Dokumen ini membahas tiga konsep yaitu falsifikasionisme, verifikasi, dan holisme. Falsifikasionisme menyatakan bahwa suatu teori harus memungkinkan untuk disangkal, verifikasi menekankan bukti empiris, sedangkan holisme melihat sistem secara utuh dan bukan terpisah.
3. Falsifikasionisme
:Falsifikasionisme berasal dari bahasa Inggris “falsificationism”.
Falsifikationisme adalah paham yang meyakini bahwa suatu teori harus
ada peluang di dalam teori tersebut untuk dapat disalahkan. Karl
Raymund Popper adalah orang yang mengembangkan paham
falsificationisme ini. Popper memberikan alternatif metodologi dalam
filsafat ilmu yaitu “The thesis of refutability” yang singkatnya suatu
ucapan atau hipotesa bersifat ilmiah kalau secara prinsipal terdapat
kemungkinan untuk disangkal atau di kritik. Menurut Popper, tujuan dari
suatu penelitian ilmiah adalah untuk membuktikan kesalahan hipotesis,
bukan untuk membuktikan kebenarannya. Karena jika kita sibuk mencari
kebenaran-kebenaran suatu ilmu pengetahuan, maka ilmu tersebut tidak
akan berkembang. Ilmu itu berkembang dengan sebuah usaha
penyalahan dan bukan pembenaran.membedakan antara science dan
4. Verifikasi/Konfirmasi :
Pendekatan verifikasi menyatakan sesuatu baru
layak disebut ilmu pengetahuan jika pernyataan-
pernyataannya dapat diverifikasi, yakni dapat
dibuktikan kebenarannya oleh panca indera.
Pendekatan ini merupakan prinsip positivisme atau
naturalisme. Pendekatan verifikasi menghendaki
adanya bukti empirik terhadap hipotesa sebelum dia
menjadi sebuah teori. Dalam pembuktiannya,
pendekatan verifikasi menggunakan metode induktif
dimana fakta-fakta dikumpulkan terlebih dahulu,
kemudian membuat generalisasi.
5. Holisme :
Sistem alam tidak dapat dipahami apabila kita mempelajarinya
dengan cara memisahkan bagian-bagiannya: sistem harus
dipelajari secara utuh sebagai suatu kesatuan.
Kata 'holisme' pertama kali diperkenalkan pada tahun 1926
oleh Jan Smuts, seorang negarawan dari Afrika Selatan, dalam
bukunya yang berjudul Holism and Evolution . Asal kata
'holisme' diambil dari bahasa Yunani , holos , yang berarti
semua atau keseluruhan. Smuts mendefinisikan holisme
sebagai sebuah kecenderungan alam untuk membentuk
sesuatu yang utuh sehingga sesuatu tersebut lebih besar
daripada sekadar gabungan-gabungan bagian hasil evolusi .
6. Kesimpulan:
sistem harus dipelajari secara utuh sebagai suatu
kesatuan dan kebenaran suatu teori harus ada
peluang di dalam teori tersebut untuk dapat
disalahkan sesuatu baru layak disebut ilmu
pengetahuan jika pernyataan-pernyataannya dapat
diverifikasi, yakni dapat dibuktikan kebenarannya
oleh panca indera.