SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
MEMAHAMI “PRODUK HUKUM DAERAH”
TENTANG MASYARAKAT ADAT SEBAGAI
MEDIUM RESOLUSI KONFLIK DALAM
KAWASAN HUTAN
Muki T. Wicaksono
(Tim Peneliti Epistema Institute dalam Riset Expanding Recognition of Customary Forests)
Kabupaten Lebak, 24 Agustus 2016
Belajar dan Berbagi untuk
Keadilan Eko-Sosial
KUTIPAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 35/
PUU-X/2012
“Pasal 18B Ayat 2 dan Pasal 28I Ayat 3 UUD 1945
Merupakan Pengakuan dan Perlindungan atas
Keberadaan Hutan Adat dalam kesatuan dengan
wilayah hak ulayat suatu masyarakat hukum adat. Hal
demikian merupakan konsekuensi pengakuan terhadap
hukum adat sebagai “living law” yang sudah
berlangsung sejak lama, dan diteruskan sampai sekarang
. Oleh karena itu, menempatkan hutan adat sebagai
bagian dari hutan negara merupakan pengabaian
terhadap hak-hak masyarakat hukum adat.”
Apa yang dimaksud dengan “Produk
Hukum Daerah” ?
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80
Tahun 2015 Tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah
“Produk Hukum Daerah adalah produk hukum
berbentuk peraturan meliputi Perda atau
nama lainnya, Perkada, PB KDH, Peraturan
DPRD dan berbentuk keputusan meliputi
Keputusan Kepala Daerah, Keputusan DPRD,
Keputusan Pimpinan DPRD, dan Keputusan
Badan Kehormatan DPRD.”
Bagaimana letak “produk hukum daerah”
dalam meneruskan mandat Putusan MK 35?
Undang-Undang No. 41 tahun 1999
tentang Kehutanan
PERATURAN DAERAH
Inisiatif Daerah untuk “Menetapkan Hutan Adat”
Sebelum Putusan MK 35: Kasus Kab. Kerinci
Hutan Adat di Kabupaten Kerinci
•Luas Kab. Kerinci: 420.000 ha
•51,19% atau 215.000 ha
adalah kawasan Taman
Nasional Kerinci Seblat (15,5%
dari total luas TNKS : 1.389.549
ha; Arizona, 2014)
•HP3M /KPHP Model 33.309 ha
(941 hektar sisanya masuk ke
dalam kawasan Kota Sungai
Penuh) / 374 ha di antaranya
merupakan kawasan Hutan
Adat (RPJP KPHP Model, 2014)
•Kawasan Hutan Adat >
2.398,14 ha
Kebijakan apa yang tersedia pasca
Putusan MK 35?
Kemendagri
Keputusan
Kepala
Daerah
UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa
1. MHA dijadikan Desa Adat  bentuk
pemerintahan otonom terendah
2. Kriteria MHA fakultatif dan berinti pada
penguasaan wilayah
3. Mekanisme penetapan desa adat
berliku
Permendagri 52/2014 tentang Pedoman
Pengakuan dan Perlindungan MHA
1. Mengatur mekanisme pengakuan
(identifikasi, verifikasi-validasi dan
penetapan); berupa kepanitiaan yang
ada di tingkat Kabupaten/Kota
Keputusan
bersama
kepala
daerah
Perda
Sumber: Mumu Muhajir, 2014
Kebijakan apa yang tersedia? (2)
Permen LHK No. 32/Menlhk-Setjen/2015
Pasal 6 Ayat 1: Menggunakan
Frasa “Produk Hukum
Daerah”
Memberikan kejelasan
administrasi proses
penetapan hutan adat
sebagai “kawasan hutan”
oleh KLHK
Pemda adalah kunci!
PEMDA
KABUPATEN
Keputusan
Kepala
Daerah
Keputusan
bersama
kepala
daerah
Perda
Semua
berpangkal
Successfull Story: Perda Kab. Bulukumba 2016 tentang
Pengakuan, Perlindungan, dan Pemberdayaan MHA
Ammatoa Kajang
Hutan Produksi
Terbatas
Hutan Adat:
Fungsi Lindung
Bagaimana dengan
Kabupaten Lebak?
Meliputi wilayah kasepuhan+incu putu dan
wilayah jelajah
522
Kasepuhan
108 Desa,
314 Kp.
Babak demi babak……
Proses Pengorganisasian
Masyarakat melalui
Pendidikan Kritis sebagai
“amunisi” perjuangan Masy
Proses Pembuktian sebagai
MA (acuan Permenag No.
5/1999) -- Uji coba di
Kasepuhan Citorek dan
Cibedug
Hasil Kajian (akademis)
didukung oleh LIPI dan
diperkuat oleh mediator dari
akademisi (IPB)
• Kasepuhan Citorek dan
Cibedug mengajukan surat
resmi tentang harapan
perlindungan dan pengakuan
MA
• DPRD Lebak memberikan
dukungan perlindungan
terhadap Kasepuhan --- masuk
di dalam Arah Kebijakan Umum
2006
• Dukungan kuat dari SABAKI
tercermin melalui program
kerja yang dibahas di dalam
Riungan Kasepuhan Banten
Kidul IX
• Kunjungan Bupati Jayabaya
pada Riungan Kasepuhan
Banten Kidul IX di Citorek “Janji
Politik Bupati menerbitkan SK
Bupati Pengakuan Kasepuhan
Banten Kidul” --- Momentum
menjelang PILKADA Lebak
Pembahasan draft SK Bupati
Lebak Citorek dan Cibedug di
Pemerintah Kabupaten Lebak
--- tidak ada keberanian
Pemda memasukan data
wilayah adat yang sudah
dipetakan, mengingat
keberadaan Kasepuhan
Citorek dan Cibedug berada
di Kawasan Hutan Konservasi
Representatif Kasepuhan di
Badan Legislatif hanya 1
orang
Sejak
2001
2006-
2007
2008-
2009
Sumber: Ramdhaniaty, 2014
2010
Lahir SK Bupati Lebak No.
430/Kep.318/Disporabudpar/
2010 tentang Pengakuan
Keberadaan Masyarakat
Adat Cisitu Kesatuan
Sesepuh Adat Cisitu Banten
Kidul di Kabupaten Lebak --
- didorong secara langsung
oleh Kasepuhan Cisitu
• Konsolidasi SABAKI pada bulan Maret
2013 yang menghasilkan dorongan
kepada Bupati Lebak untuk segera
menyusun SK Bupati perlindungan
Kasepuhan di Kab. Lebak
• Lahir SK Bupati Lebak No.
430/Kep.298/Disdikbud/2013 tentang
Pengakuan Keberadaan Masyarakat
Adat di Wilayah Kesatuan Adat
Banten Kidul di Kabupaten Lebak 
Disahkan 22 Agustus 2013 menjelang
