl Popper
Epistemologi Karl Popper
 
filsafat, ilmu dan pengetahuan
 filsafat, ilmu dan pengetahuan filsafat, ilmu dan pengetahuan
filsafat, ilmu dan pengetahuan
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafat
 
Filsafat dan ilmu
Filsafat dan  ilmuFilsafat dan  ilmu
Filsafat dan ilmu
 
Artikel FKI.docx
Artikel FKI.docxArtikel FKI.docx
Artikel FKI.docx
 
EPISTEMOLOGI_pptx.pptx
EPISTEMOLOGI_pptx.pptxEPISTEMOLOGI_pptx.pptx
EPISTEMOLOGI_pptx.pptx
 
Konsep paradigma thomas kuhn
Konsep paradigma thomas kuhnKonsep paradigma thomas kuhn
Konsep paradigma thomas kuhn
 
[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA
 
Mata kuliah-filsafat-ilmu1
Mata kuliah-filsafat-ilmu1Mata kuliah-filsafat-ilmu1
Mata kuliah-filsafat-ilmu1
 
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full MateriKelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
Kelompok 6 Filsafat Ilmu Full Materi
 
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
 
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.pptmata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
 
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.pptmata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
 
materi_filsafat_ilmu_ppt.ppt
materi_filsafat_ilmu_ppt.pptmateri_filsafat_ilmu_ppt.ppt
materi_filsafat_ilmu_ppt.ppt
 

Recently uploaded

Jual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasissupi412
 
Jual Cytotec Di Sumba Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sumba Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Sumba Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sumba Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasissupi412
 
Jual Cytotec Blora 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Blora 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Blora 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Blora 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasissupi412
 
PPT usaha Air Minum masak untuk jualan- Umum fix.pptx
PPT usaha Air Minum masak untuk jualan- Umum fix.pptxPPT usaha Air Minum masak untuk jualan- Umum fix.pptx
PPT usaha Air Minum masak untuk jualan- Umum fix.pptxfirbadian97
 
PPT ANALISIS KEUANGAN PEMERINTAH (1).pptx
PPT ANALISIS KEUANGAN PEMERINTAH  (1).pptxPPT ANALISIS KEUANGAN PEMERINTAH  (1).pptx
PPT ANALISIS KEUANGAN PEMERINTAH (1).pptxfajar710984
 
Persyaratan Adminduk - Disdukcapil Kab. Kebumen
Persyaratan Adminduk - Disdukcapil Kab. KebumenPersyaratan Adminduk - Disdukcapil Kab. Kebumen
Persyaratan Adminduk - Disdukcapil Kab. KebumenPemdes Wonoyoso
 

Recently uploaded (9)

Jual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sinjai Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
Obat Aborsi Medan 082223109953 Klinik Jual Obat Aborsi Di Medan
Obat Aborsi Medan 082223109953 Klinik Jual Obat Aborsi Di MedanObat Aborsi Medan 082223109953 Klinik Jual Obat Aborsi Di Medan
Obat Aborsi Medan 082223109953 Klinik Jual Obat Aborsi Di Medan
 
Jual Cytotec Di Sumba Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sumba Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Sumba Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Sumba Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
Jual Cytotec Blora 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Blora 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Blora 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Blora 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
PPT usaha Air Minum masak untuk jualan- Umum fix.pptx
PPT usaha Air Minum masak untuk jualan- Umum fix.pptxPPT usaha Air Minum masak untuk jualan- Umum fix.pptx
PPT usaha Air Minum masak untuk jualan- Umum fix.pptx
 
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
 
Obat Aborsi Bandung ( Ampuh ) 082223109953 Jual Cytotec Asli Obat Telat Bulan...
Obat Aborsi Bandung ( Ampuh ) 082223109953 Jual Cytotec Asli Obat Telat Bulan...Obat Aborsi Bandung ( Ampuh ) 082223109953 Jual Cytotec Asli Obat Telat Bulan...
Obat Aborsi Bandung ( Ampuh ) 082223109953 Jual Cytotec Asli Obat Telat Bulan...
 
PPT ANALISIS KEUANGAN PEMERINTAH (1).pptx
PPT ANALISIS KEUANGAN PEMERINTAH  (1).pptxPPT ANALISIS KEUANGAN PEMERINTAH  (1).pptx
PPT ANALISIS KEUANGAN PEMERINTAH (1).pptx
 
Persyaratan Adminduk - Disdukcapil Kab. Kebumen
Persyaratan Adminduk - Disdukcapil Kab. KebumenPersyaratan Adminduk - Disdukcapil Kab. Kebumen
Persyaratan Adminduk - Disdukcapil Kab. Kebumen
 

