Makalah ini membahas tentang pemikiran filsafat Al-Kindi dengan menjelaskan biografi singkat, pandangannya tentang filsafat, filsafat pengetahuan, dan etika."
Filsafat, Ilmu, dan Agama memiliki keterkaitan hubungan yang begitu erat. Ketiganya memiliki metode, pandangan, dan cara yang berbeda untuk sama sama mencoba mencari lalu menemukan kebenaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa unsur yang menjembatani antara sains dan agama adalah filsafat, karena filsafat memunculkan proses berpikir secara mendalam yang bisa menginteraksikan antara sains dan agama.
Program Pelatihan Computer Technical Support, Networking, Technical Support Smartphone, Kesehatan Berbasis Islamiyah, Alamiyah & Ilmiyah
Perum Gaperi BDB 2, Jl. Gunung Salak V Blok FE No. 5, RT 02/17 Kelurahan Sukahati Cibinong Bogor
SMS : 087862088129, 085211098788
YM : rasyadhermawan
Pin : 7556788F
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
1. 1
MAKALAH
âPEMIKIRAN FILSAFAT AL-KINDIâ
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Filsafat Islam
Dosen Pengampu : Miftahul Ula, M.Ag
Disusun Oleh:
Muhammad Khoiruzzadi 2021214400
Muhammad Affan Habibie 2021214401
Istiqomah Ika Rima C 2021214402
Devisiana Larasati 2021214405
TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penerjemahan buku-buku Yunani pada masa Abbasiyah merupakan
salah satu faktor berkembangnya ilmu pengetahuan secara pesat. Pada masa
itu, penerjemah tidak hanya menerjemahkan buku-buku Yunani tetapi mereka
juga menulis langsung. Mereka mengarang apa mereka sebut âpengantar-
pengantarâ untuk menjelaskan materi yang mereka uraikan. Pengantar-
pengantar ini tidak sedikit jumlahnya. Sebagian ada yang difokuskan kepada
kedokteran, kimia, falak, atau filsafat. Para penerjemah tersebut mengadakan
dialog dengan pemikir di sekitarnya dan beberapa diantaranya dianggap
sebagai perintis pertama bagi pemikiran filsafat Islam. Al-Kindi disebut-
disebut sebagai filsuf pertama dalam Islam, seorang ilmuwan besar muslim
dalam bidang kedokteran dan merupakan pemilik salah satu pemikiran
terbesar yang terkenal sepanjang peradaban manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah hidup Al-Kindi?
2. Bagaimana pemikiran Al-Kindi mengenai filsafat?
3. Bagaimana pandangan Al-Kindi mengenai filsafat pengetahuan?
4. Bagaimana pandangan Al-Kindi mengenai etika?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui sejarah hidup Al-Kindi?
b. Mengetahui pemikiran Al-Kindi mengenai filsafat?
c. Mengetahui pandangan Al-Kindi mengenai filsafat pengetahuan?
d. Mengetahui pandangan Al-Kindi mengenai etika?
3. 3
D. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang digunakan adalah dengan menggunakan
beberapa referensi buku atau referensi lainnya yang merujuk pada
permasalahan yang sedang dibahas.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian
pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, perumusan masalah ,tujuan
penulisan, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan; Bab II,
adalah pembahasan; Bab III, bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan.
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi dan karyanya
Nama lengkapnya ialah Abu Yusuf bin Ishaq bin Ash-Shabah bin
Imran bin Al-Asyâats bin Qais. Sebagian sumber mengatakan bahwa ia lahir
pada tahun 186 H/802 M dan sebagian yang lain mengatakan ia lahir pada
tahun 185 H/801 M di Kufah dan wafat pada tahun 260 H. Ia dipanggil Al-
Kindi karena dihubungkan dengan kabilahnya, yaitu kabilah Arab Kindah.1
Ia merupakan anak dari Ishaq Ashshabbah seorang gubernur pada masa
pemerintah Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid dari Bani Abbas.
Al-Kindi menghabiskan masa kecilnya di Kufah dalam belaian kasih
sayang kedua orang tuanya. Ketika ia masih anak-anak, ayahnya meninggal
dunia. Tap ia tetap terus mempelajari berbagai macam ilmu di Kufah, Basrah
dan Baghdad. Ia mulai belajar filsafat, logika, matematika, musik, astronomi,
fisika, kimia, geografi, kedokteran dan teknik mesin.
