SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Download to read offline
MARISKE MYEKE TAMPI
32 2010 010
MIH UKSW - 2012
Kepailitan merupakan pranata hukum
penyelesaian sengketa utang-piutang yang
lebih sederhana, dibandingkan dengan
gugatan perdata.
✓ syaratnya sederhana (Pasal 2 ayat (1) UU 37Tahun 2004)
✓ merupakan perkara sumir
❖ sifat pembuktian : fakta dan keadaan terbukti secara
sederhana (Pasal 8 ayat (4) UU 37 Tahun 2004 )
❖ jangka waktu pembacaan putusan kepailitan : 212 hari
(dari tingkat peradilan pertama sampai PK)
Adanya debitor
(Pasal 2 ayat (1) UU No. 37Tahun 2004)
Adanya 2 kreditor atau lebih
(concursus creditorum)
(Pasal 2 ayat (1) UU Mo. 37Tahun 2004)
Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
(Pasal 2 ayat (1) UU No. 37Tahun 2004)
Syarat-Syarat
Agar
Permohonan
Pernyataan
Pailit Dapat
Diterima
Pembuktian sederhana
(summarily proving)
(Pasal 8 ayat (4) UU No. 37Tahun 2004)
Pendaftaran
permohonan
pernyataan
pailit kepada
Ketua
Pengadilan
Panitera
menyampaik
an
permohonan
pernyataan
pailit kepada
Ketua
Pengadilan
2 hari
Pengadilan
mempelajari
permohonan
dan
menetapkan
hari sidang
Sidang
pemeriksaan
atas
permohonan
pernyataan
pailit
Putusan
pengadilan atas
permohonan
pernyataan
pailit oleh
Majelis Hakim
Pengadilan
Niaga
20 hari
3 hari
60 hari
Time-frame Pengajuan Permohonan Pernyataan Pailit di
Pengadilan Niaga
(Pasal 6-9 UU No. 37 Tahun 2004)
Putusan
atas
permohonan
pernyataan
pailit oleh
Majelis
Hakim
Pengadilan
Niaga
8 hari
Pendaftaran
permohonan
kasasi oleh
pemohon
kasasi
Pengiriman
permohonan
kasasi dan
memori
kasasi
kepada
termohon
kasasi
2 hari
Pengajuan
kontra
memori
kasasi oleh
termohon
kasasi
7 hari
Penyampai
an
permohon
an kasasi,
memori
kasasi dan
kontra
memori
kasasi
kepada
Mahkamah
Agung
14 hari
Penetapan
hari sidang
oleh
Mahkamah
Agung
2 hari
Permohonan
kasasi
diterima
oleh
Mahkamah
Agung
Sidang
pemeriksaan
atas
permohonan
kasasi
20 hari
Putusan
atas
permohonan
kasasi
60 hari
Time-frame Pengajuan Permohonan Kasasi Perkara
Kepailitan ke Mahkamah Agung
(Pasal 10-12 UU No. 37 Tahun 2004)
Putusan
atas
permohonan
kasasi
memperoleh
kekuatan
hukum
tetap
Pendaftaran
permohonan
PK kepada
panitera
pengadilan
Penyampaian
permohonan
PK dan bukti
pendukung
oleh panitera
pengadilan
kepada
panitera MA
dan
termohon PK
2 hari
10 hari
Penyampaian
jawaban
terhadap
permohonan
PK oleh
termohon PK
Putusan
atas
permohonan
PK
12 hari
Penyampaian
jawaban oleh
panitera
pengadilan
kepada
Panitera MA
30 hari
180 hari
ditemukan
bukti baru
(Pasal 295
ayat (2)a)
terdapat
kekeliruan
nyata
(Pasal 295
ayat (2)b)
30 hari
Time-frame Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali Perkara
Kepailitan
(Pasal 295-298 UU No. 37 Tahun 2004)
PERMOHONAN PAILIT GUGATAN PERDATA
212 hari 4-6 tahun
Pranata hukum Kepailitan
mendukung suasana bisnis yang
mengedepankan kecepatan dan
kemudahan
Perbandingan antara Penyelesaian Utang-
Piutang melalui Pranata Hukum Kepailitan dan
Pranata Hukum Perdata
1. Bagaimana variasi pertimbangan hukum
dari hakim dalam memutus kasus-kasus
kepailitan terkaitTanggung JawabOrgan
Perseroan?
2. BagaimanaTanggung Jawab Organ
Perseroan dalam kasus-kasus kepailitan
berdasarkan 5 (lima) doktrin
tertransplantasi: fiduciary duty, ultra vires,
piercing the corporate veil, business
judgement rule dan self dealing?
 Jenis Penelitian :Yuridis Normatif.
 Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
thesis ini, yaitu:
1. Pendekatan Kasus (Case Approach)
2. Pendekatan Undang-Undang (Statute
Approach)
3. Pendekatan Konseptual (Conceptual
Approach)
Tanggung jawab berdasarkan 5 (lima)
“doktrin tertransplantasi” dalam Pasal-pasal
UU No. 40Tahun 2007:
1. Fiduciary duty
2. Ultra vires
3. Piercing the corporate veil
4. Business judgement rule
5. Self dealing
Organ Perseroan yang dimaksud adalah
Anggota dari 3 (tiga) Organ Perseroan:
1. Anggota Direksi
2. Anggota Dewan Komisaris
3. Anggota Rapat Umum Pemegang Saham
(Pemegang Saham)
Tahun Banyak
Perkara
Termohon Pailit Persentase
Perseroan Perorangan Perseroan Perorangan
1998 19 18 1 94,74% 5,26%
1999 64 62 2 96,88% 3,13%
2000 51 51 0 100,00% 0,00%
2001 111 111 0 100,00% 0,00%
2002 83 82 1 98,80% 1,20%
2003 70 68 2 97,14% 2,86%
2004 62 62 0 100,00% 0,00%
2005 56 55 1 98,21% 1,79%
2006 44 44 0 100,00% 0,00%
2007 25 22 3 88,00% 12,00%
2008 16 13 3 81,25% 18,75%
2009 17 16 1 94,12% 5,88%
2010 36 33 3 91,67% 8,33%
2011* 2 2 0 100,00% 0,00%
TOTAL 656 639 17 97,41% 2,59%
Tabel 1.
Perbandingan Data Termohon Pailit Perseroan dan Termohon Pailit Perorangan
*Data tahun 2011 sampai pada tanggal akses yaitu 21 Juli 2011
Sumber: http://putusan.mahkamahagung.go.id/direktori/perdata-khusus/kepailitan
 Kasus-kasus kepailitan yang dimaksud adalah
6 (enam) kasus kepailitan terpilih, terkait
dengan tanggung jawab Organ Perseroan
dalam kepailitan, yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (permanent legal
force). Keenam kasus tersebut terpilih dari
639 kasus kepailitan Perseroan pada tahun
1998 s.d. 21 Juli 2011.
1. KasusThe Hongkong Chinese Bank Ltd vs PT.
Dok & Perkapalan Kodja Bahari
2. Kasus PT. Indosurya Mega Finance vs PT.
Greatstar Perdana Indonesia
3. Kasus PT. Bank Mandiri vs PT. Bakrie Finance
Corporation
4. Kasus PT. AdityaToa Development Melawan PT.
Wijaya Wisesa
5. Kasus PT. CentralTotal Finance Melawan PT.
Heradi Utama
6. Kasus PT. Bank Negara Indonesia (PT. BNI)
melawan PT. Kalimas Baru Sukses Mandiri
No Doktrin Organ PerseroanTerkait Tertranspla
ntasi pada
Pasal ...
UU 40/2007
Anggota
RUPS
Anggota
Direksi
Anggota
Dewan
Komisaris
1. Fiduciary Duty V 75 (1)
V 92 (1)
V 97 (1)
V 98 (1)
V 108 (1)
V 114 (2)
2. UltraVires V 75 (2)
V 92 (2)
V 114 (2)
No Doktrin Organ PerseroanTerkait Tertransplantasi
pada Pasal ...
UU 40/2007
Anggota
RUPS
Anggota
Direksi
Anggota
Dewan
Komisaris
3. Piercing the
corporate veil
V 3 (2)
V 97 (3), (4), (5)
104 (2), (3), (4), (5)
V 114 (3), (4), (5)
115 (1), (2), (3)
4. Business
Judgement Rule
V 92 (2)
5. Self Dealing V 72 (2)
V 92 (1)
V 108 (2)
Batas
kewenangan
Tindakan ultra vires
UU
AD
Putusan
RUPS
Best
Practises
SUMBER KEWENANGAN
ORGAN PERSEROAN
 Pemegang Saham:Tanggung JawabTerbatas
(limited liability) (Pasal 3 ayat (1) UU No. 40 /2007)
 Anggota Direksi: Kewenangan Sesuai Anggaran
Dasar, Peraturan Perundang-Undangan dan
Keputusan RUPS (Pasal 92 ayat (1); Pasal 92 ayat (2) UU
No. 40/2007)
 Anggota Dewan Komisaris: Kewenangan Sesuai
Anggaran Dasar, Peraturan Perundang-Undangan
dan Hasil Keputusan RUPS (Pasal 114 ayat (2) UU No.
40/2007)
RANAH
TANGGUNG
JAWAB
ORGAN
PERSEROAN
RANAH
TANGGUNG
JAWAB
PRIBADI
• Tanggung JawabTerbatas (limited
liability)
Anggota RUPS
• Tanggung jawab sesuai
kewenangan
Anggota Direksi
• Tanggung jawab sesuai
kewenangan
Anggota DK
TABIR PERSEROAN/
BATAS KEWENANGAN
atau TANGGUNG
JAWAB
ORGAN PERSEROAN
RANAH
TANGGUNG
JAWAB
ORGAN
PERSEROAN
RANAH
TANGGUNG
JAWAB
PRIBADI
• Tanggung JawabTerbatas (limited
liability)
Anggota RUPS
• Tanggung jawab sesuai
kewenangan
Anggota Direksi
• Tanggung jawab sesuai
kewenangan
Anggota DK
TABIR PERSEROAN/
BATAS KEWENANGAN
atau TANGGUNG
JAWAB
ORGAN PERSEROAN
Tindakan ultra vires
menyebabkan
terterobosnya tabir
Perseroan (piercing
the corporate veil)
RANAH TANGGUNG JAWAB
PEMEGANG SAHAM
RANAH TANGGUNG JAWAB PRIBADI
TANGGUNG JAWAB PEMEGANG SAHAM
DALAM KEPAILITAN
Batas
kewenangan
Pemegang Saham
bertanggung jawab terbatas
(limited liability) yaitu
sebesar saham yang
disetorkan ke dalam
Perseroan
(Pasal 3 ayat (1))
1. Syarat Badan Hukum
belum terpenuhi;
2. Itikad buruk
memanfaatkan PT
untuk kepentingan
pribadi
3. Terlibat PMH yang
dilakukan PT
4. Secara melawan hukum,
menggunakan kekayaan
PT, sehingga harta PT
tidak cukup u/ bayar
utang
(Pasal 3 (2))
Tidak
berlaku
RANAH TANGGUNG JAWAB
ANGGOTA DIREKSI
RANAH TANGGUNG JAWAB PRIBADI
TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DIREKSI DALAM KEPAILITAN
Batas
kewenangan
AD bertanggung jawab
secara tanggung
renteng:
1. Kepailitan karena
kesalahan/kelalaian
AD
2. Harta pailit tidak
cukup
(Pasal 104 ayat (2))
1. Kepailitan bukan karena
kesalahan/kelalaiannya
2. Melakukan pengurusan
dgn itikad baik, hati-
hati, penuh tanggung
jawab
3. Tidak punya benturan
kepentingan
4. Telah mencegah
kepailitan
(Pasal 104 (4)
Terbukti
RANAH TANGGUNG JAWAB
ANGGOTA DEWAN KOMISARIS
RANAH TANGGUNG JAWAB PRIBADI
TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DEWAN KOMISARIS
DALAM KEPAILITAN
Batas
kewenangan
ADK bertanggung jawab
secara tanggung renteng:
1. Kepailitan karena
kesalahan/kelalaian
ADK dlm melakukan
pengawasan
2. Harta pailit tidak cukup
(Pasal 115 ayat (1))
1. Kepailitan bukan
karena
kesalahan/kelalaiannya
2. Melakukan
pengawasan dgn itikad
baik,
hati-hati, sesuai
maksud& tujuan PT
1. Tidak punya benturan
kepentingan
2. Telah memberi nasihat
u/ mencegah kepailitan
(Pasal 115 (3))
Terbukti
1. Pengaruh 5 doktrin tertransplantasi dalam
pertimbangan hakim guna memutus kasus
kepailitan per tingkat peradilan.
 Perbandingan antara frekuensi kasus
dimana “doktrin sebagai dasar” dan “doktrin
berpengaruh” pada pertimbangan hakim dalam
memutus enam kasus kepailitan terpilih.
 Perbandingan antara masing-masing doktrin
tertransplantasi dilihat dari frekuensi digunakannya
doktrin tersebut dalam pertimbangan hakim guna
memutus enam kasus kepailitan terpilih
 Perbandingan antara masing-masingOrgan
Perseroan dilihat dari frekuensi “paling sering
dipertimbangkan tanggung jawabnya” dalam
kasus kepailitan terpilih
2.Variasi Pertimbangan Hukum dari Hakim
dalam Memutus 6 kasus kepailitan
Isu yang sama
(tanggung jawab Organ Perseroan)
Argumen berbeda
Putusan berbeda
3.Tanggung jawab Organ Perseroan berdasarkan 5
doktrin tertransplantasi dalam enam kasus
kepailitan kepailitan terpilih
FD
BJR UV
PCV
SD
Memperkuat posisi Organ Melemahkan posisi Organ
Melanggar FD
(DoFD, DoL)
4. Penelusuran mengenai tindakan ultra vires
dalam kasus-kasus kepailitan
▪ tindakan AD menerbitkan perjanjian utang-piutang tanpa
persetuan ADK merupakan tindakan UV (melanggar
Anggaran Dasar Perseroan ybs)
▪ tindakan UV menyebabkan terterobosnya tanggung
jawab Organ ke ranah personal liability
▪ Akibat hukum UV : transaksi BDH (null and void)
▪ pertimbangan ttg personal liability tidak terwadahi dalam
putusan
▪ personal liability bisa diakomodasi dalam pemberesan
boedel pailit oleh kurator
Menurut penulis, seharusnya hakim dapat
mewadahiTanggung Jawab Pribadi dalam
putusannya, berdasarkan:
• Pasal 3 (2) UU 40/2007 bagi PS
• Pasal 104 (2) UU 40/2007 bagiAD
• Pasal 115 (1) UU No. 40/2007 bagi ADK
1. Dari 6 (enam) kasus kepailitan tahun 2000-2011
terkait tanggung jawab Organ Perseroan (15 tingkat
peradilan), terdapat 7 tingkat peradilan yang
menggunakan doktrin tertransplantasi ultra vires
dalam pertimbangan hakim. Ultra vires merupakan
gerbang bagi hakim untuk mempertimbangkan 4
(empat) doktrin lainnya dalam memutus kasus-
kasus tersebut.
Variasi pertimbangan hakim:
 Terbukti atau tidak terbuktinya tindakan ultra vires dalam
kasus tersebut;
 Jika terbukti maka seberapa besar pengaruh tindakan ultra
vires tersebut sebagai dasar bagi hakim untuk menentukan
besarnya tanggung jawab Organ Perseroan
 Besarnya tanggung jawab Organ Perseroan menyebabkan
hal tersebut menjadi dasar pertimbangan hakim untuk
menyatakan Perseroan bertanggung jawab sepenuhnya atas
kepailitan yang terjadi pada Perseroan; atau sebaliknya
Organ Perseroan bertanggung jawab sepenuhnya sampai ke
harta pribadi berdasarkan piercing the corporate veil;
 Apabila Perseroan terbukti bertanggung jawab
penuh atas utang, maka permohonan pailit
dikabulkan; sebaliknya jika Organ Perseroan
terbukti bertanggung jawab pribadi atas utang,
maka permohonan pailit ditolak; dan
 Tanggung jawab pribadi (personal liability)
berdasarkan piercing the corporate Organ Perseroan
tidak terwadahi dalam putusan hakim, sehingga
tanggung jawab pribadi (personal liability) tidak bisa
dieksekusi walaupun sudah terbukti dalam proses
persidangan.
2.Tanggung Jawab Organ Perseroan dalam kepailitan
didasarkan pada BatasTanggung Jawab masing-
masing Organ Perseroan:
▪ Tanggung jawabTerbatas bagi Pemegang Saham
▪ Tanggung jawab sesuai kewenangan bagi Anggota Direksi
▪ Tanggung jawab sesuai kewenangan bagi Anggota
Dewan Komisaris
Selama masing-masing Organ Perseroan bertindak
sesuai batas tanggung jawabnya (intravires) maka
tidak diberlakukan tanggung jawab pribadi
(personal liability) berdasarkan doktrin piercing the
corporate veil.
1. Bagi kreditor Pemohon Pailit:Agar
permohonan pernyataan pailit tidak ditolak
hakim dengan alasan ketidakjelasan
mengenai siapa debitor, maka dalam
membuat perjanjian utang-piutang,
perhatikan kewenangan subjek hukum yang
mengadakan perjanjian mewakili Perseron:
apakah bertindak dengan otoritas yang sah
atau tidak.
2. Bagi debitorTermohon Pailit: Perseroan
seharusnya memaksimalkan fungsi pengawasan
dari Dewan Komisaris dalam mengawasi jalannya
pengurusan yang dilakukan oleh Direksi.
Pengawasan ini tidak selalu harus bersifat pasif –
menunggu informasi dari Direksi -, tetapi juga
seharusnya bersifat aktif – meminta informasi dari
Direksi - . Harapannya, jika fungsi pengawasan
berjalan secara aktif, maka tindakan ultra vires
Direksi dapat dimimalisir.
TANGGUNG JAWAB ORGAN

More Related Content

More from Mariske Myeke Tampi

Introduction to Indonesian Law - Part I
Introduction to Indonesian Law - Part IIntroduction to Indonesian Law - Part I
Introduction to Indonesian Law - Part IMariske Myeke Tampi
 
Transportation Law - A New Policy of Air Transportation Based on Law Number 1...
Transportation Law - A New Policy of Air Transportation Based on Law Number 1...Transportation Law - A New Policy of Air Transportation Based on Law Number 1...
Transportation Law - A New Policy of Air Transportation Based on Law Number 1...Mariske Myeke Tampi
 
Pengantar Hukum Internasional - North Sea Continental Shelf Case
Pengantar Hukum Internasional  - North Sea Continental Shelf CasePengantar Hukum Internasional  - North Sea Continental Shelf Case
Pengantar Hukum Internasional - North Sea Continental Shelf CaseMariske Myeke Tampi
 
Pengantar Hukum Internasional - UN Charter and ASEAN Charter
Pengantar Hukum Internasional - UN Charter and ASEAN CharterPengantar Hukum Internasional - UN Charter and ASEAN Charter
Pengantar Hukum Internasional - UN Charter and ASEAN CharterMariske Myeke Tampi
 
Pengantar Hukum Internasional - International Court of Justice
Pengantar Hukum Internasional - International Court of JusticePengantar Hukum Internasional - International Court of Justice
Pengantar Hukum Internasional - International Court of JusticeMariske Myeke Tampi
 
Pengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum Internasional
Pengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum InternasionalPengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum Internasional
Pengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum InternasionalMariske Myeke Tampi
 
Pengantar Hukum Internasional - Pandangan Tentang Hukum Internasional
Pengantar Hukum Internasional - Pandangan Tentang Hukum InternasionalPengantar Hukum Internasional - Pandangan Tentang Hukum Internasional
Pengantar Hukum Internasional - Pandangan Tentang Hukum InternasionalMariske Myeke Tampi
 
Pengantar Hukum Internasional - Pengertian, Sejarah dan Hakikat
Pengantar Hukum Internasional - Pengertian, Sejarah dan HakikatPengantar Hukum Internasional - Pengertian, Sejarah dan Hakikat
Pengantar Hukum Internasional - Pengertian, Sejarah dan HakikatMariske Myeke Tampi
 
International Business Transaction - Arbitration of Disputes in International...
International Business Transaction - Arbitration of Disputes in International...International Business Transaction - Arbitration of Disputes in International...
International Business Transaction - Arbitration of Disputes in International...Mariske Myeke Tampi
 
International Business Transaction - Sale of Services
International Business Transaction - Sale of ServicesInternational Business Transaction - Sale of Services
International Business Transaction - Sale of ServicesMariske Myeke Tampi
 
International Business Transaction - An Overview
International Business Transaction - An OverviewInternational Business Transaction - An Overview
International Business Transaction - An OverviewMariske Myeke Tampi
 
International Business Transaction - International Contracting
International Business Transaction - International ContractingInternational Business Transaction - International Contracting
International Business Transaction - International ContractingMariske Myeke Tampi
 
International Business Transaction - Exporting and Importing: The Documentary...
International Business Transaction - Exporting and Importing: The Documentary...International Business Transaction - Exporting and Importing: The Documentary...
International Business Transaction - Exporting and Importing: The Documentary...Mariske Myeke Tampi
 

More from Mariske Myeke Tampi (20)

Introduction to Indonesian Law - Part I
Introduction to Indonesian Law - Part IIntroduction to Indonesian Law - Part I
Introduction to Indonesian Law - Part I
 
Transportation Law - A New Policy of Air Transportation Based on Law Number 1...
Transportation Law - A New Policy of Air Transportation Based on Law Number 1...Transportation Law - A New Policy of Air Transportation Based on Law Number 1...
Transportation Law - A New Policy of Air Transportation Based on Law Number 1...
 
Hukum Keuangan Negara - 2
Hukum Keuangan Negara - 2Hukum Keuangan Negara - 2
Hukum Keuangan Negara - 2
 
Hukum Keuangan Negara - 1
Hukum Keuangan Negara - 1Hukum Keuangan Negara - 1
Hukum Keuangan Negara - 1
 
Hukum Lingkungan - 2
Hukum Lingkungan - 2Hukum Lingkungan - 2
Hukum Lingkungan - 2
 
Hukum Lingkungan - 1
Hukum Lingkungan - 1Hukum Lingkungan - 1
Hukum Lingkungan - 1
 
Pengantar Hukum Internasional - North Sea Continental Shelf Case
Pengantar Hukum Internasional  - North Sea Continental Shelf CasePengantar Hukum Internasional  - North Sea Continental Shelf Case
Pengantar Hukum Internasional - North Sea Continental Shelf Case
 
Pengantar Hukum Internasional - UN Charter and ASEAN Charter
Pengantar Hukum Internasional - UN Charter and ASEAN CharterPengantar Hukum Internasional - UN Charter and ASEAN Charter
Pengantar Hukum Internasional - UN Charter and ASEAN Charter
 
Pengantar Hukum Internasional - International Court of Justice
Pengantar Hukum Internasional - International Court of JusticePengantar Hukum Internasional - International Court of Justice
Pengantar Hukum Internasional - International Court of Justice
 
Pengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum Internasional
Pengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum InternasionalPengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum Internasional
Pengantar Hukum Internasional - Sumber dan Subjek Hukum Internasional
 
Pengantar Hukum Internasional - Pandangan Tentang Hukum Internasional
Pengantar Hukum Internasional - Pandangan Tentang Hukum InternasionalPengantar Hukum Internasional - Pandangan Tentang Hukum Internasional
Pengantar Hukum Internasional - Pandangan Tentang Hukum Internasional
 
Pengantar Hukum Internasional - Pengertian, Sejarah dan Hakikat
Pengantar Hukum Internasional - Pengertian, Sejarah dan HakikatPengantar Hukum Internasional - Pengertian, Sejarah dan Hakikat
Pengantar Hukum Internasional - Pengertian, Sejarah dan Hakikat
 
International Business Transaction - Arbitration of Disputes in International...
International Business Transaction - Arbitration of Disputes in International...International Business Transaction - Arbitration of Disputes in International...
International Business Transaction - Arbitration of Disputes in International...
 
International Business Transaction - Sale of Services
International Business Transaction - Sale of ServicesInternational Business Transaction - Sale of Services
International Business Transaction - Sale of Services
 
International Business Transaction - An Overview
International Business Transaction - An OverviewInternational Business Transaction - An Overview
International Business Transaction - An Overview
 
International Business Transaction - International Contracting
International Business Transaction - International ContractingInternational Business Transaction - International Contracting
International Business Transaction - International Contracting
 
International Business Transaction - Exporting and Importing: The Documentary...
International Business Transaction - Exporting and Importing: The Documentary...International Business Transaction - Exporting and Importing: The Documentary...
International Business Transaction - Exporting and Importing: The Documentary...
 
International Trade Regulation
International Trade RegulationInternational Trade Regulation
International Trade Regulation
 
Human Rights
Human RightsHuman Rights
Human Rights
 
Democracy - Jokowi
Democracy - Jokowi Democracy - Jokowi
Democracy - Jokowi
 

Recently uploaded

Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxAudyNayaAulia
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)ErhaSyam
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptAlMaliki1
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaYogaJanuarR
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanIqbaalKamalludin1
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxmuhammadarsyad77
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnisilhamsumartoputra
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaIndra Wardhana
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxendang nainggolan
 

Recently uploaded (10)

Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
pengantar    Kapita selekta hukum bisnispengantar    Kapita selekta hukum bisnis
pengantar Kapita selekta hukum bisnis
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptxBPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
BPN Sesi 3 - Hukum Perkawinan.ppppppppptx
 

TANGGUNG JAWAB ORGAN

  • 1. MARISKE MYEKE TAMPI 32 2010 010 MIH UKSW - 2012
  • 2.
  • 3. Kepailitan merupakan pranata hukum penyelesaian sengketa utang-piutang yang lebih sederhana, dibandingkan dengan gugatan perdata. ✓ syaratnya sederhana (Pasal 2 ayat (1) UU 37Tahun 2004) ✓ merupakan perkara sumir ❖ sifat pembuktian : fakta dan keadaan terbukti secara sederhana (Pasal 8 ayat (4) UU 37 Tahun 2004 ) ❖ jangka waktu pembacaan putusan kepailitan : 212 hari (dari tingkat peradilan pertama sampai PK)
  • 4. Adanya debitor (Pasal 2 ayat (1) UU No. 37Tahun 2004) Adanya 2 kreditor atau lebih (concursus creditorum) (Pasal 2 ayat (1) UU Mo. 37Tahun 2004) Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih (Pasal 2 ayat (1) UU No. 37Tahun 2004) Syarat-Syarat Agar Permohonan Pernyataan Pailit Dapat Diterima Pembuktian sederhana (summarily proving) (Pasal 8 ayat (4) UU No. 37Tahun 2004)
  • 5. Pendaftaran permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan Panitera menyampaik an permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan 2 hari Pengadilan mempelajari permohonan dan menetapkan hari sidang Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit Putusan pengadilan atas permohonan pernyataan pailit oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga 20 hari 3 hari 60 hari Time-frame Pengajuan Permohonan Pernyataan Pailit di Pengadilan Niaga (Pasal 6-9 UU No. 37 Tahun 2004)
  • 6. Putusan atas permohonan pernyataan pailit oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga 8 hari Pendaftaran permohonan kasasi oleh pemohon kasasi Pengiriman permohonan kasasi dan memori kasasi kepada termohon kasasi 2 hari Pengajuan kontra memori kasasi oleh termohon kasasi 7 hari Penyampai an permohon an kasasi, memori kasasi dan kontra memori kasasi kepada Mahkamah Agung 14 hari Penetapan hari sidang oleh Mahkamah Agung 2 hari Permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung Sidang pemeriksaan atas permohonan kasasi 20 hari Putusan atas permohonan kasasi 60 hari Time-frame Pengajuan Permohonan Kasasi Perkara Kepailitan ke Mahkamah Agung (Pasal 10-12 UU No. 37 Tahun 2004)
  • 7. Putusan atas permohonan kasasi memperoleh kekuatan hukum tetap Pendaftaran permohonan PK kepada panitera pengadilan Penyampaian permohonan PK dan bukti pendukung oleh panitera pengadilan kepada panitera MA dan termohon PK 2 hari 10 hari Penyampaian jawaban terhadap permohonan PK oleh termohon PK Putusan atas permohonan PK 12 hari Penyampaian jawaban oleh panitera pengadilan kepada Panitera MA 30 hari 180 hari ditemukan bukti baru (Pasal 295 ayat (2)a) terdapat kekeliruan nyata (Pasal 295 ayat (2)b) 30 hari Time-frame Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali Perkara Kepailitan (Pasal 295-298 UU No. 37 Tahun 2004)
  • 8. PERMOHONAN PAILIT GUGATAN PERDATA 212 hari 4-6 tahun Pranata hukum Kepailitan mendukung suasana bisnis yang mengedepankan kecepatan dan kemudahan Perbandingan antara Penyelesaian Utang- Piutang melalui Pranata Hukum Kepailitan dan Pranata Hukum Perdata
  • 9. 1. Bagaimana variasi pertimbangan hukum dari hakim dalam memutus kasus-kasus kepailitan terkaitTanggung JawabOrgan Perseroan? 2. BagaimanaTanggung Jawab Organ Perseroan dalam kasus-kasus kepailitan berdasarkan 5 (lima) doktrin tertransplantasi: fiduciary duty, ultra vires, piercing the corporate veil, business judgement rule dan self dealing?
  • 10.  Jenis Penelitian :Yuridis Normatif.  Pendekatan penelitian yang digunakan dalam thesis ini, yaitu: 1. Pendekatan Kasus (Case Approach) 2. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach) 3. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)
  • 11. Tanggung jawab berdasarkan 5 (lima) “doktrin tertransplantasi” dalam Pasal-pasal UU No. 40Tahun 2007: 1. Fiduciary duty 2. Ultra vires 3. Piercing the corporate veil 4. Business judgement rule 5. Self dealing
  • 12. Organ Perseroan yang dimaksud adalah Anggota dari 3 (tiga) Organ Perseroan: 1. Anggota Direksi 2. Anggota Dewan Komisaris 3. Anggota Rapat Umum Pemegang Saham (Pemegang Saham)
  • 13. Tahun Banyak Perkara Termohon Pailit Persentase Perseroan Perorangan Perseroan Perorangan 1998 19 18 1 94,74% 5,26% 1999 64 62 2 96,88% 3,13% 2000 51 51 0 100,00% 0,00% 2001 111 111 0 100,00% 0,00% 2002 83 82 1 98,80% 1,20% 2003 70 68 2 97,14% 2,86% 2004 62 62 0 100,00% 0,00% 2005 56 55 1 98,21% 1,79% 2006 44 44 0 100,00% 0,00% 2007 25 22 3 88,00% 12,00% 2008 16 13 3 81,25% 18,75% 2009 17 16 1 94,12% 5,88% 2010 36 33 3 91,67% 8,33% 2011* 2 2 0 100,00% 0,00% TOTAL 656 639 17 97,41% 2,59% Tabel 1. Perbandingan Data Termohon Pailit Perseroan dan Termohon Pailit Perorangan *Data tahun 2011 sampai pada tanggal akses yaitu 21 Juli 2011 Sumber: http://putusan.mahkamahagung.go.id/direktori/perdata-khusus/kepailitan
  • 14.  Kasus-kasus kepailitan yang dimaksud adalah 6 (enam) kasus kepailitan terpilih, terkait dengan tanggung jawab Organ Perseroan dalam kepailitan, yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (permanent legal force). Keenam kasus tersebut terpilih dari 639 kasus kepailitan Perseroan pada tahun 1998 s.d. 21 Juli 2011.
  • 15. 1. KasusThe Hongkong Chinese Bank Ltd vs PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari 2. Kasus PT. Indosurya Mega Finance vs PT. Greatstar Perdana Indonesia 3. Kasus PT. Bank Mandiri vs PT. Bakrie Finance Corporation 4. Kasus PT. AdityaToa Development Melawan PT. Wijaya Wisesa 5. Kasus PT. CentralTotal Finance Melawan PT. Heradi Utama 6. Kasus PT. Bank Negara Indonesia (PT. BNI) melawan PT. Kalimas Baru Sukses Mandiri
  • 16. No Doktrin Organ PerseroanTerkait Tertranspla ntasi pada Pasal ... UU 40/2007 Anggota RUPS Anggota Direksi Anggota Dewan Komisaris 1. Fiduciary Duty V 75 (1) V 92 (1) V 97 (1) V 98 (1) V 108 (1) V 114 (2) 2. UltraVires V 75 (2) V 92 (2) V 114 (2)
  • 17. No Doktrin Organ PerseroanTerkait Tertransplantasi pada Pasal ... UU 40/2007 Anggota RUPS Anggota Direksi Anggota Dewan Komisaris 3. Piercing the corporate veil V 3 (2) V 97 (3), (4), (5) 104 (2), (3), (4), (5) V 114 (3), (4), (5) 115 (1), (2), (3) 4. Business Judgement Rule V 92 (2) 5. Self Dealing V 72 (2) V 92 (1) V 108 (2)
  • 20.  Pemegang Saham:Tanggung JawabTerbatas (limited liability) (Pasal 3 ayat (1) UU No. 40 /2007)  Anggota Direksi: Kewenangan Sesuai Anggaran Dasar, Peraturan Perundang-Undangan dan Keputusan RUPS (Pasal 92 ayat (1); Pasal 92 ayat (2) UU No. 40/2007)  Anggota Dewan Komisaris: Kewenangan Sesuai Anggaran Dasar, Peraturan Perundang-Undangan dan Hasil Keputusan RUPS (Pasal 114 ayat (2) UU No. 40/2007)
  • 21. RANAH TANGGUNG JAWAB ORGAN PERSEROAN RANAH TANGGUNG JAWAB PRIBADI • Tanggung JawabTerbatas (limited liability) Anggota RUPS • Tanggung jawab sesuai kewenangan Anggota Direksi • Tanggung jawab sesuai kewenangan Anggota DK TABIR PERSEROAN/ BATAS KEWENANGAN atau TANGGUNG JAWAB ORGAN PERSEROAN
  • 22. RANAH TANGGUNG JAWAB ORGAN PERSEROAN RANAH TANGGUNG JAWAB PRIBADI • Tanggung JawabTerbatas (limited liability) Anggota RUPS • Tanggung jawab sesuai kewenangan Anggota Direksi • Tanggung jawab sesuai kewenangan Anggota DK TABIR PERSEROAN/ BATAS KEWENANGAN atau TANGGUNG JAWAB ORGAN PERSEROAN Tindakan ultra vires menyebabkan terterobosnya tabir Perseroan (piercing the corporate veil)
  • 23. RANAH TANGGUNG JAWAB PEMEGANG SAHAM RANAH TANGGUNG JAWAB PRIBADI TANGGUNG JAWAB PEMEGANG SAHAM DALAM KEPAILITAN Batas kewenangan Pemegang Saham bertanggung jawab terbatas (limited liability) yaitu sebesar saham yang disetorkan ke dalam Perseroan (Pasal 3 ayat (1)) 1. Syarat Badan Hukum belum terpenuhi; 2. Itikad buruk memanfaatkan PT untuk kepentingan pribadi 3. Terlibat PMH yang dilakukan PT 4. Secara melawan hukum, menggunakan kekayaan PT, sehingga harta PT tidak cukup u/ bayar utang (Pasal 3 (2)) Tidak berlaku
  • 24. RANAH TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DIREKSI RANAH TANGGUNG JAWAB PRIBADI TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DIREKSI DALAM KEPAILITAN Batas kewenangan AD bertanggung jawab secara tanggung renteng: 1. Kepailitan karena kesalahan/kelalaian AD 2. Harta pailit tidak cukup (Pasal 104 ayat (2)) 1. Kepailitan bukan karena kesalahan/kelalaiannya 2. Melakukan pengurusan dgn itikad baik, hati- hati, penuh tanggung jawab 3. Tidak punya benturan kepentingan 4. Telah mencegah kepailitan (Pasal 104 (4) Terbukti
  • 25. RANAH TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DEWAN KOMISARIS RANAH TANGGUNG JAWAB PRIBADI TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DALAM KEPAILITAN Batas kewenangan ADK bertanggung jawab secara tanggung renteng: 1. Kepailitan karena kesalahan/kelalaian ADK dlm melakukan pengawasan 2. Harta pailit tidak cukup (Pasal 115 ayat (1)) 1. Kepailitan bukan karena kesalahan/kelalaiannya 2. Melakukan pengawasan dgn itikad baik, hati-hati, sesuai maksud& tujuan PT 1. Tidak punya benturan kepentingan 2. Telah memberi nasihat u/ mencegah kepailitan (Pasal 115 (3)) Terbukti
  • 26. 1. Pengaruh 5 doktrin tertransplantasi dalam pertimbangan hakim guna memutus kasus kepailitan per tingkat peradilan.
  • 27.  Perbandingan antara frekuensi kasus dimana “doktrin sebagai dasar” dan “doktrin berpengaruh” pada pertimbangan hakim dalam memutus enam kasus kepailitan terpilih.
  • 28.  Perbandingan antara masing-masing doktrin tertransplantasi dilihat dari frekuensi digunakannya doktrin tersebut dalam pertimbangan hakim guna memutus enam kasus kepailitan terpilih
  • 29.  Perbandingan antara masing-masingOrgan Perseroan dilihat dari frekuensi “paling sering dipertimbangkan tanggung jawabnya” dalam kasus kepailitan terpilih
  • 30. 2.Variasi Pertimbangan Hukum dari Hakim dalam Memutus 6 kasus kepailitan Isu yang sama (tanggung jawab Organ Perseroan) Argumen berbeda Putusan berbeda
  • 31. 3.Tanggung jawab Organ Perseroan berdasarkan 5 doktrin tertransplantasi dalam enam kasus kepailitan kepailitan terpilih FD BJR UV PCV SD Memperkuat posisi Organ Melemahkan posisi Organ Melanggar FD (DoFD, DoL)
  • 32. 4. Penelusuran mengenai tindakan ultra vires dalam kasus-kasus kepailitan ▪ tindakan AD menerbitkan perjanjian utang-piutang tanpa persetuan ADK merupakan tindakan UV (melanggar Anggaran Dasar Perseroan ybs) ▪ tindakan UV menyebabkan terterobosnya tanggung jawab Organ ke ranah personal liability ▪ Akibat hukum UV : transaksi BDH (null and void) ▪ pertimbangan ttg personal liability tidak terwadahi dalam putusan ▪ personal liability bisa diakomodasi dalam pemberesan boedel pailit oleh kurator
  • 33. Menurut penulis, seharusnya hakim dapat mewadahiTanggung Jawab Pribadi dalam putusannya, berdasarkan: • Pasal 3 (2) UU 40/2007 bagi PS • Pasal 104 (2) UU 40/2007 bagiAD • Pasal 115 (1) UU No. 40/2007 bagi ADK
  • 34. 1. Dari 6 (enam) kasus kepailitan tahun 2000-2011 terkait tanggung jawab Organ Perseroan (15 tingkat peradilan), terdapat 7 tingkat peradilan yang menggunakan doktrin tertransplantasi ultra vires dalam pertimbangan hakim. Ultra vires merupakan gerbang bagi hakim untuk mempertimbangkan 4 (empat) doktrin lainnya dalam memutus kasus- kasus tersebut.
  • 35. Variasi pertimbangan hakim:  Terbukti atau tidak terbuktinya tindakan ultra vires dalam kasus tersebut;  Jika terbukti maka seberapa besar pengaruh tindakan ultra vires tersebut sebagai dasar bagi hakim untuk menentukan besarnya tanggung jawab Organ Perseroan  Besarnya tanggung jawab Organ Perseroan menyebabkan hal tersebut menjadi dasar pertimbangan hakim untuk menyatakan Perseroan bertanggung jawab sepenuhnya atas kepailitan yang terjadi pada Perseroan; atau sebaliknya Organ Perseroan bertanggung jawab sepenuhnya sampai ke harta pribadi berdasarkan piercing the corporate veil;
  • 36.  Apabila Perseroan terbukti bertanggung jawab penuh atas utang, maka permohonan pailit dikabulkan; sebaliknya jika Organ Perseroan terbukti bertanggung jawab pribadi atas utang, maka permohonan pailit ditolak; dan  Tanggung jawab pribadi (personal liability) berdasarkan piercing the corporate Organ Perseroan tidak terwadahi dalam putusan hakim, sehingga tanggung jawab pribadi (personal liability) tidak bisa dieksekusi walaupun sudah terbukti dalam proses persidangan.
  • 37. 2.Tanggung Jawab Organ Perseroan dalam kepailitan didasarkan pada BatasTanggung Jawab masing- masing Organ Perseroan: ▪ Tanggung jawabTerbatas bagi Pemegang Saham ▪ Tanggung jawab sesuai kewenangan bagi Anggota Direksi ▪ Tanggung jawab sesuai kewenangan bagi Anggota Dewan Komisaris Selama masing-masing Organ Perseroan bertindak sesuai batas tanggung jawabnya (intravires) maka tidak diberlakukan tanggung jawab pribadi (personal liability) berdasarkan doktrin piercing the corporate veil.
  • 38. 1. Bagi kreditor Pemohon Pailit:Agar permohonan pernyataan pailit tidak ditolak hakim dengan alasan ketidakjelasan mengenai siapa debitor, maka dalam membuat perjanjian utang-piutang, perhatikan kewenangan subjek hukum yang mengadakan perjanjian mewakili Perseron: apakah bertindak dengan otoritas yang sah atau tidak.
  • 39. 2. Bagi debitorTermohon Pailit: Perseroan seharusnya memaksimalkan fungsi pengawasan dari Dewan Komisaris dalam mengawasi jalannya pengurusan yang dilakukan oleh Direksi. Pengawasan ini tidak selalu harus bersifat pasif – menunggu informasi dari Direksi -, tetapi juga seharusnya bersifat aktif – meminta informasi dari Direksi - . Harapannya, jika fungsi pengawasan berjalan secara aktif, maka tindakan ultra vires Direksi dapat dimimalisir.