Review of Macro-Prudential Policies Used and Their Effectiveness
1. Macro-Prudential Policies to
Mitigate Financial System
Vulnerabilities
Stijn Claessens, Swati R. Ghosh, and Roxana Mihet
Fikri Akbar
Riswandha Wicaksana
Saut Togu Victory Pandiangan
3. ● Makalah ini menganalisis penggunaan kebijakan makroprudensial yang
bertujuan mengurangi kerentanan dalam sistem perbankan.
● Negara berkembang memiliki pengalaman yang jauh lebih besar dengan
kebijakan makroprudensial. Hal ini disebabkan karena negara berkembang
memiliki siklus bisnis dan keuangan yang lebih bergejolak (aliran modal
internasional yang bergejolak, guncangan harga komoditas dan risiko
lainnya, dan transmisi eksternal-internal yang relatif buruk.
4. 3 Pertanyaan untuk memudahkan dalam memandu penggunaan kebijakan
makroprudensial dalam makalah ini:
1. Apa kebijakan makroprudensial yang tersedia dan kebijakan apa yang
sebenarnya digunakan oleh negara?
2. Apa bukti sampai saat ini yang menunjukkan efektivitas kebijakan-kebijakan
yang berbeda ini?
3. Apa pengalaman khusus penerapan kebijakan yang kaitannya dengan
mengurangi kerentanan sistem perbankan?
5. ● Menyelidiki efek dari kebijakan terhadap perekonomian secara keseluruhan
dan pada level sektor finansial, seperti pertumbuhan harga kredit atau aset
dan terjadinya krisis keuangan; atau pada level subsektor, seperti kredit real
estate, rumah, dan aset lainnya.
● Akan tetapi, secara spesifik menganalisis peran dari kebijakan
makroprudensial dalam mengatasi penumpukan kerentanan pada
perbankan.
6. ● Bank digunakan dalam analisis karena bank sering menjadi penyebar utama
dari siklus bisnis dan keuangan. Bank cenderung mengelola pinjaman
mereka sehingga dapat mempertahankan aset dengan rasio konstan
terhadap modal.
● Ketika perekonomian sedang dalam keadaan “boom”, tingkat risiko menurun,
mengakibatkan bank cenderung memperluas pinjaman dan aset mereka.
Dengan demikian, hal itu berdampak pada percepatan siklus yang sedang
berlangsung.
● Namun, dalam prosesnya, neraca bank secara aggregat menjadi rentan
terhadap guncangan.
7. ● Kami menganalisis keefektifan berbagai kebijakan makro-prudensial
menggunakan sekitar 18.000 pengamatan pada sekitar 2.820 bank selama
periode 2000-2010, di mana sekitar 1.650 berada di 23 negara maju dan
1.170 di 25 pasar negara berkembang.
● Selain membedakan berdasarkan jenis kebijakan, penulis juga membedakan,
antara fase siklus keuangan suatu negara, yaitu apakah keseluruhan kredit
yang diberikan kepada sektor swasta mengalami kenaikan atau penurunan,
karena penulis mengharapkan kebijakan untuk beroperasi secara berbeda
bergantung pada fase
10. Review of Macro-Prudential Policies Used and Their
Effectiveness
Preferred Use of Macro-Prudential
Policies
11. ● Penggunaan kebijakan Makroprudensial yang digunakan akan bervariasi
tergantung pada eksposur negara tertentu terhadap guncangan dan risiko,
karakteristik pasar, institusional, dan keuangannya yang mempengaruhi
amplifikasi siklus sektor keuangan dan sektor riil serta efektivitas kebijakan.
● Langkah-langkah berbasis lembaga keuangan misalnya, mungkin menjadi
lebih penting ketika banyak pendanaan eksternal berasal dari sistem
keuangan yang diatur.
● Contoh: Bank milik negara
12. ● Penggunaan dan efektivitas kebijakan juga dapat bervariasi tergantung pada
ketersediaan dan efektivitas kebijakan fiskal, moneter, dan mikroprudensial.
● Contoh: Beberapa negara dapat menggunakan kebijakan moneter untuk
mempengaruhi siklus keuangan, tetapi untuk yang lain, seperti dalam serikat
mata uang dan memiliki nilai tukar yang dipatok, opsi ini tidak tersedia.
