SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
TUGAS RUTIN_9
“TREND DEMOGRAFI DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN AGE-REALTED
LEADERSHIP & GENDER-RELATED LEADERSHIP SERTA TUNTUTAN
KOMPETENSINYA”
NAMA MAHASISWA : SULHAN HAMID LUBIS
LIDYA ARDIYAN
RUSDIMAN AB
NIM : 8216113003
8216113002
8216113001
DOSEN PENGAMPU : Dr. AMAN SIMARE-MARE, MS
MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN
PROGRAM STUDI S3 MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
APRIL 2021
TREND DEMOGRAFI DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN AGE-REALTED
LEADERSHIP & GENDER-RELATED LEADERSHIP SERTA TUNTUTAN
KOMPETENSINYA
A. Konsep Dasar Demografi
Kata demografi pertama kali digunakan oleh Achille Guilard pada tahun 1885,
dalam bukunya yang berjudul Elements de Statistique Humaine, ou Demographie
Comparee. Demografi berasal dari kata demos yang berarti penduduk dan grafein
yang berarti gambaran. Jadi demografi adalah ilmu yang mempelajari penduduk
atau manusia terutama tentang kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk
yang terjadi. Demografi sendiri sebenarnya melibatkan studi ilmiah tentang ukuran,
penyebaran penduduk secara geografi maupun spasial, komposisi penduduk, dan
perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Pada tahun tersebut Achille Guilard
mengatakan bahwa demografi merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu
dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur yaitu meliputi perubahan secara
umum, fisik dan kondisi moral. (Harmadi: 2016). Sedangkan PBB (1958)
mendefinisikan bahwa demografi adalah studi ilmiah terhadap populasi manusia,
terutama terhadap jumlah, struktur, dan perkembangannya. Masalahdemografi
lebih ditekankan pada perubahan dinamika kependudukan karena pengaruh
perubahan fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Berdasarkan estimasi yang diterbitkan oleh Biro Sensus Amerika Sependuduk
dunia mencapai 7,7 miliar jiwa pada tanggal Februari 2021. Dari sekitar 7,8 miliar
penduduk dunia, 4 miliar diantaranya tinggal di Asia. Tujuh dari sepuluh negara
berpenduduk terbanyak di dunia berada di Asia (meski Rusia juga terletak di
Eropa).(wikipedia; 2021)
Sejalan dengan proyeksi populasi, angka ini terus bertambah dengan kecepatan
yang belum ada dalam sejarah. Diperkirakan seperlima dari seluruh manusia yang
pernah hidup pada enam ribu tahun terakhir, hidup pada saat ini.
Pada tanggal 10 Juli 2021 pukul, jumlah penduduk dunia akan mencapai 7.8
miliar jiwa. Badan Kependudukan PBB menetapkan tanggal 12 Oktober 1999
sebagai tanggal di mana penduduk dunia mencapai 6 miliar jiwa, sekitar 12 tahun
setelah penduduk dunia mencapai 5 miliar jiwa.
Populasi dunia 1950-2021
Kecepatan pertumbuhan 1950-2021
Berikut adalah peringkat negara-negara di dunia berdasarkan jumlah
penduduk (2021): 1) Republik Rakyat Tiongkok (1,412. M jiwa), 2) India
(1.387.600.000 jiwa), 3) Amerika Serikat (332.486.698 jiwa), 4) Indonesia
(278.173.879 jiwa), 5) Pakistan (225.839.946 jiwa), 5) Brazil (212.332.794 jiwa), 6)
Nigeria (197.911.988 jiwa), 7) Bangladesh (171.779.628 jiwa), 8) Russia (152.610.309
jiwa), 9) Jepang (126.417.244 jiwa)
B. Pengertian Trend Demografi
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), bonus
demografi mengandung arti sebagai bonus yang dinikmati suatu negara sebagai
akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam
evolusi kependudukan yang dialaminya. Pada periode itu, jumlah usia angkatan
kerja, yakni yang berusia 15-64 tahun, diperkirakan mencapai sekitar 70%. Bonus
demografi terjadi pada saat angka beban ketergantungan dependency ratio
menurun, dan ketika angka beban ketergantungan berada pada titik terendah akan
memberikan jendela peluang atau windows of opportunity dalam suatu negara.
Sementara itu bonus demografi akan berakhir berakhir ketika jumlah penduduk
lansia semakin meningkat sehingga rasio ketergantungan kembali meningkat.
Berakhirnya bonus demografi akan memberikan tekanan baru pada suatu negara
berupa pemanfaatannya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi
pembangunan (Eny: 2017).
Bonus demografi adalah suatu keadaan negara dimana jumlah usia
produktifnya (15-64th) lebih banyak dibanding usia tidak produktif (0-4 dan >65).
Bonus demografi di Indonesia sudah mulai dari tahun 2010, keadaan ini akan
berlangsung hingga tahun 2030, bahkan maksimal 2035.