Uas filsafat ilmu falsifikasionisme karl raimund popper_kel6-dikonversi

  • 1. 1 Falsifikasionisme Karl Raimund Popper Tim penyusun: Eka Putri Nur Habibah (D01219019) Farihatul Ismaniyah (D01219021) Nur Kholifah (D71219078) Dosen pengampu: Dr. Muhammad Fahmi, S. Pd. M. Hum rikha1503@gmail.com, habibahnurputrieka@gmail.com, nurkholifah24700@gmail.com Abstrac Popper is known for the idea of falsification as opposed to classical verification and inductivism in the scientific method. Falisikasionime says that a scientific theory is not proven sc8ientifically only by proof, but must be sought to find fault with the theory until the terror can be falsified. If the theory cannot be falsified, the theory is tested. Popper is also known as a major opponent of the aspect of justificationism in scientific studies conducted by the inductivists. He understood that the whole scientific study should not be achieved by justification, but critical rationalism. In a context that contains a rejection of the inductivism of the supporters of the theory of falsification which states that any scientific research must be preceded by a particular theory. By that arena, all beliefs about the truth of scientific theories must be achieved through the certainty of the results of observation or observation, totally rejected. The theory itself here has the understanding that it is a product of human intellectual engineering that is creative and free to think in order to overcome the problems that occur in everyday life in society. Theories of thought results are then tested by conducting experiments or observations. A theory that is weak and cannot survive an experiment will be declared a failure and the theory must be replaced by another speculative theory. That implies that, science develops from a mistake and also a mistake, from the process of hypothesis and also refutation. Keywords: Falsification, Karl Raimund Pooper, Abstrak Popper dikenal dengan gagasan falsifikasi sebagai lawan dari verifikasionisme dan induktivisme klasik dalam metode ilmiah. Falisikasionime mengatakan bahwa suatu teori ilmiah tidakah terbukti keilmiahannya hanya dengan pembuktian saja, tapi harus diusahakan mencari kesalahan dari teori tersebut sampai kemudian teroi tersebut bisa difalisfikasi. Apabila teori tersebut tidak berhasil di falsifikasi maka teori tersebut teruji keilmiahannya. Popper juga dikenal sebagai penentang besar aspek justifikasionisme
  • 2. 2 dalam studi ilmiah yang dilakukan para induktivis. Ia memahami bahwa keseluruhan studi ilmiah tidak semestinya dicapai dengan justifikasi, melainkan rasionalisme kritis. Di dalam sebuah konteks yang mengandung penolakan terhadap induktivisme para pendukung dari teori falsifikasi yang menyatakan bahwasannya setiap adanya penelitian ilmiah pasti di dahului oleh teori tertentu. Oleh arena itu semua semua keyakinan terhadap kebenaran dari teori-teori ilmiah itu pasti dicapai melalui kepastian dari hasil pengamatan atau observasi, sungguh-sungguh ditolak. Teori sendiri disini memiliki pengertian bahwa dia adalah sebuah hasil rekayasa intelek manusia yang kreatif dan bebas berpikir guna mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Teori-teori hasil pemikiran tersebut kemudian diuji dengan melakukan eksperimen-eksperimen atau obervasi-observasi. Teori yang lemah dan tidak dapat bertahan terhadap suatu eksperimen akan dinyatakan gagal dan teori tersebut harus digantikan oleh teori yang spekualitif lainnya. Itu mengandung arti bahwa, ilmu pengetahuan itu berkembang dari sebuah kesalahan dan juga kekeliruan, dari proses hipotesis dan juga refutasi. Kata kunci: Falsifikasionisme, Karl Raimund Popper Pendahuluan Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal yang sangat penting dalam dunia modern ini. sebagai masyarakat modern sudah tentu mau tidak mau kita akan mengikuti apa yang menjadi pertumbuhan dan perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam artikel kali ini kami rasa cukup menarik sekali dari pemikiran seorang Karl Raimund Popper di jadikan topik pembahasan, dan kami berusaha untuk mengumpulkan beberapa sumber sebagai bahan referensi untuk memperkuat artikel kami. Popper dikenal dengan gagasan falsifikasi sebagai lawan dari verifikasionisme dan induktivisme klasik dalam metode ilmiah. Falisikasionime mengatakan bahwa suatu teori ilmiah tidakah terbukti keilmiahannya hanya dengan pembuktian saja, tapi harus diusahakan mencari kesalahan dari teori tersebut sampai kemudian teroi tersebut bisa difalisfikasi. Apabila teori tersebut tidak berhasil di falsifikasi maka teori tersebut teruji keilmiahannya. Popper juga dikenal sebagai penentang besar aspek justifikasionisme dalam studi ilmiah yang dilakukan para induktivis. Ia memahami bahwa keseluruhan studi ilmiah tidak semestinya dicapai
  • 3. 3 dengan justifikasi, melainkan rasionalisme kritis. Di dalam sebuah konteks yang mengandung penolakan terhadap induktivisme para pendukung dari teori falsifikasi yang menyatakan bahwasannya setiap adanya penelitian ilmiah pasti di dahului oleh teori tertentu. Oleh arena itu semua semua keyakinan terhadap kebenaran dari teori-teori ilmiah itu pasti dicapai melalui kepastian dari hasil pengamatan atau observasi, sungguh-sungguh ditolak. Teori sendiri disini memiliki pengertian bahwa dia adalah sebuah hasil rekayasa intelek manusia yang kreatif dan bebas berpikir guna mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Teori-teori hasil pemikiran tersebut kemudian diuji dengan melakukan eksperimen-eksperimen atau obervasi-observasi. Teori yang lemah dan tidak dapat bertahan terhadap suatu eksperimen akan dinyatakan gagal dan teori tersebut harus digantikan oleh teori yang spekualitif lainnya. Itu mengandung arti bahwa, ilmu pengetahuan itu berkembang dari sebuah kesalahan dan juga kekeliruan, dari proses hipotesis dan juga refutasi. Popper memandang ilmu sebagai suatu perangkai hipotesa yang dikemukakan secara coba-coba dengan tujuan melukiskan secara akurat. Suatu tuntutan bahwa teori harus tinggi falsifiabilitasnya, teori harus dinyatakan dengan jelas dan cermat. Apabila suatu teori diajukan sedemikian samar hingga tidak jelas apa sebenarnya yang ingin dinyatakan, maka bila mana diuji dengan observasi atau eksperimen lain, ia dapat diinterpretasikan demikian rupa hingga konsisten dengan hasil pengujian. Begitulah kiranya sekilas apa yang menjadi topik dalam artikel ini, yang nantinya harapan kami, artikel ini sedikit memberikan wawasan pada pembaca, kritik dan saran yang mendukung sangat kami harapkan untuk lebih menyempurnakan artikel kami. Pembahasan 1. Biografi Singkat dan Karya- Karyanya Sir Karl Raymund Popper (lahir di Vienna, Austria, 28 Juli 1902 – meninggal di London, Inggris, 17 September 1994 pada umur 92 tahun) merupakan
  • 4. 4 seorang filsuf dan profesor asal Vienna dan Inggris. Dia juga disebut sebagai filsuf terbesar abad 20 dibidang filsafat ilmu. Ayahnya Dr. Simon S. Carl Popper, seorang sarjana hukum dan pengacara yang sangat mencintai buku dan berminat pada filsafat. Ibunya amat berbakat dalam musik dan pandai main piano. Jadi dalam refleksi filosofis Popper musik juga mendapat perhatian. Popper dikenal sebagai filosof yang sangat berpengaruh dibidang sains dan politik. Ia juga dikenal sebagai ahli matematika dan astronomi teoretis. Ayahnya, seorang Yahudi, yang membawanya pada suasana yang belakangan ia lukiskan sebagai “sangat kebuku-bukuan” (decidedly bookish). Ayahnya bekerja sebagai pengacara profesional, tapi dia juga tertarik pada karya- karya sastra, Yunani-Romawi Kuno dan filsafat, serta menginformasikan kepada anaknya minat pada masalah sosial dan politik yang lepas dari dirinya. Ibunya menanamkan pada ketertarikan pada musik, hingga dia sempat ingin mengambil karir di bidang ini dan sungguh-sungguh pada awalnya memilih sejarah music sebagai subjek kedua untuk ujian Ph.D. Popper memulai pendidikan ilmiah formalnya sebagaimurid privat. Bidang-bidang pelajarannya cukup luas, namun Popper lebih memfokuskan perhatiannya pada bidang matematika dan fisika teoretis. Pada tah un 1925, Poppermengikuti kursus lanjutan di Institut Pedagogi, cabang dari Universitas Wina dan padamasa itu pula ia bertemu dengan calon istrinya.Pada tahun 1928, Popper meraih gelar Doktor dengan judul disertasi: MasalahPsikologi dalam Psikologi Pemikiran. Popper merasa tidak puas dengan disertasinya danmemilih untuk mempelajari bidang epistemologi yang dipusatkan pada pengembangan teori ilmu pengetahuan. Usahanya ini semakin intensif ketika ia berjumpa dengan positivisme logis dari lingkaran Wina. Popper bukan termasuk dalam ling karan Wina,sebab dia merupakan kritikus paling tajam terhadap gagasan- gagasan Lingkaran Wina. Popper yang berdarah Yahudi, harus meninggalkan tempat kelahirannya sebab padawaktu itu Jerman di bawa penguasanya Hitler telah menduduki tempat itu. Popper pindahke Selandia Baru dan mengajar di Universitas Christchurch. Ia pun tidak menetap di sana,sebab pada tahun1945, ia pindah ke Inggris dan mengajar di London School of Economics. Karl Popper menginggal dunia pada tanggal 17 September 1994 di LondonSelatan akibat penyakit jantung. Adapun beberapa karya tulisnya yang terbesar antara lain sebagai berikut: The Poverty of Historicism (1945); The Logic of Scientific Discovery (1959); Conjectures and Refutations: The Growt of Scientific Knowledge (1963).1 Popper meraih gelar “doktor filsafat” Pada 1928 dengan disertasi Zur Methodenfrage der Denkpsychologie (Masalah Metode dalam Psikologi Pemikiran). Pada tahun berikutnya Popper memperoleh lagi gelar diploma yang mengizinkan dia mengajar matematika dan ilmu pengetahuan alam di sekolah menengah. Popper tidak pernah menjadi anggota Lingkungan Wina, namun sendiri 1 Lalu Heri Afrizal, “Filsafat Pemikiran Karl Raimund Popper”, https://www.academia.edu/8963403/Filsafat_Pemikiran_Karl_Raimund_Popper_Studi_Analisa- Deskriptif_Oleh_Lalu_Heri_Afrizal_Prolog, diakses pada 8 Juni 2020.
