SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
Wound Management
Made Kurniawan AS
Definisi
• Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan yang
disebabkan oleh berbagai hal.
• Seperti trauma mekanik, termal/radiasi, fisik, pembedahan dan zat
kimia
Wound healing
• Respon inflamasi akut: hemostasis, pelepasan histamin dan mediator
inflamasi
• Fase destruktif: pembersihan debris dan jaringan nekrotik oleh
neutrophil dan makrofag
• Fase proliferative: neovaskularisasi, jaringan ikat baru
• Fase Maturasi: re epitelisasi, kontraksi
Wound healing
• Penyembuhan Luka Primer
• Menyatukan kedua tepi luka
dengan jahitan, plester, skin graft
atau flap.
• Hanya sedikit jaringan yang
hilang.
• Luka bersih.
• Jaringan granulasi yang
dihasilkan sangat sedikit.
• Re-epitelisasi sempurna dalam
10-14 hari, menyisakan jaringan
parut tipis.
Wound healing
Penyembuhan Luka Sekunder
• Tidak ada tindakan aktif untuk menutup luka,
luka sembuh secara alamiah (intervensi hanya
berupa cleaning, dressing, kadang pemberian
antibiotika).
• Luka terbuka atau dibiarkan terbuka, kadang
kotor.
• Terbentuk jaringan granulasi cukup banyak.
• Luka ditutup oleh re-epitelisasi dan deposisi
jaringan ikat sehingga terjadi kontraksi. Jaringan
parut dapat luas / hipertrofik,
Wound Assessment
1. Menilai adanya kegawatan, yaitu apakah terdapat kondisi yang
membahayakan jiwa pasien
2. Menilai apakah luka akut atau kronis.
3. Penilaian luka terhadap pasien dengan anamnesis
Jenis luka
berdasarkan penyebab
• Erosi, Abrasi, Excoriasi
• Kontusio
• Laserasi
• Insisi: luka sayatan
• Tension Laceration: trauma tumpul melebihi daya regang
• Crush laceration: tekanan antara kulit dan tulang dibawahnya
Jenis luka
berdasarkan Tingkat kontaminasi
1. Bersih: Luka elektif, tidak disebabkan oleh trauma
2. Bersih terkontaminasi: luka urgent oleh karena trauma
3. Luka terkontaminasi: luka terbuka <4 jam, tanda inflamasi (+)
4. Luka kotor / terinfeksi: tanda infeksi, pus, jaringan nekrotik
Jenis luka
berdasarkan Onset
1. Akut
disebabkan oleh trauma atau pembedahan. Waktu penyembuhan relatif cepat,
dengan penyembuhan secara primer.
2. Kronis
luka kronis didefinisikan sebagai luka yang belum sembuh setelah 3 bulan.
Sering disebabkan oleh luka bakar luas, gangguan sirkulasi, tekanan yang
berlangsung lama (pressure ulcers/ ulkus dekubitus), ulkus diabetik dan
keganasan. Waktu penyembuhan cenderung lebih lama, risiko terinfeksi lebih
besar.
Luka Akut
Luka kronis
Status lokalis
1. Benda asing  pasir, aspal, kotoran
2. Dasar luka
3. Posisi luka  memperkirakan kecepatan penyembuhan
4. Ukuran luka  luas luka, undermining, memperkirakan penyembuhan
5. Jumlah discharge  pus, seropurulen, serous, serohemoragis, hemoragis
6. Bau
7. Nyeri  derajat nyeri
8. Tepi luka  teratur, tidak teratur, tanda inflamasi
9. Jaringan disekeliling luka  nekrotik
Status lokalis
MEASURE
• M (Measure) : Mengukur Panjang, lebar, kedalaman
• E (Eksudat) : Jumlah dan kualitas eksudat dan bau
• A (Appearance) : Permukaan luka, jenis jaringan
• S (Suffering) : Adanya nyeri dan tingkat nyeri
• U (Undermining): Ada atau tidaknya goa
• R (Reevaluasi) : Mengetahui adanya komplikasi dan perkembangan luka
• E (Edge) : Kondisi tepi luka dan kulit sekitar
APPEARANCE (WARNA DASAR LUKA)
Sistem RYB (Red Yellow Black)
1. RED (MERAH)
• Dasar warna luka merah tua atau
terang, tampak lembab
• Merupakan luka bersih,
bergranulasi, vaskularisasi baik
dan mudah berdarah
• Warna dasar luka merah
muda/pucat
(lapisan epitelisasi)  Fase akhir
proses penyembuhan luka
2. YELLOW (KUNING)
• Dasar luka kuning/kuning
kecoklatan/kuning
kehijauan/kuning pucat adalah
jaringan nekrosis
• Merupakan luka terkontaminasi,
terinfeksi, avaskularisasi
3. BLACK (HITAM)
• Dasar luka warna hitam adalah
jaringan nekrosis
• Merupakan jaringan yang
avaskularisasi
• Tujuan perawatan : sama dengan
dasar luka warna kuning
Keadaan dasar luka
• Keadaan dasar luka mencerminkan tahapan penyembuhan luka
• Karakteristik dasar luka bervariasi dan sering diklasifikasikan
berdasarkan tipe jaringan yang berada di dasarnya
• Pada satu luka sering terdapat beberapa jenis tipe jaringan sekaligus
Keadaan dasar luka
Nekrotik
• Akibat kematian jaringan, permukaan luka tertutup oleh lapisan jaringan nekrotik
(eschar) yang seringkali berwarna hitam atau kecoklatan.
• Pada awalnya konsistensi lunak, tetapi kemudian akan mengalami dehidrasi dengan
cepat sehingga menjadi keras dan kering.
• Jaringan nekrotik dapat memperlambat penyembuhan dan menjadi fokus infeksi.
• Diperlukan pembersihan luka (debridement) dari jaringan nekrotik secepatnya sehingga
luka dapat memasuki tahapan penyembuhan selanjutnya.
Keadaan dasar luka
Slough
• Slough, juga merupakan jenis jaringan nekrotik,
• merupakan material lunak yang terdiri atas sel-sel mati, berwarna kekuningan
dan menutupi luka.
• Dapat berbentuk seperti serabut/ benang yang menempel di dasar luka.
• di mana slough tetap menempel di dasar luka meski diguyur air, sementara
pus akan terlarut bersama air.
• Slough merupakan predisposisi infeksi dan menghambat penyembuhan luka,
meski demikian, adanya slough tidak selalu merupakan tanda terjadinya
infeksi pada luka.
• Untuk menstimulasi pembentukan jaringan granulasi dan membersihkan luka
dari eksudat, slough dibersihkan dengan aplikasi dressing yang sesuai.
Slough (*)
Nekrotik ()
Keadaan dasar luka
Granulasi
• Granulasi adalah jaringan ikat yang mengandung banyak kapiler baru
yang akan membantu penyembuhan dasar luka.
• Jaringan granulasi sehat berwarna merah, kekuningan, mengkilat dan
nyeri dan tidak mudah berdarah meski dalam jaringan granulasi
terdapat banyak pembuluh darah baru.
Hipergranulasi
• merupakan pembentukan jaringan granulasi secara berlebihan.
Hipergranulasi akan mengganggu migrasi epitel sehingga
memperlambat penyembuhan luka.
UNDERMINING (GOA)
• Ada atau tidaknya goa
• Diukur panjangnya, lokasi pada jam berapa (searah dengan jarum
jam)
Penulisan ukuran luka (a x b x kedalaman)cm dengan goa di jam 12 sampai
dengan jam 6 dengan panjang c CM
Tujuan Penatalaksanaan luka
1. Menciptakan kondisi lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.
2. Membersihkan luka dari eksudat dan jaringan nekrotik.
3. Melindungi luka dari infeksi.
4. Mengeliminasi faktor-faktor yang mengganggu penyembuhan luka.
5. Menstimulasi pertumbuhan jaringan baru.
6. Mengembalikan fungsi.
7. Memperbaiki kerusakan jaringan dengan gangguan kosmetik seminimal
mungkin.
Pencucian luka
• Tindakan mencuci luka harus dilakukan
sesegera mungkin setelah terjadi luka
• Paling baik adalah menggunakan air
mengalir
• Tekanan dari pancaran air akan
membersihkan luka dari bakteri dan
material kontaminan lain.
• Untuk membersihkan luka yang sangat
kotor, misalnya kontaminasi kotoran atau
aspal, diperlukan irigasi tekanan tinggi (5-8
psi) atau tindakan scrubbing.
Debridement
• Debridement akan memicu drainase yang inadekuat, menstimulasi
penyembuhan dengan menciptakan milieu luka yang optimal.
• Microtrauma akibat debridement mekanis menstimulasi rekruitmen
trombosit yang akan mengawali fase penyembuhan luka.
• Platelet-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth
Factor- β (TGF- β) dalam granula alfa trombosit mengendalikan
penyembuhan luka selama fase inflamasi.
Wound dressing
• Dapat mempertahankan kelembaban pada area luka. Dasar luka yang
kering menghambat penyembuhan luka.
• Dapat menyerap eksudat yang berlebihan. Cairan berlebihan di
sekitar luka mengakibatkan maserasi dan berpotensi infeksi.
• Mempertahankan suhu dalam luka tetap optimal. Penurunan suhu di
dasar luka akan menghambat aktifitas fibroblast.
• Impermeable terhadap mikroorganisme.
• Aplikasi sederhana sehingga penggantian pembalut dapat dilakukan
sendiri oleh pasien atau keluarganya di rumah.
Pemelihan balutan
• Untuk luka bersih, gunakan balutan basah-basah atau balutan
mengandung pelembab.
• Untuk luka yang memerlukan debridement, gunakan balutan basah-
kering sampai luka bersih dan diganti dengan regimen balutan yang
berbeda.
• Untuk luka yang tertutup oleh jaringan nekrotik, tetap harus
dilakukan debridement, baru kemudian ditutup dengan balutan yang
sesuai.
Balutan Basah – Kering
• Indikasi: membersihkan luka kotor / terinfeksi
• Lembabkan kassa dengan saline steril
• Pasang lembaran kassa steril kering di atasnya
• Biarkan kassa menjadi kering kemudian diangkat
• Saat kassa terangkat akan membawa serta debris
• Pada luka kotor, balutan diganti 3-4 kali sehari
• Pada luka bersih, balutan boleh diganti 1-2 kali sehari
Balutan Basah – Basah
• Indikasi: Menjaga luka agar tetap kering
• Lembabkan kassa dengan saline steril.
• Buka lipatannya dan tutupkan pada luka.
• Pasang lembaran kassa kering di atasnya.
• Kassa tidak boleh mengering dan menempel pada luka
• Diganti 2-3 kali sehari
• Jika kasa kering, dapat dituangkan saline diatasnya
MENGELOLA LUKA

More Related Content

Similar to MENGELOLA LUKA

Penyembuhanluka1 180402013348
Penyembuhanluka1 180402013348Penyembuhanluka1 180402013348
Penyembuhanluka1 180402013348job Titri company
 
Perawatan dicubitus
Perawatan dicubitusPerawatan dicubitus
Perawatan dicubitusSugiartoNers
 
11. Perawatan Luka power point Ns.Heny-1.pptx
11. Perawatan Luka  power point Ns.Heny-1.pptx11. Perawatan Luka  power point Ns.Heny-1.pptx
11. Perawatan Luka power point Ns.Heny-1.pptxfernaldoworiwun
 
Seminar Wound revisi
Seminar Wound revisi Seminar Wound revisi
Seminar Wound revisi Alif Kartono
 
Seminar wound revise
Seminar wound reviseSeminar wound revise
Seminar wound reviseyudhasetya01
 
Kdk keterampilan dasar klinik
Kdk keterampilan dasar klinikKdk keterampilan dasar klinik
Kdk keterampilan dasar klinikmuhammad reza
 
Luka Wound Healing Dr Yuda Umm
Luka  Wound Healing Dr Yuda UmmLuka  Wound Healing Dr Yuda Umm
Luka Wound Healing Dr Yuda UmmDavid Kurniawan
 
Burn Wound Management 21.pdf
Burn Wound Management 21.pdfBurn Wound Management 21.pdf
Burn Wound Management 21.pdfKendyTebas
 
Konsep Perawatan Luka Dekubitus dan Gangrene
Konsep Perawatan Luka Dekubitus dan GangreneKonsep Perawatan Luka Dekubitus dan Gangrene
Konsep Perawatan Luka Dekubitus dan GangreneSulistia Rini
 
Bedah plastik: skin graft & skin flap
Bedah plastik: skin graft & skin flapBedah plastik: skin graft & skin flap
Bedah plastik: skin graft & skin flapDVP Nugroho
 

Similar to MENGELOLA LUKA (20)

Penyembuhanluka1 180402013348
Penyembuhanluka1 180402013348Penyembuhanluka1 180402013348
Penyembuhanluka1 180402013348
 
Penyembuhan luka part 1
Penyembuhan luka part 1Penyembuhan luka part 1
Penyembuhan luka part 1
 
Perawatan dicubitus
Perawatan dicubitusPerawatan dicubitus
Perawatan dicubitus
 
11. Perawatan Luka power point Ns.Heny-1.pptx
11. Perawatan Luka  power point Ns.Heny-1.pptx11. Perawatan Luka  power point Ns.Heny-1.pptx
11. Perawatan Luka power point Ns.Heny-1.pptx
 
Pp perawatan luka
Pp perawatan lukaPp perawatan luka
Pp perawatan luka
 
Seminar Wound revisi
Seminar Wound revisi Seminar Wound revisi
Seminar Wound revisi
 
Seminar wound revise
Seminar wound reviseSeminar wound revise
Seminar wound revise
 
Perawatan Luka Modern
Perawatan Luka ModernPerawatan Luka Modern
Perawatan Luka Modern
 
Kdk keterampilan dasar klinik
Kdk keterampilan dasar klinikKdk keterampilan dasar klinik
Kdk keterampilan dasar klinik
 
Materi Luka Dasar.docx
Materi Luka Dasar.docxMateri Luka Dasar.docx
Materi Luka Dasar.docx
 
Luka Wound Healing Dr Yuda Umm
Luka  Wound Healing Dr Yuda UmmLuka  Wound Healing Dr Yuda Umm
Luka Wound Healing Dr Yuda Umm
 
Merawat luka
Merawat lukaMerawat luka
Merawat luka
 
Luka pembedahan
Luka pembedahanLuka pembedahan
Luka pembedahan
 
Luka pembedahan
Luka pembedahanLuka pembedahan
Luka pembedahan
 
Ppt Perawatan Luka 1.pdf
Ppt Perawatan Luka 1.pdfPpt Perawatan Luka 1.pdf
Ppt Perawatan Luka 1.pdf
 
Burn Wound Management 21.pdf
Burn Wound Management 21.pdfBurn Wound Management 21.pdf
Burn Wound Management 21.pdf
 
Konsep Perawatan Luka Dekubitus dan Gangrene
Konsep Perawatan Luka Dekubitus dan GangreneKonsep Perawatan Luka Dekubitus dan Gangrene
Konsep Perawatan Luka Dekubitus dan Gangrene
 
PERAWATAN_LUKA.pptx
PERAWATAN_LUKA.pptxPERAWATAN_LUKA.pptx
PERAWATAN_LUKA.pptx
 
Bedah plastik: skin graft & skin flap
Bedah plastik: skin graft & skin flapBedah plastik: skin graft & skin flap
Bedah plastik: skin graft & skin flap
 
Luka dan penyembuhan AKPER PEMKAB MUNA
Luka dan penyembuhan  AKPER PEMKAB MUNA Luka dan penyembuhan  AKPER PEMKAB MUNA
Luka dan penyembuhan AKPER PEMKAB MUNA
 

Recently uploaded

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 

Recently uploaded (20)

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 

MENGELOLA LUKA

  • 2. Definisi • Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh berbagai hal. • Seperti trauma mekanik, termal/radiasi, fisik, pembedahan dan zat kimia
  • 3. Wound healing • Respon inflamasi akut: hemostasis, pelepasan histamin dan mediator inflamasi • Fase destruktif: pembersihan debris dan jaringan nekrotik oleh neutrophil dan makrofag • Fase proliferative: neovaskularisasi, jaringan ikat baru • Fase Maturasi: re epitelisasi, kontraksi
  • 4. Wound healing • Penyembuhan Luka Primer • Menyatukan kedua tepi luka dengan jahitan, plester, skin graft atau flap. • Hanya sedikit jaringan yang hilang. • Luka bersih. • Jaringan granulasi yang dihasilkan sangat sedikit. • Re-epitelisasi sempurna dalam 10-14 hari, menyisakan jaringan parut tipis.
  • 5. Wound healing Penyembuhan Luka Sekunder • Tidak ada tindakan aktif untuk menutup luka, luka sembuh secara alamiah (intervensi hanya berupa cleaning, dressing, kadang pemberian antibiotika). • Luka terbuka atau dibiarkan terbuka, kadang kotor. • Terbentuk jaringan granulasi cukup banyak. • Luka ditutup oleh re-epitelisasi dan deposisi jaringan ikat sehingga terjadi kontraksi. Jaringan parut dapat luas / hipertrofik,
  • 6. Wound Assessment 1. Menilai adanya kegawatan, yaitu apakah terdapat kondisi yang membahayakan jiwa pasien 2. Menilai apakah luka akut atau kronis. 3. Penilaian luka terhadap pasien dengan anamnesis
  • 7.
  • 8. Jenis luka berdasarkan penyebab • Erosi, Abrasi, Excoriasi • Kontusio • Laserasi • Insisi: luka sayatan • Tension Laceration: trauma tumpul melebihi daya regang • Crush laceration: tekanan antara kulit dan tulang dibawahnya
  • 9. Jenis luka berdasarkan Tingkat kontaminasi 1. Bersih: Luka elektif, tidak disebabkan oleh trauma 2. Bersih terkontaminasi: luka urgent oleh karena trauma 3. Luka terkontaminasi: luka terbuka <4 jam, tanda inflamasi (+) 4. Luka kotor / terinfeksi: tanda infeksi, pus, jaringan nekrotik
  • 10. Jenis luka berdasarkan Onset 1. Akut disebabkan oleh trauma atau pembedahan. Waktu penyembuhan relatif cepat, dengan penyembuhan secara primer. 2. Kronis luka kronis didefinisikan sebagai luka yang belum sembuh setelah 3 bulan. Sering disebabkan oleh luka bakar luas, gangguan sirkulasi, tekanan yang berlangsung lama (pressure ulcers/ ulkus dekubitus), ulkus diabetik dan keganasan. Waktu penyembuhan cenderung lebih lama, risiko terinfeksi lebih besar.
  • 13. Status lokalis 1. Benda asing  pasir, aspal, kotoran 2. Dasar luka 3. Posisi luka  memperkirakan kecepatan penyembuhan 4. Ukuran luka  luas luka, undermining, memperkirakan penyembuhan 5. Jumlah discharge  pus, seropurulen, serous, serohemoragis, hemoragis 6. Bau 7. Nyeri  derajat nyeri 8. Tepi luka  teratur, tidak teratur, tanda inflamasi 9. Jaringan disekeliling luka  nekrotik
  • 14. Status lokalis MEASURE • M (Measure) : Mengukur Panjang, lebar, kedalaman • E (Eksudat) : Jumlah dan kualitas eksudat dan bau • A (Appearance) : Permukaan luka, jenis jaringan • S (Suffering) : Adanya nyeri dan tingkat nyeri • U (Undermining): Ada atau tidaknya goa • R (Reevaluasi) : Mengetahui adanya komplikasi dan perkembangan luka • E (Edge) : Kondisi tepi luka dan kulit sekitar
  • 15. APPEARANCE (WARNA DASAR LUKA) Sistem RYB (Red Yellow Black)
  • 16. 1. RED (MERAH) • Dasar warna luka merah tua atau terang, tampak lembab • Merupakan luka bersih, bergranulasi, vaskularisasi baik dan mudah berdarah • Warna dasar luka merah muda/pucat (lapisan epitelisasi)  Fase akhir proses penyembuhan luka
  • 17. 2. YELLOW (KUNING) • Dasar luka kuning/kuning kecoklatan/kuning kehijauan/kuning pucat adalah jaringan nekrosis • Merupakan luka terkontaminasi, terinfeksi, avaskularisasi
  • 18. 3. BLACK (HITAM) • Dasar luka warna hitam adalah jaringan nekrosis • Merupakan jaringan yang avaskularisasi • Tujuan perawatan : sama dengan dasar luka warna kuning
  • 19. Keadaan dasar luka • Keadaan dasar luka mencerminkan tahapan penyembuhan luka • Karakteristik dasar luka bervariasi dan sering diklasifikasikan berdasarkan tipe jaringan yang berada di dasarnya • Pada satu luka sering terdapat beberapa jenis tipe jaringan sekaligus
  • 20. Keadaan dasar luka Nekrotik • Akibat kematian jaringan, permukaan luka tertutup oleh lapisan jaringan nekrotik (eschar) yang seringkali berwarna hitam atau kecoklatan. • Pada awalnya konsistensi lunak, tetapi kemudian akan mengalami dehidrasi dengan cepat sehingga menjadi keras dan kering. • Jaringan nekrotik dapat memperlambat penyembuhan dan menjadi fokus infeksi. • Diperlukan pembersihan luka (debridement) dari jaringan nekrotik secepatnya sehingga luka dapat memasuki tahapan penyembuhan selanjutnya.
  • 21. Keadaan dasar luka Slough • Slough, juga merupakan jenis jaringan nekrotik, • merupakan material lunak yang terdiri atas sel-sel mati, berwarna kekuningan dan menutupi luka. • Dapat berbentuk seperti serabut/ benang yang menempel di dasar luka. • di mana slough tetap menempel di dasar luka meski diguyur air, sementara pus akan terlarut bersama air. • Slough merupakan predisposisi infeksi dan menghambat penyembuhan luka, meski demikian, adanya slough tidak selalu merupakan tanda terjadinya infeksi pada luka. • Untuk menstimulasi pembentukan jaringan granulasi dan membersihkan luka dari eksudat, slough dibersihkan dengan aplikasi dressing yang sesuai.
  • 23. Keadaan dasar luka Granulasi • Granulasi adalah jaringan ikat yang mengandung banyak kapiler baru yang akan membantu penyembuhan dasar luka. • Jaringan granulasi sehat berwarna merah, kekuningan, mengkilat dan nyeri dan tidak mudah berdarah meski dalam jaringan granulasi terdapat banyak pembuluh darah baru. Hipergranulasi • merupakan pembentukan jaringan granulasi secara berlebihan. Hipergranulasi akan mengganggu migrasi epitel sehingga memperlambat penyembuhan luka.
  • 24.
  • 25. UNDERMINING (GOA) • Ada atau tidaknya goa • Diukur panjangnya, lokasi pada jam berapa (searah dengan jarum jam) Penulisan ukuran luka (a x b x kedalaman)cm dengan goa di jam 12 sampai dengan jam 6 dengan panjang c CM
  • 26. Tujuan Penatalaksanaan luka 1. Menciptakan kondisi lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. 2. Membersihkan luka dari eksudat dan jaringan nekrotik. 3. Melindungi luka dari infeksi. 4. Mengeliminasi faktor-faktor yang mengganggu penyembuhan luka. 5. Menstimulasi pertumbuhan jaringan baru. 6. Mengembalikan fungsi. 7. Memperbaiki kerusakan jaringan dengan gangguan kosmetik seminimal mungkin.
  • 27. Pencucian luka • Tindakan mencuci luka harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi luka • Paling baik adalah menggunakan air mengalir • Tekanan dari pancaran air akan membersihkan luka dari bakteri dan material kontaminan lain. • Untuk membersihkan luka yang sangat kotor, misalnya kontaminasi kotoran atau aspal, diperlukan irigasi tekanan tinggi (5-8 psi) atau tindakan scrubbing.
  • 28. Debridement • Debridement akan memicu drainase yang inadekuat, menstimulasi penyembuhan dengan menciptakan milieu luka yang optimal. • Microtrauma akibat debridement mekanis menstimulasi rekruitmen trombosit yang akan mengawali fase penyembuhan luka. • Platelet-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor- β (TGF- β) dalam granula alfa trombosit mengendalikan penyembuhan luka selama fase inflamasi.
  • 29. Wound dressing • Dapat mempertahankan kelembaban pada area luka. Dasar luka yang kering menghambat penyembuhan luka. • Dapat menyerap eksudat yang berlebihan. Cairan berlebihan di sekitar luka mengakibatkan maserasi dan berpotensi infeksi. • Mempertahankan suhu dalam luka tetap optimal. Penurunan suhu di dasar luka akan menghambat aktifitas fibroblast. • Impermeable terhadap mikroorganisme. • Aplikasi sederhana sehingga penggantian pembalut dapat dilakukan sendiri oleh pasien atau keluarganya di rumah.
  • 30. Pemelihan balutan • Untuk luka bersih, gunakan balutan basah-basah atau balutan mengandung pelembab. • Untuk luka yang memerlukan debridement, gunakan balutan basah- kering sampai luka bersih dan diganti dengan regimen balutan yang berbeda. • Untuk luka yang tertutup oleh jaringan nekrotik, tetap harus dilakukan debridement, baru kemudian ditutup dengan balutan yang sesuai.
  • 31. Balutan Basah – Kering • Indikasi: membersihkan luka kotor / terinfeksi • Lembabkan kassa dengan saline steril • Pasang lembaran kassa steril kering di atasnya • Biarkan kassa menjadi kering kemudian diangkat • Saat kassa terangkat akan membawa serta debris • Pada luka kotor, balutan diganti 3-4 kali sehari • Pada luka bersih, balutan boleh diganti 1-2 kali sehari
  • 32. Balutan Basah – Basah • Indikasi: Menjaga luka agar tetap kering • Lembabkan kassa dengan saline steril. • Buka lipatannya dan tutupkan pada luka. • Pasang lembaran kassa kering di atasnya. • Kassa tidak boleh mengering dan menempel pada luka • Diganti 2-3 kali sehari • Jika kasa kering, dapat dituangkan saline diatasnya

Editor's Notes

  1. Respons inflamasi akut terhadap cedera : meliputi hemostasis, pelepasan histamine dan mediator inflamasi lain dari sel-sel yang rusak serta migrasi lekosit (netrofil, monosit dan makrofag) ke tempat luka. Fase destruktif : pembersihan debris dan jaringan nekrotik oleh netrofil dan makrofag. Fase proliferative : infiltrasi daerah luka oleh pembuluh darah baru (neovaskularisasi), diperkuat oleh jaringan ikat. Fase maturasi : meliputi re-epitelisasi, kontraksi luka dan reorganisasi jaringan ikat.
  2. Perawatan luka lebih sederhana dan mudah, hanya perlu menjaga luka jahitan tetap bersih dan kering. Waktu penyembuhan luka lebih cepat. Tidak ada rasa nyeri/ rasa nyeri lebih ringan. Tidak terbentuk jaringan parut/ hanya terbentuk jaringan parut berukuran kecil sehingga hasil kosmetik lebih baik dan tidak mengganggu fungsi. Mencegah kontaminasi struktur penting di bawah kulit.
  3. misalnya luka terbuka di dada atau abdomen yang kemungkinan dapat merusak struktur penting di bawahnya, luka dengan perdarahan arteri yang hebat, luka di leher yang dapat mengakibatkan obstruksi pernafasan dan lain-lain). Mekanisme terjadinya luka. Kapan terjadinya luka : setelah 3 jam (golden periode< 6 jam), kolonisasi bakteri dalam luka akan meningkat tajam. Di mana pasien mendapatkan luka tersebut. Bila saat pasien datang luka telah dibersihkan tetap harus ditanyakan adakah kontaminan dalam luka, misalnya logam, kotoran hewan atau karat. Adanya kontaminan dalam luka meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan tetanus. Perdarahan dan jumlah darah yang keluar. Faktor pemberat penyembuhan Riwayat penyakit: diabetes, keganasan, autoimun, dll Riwayat merokok Obat-obatan
  4. Erosi, Abrasi, Excoriasi : Erosi: Luka hanya sampai stratum corneum Abrasi: Luka sampai stratum spinosum Excoriasi: Luka sampai stratum basale -  Merupakan kerusakan epitel permukaan akibat trauma gesek pada epidermis. -  Abrasi luas dapat mengakibatkan kehilangan cairan tubuh. -  Luka harus segera dicuci, benda asing dalam luka harus dibersihkan dengan seksama untuk meminimalkan risiko infeksi dan mencegah “tattooing” (luka kedalamannya sampai stratum papilare dermis). Kontusio : -  Biasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau ledakan. -  Dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang luas. -  Pada awalnya, lapisan kulit di atasnya bisa jadi intak, tapi pada akhirnya dapat menjadi non-viable. -  Hematoma berukuran besar yang terletak di bawah kulit atau atau di dalam otot dapat menetap. -  Kontusio luas dapat mengakibatkan infeksi dan compartment syndromes. Laserasi :  Laserasi terjadi jika kekuatan trauma melebihi kekuatan regang jaringan, misalnya robekan kulit kepala akibat trauma tumpul pada kepala.  Laserasi diklasifikasikan berdasarkan mekanisme terjadinya, yaitu : 1) Insisi : -  Luka sayatan, disebabkan oleh benda tajam. -  Kerusakan jaringan sangat minimal. 17 -  Contoh : luka tusuk, luka pembedahan, terkena pecahan kaca. -  Ditutup dengan bantuan jahitan, klip, staples, adhesive strips (plester) atau lem. Luka pembedahan dapat terbuka kembali secara spontan (dehisensi) atau dibuka kembali karena terbentuk timbunan cairan, darah (hematoma) atau infeksi. 2) Tension laceration : -  Disebabkan oleh trauma tumpul, biasanya karena tangential force yang kekuatannya melebihi daya regang jaringan. -  Akibatnya adalah terjadinya robekan kulit dengan tepi tidak teratur disertai kontusio jaringan di sekitarnya. -  Contoh : benturan dengan aspal pada kecepatan tinggi, laserasi kulit karena pukulan tongkat dengan kekuatan tinggi. 3) Crushlacerationataucompressionlaceration: -  Laserasi kulit terjadi karena kulit tertekan di antara objek dan tulang di bawahnya. -  Laserasi tipe ini biasanya berbentuk stellate dengan kerusakan sedang dari jaringan di sekitarnya. -  Kejadian infeksi lebih tinggi. -  Hasil kosmetik kurang baik. -  Contoh : laserasi kulit di atas alis seorang anak karena terjatuh dari meja. 4) Kombinasi dari mekanisme di atas.
  5. Semua jenis luka berpotensi menjadi kronis jika pemilihan regimen terapi tidak adekuat.
  6. misalnya luka terbuka di dada atau abdomen yang kemungkinan dapat merusak struktur penting di bawahnya, luka dengan perdarahan arteri yang hebat, luka di leher yang dapat mengakibatkan obstruksi pernafasan dan lain-lain). Mekanisme terjadinya luka. Kapan terjadinya luka : setelah 3 jam (golden periode< 6 jam), kolonisasi bakteri dalam luka akan meningkat tajam. Di mana pasien mendapatkan luka tersebut. Bila saat pasien datang luka telah dibersihkan tetap harus ditanyakan adakah kontaminan dalam luka, misalnya logam, kotoran hewan atau karat. Adanya kontaminan dalam luka meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan tetanus. Perdarahan dan jumlah darah yang keluar. Faktor pemberat penyembuhan Riwayat penyakit: diabetes, keganasan, autoimun, dll Riwayat merokok Obat-obatan
  7. Akibat kematian jaringan, permukaan luka tertutup oleh lapisan jaringan nekrotik (eschar) yang seringkali berwarna hitam atau kecoklatan. Pada awalnya konsistensi lunak, tetapi kemudian akan mengalami dehidrasi dengan cepat sehingga menjadi keras dan kering. Jaringan nekrotik dapat memperlambat penyembuhan dan menjadi fokus infeksi.Diperlukan pembersihan luka (debridement) dari jaringan nekrotik secepatnya sehingga luka dapat memasuki tahapan penyembuhan selanjutnya.
  8. Luka dangkal Luka dengan risiko tinggi terjadinya infeksi : Gigitan binatang atau manusia Luka kotor/ terkontaminasi Laserasi (tension laceration dan crush laceration). Luka dengan kerusakan otot, tendo atau tulang di bawahnya. Luka tusuk Larutan antiseptik seperti alkohol atau hydrogen peroksida sebaiknya tidak digunakan, sementara larutan antiseptik seperti povidone iodine 10% hanya digunakan pada luka akut, dan tidak digunakan terlalu sering, karena justru akan merusak sel-sel kulit baru dan sel-sel fagosit yang bermigrasi ke area luka, sehingga risiko infeksi lebih besar dan penyembuhan luka lebih lama.
  9. Syarat
  10. Syarat
  11. Syarat