SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Menerima Musibah Dengan Sikap Sabar
Oleh: Muhsin Hariyanto
Setiap orang pasti akan pernah dan bahkan – selama masih ada
kehidupan – selalu akan menghadapi “musibah” yang beragam. Dan
keragamam bentuk musibah itulah yang sebenarnya akan membentuk
kepribadian setiap orang, terkait dengan sikap orang itu terhadap setiap
musibah yang menimpanya. Bahkan Nabi kita, Muhammad s.a.w., adalah
orang yang selalu bergumul dengan beragam musibah, dan “beliau” selalu
menyikapinya dengan “sabar”. Akhirnya: “beliau” menjadi pemenang,
menggapai sukses yang luar biasa dalam kehidupannya: “hasanah fid dunya,
wa hasanah fil âkhirah” (meraih kesuksesan dalam kehidpan duniawi dan
ukhrawi). Sebaliknya, dalam ruang dan waktu yang sama, “Abu Lahab”
adalah orang yang bergumul dengan persoalan yang sama, tetapi dia gagal
menjadi yang terbaik, bahkan digambarkan dalam QS al-Lahab “terpuruk:
menjadi yang “terburuk”, menjadi pecundang, tidak berhasil menggapai
kesuksesan di di dua ranah kehidupan: “terpuruk di dunia, dan – lebih parah
lagi – terpuruk di akhirat, karena "tidak bersabar"
Di kala sedang terhimpit kesulitan, kita bisa belajar darinya:
bagaimana agar kita ”sekarang” berbenah agar di masa mendatang bisa
terhindar dari kesulitan dan bagaimana kita akan menghadapi setiap
kesulitan jika (kesulitan) itu terjadi lagi. Atau, bagaimana kita bersikap
dengan sikap yang terbaik ketika ”kemalangan” menjadi sesuatu yang tak
terelakkan dalam ranah kehidupan kita. Dan kata kuncinya adalah:
"bersabar".
Sabar, kata para ahli bahasa, secara harfiah berarti "bertahan" atau
"menahan diri". Sebuah sifat mulia yang seharusnya dimiliki oleh setiap
orang, dalam status dan peran apa pun. Bentuk kongkret sabar yang
dilembagakan dalam (agama) Islam – antara lain -- adalah kesadaran untuk
ber-imsâk (menahan diri), yang diformalkan ajarannya dalam kewajiban
berpuasa. Ketika berpuasa, seorang muslim harus “menahan diri” dari
perbuatan-perbuatan yang tidak perlu, apalagi perbuatan yang dilarang, dan
– untuk selanjutnya -- bersikap proaktif untuk beramal saleh, meskipun harus
bergulat dengan realitas serba tidak ideal, di antaranya: kondisi "lapar dan
dahaga".
Sayang, pemahaman sebagian orang terhadap ajaran untuk “menahan
diri” ini seringkali terjebak pada pemaknaan eksoterik (lahiriah). Padahal,
ketika kita mau sedikit bergeser untuk memaknainya dalam dimensi esoterik
(batiniah)-nya, maka kita akan menemukan makna terdalam dari terma imsâk,
menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang merugikan diri sendiri dan
(juga) merugikan orang lain kurang begitu dipahami. Tidak hanya itu, di
ketika kita lupa untuk memahami maksud hadis-hadis Nabi s.a.w. tentang
makna puasa, maka makna esensial imsak pun seringkali terlupakan. Imsâk
setiap muslim yang telah berpuasa, belum – secara jelas -- memercik dalam
1
kehidupan riil dalam bangunan kehidupan intrapersonal, interpersonal dan
sosial.
Sabar – mengutip pernyataan Imam al-Ghazali -- bisa kita maknai
dengan 3 (tiga) pengertian: [1] sabar di saat kita mengerjakan perintah Allah