Kemampuannya dalam bidang filsafat dan penemuannya dalam
bidang kedokteran serta keahliannya sebagai insinyur telah diakui oleh para
ilmuwan lain yang hidup pada masanya. Kejeniusan dan kemampuannya
dalam berbagai bidang sempat menjadi sumber kedengkian orang-orang yang
dengki dan lemah jiwanya, sehingga hampir saja Al-Kindi dipenjara,
dicambuk dan diboikot.
Al-Kindi mendalami filsafat Yunani dan menerjemah sebagian buku-
bukunya, menambah dengan keterangan dan komentar yang menunjukkan
pada kemampuannya yang sangat besar dalam bidang itu kenyataan inilah
yang membuat khalifah Al-Makmun memberikan tugas kepadanya untuk
menerjemahkan buku-buku karangan Aristoteles. Dia juga menguasai
pemikiran dan filsafat Persia dan India. Dia menelusuri metode filsafat dan
logika matematika sebagaimana yang dilakukan oleh para filsuf Yunani.
1
Muhammad Gharib Jaudah, 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam, Cetakan ke-1
(Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm. 113-114.
5. 5
Hubungan Al-Kindi yang kuat dengan filsafat memberikan dampak yang
sangat besar bagi perkembangan pemikiran ilmiahnya. Al-Kindi menolak
segala pemikiran yang bertentangan dengan Islam dan berusaha untuk
memadukan antara filsafat dan pemikiran islam. Al-Kindi memiliki lebih dari
dua ratus buku yang dikarangnya. Dua puluh dua buku diantaranya
merupakan karya dalam bidang filsafat.
B. Pandangan Al-Kindi tentang Filsafat
Pemikiran Al-Kindi cukup besar dan mendasar terutama di bidang
filsafat, fisika, metafisika, efistemologi dan etika. Ia berusaha
mempertemukan antara filsafat dan agama. Menurut Al-Kindi: âFilsafat
adalah ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang termulia dan tertinggi
martabatnyaâ;âAgama juga merupakan ilmu mengenai kebenaranâ. âtidak
ada yang lebih utama bagi ornag yang mencari kebenaran daripada kebenaran
itu sendiriâ. âorang yang mengingkari kebenaran, dan oleh karenanya maka ia
menjadi kafirâ.
Dalam risalahnya yang ditujukan kepada Al-Muktasim ia menyatakan
bahwa filsafat adalah ilmu yang termulia serta terbaik dan yang tidak bisa
ditinggalkan oleh setiap orang yang berpikir. Kata-katanya ini ditujukan
kepada mereka yang menentang filsafat dan mengingkarinya, karena
dianggap sebagai ilmu kafir dan menyiapkan jalan kepada kekafiran. Sikap
mereka inilah yang selalu menjadi rintangan bagi filosof islam, terutama Ibnu
Rusyd.
Al-Kindi meninjau filsafat dari dalam dan dari luar. Dengan tinjauan
dari dalam dalam, ia bermaksud mengikuti pendapat filosof-filosof besar
tentang arti kata-kata âfilsafatâ, dan dalam risalahnya yang khusus mengenai
definisi filsafat, ia menyebutkan enam definisi yang kebanyakannya bercorak
Platonisme. Dengan tinjauan dari luar, ia bermaksud memberikan sendiri
definisi filsafat.
Menurut Al-Kindi, filsafat ialah ilmu tentang hakikat (kebenaran)
sesuatu menurut kesanggupan manusia, yang mencakup ilmu ketuhanan, ilmu
6. 6
keesaaan (wahdaniyah), ilmu keutamaan (fadlilah), ilmu tentang semua yang
berguna an cara memperolehnya, serta cara menjauhi perkara-perkara yang
merugikan. Jadi tujuan seorang filosof bersifat teori, yaitu mengetahui
kebenaran, dan bersifat amalan, yaitu mewujudkan kebenaran terseut dalam
tindakan. Semakin dekat kepada kebenaran semakin dekat pula pada
kesempurnaan.
Menurut Al-Kindi definisi filsafat adalah pengetahuan tentang segala
sesuatu yang abadi, bersifat menyeluruh dan umum. Essensinya dan causa-
causanya. Berdasarkan definisi ini Al-Kindi menambahkannya nilai
keutamaan. âfilsuf adalah orang yang berupaya memperoleh kebenaran dan
hidup mengamalkan kebenaran yang diperolehnya, yaitu orang yang hidup
menjunjung tinggi nilai keadilan atau hidup adilâ.
Unsur-unsur pemikiran yang mempengaruhi filsafatnya:
ï Pemikiran Pitagoras tentang matematka sebagai jalan ke arah filsafat.
ï Pemikiran Aristoteles dalam fisika-fisikanya dan metafisika dan berbeda
pendapa mengenai qadimnya alam/kekalnya alam.
