Majelis ilmu dibandingkan dengan majelis lain yang berdoa. Meski keduanya berkebaikan, majelis ilmu lebih utama karena tujuan pengajaran. Menuntut ilmu wajib bagi muslim dan akan memudahkan jalan menuju surga. Orang berilmu mampu membedakan hal-hal penting dalam agama. Ada pahala besar bagi yang menuntut ilmu atas dasar ridha Allah.
5. WAJIBNYA
MENUNTUT ILMU
Rasulullah saw bersabda,
َف ِمْلِعْلا ُبَلَط
َع ٌةَضي ِ
ر
ىَل
مِلْسُم ُِلك
“Menuntut ilmu
itu wajib atas setiap
muslim”. (HR. Ibnu Majah)
6. PANDAI URUSAN DUNIA,
BODOH URUSAN AKHIRAT
Rasulullah saw bersabda,
بُي َالىَعَت َهللا َّنِإ
َع َّلُك ُضِغ
ٍمِلا
ِب ٍلِهاَج اَينُّدالِب
ةَر ِخاْل
“Sesungguhnya Allah ta’ala
membenci orang yang
pandai dalam urusan dunia
namun bodoh dalam perkara
akherat”. (HR. Al-Hakim)
7. TAMAN SURGA
Nabi saw bersabda,
ا ِ
اضَي ِ
رِب ْمُت ْرَرَم اَذِإ
َت ْارَف ِةَّنَجْل
واُع
.
َلاَق ، ِةَّنَجْال ُاضَي ِ
ر اَم َو َلاَق
:
ُقَل ِح
ِ
رْكِالذ
“Jika kalian melewati taman
surga maka berhentilah.
Mereka bertanya, ”Apakah
taman surga itu?” Beliau
menjawab, ”Halaqoh dzikir.”
(HR. Tirmidzi)
8. MAJELIS ILMU = MAJELIS DZIKIR
‘Atha’ bin Abi Rabah (wafat th. 114 H)
rahimahullaah berkata,
“Majelis dzikir adalah majelis yang didalamnya
membicarakan ilmu halal dan haram, yaitu
bagaimana harus menjual, membeli, berpuasa,
mengerjakan shalat, menikah, cerai, melakukan
haji, dan semacam itu.”
al-Khatib al-Baghdadi dalam al-Faqiih wal Mutafaqqih (no. 40).
Lihat kitab al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 132)
9. RASULULLAH SAW LEBIH
MEMILIH MAJELIS ILMU
Suatu ketika Rasulullah SAW keluar menuju masjid. Ketika itu di dalam masjid
ada dua majelis. Di satu majelis orang-orang mendalami agama dan di satu
majelis lainnya orang-orang berdoa dan memohon kepada Allah. Beliau lalu
bersabda, “Kedua majelis itu berada dalam kebaikan. Majelis yang satu
berdoa kepada Allah, sedang majelis lainnya belajar dan mengajari orang
yang tidak tahu, namun merekalah yang lebih baik. Sebab, dengan
memberikan pengajaranlah aku diutus.” Kemudian beliau duduk bersama
mereka. (HR. Abu Abdullah Ibnu Majah)
10. َّلَج َو َّزَع َ َّ
َّللا َونُرُكْذَي ٌم ْوَق ُدُعْقَي َ
َل
ُةَكِئ َ
َلَمْال ُمُهْتَّفَح َّ
َلِإ
ُمُهْتَيِشَغ َو
َذ َو ُةَنيِكَّسال ُمِهْيَلَع ْتَلََزن َو ُةَمْحَّالر
َُُدْنِع ْنَميِف ُ َّ
َّللا ُمَُُرَك
“Tidaklah sekelompok orang duduk berdzikir kepada Allah SWT,
kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat (Allah)
meliputi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan Allah
menyebut-nyebut mereka di hadapan (para malaikat) yang ada
di sisiNya.” (HR. Muslim)
PARA MALAIKAT MENGELILINGI
MAJELIS DZIKIR
12. MENUNTUT ILMU =
BERJALAN MENUJU SURGA
َي اًقي ِ
رَط َكَلَس نَم
ِهيِف ُسِمَتل
ىَلِإ اًقي ِ
رَط ِهِب ُهَل ُهللا َلَّهَس اًملِع
ِةَّنَجال
“Barangsiapa yang menempuh
suatu jalan dalam rangka
menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan
menuju surga.”
(HR. Muslim no. 7028)
13. MAKNA JALAN UNTUK
MENUNTUT ILMU
1. Arti yang sebenarnya,
seperti berjalan kaki
menuju majelis-majelis
ilmu.
2. Bisa juga berarti, menempuh
jalan atau cara yang dapat
mengantarkan seseorang
untuk memperoleh ilmu
syar’i, seperti membaca,
menghapal, menela’ah, dan
sebagainya.
14. MAKNA ALLAH MEMUDAHKAN
JALANNYA MENUJU SURGA
1. Allah akan memudahkan orang yang
menuntut ilmu semata-mata karena mencari
keridhaan Allah, dapat mengambil manfaat,
dan mengamalkannya, sehingga bisa
memasuki Surga-Nya.