(kebajikan), [2] sabar di saat kita meninggalkan larangan Allah
(kemungkaran), dan [3] sabar dalam menerima terhadap takdir; baik yang
berupa musibah (sebagai peringatan, ujian maupun nikmat-terselubung dari
Allah).
Pertama, kita harus bersabar untuk membiasakan sesuatu yang baik
dan benar. Meskipun ”yang baik dan benar” itu tidak selamanya dianggap
wajar oleh semua orang.
Kedua, kita harus bersabar untuk tidak melakukan kemungkaran.
Tindakan proaktifnya adalah: melawan segala tindakan yang merugikan diri
dan semua orang. Setiap muslim – sudah seharusnya – memiliki kesabaran
untuk mengupayakan wujudnya rahmat Allah di tengah-tengah umat
manusia, dengan selalu peduli untuk ber”nahi munkar”. Dengan kata lain,
kita – setiap muslim -- wajib bersabar untuk terus melawan segala bentuk
kemungkaran, oleh siapa pun kepada siapa pun.
Ketiga, kita harus bersabar terhadap semua ketentuan Allah. Sabar di
sini adalah ridha terhadap semua kejadian yang menimpa diri kita, yang
berarti menahan diri dari sikap mengeluh, apalagi menyesali setiap perolehan
dari Allah, dengan sikap dan tindakan yang serba-positif. Dengan demikian
sabar adalah melakukan refleksi-kritis terhadap berbagai hal yang menimpa
diri kita.
Konon kabarnya, seseorang yang tengah menghadapi rintangan yang
berat, terkadang hati kecilnya membisikkan agar ia berhenti (berputus asa),
meski yang diharapkannya belum tercapai. Dorongan hati kecil itu
selanjutnya menjadi keinginan jiwa. Dan jika keinginan itu ditahan, ditekan,
dan tidak diikuti, maka tindakan ini merupakan pengejawantahan dari
hakikat sabar yang mendorongnya agar tetap melanjutkan usahanya
walaupun harus menghadapi berbagai rintangan yang berat. Dia akan terus
berproses untuk menjadi apa dan siapa pun yang dicita-citakannya dalam
suka dan duka, dengan cara apa pun yang terus ia cari dalam bentuk
kreativitas untuk selalu berbuat sesuatu, kapan dan di mana pun.
Kesabaran – yang merupakan energi dan kekuatan diri kita -- harus
selalu melekat pada setiap pribadi muslim. Dengan kesabaran yang tinggi,
seseorang pasti akan selalu tabah dan ulet dalam mengarungi bahtera
kehidupan yang sangat fluktuatif, kadangkala mendaki, menurun, terjal,
datar, dan kadangkala pula sangat licin. Kadangkala di atas, kadangkala di
bawah, kadangkala dalam posisi dan jabatan yang tinggi, dan kadangkala
tidak memiliki jabatan sama sekali. Sabar pada hakikatnya bukanlah sesuatu
yang harus ditunjukkan dengan keluhan, penyerahan-diri, dan bukan pula
sikap pasif untuk tidak beraktivitas apa pun. Sabar harus menjadi instrumen
untuk membangun ketangguhan dalam melakukan sesuatu yang serba2
positif, ketika berhadapan dengan rintangan dan tantangan. Justeru, bagi
setiap orang yang bisa bersabar, rintangan dan tantangan dijadikannya
sebagai suatu peluang dan kesempatan untuk semakin dinamis dalam
memersembahkan yang terbaik dalam kehidupannya.
Kenapa harus pesimis? Dengan sikap sabar (yang proporsional),
insyâallâh kita akan selalu menjadi yang terbaik!
Penulis adalah: Dosen Tetap FAI-UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap
STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