ï Pemikiran Plato dan Aristoteles dalam etiknya.
ï Pemikiran Plato dalam kejiwaannya.
ï Wahyu dan Iman (ajaran-ajaran agama) dalam hubungannya dengan
Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
ï Pemikiran Muâtazilah dalam menekan rasio dan menafsirkan ayat-ayat
Al-Qurâan.2
Dalam pandangan filsafat fisikanya disebutkan âbahwa alam ini ada
illat-Nya (sebab) yang jauh, yang menjadikan yaitu Allah yang mengaturnya
dan menciptakan sebagiannya sebagai illat (sebab) bagi lainnyaâ, âalam itu
tidak mempunyai asal, kemudian menjadi dua, karena diciptakan, maka alam
itu mustahil qadimnyaâ. Di alam alam ini terdapat bermacam-macam gerak.
Diamping itu juga ada 4 illat: yaitu illat materi atau illat unsur (illat
maddiyah; material cause), illat bentuk (illat shuriyah; formal cause), illat
2
Sudarsono, Filsafat Islam, Cetakan ke-2 (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 25.
7. 7
pencipta (illat failah; moving cause), dan illat tujuan (illat ghaiyah; final
cause).
Menurut Al-Kindi kejadian dan kemusnahan alam hanya dapat terjadi
pada benda-benda yang mempunyai kualitas dan mengandung perlawanan.
Disamping itu âbenda-benda langit mempunyai kehidupan dan mempunyai
indra, yaitu indra penglihatan dan indra pendengarsebagai indra-indra yang
diperlukan untuk dapat berfikir dan membedakan. Oleh sebab itu benda-
benda langit adalah benda-benda dalah benda-benda yang hidup, berfikir, dan
bisa membedakanâ.
Di dalam menjelaskan tentang barunya alam; dalilnya berpangkal
pada arti gerak dan waktu (zaman), bahwa âgerak dan waktu (zaman) tidak
mempunyai wujud yang berdiri seniriâ. âgerak terdapat pada sesuatu
yangmempunyai zaman, berarti gerak itu ada apabila ada benda, karena
mustahil ada benda yang semula diam kemudian bergerak, sebab alam ini
adakalanya baru atau qadim, jika baru maka wujudnya dari tiada adalah
keadian, sedangkan kejadian adalah satu macam gerak. Jadi barunya alam itu
adalah gerakan, jika benda itu qadim dan diam yang mungkin dapat bergerak,
kemudian bergerak sesudah itu. Sesuatu yang azali itu mengalami perubahan,
akan tetapi yang qadim itu tidak mungkin mengalami perubahanâ.
Pemikiran di bidang metafisika lebih menitikberatkan kepada masalah
hakikat Tuhan, bukti-bukti, dan sifat Tuhan. Menurutnya Tuhan adalah wujud
yang hak (benar), yang bukan asalnya tidak ada menjadi ada, ia selalu
mustahil tiada ada, ia selalu ada dan akan selalu ada. Jadi Tuhan adalah wujud
sempurna yang tidak didahului oleh wujud yang lain, tidak berakhir wujud-
Nya dan tidak ada kecuali dengannya.
Al-Kindi mengemukakan tiga jalan untuk membuktikan adanya
Tuhan, yaitu:
1. Tidak mungkin ada benda yang ada dengan sendirinya, jadi wajib ada
yang menciptakannya dari ketiadaan dan pencipta itulah Tuhan.
2. Dalam alam tidak mungkin ada keragaman tanpa keseragaman atau
keseragman tanpa keragaman. Tergabungnya keragaman dan eseragaman
8. 8
bersama-sama, bukanlah karena kebetulan, tetapi karena sesuatu sebab.
Sebab pertama adalah Tuhan.
3. Kerapian alam tak mungkin terjadi tanpa ada yag merapikannya
(mengatur). Yang merapikan atau yang mengatur alam nyata ialah
Tuhan.3
Disamping itu Al-Kindi juga membuktikan wujud Tuhan dengan
menggunakan tiga jalan:
ï Barunya alam, alam ini baru ada dan ada permulaan waktunya. Karena
alam ini terbatas, oleh karena itu yang menyebabkan alam ini tercinta, dan
tidak mungkin ada sesuatu benda yang ada dengan sendirinya. Maka ia
diciptakan oleh penciptanya dari tiada.
ï Keanekaragaman dalam wujud, ada yang meyebabkan atau ada yang
sebab. Sebab itu bukanlahalam itu sendiri tetapi sebab yang ada berada
diluar alam lebih mulia, lebih tinggi dan lebih dahulu adanya karena harus
ada sebelum akibat.