  • 5. 5 menyebut dirinya sebagai kritikus yang paling tajam terhadap Lingkungan Wina. Gagasan Popper tentang hakikat prosedur ilmiah dikembangkan dalam Logic of Scientific Discovery (Jerman 1934, terjemahan 1959). Karir filsuf Popper dilirik sejak Logic of Scientific Discovery. Pada 1935 Popper mendapat banyak undangan untuk memberi ceramah atau kuliah di luar negeri. Tahun 1937 ia mencari tempat kerja di luar negeri, ia bekerja pada universitas di Christchurch, Selandia Baru. Sebagai hasil pekerjaannya di Selandia Baru, pada tahun 1945 Popper menerbitkan dua karangan dalam bahasa Inggris yang menyangkut filsafat sosial dan politik. Yang pertama berjudul The Poverty of Historicism, yang kedua meliputi dua jilid berjudul The Open Society and Its Enemies. Popper diangkat menjadi professor di London School of Echonomics usai Perang Dunia II. Sepanjang hidupnya Popper bekerja keras dan merasa senang sekali dalam pekerjaannya. Popper juga sudah lama memperoleh kewarganegaraan Inggris. Pada 1946 ia diangkat dalam kaum bangsawan Inggris, sehingga berhak menggunakan gelar Sir. Popper meninggal dunia pada 17 September 1994 di Croydon, London Selatan, dalam usia 92 tahun, akibat komplikasi penyakit kanker. Bentukan keilmuan Popper banyak dibidani oleh tokohtokoh yang memiliki kapasitas yang cukup handal di bidangnya. Di antaranya, Karl Buhler, yang darinya Popper banyak tahu tentang psikologi, logika dan bahasa. Dari Buhler, Popper mendapat pemahaman tentang fungsi bahasa yang tidak hanya sekedar alat deskripsi, tetapi yang lebih penting sebagai alat ekspresi dan stimulasi. Tokoh lain adalah Hendrich Gomperz -seorang filosof profesional pada masanya- yang darinya Popper sampai pada keyakinan bahwa data inderawi (kesan sederhana) pada prinsipnya tidaklah ada. Yang ada adalah khayalan (imaginasi) yang mengalihkan atomisme dari fisika ke psikologi.Disamping binaan para tokoh di atas, Popper juga secara otodidak menyimak biografi tokoh-tokoh yang sempat menggegerkan dunia. Di antaranya ia sangat serius menghayati jargon populer Socrates “saya tahu bahwa saya tidak tahu” yang telah mengantarkan Popper menjadi lebih kritis dan fallibillis.2 Karya dasar Popper ialah Logik der Forschung (1934), diterjemahkan menjadi The Logic of Scientific Discovery (1959). Selama pengungsiannya di Selandia Baru, ia mengarang The Open Society and Its Enemies, I dan II (1945), yang merupakan refleksi historis dan falsafi atas pemaksaan yang terjadi dalam pemerintahan totaliter. Sementara The Poverty of Historicism (1957) dimaksudkan sebagai teori di belakang The Open Society. Pemikiran filsafat ilmu pengetahuan dimulai Logic der Forschung ada dalam dua kumpulan karangan yang berjudul Conjectures and Refutations, The Growth of Scientific Knowledge (1963), dan Objective Knowledge, An Evolutionary Approach (1972), Postscript to The Logic of Scientific Discovery, terdiri dari tiga jilid.3 2 M Nur, “Revivalisasi Epistimologi Falsifikasi, Vol.2, NO. 1, 2012, Hal 4. 3 Sulhatul Habibah, “Paradigma Popperian Meninjau Rasionalisme Kritis Karl Raimund Popper”, Vol 6 No 2, Oktober 2019, hal 304.
  • 6. 6 Popper dikenal dengan gagasan falsifikasi sebagai lawan dari verifikasionisme dan induktivisme klasik dalam metode ilmiah. Falisikasionime mengatakan bahwa suatu teori ilmiah tidakah terbukti keilmiahannya hanya dengan pembuktian saja, tapi harus diusahakan mencari kesalahan dari teori tersebut sampai kemudian teroi tersebut bisa difalisfikasi. Apabila teori tersebut tidak berhasil di falsifikasi maka teori tersebut teruji keilmiahannya. Popper juga dikenal sebagai penentang besar aspek justifikasionisme dalam studi ilmiah yang dilakukan para induktivis. Ia memahami bahwa keseluruhan studi ilmiah tidak semestinya dicapai dengan justifikasi, melainkan rasionalisme kritis. Dalam ranah politik, Popper dikenal sebagai salah satu filsuf yang kuat mempertahankan Demokrasi Liberal dan prinisp-prinsip Kritisisme Sosial yang akan membantu terbentuknya Masyarakat Terbuka - baca Open Society nya Karl Popper. Ide-ide politiknya mempengaruhi hampir seluruh ideologi politik demokrasi dan mencoba merekonsiliasikannya, seperti Sosialisme/Sosial Demokrasi, Liberalisme/Liberalisme Klasik dan Konservatisme Carl Popper Seorang filosof sains keturunan Inggris-Austria. Dia anak ketiga dan kedua kakaknya adalah perempuan, Bapaknya Simon Sigmund Carl Popper, adalah seorang doktor hukum dari University of Vienna, yang beragama yahudi. Ibunya Jenny Schiff adalah seorang ahli musik. Dalam bidang pendidikan, Popper memiliki latar belakang keilmuan yang cukup variatif dan terkesan menjadi seorang yang anti terhadap kemapanan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikasi yaitu: Pertama, pada usia 16 tahun Popper meninggalkan sekolahnya (Realgumnasium) karena pelajaran-pelajaran yang disajikan sangat membosankan . Kedua, menjadi pendengar bebas pada universitas Wina dan empat tahun kemudian ia diterima sebagai mahasiswa di universitas tersebut. Ketiga, Popper memilih mata kuliah matematika dan fisika teoritis. Dalam pandangannya dengan matematika ia akandapat mengetahui standar-standar kebenaran.
  • 7. 7 Ketika menjadi mahasiswa, Popper bukan saja mempelajari paham- paham sosialisme, tetapi juga komunisme, bahkan pernah mengidentikkan dirinya sebagai pengikut paham komunis. Tepatnya di saat ia berusia 17 tahun. Sebagaimana dijelaskan oleh Popper dalam autobiografinya, pada awalnya ia sangat tertarik pada Marxisme. Namun, kemudian ia menyadari betapa bahayanya paham tersebut bahkan dipandang sangat tidak bertanggung jawab terhadap kebaikan massa. Hal ini menyebabkan ia kecewa dan menjadi seorang yang anti komunis dan marxisme. Dalam kemajuan semacam itu, Popper terinspirasi oleh ucapan Socrates “Saya tahu bahwa saya tidak tahu”. Inspirasi inilah yang kemudian membangkitkan obsesi untuk membangun pengetahuan ilmiah yang kritis. Dengan semangat keilmuannya itu, maka Popper bukan saja berhasil memiliki ijazah untuk mengajar matematika, fisika, dan kimia, tetapi berhasil pula memperoleh gelar “doctor filsafat” (Ph.D) pada tahun 1928 dengan disertasi tentang Zur Methodenfrage der Denpsychologie (Masalah metodologi dalam psikologi pemikiran). Setelah masa itu, perkenalannya dengan Albert Einstein dan Karl Buhler mampu membuka cakrawala baru bagi dirinya untuk membangun teori kritis. Tema-tema sentral yang menjadi bahan diskusi diantaranya masalah indeterminisme, problem-problem operasionalisme, positivisme dengan induksi dan verifikasinya. Bersamaan dengan itu, Popper berusaha merumuskan teori-teori kritisnya baik mengenai deduksi dengan objektifismenya, maupun demarkasi dengan falsifikasinya. Upayanya itu bukan saja dikumandangkan di Wina, tetapi juga di Inggris antara tahun 1935-1936, kemudian di Selandia Baru (tahun 1936-1945), dan di Amerika, yaitu mulai tahun 1950 ketika Popper memberikan serangkaian kuliah di Harvard. Meski pun berada di Wina akan tetapi Popper tidak tergolong bagian dari anggota mazhab Filsafat Wina atau dikenal juga dengan Lingkaran Wina (Vienna Circle). Bukan saja ia terlepas dari keanggotaan dari gerakan tersebut, ia bahkan tidak pernah menghadiri pertemuan-pertemuan yang
  • 8. 8 mereka adakan. Meski pun ia banyak kenal dan sering melakukan kontak dengan aktifis mereka, seperti Viktor Kraft dan Herbert. Popper sendiri menyebut dirinya sebagai kritikus paling tajam terhadap kelompok lingkaran Wina, dimana kritikan yang ia kemukan akan kita lihat selanjutnya. Dalam dan melalui dunia keilmuan yang digelutinya, Popper banyak menghasilkan karya-karya ilmiah yang menjadi wacana bagi para ilmuwan dunia.Di antara karya tulisnya yang terpenting antara lain: Logic der Forschung (logika penelitian) yang terbit tahun 1934. Buku ini baru diterbitkan dalam Bahasa Inggris pada tahun 1972 dengan judul The Logic of Scientific Discovery. Ketika di Selandia Baru Popper menulis The Poverty of Historicism diterbitkan pada tahun1957, dan The Open Society of Enemies yang diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1966. Karya Popper dalam bentuk kumpulan karangan yaitu Conjecturesand Refutation; The Growth of Scientific Knowledge (1972). Buku ini berisi tentang problematika pertumbuhan pengetahuan ilmiah dan metodologi yang menyertainya. Kemudian buku lain yang juga berisi kumpulan karangan yaitu Objective Knowledge; An Evolutionary Approach terbit pada tahun 1972. Dalam buku ini dijabarkan pula teorinya tentang “Dunia 3”, dunia ojektif, yaitu dunia yang secara historis merupakan asal ilmu pengetahuan.4 Pada tahun 1928, Popper meraih gelar Doktor dengan judul disertasi : Masalah. Psikologi dalam Psikologi Pemikiran. Popper merasa tidak puas dengan disertasinya dan memilih untuk mempelajari bidang epistemologi yang dipusatkan pada pengembangan teori ilmu pengetahuan. Usahanya ini semakin intentif ketika ia berjumpa dengan positivisme logis dari lingkaran Wina. Popper bukan termasuk dalam lingkaran Wina, sebab dia merupakan kritikus paling tajam terhadap gagasan-gagasan lingkaran Wina. Kemudian, kecintaanya terhadap musik menjadi kekuatan inspiratif 4 Kitabbah, “FALSIFIKASIONISME KARL RAIDMUND POPPER”, https://kitabbah.wordpress.com/2017/09/23/falsifikasionisme-karl-raidmund-popper-2/, diakses pada 23 September 2017.
