Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Dokumen tersebut membahas tentang penerapan nilai-nilai pendidikan multikultural pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAS Xaverius Bukittinggi. SMAS Xaverius merupakan sekolah multikultural yang mempunyai keragaman suku, budaya, dan agama. Guru PAI berupaya menerapkan nilai-nilai toleransi dan menghargai perbedaan melalui pembelajaran agama Islam.
1. PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAS XAVERIUS
BUKITTINGGI
NAMA :SUMMAHIRU
NIM :1914010055
DOSENPENASEHATAKADEMIK
Dr.RatnaKasniYuniendel,S.Ag.,M.Pd.I.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UINIMAM BONJOL PADANG
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. FOKUS PENELITIAN
D. TUJUAN PENELITIAN
C. RUMUSAN MASALAH
E. MANFAAT PENELITIAN
3. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk (plural society), yang terdiri dari bermacam-macam
suku bangsa, memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, serta mempunyai bahasa dan corak sosial
budaya yang tidak sama antara yang satu dengan yang lainnya
Keanekaragaman kebudayaan Indonesia yang didukung oleh sekitar 300 suku, 200 bahasa daerah dan ribuan
aspirasi kultural, maka dalam proses interaksi sebagai bagian dari negara kesatuan antar etnik tersebut
diperlukan sebuah toleransi yang tinggi terhadap keberadaan kebudayaan satu etnis dengan etnis yang lainnya
dalam kerangka nasionalisme kebangsaan, sebuah ideologi transetnis yang menjadi cita-cita bersama
4. Di dalam Islam sebenarnya sudah ada nilai-nilai pluralisme terdapat beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang
menunjukkan kepada nilai pluralisme Islam, yang apabila di hayati maka diharapkan hubungan antara sesama
manusia dengan segala macam keanekaragaman ideologi, etnik, dan sebagainya terjembatani melalui nilai-nilai
Pluralisme Islam ini.
Sebagaimana yang dikatakan dalam firman Allah Surat Al-Hujurat ayat 13.
ْوُف َارَعَتِل َلِٕىۤاَبَق َّو اًب ْوُعُش ْمُكٰنْلَعَج َو ىٰثْنُا َّو ٍ
رَكَذ ْنِم ْمُكٰنْقَلَخ اَّنِا ُاسَّنال اَهُّيَآٰٰي
َِّنا ا
ٌْريِبَخ ٌمْيِلَع َ ه
ّٰللا َِّناۗ ْمُكىٰقْتَا ِ ه
ّٰللا َدْنِع ْمُكَم َرْكَا
Artinya:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal."(Q.S Al-Hujurat: 13)
NEXT NEW
5. MULTIKULTURAL
Orang Minangkabau merupakan salah
satu suku bangsa di Indonesia yang
terdiri dari dua wilayah (darek-daerah)
dengan sistem matrilineal
Dalam dua tahun terakhir telah
dilakukan beberapa survei. dan lembaga
penelitian yang telah meluncurkan hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa
Sumatera Barat merupakan daerah
dengan tingkat toleransi yang rendah
DAMPAK NEGATIF CONTOH KONFLIK
YANG TERJADI
Pluralitas bisa memberikan dampak negatif, yaitu berupa
konflik di tengah kehidupan masyarakat, antara lain:
Menimbulkan persaingan. Persaingan adalah suatu
proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling
berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan
atau kemenangan. Persaingan bisa terjadi bila ada
beberapa pihak yang menginginkan sesuatu supaya
menjadi pusat perhatian umum.
6. Indeks kerukunan di Sumatera Barat dengan 19 kabupaten dan kota masih
sangat rendah, terutama yang berkaitan dengan instalasi tempat ibadah,
pelaksanaan ibadah bersama, dan perayaan Natal. Hal ini disebabkan
antara lain: (1) dialog antaragama cenderung santun, tidak menyentuh
persoalan riil kebhinekaan; (2) dari 19 kabupaten, hanya kabupaten
(Mentawai, Padang, Padang Pariaman, Padang Panjang, Bukittinggi,
Payakumbuh, Sawahlunto, Pasaman Barat, dan Pasaman) yang memiliki
gereja atau rumah ibadah resmi. Sedangkan di 10 kabupaten lainnya hanya
terdapat musholla dan rumah ibadah tidak resmi. Institut Ma'arif tahun
2017 menyatakan bahwa kota Padang tidak mencerminkan kehidupan
Islam dalam hal interaksi antar umat beragama.