Bonus demografi dapat menjadi nikmat demografi jika seluruh stakeholder
bersinergi untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada, tetapi juga dapat
menjadi laknat demografi jika tidak mempersiapkan dengan sangat baik.
Bonus demografi tidak dapat berulang didalam satu siklus demografi. Saat
window of opportunity berakhir, perekonomian secara otomatis mengikuti siklus
demografi berikutnya. Artinya kesempatan untuk menikmati bonus demografi
terbatas.
Tren demografi adalah perubahan dalam suatu populasi dari waktu ke waktu.
Sebagian besar waktu, tren demografis adalah hasil dari pergeseran konteks sosial,
politik, dan ekonomi.
Satu tren demografis penting adalah bahwa orang yang lebih tua akan melebihi
jumlah anak untuk pertama kalinya dalam sejarah pada tahun 2030. Tahun itu, satu
dari lima penduduk akan lebih tua dari 65. Rasio ketergantungan (rasio usia kerja
untuk orang dewasa usia pensiun) akan meningkat, berpotensi menempatkan beban
yang lebih tinggi pada generasi muda dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Tren lain adalah bahwa rumah tangga yang dikepalai oleh milenium (orang
berusia antara 23 dan 38 tahun) berpenghasilan lebih banyak daripada orang yang
lebih tua daripada mereka yang seusia. Meskipun demikian, milenium memiliki
lebih sedikit kekayaan daripada baby boomer (yang berusia 55 hingga 73 tahun)
ketika mereka masih muda, yang telah dikaitkan dengan tingkat utang siswa yang
lebih tinggi saat ini.
Demografi adalah memainkan peran yang berpengaruh dalam kesehatan
ekonomi. Cara mudah menghitung pertumbuhan ekonomi adalah dengan
menggunakan produk domestik bruto. GDP mengukur nilai total barang dan jasa
yang diproduksi di suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Ketika kamu membandingkan perubahan tahun-ke-tahun dalam PDB (disesuaikan
dengan inflasi), Hal ini dapat dilihat apakah ekonomi tumbuh, tetap sama atau
menyusut.
Ada tiga alasan utama mengapa ekonom percaya populasi yang menua
menyebabkan pertumbuhan PDB melambat:
1. Ada lebih sedikit orang usia kerja untuk menyediakan tenaga kerja dan
menciptakan barang dan jasa.
2. Pertumbuhan populasi yang lebih rendah dapat menyebabkan pajak yang lebih
tinggi – Jika pemerintah ingin mempertahankan tingkat penerimaan pajak yang
sama dari lebih sedikit orang, maka setiap orang harus membayar pajak lebih
tinggi. Pajak yang lebih tinggi berarti lebih sedikit uang yang tersisa untuk
membeli barang dan jasa, yang berarti permintaan lebih rendah.
3. Orang yang lebih tua dikenal lebih banyak menabung dan meminjam, artinya
lebih sedikit uang yang digunakan untuk pertumbuhan investasi.
Karakteristik demografis lainnya juga dapat memengaruhi ekonomi. Misalnya,
ketika tingkat pendidikan suatu negara meningkat, ia menghasilkan lebih banyak
pekerja terampil, yang biasanya meningkatkan produktivitas dan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
C. Peluang dan tantangan Bonus Demografi
Bonus demografi merupakan kondisi dimana jumlah penduduk produktif lebih
banyak dibandingkan penduduk pada usia tidak produktif. Menurut Jati (2013,
dalam Sri Maryati, 2018) terdapat beberapa keuntungan yang akan didapatkan
sebuah negara apabila mengalami bonus demografi, seperti penawaran tenaga kerja
yang memenuhi kebutuhan industri. Kedua, potensi peningkatan pendapatan per
kapita disebabkan tenaga kerja produktif dan adanya peluang kerja. Ketiga,
peningkatan peran perempuan dalam pasar kerja. Serta terakhir peningkatan
tabungan masyarakat dan dapat dikelola untuk kegiatan produktif.
Data BPS menyebutkan bahwa pada tahun 2019, jumlah usia produktif di
Indonesia mencapai 67% dari total penduduk di Indonesia. Sekitar 45% dari 67%
usia produktif tersebut berusia 15-34 tahun. Pada kondisi tersebut Indonesia berada
pada kondisi bonus demografi karena jumlah usia produktif menanggung lebih
sedikit penduduk tidak produktif. Akan tetapi terdapat pula tantangan setelah
bonus demografi, yaitu masa aging society. Aging society yaitu usia lansia akan
meningkat.
