1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Risiko secara umum didefinisikan sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa baik
yang diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan dan dapat menimbulkan dampak
bagi pencapaian tujuan. Dalam melakukan suatu aktivitas usaha, akan selalu dihadapi oleh
suatu tantangan risiko, karena apa yang akan terjadi di masa akan datang tidak dapat
diketahui secara pasti. Besarnya tingkat kerugian karena risiko yang dihadapi sangat
bervariasi bergantung penyebab dan efek pengaruhnya.
Jika saja suatu risiko sudah dapat diketahui secara pasti bentuk dan besarannya maka
tentu saja ini dapat diperlakukan seperti biaya karena risiko merupakan suatu ketidakpastian
maka akan menjadi suatu masalah penting bagi semua pihak. Namun suatu usaha untuk
mengurangi atau memperkecil risiko tetap dapat dilakukan dengan melakukan suatu
pengendalian risiko terhadap ketidakpastian seperti kecelakaan kerja, bencana alam,
perampokan, pencurian dan kebangkrutan.
Pengendalian risiko merupakan permasalahan yang sering dilupakan, disebabkan
peluang terjadinya risiko tidak dapat langsung diamati secara jelas. Oleh sebab itu diperlukan
penerapan manajemen risiko dalam menjalankan suatu aktivitas usaha, karena sejak aktivitas
tersebut dimulai maka elemen risiko-risiko pun akan muncul. Manajemen risiko merupakan
suatu kegiatan untuk mengenali risiko yang dihadapi oleh sebuah entitas bisnis dan
bagaimana mengontrol risiko tersebut. Tujuan utama manajemen risiko adalah menjaga agar
aktivitas operasional yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian yang melebihi
kemampuan entitas bisnis untuk menyerap kerugian tersebut ataupun membahayakan
kelangsungan usahanya. Salah satu elemen risiko yang pasti akan muncul dalam aktivitas
hidup usaha pada suatu entitas bisnis adalah risiko operasional, dan juga merupakan risiko
tertua dan bersifat inheren yang muncul sebelum risiko yang lainnya. Maka dibutuhkan
adanya suatu cara untuk mengendalikan risiko yang akan terjadi dan yang sudah terjadi.
Oleh karena sebab itu, maka dalam kesampatan kali ini kami akan menyajikan
makalah kami tentang Manajemen Risiko yang bertemakan “PENGENDALIAN RISIKO”.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
2. 2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari pengendalian risiko ?
2. Bagaimana metode yang digunakan dalam menangani pengendalian risiko?
3. Bagaimana cara untuk memilih teknik yang tepat dalam menanggulangi kerugian/
risiko?
4. Bagaimana kualitas sebuah sistem pengendalian yang efektif?
C. Tujuan Penulisan
Memahami cara mengendalikan resiko
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENGENDALIAN RISIKO
Pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang merupakan pengukuran dan
koreksi semua kegiatan di dalam rangka memastikan bahwa tujuan dan rencana perusahaan
dapat terlaksana dengan baik.1 Sedangkan resiko dapat diartikan sebagai kans kerugian,
kemungkinan kerugian, atau ketidakpastian.
Pengendalian risiko merupakan suatu proses yang dilakukan manajer setelah
mengidentifikasi, pengukuran dan koreksi atas semua kegiatan yang bepotensi menghasilkan
risiko/kerugian dalam rangka memastikan bahwa tujuan-tujuan dan rencana-rencana
organisasi/perusahaan dapat terlaksana dengan baik. Dengan kata lain, pengendalian risiko
adalah suatu tindakan atau usaha untuk menyelamatkan perusahaan dari kerugian.
B. PENGENDALIAN HAZARD DAN PERIL
Dalam manajemen risiko dikenal dengan adanya istilah Hazard dan Peril. Kedua
istilah tersebut memang memiliki kaitan yang erat, namun memiliki pengertian yang berbeda.
Peril disebut juga bencana atau musibah, dan didefinisikan sebagai penyebab terjadinya
kerugian. Di mana ketika terjadi peril, maka akan mengalami kerusakan. Jenis musibah yang
sering ditemui adalah kebakaran, kecelakaan, ketidakjujuran, atau kecerobohan.
Sedangkan hazard didefinisikan sebagai keadaan yang dapat meningkatkan terjadinya
kerugian dari suatu musibah (peril). Jalan raya yang rusak, mesin yang tidak terawat, atau
pekerjaan yang berbahaya.