CONTOH KONFLIK YANG TERJADI
7. PENYELESAIAN
Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan
strategi khusus untuk memecahkan persoalan tersebut
melalui berbagai bidang; sosial, ekonomi, budaya, dan
pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, maka pendidikan
multikultural menawarkan salah satu alternatif melalui
penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis
pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,
khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis,
budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan,
umur, dll
pendidikan multikultural merupakan
salah satu isu yang mencuat
kepermukaan di era globalisasi, bahwa
pendidikan sebagai ruang transformasi
budaya hendaknya selalu
mengedepankan wawasan
multikultural. Untuk memperbaiki
kekurangan dan kegagalan, serta
membongkar praktik-praktik
diskriminatif dalam kehidupan.
Pendidikan multikultural diperlukan
untuk menjelaskan perbedaan-
perbedaan tersebut sehingga tidak
menjadi anarkisme, tetapi dapat
dijelaskan sebagai aset yang
berpotensi untuk membangun
kehidupan bangsa secara bersama
8. SMAS Xaverius merupakan SMAS yang berada di bawah naungan Yayasan Prayoga Bukittinggi. Yayasan
ini terletak di jalan Bagindo Aziz Chan No.11 Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang Kecamatan Guguk
Panjang Kota Bukittinggi. Yayasan ini merupakan yayasan Katolik yang bergerak dalam bidang pendidikan yang
terdiri dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA. Hal yang menarik di Yayasan Prayoga ini adalah notabennya
merupakan yayasan pendidikan non Islam tetapi di yayasan ini juga memiliki peserta didik yang beragama
Islam. Karena di xaverius banyak keragaman Adat Budaya dan Agma, memiliki perbedaan suku dan bahasa hal
ini menyebabkan pentingnya membangub nilai pendidikan multikultural di SMAS Xaverius Bukittinggi.
SMAS XAVERIUS BUKITTINGGIMERUPAKAN
SEKOLAH YANG MULTIKULTURAL
9. MASALAH YANG MUNCUL
KEBERAGAMAN TIDAK HANYA DALAM MASALAH AGAMA
• Keberagaman latar sosial para siswa SMAS
Xaverius Bukittinggi tidak hanya hanya berkaitan
dengan keberagaman dengan agama yang mereka
peluk namun juga berkaitan dengan latar budaya
suku bangsa dari berbagai daerah di Indonesia.
10. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak
Muhammad Ridwan, selaku guru PAI di SMAS Xaverius
Bukittinggi, beliau mengatakan bahwa sekolah menyiapkan
guru pendidikan agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu dan
Budha. Dan Para guru agama menempati satu deretan meja
kerja yang memungkinkan setiap saat mereka saling
berinteraksi dan berkomunikasi dengan intensif sehingga tidak
menimbulkan kesan ekslusif antarguru agama di sekolah ini. Hal
ini juga merupakan perwujudan dari kehendak baik pihak
yayasan untuk memperlakukan secara sama dan adil bagi
setiap guru agama dan siswa penganut berbagai agama.
Hasil Wawancara Dengan Guru PAI SMAS Xaverius Bukittinggi
Pada Tanggal 16 Juli 2022
11. LANJUTAN
Mayoritas siswa berasal dari wilayah Bukittinggi
Sumatera Barat namun ada juga siswa yang memiliki
latar budaya dari luar Bukittinggi Sumatera Barat,
seperti dari Sumatera Utara. dan Pulau Jawa.
Keberagaman latar budaya daerah ini terjadi karena
orang tua para siswa berasal dari berbagai daerah di
luar Bukittinggi Sumatera Barat namun tinggal
menetap di wilayah Bukittinggi.
12. PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL OLEH GURU PAI
Dalam proses pembelajaran guru agama Islam harus mampu
menanamkan nilai-nilai toleransi dalam segala perbedaan,
menghargai pendapat orang lain, dan tidak mengklaim bahwa
agamanya yang paling benar dan yang lain salah. Selain itu
seorang guru agama Islam seharusnya memperoleh akses, input
dan informasi yang cukup akurat dan tepat mengenai kepelikan
dan kompleksitas kehidupan beragama dalam era kemajemukan
ini sehingga guru mampu memberikan alternatif pemecahan
masalah dan mampu mengemas ulang pesan-pesan dan nilai-
nilai agama yang mereka peluk dalam era pluralitas.