  • 9. 9 dalam membangun pemikiran dan originalitas interpretasi antara dogmatis dan pemikiran kritis, kontribusinya dalam pembedaan objektifitas dan subjektivias, dan yang sangat penting, menumbuhkan perlawanan terhadap segala bentuk historisisme, termasuk ide-ide sejarawan tentang sifat alami “progresif” pada music. Karl muda menghadiri Realgymnasium lokal, dimana ia merasa tidak senang dengan standar pengajaran, dan setelah sakit yang membuatnya tinggal di rumah beberapa bulan, dia masuk University of Vienna pada tahun 1918. Bagaimanapun, dia tidak mendaftar secara formal di Universitas dengan mengambil pengujian matrikulasi 4 tahun yang lain. Baru pada tahun 1922 ia diterima sebagai mahasiswa di sana. 1919 adalah tahun kehormatan formatif penting dalam kehidupan intelektualnya. Pada tahun itu, dia melibatkan diri dalam politik sayap kiri, bergabung dengan Association of Socialist School Students dan menjadi Marxis pada saat itu.5 Karl popper, merupakan salah satu kritikus abad ke-20 yang paling tajam terhadap gagasan lengkaran Wina. Ia dilahirkan di Wina pada tanggal 21 Juli 1902 dari keluarga Yahudi Protestan. Ayahnya, Dr. Simon S.C. Popper, seorang pengacara yang meminati filsafat dan masalah sosial. Pada tahun 1928, Popper meraih gelar Doktor dengan judul disertasi Zur Methodenfrage der Denkpsychologie (Masalah Metode dalam Psikologi Pemikiran). Popper merasa tidak puas dengan disertasinya dan memilih untuk mempelajari bidang epistemologi yang dipusatkan pada pengembangan teori ilmu pengetahuan. Usahanya ini semakin intentif ketika ia berjumpa dengan positivisme logis dari lingkaran Wina. Meski demikian, ia bukan termasuk kelompok lingkaran Wina, sebab dia merupakan kritikus paling tajam terhadap gagasan-gagasan lingkaran Wina (Muslih, 2005 : 105). Popper yang berdarah Yahudi, harus meninggalkan tempat kelahirannya sebab pada waktu itu Jerman di bawah kekuasaan Hitler telah 5 ‘’Biografi Karl Popper”, http://tugasperkuliah.blogspot.com/2017/01/biografi-karl-popper.html, diakses pada 19 Januari 2017.
  • 10. 10 menduduki tempat itu. Popper lalu pindah ke Selandia Baru dan mengajar di Universitas Christchurch. Ia pun tidak menetap di sana, sebab pada tahun1945, ia pindah ke Inggris dan mengajar di LondonSchool of Economics (Edwards, 1967 : 398). Di London School of Economics ini ia diangkat menjadi professor pada tahun 1948, berkat karyanya yang anti Komunis berjudul The open Society and Its Enemies, yang ia buat tahun 1945 (Muslih, 2005 : 105). Tampaknya, Popper termasuk filsuf yang beruntung karena hidup di masa Postmodern, ia mewarisi problem-problem filosofis para pendahulunya dan menjadi terakumulasi sedemikian rupa di dalam pemikirannya, terlebih setelah perkenalannya dengan Albert Einstein dan menyaksikan tergantikannya teori Newton dengan Relativismenya Einsten (Popper, 2008 : 292). Peristiwa ini mampu membuka cakrawala baru bagi dirinya untuk membangun teori kritis Adapun beberapa karya tulisnya yang terbesar antara lain sebagai berikut: The Poverty of Historicism (1945); The Open Society and Its EnemiesI dan II (1945); The Logic of Scientific Discovery (1959); Conjectures and Refutations: The Growt of Scientific Knowledge An Evolutionary Approach (1963); The Philosiphy of Karl Popper (1974); Unended Quest; dan The Self and Its Brain.6 6 Komarudin, “Klasifikasi Karl Popper dan Kemungkinan Penerapannya dalam Keilmuan Islam”, Volume 6, Nomor 2, November 2014, hal 448.
  • 11. 11 2. Pengertian Falsifikasionalisme Untuk melakukan proses falsifikasi seseorang harus memiliki sikap yang kritis. Falsifikasi adalah sebuah kata yang berasala dari bahasa latin yaitu falsus yang memiliki arti (palsu, tidak benar) dan kata facare yang memiliki arti (membuat). Flasifikasi adalah cara memverivikasi asumsi teoritis termasuk Hipotesis dan teori, dengan menggunakan pelawannya. hal ini dilakukan dengan cara memperoleh data dengan eksperimen. Falsifikasi ini dilandaskan pada suatu postulat yang berbunyi bahwasannya sebuah proporsi teoritis itu tidak terbukti apabila pendapat yang sebaliknya turun dari berbagai pernyataan yang memiliki kecocokan antara satu dengan yang lainnya, dan tentunya pernyataan-pernyaataan itu berdasarkan kepada observasi. Di dalam sebuah konteks yang mengandung penolakan terhadap induktivisme para pendukung dari teori falsifikasi yang menyatakan bahwasannya setiap adanya penelitian ilmiah pasti di dahului oleh teori tertentu. Oleh arena itu semua semua keyakinan terhadap kebenaran dari teori-teori ilmiah itu pasti dicapai melalui kepastian dari hasil pengamatan atau observasi, sungguh-sungguh ditolak. Teori sendiri disini memiliki pengertian bahwa dia adalah sebuah hasil rekayasa intelek manusia yang kreatif dan bebas berpikir guna mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Teori-teori hasil pemikiran tersebut kemudian diuji dengan melakukan eksperimen- eksperimen atau obervasi-observasi. Teori yang lemah dan tidak dapat bertahan terhadap suatu eksperimen akan dinyatakan gagal dan teori tersebut harus digantikan oleh teori yang spekualitif lainnya. Itu mengandung arti bahwa, ilmu pengetahuan itu berkembang dari sebuah kesalahan dan juga kekeliruan, dari proses hipotesis dan juga refutasi. Teori falsifikasi ini menurutnya, ada teori yang juga dapat dibuktikan salah berdasarkan dari hasil eksperimen dan juga observasi. Ilmu pengetahua sendiri adalah tidak lain merupakan rangkaian hipotesis- hipotesis yang secara tentatif dikemukakan guna menjelaskan tingkah laku manusia atau kenyataan dari alam semesta ini. Akan tetapi, tidak setiap hipotesis itu dapat diklasifikasikan dibawah ilmu pengetahuan. Untuk dapat disebut sebagai teori atau hukum ilmiah, hipotesis itu harus memenuhi syarat fundamental. Falsifikasi adalah suatu metode yang digunakan oleh Popper untuk menolak gagasan dsri lingkaran Wina tentang metode verifikasi induktif.
  • 12. 12 Alasan penolakan yang dilakukan oleh Popper adalah karena dalam rangka membedakan sutu ilmu yan memiliki makna atau bermakna, atau tidak bermakna masih menjunjung tinggi induksi. Ada beberapa kritik yang di utarakan oleh popper terhadap prinsip verivikasi. Yang pertama adalah : bahwa prinsip verifikasi itu tidak pernah mungkin untuk menyatakan kebenaran hukum-hukum umum. Menurut pendapat Popper ilmu pengetahuan dan juga hukum-hukum umum itu tidak akan pernah dapat diverivikasi. Oleh sebab itu, seluruh ilmu pengetahuan (yang sebagian besar terdiri dari hukum-hukum umum yang tidak bermakna, sama halnya dengan metafisika). ; yang kedua adalah adanya sejarah yang membuktikan bahwa ilmu pengetahuan itu juga lahir dari pandangan –pandangan metafisis. Oleh sebab itu Popper menegaskan bahwasannya suatu ucapan yang metafisis itu bukan saja hanya dapat bermakna akan tetapi dapat juga benar, walaupun setelah di uji baru menjadi ilmiah; yang ketiga adalah untuk menyelidiki ucapan atau teori itu bermakna atau tidak bermakna, lebih dulunya kita harus mengerti ucapan atau teori itu. Solusi yang popper berikan untuk menghadapi problem induksi perhatiannya ternya mengarah kepada lebih serius kepada masalah demarkasi, atau problem batas diantara pengetahuan yang bersifat ilmiah dan pengetahuan yang bukan ilmiah. C. Masalah Induksi Salah satu pemikiran Popper yang sangat menarik adalah mengenai pendapatnya yang membahas tentang masalah induksi di dalam ilmu pengetahuan alam. Yang apabila pemikiran modern mengatakan bahwa tugas dari ilmu pengetahuan modern adalah untuk merumuskan hukum- hukum yang bersifat umum dan yang mutlak perlu. Motode induktif ini menurut para teoritisi bukanlah tanpa kesulitan. Ada filsuf yang dia menggarisbawahi kesulitan-kesulitan yang dimaksud itu, yaitu seorang filsuf Skotlandia yang memiliki nama David Hume (1711- 1716). David Hume menekankan pada berapapun besar jumlah faktanya secara logis tidak pernah dapat disimpulkan yaitu kebenaran umum. Tidak ada keharusan dan tidak pernah ada keharusan yang secara logis bahwa fakta fakta yang ada samapai sekarang akan selalu berlangsung dengan cara yang sama dan besok dimasa yang akan datang juga akan terjadi dengan cara yang demikian sama pula. Akhirnya Popper pun berhasil menyodorkan suatu untuk pemecahan masalah bagi masalah induksi dan dengan itu pula ia serentak untuk mengubah seluruh pandangan tradisional tentang ilmu pengetahuan. Menurut Popper suatu ucapan atau teori itu tidak bersifat ilmiah itu karena sudah dibuktikan, melainkan dapat di uji (testable). Contohnya, kita adalah satu jenis logam yang tidak memuai setelah logamnya dipanaskan untuk