Isu Ketenagakerjaan dalam Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri 4.0 merupakan terminologi yang digunakan untuk
menjelaskan peralihan model bisnis dari akibat perkembangan teknologi. Revolusi
keempat ditandai dengan penggunaan Internet of Things (IoT) yang
menghubungkan mesin dengan sistem teknologi informasi. Lalu ada penggunaan big
data sebagai materi analisis kondisi secara real time, pengelolaan, hingga
memproyeksikan kondisi yang akan terjadi. Selanjutnya ada pula penggunaan robot,
collaborative robot, sensor, virtual dan augmented reality, hingga 3D printing dalam
industri manufaktur dan industri menengah.
Selama ini industri manufaktur Indonesia menyerap banyak tenaga kerja.
Adanya revolusi industri 4.0 mengubah struktur tenaga kerja di berbagai negara,
sedangkan Indonesia sendiri saat ini sedang menuju ke arah tersebut juga.
Transformasi tenaga kerja akibat revolusi industri 4.0 merupakan sebuah
keniscayaan.
World Economic Forum pada tahun 2018 melakukan analisis dan menjelaskan
bahwa terdapat beberapa perubahan struktur ketenagakerjaan akibat revolusi
industri 4.0. Seperti akan adanya perubahan dari proses produksi yang sederhana
dan tradisional menuju otomasi dan augmentatif. Diproyeksikan bahwa beberapa
pekerjaan yang dilakukan oleh manusia dapat digantikan dan lebih berkembang
apabila dilakukan oleh mesin dan teknologi informasi.
Di sisi lain ada pula perspektif yang dapat disebut “Augmented strategy”.
Strategi tersebut merujuk pada upaya bisnis untuk melakukan otomasi terhadap
beberapa pekerjaan untuk melengkapi perkerjaan saat ini. Serta bertujuan untuk
membantu dan menambah kekuatan dari pekerjaan yang dilakukan manusia.
Menurut penelitian McKinsey pada tahun 2017, terdapat beberapa tugas yang
dapat digantikan oleh mesin, sehingga tidak keseluruhan pekerjaan manusia.
Diproyeksikan sekitar dua dari tiga tugas saat ini dapat diotomasi dengan teknologi
yang ada sekarang. Serta sekitar satu dari empat peran atau pekerjaan saat ini
memiliki 70% tugas yang dapat diotomasi. Konteks Indonesia sendiri menurut
analisis McKinsey (2017), sekitar 49-51% tenaga kerja Indonesia berpotensi
digantikan mesin apabila mengadaptasi teknologi yang telah ada saat ini.
Tantangan
Bonus demografi yang didapatkan oleh Indonesia juga memiliki beberapa
risiko. Apabila potensi bonus demografi tidak dapat dimanfaatkan dengan baik,
maka terdapat potensi masalah sosial dan ekonomi yang akan ditimbulkan. Seperti
pengangguran yang tinggi, konflik sosial, kriminalitas, tenaga kerja dengan tingkat
pendidikan yang rendah, dan lain-lain.
Tantangan berikutnya yaitu bagaimana bonus demografi Indonesia dapat
memanfaatkan revolusi industri 4.0 yang sedang terjadi pada saat yang sama.
Apabila sumber daya manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik, maka bonus
demografi Indonesia akan menjadi beban dan masalah. Hal ini karena revolusi
industri 4.0 membutuhkan tenaga kerja dengan kemampuan teknologi, berpikir
kritis, hingga kreativitas. Apabila bonus demografi Indonesia didominasi oleh
sumber daya manusia dengan keahlian dasar, maka kemungkinan besar akan
digantikan oleh teknologi.
Revolusi industri merupakan proses perubahan proses produksi dalam waktu
cepat dan membutuhkan adaptasi tenaga kerja dalam waktu singkat. Menurut
analisis World Economic Forum pada Report Future of Jobs, tantangan di bidang
tenaga kerja adalah skill gaps atau kesenjangan antara kebutuhan keahlian dengan
kapasitas yang dimiliki oleh tenaga kerja. Terdapat beberapa pilihan yang dapat
dilakukan oleh perusahaan, seperti mengganti keseluruhan tenaga kerja dengan staf
baru yang memiliki kapasitas yang dibutuhkan. Kedua, melakukan otomasi pada
setiap tugas yang dibutuhkan dan menggantikan dengan mesin secara keseluruhan.
Ketiga, melakukan peningkatan kapasitas tenaga kerja yang telah ada agar
memiliki keahlian yang relevan.
Peluang
Bonus demografi memberikan berbagai peluang bagi suatu negara untuk
berkembang dan meningkatkan kesejahteraannya. Menurut Sri Moertiningsih
Adioetomo, Guru besar ekonomi kependudukan Universitas Indonesia, keuntungan
dari bonus demografi berupa potensi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB),
usia produktif lebih banyak dibanding tidak produktif, memiliki kesempatan untuk
bekerja, dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi.