13. Keberagaman latar budaya dan agama para siswa di SMAS Xaverius Bukittinggi ini sangat disadari oleh para guru
sehingga para guru melalui mata pelajaran yang diampunya berusaha memberikan pemahaman tentang
keberagaman budaya dan termasuk juga keberagaman agama dari bangsa Indonesia dan para siswa sendiri juga
merupakan bagian sekaligus representasi dari keberagaman budaya bangsa Indonesia
Hal ini juga berlaku bagi guru agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan multikultural melalui
pembelajaran pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam merupakan pembelajaran yang sangat penting
dalam pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan agama Islam diharapkan mampu memberikan pengertian
pada siswa tentang sikap toleransi, menghargai, dan tidak merasa paling benar.
ALASAN TANGGUNG JAWAB GURU
14. FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis memfokuskan
penelitian tentang “Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan
Multikultural Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMAS Xaverius Bukittinggi.
15. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan fokus penelitian tersebut maka
pertanyaan dalam penelitian ini adalah:
2. Apa kendala yang dihadapi guru Pendididkan
Agama Islam dalam menerapkan nilai-nilai
multikultural pada siswa di SMAS Xaverius
Bukittinggi?
1.Bagaimana penerapan nilai-nilai multikultural di
SMAS Xaverius Bukittinggi?
16. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui penerapan nilai-nilai multikultural di SMAS Xaverius
Bukittinggi.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru Pendidikan Agama
Islam dalam menerapkan nilai-nilai multikultural di SMAS Xaverius
Bukittinggi.
17. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian diharapkan
dapat memperkaya ilmu
pegetahuan pembaca
maupun peneliti sendiri
terutama dalam bidang
pendidikan.
TEORITIS PRAKTIS
Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan
informasi dan wawasan
kepada guru agar dapat
produktif, kreatif dan
inovatif dalam proses
belajar mengajar.
18. A. PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang
memberikan penekanan terhadap proses penanaman cara
hidup yang saling menghormati, tulus, dan toleran terhadap
keanekaragaman budaya hidup di tengah-tengah masyarakat
dengan tingkat pluralitas yang tinggi. Di Indonesia yang
memiliki kemajemukan masyarakat yang tinggi, pendidikan ini
memiliki peran yang sangat strategis untuk dapat mengelola
kemajemukan secara kreatif
19. Dimensi membantu para praktisi mengidentifikasi dan merumuskan perubahan-
perubahan yang mencerminkan pemikiran-pemikiran tentang pendidikan
multikultural serta cara-cara yang kreatif dan efektif. Pendidikan multikultural
mengandung arti bahwa proses pendidikan yang diimplementasikan pada kegiatan
pembelajaran di satuan pendidikan selalu mengutamakan unsur perbedaan sebagai
yang biasa, sebagai implikasinya pendidikan multikultural membawa peserta didik
untuk terbiasa dan tidak mempermasalahkan adanya perbedaan secara prinsip
untuk bergaul dan berteman dengan siapa saja tanpa membedakan latar belakang
budaya, suku bangsa, agama, ras, maupun adat istiadat yang ada.
DIMENSI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
20. B. NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
• PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
• NILAI-NILAI
PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DALAM
KONTEKS PENDIDIKAN
ISLAM
• PENERAPAN
PENDIDIKAN NILAI-
NILAI MULTIKULTURAL
PADA MATA PELAJARAN
PAI
21. ULASAN
Pendidikan agama Islam merupakan
suatu usaha yang tidak hanya
menekankan pada ranah kognitif, tetapi
juga menekankan pada pentingnya sikap
dan perilaku dan aktualisasi diri
1. PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
2. NILAI-NILAI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DALAM
KONTEKS PENDIDIKAN
ISLAM
Pendidikan Multikultural Dalam konteks Pendidikan
Islam yang berwawasan multikultural adalah suatu
pendidikan yang membuka visi dan cakrawala yang
lebih luas. Mampu melintas batas kelompok etnis
atau tradisi budaya dan agama sehingga mampu
melihat kemanusiaan sebagai keluarga yang
memiliki perbedaan kesamaan cita-cita. Nilai-nilai
pendidikan Islam berbasis multikultural (1) nilai
andragogi; (2) nilai perdamaian; (3) nilai
inklusivisme; (4) nilai kearifan; (5) nilai toleransi
3. Penerapan Nilai-Nilai
Pendidikan Multikultural Pada
Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah.