  • 13. 13 menyatakan salahnya suatu ucapan ilmiah. Dan kalau suatu eori bila setelah di uji masih tetap tahan (corroboration). Maka aka nada besar kemungkinan untuk dapat menyangkal suatu teori, maka kebenarannya akan kokoh pula, jika teori itu tahan terus. Untuk dapat mencapai pandangan ini, maka Popper menggunakan suatu kebenaran yang sangat logis dan sederhana sekali sebenarnya. Popper sendiri dalam perkatannya mengatakan bahwa “dengan observasi terhadap angsa-angsa putih betapapun besar jumlahnya orang tidak dapat sampai pada teori bahwa semua angsa berwarna putih. Tetapi cukuplah satu saja observasi terhadap seekor angsa yang berwarna hitam untuk dapat menyangkal teori tadi. Pandangan ilmu sendiri tentang pengetahuan yang di dasarkan pada metode secara induktif sebenarnya tidak membuat lain, daripada berusaha untuk membuktikan bahwa semua angsa itu berwarna putih. Sedangkan menurut Popper sendiri ia beranggapan bahwa ilmu pengetahuan itu harus berusaha mencari angsa satu ekor yang tidak berwarna putih”. Itu dapat dianggap benar. Dengan adanya pendekatan ini Popper membuka Perspektif baru bagi ilmu pengetahuan, yang sama sekali berlainan dengan perspektif konsepsi induksi. D. Masalah Demarkasi Ada beberapa titik – titik yang di kemukakan oleh Popper. Yang pertama Popper menkankan bahwa dengan digunakannya prinsip verifikasi tidak pernah mungkin menyatakan kebenaran dari hukum-hukum umum. Yang kedua adalah berdasarkan kepada prinsip verifikasi metafisika yang tidak memiliki makna. Akan tetapi di dalam sejarah dapat di saksikan bahwa acap kali ilmu pengetahuan itu lahir dari pandangan-pandangan metafisis atau misis tentang dunia (sebagai contohnya boleh juga disebut sebagai gagasan metafisis seperti atomisme leukippos dan demokritos). Yang ketiga adalah untuk menyelidiki suatu ucapan atau teori itu bermakna atau tidak bermakna. Akan tetapi bagaimana cara kita dapat mengerti sebuah teori itu, apabila teori itu tidak mengandung makna? Karena alasan-alasan yang serupa itulah Popper menolak usaha neopostivisme untuk menetapkan suary verifikasi. Untuk Popper sendiri problemnya dia adalah apa yang di sebutnya sebagai demarkasi (the problem of demarcation) bagaimana cara kita untuk dapat menarik gari ssebagai pemisah antara bidang ilmiah dan bidang non ilmiah. Di dalam kita melakukan suatu kritikan terhadap suatu kebenaran ilmu pengetahuan dan juga prinsip falsifiabilitas dari suatu teori yang secara principal itu dia mengeksklusikan setiap kemungkinan yang ada untuk dapat mengemukakan suatu fakta untuk menyatakan suatu teori itu, Popper berpendapat menurutnya, pasti tidak bersifat ilmiah. Untuk positivisme
  • 14. 14 logis menurut mereka masalah demarkasi adalah bagaimana cara kita untuk dapat menarik suatu garis yang menjadi pemisah antara ucapan-ucapan yang tidak memiliki makna. Dan dengan bantuan perinsip verifikasi mereka menjawab bahwa, selain dari taotologi-tautologi (yaiti ucapan-ucapan logika dan matematika) hanyalah bermakna ucapan ilmu pengetahuan empiris, semua ucapan lain yang mereka singkatkan dengan nama “metafisika tidak bermakna” 3. Falsifikasi Karl Raimund Popper Sebagaimana dapat dimengerti walau Popper dibesarkan dalam lingkungan Wina, namun dirinya menolak gagasan-gagasan filsuf yang tergabung dalam lingkaran Wina atau lebih dikenal dengan kaum Positivisme logis. Dalam Positivisme logis lebih mengedepankan tiga gagasan utama, yaitu masalah induksi, demarkasi, dan dunia ketiga. Berdasarkan gambaran diatas jelas bahwa kaum Positivisme Iogis memiliki penganut yang banyak, dikarenakan mereka mampu untuk meyakinkan sifat dari ilmu pengetahuan itu sendiri berdasarkan “ramalan” dan “penjelasan” sehingg keobyektifitasan dan reliabilitas unggul. Namun Popper berpendapat suatu pengetahuan dapat dikatakan Ilmiah bukan hanya bisa dibuktikan, melainkan testable (diuji) berdasarkan berbagai percobaan untuk menyangkalnya. Jika hipotesa itu benar, maka semakin kokoh pula kebenaran teori tersebut. Popper juga menjelaskan bahwa hasil dari teori yang di observasi, hanya bersifat conjecture, dikarenakan tidak ada kebenaran yang hakiki atau sempurna. Hasil obserfasi yang sifatnya sementara pasti daoat dibuktikan dikemudian hari dengan obsevasi-observasi selanjutnya. Hal inilah yang membuat Popper berpendapat bahwa jika sesuatu dikatakan ilmiah, apabila secara prinsipal teori tersebut “kemngkinan” untuk refutability (menyangkalnya). Berdasaran gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa Popper menyimpukan bahwa semua teori dikatakan ilmiah bila mana teori dapat falsibility (disalahkan) refutabilty (maupun disangkal), dan testability (diuji). Sehingga gagasan-gagasan ini dikenal dengan pemikiran epistemologi rasional-kritis dan empiris modern. Proposisi diatas dapat diartikan bahwa manusia bersifat bergerak untuk mendekati dan menemukan kebenaran tentang sesuatu teori atau science. Sehingga setiap temuan yang bersifat conjecture bisa ditelaah dan diteliti seara mendalam sesuai perkembangan dan pertumbuhan zaman, untuk menguak kebenaran. Aktivitas ini dilakukan terus-menerus hingga mendekati kebenaran. Dalam pandangan “ekstrem” Popper menghindari objektivisme dan subjektvisme. Hal ini dilkukan Popper dikarenakan fikik, mental, bahasamerupakan kesatua yang tidak bisa dipisahkan dalam
  • 15. 15 berinteraksi, sehingga integrase-iterkoneksi ketiga duia terbukti, walaupun epistemologi Popper hanya bersifat situasional untuk memberikan “solusi tentatif”. Maksudnya psinsip falsifikasi Popper terus menerus menyesuaikan dengan problem-problem baru untuk mendapatan kebenaran.7 Falsifikasi Popper merupakan pokok-pokok yang sudah dapat menggugah penglihatan dan pendengaran, termasuk dalam problem solving (pemecahan masalah). Namun dalam pengujian di dalam relaitas falsifikasionisme masih memiliki kesulitan. Kesulitan yang dimaksud adalah perlunya caatan Pinggiran untuk membantu dlam menguak science dalam suatu teori, sehingga oenelitian dapat dikatakan penelitian Ilmiah. Teori Ilmiah yang dimaksud Popper memiliki parameter, dimana ilmu pengetahuan tidak terletak pada prinsip verifikasi.8 Karenanya penggunaan verifikasi tidak pernah mengakui hukum-hukum universal. Maksudnya, prinsip verivikasi hanya meminta bantuan untuk mendukung sebuah teori. Inilah yang menyebabkan tidak berlaknya prinsip veriikasi. Prinsp verifikasi juga diakui bilamana bermakna dan dimengerti. Proposri diatas yang menjadi alasan Popper tidak mengakui knowledge (ilmu pengetahuan) bila diverifikasi, namun difalsibilitas. Artinya suatu teori dikatakan ilmiah jika memiliki kemungkinan untuk disalahkan. Kesalahan-kesalahan yang muncul terus-menerus di uji untuk menemukan kebenaran yang mendekatinya, sehingga pandangan logika terhadap teori semakin terbukti dan teruji. Disinilan Popper menuturkan bahwa pengakuan ketidak ilmuan metafisika bukan karena tidak diverifikasi, tetapi tidak dapat disangkal. Sehingga Popper mengatakan manusia adalah makhluk metafisikus tulen.9 Popper telah berupaya melakukan pencerahan terhadap proses produksi sebuah teori untuk menghindar dari sebuah subjektivitas yang akan berakibat pada kesalahan serius, bahwa peninjauan ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari filsafat. Menghilangkan ambisius dari para pelaku induksi yang sebenarnya menurut Popper menjadi sebuah kesalahan besar bahkan seringkali terjadi ilmuan telah memberikan derajat kebenaran ilmu berdasar pada penentuan sendiri, tanpa melewati syarat penelitian yang layak. Hal ini akan menjadi teori yang palsu dan dapat berkembang seterusnya sehingga akhirnya menjadi rentetan-rentetan, dan hasil 7 Rosmadia Harapah, “Teori Falsifikasi Karl Raimund Popper dan Kontribusinya dalam Pembelajaran IPA Bagi Siswa Usia Dasar”, Magitra Vol 10 No. 2 (Desember, 2019), 172-174. 8 Ibid, 177. 9 Ibid, 178.
  • 16. 16 pengamatan yang dihasilkan pada babak berikutnya berakibat dalam rentag kesalahan. Agar tidak terjebak dalam hal ini, maka prinsip ilmu harus nherent dengan falsifikasi, termasuk eksperimen dan hipotesis ilmiah. Falsibilty walaupun masih belum diterima secara umum, menjadi satu dasar bagi rangkaian mkegiatan ilmiah. Sehingga ilmu dan filsafat tidak sebagai lahan terpisah yang tidak mempunyai hubungan dalam menentukan kesahihan proses lahirnya sebuah teori dalam imu pengetahuan. Harus ada kerjasama keduanya dan tidak terpisah untuk senantiasa dapat mengungkapkan sebuah kebenaran. Dialektika seperti ini menjadi sebuah elemen penting demi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Karl Popper menunjukkan bahwa sebuah teori tidak pernah dapat diverifikasi (dibuktikan benar) tetapi teori yang bermakna seharusnya dapat difalsifikasi (dibuktikan salah). Popper dengan metodologi falsifikasi, denganya ia mendekati persoalan bukan dengan merujuk pada otoritas tetapi persoalan itu sendiri menjadi patokan untuk menilai dan mengadili teori, harapan, atau kebenaran-kebenaran yang sedang dihayati. Popper sungguh yakin bahwa setiap kenyataan baru mengandung kebenaran tertentu dalam dirinya dan dengan itu pengetahuan manusia akan diperbaiki atau ditolak (asas refutabilitas pengetahuan). Perbaikan atau penolakan itu adalah sesuatu yang sepantasnya terjadi untuk mengisi wilayah keterbatasan pengetahuan sekaligus mempersempit ruang ketidaktahuan manusia. Semakin sering manusia melakukan perbaikan atau penolakan atas pengetahuannya, semakin maju dan berkembang pula pengetahuannya. 10 Falsifikasi secara harfiah diartikan sebagai “melihat dari sudut pandang kesalahan”. Dengan menganggap teori itu salah, maka segala upaya dilakukan untuk membuktikan teori tersebut memang mutlak salah, lalu dibuatlah teori baru untuk menggantikannya. Karl Popper telah membuktikan Falsifikasi (suatu teori untuk membuktikan kesalahan suatu hal atau kejadian), yang berbeda dengan verifikasi (pembuktian kebenaran). Suatu teori selama tidak terbukti salah, maka ia akan mengalami penguatan (koroborasi) walaupun suatu saat bisa juga runtuh teori tersebut ketika didapatinya satu saja data yang berbeda yang bisa meruntuhkan teori tersebut. Penyataan dan teori yang diperoleh melalui empiris atau positivisme logis pada akhirya mutlak harus disimpulkan apakah pernyataan dan teori tersebut benar atau salah. Artinya, pernyataan dan teori tersebut harus memiliki kesimpulan akhir (conslucive decidable atau conclusive 10 Dedi Haryono, Gagasan Uji Teori Empiris Melalui Falsifikasi (Analisis Pemikiran Karl Popper dalam Filafat Ilmu), Universitas Islam Madura Pamekasan, 3.