masa jabatan Bupati M. Jayabaya
selesai
2013
Digunakan sebagai
salah satu pemohon
dalam JR UU 41/1999
Lahir Putusan MK
35/PUU-X/2012
pada bulan Mei
2013
Sumber: Ramdhaniaty, 2014
• Mengakui 17 Kaolotan
dan lembaga adatnya
• Belum mengatur secara
detail mengenai hak
masyarakat kasepuhan
dan tanggungjawab
pemerintah daerah
melakukan
pemberdayaan
• Belum mengatur secara
detail mengenai wilayah
adat
• Diperlukan Perda yang
mengatur Masyarakat
Kasepuhan
Rekomendasi ke arah NA dan Ranperda Pengakuan,
Perlindungan, dan Pemberdayaan MHA Kasepuhan
• Suatu kesepahaman
bersama di dalam
masyarakat
• Persetujuan masyarakat
mengenai pilihan dan
konsekuensinya
• Data sosial, sejarah dan
wilayah masyarakat
• Kelembagaan adat yang
semakin tangguh dalam
mengurus masyarakat
adat
• Diskusi-diskusi kampung
• Pembentukan tim
melalui SK Bupati untuk
menyiapkan Naskah
Akademik Ranperda
• Pemetaan wilayah
diintegrasikan dalam
proses penyusunan
naskah akademik
• Koordinasi dan
melibatkan instansi
terkait lainnya (TNGHS,
Dinas Kehutanan,
BPLH, Kantor
Pertanahan dll)
Manfaat Perda Masyarakat
Kasepuhan
• Menjadi dasar untuk penyelesaian
konflik kawasan
• Memperjelas wilayah masyarakat
Kasepuhan
• Meningkatkan kesejahteraan
warga Kasepuhan
• Memberdayakan lembaga adat
dan tradisi masyarakat Kasepuhan
Tentang Perda Kab. Lebak No. 8/
Tahun 2015 tentang Kasepuhan
Implikasi Peraturan Daerah Kab. Lebak
No. 8/2015 tentang Kasepuhan (2)
Pengakuan luas wilayah adat (Wewengkon) Kasepuhan
116.789 ha (1/3 luas Kab. Lebak 304.472 ha)
•Pengakuan 522 Kasepuhan
Pengakuan Lembaga dan Hukum Adat Kasepuhan “Tatali
Paranti Karuhun”
•Pengakuan Lembaga Adat dari Sesepuh yang kemudian disebut
“Masyarakat Kasepuhan”
Forum Komunikasi Masyarakat Kasepuhan
•Pasal 21 : Majelis Permusyawaratan Masyarakat Kasepuhan
Jaminan Pemberdayaan untuk Masyarakat Kasepuhan:
1. Wilayah Kasepuhan sebagai kawasan “perdesaan” dan masuk dalam
RTRWK Lebak
2. Pembentukan SKPD terkait Wilayah Adat
3. Anggaran APBD -> Untuk Pembangunan Masyarakat Kasepuhan
Pengakuan wilayah kelola masyarakat:
Lampiran Perda Kasepuhan
Apakah kepastian hukum melalui perda serta
merta diakui di tingkat tapak?
• Resistensi terhadap pembentukan
peraturan desa terkait
pengambilan manfaat hasil hutan
• Masalah Open Access – ketiadaan
aturan main antarpihak yang jelas
melahirkan relasi elite chapter di
tingkat desa dengan pengelola
kawasan TNGHS.
Apakah kepastian hukum melalui perda serta
merta diakui di tingkat tapak? (2)
• Belum terbentuknya SKPD di tingkat
Kabupaten Daerah yang
bertanggungjawab menangani
persoalan MHA seperti dalam amanat
Perda Kab. Lebak No. 8/2015?
Kondisi terkini: SK Menlhk No. 327/2016
tentang Pengurangan Kawasan TNGHS
Pengurangan Luas Kawasan
TNGHS (2)
Di mana letak wilayah Kasepuhan dalam
TNGHS?
No Nama Kasepuhan Luas wilayah 8
Kasepuhan (ha)
Luas Wilayah
Kasepuhan yang
masuk TNGHS
Pengurangan
Luas TNGHS
(SK.Menlhk
327/2016)
1 Karang 1.081,28 585,6 TNGHS: 87.699 ha
2 Cirompang 639 352,3 Kawasan HL:
3.738 ha
3 Citorek 7.422,4 7.422,4 H.Produksi
Terbatas: 9.477 ha
4 Cibedug 2.137,2 2.137,2 H. Produksi Tetap:
4.158 ha
5 Cisitu 7.266,5 6.878,2 Enclave:
7.847 ha
6 Pasir Eurih 1.145,6 652
7 Sindang Agung 160,3 124,5
8 Cibarani 1.207 0
Jumlah luas 21.059,2* ha 18.152,2 ha
Sumber: Pemetaan Partisipatif RMI, JKPP, AMAN;
dalam Ramadhaniaty dan Vitasari, 2015
Pertanyaan diskusi:
Di mana posisi Masyarakat
Kasepuhan dalam perubahan luas
Kawasan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak tersebut?
Rekomendasi
• Sejumlah kawasan hutan adat telah dilakukan pemetaan partisipatif dan
mendapatkan kepastian hukum lewat penetapan wilayah adat kasepuhan
dalam Perda Kab. Lebak. No. 8/2015.
• Keberadaan peta tersebut seharusnya dapat dibahas bersama TNGHS dan
Pemda Kab. Lebak dalam merancang tata kelola kawasan hutan, dan
mengarah ke penetapan hutan adat lewat SK Menlhk.
• Beberapa kasus di Bulukumba dan Kerinci, memperlihatkan dengan
penetapan hutan adat dan penguatan kelembagaan pengelola hutan adat
dapat menjadi medium resolusi konflik tenurial di kawasan kehutanan antara
masyarakat adat dengan pihak lainnya.
• Belajar dari kasus Hutan Adat di Kerinci, mungkin saja masyarakat Kasepuhan
dapat membuat MoU bersama dengan pihak kedua (misal. TNGHS) untuk
memperjelas pembagian peran dalam pengelolaan kawasan hutan.
Kolaborasi antarpihak perlu dilakukan.
• Perda Kab. Lebak No. 8/2015 hanyalah menjadi titik awal untuk meretas
sengkarut konflik di kawasan hutan. Perlu diperjelas sistem administrasi
pertanahan yang memberikan kepastian hukum, dan sosial-ekonomi bagi
setiap pihak.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
“PENGAKUAN BUKAN HANYA DIUCAPKAN MELALUI PERUNDANG-UNDANGAN, TAPI
PERLU DINYATAKAN DALAM TINDAKAN. MASYARAKAT ADAT SAJA MENGAKUI
KEBERADAAN NEGARA DENGAN MENGIBARKAN BENDERA RI SAAT 17 AGUSTUS 2016 DI
ATAS TANAH (HUTAN) NEGARA. TAPI, KENAPA NEGARA MASIH BELUM DAPAT
MENGAKUI KAMI?” – SEREN TAUN AGUSTUS 2016
Sekian dan terima kasih