13. ● Penggunaan yang dipilih juga dapat bervariasi tergantung pada elemen lain
dari perangkat kebijakan yang lebih luas yang tersedia untuk mengurangi
risiko sistemik.
● Kendala lingkungan institusional (mis., Kurangnya data, pengetahuan dan
keterampilan di lembaga pengawas), ekonomi politik, dan faktor lain juga
dapat menyebabkan negara-negara untuk mengadopsi kebijakan
makroprudensial dengan cara tertentu.
● Masalah utama adalah bahwa sedikit yang diketahui tentang efektivitas
aktual dari berbagai kebijakan makroprudensial, yang berarti bahwa
penggunaan kebijakan dilakukan secara eksperimental.
14. Review of Macro-Prudential Policies Used and Their
Effectiveness
Actual Use of Macro-Prudential Policies
15. Berdasarkan survei yang dilakukan IMF terhadap 48 negara, terdapat sembilan
instrumen kebijakan makro-prudensial yang digunakan:
1. Loan-to-value ratio (LTV)
2. Debt-to-income ratio(DTI)
3. Credit Growth (CG)
4. Foreign Lending (FL)
5. Reserve Requirements (RR)
6. Dynamic Provisioning (DP)
7. Counter-cyclical requirements (CTC)
8. Profit Redistribution (PRD)
9. Other (Residual Category)
16. ● Ternyata kebijakan makroprudensial telah digunakan lebih banyak di negara-
negara closed capital accounts, yang mencerminkan sistem keuangan
negara yang umumnya kurang liberal ini.
● Rata-rata, kebijakan makroprudensial empat kali lebih mungkin untuk
digunakan oleh negara berkembang daripada oleh negara maju dalam
periode tepat sebelum krisis.
17.
18. Review of Macro-Prudential Policies Used and Their
Effectiveness
Effectiveness of Macro-Prudential Policies: Existing
Studies
19. ● Lim et al. (2011): Mengeksplorasi kebijakan makro-prudensial dari beberapa
kebijakan yang efektif dalam mengurangi prosiklikitas kredit dan leverage.
Mereka menemukan bahwa alat seperti LTV dan DTI, CG, RR, dan DP dapat
mengurangi prosiklikitas kredit.
● IMF (2012b): RR memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap
pertumbuhan kredit; LTV dan kebutuhan modal (non-RR) memiliki pengaruh
kuat pada tingkat apresiasi harga rumah; RR mengurangi aliran masuk
portofolio di negara berkembang dengan kurs mengambang; Pembatasan
LTV berdampak pada pertumbuhan output.
20. ● Crowe et al. (2011): Mengeksplorasi efek dari kebijakan seperti LTV pada
booming dan bust real estate. Menemukan bahwa kebijakan LTV maksimum
yang terkait dengan siklus real estate memiliki peluang terbaik untuk
menekan boom.
● Vandenbussche, Vogel, dan Detragiache (2012): Menyelidiki apakah
kebijakan makroprudensial memiliki dampak pada inflasi harga rumah di
negara-negara Eropa Tengah, Timur, dan Tenggara. Bukti mereka
menunjukkan bahwa langkah-langkah seperti RR dan ukuran likuiditas non-
standar (RR marginal pada pendanaan asing atau terkait dengan
pertumbuhan kredit) membantu memperlambat inflasi harga rumah.
22. Data
● Kumpulan data panel kebijakan makro prudensial dan menghubungkannya
dengan ukuran kerentanan sistem perbankan
● Data utama neraca bank → Bankscope database → 100 bank teratas
berdasarkan total aset
● Data laporan keuangan → data tahunan dan dalam bentuk kurs US$
● Data diperoleh dari hasil 18.000 pengamatan dari 2.820 bank di 48 negara
selama periode 2000 – 2010.
2.820 Bank
1.609 Bank (23 Negara Maju)
1.212 Bank (25 Negara Berkembang)
23.