Menurut kajian World Economic Forum, dalam Report Future of Jobs tahun
2018, pada tahun 2022 sekitar 54% tenaga kerja membutuhkan reskilling dan
upskilling. Upaya tersebut menjadi sebuah kebutuhan agar data bersaing di era
industri 4.0, dimana terdapat perkembangan teknologi dan perubahan proses
produksi dan layanan. Diproyeksikan untuk melakukan hal tersebut dibutuhkan
waktu sekitar enam hingga 12 bulan untuk melakukan reskilling dan upskilling.
Berbagai pihak di Indonesia harus memanfaatkan peluang bonus demografi
semaksimal mungkin. Terdapat peluang dari program-program yang dilakukan
pemerintah untuk mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia menghadapi
perubahan akibat revolusi industri 4.0 dan pada saat yang sama mengantisipasi
bonus demografi. Seperti upaya Kementerian Tenaga Kerja untuk memodernisasi
Balai Latihan Kerja (BLK) dan program magang dibidang teknologi digital. Dari
Kementerian Tenaga Kerja juga telah menyadari pentingnya peraturan tentang
hubungan industrial pada masa revolusi industri 4.0, maka sangat penting
kesadaran tersebut diturunkan menjadi kebijakan.
Selain potensi dari kebijakan pemerintah, saat ini muncul pula berbagai
inkubasi bisnis berbasis teknologi atau start-up. Contohnya seperti Asosiasi e-
Commerce Indonesia, Indigo Inkubator yang dikembangkan oleh Telkom, Ciputra
Gepi Incubator yang dibina oleh swasta, Mandiri Inkubator Bisnis yang
dikembangkan Bank Mandiri, Skystar Ventures, dan lainnya. Berbagai inkubator
bisnis tersebut ada yang memfasilitasi fasilitas usaha dan teknologi, modal usaha,
hingga pendampingan. Hal tersebut merupakan potensi bagi generasi muda untuk
mengembangkan usaha di berbagai bidang dengan memanfaatkan teknologi 4.0.
Sehingga dapat bersaing di era industri 4.0 bukan hanya sebagai staf, tetapi juga
menjadi pelaku usaha.
D. Gaya Kepemimpinan Age Related Leadership
A. Age Related Leadership
ARL memberi penekanan pada lebih pada pengikut dan tingkat kematangan
mereka. Para pemimpin diharapkan dapat menilai dengan tepat atau menilai secara
intuitif tingkat kematangan dari pengikut mereka dan menggunakan gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kematangan tersebut Ivancevich, dkk,
2007).
Ada dua tipe kesiapan yang dipandang penting : pekerjaan dan psikologis.
Seorang yang memiliki kesiapan kerja tinggi memiliki pengetahuan dan
kemampuan melakukan tugas mereka tanpa perlu arahan dari manajer. Seorang
yang tingkat kesiapan psikologis yang tinggi memiliki tingkat motivasi diri dan
keinginan untuk melakukan kerja berkualitas tinggi. Orang ini juga tidak
membutuhkan supervise.
Hersey dan Blanchard (Hendryadi: 2014) mengggunakan penelitian OSU (Ohio State
University) untuk kemudian mengembangkan 4 gaya kepemimpinan Age Related
Leadershp yang bisa dipakai oleh para pemimpin, antara lain :
1. Telling – menyuruh, pemimpin menetapkan peran yang diperlukan untuk
melakukan suatu tugas dan memerintahkan para pengikutnya apa, dimana,
bagaimana dan kapan melakukan tugas tersebut.
2. Selling – menjual, yaitu pemimpin memberikan intruksi terstruktur, tetapi juga
bersifat supportif.
3. Participating – berpartisipasi, yaitu pemimpin dan para pengikutnya
bersamasama memutuskan bagaimana cara terbaik menyelesaikan suatu
pekerjaan.
4. Delegating – delegasi, yaitu pemimpin tidak banyak memberikan arahan yang
jelas dan spesifik ataupun dukungan pribadi kepada para pengikutnya
Gaya kepemimpinan yang tepat akan tergantung pada orang atau kelompok
yang dipimpin. Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard mengidentifikasi
empat tingkat Kematangan M1 melalui M4:
1. M1 – Adalah karyawan yang tidak memiliki keterampilan khusus yang
diperlukan untuk pekerjaan, tidak mampu dan tidak mau melakukan atau
mengambil tanggung jawab untuk pekerjaan atau tugas.
2. M2 – Adalah bawahan yang tidak dapat mengambil tanggung jawab untuk tugas
yang dilakukan, namun mereka bersedia bekerja pada tugas. Mereka adalah
pemula tapi memiliki antusiasme dan motivasi.
3. M3 – Adalah karyawan yang berpengalaman dan mampu melakukan tugas tetapi
tidak memiliki keyakinan atau kemauan untuk mengambil tanggung jawab.
4. M4 – Mereka berpengalaman pada tugas, dan nyaman dengan kemampuan
mereka sendiri untuk melakukannya dengan baik. Mereka mampu dan bersedia
untuk tidak hanya melakukan tugas, tetapi untuk mengambil tanggung jawab
untuk tugas tersebut.