2. Allah akan memudahkan jalan baginya
menuju Surga ketika melewati titian ash-
shirathal mustaqim pada hari Kiamat dan
memudahkannya dari berbagai kengerian
pada sebelum dan sesudahnya.
[Jami’ul ‘Ulum wal Hikam (II/297, Qawa’id wa Fawa’id
minal Arba’in An-Nawawiyyah (hal. 316-317),
Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga (hal. 8-9)]
15. ORANG BERILMU VS
ORANG TIDAK BERILMU
َّال َو َونُمَلعَي َينِذَّال يِوَتسَي لَه
َونُمَلعَي َ
َ َينِذ
ِباَبلَاْل وُلوُأ ُرَّكَذَتَي اَمَّنِإ
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS. Az-Zumar, 39: 9)
16. AHLI ILMU AKAN MAMPU
MEMBEDAKAN BANYAK HAL
• Mana yang wajib, mana yang sunnah
• Mana yang mubah, mana yang makruh
• Mana yang halal, mana yang haram
• Mana yang baik, mana yang buruk
• Mana yang benar, mana yang salah
• Mana yang kekal, mana yang fana
• Mana yang penting, mana yang tidak
• Mana yang banyak pahalanya, mana
yang sedikit pahalanya
• Mana jalan ke surga, mana jalan ke
neraka
17. • Adam dan Hawa
asalnya dari surga
• Diturunkan ke dunia
karena berbuat dosa
• Mereka bertobat
dan taat hingga
kembali kepada
ridha-Nya
NENEK MOYANG KITA
18. APA SIKAP KITA?
1. Surga neraka urusan
nanti! Yang penting
sekarang happy?! Disiksa
bersama iblis ga peduli?!
2. Serius mencari dan
mengikuti ilmu agar tahu
jalan pulang menuju
surga dan bisa berkumpul
bersama Nabi Adam as
dan Siti Hawa?
20. PAHALA UNTUK PENUNTUT ILMU
Dari Abu Dzar ra. ia berkata, Rasulullah saw
bersabda kepadaku:
َتَف َُودغَت نَ َ
ْل ٍ
رَذ اَبَأ اَي
اَتِك نِم ًةَيآ َمَّلَع
ِ َّ
َّللا ِب
ِم َيِلَصُت نَأ نِم َكَل ٌرَيخ
نَ َ
ْل َو ٍةَعك َر َةَئا
ا نِم اًباَب َمَّلَعَتَف َُودغَت
َل وَأ ِهِب َلِمُع ِملِعل
لَمعُي م
َأ َيِلَصُت نَأ نِم َكَل ٌرَيخ
ٍةَعك َر ََل
“Hai Abu Dzar, engkau berpagi-pagi untuk
mempelajari satu ayat dari kitab Allah lebih
baik bagimu dari pada engkau shalat
(sunnah) sebanyak 100 (seratus) raka'at. Dan
engkau berpagi-pagi untuk mempelajari satu
bab ilmu kemudian diamalkan ataupun tidak
diamalkan, adalah lebih baik bagimu
daripada engkau shalat (sunnah) sebanyak
1.000 (seribu) raka'at.”
(HR. Ibnu Majah No. 219)
21. BAGIAN PAHALA MENUNTUT ILMU
Dari Watsih bin al Asqa’ ra. berkata Rasulullah SAW bersabda,
ُهللا َبَتَك ،ُهَكَردَأَف اًملِع َبَلَط نَم
ِ
رجَاْل َنِم ِنيَلفِك ُهَل
.
نَم َو
ُهللا َبَتَك ُهك ِ
ردُي مَلَف اًملِع َبَلَط
ِ
رجَاْل َنِم ًلفِك ُهَل
“Barangsiapa menuntut ilmu dan mendapatkannya, maka Allah
mencatat baginya pahala 2 bagian; dan barangsiapa menuntut
ilmu tetapi ia tidak mendapatkannya, maka Allah mencatat
baginya pahala 1 bagian.”
(HR. Thabrani dalam al-Kabiir, dan para perawinya terpercaya – Mazma’uz
Zawa’id I/330)
22. PAHALA HAJI YANG SEMPURNA
Dari Abu Umamah ra, Nabi saw bersabda,
َِإ ُدي ِ
رُي َ ِد ِجسَمال ىَلِإ اَدَغ نَم
اًرَيخ َمَّلَعَتَي نَأ
،ُهَمِلَعُي وَأ
ُتَّجَح اًّماَت ٍاجَح ِ
رجَأَك ُهَل َانَك
ُه
“Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah
untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan
mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.”
(HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 94)
23. SEPERTI BERJIHAD
DI JALAN ALLAH TA’ALA
اًرَيخ َمَّلَعَتَيِل اَذـَه َانَدـ ِجـسَم َلَـخَد نَم
ُمالَك َانَك ُهَمِلَعُيِلوَأ
ِهللا ليِبَس يِف ِدِهاَج
“Barangsiapa yang memasuki masjid
kami ini (masjid Nabawi) dengan tujuan
untuk mempelajari kebaikan atau
mengajarkannya, dia ibarat seorang
yang berjihad di jalan Allah.”