Adapun cara mengendalikan peril dan hazard melalui manajmen resiko:
1. Perencanaan
1 Sabardi Agus,Manajemen Pengantar edisi revisi,Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Jakarta,
2001,hlm210
4. 4
Proses perencanaan ini dimulai dengan mendaftar risiko yang mungkin terjadi.
Kemudian dilanjutkan dengan penilaian risiko mana yang mungkin menimbulkan faktor
hazard dan peril, serta bagaimana tingkat keberhasilan mengatasi risiko tersebut. Terakhir
menentukan rencana tindakan yang akan diambil.
Tujuan perencanaan ini adalah mengidentifikasi risiko utama, memprioritaskan risiko
tersebut berdasarkan kecenderungan dan dampak, serta menilai seberapa efektif kendali saat
ini pada risiko yang dihadapi.
2. Penanganan
Untuk penangan risiko peril dan hazard, bisa menggunakan empat cara:
Menghindari
Mengurangi
Memindahkan
Dan menerima
Menangani risiko dengan menghindar bisa sangat efektif bila keuntungan yang
didapat tidak sebanding dengan risiko yang akan diterima. Cara yang kedua adalah dengan
mengurangi risiko yang diterima. Cara ini bisa dibilang paling umum dan cocok pada rentang
risiko yang luas. Kita tetap bisa beraktivitas seperti biasa namun dengan bahaya yang
berkurang.
Memindahkan risiko ini sering kita gunakan, seperti memindahkan risiko melalui
asuransi. Properti, kendaraan, rumah yang memiliki risiko seperti hilang, rusak atau terbakar
bisa kita pindahkan risikonya ke perusahaan asuransi dengan asuransi yang kita pilih
sehingga menjadi lebih aman.
Dalam kasus risiko yang ringan, langkah terbaik yang bisa kita pilih adalah
menerimanya. Untuk risiko yang mendapatkan nilai dampak dan kecenderungan yang rendah,
5. 5
solusi sederhana dan murah akan lebih menguntungkan jika kita menerimanya dan
melanjutkan bisnis seperti biasa.
3. Monitoring
Langkah terakhir yang dilakukan adalah monitoringatau mengontrol sistem yang sudah
dibuat. Kontrol ini dilakukan mulai dari proses awal, apakah perlu ada modifikasi pada
perencanaan atau yang lainnya. Begitu juga pada penanganan agar tetap berjalan dengan
baik.
Dengan ketiga langkah ini jalannya manajemen risiko akan lebih efektif. Semua
tindakan yang diambil dapat lebih menguntungkan dan minim risiko. Perusahaan pun dapat
berkembang dan lebih maju lagi dengan tingkat kerugian yang berkurang. Untuk
menyukseskan manajemen risiko dan terhindar dari risiko terjadinya hazard dan peril,
perusahaan perlu memiliki manajemen keuangan yang baik melalui pengaturan anggaran atau
penyediaan alokasi dana untuk mengantisipasi kebutuhan tersebut. Bantuan software
akuntansi keuangan semacam Jurnal bisa membantu pengaturan keuangan usaha untuk
keperluan asuransi maupun investasi, akan sangat diperlukan.
C. METODE PENGENDALIAN RISIKO
Setelah manajer risiko melakukan identifikasi dan mengukur risiko, maka tahap
selanjutnya adalah memilih cara pengendalian risiko. Upaya-upaya untuk menanggulangi
risiko harus selalu dilakukan, sehingga kerugian dapat dihindari atau diminimumkan.
Sesuaikan dengan sifat objek yang terkena risiko, ada beberapa cara yang dapat dilakukan
(perusahaan) untuk meminimumkan risiko kerugian , antara lain2:
1. Melakukan pencegahan dan penggurangan terhadap kemungkinan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan kerugian, misalnya membangun gedung dengan bahan-
bahan yang anti terbakar untuk mencegah bayaya kebakaran, memagari mesin-mesin
untuk menghindari kecelakaan kerja,melakukan pemeliharaan dan penyimpanan yang
baik terhadap bahan dan hasil produksi untuk menghindari risiko pencurian dan
kerusakan, mengadakan pendekatan kemanusiaan untuk mencegah terjadinya
pemogokan, sabotase dan pengacuan.
2 Djojosoedarso Soeisno;Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi,Salemba Empat,
Jakarta.2003,hlm4
6. 6
2. Melakukan retensi, mentolerir membiarkan terjadinya kerugian, dan untuk mencegah
tergantungnya operasi perusahaan akibat kerugian tersebut disediakan sejumlah dana
untuk menanggulanginya (contoh: pos biaya lain-lain atau tak terduga dalam anggaran
perusahaan).