More Related Content

What's hot

Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Jhon Blora
 
Final Review misi ADB TA. 2018
Final Review misi ADB TA. 2018Final Review misi ADB TA. 2018
Final Review misi ADB TA. 2018Bagus ardian
 
Laporan Penyelenggaraan Hari Habitat Dunia Tahun 2010
Laporan Penyelenggaraan Hari Habitat Dunia Tahun 2010Laporan Penyelenggaraan Hari Habitat Dunia Tahun 2010
Laporan Penyelenggaraan Hari Habitat Dunia Tahun 2010Oswar Mungkasa
 
Praktek Baik Program NUSP-2
Praktek Baik Program NUSP-2Praktek Baik Program NUSP-2
Praktek Baik Program NUSP-2Bagus ardian
 
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...Riza Magfirah
 
best practices scbfwm 2014 regional lampung
best practices scbfwm 2014 regional lampungbest practices scbfwm 2014 regional lampung
best practices scbfwm 2014 regional lampungMohd. Yunus
 
Integrasi Strategi Pembangunan Kota Pekalongan (Menuju Kota Mina Batik)
Integrasi Strategi Pembangunan Kota Pekalongan (Menuju Kota Mina Batik)Integrasi Strategi Pembangunan Kota Pekalongan (Menuju Kota Mina Batik)
Integrasi Strategi Pembangunan Kota Pekalongan (Menuju Kota Mina Batik)Oswar Mungkasa
 
Presentasi kampung iklim kota pekalongan
Presentasi kampung iklim kota pekalonganPresentasi kampung iklim kota pekalongan
Presentasi kampung iklim kota pekalongansitinuraianinh
 
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...01112015
 
Profil NSD Handil Berkat Makmur Kabupaten Kapuas
Profil NSD Handil Berkat Makmur Kabupaten Kapuas Profil NSD Handil Berkat Makmur Kabupaten Kapuas
Profil NSD Handil Berkat Makmur Kabupaten Kapuas Bagus ardian
 
Pengentasan kemiskinan bantuan langsung
Pengentasan kemiskinan bantuan langsungPengentasan kemiskinan bantuan langsung
Pengentasan kemiskinan bantuan langsungHadi Purwanto
 
Tantangan pengembangan jaminan kesehatan di tingkat desa
Tantangan pengembangan jaminan kesehatan di tingkat desaTantangan pengembangan jaminan kesehatan di tingkat desa
Tantangan pengembangan jaminan kesehatan di tingkat desaSutopo Patriajati
 