  • 17. 17 verification). Kalau pernyataan dan teori tersebut tidak dapat mencapai tahap ini, maka keduanya tidak berarti sama sekali. Untuk mencapai kondisi tersebut, pernyataan dan teori perlu ditest melalui bukti empiris. Kalua hasil testnya menunjukkan bahwa pernyataan dan teori tersebut benar, maka disebut verifiability. Upaya atau test untuk membuktikannya salah disebut falsifikasi. Dengan demikian sistem test dalam ilmu pengetahuan tidak selalu harus berarti positif (membuktikan benar) tetapi juga harus berarti negative (menunjukkan salah). Menurut Popper ciri khas ilmu pengetahuan adalah falsifiable, artinya harus apat dibuktikan salah melalui proses falsifikasi. Dengan falsifikasi, ilmu pengetahuan mengalami proses pengurangan kesalahan (error elimination). Proses falsifikasi inilah yang mengantar ilmu oengetahuan tersebut mendekati kebenaran. Namun tetap memiliki ciri falsifiable. Popper mencoba merumuskan sebuah langkah dalam falsifikasi yang menjadi alternative dalam pembuktian ilmiah, menurut Popper terdapat empat angkah untuk menguji sebuah teori, semua langkah ini harus dilakukan dari tahap demi tahap, langkah-lankah yang dimaksud dijelaskan oleh Popper sebagai berikut: a. Membandingkan secara logis terhadap kesimpulan-kesimpulan anta teori, sehingga diketahui konsistensi internal dari teori tersebut. b. Kemudian menyeidiki bentuk logi dari teori untuk menentukan apakah ia mempunyai ciri teori empiris atau ilmiah. c. Teori yang satu dibandingkan dengan teori yang lain untuk menentukan apakah teori yang akan membentuk suatu kemajuan ilmiah telah tahan uji? d. Kalua sebuah teori telah lolos dari ketiga langah dilakukan pengujian terakhir melaui penerapan empiris. Langkah-langkah tersebut diatas menurut Popper dilakukan untuk mengetahui sejauhmana berbagai konsekuensi-konsekuensi baru teori itu bertahan terhadap tuntutuan-tuntutuan praktis, entah yang dimunculkan oleh eksperimen ilmiah, ataupun oleh penerapan-penerapan teknologi praktis. Ketika pengujian telah dilakukan makan akan diketahui apakah kesimpulan tunggal dapat diterima (acceptable) atau terbukti, maka teori itu untuk semetara waktutelah lolos dari ujiannya. Namun jika kesimpulan- kesimpulan itu telah terbukti kesalahannya maka falsifikasinya juga memfalsifikasi teori yang dari sana ia disimpulkan secara logis. Popper berpendapat bahwa falsibility merupakan syarat awal untuk mengatakan bahwa sebuah ilmu itu hitam atau putih, ilmiah atau tidak ilmiah. Jika sebuah ilmu tanpa melalui verifikasi apa yang disebut sebagai falsifikasi
  • 18. 18 maka menjadi tidak ilmiah. Sebuah teori hars berdiri diatas benar atau salah, artinya berada tidak setengah-setengahnya. Harus berani dinyatakan salah atau benar, tidak boleh berdiri ditempat yang taka da pilihan. Misalnya Popper memberikan contoh tentang sebuah –pernyataan “besok hujan atau tidak ujan saya datang” dalam pernyataan tersebut tidak dibangun atas pertentanga yaitu benar atau salah, tidak ada tempat untuk meletakkan hipotesis. Sebuah keputusan positif hanya dapat mendukung teori itu unutk sementara waktu, karena putusan-putusan berikut dapat menjatuhkannya, selama sebuah teori mampu berthan untuk sementara waktu ia tidak dapat tergantikan oleh teori lain, dan teori mampu bertahan untuk sementara waktu ia tidak dapat tergantikan oleh teori lain, dan teori tersebut dianggap memiliki nilai bahwa “telah membuktikan keberaniannya, atau ia telah dikobosarikan”. Atau sebaliknya, dalam perjalanan gerak maju, idenya adalah bahwa tidak ada teori sepenuhnya benar, tetapi jika tidak dipalsukan, dapat diterima sebagai kebenaran. Sebagai sebuah contoh menurut Popper tentang teori Gravitasi Newton diterima sebagai kebenaran selama berabad- abad, karena benda tidak acak melayang pergi dari bumi. Tampaknya agar sesuai dengan angka yang diperoleh dengan eksperimen dan penelitian, namum selalu tunduk pada pengujian. Naun kemudian penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat kuantum, hukum-hukum Newton memecah dan teori tidak lagi diterima sebagai kebenaran. Popper juga menentang prinsip demarkasi dengan metode verifikasi induktif untuk memberdakan sebuah ilmu bermakna atau tidak bermakna. Popper menolak dengan keras semua permasalahan demakrasi dengan metode induksi. Karena sebuah teori menurut Popper tidak dapat diangkat dari pernyataan-pernyataan tunggal. Tetapi melalui pernyataan-pernyataan Universal, kesalahn dalam demarkasi juga akan menjadi penyebab dipertanyaannya kembali yang salah. Di pertegas oleh Popper “karena saya menolak logika induktif, saya juga harus menolak semua usaha memecahkan masalah demarkasi, karena pernyataan-pernyataan universal tidak pernah dapat diasalkan oleh pernyataan-pernyataan tunggal, tetapi dapat disangkal oleh pernyataan-pernyataan tunggal.” Dia mengusulkan suatu demarkasi lain, yaitu demarkasi antara ilmu yang ilmiah dan tidak ilmiah berdasarkan tolak ukur pengujian deduktif. Masalah demarkasi melalui falsisikasi dirumuskan oleh Popper sebagai bentuk menemukan sebuah kebenaran sebuah ilmu, hal ini dalam rangka menghindar dari hal-hal yang sifatnya subjektif, perlu dibedakan antara
  • 19. 19 ilmiah dan metafisik, atau juga hal yang justru cenderung dogmatis. Popper menawarkan sebuah solusi kriteria yang lebih tepat dalam kerangka kerja ilmiah, yaitu falsiability sebagai kriteria demarkas.11 4. Problem demarkasi science Salah satu hal yang banyak merepotkan para anggota Lingkaran Wina ialah percobaan untuk merumuskan apa yang disebutnya prinsip Verifikasi (the Principle of Verification), artinya Teori yang tidak dapat ditangguhkan suatu yang positif sehingga prinsip yang memungkinkan untuk membedakan antara pengetahuan empirik dan metafisika atau memberikan batas ilmu (Science) dengan preudo ilmu (preudo science). Menurut Popper kelompok Wina masih bertautan erat dengan konsep tentang ilmu pengetahuan yang menjunjung tinggi induksi. Iater gugah untuk mempertanyakan status ilmiah teori-teori Marx, Freud, Adler dengan mencari pembenaran teori-teori (verifikasi) mereka. Science yang sejati menurut Popper adalah sikap kritis yang tidak mencari verifikasi atas teorinya, melainkan tes-tes yang akan mereputasikannya, meski tak akan pernah mengukuhkannya. Dengan kata lain kriterium demarkasi antara ilmu dan pseudo ilmu ialah falsifiabilitas (pernyataan bisa disangka). Contoh kriteria ilmu pengetahuan (science yang benar sebagaimana usaha Einstein tentang teori gravitasi. Teori gravitasi Einsten menyimpulkan bahwa cahaya meski mengalami daya tarik oleh benda-benda besar seperti matahari. Maka bisa dihitung bahwa cahaya bintang tertentu tampak berposisi dekat dengan matahari akan mencapai bumi dari arah sedemikian rupa sehingga tampaknya bintang itu sedikit bergeser dari bumi. Dalam menyusun teori Einsten, tidak menggunakan ramalan-ramalan atau mencari dalil-dali untuk memperkuat keyakinannya, akan tetapi ia mencari eksperimen-eksperimen crusial (serius). Hal ini berbeda dengan kelompok Induktifis yang diwakili oleh Marx, Freud dan Adler yang dalampengamatan Popper melakukan kesalahan dengan memasukkan sesuatu yang tidak sebenarnyaPreudo Science menjadi Science. Di antara problem itu antara lain: a. Kelompok Induktifis. Membangun sistem ide yang membuat alasan-alasan palsu seolah-olah seperti ilmiah sebagaimana yang dilakukan oleh Marx. Semestinya science harus dihasilkan dari hukum-hukum yang sebenarnya, bisadibuktikan melalui observasi dan eksperimen yang teruji, artinya ilmu pengetahuan harus bebasnilai. 11 Ibid, 3.