24. ● Adanya variansi yang besar dalam pertumbuhan aset di setiap bank (-38% -
77%)
● Pertumbuhan aset rata-rata 13% per tahun
● Bervariasi dalam ukuran mulai dari sistem perbankan kecil dengan aset $10
juta sampai yang terbesar $3.9 triliun
● Rata-rata leverage 14%, dimana leverage rendah memiliki rasio utang
terhadap ekuitas sebesar 1, sedangkan leverage tinggi memili rasio 40
● Rasio rata-rata pinjaman untuk deposito 1,47 dan rasio pinjaman 6,36
25. ● Perbedaan antara kelompok negara maju dan pasar negara berkembang
menunjukkan tingkat pertumbuhan rata-rata aset yang lebih tinggi di pasar
negara berkembang daripada di negara maju
● Mencerminkan negara-negara maju mengalami lebih banyak kemunduran
selama periode 2000 – 2010.
26.
27. ● Membedakan tahun naik dan turun (boom dan bust) tergantung pada apakah
kredit riil secara keseluruhan di negara tertentu meningkat atau menurun
pada tahun 2000 - 2010.
● Boom dan bust bervariasi antar pasar negara berkembang dan maju.
Sebagai contoh fase ekspansif yang lebih kuat di negara berkembang
daripada negara maju dan fase kontraksional yang kurang kuat di negara
berkembang daripada negara maju.
● Perbedaan ini menunjukkan bahwa negara maju lebih banyak mengalami
penurunan kredit secara keseluruhan meskipun boom and bust cenderung
terjadi di negara berkembang
28. ● Dalam model regresi selain memasukkan country fixed effects juga
memasukkan kontrol negara yang bervariasi pada waktu dengan data
tahunan yang diperoleh dari statistik keuangan internasional IMF dan
sumber lainnya.
● Memasukkan tingkat pertumbuhan PDB riil ke proxy untuk keadaan siklus
bisnis negara
● Menyertakan perubahan suku bunga untuk mengendalikan kebijakan
moneter termasuk tingkat pengambilan risiko dan mengkontrol nilai tukar
negara dengan ukuran 0 untuk completely fixed hingga 6 untuk free-float
regime.
29.
30. ● 35 negara telah mengadopsi setidaknya satu alat kebijakan makroprudensial
dan 13 negara tidak mengadopsi satu pun selama tahun 2000 - 2010,
meskipun ada perbedaan antara negara-negara yang telah menggunakan
kebijakan makropudensial dan yang tidak menggunakan.
● Peningkatan rata-rata dalam leverage bank dan aset lebih besar bagi negara-
negara yang telah menggunakan kebijakan makroprudensial dibandingkan
yang tidak menggunakan.
31. Model Empiris
● Model empiris yang digunakan adalah regresi panel Generalized Method of
Moments (GMM)
● Dalam semua regresi disertakan fixed effect untuk setiap tahun dan
menggunakan individual country fixed effects
32. ● Pertama, mengeksplorasi kombinasi kebijakan makroprudensial dengan
menggunakan 4 klasifikasi (tabel 1 dan 2), yaitu:
1. Berdasarkan peminjaman (LTV dan DTI)
2. Berdasarkan lembaga keuangan berbasis aset (CG dan FC) dan liabilitas
(RR)
3. Berdasarkan lembaga keuangan berbasis buffer (DD, CTC, dan PDR)
4. Kategori lainnya
● Menyelidiki apakah efek dari kebijakan tertentu bervariasi berdasarkan
intensitas variabel risiko bank → Koefisien yang signifikan
akan menunjukkan bahwa kebijakan lebih efektif ketika siklus keuangan
lebih intens.
33. ● Menyelidiki apakah ada perbedaan antara efek kebijakan selama fase
keuangan ekspansif dan kontraktif.
○ Kebijakan makro prudensial ditujukan untuk mengurangi penumpukan kerentanan dan harus
efektif selama periode ekspansif dan juga dapat mengurangi penuruan dalam intermediasi
keuangan selama periode kontraksi.
● Caranya dengan melakukan regresi dengan memasukkan dummies yang
membedakan ekspansi dari kontraksi berdasarkan kredit agregat.
34. Hasil Regresi
● Variabel dependen dalam
regresi adalah pertumbuhan
total aset bank.
● Variabel independen adalah
instrumen kebijakan
makroprudensial yang
ditujukan kepada peminjam.
lembaga finansial dan
lainnya.
35. Kolom 1
● Koefisien dari lagged
dependent variable negatif
menunjukkan bahwa
terdapat natural mitigating
forces yang membuat aset
tidak berkurang atau
meningkat tanpa batas.
