Syed Muhammad Naquib Al-Attas adalah filsuf muslim asal Malaysia yang lahir pada 1931. Ia menguasai berbagai bidang ilmu seperti teologi, filsafat, sejarah, dan sastra. Tujuan pendidikan Islam menurut pandangannya adalah melatih seluruh potensi manusia, bukan hanya pikiran. Ia berupaya meng-Islamisasi konsep-konsep ilmu dengan memulai dari bahasa.
2. Syed Muhammad
Naquib Al-Attas (Syed
Muhammad al Naquib
bin Ali bin Abdullah
bin Muhsin al Attas)
lahir di Bogor, 5
September 1931
merupakan filsuf
muslim asal Malaysia.
Beliau menguasai
teologi, filsafat,
metafisika, sejarah,
dan literatur
3. (1970) The Correct Date of the Terengganu Inscription, Kuala Lumpur Museum
Department.
(1972) Islam Dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu
(1975) Comments on the Re-Examination of Al-Raniri’s Hujjat au’l Siddiq: A
Refutation, Kuala Lumpur Museum Department.
(1978) Islam and Secularism ISBN 983-99628-6-8
(1980) The Concept of Education in Islam
(1988) The Oldest Known Malay Manuscript: A 16th Century Malay Translation of
the `Aqa’id of al-Nasafi
(1989) Islam and the Philosophy of Science, Kuala Lumpur: ISTAC, 2001)
(1990) The Nature of Man and the Psychology of the Human Soul
(1990) On Quiddity and Essence
(1990) The Intuition of Existence
(1992) The Concept of Religion and the Foundation of Ethics and Morality
(1993) The Meaning and Experience of Happiness in Islam, Kuala Lumpur: ISTAC,
1998)
(1994) The Degrees of Existence
(1995) Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental
Elements of the Worldview of Islam
(2011) Historical Fact and Fiction
4. Ilmu Naquib al-Attas pada dasarnya adalah
respon intelektual terhadap efek negatif ilmu
modern (Barat) yang semakin tampak dan
dirasakan masyarakat dunia, yang menurutnya,
merupakan akibat dari adanya krisis di dalam
basis ilmu modern (Barat), yakni konsepsi
tentang realiatas atau pandangan dunia yang
melekat pada setiap ilmu, yang kemudian
merembet pada persoalan Epistemologis, seperti
sumber pengetahuan, hubungan antara konsep
dan realitas, masalah kebenaran, bahasa dan
lainnya yang menyangkut masalah pengetahuan.
5. Naquib menyatakan bahwa pengetahuan
datang dari Tuhan yang kemudian ditafsirkan
oleh kekuatan potensi-potensi manusia,
sehingga pengetahuan yang dimiliki manusia
adalah tafsiran terhadap pengetahuan dari
Tuhan.
6. Menurut Naquib, proses Islamisasi atas
konsep-konsep di atas, yaitu tentang
pandangan dunia, tentang realitas dan
epistemologis, yang bertujuan untuk
mengimbangi dan “meluruskan” pandangan
dunia (metafisika) dan epistemologis Barat
yang tidak sesuai dengan tata nilai Islam dan
cenderung merusak tata kehidupan manusia
sendiri, menurut Naquib (1987:26; 1995: 11),
dapat dimulai dari apa yang diistilahkan
dengan “Islamisasi bahasa”.
7. Tujuan pendidikan islam menurut Al-Attas
adalah bukan hanya untuk melatih pikiran,
melainkan juga untuk melatih keseluruhan
potensi sebagia manusia.
8. Pemaparan konsep pendidikan Islam dalam
pandangan al-Attas lebih cenderung
menggunakan istilah (lafad) ta’dib, daripada
istilah-istilah lainnya. Pemilihan istilah
ta’dib, merupakan hasil analisa tersendiri
bagi al-Attas dengan menganalisis dari sisi
semantik dan kandungan yang disesuaikan
dengan pesan-pesan moralnya.