Pendidikan multikultural dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam di Sekolah Menegah Atas ini meliputi nilai toleransi, nilai
kesamaan, nilai persatuan, nilai kekerabatan, dan nilai keadilan.
Sedangkan penanaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan keteladanan dimana
guru memberikan contoh teladan kepada siswa tentang pentingnya
saling menghargai dengan tidak membeda-bedakan siswa yang satu
dengan siswa lainnya.
22. KAJIAN PENELITIAN RELEVAN
Dwi Puji Lestari: Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural di
SMAN 1 Wonosari Gunung Kidul. Tesis Program Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga, 2012.
Zainuddin: Pengembangan Budaya Toleransi Beragama Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) Berbasis Multikultural di SMAN 1 Amlapura Bali. Tesis Program Pascasarjana UIN Malik Malang 2010.
Charles: Pengembangan Bahan Ajar PAI Bernuansa Multikultural Di SMAS Xaverius Kota
Bukittinggi. Disertasi Program Pasca Sarjana, UIN Iman Bonjol Padang, 2020.
Dodi S Truna: Penelitian Pendidikan Multikultural yang bernuansa keagamaan yang dia antaranya
adalah; Pendidikan Agama Islam berwawasan Multikulturalisme, tahun 2011.
23. ALUR PIKIR
Keberagaman latar belakang siswa
(Etnis, Budaya, Bahasa, Agama, Status Sosial, Gender, Kemampuan ,Umur, Ras
Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
•Alur Pikir
24. BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELIITIAN
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
C. SUMBER DATA
D. TEKNIK INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
E. TEKNIK KEABSAHAN DATA
F. TEKNIK ANALISIS DATA
25. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, artinya peneliti akan
melihat gejala atau fenomena yang terjadi di masyarakat. Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi, analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan
pada saat penelitian di lapangan. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif
PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN
26. PEMBAHASAN PENELITIAN
Penelitian ini membuktikan bahwa kemampuan membaca pemahaman peserta didik
yang menggunakan model multiliterasi di kelas V SDN 27 Sago memiliki hasil
yang berbeda.
Perbedaan kemampuan membaca pemahaman tidak terlalu signifikan baik itu dari
kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan terjadi peningkatan yang tidak terlalu
jauh dari rata-rata tes. Dilihat dari rata-rata kelas eksperimen rata-rata adalah 83,57
sementara kelas kontrol 80,71 dan kelas eksperimen nilai tertinggi adalah 100 pada
kelas kontrol nilai tertinggi 90, sedangkan pada kelas eksperimen nilai terendah 70
dan pada kelas kontrol 70.
Dapat ditarik kesimpulan perbedaan kemampuan membaca pemahaman antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terlalu signifikan akan tetapi perbedaan
kemampuan membaca pemahaman dari kedua kelas tersebut memang ada.
27. B.TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian ini dilakukan di SMAS Xaverius. SMAS Xaverius merupakan SMAS
yang berada di bawah naungan Yayasan Prayoga Bukittinggi. Yayasan ini
terletak di jalan Bagindo Aziz Chan No.11 Kelurahan Bukit Cangang Kayu
Ramang Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi, di SMAS ini ditemukan
gejala-gejala atau fenomena yang menjadi permasalahan yang akan diteliti,
yaitu Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMAS Xaverius Bukittinggi. Waktu penelitian
dilakukan pada tanggal 16 juli 2022
28. C. SUMBER DATA
DATA PRIMER
Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
dari sumber pertamanya (informan). Data primer dalam
penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan guru PAI SMAS Xaverius Bukittinggi, Kepala sekolah SMAS
Xaverius Bukittinggi, Wakil Kepala Sekolah beberapa guru dan
siswa di SMA Xaverius Bukittinggi yang beragama Islam. Hardani,
Metode Penelitian Kulitatif dan Kuantitatif, (Yogjakarta: Pustaka
Ilmu, 2020), Cet.Ke-1, hlm.247
29. DATA
Data sekunder adalah data yang mendukung proyek penelitian dari data primer,
serta melengkapi data primer. Data sekunder ini peneliti peroleh dari hasil
dokumentasi baik berupa teks, soft-file, maupun dokumen lain yang terkait
denganfokus penelitiandi SMAS Xaverius Bukitinggi.
Opcit, hlm.247
DATA SEKUNDER
30. D. TEKNIK DAN INSTRUMEN
PENGUMPULAN DATA
1. TEKNIK OBSERVASI
2. TEKNIK WAWANCARA
3.TEKNIK DOKUMENTASI