3. Melakukan pengendalian terhadap risiko, contohnya melakukan hedging(perdagangan
berjangka) untuk menanggulangi risiko kelangkaan dan fluktuasi harga dan bahan
baku/pembantu yang diperlukan.
4. Mengalihkan/memindahkan risiko kepada pihak lain, yaitu dengan cara mengadakan
kontrak pertanggungan (asuransi) dengan perusahaan asuransi terhadap risiko
tertentu, dengan membayar sejumlah premi asuransi yang telah ditetapkan, sehingga
perusahaan asuransi akan mengganti kerugian bila betul-betul terjadi kerugian yang
sesuai perjanjian.
Tugas dari seorang manajer risiko adalah berkaitan erat dengan upaya memilih dan
menentukan cara-cara/metode yang paling efisien dalam pengendalian risiko yang dihadapi
perusahaan. Seorang manajer risiko pada prinsipnya dapat menggunakan dua pendekatan/cara
menanggulangi risiko:
1. Penanganan Risiko (Risk Control)
2. Pembiayaan Risiko (Risk Financing)
1) Penanganan Risiko
Dalam penanganan risiko, ada beberapa metode yang dapat digunakan, diantaranya:
a. Menghindari Risiko (Risk avoidance)
Menghindari suatu risiko murni adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari
exposure.
Beberapa karaktersitik penghindaran risiko seharusnya diperhatikan:
Boleh jadi tidak ada kemungkinan menghindari risiko. Misalkan Jika ingin
menghindari semua risiko tanggung jawab maka semua kegiatan perlu dihentikan
Manfaat atau laba potensial yang akan diterima sebab kepemilikan suatu harta,
mempekerjakan pegawai tertentu, atau bertanggung jawab atas suau kegiatan, akan
hilang jika melaksanakan penghindaran risiko
7. 7
Makin sempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar kemungkinan akan
tercipta risiko yang baru. Misalnya menghindari risiko pengangkutan dengan kapal
laut dan menggantinya dengan angkutan darat, akan memunculkan risiko baru yakni
risiko pengangkutan darat.
b. Mengendalikan Kerugian (Loss Controlling)
Tujuan Mengendalikan Kerugian adalah untuk Memperkecil kemungkinan/peluang
terjadinya kerugian dan Mengurangi keparahan bila suatu risiko kerugian memang terjadi.
Pengendalian kerugian dibagi menjadi empat, yaitu :
Melakukan tindakan pencegahan dan pengurangan kerugian.
Program pengendalian kerugian berdasar sebab-sebab terjadinya
Pengendalian kerugian menurut lokasi
Pengendalian menurut timing
c. Pemisahan (Risk Reduction)
Pemisahan artinya memisahkan penempatan dari harta yang menghadapi risiko yang
sama. Jadi dengan cara menambah banyaknya”independent exposure unit” sehingga
probabilitas kerugian dapat diperkecil. Maksud pemisahan adalah untuk mengurangi jumlah
kerugian akibat terjadinya peril.
d. Kombinasi atau Pooling
Kombinasi atau poling adalah menambah banyaknya exposure unit dalam batas
kendali perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan agar kerugian yang akan dialami lebih
dapat diramalkan, sehingga risikonya lebih kecil.
Misalkan: Perusahaan tranportasi memperbanyak armadanya agar peluang terjadinya
kecelakaan diperkecil
e. Pemindahan Risiko (Risk transfer)
Dapat dilakukan dengan cara:
Harta milik atau kegiatan yang menghadapi risiko dipindahkan kepada pihak lain.
Risikonya sendiri yang dipindahkan
8. 8
f. Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu
proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.3
2) Pembiayaan Risiko
Cara/metode yang dapat digunakan adalah:
a. Pemindahan risiko dengan pembiayaan (risk financing transfer)
b. Melakukan retensi (menangani sendiri risiko yang dihadapi)
a) Risk Financing Transfers
Pemindahan risiko dengan cara ini berarti penaggung harus mencari dana eksternal
untuk membayar kerugian yang diderita oleh tertanggung, yang benar terjadi, karena oleh
peril yang dipindahkan. Pemindahan ini dapat dipindahkan dengan cara-cara:
Transfer risiko pada perusahaan asuransi (mengasuransikan)
Transfer risiko pada perusahaan yang bukan perusahaan asuransi (noninsurance
transfer)
b) Meretensi (Risk Retention)
Artinya perusahaan menanggung sendiri risiko keuangan dari suatu peril dan
merupakan bentuk pengendalian risiko yang paling umum. Sumber dana pengendalian risiko
ditanggung sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan. Pengendalian dapat bersifat pasif
(tidak direncakana) atau aktif (direncanakan).4
D. CARA MENENTUKAN SUATU KOMBINASI TEKNIK-TEKNIK YANG
TEPAT, GUNA MENANGGULANGI KERUGIAN/ RISIKO.5
Pada pokoknya ada empat cara yang dapat dipakai untuk menanggulangi resiko, yaitu
mengurangi kesempatan terjadinya kerugian, meretensi, mengasuransikan, dan menghindari.