UPAYA MERUBAH WAJAH PERMUKIMAN DAN PEMANFAATAN RUANG PUBLIK UNTUK KEGIATAN LU...
UPAYA MERUBAH WAJAH PERMUKIMAN DAN PEMANFAATAN RUANG PUBLIK UNTUK KEGIATAN LU...UPAYA MERUBAH WAJAH PERMUKIMAN DAN PEMANFAATAN RUANG PUBLIK UNTUK KEGIATAN LU...
UPAYA MERUBAH WAJAH PERMUKIMAN DAN PEMANFAATAN RUANG PUBLIK UNTUK KEGIATAN LU...Bagus ardian
 
Sosialisasi dan promosi teknologi tepat guna
Sosialisasi dan promosi teknologi tepat gunaSosialisasi dan promosi teknologi tepat guna
Sosialisasi dan promosi teknologi tepat gunaArman Kr
 
EDISI FEBRUAI II 2014
EDISI FEBRUAI II 2014EDISI FEBRUAI II 2014
EDISI FEBRUAI II 2014faktagarut
 
Program kreativitas mahasiswa bag awal
Program kreativitas mahasiswa bag awalProgram kreativitas mahasiswa bag awal
Program kreativitas mahasiswa bag awalRio Irwansyah
 
Analisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatan
Analisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatanAnalisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatan
Analisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatanYossy Suparyo
 
Lumbung pangan masyarakat (yuti)
Lumbung pangan masyarakat (yuti)Lumbung pangan masyarakat (yuti)
Lumbung pangan masyarakat (yuti)Syahyuti Si-Buyuang
 
HBL, 2, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Alternatif Resolusi Sengketa atau ...
HBL, 2, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Alternatif Resolusi Sengketa atau  ...HBL, 2, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Alternatif Resolusi Sengketa atau  ...
HBL, 2, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Alternatif Resolusi Sengketa atau ...intandwik_
 

What's hot (20)

Cappa hd
Cappa hdCappa hd
Cappa hd
 
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
 
Final Review misi ADB TA. 2018
Final Review misi ADB TA. 2018Final Review misi ADB TA. 2018
Final Review misi ADB TA. 2018
 
Laporan Penyelenggaraan Hari Habitat Dunia Tahun 2010
Laporan Penyelenggaraan Hari Habitat Dunia Tahun 2010Laporan Penyelenggaraan Hari Habitat Dunia Tahun 2010
Laporan Penyelenggaraan Hari Habitat Dunia Tahun 2010
 
Praktek Baik Program NUSP-2
Praktek Baik Program NUSP-2Praktek Baik Program NUSP-2
Praktek Baik Program NUSP-2
 
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM DESA WISATA DI DAERAH ...
 
best practices scbfwm 2014 regional lampung
best practices scbfwm 2014 regional lampungbest practices scbfwm 2014 regional lampung
best practices scbfwm 2014 regional lampung
 
Integrasi Strategi Pembangunan Kota Pekalongan (Menuju Kota Mina Batik)
Integrasi Strategi Pembangunan Kota Pekalongan (Menuju Kota Mina Batik)Integrasi Strategi Pembangunan Kota Pekalongan (Menuju Kota Mina Batik)
Integrasi Strategi Pembangunan Kota Pekalongan (Menuju Kota Mina Batik)
 
Presentasi kampung iklim kota pekalongan
Presentasi kampung iklim kota pekalonganPresentasi kampung iklim kota pekalongan
Presentasi kampung iklim kota pekalongan
 
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
 
Profil NSD Handil Berkat Makmur Kabupaten Kapuas
Profil NSD Handil Berkat Makmur Kabupaten Kapuas Profil NSD Handil Berkat Makmur Kabupaten Kapuas
Profil NSD Handil Berkat Makmur Kabupaten Kapuas
 
Pengentasan kemiskinan bantuan langsung
Pengentasan kemiskinan bantuan langsungPengentasan kemiskinan bantuan langsung
Pengentasan kemiskinan bantuan langsung
 
Tantangan pengembangan jaminan kesehatan di tingkat desa
Tantangan pengembangan jaminan kesehatan di tingkat desaTantangan pengembangan jaminan kesehatan di tingkat desa
Tantangan pengembangan jaminan kesehatan di tingkat desa
 
UPAYA MERUBAH WAJAH PERMUKIMAN DAN PEMANFAATAN RUANG PUBLIK UNTUK KEGIATAN LU...
UPAYA MERUBAH WAJAH PERMUKIMAN DAN PEMANFAATAN RUANG PUBLIK UNTUK KEGIATAN LU...UPAYA MERUBAH WAJAH PERMUKIMAN DAN PEMANFAATAN RUANG PUBLIK UNTUK KEGIATAN LU...
UPAYA MERUBAH WAJAH PERMUKIMAN DAN PEMANFAATAN RUANG PUBLIK UNTUK KEGIATAN LU...
 
Sosialisasi dan promosi teknologi tepat guna
Sosialisasi dan promosi teknologi tepat gunaSosialisasi dan promosi teknologi tepat guna
Sosialisasi dan promosi teknologi tepat guna
 
EDISI FEBRUAI II 2014
EDISI FEBRUAI II 2014EDISI FEBRUAI II 2014
EDISI FEBRUAI II 2014
 
Program kreativitas mahasiswa bag awal
Program kreativitas mahasiswa bag awalProgram kreativitas mahasiswa bag awal
Program kreativitas mahasiswa bag awal
 
Analisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatan
Analisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatanAnalisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatan
Analisis kebijakan mendorong hutan desa dan hutan kemasyarakatan
 
Lumbung pangan masyarakat (yuti)
Lumbung pangan masyarakat (yuti)Lumbung pangan masyarakat (yuti)
Lumbung pangan masyarakat (yuti)
 
HBL, 2, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Alternatif Resolusi Sengketa atau ...
HBL, 2, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Alternatif Resolusi Sengketa atau  ...HBL, 2, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Alternatif Resolusi Sengketa atau  ...
HBL, 2, Intan Dwi Kumalagusti, Hapzi ali, Alternatif Resolusi Sengketa atau ...
 