3

More Related Content

Viewers also liked

Tafsir qs al a’râf, 7-12
Tafsir qs al a’râf, 7-12Tafsir qs al a’râf, 7-12
Tafsir qs al a’râf, 7-12
Muhsin Hariyanto
 
Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Muhsin Hariyanto
 
Taqwa, antara simbol dan substansi
Taqwa, antara simbol dan substansiTaqwa, antara simbol dan substansi
Taqwa, antara simbol dan substansi
Muhsin Hariyanto
 
Menemukan (kembali) sosok muhammad
Menemukan (kembali) sosok muhammadMenemukan (kembali) sosok muhammad
Menemukan (kembali) sosok muhammad
Muhsin Hariyanto
 
Benarkah muhammadiyah tidak bermahzab
Benarkah muhammadiyah tidak bermahzabBenarkah muhammadiyah tidak bermahzab
Benarkah muhammadiyah tidak bermahzab
Muhsin Hariyanto
 
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Muhsin Hariyanto
 
Menjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kitaMenjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kita
Muhsin Hariyanto
 
Mengenal ragam tingkatan motivasi
Mengenal ragam tingkatan motivasiMengenal ragam tingkatan motivasi
Mengenal ragam tingkatan motivasi
Muhsin Hariyanto
 
Mencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasan
Muhsin Hariyanto
 
Islam dan etos pemberdayaan
Islam dan etos pemberdayaanIslam dan etos pemberdayaan
Islam dan etos pemberdayaan
Muhsin Hariyanto
 

Viewers also liked (20)

Tafsir qs al a’râf, 7-12
Tafsir qs al a’râf, 7-12Tafsir qs al a’râf, 7-12
Tafsir qs al a’râf, 7-12
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30Siapakah an nafs  al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
Siapakah an nafs al-muthmainnah tafsir qs al-fajr ayat 27-30
 
Meluruskan nalar pak tua
Meluruskan nalar pak tuaMeluruskan nalar pak tua
Meluruskan nalar pak tua
 
Taqwa, antara simbol dan substansi
Taqwa, antara simbol dan substansiTaqwa, antara simbol dan substansi
Taqwa, antara simbol dan substansi
 
Cermin buat tetangga
Cermin buat tetanggaCermin buat tetangga
Cermin buat tetangga
 
Jangan katakan uf
Jangan katakan ufJangan katakan uf
Jangan katakan uf
 
Menemukan (kembali) sosok muhammad
Menemukan (kembali) sosok muhammadMenemukan (kembali) sosok muhammad
Menemukan (kembali) sosok muhammad
 
Benarkah muhammadiyah tidak bermahzab
Benarkah muhammadiyah tidak bermahzabBenarkah muhammadiyah tidak bermahzab
Benarkah muhammadiyah tidak bermahzab
 
Memelihara keikhlasan
Memelihara keikhlasanMemelihara keikhlasan
Memelihara keikhlasan
 
Bahan ajar
Bahan ajarBahan ajar
Bahan ajar
 
Berguru pada musibah
Berguru pada musibahBerguru pada musibah
Berguru pada musibah
 
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
 
Menjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kitaMenjadi muslim, siapkah diri kita
Menjadi muslim, siapkah diri kita
 
Mengenal ragam tingkatan motivasi
Mengenal ragam tingkatan motivasiMengenal ragam tingkatan motivasi
Mengenal ragam tingkatan motivasi
 
Mencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasanMencermati budaya rabu wekasan
Mencermati budaya rabu wekasan
 
Al ghurbah (keterasingan)
Al ghurbah (keterasingan)Al ghurbah (keterasingan)
Al ghurbah (keterasingan)
 
Harga sebuah kejujuran
Harga sebuah kejujuranHarga sebuah kejujuran
Harga sebuah kejujuran
 
Islam dan etos pemberdayaan
Islam dan etos pemberdayaanIslam dan etos pemberdayaan
Islam dan etos pemberdayaan
 
Fatwa kontemporer yusuf qardhawi - media islam - 2005
Fatwa kontemporer   yusuf qardhawi - media islam - 2005Fatwa kontemporer   yusuf qardhawi - media islam - 2005
Fatwa kontemporer yusuf qardhawi - media islam - 2005
 

Similar to Menerima musibah dengan sikap sabar (15)

Memahami doktrin sabar
Memahami doktrin sabarMemahami doktrin sabar
Memahami doktrin sabar
 
Berguru pada musibah
Berguru pada musibahBerguru pada musibah
Berguru pada musibah
 
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalat
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalatSelesaikan masalah dengan sabar dan shalat
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalat
 
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalat
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalatSelesaikan masalah dengan sabar dan shalat
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalat
 
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalat
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalatSelesaikan masalah dengan sabar dan shalat
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalat
 
Jangan pernah berputus asa
Jangan pernah berputus asaJangan pernah berputus asa
Jangan pernah berputus asa
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pengertian sabar123
Pengertian sabar123Pengertian sabar123
Pengertian sabar123
 
Bagaimana menghadai krisis
Bagaimana menghadai krisisBagaimana menghadai krisis
Bagaimana menghadai krisis
 
Memahami Makna Sabar yang Sesungguhnya.pptx
Memahami Makna Sabar yang Sesungguhnya.pptxMemahami Makna Sabar yang Sesungguhnya.pptx
Memahami Makna Sabar yang Sesungguhnya.pptx
 
Makalah Ilmu Budaya - Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Penderitaan Manusia
Makalah Ilmu Budaya - Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Penderitaan ManusiaMakalah Ilmu Budaya - Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Penderitaan Manusia
Makalah Ilmu Budaya - Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Penderitaan Manusia
 
40 cara menyelesaikan masalah
40 cara menyelesaikan masalah40 cara menyelesaikan masalah
40 cara menyelesaikan masalah
 
40 cara menyelesaikan_masalah
40 cara menyelesaikan_masalah40 cara menyelesaikan_masalah
40 cara menyelesaikan_masalah
 
Ilmu budaya dasar
Ilmu budaya dasarIlmu budaya dasar
Ilmu budaya dasar
 
Bmf 49 kesabaran
Bmf 49 kesabaranBmf 49 kesabaran
Bmf 49 kesabaran
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Muhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Muhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Muhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
Muhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
Muhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Muhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Menerima musibah dengan sikap sabar

  • 1. Menerima Musibah Dengan Sikap Sabar Oleh: Muhsin Hariyanto Setiap orang pasti akan pernah dan bahkan – selama masih ada kehidupan – selalu akan menghadapi “musibah” yang beragam. Dan keragamam bentuk musibah itulah yang sebenarnya akan membentuk kepribadian setiap orang, terkait dengan sikap orang itu terhadap setiap musibah yang menimpanya. Bahkan Nabi kita, Muhammad s.a.w., adalah orang yang selalu bergumul dengan beragam musibah, dan “beliau” selalu menyikapinya dengan “sabar”. Akhirnya: “beliau” menjadi pemenang, menggapai sukses yang luar biasa dalam kehidupannya: “hasanah fid dunya, wa hasanah fil âkhirah” (meraih kesuksesan dalam kehidpan duniawi dan ukhrawi). Sebaliknya, dalam ruang dan waktu yang sama, “Abu Lahab” adalah orang yang bergumul dengan persoalan yang sama, tetapi dia gagal menjadi yang terbaik, bahkan digambarkan dalam QS al-Lahab “terpuruk: menjadi yang “terburuk”, menjadi pecundang, tidak berhasil menggapai kesuksesan di di dua ranah kehidupan: “terpuruk di dunia, dan – lebih parah lagi – terpuruk di akhirat, karena "tidak bersabar" Di kala sedang terhimpit kesulitan, kita bisa belajar darinya: bagaimana agar kita ”sekarang” berbenah agar di masa mendatang bisa terhindar dari kesulitan dan bagaimana kita akan menghadapi setiap kesulitan jika (kesulitan) itu terjadi lagi. Atau, bagaimana kita bersikap dengan sikap yang terbaik ketika ”kemalangan” menjadi sesuatu yang tak terelakkan dalam ranah kehidupan kita. Dan kata kuncinya adalah: "bersabar". Sabar, kata para ahli bahasa, secara harfiah berarti "bertahan" atau "menahan diri". Sebuah sifat mulia yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, dalam status dan peran apa pun. Bentuk kongkret sabar yang dilembagakan dalam (agama) Islam – antara lain -- adalah kesadaran untuk ber-imsâk (menahan diri), yang diformalkan ajarannya dalam kewajiban berpuasa. Ketika berpuasa, seorang muslim harus “menahan diri” dari perbuatan-perbuatan yang tidak perlu, apalagi perbuatan yang dilarang, dan – untuk selanjutnya -- bersikap proaktif untuk beramal saleh, meskipun harus bergulat dengan realitas serba tidak ideal, di antaranya: kondisi "lapar dan dahaga". Sayang, pemahaman sebagian orang terhadap ajaran untuk “menahan diri” ini seringkali terjebak pada pemaknaan eksoterik (lahiriah). Padahal, ketika kita mau sedikit bergeser untuk memaknainya dalam dimensi esoterik (batiniah)-nya, maka kita akan menemukan makna terdalam dari terma imsâk, menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang merugikan diri sendiri dan (juga) merugikan orang lain kurang begitu dipahami. Tidak hanya itu, di ketika kita lupa untuk memahami maksud hadis-hadis Nabi s.a.w. tentang makna puasa, maka makna esensial imsak pun seringkali terlupakan. Imsâk setiap muslim yang telah berpuasa, belum – secara jelas -- memercik dalam 1