36. ● Ditinjau dari Lagged Real GDP → siklus bisnis berpengaruh secara positif
terhadap pertumbuhan aset.
● Kebijakan moneter (perubahan suku bunga) tidak memiliki dampak untuk
menahan resiko bank, tapi kebijakan ini berdampak positif dan signifikan
untuk pertumbuhan aset.
● hal ini sesuai dengan literatur-literatur sebelumnya dimana peningkatan suku
bunga digunakan untuk menghentikan credit booms.
37. ● Borrowers-based measures (LTV dan DTI) mengurangi pertumbuhan aset
dengan signifikan secara statistik, dengan kebijakan ini menurunkan
pertumbuhan aset sekitar 0,44 poin persentase.
● Banks balance sheet measures (controls on credit growth and foreign
currency lending, reserve requirements) juga mengurangi pertumbuhan aset,
sebesar 0,66 poin persentase.
● Langkah-langkah berorientasi buffer (persyaratan modal countercyclical,
provisioning dinamis, pembatasan distribusi keuntungan) tidak
mempengaruhi pertumbuhan aset dengan cara yang signifikan secara
statistik.
● Kelompok kebijakan lain juga memiliki efek negatif yang diharapkan, sekitar
0,67 poin persentase.
38. Kolom 3
● Regresi untuk melihat dampak kebijakan tersebut terhadap intensitas siklus
finansial : Tidak ada dampak signifikan dari 4 kebijakan terhadap siklus
finansial
39. Kolom 5
Selanjutnya melakukan regresi di mana kami memasukkan masing-masing
kebijakan makroprudensial satu per satu. Kami menemukan hasil yang konsisten
dengan hasil regresi berbasis grup. Dari borrowers-measure, LTV secara statistik
signifikan negatif, dengan efek 0,85 poin persentase. Dari kebijakan yang
ditujukan untuk aset dan liability bank, batas CG secara statistik signifikan,
dengan efek 0,70 poin persentase,
Tetapi yang lain negatif, tidak signifikan secara statistik, yaitu, mereka tidak
efektif dalam mengurangi siklus keuangan . Dan dari langkah-langkah yang
ditujukan untuk mengatasi buffer bank, hanya countercyclical capital requirement
(CTC) yang signifikan negatif.
40. Tabel 6
Mendukung hasil regresi di tabel 5
dimana kebijakan-kebijakan ini
membantu memitigasi
pertumbuhan asset terutama saat
terjadi boom. Hanya kebijakan
buffer-based saja yang tidak
memiliki efek yang signifikan
41. Tabel 6
Koefisien dari variabel kontrol
country dan bank menunjukkan
bahwa lag dependent variable
secara signifikan berdampak
negatif dan pertumbuhan GDP yang
lebih tinggi lebih diasosiasikan
pada pertumbuhan asset yang lebih
tinggi.
42. Kesimpulan
● Kebijakan Makroprudensial akan mengurangi kerentanan dan membantu
memitigasi dampak dari adverse cycles dengan mendorong pertumbuhan
buffer yang lebih baik.
● Terdapat perbedaan yang besar di setiap negara dalam menerapkan
kebijakan makroprudensial, dimana negara yang berkembang dan memiliki
closed capital accounts menggunakan kebijakan ini lebih besar porsinya
dibandingkan dengan negara maju dan open capital accounts
● Beberapa kebijakan lebih efektif untuk negara maju dan beberapa untuk
negara berkembang, borrower-based measures lebih baik di negara maju
43. ● Negara berkembang menjadi negara terdepan yang menggunakan kebijakan
makroprudensial karena pasar di negara ini lebih beresiko. Sehingga negara
berkembang membutuhkan seperangkat kebijakan moneter, fiskal,
mikroprudensial, makroprudensial dan capital flow management tools.
● Hasil regresi menunjukkan bahwa beberapa kebijakan makroprudensial lebih
efektif dalam mengurangi kerentanan dalam bank. Kebijakan ini bisa
dihindari dengan memberikan pembiayaan pada bagian-bagian yang kurang
teregulasi dalam sistem finansial.
