Keratoacanthoma of the tongue, a very unusual histopathology diagnosis with immunohistochemical analysis a case report
1. Keratoacanthoma of the
tongue , a very unusual
histopathology diagnosis
with immunohistochemical
analysis: A case report
Nabilah Kusuma Wardhani | 190160100011019
Pembimbing : drg. Astika Swastirani,M.Si dan drg. Nenny Prasetyaningrum, M.Med
2.
3. Keratoacanthoma.
Disebut sebagai “crateriform ulcer of
the face” atau “ulser wajah dengan
bentuk menyerupai kawah”.
Tumor tingkat rendah
Mirip dengan SCC (Squamous Cell Carcinoma)
Pertumbuhan cepat (minggu hingga
bulan)
4. sering terlihat di ekstraoral
(bibir) namun jarang terlihat
di intraoral
Keratoakantoma kulit dari epitel
infundibular dari folikel rambut,
sedangkan keratoakantoma intraoral
dari permukaan epitelium
Klasifikasi:
Keratoacanthoma Kulit dan
Keratoacanthoma Mukosa/Intraoral
Sumber: www.mdpi.com
5. Keratoakantoma kulit bisa berjumlah
banyak atau multipel, diseminasi.
Diasosiasikan dengan beberapa
sindrom seperti xeroderma
pigmentosum dan MuirTorre karena
adanya defek di mekanisme perbaikan
DNA.
Etiologi dari keratoakantoma mukosa
tidak diketahui pasti meskipun
kerusakan karena sinar matahari dan
HPV subtipe 26 dan 27 dianggap
sebagai penyebab keratoakantoma di
bibir.
Keratoacanthoma (KA).
Etiologi KA kulit:
paparan sinar ultraviolet
infeksi virus HPV,HSV
usia tua
luka bakar
luka vaksinasi, trauma
6. Pria
72 tahun
Hispanic
tanpa riwayat kesehatan yang
signifikan, bukan peminum
alkohol dan perokok.
menggunakan gigi tiruan
rahang atas dan rahang
bawah
Melakukan insisi biopsi
terhadap lesi
crateriform eksofilik
yang berkembang
cepat sudah ada sejak
tiga bulan lalu
Laporan Kasus.
7. Diameter 8 mm
Peninggian tepi
Atrofi di bagian plak putih di tengah.
Lokasi di tepi lateral kanan lidah
Diagnosis histopatologi:
keratoakantoma
Diagnosis klinis:
pseudoepitheliomatous hyperplasia
Laporan Kasus.
Irreguler, sebagian tertutup oleh
mukosa putih dengan depresi
sentral
9. Pewarnaan imunihistokimia dilakukan dengan
metode avidin-biotin immunoperoxidase untuk p53,
Ki-67, E-cadherin (Dako,Carpinteria,CA) Bcl-2, cyclin D1,
dan antibodi cyclooxygenase-2
(Bio-Genex, San Ramon,CA).
Jaringan lunak
difiksasi
dengan
larutan
formalin,
diwarnai
menggunakan
hematoxylin
dan eosin.
kemudian
ditanam di
paraffin dan
dipotong
dalam ukuran
4 mikrometer,
Pewarnaan HE dan IHK
Jaringan lunak (lesi) diambil 4 mm × 3 mm × 2 mm
10. diskontinuitas inti sel p53
di lapisan basal
Hasil Pewarnaan HE dan IHK
Pewarnaan hematoxylin/eosin
menunjukkan infiltrasi campuran di
dasar lesi
11. Gambaran pewarnaan membran
positif untuk E-cadherin
Hasil Pewarnaan IHK
Ki-67 memiliki tingkat proliferasi
yang terbatas pada lapisan basal
positif COX-2
yang ditunjukkan
memiliki
sitoplasma yang
lemah
12. Diskusi.
Keratoakantoma klinis dan
histologi dikarakteristikkan
mirip dengan karsinoma sel
skuamosa namun berbeda
secara perilaku biologi-nya .