Similar to MEMAHAMI HUTAN ADAT

Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013Helmi .
 
Implikasi Kebijakan Kehutanan
Implikasi Kebijakan KehutananImplikasi Kebijakan Kehutanan
Implikasi Kebijakan KehutananCIFOR-ICRAF
 
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdfPT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdfSubditSumberdayaPend
 
2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat
2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat
2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adatMuhammad Taufik Abda
 
2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat
2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat
2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adatMuhammad Taufik Abda
 
sosialisasi-permen-lhk-no-9-tahun-2021-tentang-pengelolaan-perhutanan-sosial_...
sosialisasi-permen-lhk-no-9-tahun-2021-tentang-pengelolaan-perhutanan-sosial_...sosialisasi-permen-lhk-no-9-tahun-2021-tentang-pengelolaan-perhutanan-sosial_...
sosialisasi-permen-lhk-no-9-tahun-2021-tentang-pengelolaan-perhutanan-sosial_...ZfHartawan
 
Membangun desa lestari, konsep program david ardhian
Membangun desa lestari, konsep program   david ardhianMembangun desa lestari, konsep program   david ardhian
Membangun desa lestari, konsep program david ardhiankeuangandesa
 
Ekspose di lingkup ditjen phka, jakarta 2008
Ekspose di lingkup ditjen phka, jakarta 2008Ekspose di lingkup ditjen phka, jakarta 2008
Ekspose di lingkup ditjen phka, jakarta 2008Helmi .
 
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialPanduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialRyadhi EthniCitizen
 
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...CIFOR-ICRAF
 
Implikasi mk 35 di kaltim
Implikasi mk 35 di kaltimImplikasi mk 35 di kaltim
Implikasi mk 35 di kaltimabasalman
 
Peraturan Menteri LHK Tentang Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...
Peraturan Menteri LHK Tentang  Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...Peraturan Menteri LHK Tentang  Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...
Peraturan Menteri LHK Tentang Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
20190410111348-program-dlh-kabupaten-bandung.pdf
20190410111348-program-dlh-kabupaten-bandung.pdf20190410111348-program-dlh-kabupaten-bandung.pdf
20190410111348-program-dlh-kabupaten-bandung.pdfoheokhr73
 
Desain Penelitian di Indonesia: Gambaran Potensi Lokasi
Desain Penelitian di Indonesia: Gambaran Potensi LokasiDesain Penelitian di Indonesia: Gambaran Potensi Lokasi
Desain Penelitian di Indonesia: Gambaran Potensi LokasiCIFOR-ICRAF
 

Similar to MEMAHAMI HUTAN ADAT (20)

Presentasi Artikulasi Identitas Keadatan
Presentasi Artikulasi Identitas KeadatanPresentasi Artikulasi Identitas Keadatan
Presentasi Artikulasi Identitas Keadatan
 
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
Peran Masyarakat Adat, KKBHL, Jkt 20-23 Okt 2013
 
Tor panel 2 pengakuan dan perlindungan masyarakat adat
Tor panel 2 pengakuan dan perlindungan masyarakat adatTor panel 2 pengakuan dan perlindungan masyarakat adat
Tor panel 2 pengakuan dan perlindungan masyarakat adat
 
Hutan adat kab.kerinci 2015
Hutan adat kab.kerinci 2015Hutan adat kab.kerinci 2015
Hutan adat kab.kerinci 2015
 
Hutan Adat Kab.Kerinci_2015
Hutan Adat Kab.Kerinci_2015Hutan Adat Kab.Kerinci_2015
Hutan Adat Kab.Kerinci_2015
 
Materi .pptx
Materi .pptxMateri .pptx
Materi .pptx
 
Implikasi Kebijakan Kehutanan
Implikasi Kebijakan KehutananImplikasi Kebijakan Kehutanan
Implikasi Kebijakan Kehutanan
 
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdfPT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem  di Jambi.pdf
PT. REKI_Tantangan dan Peluang Restorasi Ekosistem di Jambi.pdf
 
2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat
2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat
2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat
 
2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat
2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat
2015.04.02 kilas balik dan tindak lanjut pemulihan adat
 
sosialisasi-permen-lhk-no-9-tahun-2021-tentang-pengelolaan-perhutanan-sosial_...
sosialisasi-permen-lhk-no-9-tahun-2021-tentang-pengelolaan-perhutanan-sosial_...sosialisasi-permen-lhk-no-9-tahun-2021-tentang-pengelolaan-perhutanan-sosial_...
sosialisasi-permen-lhk-no-9-tahun-2021-tentang-pengelolaan-perhutanan-sosial_...
 
Membangun desa lestari, konsep program david ardhian
Membangun desa lestari, konsep program   david ardhianMembangun desa lestari, konsep program   david ardhian
Membangun desa lestari, konsep program david ardhian
 
Ekspose di lingkup ditjen phka, jakarta 2008
Ekspose di lingkup ditjen phka, jakarta 2008Ekspose di lingkup ditjen phka, jakarta 2008
Ekspose di lingkup ditjen phka, jakarta 2008
 
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialPanduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
 
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialPanduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
 
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan ber...
 
