Tiga ciri keberanian menurut dokumen tersebut adalah (1) iman yang kokoh, (2) bersabar dalam menjalankan perintah Allah, dan (3) mewariskan generasi yang kuat dan mandiri. Bentuk-bentuk keberanian meliputi berani berjihad di jalan Allah dan berani menegakkan kebenaran meski menghadapi risiko.
KEPRIBADIAN DA’I
Sejak awal dakwahnya, Rasulullah saw. selalu berpesan kepada orang-orang yang baru masuk Islam dan menerima berbagai ilmu dari beliau untuk mengajarkan dan menyampaikan ilmu itu kepada orang lain, terutama keluarga.
Dalam dunia yang tidak menentu ini. Sudah pasti, satu bahtera penyelamat diperlukan untuk membawa diri manusia ke jalan yang benar.
Perlu dibaca bagi mereka yang ingin membawa kesedaran pada diri dan juga orang lain.
KEPRIBADIAN DA’I
Sejak awal dakwahnya, Rasulullah saw. selalu berpesan kepada orang-orang yang baru masuk Islam dan menerima berbagai ilmu dari beliau untuk mengajarkan dan menyampaikan ilmu itu kepada orang lain, terutama keluarga.
Dalam dunia yang tidak menentu ini. Sudah pasti, satu bahtera penyelamat diperlukan untuk membawa diri manusia ke jalan yang benar.
Perlu dibaca bagi mereka yang ingin membawa kesedaran pada diri dan juga orang lain.
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...
syaj'ah umat islam
1. Nama Anggota: - Dias Wandanu
- Rya Fatunnissa
- Surya Lukmana
SYAJ’AH
2. Pengertian
ٌاعَجُش berani, gagah secara etimologinya
Menurut istilah: keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela
dan mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji.
Keberanian yang berlandaskan kebenaran, dilakukan dengan penuh
pertimbangan dan perhitungan untuk mengharapkan keridhaan Allah.
Asy Syaja’ah adalah salah satu ciri yang dimiliki orang yang istiqamah di
jalan Allah, selain ciri-ciri berupa al-ithmi’nan (ketenangan) dan at-tafaul
(optimisme).
Lawan dari sifat syaja’ah adalah jubun (pengecut atau penakut).
Pemberani adalah orang yang berani membela kebenaran dengan resiko
apa pun dan takut untuk berbuat yang tidak benar. Sebaliknya, penakut
adalah orang yang takut membela kebenaran.
3. Landasan Keberanian
1 .Iman yang kokoh
Dalam kisah hijrah Rasullullah dan Abu Bakr ke Madinah, sesampai di gua Tsur
keadaan mencekam dirasakan Abu Bakar, “Ya Rasulullah, sekiranya salah satu dari
mereka melihat betisnya maka mereka pasti akan melihat kita.” Rasulullah SAW.
menenangkannya dengan menyatakan, “Duhai Abu Bakar, apakah kamu mengira kita
di sini cuma berdua. Tidak, Abu Bakar. Kita di sini bertiga. Janganlah takut dan gentar,
Allah bersama kita.”
Sikap keberanian yang ditunjukkan Rasulullah disaat tidak ada lagi pertolongan apa-
apa selain Allah, adalah pengejewantahan keimanan yang begitu kuat. Sekiranya iman
lemah, mungkin akan mendatangkan kepanikan.
Kisah pembakaran Nabi Ibrahim a.s. menujukkan bahwa rasa takut manusiawi
terhadap api dan terbakar olehnya teratasi oleh rasa takut syar’i yakni takut kepada
Allah saja. Dan subhanallah, pertolongan Allah datang dengan perintah Nya kepada api
agar menjadi dingin dan sejuk serta menyelamatkan Nabi Ibrahim a.s.
Diantara turunan sikap dari keimanan yang kokoh adalah berupa hanya
menggantungkan harapan kepada Allah dan juga sikap tawakkal yang benar, sehingga
menimbulkan sikap berani dalam diri seseorang dalam menghadapi segalam macam
situasi dan tantangan.