44. ● Kebijakan makroprudensial bisa menjadi elemen penting dalam usaha
mitigasi resiko sistemik terutama pada negara yang terpapar dengan
international shocks. Tetapi, adopsi dari kebijakan ini akan berdampak
terhadap alokasi sumber daya, kegiatan ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan
akan membatasi pembangunan sektor finansial yang efisien
46. Emergence of Digital Currencies
Dua perbedaan mendasar dengan mata uang digital yang
beredar saat ini
1. Terdenominasi oleh mata uang yang berlaku seperti
dollar
2. Stored value dibentuk melalui sebuah transfer dari
pihak ketiga, seperti MasterCard atau Visa.
47. Game Online
•Platform penerbitan uang virtual à pendahulu Bitcoin & mata uang
digital lainnya.
•Some of these currency markets have become deep enough that
they have migrated to external platforms, where they trade on a
speculative basis against real-world currencies (Kim, 2015).
48.
49. Bitcoin
Diperkenalkan pada tahun 2009, menjadi mata uang digital
pertama yang sukses, karena digunakan di negara-negara di seluruh
dunia dan tidak terikat pada apa pun yang ditetapkan sistem
perbankan. Setiap orang yang memiliki jaringan internet dapat
bergabung.
Bitcoin bisa diperoleh dalam aliran perdagangan (dengan menukar
barang dan jasa untuk bitcoin) atau sebagai hadiah untuk
berpartisipasi dalam “mining", aktivitas yang digunakan pengguna
untuk memperbarui jaringan "Blockchain," atau arsip transaksi
bitcoin sebelumnya.
50. Central Bank and Competition from Digital Currencies
•Salah satu manfaat dari persaingan antara berbagai mata
uang yang berbeda adalah stabilitas yang dihasilkan oleh
fleksibilitas pihak kontraktor untuk memilih mata uang
yang akan digunakan.
•Merugikan sebuah negara dengan mata uang yang tidak
stabil.
contoh : Argentina
51. Ekuador
•Melarang penggunaan Bitcoin (2014).
•Sistema de Dinero Electronico suatu sistem yang dapat memberi
individu akses ke akun kredit seluler dalam mata uang yang
disetujui oleh bank sentral.
52. Should Central bank issue their own digital currencies?
● Usulan agar The Fed mengusulkan Fedcoin (Koning, 2014)
● Implikasi:
1. Sirkulasi uang digital bersamaan dengan uang tradisional
2. Masyarakat membuka akun di bank sentral
3. Konversi mata uang digital dan mata uang konvensional
4. Penerapan interest rate pada deposit
53. Should Central bank issue their own digital currencies? (cont.)
● Mampu menurunkan suku bunga di
bawah 0 persen untuk mengatasi
krisis/resesi
● Bank sentral memiliki kontrol lebih
54. Dampak negatif:
● Bank konvensional kehilangan
sumber pendanaan
● Kompetisi antara bank sentral
dan bank konvensional
Should Central bank issue their own digital currencies? (cont.)
55. Central bank operations using blockchain
● Bank sentral dan institusi keuangan lain sebaiknya memanfaatkan
blockchain untuk payment dan clearing
● Rata-rata biaya transfer uang internasional 7,37 persen pada 2015 (World
Bank, 2015)
56. Conclusion
● Uang digital membawa peluang dan tantangan
● Disrupsi keuangan menyebabkan bank sentral dan pemerintah
memilih: melarang, mentolerir, atau memanfaatkan inovasi
Editor's Notes
Hasil Statistik untuk variabel Pertumbuhan PDB riil dan perubahan tingkat suku bunga, disajikan pada tabel 4A. Dimana Pertumbuhan PDB riil di negara berkembang sebesar 4,79% lebih besar dibandingkan negara maju yang sebesar 1,79%. Sedangkan Dalam hal kebiijakan tingkat suku bunga pasar negara berkembang memiliki tingkat yang lebih tinggi daripada negara maju selama periode 2000-2010
Model gmm dapat mengoreksi bias pada masalah endogenitas dan memenuhi hipotesis ortogonalitas antara lag variabel endogen.
Dalam semua regresi disertakan fixed effect untuk setiap tahun untuk mengontrol time varying effects (seperti dalam kondisi ekonomi dan keuangan global) . Lalu juga menggunakan individual country fixed effects untuk mengendalikan setiap situasi time invariant pada suatu negara
Poin 1 = penulis mengelompokkan cara ini karena mungkin ada interaksi dalam grup
Poin 2 = Interaksi antara kebijakan khusus dan lag variabel risiko pada masing masing bank.