  • 20. 20 b. Menafsirkan setiap fenomena dari sistem yang mereka percayai, kesalahan itu dapat dibuktikan dengan teori Hukum Gravitasi Newton. Hal ini bertolak belakang dengan prinsip yang dibangun oleh Einstein yang mengambil jalan dengan melakukan eksperimen-eksperimenyang selalu diuji, sehingga terbebas dari kesalahan interpretasi sebuah fenomena yang berubah-ubah. c. Membuat kriteria demarkasi pengetahuan dengan berpegang pada prinsip Verifiabel menolak pengetahuan yang tidak bersumber dari fakta, termasuk menolak metafisikakarena dianggap tidak bermakna. Bagi Popper prinsip verifikasi tidak akan pernah mungkin untuk menyatakan kebenaran-kebenaran hukum umum, karena hukum umum dalam ilmu pengetahuan tidak pernah dapat diverifikasi. Seluruh ilmu pengetahuan alam yang sebagian besar dari hukum- hukum umum tidak bermakna. Popper mengatakan bahwa dalam sejarah dapat kita saksikan acap kali ilmu pengetahuan lahir dari pandangan–pandangan metafisika ataumistik tentang dunia, sebagai contoh gagasan atomisme Demokritos dan Leukippos. Suatu ucapan metafisika bukan saja dapat bermakna, tetapi dapat benar juga, biarpun baru menjadi ilmiah kalau sudah teruji dan dites. Untuk menyelidiki suatu ucapan atau teori, lebih dahulu kita harus mengerti akan teori itu. Tetapi bagaimana kita dapat mengerti suatu teori, jika teori itu tidak mengandung makna, karena lisan itulah Popper menolak usaha neopositivisme untuk menetapkan suatu prinsip verifikasi. d. Kelompok induktifistik meletakkan posisi konsep ilmu dalam kondisi statis, hal itu dapat dilihat dari komponen struktur ilmu. Komponen-komponen itu mereka temukan dari pernyataan- pernyataan protokol yangmenggambarkan komponen terakhir struktur dunia empiris. Bagi mereka induksi merupakan bagian esensi metode ilmiah dari fakta-fakta dasar, observasi, pengalaman indera. Jadi intinya,dalam konsep mencari pembenaran obyektif ilmu dengan cara memperteguh pengetahuan yang tidak diragukan dan kemudian mereduksi secara logis pengetahuan lain sehingga taktergoyahkan. Ini semua berlawanan dengan Popper yang memandang ilmu pengetahuan secara dinamis. Baginya mencari obyektifitas ilmu berarti membentuk kriteria rasional untuk memperolehpengetahuan dan untuk memahami pertumbuhan pengetahuan. Menurutnya kriterium pembeda antara ilmu dan non ilmu ialah falsifiabilitas: suatu pernyataan bersifat ilmiah bila bisa difalsifikasikan secara empirik, sehingga tak ada ruang untuk pengetahuan yang absolut danuntuk kelas istimewa
  • 21. 21 pernyataan-pernyataan sebagai inti kokoh pengetahuan yang tak tergoyahkan.. Meskipun tidak tak bisa diverifikasi secara positif, teori bisa diuji. Obyektifitas pernyataan ilmiah, bagi Popper terletak dalam kenyataan bahwa pernyataan tersebut dapat diuji secara inter subyektif.12 5. Problem Induksi Menurut Popper, metode induktif meninggalkan banyak masalah dalam ilmu pengetahuan, masalah itu apakah menyangkut proses cara memperoleh pengetahuan, ukuran vavaliditas kebenaran, hasil pengetahuannya bersifat subyektif dan lain sebagainya a. Dalam proses penyelidikan misalnya, kaum induktivis menggunakan observasi dan pengalaman sebagai dasar satu-satunya dalam membuat pernyataan tunggal (singular statemen) dan kemudian hasil pengamatan dan pengalaman pribadi yang belum teruji dapat ditarik sebuah kesimpulan berupateori, ironinya kebenarannya bersiftat general (berlaku secara umum). Teori-teori ilmiah ditarik dengan cara ketat dari fakta-fakta pengalaman yang diperoleh lewat observasi dan eksperimen. Ilmu didasarkan atas apa yang dapat dilihat, didengar, diraba, dan sebagainya. Pengetahuan akan diterima bila berasal dari sense, expretion, (sensasional impresion, perseptian visual orauditor Prinsip di atas dipertanyakan oleh Popper terutama volume eksperimen, berapa banyak observasi yang diperlukan untuk memenuhi? Haruslah sebatang logam tertentu dipanasi 10 kali, 100 kali atau seberapa banyak kali sebelum kita dapat menyimpulkan logam selalu memuai bila dipanaskan. Di sini sebenarnya tingkat kesulitan yang dihadapi oleh kelompok Induktifis,bila mereka mensyaratkan observasi dan eksperimen jadi acuan ilmu pengetahuan. sanggahannya, penarikan kesimpulan ini sangat berbahaya, sebagaimana Karl Maxs telah membuat teori sejarah dengan ramalan-ramalan/prediksi yang salah tentang masyarakat kelas.Juga contoh lain mereka punya anggapan bahwa semua angsa berwarna putih tanpamemperdulikan angsa yang berwarna lain, Kertas Litmus berubah menjadi merah bila dicelupkan ke dalam cairan tanpa merinci cairan apa yang dapat merubah. b. Tugas bagi ilmu pengetahuan adalah merumuskan hukum-hukum yang bersifat umum dan mutlak. Jika mencari contoh yang sederhana: pernyataan bahwa logam yang dipanaskan akan memuai “merupakan 12 M. Syamsul Huda, “Karl Raimund Popper Problem Neopositivisme dan Teori Kritis Falsifikasi”, ISLAMICA Vol. 2 No. 1 (September, 2007), 74-75.
  • 22. 22 hukum “ bagimana hukum ilmiah serupa itu sampai terbentuk, pasti jawabanya bahwa hukum itu dihasilkan oleh suatu proses induktif. Artinya dari sejumlah kasus yang cukup besar (bermacam-macam logam yang memuai setelah dipanaskan), disimpulkan bahwa dalam keadaan yang tertentu gejala yang sama dan dimana-mana akan terjadi. Pendek kata metode ini dijalankan dengan observasi dan eksperimen serta berdasarkan fakta-fakta. Teori ini mendapatkan catatan dari David Home. Ia menyatakan bahwa dari sejumlah fakta berapapun besar jumlahnya, secara logis tidak dapat disimpulkan suatu kebenaran umum. Tidak ada keharusan logis bahwa fakta-fakta yang sampai sekarang selalu berlangsung dengan cara yang sama. Dengan demikian bahwa induksi tidak dapat dibenarkan berdasarkan logika. c. Induktifis mengunakan ilmu bantu lain yaitu Logika dan Probabilitas (kemungkinan) selain dasar observasi dan eksperimanuntuk mendapatkan justifikasi. Bantuan logika ini dilakukan untuk memperkokoh argumen logis dari cara penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang mereka buat. Misalnya argumen yang logis yang valid ditandai dengan fakta bahwa apabila premis argumen itu benar, maka kesimpulannya benar, tetapi ternyata tidak demikian. Argumen-argumen induktif tidak merupakan argumen-argumen yang valid secara logis, masalahnya bukanlah apabila premis suatu penyimpulan induktif benar, maka kesimpulannya pasti benar. Bisa saja penyimpulan terjadi penyimpulan argumen induksi salah, sedangkanpremisnya benar dan ini terjadi tanpa harus merupakan kontradiksi. Misalnya tentang pernyataan semua gagak adalah hitam. Karena sampai hari ini penulis dari referensi yang kita ambil telah melakukan observasi terhadaps sejumlah besar burung gagak pada variasi yang luas dan telah menyaksikan mereka semua hitam dan berdasarkan fakta. Ini adalah satu penyimpulan induktif yang valid dan sempurna.Menurut Popper secara premis itu benar, akan tetapi secara logis itu salah, sebab tidak ada jaminan logis bahwa gagak yang di observasi kemudian tidak ada yang berwana coklat atau merah jambu. Kalau hal ini terbukti mana kesimpulan; semua gagak hitam itu salah. Jadi penyimpulaninduktif awal yang jelas valid karena memenuhi kriteria yang telah dispesifikasi oleh prinsipinduksi, dapat membawa ke satu kesimpulan yang salah, sekalipun fakta menunjukkan bahwa semua premisnya benar. Prinsip Probabilitas dipinjam oleh induktif untuk mencari alternatif jawaban jika kebenaran atas bukti tunggal dipersalahkan. Mereka menyatakan bahwa pengetahuan bukanlah pengetahuan yang
  • 23. 23 telah dibuktikan, melainkan pengetahuan yang probabel benar, semakin besar jumlah observasi yang membentuk dasar suatu induksi dan semakin variasi kondisi dimana observasi dilakukan, maka semakin besar pula probalilitas hasil generalisasi itu benar. Mungkindapat diterima secara intuitif bahwa waktu dukungan observasi terhadap hukum universalmeningkat, maka probabilitas kebenaran hukum itupun meningkat, namun intuisi ini tidak akandapat diuji.13 6. Falsifikasi sebagai Epistemologi Pemecahan Masalah. Berbeda dengan cara induktif, falsifikasi menggunakan cara kerja ilmu pengetahuan tidakhanya menggunakan observasi dan pengalaman sebagai dasar di dalam menentukan hukum-hukum ilmu pengetahuan (generalisasi), akan tetapi masih ada prasyarat lain yaitu uji kesalahan (Falsifiable) melalui uji kesahihan (testable). Menurutnya Falsifikasi adalah untuk mematahkan sesuatu keadaan yang salah, tidak benar. Suatu teori dapat dikatakan salah, jika meminta bantuan pada hasil observasi dan eksperimen tanpa percobaan dan kesalahan (Trial and Error) melalui dugaan dan penolakan hanya teori yang paling cocok dapat dipertahankan untuk menghindarkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh Neopositivisme, Popper membuat sistem kerja ilmu dengan teori Falsifikasi, diantaranya: a. Suatu pengetahuan empirik/ ilmiah dinyatakan benar, bila sistem tersebut dapat diuji (Falsifiabilitas) dan bukan veriabilitas. Contohnya Esok akan hujan, karena secara empiris dapat disangkal. Popper mengusulkan tentang Falsifiabilitas sebagai kriteria demarkasi didasarkan pada suatu asimetri antara verifialitas danfalsifiabilitas, sebab pernyataan universal tidak dapat berasal dari pernyataan tunggal, sebaliknyadapat dikontradiksikan oleh penyataan singular. b. Secara Metodologi Falsifikasi harus meragukan suatu pengetahuan yang mungkin ada kesalahan dalam mengamati. Misalnya, bukan angsa yang diamati, melainkan seekor burung.Maka untuk refutasi (penyangkalan) secara sistematis, maka teori harus dirumuskan secara jelas sehingga membuka kemungkinan untuk penyangkalan yang mungkin diajukan. Sebaliknya, suatu teori tidak ditinggal dengan gampang, sebab ini mengidentikkan sikap yang tidak kritis terhadap tes, dan dengan begitu berarti teori sendiri tidak diuji sekeras seperti seharusnya. c. Suatu hepotesis atau sistem hipotesis mau diakui memiliki status sebagai hukum atau teori ilmiah. 13 Ibid, 76.