ï Kerapian alam, bahwa alam lahir tidak mungkin rapi dan teratur kecuali
ada dzat yang tidak tampak, yang zat tidak tampak itu hanya dapat
diketahui melalui bekas-Nya.
Sedangkan pemikirannya tentang sifat-sifat Tuhan, ia mengikuti
pendirian Muâtazilah yaitu:
ï Keesaan, suatu sifat yang paling khas bagi-Nya
ï Yang Maha Tahu
ï Yang Maha Berkuasa
ï Yang Maha Hidup, dan seterusnya.
C. Filsafat Pengetahuan (epistomologi)
Ada tiga macam pengetahuan manusia, yaitu:
1. Pengetahuan Indrawi
3
Sudarsono, Filsafat Islam, Cetakan ke-2 (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 26.
9. 9
Ini terjadi langsung ketika orang mengamati terhadap sesuatu objek
material dan dalam proses yang tanpa tenggang waktu dan tanpa upaya
berpindah ke imajnasi kemudian ke tempattttt penampungannya yang
disebut hafizah. Pengetahuan dengan jalan ini selalu beruba, selalu dalam
keadaan menjadi, bergerak, berlebih kurang kuantitasnya dan berubah-
ubah kualitasnya.
2. Pengetahuan Rasional
Pengetahuan tentang sesuatu yang didapat dan diperoleh dengan
mempergunakan akal bersifat universal, tidak parsial, bersifat immaterial.
Objeknya bukan individu, tetapi genus dan species. Orang mengamati
manusia sebagai yang diamati itu bersifat materi (jangkung, pendek, kulit
hitam, bertangan, berkaki dan sebagainya), dan orang tersebut mengamati
manusia dengan akal pikirannya/ menyelidiki hingga memperoleh suatu
konklusi yaitu manusia adalah makhluk yang berfikir.
3. Pengetahuan Israqi
Pengetahuan yang langsung diperoleh dari pancaran nur illahi.
Pengetahuan seperti ini diperoleh oleh para Nabi dengan tanpa upaya,
tanpa bersusah payah, terjadi karen kehendak Allah semata-mata, dengan
jalannya itu Allah membersihkan jiwa mereka dan mempersiapkan jiwa
mereka untuk menerima kebenaran-Nya. Pengetahuan ini khusus bagi dan
diturunkan oleh Allah kepada para Nabi yang dipilih-Nya.4
D. Pandangan etika
Etikanya berhubungan erat dengan definisi mengenai filsafat atau cita
filsafat yaitu agar manusia memiliki keutamaan yang sempurna, juga diberi
definisi yaitu sebagai latihan untuk mati, yang dimaksudkan ialah mematikan
hawa nafsu, yang engan jalan mematikan hawa nafsu itu untuk memperoleh
keutamaan. Baginya kenikmatan hidup adalah keburukan dan bekerja untuk
memperoleh kenikmatan hidup lahiriyah berarti meninggalkan penggunaan
4
Sudarsono, Filsafat Islam, Cetakan ke-2 (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 27-28.
10. 10
akal, âbahwa keutamaan manusiawi tidak lain adalah budi pekerti yang
terpujiâ.
Keutamaan-keutamaan itu merupakan asas dalam jiwa, yaitu
pengetahuan dan perbuatan (ilmu dan amal) tidak dalam arti yang negatif. Hal
ini dibagi lagi menjadi tiga:
1. Kebijaksanaan (hikmah) yaitu keutamaan daya berfikir, bersifat teoritik
yaitu mengetahui segala sesuatu yang bersifat universal secara hakiki;
bersifat praktis yaitu menggunakan kenyataan-kenyataan yang wajib
dipergunakan.
2. Keberanian (nadjah) ialah keutamaan daya ghairah yang merupakan sifat
yang tertanam dalam jiwa yang memandang ringan kepada kematian
untuk mencapai sesuatu yang harus dicapai dan menolak yang harus
ditolak
3. Kesucian (iffah) adalah memperoleh sesuatu yang memang harus
diperoleh guna mendidik dan memelihara badan serta menahan diri yang
tidak diperlukan untuk itu.5
5
Sudarsono, Filsafat Islam, Cetakan ke-2 (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 29.
11. 11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Jaudah, Muhammad Gharib. 2007. 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah
Islam. Cetakan ke-1. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Sudarsono. 2004. Filsafat Islam. Cetakan ke-2. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Muhammad Gharib Jaudah, 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam, Cetakan ke-1
(Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm.
Sudarsono, Filsafat Islam, Cetakan ke-2 (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm.