Dokumen tersebut membahas tentang kepailitan sebagai pranata hukum penyelesaian sengketa utang-piutang yang lebih sederhana dibandingkan dengan gugatan perdata. Dibahas pula mengenai syarat-syarat permohonan pailit, pembuktian dalam perkara kepailitan, mekanisme pengajuan permohonan pailit dan upaya hukum, serta perbandingan antara penyelesaian utang melalui kepailitan dan perdata. Juga
3. Kepailitan merupakan pranata hukum
penyelesaian sengketa utang-piutang yang
lebih sederhana, dibandingkan dengan
gugatan perdata.
✓ syaratnya sederhana (Pasal 2 ayat (1) UU 37Tahun 2004)
✓ merupakan perkara sumir
❖ sifat pembuktian : fakta dan keadaan terbukti secara
sederhana (Pasal 8 ayat (4) UU 37 Tahun 2004 )
❖ jangka waktu pembacaan putusan kepailitan : 212 hari
(dari tingkat peradilan pertama sampai PK)
4. Adanya debitor
(Pasal 2 ayat (1) UU No. 37Tahun 2004)
Adanya 2 kreditor atau lebih
(concursus creditorum)
(Pasal 2 ayat (1) UU Mo. 37Tahun 2004)
Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
(Pasal 2 ayat (1) UU No. 37Tahun 2004)
Syarat-Syarat
Agar
Permohonan
Pernyataan
Pailit Dapat
Diterima
Pembuktian sederhana
(summarily proving)
(Pasal 8 ayat (4) UU No. 37Tahun 2004)
6. Putusan
atas
permohonan
pernyataan
pailit oleh
Majelis
Hakim
Pengadilan
Niaga
8 hari
Pendaftaran
permohonan
kasasi oleh
pemohon
kasasi
Pengiriman
permohonan
kasasi dan
memori
kasasi
kepada
termohon
kasasi
2 hari
Pengajuan
kontra
memori
kasasi oleh
termohon
kasasi
7 hari
Penyampai
an
permohon
an kasasi,
memori
kasasi dan
kontra
memori
kasasi
kepada
Mahkamah
Agung
14 hari
Penetapan
hari sidang
oleh
Mahkamah
Agung
2 hari
Permohonan
kasasi
diterima
oleh
Mahkamah
Agung
Sidang
pemeriksaan
atas
permohonan
kasasi
20 hari
Putusan
atas
permohonan
kasasi
60 hari
Time-frame Pengajuan Permohonan Kasasi Perkara
Kepailitan ke Mahkamah Agung
(Pasal 10-12 UU No. 37 Tahun 2004)
7. Putusan
atas
permohonan
kasasi
memperoleh
kekuatan
hukum
tetap
Pendaftaran
permohonan
PK kepada
panitera
pengadilan
Penyampaian
permohonan
PK dan bukti
pendukung
oleh panitera
pengadilan
kepada
panitera MA
dan
termohon PK
2 hari
10 hari
Penyampaian
jawaban
terhadap
permohonan
PK oleh
termohon PK
Putusan
atas
permohonan
PK
12 hari
Penyampaian
jawaban oleh
panitera
pengadilan
kepada
Panitera MA
30 hari
180 hari
ditemukan
bukti baru
(Pasal 295
ayat (2)a)
terdapat
kekeliruan
nyata
(Pasal 295
ayat (2)b)
30 hari
Time-frame Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali Perkara
Kepailitan
(Pasal 295-298 UU No. 37 Tahun 2004)
8. PERMOHONAN PAILIT GUGATAN PERDATA
212 hari 4-6 tahun
Pranata hukum Kepailitan
mendukung suasana bisnis yang
mengedepankan kecepatan dan
kemudahan
Perbandingan antara Penyelesaian Utang-
Piutang melalui Pranata Hukum Kepailitan dan
Pranata Hukum Perdata
9. 1. Bagaimana variasi pertimbangan hukum
dari hakim dalam memutus kasus-kasus
kepailitan terkaitTanggung JawabOrgan
Perseroan?
2. BagaimanaTanggung Jawab Organ
Perseroan dalam kasus-kasus kepailitan
berdasarkan 5 (lima) doktrin
tertransplantasi: fiduciary duty, ultra vires,
piercing the corporate veil, business
judgement rule dan self dealing?
10. Jenis Penelitian :Yuridis Normatif.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
thesis ini, yaitu:
1. Pendekatan Kasus (Case Approach)
2. Pendekatan Undang-Undang (Statute
Approach)
3. Pendekatan Konseptual (Conceptual
Approach)
11. Tanggung jawab berdasarkan 5 (lima)
“doktrin tertransplantasi” dalam Pasal-pasal
UU No. 40Tahun 2007:
1. Fiduciary duty
2. Ultra vires
3. Piercing the corporate veil
4. Business judgement rule
5. Self dealing
12. Organ Perseroan yang dimaksud adalah
Anggota dari 3 (tiga) Organ Perseroan:
1. Anggota Direksi
2. Anggota Dewan Komisaris
3. Anggota Rapat Umum Pemegang Saham
(Pemegang Saham)
14. Kasus-kasus kepailitan yang dimaksud adalah
6 (enam) kasus kepailitan terpilih, terkait
dengan tanggung jawab Organ Perseroan
dalam kepailitan, yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap (permanent legal
force). Keenam kasus tersebut terpilih dari
639 kasus kepailitan Perseroan pada tahun
1998 s.d. 21 Juli 2011.
15. 1. KasusThe Hongkong Chinese Bank Ltd vs PT.
Dok & Perkapalan Kodja Bahari
2. Kasus PT. Indosurya Mega Finance vs PT.
Greatstar Perdana Indonesia
3. Kasus PT. Bank Mandiri vs PT. Bakrie Finance
Corporation
4. Kasus PT. AdityaToa Development Melawan PT.
Wijaya Wisesa
5. Kasus PT. CentralTotal Finance Melawan PT.
Heradi Utama
6. Kasus PT. Bank Negara Indonesia (PT. BNI)
melawan PT. Kalimas Baru Sukses Mandiri
16. No Doktrin Organ PerseroanTerkait Tertranspla
ntasi pada
Pasal ...
UU 40/2007
Anggota
RUPS
Anggota
Direksi
Anggota
Dewan
Komisaris
1. Fiduciary Duty V 75 (1)
V 92 (1)
V 97 (1)
V 98 (1)
V 108 (1)
V 114 (2)
2. UltraVires V 75 (2)
V 92 (2)
V 114 (2)
17. No Doktrin Organ PerseroanTerkait Tertransplantasi
pada Pasal ...
UU 40/2007
Anggota
RUPS
Anggota
Direksi
Anggota
Dewan
Komisaris
3. Piercing the
corporate veil
V 3 (2)
V 97 (3), (4), (5)
104 (2), (3), (4), (5)
V 114 (3), (4), (5)
115 (1), (2), (3)
4. Business
Judgement Rule
V 92 (2)
5. Self Dealing V 72 (2)
V 92 (1)
V 108 (2)
22. RANAH
TANGGUNG
JAWAB
ORGAN
PERSEROAN
RANAH
TANGGUNG
JAWAB
PRIBADI
• Tanggung JawabTerbatas (limited
liability)
Anggota RUPS
• Tanggung jawab sesuai
kewenangan
Anggota Direksi
• Tanggung jawab sesuai
kewenangan
Anggota DK
TABIR PERSEROAN/
BATAS KEWENANGAN
atau TANGGUNG
JAWAB
ORGAN PERSEROAN
Tindakan ultra vires
menyebabkan
terterobosnya tabir
Perseroan (piercing
the corporate veil)
23. RANAH TANGGUNG JAWAB
PEMEGANG SAHAM
RANAH TANGGUNG JAWAB PRIBADI
TANGGUNG JAWAB PEMEGANG SAHAM
DALAM KEPAILITAN
Batas
kewenangan
Pemegang Saham
bertanggung jawab terbatas
(limited liability) yaitu
sebesar saham yang
disetorkan ke dalam
Perseroan
(Pasal 3 ayat (1))
1. Syarat Badan Hukum
belum terpenuhi;
2. Itikad buruk
memanfaatkan PT
untuk kepentingan
pribadi
3. Terlibat PMH yang
dilakukan PT
4. Secara melawan hukum,
menggunakan kekayaan
PT, sehingga harta PT
tidak cukup u/ bayar
utang
(Pasal 3 (2))
Tidak
berlaku
24. RANAH TANGGUNG JAWAB
ANGGOTA DIREKSI
RANAH TANGGUNG JAWAB PRIBADI
TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DIREKSI DALAM KEPAILITAN
Batas
kewenangan
AD bertanggung jawab
secara tanggung
renteng:
1. Kepailitan karena
kesalahan/kelalaian
AD
2. Harta pailit tidak
cukup
(Pasal 104 ayat (2))
1. Kepailitan bukan karena
kesalahan/kelalaiannya
2. Melakukan pengurusan
dgn itikad baik, hati-
hati, penuh tanggung
jawab
3. Tidak punya benturan
kepentingan
4. Telah mencegah
kepailitan
(Pasal 104 (4)
Terbukti
25. RANAH TANGGUNG JAWAB
ANGGOTA DEWAN KOMISARIS
RANAH TANGGUNG JAWAB PRIBADI
TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DEWAN KOMISARIS
DALAM KEPAILITAN
Batas
kewenangan
ADK bertanggung jawab
secara tanggung renteng:
1. Kepailitan karena
kesalahan/kelalaian
ADK dlm melakukan
pengawasan
2. Harta pailit tidak cukup
(Pasal 115 ayat (1))
1. Kepailitan bukan
karena
kesalahan/kelalaiannya
2. Melakukan
pengawasan dgn itikad
baik,
hati-hati, sesuai
maksud& tujuan PT
1. Tidak punya benturan
kepentingan
2. Telah memberi nasihat
u/ mencegah kepailitan
(Pasal 115 (3))
Terbukti
26. 1. Pengaruh 5 doktrin tertransplantasi dalam
pertimbangan hakim guna memutus kasus
kepailitan per tingkat peradilan.
27. Perbandingan antara frekuensi kasus
dimana “doktrin sebagai dasar” dan “doktrin
berpengaruh” pada pertimbangan hakim dalam
memutus enam kasus kepailitan terpilih.
28. Perbandingan antara masing-masing doktrin
tertransplantasi dilihat dari frekuensi digunakannya
doktrin tersebut dalam pertimbangan hakim guna
memutus enam kasus kepailitan terpilih
29. Perbandingan antara masing-masingOrgan
Perseroan dilihat dari frekuensi “paling sering
dipertimbangkan tanggung jawabnya” dalam
kasus kepailitan terpilih
30. 2.Variasi Pertimbangan Hukum dari Hakim
dalam Memutus 6 kasus kepailitan
Isu yang sama
(tanggung jawab Organ Perseroan)
Argumen berbeda
Putusan berbeda
31. 3.Tanggung jawab Organ Perseroan berdasarkan 5
doktrin tertransplantasi dalam enam kasus
kepailitan kepailitan terpilih
FD
BJR UV
PCV
SD
Memperkuat posisi Organ Melemahkan posisi Organ
Melanggar FD
(DoFD, DoL)
32. 4. Penelusuran mengenai tindakan ultra vires
dalam kasus-kasus kepailitan
▪ tindakan AD menerbitkan perjanjian utang-piutang tanpa
persetuan ADK merupakan tindakan UV (melanggar
Anggaran Dasar Perseroan ybs)
▪ tindakan UV menyebabkan terterobosnya tanggung
jawab Organ ke ranah personal liability
▪ Akibat hukum UV : transaksi BDH (null and void)
▪ pertimbangan ttg personal liability tidak terwadahi dalam
putusan
▪ personal liability bisa diakomodasi dalam pemberesan
boedel pailit oleh kurator
33. Menurut penulis, seharusnya hakim dapat
mewadahiTanggung Jawab Pribadi dalam
putusannya, berdasarkan:
• Pasal 3 (2) UU 40/2007 bagi PS
• Pasal 104 (2) UU 40/2007 bagiAD
• Pasal 115 (1) UU No. 40/2007 bagi ADK
34. 1. Dari 6 (enam) kasus kepailitan tahun 2000-2011
terkait tanggung jawab Organ Perseroan (15 tingkat
peradilan), terdapat 7 tingkat peradilan yang
menggunakan doktrin tertransplantasi ultra vires
dalam pertimbangan hakim. Ultra vires merupakan
gerbang bagi hakim untuk mempertimbangkan 4
(empat) doktrin lainnya dalam memutus kasus-
kasus tersebut.
35. Variasi pertimbangan hakim:
Terbukti atau tidak terbuktinya tindakan ultra vires dalam
kasus tersebut;
Jika terbukti maka seberapa besar pengaruh tindakan ultra
vires tersebut sebagai dasar bagi hakim untuk menentukan
besarnya tanggung jawab Organ Perseroan
Besarnya tanggung jawab Organ Perseroan menyebabkan
hal tersebut menjadi dasar pertimbangan hakim untuk
menyatakan Perseroan bertanggung jawab sepenuhnya atas
kepailitan yang terjadi pada Perseroan; atau sebaliknya
Organ Perseroan bertanggung jawab sepenuhnya sampai ke
harta pribadi berdasarkan piercing the corporate veil;
36. Apabila Perseroan terbukti bertanggung jawab
penuh atas utang, maka permohonan pailit
dikabulkan; sebaliknya jika Organ Perseroan
terbukti bertanggung jawab pribadi atas utang,
maka permohonan pailit ditolak; dan
Tanggung jawab pribadi (personal liability)
berdasarkan piercing the corporate Organ Perseroan
tidak terwadahi dalam putusan hakim, sehingga
tanggung jawab pribadi (personal liability) tidak bisa
dieksekusi walaupun sudah terbukti dalam proses
persidangan.
37. 2.Tanggung Jawab Organ Perseroan dalam kepailitan
didasarkan pada BatasTanggung Jawab masing-
masing Organ Perseroan:
▪ Tanggung jawabTerbatas bagi Pemegang Saham
▪ Tanggung jawab sesuai kewenangan bagi Anggota Direksi
▪ Tanggung jawab sesuai kewenangan bagi Anggota
Dewan Komisaris
Selama masing-masing Organ Perseroan bertindak
sesuai batas tanggung jawabnya (intravires) maka
tidak diberlakukan tanggung jawab pribadi
(personal liability) berdasarkan doktrin piercing the
corporate veil.
38. 1. Bagi kreditor Pemohon Pailit:Agar
permohonan pernyataan pailit tidak ditolak
hakim dengan alasan ketidakjelasan
mengenai siapa debitor, maka dalam
membuat perjanjian utang-piutang,
perhatikan kewenangan subjek hukum yang
mengadakan perjanjian mewakili Perseron:
apakah bertindak dengan otoritas yang sah
atau tidak.
39. 2. Bagi debitorTermohon Pailit: Perseroan
seharusnya memaksimalkan fungsi pengawasan
dari Dewan Komisaris dalam mengawasi jalannya
pengurusan yang dilakukan oleh Direksi.
Pengawasan ini tidak selalu harus bersifat pasif –
menunggu informasi dari Direksi -, tetapi juga
seharusnya bersifat aktif – meminta informasi dari
Direksi - . Harapannya, jika fungsi pengawasan
berjalan secara aktif, maka tindakan ultra vires
Direksi dapat dimimalisir.