  • 24. 24 Apabila ia akan menjadi bagian dari ilmu, maka suatu hepotesa harus falsifabel, sebelum melangkah lebih jauh. Contoh soal: semua zat memuai bila dipanasi. Pernyataan itu falsifiabel, ia akan menjadi keliru bila ada keterangan observasi menunjukkan fakta ada suatu zat x tidak memuai ketika dipanasi. Jadi suatu hipotesa adalah falsifiabel apabila terdapat suatu keterangan observasi atau suatu perangkat keterangan observasi yang tidak konsisten dengannya, yakni apabila iadinyatakan sebagai benar, maka ia akan mengfalsifikasi isi hipotesa itu. d. Teori harus dinyatakan dengan jelas dan cermat dan jelas. Apabila suatu teori diajukan sedemikian samar sehingga tidak jelas apa yang sebenarnya yang diinginkan, maka bilamana diuji dengan observasi atau eksperimen lain, ia dapat diinterpretasikan demikian rupa sehingga selalu konsisten dengan hasil pengujian. Dengan cara demikian, ia dapat dibela dalam menghadapi falsifikasi. Situasi yang serupa terdapat hubungan dengan ketelitian, makin teliti suatu teori dirumuskan, semakin ia menjadi falsifiabel. Apabila kita menerima bahwa makin falsifiabel suatu teori, makin baik. Contoh misalnya planet-planet bergerak dalam bentuk ellip mengitari matahari adalah lebih teliti daripada rumusan “planet-planet bergerak dalam bentuk lingkaran tali bulat mengitari matahari”. e. Dugaan-dugaan spekulasi yang berani. Rahasia-rahasia ilmu akan berkembang maju dengan bantuan kreatifitas dan mendasar. Semakin besar jumlah teori pendugaandikonfrontasikan dengan realitas, semakin besar jumlah kesempatan kemajuan yang pentingdalam ilmu. Popper memandang ilmu sebagai suatu perangkai hipotesa yang dikemukakan secara coba-coba dengan tujuan melukiskan secara akurat. Suatu tuntutan bahwa teori harus tinggi falsifiabilitasnya, teori harus dinyatakan dengan jelas dan cermat. Apabila suatu teori diajukan sedemikian samar hingga tidak jelas apa sebenarnya yang ingin dinyatakan, maka bila mana diuji dengan observasi atau eksperimen lain, ia dapat diinterpretasikan demikian rupa hingga konsisten dengan hasil pengujian. Selain prasyarat kriteria Falsifikasi Popper juga menggagas suatu metode praktis untuk memecahkan masalah antara lain Teori Varian Trial and Error, yaitu suatu metode percobaan dan pembuangan kesalahan. Metode ini kata Popper dipakai dalam perkembanganpikiran manusia dan terutama perkembangan filsafat, bisa digambarkan sebagai varian istimewa. Cara kerjanya teori diajukan secara tentatif dan dicobakan. Bila hasil suatu tes menunjukkanbahwa teori itu salah maka teori itu dibuang. Metode
  • 25. 25 percobaan dan pembuangan kesalahan pada hakekatnya adalah metoda penyingkiran. Keberhasilan terutama tergantung pada tiga syarat, yaitu bahwa banyak teori yang diajukan bervariasi serta dilakukan tes yang serius. Adapun skema metode problem solving sebagi berikut : P1-TS-EE- P2 . Urainnya sebagaiberikut: P1 ialah problem awal, TS ialah solusi tentatif, teori yang dicoba diajukan. EE adalah Error elimination atau evaluasi dengan tujuan menemukan dan membuang kesalahan dan P2 ialah merupakan situasi baru yang diakibatkan oleh adanya evaluasi kritis atas solusi alternatifdan tentatif terhadap problema awal, sehingga timbul problem baru. Skema tersebut di atas menggambarkan suatu proses yang dasarnya bersifat umpan balik.Jadi bersifat tidak siklis sebab P2 selalu lain dari pada P1. Bila gagal memecahkan masalah,teori yang dicoba itu nengajukan sesuatu yang baru kepada kita tentang dimana letak kesulitandan bagaimana syarat-syarat yang harus dipenuhi dan karenanya merupakan situasi problem.Proses yang digambarkan itu juga bersifat dialektis, dalam arti Hegelian atau Marxian. Sebab metode problem solving memandang kontradiksi sebagai sesuatu yang tak boleh diterima. Menerima kontradiksi menurut Popper, menyebabkan kritik berhenti berfungsi dan dengan begitumembawa kejatuhan ilmu. Formula motode problem solving seperti diuraikan di atas mengandung beberapa unsurgagasan Popper yang terpenting dan oleh Popper metode ini sering digunakan untuk memberikan keterangan di banyak bidang. Bahkan boleh dikatakan teori tentang problem solving menjelujuriseluruh karya Popper, baik karya dalam metodologis maupun karya dalam metafisis. Baik ketikaaktif berjibaku dengan kelompok lingkaran Wina maupun ketika berinteraksi dengan para ilmuandi Amerika, Jepang, serta Australia.Hal ini sangat sesuai dengan sikap kritis yang dikembangkan oleh Popper pada setiap iaberinteraksi dengan karya-karya ilmu pengetahuan sebagai pertanggung jawaban sebagi ilmuankritis yang selalu ingin menguji dan diuji.14 Kesimpulan Sir Karl Raymund Popper (lahir di Vienna, Austria, 28 Juli 1902 – meninggal di London, Inggris, 17 September 1994 pada umur 92 tahun) merupakan seorang filsuf dan profesor asal Vienna dan Inggris. Ayahnya Dr. Simon S. Carl Popper, seorang sarjana hukum dan pengacara yang sangat mencintai buku dan berminat pada filsafat. Ibunya amat berbakat dalam musik dan pandai main piano. 14 Ibid 77-79
  • 26. 26 Popper dikenal sebagai filosof yang sangat berpengaruh dibidang sains dan politik. Ia juga dikenal sebagai ahli matematika dan astronomi teoretis. Popper memulai pendidikan ilmiah formalnya sebagaimurid privat. Bidang- bidang pelajarannya cukup luas, namun Popper lebih memfokuskan perhatiannya pada bidang matematika dan fisika teoretis. Pada tahun 1925, Poppermengikuti kursus lanjutan di Institut Pedagogi, cabang dari Universitas Wina dan padamasa itu pula ia bertemu dengan calon istrinya.Pada tahun 1928, Popper meraih gelar Doktor dengan judul disertasi: MasalahPsikologi dalam Psikologi Pemikiran. Karl Popper menginggal dunia pada tanggal 17 September 1994 di LondonSelatan akibat penyakit jantung. Adapun beberapa karya tulisnya yang terbesar antara lain sebagai berikut: The Poverty of Historicism (1945); The Logic of Scientific Discovery (1959); Conjectures and Refutations: The Growt of Scientific Knowledge (1963). Falsifikasi adalah sebuah kata yang berasala dari bahasa latin yaitu falsus yang memiliki arti (palsu, tidak benar) dan kata facare yang memiliki arti (membuat). Flasifikasi adalah cara memverivikasi asumsi teoritis termasuk Hipotesis dan teori, dengan menggunakan pelawannya. hal ini dilakukan dengan cara memperoleh data dengan eksperimen. Falsifikasi ini dilandaskan pada suatu postulat yang berbunyi bahwasannya sebuah proporsi teoritis itu tidak terbukti apabila pendapat yang sebaliknya turun dari berbagai pernyataan yang memiliki kecocokan antara satu dengan yang lainnya, dan tentunya pernyataan-pernyaataan itu berdasarkan kepada observasi. Salah satu pemikiran Popper yang sangat menarik adalah mengenai pendapatnya yang membahas tentang masalah induksi di dalam ilmu pengetahuan alam. Yang apabila pemikiran modern mengatakan bahwa tugas dari ilmu pengetahuan modern adalah untuk merumuskan hukum-hukum yang bersifat umum dan yang mutlak perlu. Popper juga menjelaskan bahwa hasil dari teori yang di observasi, hanya bersifat conjecture, dikarenakan tidak ada kebenaran yang hakiki atau sempurna. Hasil obserfasi yang sifatnya sementara pasti daoat dibuktikan dikemudian hari dengan obsevasi-observasi selanjutnya. Hal inilah yang membuat Popper berpendapat bahwa jika sesuatu dikatakan ilmiah, apabila secara prinsipal teori tersebut “kemngkinan” untuk refutability (menyangkalnya). Berdasaran gambaran
  • 27. 27 diatas dapat disimpulkan bahwa Popper menyimpukan bahwa semua teori dikatakan ilmiah bila mana teori dapat falsibility (disalahkan) refutabilty (maupun disangkal), dan testability (diuji). Sehingga gagasan-gagasan ini dikenal dengan pemikiran epistemologi rasional-kritis dan empiris modern. Popper tidak mengakui knowledge (ilmu pengetahuan) bila diverifikasi, namun difalsibilitas. Artinya suatu teori dikatakan ilmiah jika memiliki kemungkinan untuk disalahkan. Karl Popper menunjukkan bahwa sebuah teori tidak pernah dapat diverifikasi (dibuktikan benar) tetapi teori yang bermakna seharusnya dapat difalsifikasi (dibuktikan salah). Menurut Popper, metode induktif meninggalkan banyak masalah dalam ilmu pengetahuan, masalah itu apakah menyangkut proses cara memperoleh pengetahuan, ukuran vavaliditas kebenaran, hasil pengetahuannya bersifat subyektif dan lain sebagainya. Berbeda dengan cara induktif, falsifikasi menggunakan cara kerja ilmu pengetahuan tidakhanya menggunakan observasi dan pengalaman sebagai dasar di dalam menentukan hukum-hukum ilmu pengetahuan (generalisasi), akan tetapi masih ada prasyarat lain yaitu uji kesalahan (Falsifiable) melalui uji kesahihan (testable). Daftar Pustaka Heri Afrizal, Lalu. “Filsafat Pemikiran Karl Raimund Popper”. https://www.academia.edu/8963403/Filsafat_Pemikiran_Karl_Raimund_ Popper_Studi_Analisa-Deskriptif_Oleh_Lalu_Heri_Afrizal_Prolog. Diakses pada 8 Juni 2020. M Nur. “Revivalisasi Epistimologi Falsifikasi, Vol.2, NO. 1. 2012. Habibah, Sulhatul. “Paradigma Popperian Meninjau Rasionalisme Kritis Karl Raimund Popper”. Vol 6 No 2, Oktober 2019. Kitabbah. “FALSIFIKASIONISME KARLRAIDMUND POPPER”.https://kitabbah.wordpress.com/2017/09/23/ falsifikasionisme-karl-raidmund-popper-2/. Diakses pada 23 September 2017. ‘’Biografi Karl Popper”, http://tugasperkuliah.blogspot.com/2017/01/biografi- karl-popper.html, diakses pada 19 Januari 2017.
  • 28. 28 Komarudin, “Klasifikasi Karl Popper dan Kemungkinan Penerapannya dalam Keilmuan Islam”, Volume 6, Nomor 2, November 2014. Rosmadia Harapah, “Teori Falsifikasi Karl Raimund Popper dan Kontribusinya dalam Pembelajaran IPA Bagi Siswa Usia Dasar”, Magitra Vol 10 No. 2 (Desember, 2019) Dedi Haryono, Gagasan Uji Teori Empiris Melalui Falsifikasi (Analisis Pemikiran Karl Popper dalam Filafat Ilmu), Universitas Islam Madura Pamekasan. M. Syamsul Huda, “Karl Raimund Popper Problem Neopositivisme dan Teori Kritis Falsifikasi”, ISLAMICA Vol. 2 No. 1 (September, 2007), 74-75.