Implikasi mk 35 di kaltim
Implikasi mk 35 di kaltimImplikasi mk 35 di kaltim
Implikasi mk 35 di kaltim
 
Peraturan Menteri LHK Tentang Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...
Peraturan Menteri LHK Tentang  Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...Peraturan Menteri LHK Tentang  Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...
Peraturan Menteri LHK Tentang Pengakuan dan Perlindungan Kearifan Lokal dala...
 
20190410111348-program-dlh-kabupaten-bandung.pdf
20190410111348-program-dlh-kabupaten-bandung.pdf20190410111348-program-dlh-kabupaten-bandung.pdf
20190410111348-program-dlh-kabupaten-bandung.pdf
 
Desain Penelitian di Indonesia: Gambaran Potensi Lokasi
Desain Penelitian di Indonesia: Gambaran Potensi LokasiDesain Penelitian di Indonesia: Gambaran Potensi Lokasi
Desain Penelitian di Indonesia: Gambaran Potensi Lokasi
 

More from Muki Trenggono Wicaksono

Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...Muki Trenggono Wicaksono
 
Climate Change: Its danger for our production and why it escapes our prediction
Climate Change: Its danger for our production and why it escapes our predictionClimate Change: Its danger for our production and why it escapes our prediction
Climate Change: Its danger for our production and why it escapes our predictionMuki Trenggono Wicaksono
 
Tobacco Policy in Indonesia after FCTC_Center for Anthropological Studies Res...
Tobacco Policy in Indonesia after FCTC_Center for Anthropological Studies Res...Tobacco Policy in Indonesia after FCTC_Center for Anthropological Studies Res...
Tobacco Policy in Indonesia after FCTC_Center for Anthropological Studies Res...Muki Trenggono Wicaksono
 
Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...
Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...
Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...Muki Trenggono Wicaksono
 
Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...
Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...
Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...Muki Trenggono Wicaksono
 
Acciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_Regionalism
Acciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_RegionalismAcciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_Regionalism
Acciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_RegionalismMuki Trenggono Wicaksono
 
Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...
Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...
Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...Muki Trenggono Wicaksono
 

More from Muki Trenggono Wicaksono (8)

Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
Memahami produk hukum daerah sebagai medium resolusi konflik di kawasan kehut...
 
Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015
Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015
Pemetaan sosial eyas-2 desember 2015
 
Climate Change: Its danger for our production and why it escapes our prediction
Climate Change: Its danger for our production and why it escapes our predictionClimate Change: Its danger for our production and why it escapes our prediction
Climate Change: Its danger for our production and why it escapes our prediction
 
Tobacco Policy in Indonesia after FCTC_Center for Anthropological Studies Res...
Tobacco Policy in Indonesia after FCTC_Center for Anthropological Studies Res...Tobacco Policy in Indonesia after FCTC_Center for Anthropological Studies Res...
Tobacco Policy in Indonesia after FCTC_Center for Anthropological Studies Res...
 
Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...
Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...
Diskusi tembakau antrop 2014_Pertembakauan_Syamsul Hadi_Seminar Week Anthropo...
 
Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...
Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...
Serumpunism_Regionalism_Dave Lumenta_Seminar Week Anthropology FISIP UI_10 Se...
 
Acciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_Regionalism
Acciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_RegionalismAcciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_Regionalism
Acciaioli et al asaa 2014 paper v5 jc_Regionalism
 
Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...
Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...
Seminar Week_Center for Anthropological Studies_Book Launch_Negara vs Santet_...
 

MEMAHAMI HUTAN ADAT

  • 1. MEMAHAMI “PRODUK HUKUM DAERAH” TENTANG MASYARAKAT ADAT SEBAGAI MEDIUM RESOLUSI KONFLIK DALAM KAWASAN HUTAN Muki T. Wicaksono (Tim Peneliti Epistema Institute dalam Riset Expanding Recognition of Customary Forests) Kabupaten Lebak, 24 Agustus 2016 Belajar dan Berbagi untuk Keadilan Eko-Sosial
  • 2. KUTIPAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 35/ PUU-X/2012 “Pasal 18B Ayat 2 dan Pasal 28I Ayat 3 UUD 1945 Merupakan Pengakuan dan Perlindungan atas Keberadaan Hutan Adat dalam kesatuan dengan wilayah hak ulayat suatu masyarakat hukum adat. Hal demikian merupakan konsekuensi pengakuan terhadap hukum adat sebagai “living law” yang sudah berlangsung sejak lama, dan diteruskan sampai sekarang . Oleh karena itu, menempatkan hutan adat sebagai bagian dari hutan negara merupakan pengabaian terhadap hak-hak masyarakat hukum adat.”
  • 3. Apa yang dimaksud dengan “Produk Hukum Daerah” ? • Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah “Produk Hukum Daerah adalah produk hukum berbentuk peraturan meliputi Perda atau nama lainnya, Perkada, PB KDH, Peraturan DPRD dan berbentuk keputusan meliputi Keputusan Kepala Daerah, Keputusan DPRD, Keputusan Pimpinan DPRD, dan Keputusan Badan Kehormatan DPRD.”
  • 4. Bagaimana letak “produk hukum daerah” dalam meneruskan mandat Putusan MK 35? Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan PERATURAN DAERAH
  • 5. Inisiatif Daerah untuk “Menetapkan Hutan Adat” Sebelum Putusan MK 35: Kasus Kab. Kerinci
  • 6. Hutan Adat di Kabupaten Kerinci •Luas Kab. Kerinci: 420.000 ha •51,19% atau 215.000 ha adalah kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (15,5% dari total luas TNKS : 1.389.549 ha; Arizona, 2014) •HP3M /KPHP Model 33.309 ha (941 hektar sisanya masuk ke dalam kawasan Kota Sungai Penuh) / 374 ha di antaranya merupakan kawasan Hutan Adat (RPJP KPHP Model, 2014) •Kawasan Hutan Adat > 2.398,14 ha
  • 7. Kebijakan apa yang tersedia pasca Putusan MK 35? Kemendagri Keputusan Kepala Daerah UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa 1. MHA dijadikan Desa Adat  bentuk pemerintahan otonom terendah 2. Kriteria MHA fakultatif dan berinti pada penguasaan wilayah 3. Mekanisme penetapan desa adat berliku Permendagri 52/2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan MHA 1. Mengatur mekanisme pengakuan (identifikasi, verifikasi-validasi dan penetapan); berupa kepanitiaan yang ada di tingkat Kabupaten/Kota Keputusan bersama kepala daerah Perda Sumber: Mumu Muhajir, 2014
  • 8. Kebijakan apa yang tersedia? (2) Permen LHK No. 32/Menlhk-Setjen/2015 Pasal 6 Ayat 1: Menggunakan Frasa “Produk Hukum Daerah” Memberikan kejelasan administrasi proses penetapan hutan adat sebagai “kawasan hutan” oleh KLHK
  • 10. Successfull Story: Perda Kab. Bulukumba 2016 tentang Pengakuan, Perlindungan, dan Pemberdayaan MHA Ammatoa Kajang Hutan Produksi Terbatas Hutan Adat: Fungsi Lindung
  • 12. Meliputi wilayah kasepuhan+incu putu dan wilayah jelajah
  • 14. Babak demi babak…… Proses Pengorganisasian Masyarakat melalui Pendidikan Kritis sebagai “amunisi” perjuangan Masy Proses Pembuktian sebagai MA (acuan Permenag No. 5/1999) -- Uji coba di Kasepuhan Citorek dan Cibedug Hasil Kajian (akademis) didukung oleh LIPI dan diperkuat oleh mediator dari akademisi (IPB) • Kasepuhan Citorek dan Cibedug mengajukan surat resmi tentang harapan perlindungan dan pengakuan MA • DPRD Lebak memberikan dukungan perlindungan terhadap Kasepuhan --- masuk di dalam Arah Kebijakan Umum 2006 • Dukungan kuat dari SABAKI tercermin melalui program kerja yang dibahas di dalam Riungan Kasepuhan Banten Kidul IX • Kunjungan Bupati Jayabaya pada Riungan Kasepuhan Banten Kidul IX di Citorek “Janji Politik Bupati menerbitkan SK Bupati Pengakuan Kasepuhan Banten Kidul” --- Momentum menjelang PILKADA Lebak Pembahasan draft SK Bupati Lebak Citorek dan Cibedug di Pemerintah Kabupaten Lebak --- tidak ada keberanian Pemda memasukan data wilayah adat yang sudah dipetakan, mengingat keberadaan Kasepuhan Citorek dan Cibedug berada di Kawasan Hutan Konservasi Representatif Kasepuhan di Badan Legislatif hanya 1 orang Sejak 2001 2006- 2007 2008- 2009 Sumber: Ramdhaniaty, 2014
  • 15. 2010 Lahir SK Bupati Lebak No. 430/Kep.318/Disporabudpar/ 2010 tentang Pengakuan Keberadaan Masyarakat Adat Cisitu Kesatuan Sesepuh Adat Cisitu Banten Kidul di Kabupaten Lebak -- - didorong secara langsung oleh Kasepuhan Cisitu • Konsolidasi SABAKI pada bulan Maret 2013 yang menghasilkan dorongan kepada Bupati Lebak untuk segera menyusun SK Bupati perlindungan Kasepuhan di Kab. Lebak • Lahir SK Bupati Lebak No. 430/Kep.298/Disdikbud/2013 tentang Pengakuan Keberadaan Masyarakat Adat di Wilayah Kesatuan Adat Banten Kidul di Kabupaten Lebak  Disahkan 22 Agustus 2013 menjelang masa jabatan Bupati M. Jayabaya selesai 2013 Digunakan sebagai salah satu pemohon dalam JR UU 41/1999 Lahir Putusan MK 35/PUU-X/2012 pada bulan Mei 2013 Sumber: Ramdhaniaty, 2014