4. 2. Bersabar Terhadap Ketaatan
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu beruntung”. (QS 3: 200)
Sikap sabar jelas bukan berarti menerima segala bentuk penindasan apalagi
berkaitan dengan pelecehan nilai agama, tapi sabar justru melahirkan sikap
keberanian dalam menjalani perintah Allah sekaligus berjuang dalam menegakkan
kalimat Allah. Sikap keberanian di sini tidak melulu terwujud dalam bentuk
kebringasan, gagah perkasa, tapi bisa jadi dalam bentuk kelembutan dan memaafkan
demi kemaslahatan yang lebih besar. Layaknya suri tauladan yang sangat menyentuh
oleh Rasulullah, ketika dakwah nya di tolak di Taif yang sampai pada bentuk
kekerasan. Namun, keberanian Rasulullah untuk memaafkan walaupun sungguh
berat waktu itu ujiannya, karena pandangan jauh ke depan, membuat azab yang bisa
jadi ditimpakan pada Taif tak jadi diturunkan. Dan buah dari kesabaran tersebut
terwujud dengan ber Islam nya penduduk Taif kemudian hari.
5. 3. Mewariskan Hal yang Terbaik
generasi yang kuat dan mandiri akan lebih berpeluang melahirkan karakter
pemberani. Perumpamaan orang-orang yang hidup dibawah belas kasihan orang lain,
atau orang yang meminta-minta, bisa jadi akan berkurang keberaniannya dalam
menyampaikan kebenaran terutama kepada pihak dimana dia meminta-minta atau
mendapat belas kasihan.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS 4: 9)
6. Bentuk-bentuk Asy Syaja’ah
1. Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan di jalan Allah (jihad fii
sabililah)
Banyak sekali kisah tauladan pada para sahabat generasi pertama umat Islam dapat
diambil, mereka tidak takut akan mati, tidak cinta dunia, lebih mencintai kehidupan
akhirat. Sehingga ketika perintah jihad datang, disambut dengan semangat tinggi.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir
yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).
Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok
untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain,
maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan
tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS. al-
Anfal [8]: 15-16).
2. Berani menegakkan kebenaran
Mengatakan yang benar dengan terus terang memang sesuatu yang pahit bila dilihat
dari sisi dampak yang bakal muncul. Namun bila dilihat dari sisi manfaat dan izzah
keimanan ia menjadi sebuah keharusan. Sebagaimana sabda Nabi saw melalui Hadits
Riwayat Ibnu Hibban. ‘Qulil haq walau kaana muuran ’ (katakan yang benar meskipun
itu pahit) dan berkata benar di hadapan penguasa yang zhalim adalah juga salah satu
bentuk jihad bil lisan. Jelas saja dibutuhkan keberanian menanggung segala risiko bila
kita senantiasa berterus terang dalam kebenaran.
"Jihad yang paling afdhal adalah memperjuangkan keadilan di hadapan penguasa
7. 2. Berani menegakkan kebenaran
Mengatakan yang benar dengan terus terang memang sesuatu yang pahit bila dilihat
dari sisi dampak yang bakal muncul. Namun bila dilihat dari sisi manfaat dan izzah
keimanan ia menjadi sebuah keharusan. Sebagaimana sabda Nabi saw melalui Hadits
Riwayat Ibnu Hibban. ‘Qulil haq walau kaana muuran ’ (katakan yang benar meskipun
itu pahit) dan berkata benar di hadapan penguasa yang zhalim adalah juga salah satu
bentuk jihad bil lisan. Jelas saja dibutuhkan keberanian menanggung segala risiko bila
kita senantiasa berterus terang dalam kebenaran.
"Jihad yang paling afdhal adalah memperjuangkan keadilan di hadapan penguasa
yang zhalim”. (Hadits Riwayat Abu Daud Dan Tirmidzi)