  • 2. kehidupan riil dalam bangunan kehidupan intrapersonal, interpersonal dan sosial. Sabar – mengutip pernyataan Imam al-Ghazali -- bisa kita maknai dengan 3 (tiga) pengertian: [1] sabar di saat kita mengerjakan perintah Allah (kebajikan), [2] sabar di saat kita meninggalkan larangan Allah (kemungkaran), dan [3] sabar dalam menerima terhadap takdir; baik yang berupa musibah (sebagai peringatan, ujian maupun nikmat-terselubung dari Allah). Pertama, kita harus bersabar untuk membiasakan sesuatu yang baik dan benar. Meskipun ”yang baik dan benar” itu tidak selamanya dianggap wajar oleh semua orang. Kedua, kita harus bersabar untuk tidak melakukan kemungkaran. Tindakan proaktifnya adalah: melawan segala tindakan yang merugikan diri dan semua orang. Setiap muslim – sudah seharusnya – memiliki kesabaran untuk mengupayakan wujudnya rahmat Allah di tengah-tengah umat manusia, dengan selalu peduli untuk ber”nahi munkar”. Dengan kata lain, kita – setiap muslim -- wajib bersabar untuk terus melawan segala bentuk kemungkaran, oleh siapa pun kepada siapa pun. Ketiga, kita harus bersabar terhadap semua ketentuan Allah. Sabar di sini adalah ridha terhadap semua kejadian yang menimpa diri kita, yang berarti menahan diri dari sikap mengeluh, apalagi menyesali setiap perolehan dari Allah, dengan sikap dan tindakan yang serba-positif. Dengan demikian sabar adalah melakukan refleksi-kritis terhadap berbagai hal yang menimpa diri kita. Konon kabarnya, seseorang yang tengah menghadapi rintangan yang berat, terkadang hati kecilnya membisikkan agar ia berhenti (berputus asa), meski yang diharapkannya belum tercapai. Dorongan hati kecil itu selanjutnya menjadi keinginan jiwa. Dan jika keinginan itu ditahan, ditekan, dan tidak diikuti, maka tindakan ini merupakan pengejawantahan dari hakikat sabar yang mendorongnya agar tetap melanjutkan usahanya walaupun harus menghadapi berbagai rintangan yang berat. Dia akan terus berproses untuk menjadi apa dan siapa pun yang dicita-citakannya dalam suka dan duka, dengan cara apa pun yang terus ia cari dalam bentuk kreativitas untuk selalu berbuat sesuatu, kapan dan di mana pun. Kesabaran – yang merupakan energi dan kekuatan diri kita -- harus selalu melekat pada setiap pribadi muslim. Dengan kesabaran yang tinggi, seseorang pasti akan selalu tabah dan ulet dalam mengarungi bahtera kehidupan yang sangat fluktuatif, kadangkala mendaki, menurun, terjal, datar, dan kadangkala pula sangat licin. Kadangkala di atas, kadangkala di bawah, kadangkala dalam posisi dan jabatan yang tinggi, dan kadangkala tidak memiliki jabatan sama sekali. Sabar pada hakikatnya bukanlah sesuatu yang harus ditunjukkan dengan keluhan, penyerahan-diri, dan bukan pula sikap pasif untuk tidak beraktivitas apa pun. Sabar harus menjadi instrumen untuk membangun ketangguhan dalam melakukan sesuatu yang serba2
  • 3. positif, ketika berhadapan dengan rintangan dan tantangan. Justeru, bagi setiap orang yang bisa bersabar, rintangan dan tantangan dijadikannya sebagai suatu peluang dan kesempatan untuk semakin dinamis dalam memersembahkan yang terbaik dalam kehidupannya. Kenapa harus pesimis? Dengan sikap sabar (yang proporsional), insyâallâh kita akan selalu menjadi yang terbaik! Penulis adalah: Dosen Tetap FAI-UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. 3