Di mana tugas dari manajer risiko adalah memilih salah satu cara yang paling tepat untuk
menanggulangi suatu risiko atau memilih suatu kombinasi dari cara-cara yang paling tepat
3 Ibid hlm: 61-67
4 Ibid hlm67-68
5 Ibid hlm:14-15
9. 9
untuk menanggulangi resiko. Dalam memilih cara penanggulangan resiko secara garis besar
dapat digambarkan:
1. High probability, high impact : risiko jenis ini umumnya dihindari ataupun ditransfer.
2. Low probability, high impact : respon paling tepat untuk tipe risiko ini adalah
dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi risiko serta kembangkan
contingency plan.
3. High probability, low impact : mitigasi risiko dan kembangkan contingency plan.
4. Low probability, low impact : efek dari risiko ini dapat dikurangi, namun biayanya
dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini mungkin lebih baik
untuk menerima efek dari risiko tersebut.
5. Contingency plan: Untuk risiko yang mungkin terjadi maka perlu dipersiapkan
contingency plan seandainya benar-benar terjadi. Contingency plan haruslah sesuai
dan proporsional terhadap dampak risiko tersebut. Dalam banyak kasus seringkali
lebih efisien untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk mengurangi risiko
dibandingkan mengembangkan contingency plan yang jika diimplementasikan akan
lebih mahal. Namun beberapa scenario memang membutuhkan full contingency plan,
tergantung pada proyeknya. Namun jangan sampai tertukar antara contingency
planning dengan re-planning normal yang memang dibutuhkan karena adanya
perubahan dalam proyek yang berjalan.
No Frekuensi kerugian Kegawatan kerugian Pengendalian
1 Rendah Rendah Retensi/Penggendalian
2 Tinggi Rendah Retensi/Asuransi/Pengendalian
3 Rendah Tinggi Asuransi/Pengendalian
4 Tinggi Tinggi Menghindari
HIERARKI PENGENDALIAN RESIKO / BAHAYA K3
Resiko/bahaya yang sudah diidentifikasi dan dilakukan penilaian memerlukan
langkah pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko/bahaya-nya menuju ke titik yang
aman.
Pengendalian Resiko/Bahaya dengan cara eliminasi memiliki tingkat keefektifan,
kehandalan dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya.
10. 10
Pengendalian resiko merupakan suatu hierarki (dilakukan berurutan sampai dengan
tingkat resiko/bahaya berkurang menuju titik yang aman). Hierarki pengendalian tersebut
antara lain ialah eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi dan alat pelindung diri
(APD) yang terdapat pada tabel di bawah :6
HIERARKI PENGENDALIAN RESIKO/BAHAYA K3
ELIMINASI Eliminasi Sumber Bahaya Tempat Kerja/Pekerjaan
Aman Mengurangi
Bahaya
SUBSTITUSI Substitusi
Alat/Mesin/Bahan
PERANCANGAN Modifikasi/Perancangan
Alat/Mesin/Tempat Kerja
yang Lebih Aman
ADMINISTRASI Prosedur, Aturan,
Pelatihan, Durasi Kerja,
Tanda Bahaya, Rambu,
Poster, Label
Tenaga Kerja Aman
Mengurangi Paparan
APD Alat Perlindungan Diri
Tenaga Kerja
E. Kualitas Sebuah Sistem Pengendalian yang Efektif
Pada Sistem pengendalian yang efektif cenderung mempunyai beberapa karakteristik
itu berbeda-beda sesuai dengan situasinya namun dapat digeneralisasikan dengan ciri-ciri
yakni:
1. Ketepatan, sebuah sistem pengendalian yang menghasilkan informasi yang tidak tepat
dapat membuat manajemen lupa mengambil tindakan manakala seharusnya bertindak
atau menanggapi suatu masalah yang sebetul tidak ada,
2. Tepat Waktu, pengendalian seharusnya menggugah perhatian para manajer terhadap
penyimpangan tepat pada waktunya guna mencegah akibat serius terhadap kinerja
sebuah unit,
6 http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendalian-resikobahaya.html diakses
pada:1 april 2015
11. 11
3. Hemat, sebuah sistem pengendalian harus hemat dalam penerapanya, dan harus bisa
memberikan manfaat dalam kaitannya dengan biaya yang ditimbulkannya
4. Fleksibel, bisa menyesuaikan dengan perubahan yang tidak bersahabat atau untuk
mamanfaatkan peluang baru,
5. Bisa dipahami, oleh para penggunaannya,
6. Kriteria (standar) yang masuk akal, bisa dicapai karena bila kriteria itu terlampau
tinggi atau tidak masuk akal, maka tidak akan lagi memotivasi,
7. Penempatan yang strategis, para manajer tidak mungkin mengendalikan segala
sesuatu yang berlangsung dalam organisasi, seandainya mampu manfaatkanya tidak
akan dapat menutupi biayanya,
8. Tekanan pada perkecualian, para manajer yang tidak mampu mengendalikan semua
kegiatanya, seharus menempatkan alat pengendali strategis ditempat di mana alat itu
dapat meminta perhatian hanya bagi perkecualian,
9. Multikriteria, para manajer dan karyawan akan berusaha untuk “tampil bagus” pada
kriteria yang dikendalikan. Multi Kriteria mempunyai dampak positif ganda, karena
lebih sulit dimanipulasi ketimbang kriteria tunggal. Kriteria tersebut dapat
mengurangi usaha untuk sekedar tampil “bagus”, juga karena kinerja jarang dapat
dinilai secara obyektif dari satu indikator saja, multi kriteria memungkinkan penilaian
kinerja yang lebih akurat,
10. Tindakan koreksi, sebuah sistem pengendalian yang efektif bukan saja menunjukkan
kapan terjadi penyimpangan yang berarti dari standar, melainkan juga menyarankan
tindakan apa yang harus diambil untuk membetulkan penyimpangan tadi.
12. 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengendalian risiko merupakan suatu proses yang dilakukan manajer setelah
mengidentifikasi, pengukuran dan koreksi atas semua kegiatan yang bepotensi
menghasilkan risiko/kerugian dalam rangka memastikan bahwa tujuan-tujuan dan
rencana-rencana organisasi/perusahaan dapat terlaksana dengan baik. Dengan kata
lain, pengendalian risiko adalah suatu tindakan atau usaha untuk menyelamatkan
perusahaan dari kerugian.
2. cara menanggulangi risiko:
a. Penanganan Risiko (Risk Control)
Menghindari Risiko (Risk avoidance)
Mengendalikan Kerugian (Loss Controlling)
Pemisahan (Risk Reduction)
Kombinasi atau Pooling
Pemindahan Risiko (Risk transfer)
Risk deferral
b. Pembiayaan Risiko (Risk Financing)
Pemindahan risiko dengan pembiayaan (risk financing transfer)
Melakukan retensi (menangani sendiri risiko yang dihadapi)
3. cara menentukan pengendalian kerugian/risiko yang tepat.
No Frekuensi kerugian Kegawatan kerugian Pengendalian
1 Rendah Rendah Retensi/pengendalian
13. 13
2 Tinggi Rendah Retensi/asuransi/pengendalian
3 Rendah Tinggi Asuransi/pengendalain
4 Tinggi Tinggi Pengendalian
4. Pada Sistem pengendalian yang efektif cenderung mempunyai beberapa karakteristik
itu berbeda-beda sesuai dengan situasinya namun dapat digeneralisasikan dengan ciri-
ciri yakni: ketepatan, tepat waktu, hemat, fleksibel, bisa dipahami oleh para
penggunaannya, kriteria (standar) yang masuk akal, penempatan yang strategis,
tekanan pada perkecualian, multikriteria, tindakan koreksi,
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah
manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga
dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
14. 14
DAFTAR PUSTAKA
Sabardi Agus, Manajemen Pengantar edisi revisi, Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,
Jakarta, 2001,
Djojosoedarso Soeisno; Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Salemba Empat,
Jakarta.2003,
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendalian-
resikobahaya.html diakses pada: 1 april 2015 Pukul 23.37 WIB.
[1] Sabardi Agus, Manajemen Pengantar edisi revisi, Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN, Jakarta, 2001, hlm210
[2] Djojosoedarso Soeisno; Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Salemba Empat,
Jakarta.2003, hlm 4
[3] Ibid hlm: 61-67
[4] Ibid hlm 67-68
[5] Ibid hlm:14-15
[6] http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengendalian-
resikobahaya.html diakses pada: 1 april 2015 Pukul 23.37 WIB.