(HR Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Ibnu Abi
Syaibah, dan Al-Hakim, dari Abu Hurairah ra)
25. DIMINTAKAN AMPUN OLEH
PENGHUNI LANGIT DAN BUMI
ُهَل ُـرِفـغَتــسَيَل َمِلاَعال َّنِإ َو
نَم َو ِتا َو ـاَمَّسال يِف نَم
ا يِف ُـانَتـي ِحال ىَّتَح ِ
ضرَْلا يِف
ِـاءَمل
“Dan sesungguhnya orang yang berilmu benar-benar
dimintakan ampun oleh penghuni langit dan bumi, bahkan
oleh ikan-ikan yang berada di dalam air.”
(HR. Abu Dawud (no. 3641), Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), Ahmad (V/196),
Ad-Darimi (I/98), Ibnu Hibban (88 – Al-Ihsan dan 80 – Al-Mawarid))
26. DOSA-DOSA KECIL
AKAN DIAMPUNI
Nabi saw. bersabda,
َعَتَيِل َلَقَتان ِنَم
ِفُغ اًملِع َمَّل
ُهَل َر
َوُطخَي أن َلبَق
“Siapa yang berpindah (dengan
berjalan kaki atau naik kendaraan)
untuk mempelajari ilmu
(syariat/agama) maka ia akan
diampuni (dosa-dosa kecilnya yang
telah lalu) sebelum ia akan
melangkah (dari tempatnya jika ia
berniat karena Allah ta’ala).”
(Lubbabul Hadis bab pertama, imam As-Suyuthi)
28. َينِذَّال ُهللا ِعَفرَي
مُكنِم واُنَمَآ
ِعال واُتوُأ َينِذَّال َو
ٍتاَجَرَد َمل
“Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa
derajat.” (QS Al Mujadalah, 58: 11)
ALLAH MENGANGKAT
DERAJAT ORANG BERILMU
29. IBNU ABZA, BEKAS BUDAK
PEMIMPIN MEKKAH
Nafi’ bin Abdul Harits pernah bertemu dengan Umar bin
Khattab ra. di ‘Isfan (nama sebuah tempat, pen). Ketika
itu Umar ra mengangkatnya sebagai
gubernur Mekah.
Umar pun berkata kepadanya, “Siapakah orang yang
kamu serahi urusan untuk memimpin penduduk
lembah itu?”.
Dia mengatakan, “Orang yang saya angkat sebagai
pemimpin mereka adalah Ibnu Abza; salah seorang
bekas budak kami.”
Maka Umar mengatakan, “Apakah kamu mengangkat
seorang bekas budak untuk memimpin mereka?”.
Dia pun menjawab, “Wahai Amirul Mukminin,
sesungguhnya dia adalah orang yang pandai
memahami Kitabullah, mendalami ilmu waris, dan juga
seorang hakim.” (HR. Muslim)
30. Umar ra. berkata,
Sesungguhnya Nabi kalian
bersabda,
ِب ُعَفرَي َهللا َّنِإ
ِباَتِكال اَذَه
ِب ُعَضَي َو اًما َوقَأ
َين ِ
َرخآ ِه
“Sesungguhnya Allah
mengangkat derajat
seseorang dengan kitab ini (Al
Qur’an) dan merendahkan
yang lain dengan kitab ini.“
(HR. Muslim no. 817)
ALLAH MENGANGKAT
DERAJAT ORANG BERILMU
31. ORANG CACAT
MENJADI HAKIM
• Pernah ada seseorang yang lehernya cacat,
sehingga dia selalu menjadi bahan ejekan
orang-orang disekitarnya. Kemudian
ibunya berkata kepadanya, “Hendaklah
engkau menuntut ilmu, niscaya Allah
akan mengangkat derajatmu.”
• Lalu orang tersebut menuntut ilmu syar’i
sampai dia menjadi seorang yang ‘alim
(pandai), sehingga dia diangkat menjadi
Hakim di Mekah selama 20 tahun. Dan
jika ada seseorang yang memiliki perkara
duduk dihadapannya, gemetarlah seluruh
tubuhnya sampai dia berdiri.
[Lihat Al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 26) dan Menuntut Ilmu
Jalan Menuju Surga (hal. 33)]
Imam Syaukani rahimahullah menjelaskan bahwa dalam firman Allah يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ mencakup pengangkatan derajat di dunia dan di akhirat.
Sedangkan dalam firman-Nya وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ maksudnya Allah mengangkat derajat orang yang diberi ilmu dengan beberapa derajat yang tinggi dan kedudukan mulia di dunia serta pahala di akhirat.
Maka barangsiapa menggabungkan iman dan ilmu niscaya Allah akan mengangkatnya beberapa derajat dengan imannya dan mengangkat pula beberapa derajat dengan ilmunya.
Dengan demikian semua pengangkatan derajat tersebut terkumpul dalam majelis ilmu. (Fathul Qadir 767)