Keratoakantoma merupakan kasus yang jarang ditemukan dan
gambaran histologinya tidak menentu, namun tetap mirip dengan
karakteristik klinis dan patologis dari karsinoma sel skuamosa. .
Karsinoma sel skuamosa Keratoacanthoma
13. Diskusi.
Berdasarkan lokasinya, ini menjadi tantangan dari seorang
patologis dalam mendiagnosis.
Dalam kasus ini, diagnosis pseudoepitheliomatous hyperplasia
diubah
• bentuk lesi crateriform
• tidak adanya riwayat klinis dari iritasi gigi tiruan kronis dan
kandidiasis oral
setelah pemeriksaan patologis dilakukan.
14. Diskusi.
Keratoakantoma kulit, keratoakantoma mukosa sering ditemukan
berupa:
1. Lesi soliter
2. Firm
3. Warna merah muda kecoklatan
4. Terdapat nodul crateriform dengan keratin plug/ scalp
ditengah
Evolusi dari lesi ini dapat dibagi menjadi tiga fase:
1. Growth phase (Fase berkembang),
2. Stationary phase (fase tetap),
3. Involution/aging phase (fase penuaan, atau tidak berevolusi).
15. 2
1
Diskusi.
Pertama, lesi ini menunjukkan pertumbuhan
ukuran yang cepat ke ukuran 1-2 cm dalam 6-8
minggu dengan regresi spontan dalam 3-9 bulan.
Regresi ini sejak tahap pertama, dengan
peningkatan angka sel Langerhans
dikelilingi sel infiltrasi inflamasi.
Hal ini tidak ditemukan
di karsinoma sel skuamosa.
3
16. 4
5
Diskusi.
Karakteristik ini bisa dijadikan sebagai bukti
bahwa sel Langerhans terlibat dalam
berhentinya lesi ini berevolusi.
Terlihat pula neutrophil
intraepidermal dan mikro
abses eusinofil.
17. Diskusi.
Telomerase dan COX-2
lebih meningkat di karsinoma sel skuamosa jika dibandingkan
dengan keratoakantoma
Ekspresi dari Bcl-2, sel proto onkogen yang terlibat dalam
apoptosis sel, berkurang atau bahkan tidak ada pada lesi
keratoakantoma
Ekspresi dari proliferasi sel antigen Ki-67 sama pada karsinoma
sel skuamosa dan keratoakantoma.
p53 berdiferensiasi pada lesi ini.
ekspresi dari p53 telah diamati di pseudoepitheliomatous hyperplasia dan di
kulit normal, dan ini diasumsikan bahwa ekspresi tersebut dianggap sebagai
indikator dari kondisi imatur dan proliferasi sel daripada sebagai marker dari
keganasan.
18. Diskusi.
Bouquot et al
Menyarankan mengevaluasi p53, reseptor angiotensin 1,
metalloproteinase-1 dan E- cadherin
Putti et al
Menggunakan p53, COX-2 dan telomerase untuk mengevaluasi karsinoma
sel skuamosa dan keratoakantoma.
SCC 100% positif telomerase
KA 95,8% positif telomerase, 33,3% positif COX-2 dan 58,3% positif p53
Vasiljevic et al.
Bcl-2 (84% di karsinoma sel skuamosa dan 15% di keratoakantoma kulit).
19. Kesimpulan
Ekspresi p53, COX-2 dan Ki-67 tidak berguna untuk
membedakan karsinoma sel skuamosa dari keratoakantoma
kulit.
Bcl-2, berkurang atau bahkan tidak ada pada lesi
keratoakantoma
20. Analisis yang hati-hati dari karakteristik histologi, seperti pada
penelitian imunohistokimia, dan follow-up klinis selama 6
tahun setelah perawatan merupakan hal yang sangat
dibutuhkan dan perlu dilakukan untuk membedakan
keratoakantoma lidah dan karsinoma sel skuamosa.
Kesimpulan