  • 16. • Mengakui 17 Kaolotan dan lembaga adatnya • Belum mengatur secara detail mengenai hak masyarakat kasepuhan dan tanggungjawab pemerintah daerah melakukan pemberdayaan • Belum mengatur secara detail mengenai wilayah adat • Diperlukan Perda yang mengatur Masyarakat Kasepuhan
  • 17. Rekomendasi ke arah NA dan Ranperda Pengakuan, Perlindungan, dan Pemberdayaan MHA Kasepuhan • Suatu kesepahaman bersama di dalam masyarakat • Persetujuan masyarakat mengenai pilihan dan konsekuensinya • Data sosial, sejarah dan wilayah masyarakat • Kelembagaan adat yang semakin tangguh dalam mengurus masyarakat adat • Diskusi-diskusi kampung • Pembentukan tim melalui SK Bupati untuk menyiapkan Naskah Akademik Ranperda • Pemetaan wilayah diintegrasikan dalam proses penyusunan naskah akademik • Koordinasi dan melibatkan instansi terkait lainnya (TNGHS, Dinas Kehutanan, BPLH, Kantor Pertanahan dll)
  • 18. Manfaat Perda Masyarakat Kasepuhan • Menjadi dasar untuk penyelesaian konflik kawasan • Memperjelas wilayah masyarakat Kasepuhan • Meningkatkan kesejahteraan warga Kasepuhan • Memberdayakan lembaga adat dan tradisi masyarakat Kasepuhan
  • 19. Tentang Perda Kab. Lebak No. 8/ Tahun 2015 tentang Kasepuhan
  • 20. Implikasi Peraturan Daerah Kab. Lebak No. 8/2015 tentang Kasepuhan (2) Pengakuan luas wilayah adat (Wewengkon) Kasepuhan 116.789 ha (1/3 luas Kab. Lebak 304.472 ha) •Pengakuan 522 Kasepuhan Pengakuan Lembaga dan Hukum Adat Kasepuhan “Tatali Paranti Karuhun” •Pengakuan Lembaga Adat dari Sesepuh yang kemudian disebut “Masyarakat Kasepuhan” Forum Komunikasi Masyarakat Kasepuhan •Pasal 21 : Majelis Permusyawaratan Masyarakat Kasepuhan Jaminan Pemberdayaan untuk Masyarakat Kasepuhan: 1. Wilayah Kasepuhan sebagai kawasan “perdesaan” dan masuk dalam RTRWK Lebak 2. Pembentukan SKPD terkait Wilayah Adat 3. Anggaran APBD -> Untuk Pembangunan Masyarakat Kasepuhan
  • 21. Pengakuan wilayah kelola masyarakat: Lampiran Perda Kasepuhan
  • 22. Apakah kepastian hukum melalui perda serta merta diakui di tingkat tapak? • Resistensi terhadap pembentukan peraturan desa terkait pengambilan manfaat hasil hutan • Masalah Open Access – ketiadaan aturan main antarpihak yang jelas melahirkan relasi elite chapter di tingkat desa dengan pengelola kawasan TNGHS.
  • 23. Apakah kepastian hukum melalui perda serta merta diakui di tingkat tapak? (2) • Belum terbentuknya SKPD di tingkat Kabupaten Daerah yang bertanggungjawab menangani persoalan MHA seperti dalam amanat Perda Kab. Lebak No. 8/2015?
  • 24. Kondisi terkini: SK Menlhk No. 327/2016 tentang Pengurangan Kawasan TNGHS
  • 26. Di mana letak wilayah Kasepuhan dalam TNGHS? No Nama Kasepuhan Luas wilayah 8 Kasepuhan (ha) Luas Wilayah Kasepuhan yang masuk TNGHS Pengurangan Luas TNGHS (SK.Menlhk 327/2016) 1 Karang 1.081,28 585,6 TNGHS: 87.699 ha 2 Cirompang 639 352,3 Kawasan HL: 3.738 ha 3 Citorek 7.422,4 7.422,4 H.Produksi Terbatas: 9.477 ha 4 Cibedug 2.137,2 2.137,2 H. Produksi Tetap: 4.158 ha 5 Cisitu 7.266,5 6.878,2 Enclave: 7.847 ha 6 Pasir Eurih 1.145,6 652 7 Sindang Agung 160,3 124,5 8 Cibarani 1.207 0 Jumlah luas 21.059,2* ha 18.152,2 ha Sumber: Pemetaan Partisipatif RMI, JKPP, AMAN; dalam Ramadhaniaty dan Vitasari, 2015
  • 27. Pertanyaan diskusi: Di mana posisi Masyarakat Kasepuhan dalam perubahan luas Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak tersebut?
  • 28. Rekomendasi • Sejumlah kawasan hutan adat telah dilakukan pemetaan partisipatif dan mendapatkan kepastian hukum lewat penetapan wilayah adat kasepuhan dalam Perda Kab. Lebak. No. 8/2015. • Keberadaan peta tersebut seharusnya dapat dibahas bersama TNGHS dan Pemda Kab. Lebak dalam merancang tata kelola kawasan hutan, dan mengarah ke penetapan hutan adat lewat SK Menlhk. • Beberapa kasus di Bulukumba dan Kerinci, memperlihatkan dengan penetapan hutan adat dan penguatan kelembagaan pengelola hutan adat dapat menjadi medium resolusi konflik tenurial di kawasan kehutanan antara masyarakat adat dengan pihak lainnya. • Belajar dari kasus Hutan Adat di Kerinci, mungkin saja masyarakat Kasepuhan dapat membuat MoU bersama dengan pihak kedua (misal. TNGHS) untuk memperjelas pembagian peran dalam pengelolaan kawasan hutan. Kolaborasi antarpihak perlu dilakukan. • Perda Kab. Lebak No. 8/2015 hanyalah menjadi titik awal untuk meretas sengkarut konflik di kawasan hutan. Perlu diperjelas sistem administrasi pertanahan yang memberikan kepastian hukum, dan sosial-ekonomi bagi setiap pihak.
  • 29. SEKIAN DAN TERIMA KASIH “PENGAKUAN BUKAN HANYA DIUCAPKAN MELALUI PERUNDANG-UNDANGAN, TAPI PERLU DINYATAKAN DALAM TINDAKAN. MASYARAKAT ADAT SAJA MENGAKUI KEBERADAAN NEGARA DENGAN MENGIBARKAN BENDERA RI SAAT 17 AGUSTUS 2016 DI ATAS TANAH (HUTAN) NEGARA. TAPI, KENAPA NEGARA MASIH BELUM DAPAT MENGAKUI KAMI?” – SEREN TAUN AGUSTUS 2016 Sekian dan terima kasih