Kompetensi yang harus dimiliki seorang pemimpin
Kompetensi merupakan kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal,
dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior)
yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Kompetensi merupakan faktor penentu
keberhasilan kinerja. Kompetensi terbagi dua, yakni soft competency dan hard
competency. Kompetensi Teknis/Fungsional (hard competency) adalah enis
kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional pekerjaan. Berkaitan
dengan seluk beluk teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni misal:
electrical engineering, accounting skills, marketing research, dan lain sebagainya.
Kompetensi Manajerial (soft competency) adalah jenis kompetensi yang berkaitan
dengan kemampuan untuk mengelola pekerjaan dan membangun interaksi dengan
orang lain. Berikut 10 Kompetensi (soft skill) yang wajib dimiliki oleh seorang
Leader:
1 Inisiatif; Kecakapan untuk menjalankan inisiatif perbaikan mutu kerja tanpa
harus diperintah; bersikap proaktif dan memiliki self-motivation yang tinggi
untuk menuntaskan pekerjaan; serta cakap dalam mengajukan usulan/masukan
untuk peningkatan mutu kerja.
2 Leadership; Kecakapan untuk menetapkan dan mengkomunikasikan sasaran
kerja tim, mengelola dan membagi sumber daya tim secara efektif; serta
melakukan monitoring dan arahan agar sasaran kinerja tim dapat tercapai
secara optimal. Cakap dalam memberikan motivasi dan membina kemampuan
anggota tim menuju level kompetensi yang makin unggul.
3 Orientasi pada Kualitas Kerja Prima; Kecakapan untuk mengerjakan tugas
dengan tuntas, tepat waktu dan dengan mutu hasil pekerjaan yang prima atau
sesuai, bahkan diatas standar mutu yang telah ditetapkan.
4 Kemampuan Memecahkan Masalah; Kecakapan untuk menganalisa masalah,
mengidentifikasi sumber penyebab masalah dan hubungan antar berbagai faktor
masalah; dan kemudian merumuskan alternatif solusi yang relevan dan
aplicable.
5 Perencanaan Kerja; Kecakapan untuk menyusun perencanaan kerja secara
sistematis dan terjadwal dengan baik; melakukan alokasi sumber daya
berdasarkan hasil perencanaan; serta melakukan monitoring untuk memastikan
rencana kerja dapat berjalan dengan efektif.
6 Kerjasama; Kecakapan untuk melakukan koordinasi dan komunikasi dengan
berbagai pihak yang terkait; merumuskan tujuan bersama dan berbagi tugas
untuk mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan; serta saling menghargai
pendapat dan masukan guna peningkatan kinerja tim.
7 Negotiation Skills; Kecakapan untuk merumuskan dan mengkomunikasikan
tawaran kebutuhan perusahaan kepada mitra negosiasi; melakukan persuasi
disertai dengan data dan argumen yang solid agar kepentingan perusahaan dapat
dipenuhi oleh mitra negosiasi; serta mampu membangun hubungan bisnis yang
win-win.
8 Learning Skills; Kecakapan untuk melakukan proses pembelajaran aktif baik
secara mandiri ataupun berkelompok; menunjukkan minat yang memadai untuk
terus mengembangkan ketrampilan diri; dan proaktif dalam melakukan sharing
knowledge diantara sesama karyawan.
9 Mentoring and Developing Others; Kecakapan untuk merumuskan agenda
pengembangan untuk para anggota (anak buah); melakukan pembinaan dan
monitoring untuk melihat peningkatan ketrampilan anggota; dan mampu
memberikan masukan/saran yang konstruktif untuk pengembangan kompetensi
anggota.
10 Communication Skills; Kecakapan untuk mengutarakan pikirannya (baik secara
lisan ataupu tertulis) dalam bahasa yang sistematis, jelas dan mudah dipahami
oleh mitra bicara. Mampu menerima dan merespon pembicaraan dari pihak lain
dengan baik.
E. Gaya Kepemimpinan Gender Related Leadership
Perkembangan isu gender membuat kepemimpinan tidak lagi identik dengan
laki-laki. Gerakan feminis pada tahun 1960-an berusaha mendobrak nilai-nilai
patriarki yang dilindungi oleh kokohnya tradisi strukural fungsional. Kaum feminis
menganggap bahwa perempuan tidak hanya harus berjuang menentang
diskriminasi, tetapi juga berjuang demi emansipasi serta pembebasan dari segenap
bentuk penindasan oleh pemerintah, oleh masyarakat serta oleh laki-laki (Kamla
dan Nighat, 1995:8).
Gerakan feminis lahir untuk memutus budaya patriarki yang ada pada
masyarakat. Budaya patriarki menganggap bahwa kekuasaan seorang pemimpin
hanya boleh dipegang oleh laki-laki. Perempuan hanya diperbolehkan berperan
dalam ranah domestik. Budaya yang sangat kental di masyarakat inilah yang
membuat sulitnya wanita untuk dapat masuk ke ranah publik (Irwan Abdullah,
2003:9).
Banyak diskusi yang dilakukan selama dua dekade terakir mempersoalkan
apakah seorang manajer laki-laki dan manajer perempuan berbeda. Pada awal
tahun 1990-an, sebuah penelitian menyimpulkan tidak ada perbedaan gender dalam
kepemimpinan. Bebrapa peneliti terkenal dalam bidang manajemen termasuk
powell (1990; 1993) dan Bass (1981) mendukung pernyataan ini.
Banyak penulis yang telah melakukan penelitian tentang gaya kepemimpinan
perempuan dan laki-laki mengelompokkan ciri-ciri yang termasuk feminim dan
maskulin seperti terlihat pada tabel 1. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah
apakah ciri-ciri gender tersebut merefleksikan perbedaan yang sesungguhnya?
Martha Tilaar (2003) dalam (Parashakti; 2015) dalam bukunya “Leadership
Quotient, Perempuan Pemimpin Indonesia”, menjelaskan bahwa gerakan mencari
kesetaraan gender merupakan suatu gerakan yang telah dimulai sejak permulaan
abad 20. Gerakan yang secara khusus dilakukan kaum perempuan sebagai aksi
untuk menuntut kesamaan hak dengan laki-laki ini dikenal dengan gerakan
feminisme. Gerakan feminisme semakin lama semakin gencar.
Sejalan dengan semakin terasanya kebutuhan aktualisasi perempuan, gerakan
tersebut semakin berkembang dan bervariasi. Salah satu variasi gerakan sedunia
dipicu oleh International Women Day yang diselenggarakan pada tanggal 8 Maret
1968 di Paris yang melahirkan gerakan post-feminisme. Menurut para pakar
gerakan post-feminisme ini kemudian berkembang dalam 2 aliran besar. Aliran
pertama mengkaji lebih dalam masalah identitas perempuan, sedangkan aliran
kedua lebih memperjelas tuntutan untuk kesamaan (equality) antara perempuan
dan laki-laki. Dalam konteks ini misalnya dipermasalahkan mengenai 2 pengertian
besar yaitu feminine versus masculine dan female versus male. Konsep yang
pertama berhubungan dengan konstruksi sosial, budaya dan psikis perempuan,
sedangkan female versus male lebih merupakan konsep biologis.
Tabel 1. Karakteristik feminin dan maskulin menurut beberapa ahli
Feminitas Maskulinitas
Capra Seimbang
Responsif
Kerjasama
Banyak tuntutan
Agresif
Kompetitif
Intuitif
Mempersatukan
Boydell dan
Hammond
Tidak logis
Bagian dari sifat alami
Sistematis
Otak kanan
Bersifat patuh
Penyatu
Lunak
Menang-menang
Berjarak
Membebaskan
Logis
Pisah dari sifat alami
Mekanis
Otak kiri
Bersifat dominan
Pemisah
Keras
Menang-Kalah
Berentetan
Mengontrol
Marshall Saling ketergantungan
Penggabungan
Mendukung
Kerjasama
Kemauan menerima
Waspada terhadap pola-
pola keseluruhan
Keberadaan
Penonjolan diri
Pemisahan
Independen
Kontrol
Kompetisi
Sumber : Sparrow, J., and Rigg, C., (1993)
5. Transformasional vs Transaksional
Banyak penelitian terdahulu tentang kepemimpinan menitikberatkan pada
pengidentifikasian ciri-ciri kepribadian yang dikenal dengan kepemimpinan efektif.
Pada tahun 1990-an muncul trend baru penelitian kepemimpinan. Para peneliti
mulai memfokuskan perhatian mereka pada dua gaya manajemen yang kontras
yaitu kepemimpinan tranformasional vs transaksional. Pertama kali ide tentang
kepemimpinan tranformasional dikemukakan oleh Burns (1978) sedangkan
konsepnya dikembangkan oleh Bass (1985).
Kepemimpinan transformasional mengembangkan hubungan positif dengan
bawahan agar memperkuat performa bekerja dan organisasi. Manajer yang
menampilkan kepemimpinan tranformasional mendorong pekerja untuk melihat ke
depan kebutuhan mereka sendiri dan juga menitikberatkan pada kepentingan
kelompok secara keseluruhan. Rosener (1991) memberikan penekan yang lebih besar
pada perempuan dibanding laki-laki dalam gaya kepemimpinan tranformasional.
Gaya kepemimpinan ini melibatkan partisipasi, motivasi dan kekuasaan (dengan
kharisma), sedangkan pendekatan transaksional melibatkan motivasi dengan
memberikan reward dan punishment kepada karyawan. Burke dan Collins (2001)
melaporkan hasil kajiannya bahwa perempuan mungkin lebih bisa menunjukkan
bahwa mereka menggunakan sebuah gaya kepemimpinan interaktif dibanding laki-
laki, yang disebut kepemimpinan tranformasional. Gaya kepemimpinan ini sangat
berhubungan dengan tujuh skill manajemen secara umum yaitu (1) pendelagasian,
(2) manajemen konflik, (3) coaching dan developing, (4) personal organization dan
time management, (5) komunikasi, (6) adaptabilitas personal, serta (7) analisa
masalah dan pengambilan keputusan.
Pandangan tentang Gaya Kepemimpinan Manager Laki-laki dan Perempuan
Rajan dan Krishnan (2002) mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara
seorang manajer laki-laki dan manajer perempuan dari segi stabilitas emosional,
agresifitas, kemampuan memimpin, kepercayaan diri, kepastian, keuletan,
keinginan bertanggung jawab, keseriusan, obyektifitas, pengetahuan dan sifat
keterusterangan.
Dengan adanya perbedaan gender dalam kerja, menjadikan masalah bagi
perempuan. Sifat-sifat yang secara tradisional melekat pada perempuan dianggap
sebagai tidak efektif. Sifat-sifat tersebut seperti lebih menggunakan intuisi daripada
logika linier, menyukai dasar kemufakatan daripada kompetisi, serta mendorong
keikutsertaan daripada memberikan perintah. Dalam artikelnya Rosener (1991)
berkomentar “ketika perempuan berlaku seperti perempuan, mereka serin
dipandang tidak seperti pemimpin, tidak bersifat manajerial dan tidak profesional”.
Pada tingkat persepsi, seorang manajer yang ideal di stereotype akan
mempunyai karakter-karakter yang maskulin. Sebagai konsekuensinya, jika
perempuan ingin memajukan organisasi, mereka didesak untuk belajar
pengetahuan obyektif dan keahlian-keahlian behavioral yang dibutuhkan untuk
berada ditempat pijakan yang sama dengan rekan laki-laki.
Rosener (1990) melakukan penelitian mengenai gaya kepemimpinan manajer
lakilaki dan manajer perempuan serta dan menemukan beberapa hal yaitu :
1. Perempuan kelihatannya lebih menggunakan “kepemimpinan transformasional”
daripada laki-laki yaitu memotivasi orang-orang dengan mentransform
kesenangan diri individu ke dalam tujuan-tujuan kelompok.
2. Perempuan menggunakan gaya-gaya “kepemimpinan interaktif” dengan
mendorong partisipasi, pembagian kekuasaan dan informasi, mempertinggi
harga diri orang-orang.
3. Dibandingkan laki-laki, perempuan kelihatan lebih suka menganggap asal mula
kekuasaannya adalah dari kemampuan interpersonal yang dimiliki daripada
jabatan dalam organisasi.
4. Perempuan sebagai pemimpin percaya bahwa orang-orang akan tampil dengan
sangat baik ketika mereka merasa senang akan diri mereka sendiri dan
pekerjaan mereka, dan ia mencoba membuat situasi-situasi yang membantu
kepada perasaan itu.
5. Dalam setiap aspek manajemen, mencoba membuat orang-orang merasa sebagai
bagian organisasi mulai dari membuat tujuan-tujuan sampai memutuskan
strategi.
Masih menurut Rosener (1990), para laki-laki cenderung untuk lebih dari
perempuan dalam hal :
1. Mengadopsi gaya-gaya kepemimpinan transaksional (memberikan penghargaan
atau hukuman untuk bawahan).
2. Menggunakan kekuasaan yang datang dari posisi dan wewenang formal
organisasi mereka
Tabel 2. Pandangan manajer pria dan wanita dari hasil penelitian Sparrow dan
Rigg
Aspek Pandangan Manajer Wanita Pandangan Manajer Pria
Prioritas pekerjaan Tim manajemen pelayanan
yang efektif
Visi
Enterpreneurship
Kemampuan mengema
Ide untuk mencapai tujuan
Gaya kerja People-oriented
Bekerja dengan orang lain
teratur
Partisipatif
Politis
Menggunakan kekuatan
High profile
Semarak
Percaya diri
Kesadaran yang tumbuh dari
peristiwa yang berasal dari
lingkungan eksternal
Paternalistik
Pendekatan dalam
pengambilan
keputusan
Cenderung lambat
Familiar dengan aspek-
aspek kunci
Cepat
Berorientasi pada tindakan
Obyektif
Analitikal
Sistematis
Hubungan
interpersonal
dengan tim
Memahami orang lain
Sensitivitas
Peduli pada perasaan
invidual
Mendukung timnya
Melihat/memberikan
perhatian kepada
sesuatu setelah mereka
merasa tertarik
Bergantung sepenuhnya pada
tim
Hubungan
interpersonal
dengan klien
Empati
Memahami perbedaan
Kebutuhan
Melakukan tekanan pada
kelompok
Sumber : Sparrow, J. dan Rigg, C (1994)
KESIMPULAN
Demografi adalah data statistik yang menyangkut populasi penduduk yang
didasarkan atas berbagai klasifikasi seperti usia, ras, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, dan pendidikan. Lalu tingkat kelahiran, tingkat kematian, kepadatan
penduduk, tingkat pendapatan, dan sebagainya. Demografi adalah data yang sangat
penting dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Pemerintah lazim menggunakan
demografi untuk perencanaan kebijakan hingga pembagian sumber daya.
Bonus demografi adalah peluang yang bisa dinikmati suatu negara karena
besarnya jumlah penduduk usia produktif yakni rentan usia 18 sampai 64 tahun.
Yang artinya, semakin banyak tenaga kerja yang bisa terpakai. Semakin besar bonus
demografi, semakin besar pula suatu negara bisa memacu pertumbuhan
ekonominya. Demografi adalah data statistik yang berperan sangat vital dalam
keputusan pemerintah.
Pencarian literatur elektronik dari studi yang diterbitkan dalam The
Leadership Quarterly selama 20 tahun terakhir hanya menemukan satu studi yang
memperlakukan usia pemimpin secara eksplisit sebagai konsep yang relevan secara
teoritis dan bukan hanya sebagai variabel kontrol: Simonton (1998) menyelidiki
hubungan antara usia dan kinerja politik raja Inggris yang memerintah antara 1066
dan 1811 dan menemukan bahwa usia memprediksi indikator kinerja seperti
aktivitas legislatif dan reformasi yang ditegakkan. Sementara penuaan tenaga kerja
di sebagian besar negara industri Barat telah menyebabkan peningkatan minat di
antara peneliti organisasi dalam hubungan antara usia dan sikap dan kinerja
karyawan (Hedge, Borman, & Lammlein, 2006; Ng & Feldman, 2008; Shultz &
Adams, 2007), peneliti kepemimpinan hampir tidak menganggap usia sebagai
konsep yang substansial.
Pada dasarnya perempuan dan laki-laki memiliki sex-role stereotype yang akan
berpengaruh pada personalitas dan perilaku mereka. Secara sosial seorang
perempuan lebih pasif, akomodatif dan intuitif, sedangkan laki-laki lebih agresif,
aktif dan mendominasi. Gender merupakan variabel yang memberikan dampak yang
tidak bisa diabaikan. Laki-laki dan perempuan berbeda dalam gaya mempengaruhi
dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Rosener (1991) dan Burke dan Collins
(2001) menyatakan bahwa perempuan lebih cenderung memiliki gaya
kepemimpinan tranformasional sedangkan laki-laki lebih cenderung memiliki gaya
kepemimpinan transaksional.
Sparrow dan Right (1994) mengemukakan bahwa dengan semakin kompleks
dan semakin beragamnya organisational setting maka tidak ada gaya
kepemimpinan yang paling efektif secara universal. Hal tersebut tergantung pada
situasi dan orang-orang yang dikelola. Secara tradisional dan stereotype,
pendekatan yang berpusat pada orang dikaitkan dengan gaya feminin dan
pendekatan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan dikaitkan dengan gaya
maskulin.
Referensi
Sonny Harry B. Harmadi, 2016. Analisis Data Demografi Edisi 1 / 2 SKS / Modul 1-
6, Universitas Terbuka, 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Populasi_penduduk_dunia#:~:text=Pada%20tanggal%2
010%20Juli%202021,dunia%20mencapai%205%20miliar%20jiwa.
Rochaida, Eny. 2017. Capaian dan Determinan Bonus Demografi di Kalimantan
Timur, Prosiding Seminar Nasional Manajemen dan Ekonomi Bisnis Volume 1,
Mei 2017
Parashakti, Ryani Dhyan. 2015, Perbedaan Gaya Kepemimpinan Dalam Perspektif
Maskulin Dan Feminin, Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, Volume 1,
Nomor 1, Maret 2015
Rajan, S and Krishnan, VR. (2002). “ Impact of Gender on Influence, Power and
Authoritariansm “, Women in Management Review, Vol. 17 No. 5 pp. 197-206.
Rosener, J., B., (1991). In “Ways Men and Women Lead,” Debate, Harvard Business
Review, January/February, pp. 152/3.
Sparrow, J and Rigg, C., (1994), “ Gender, Diversity and Working Styless, Women
and Management ”, Review, Vol. 9 No. 1, pp. 9-16.
Hendryadi, 2014. Situational Leaderhip Model Hersey and Blanchard, Teorionline
Personal Paper, No. 01/ Feb-2014
Ivancevich, John. 2007. Perilaku & Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga
Tilaar, Martha dan Wulan Tillar Widiarto (2003), “ Leadership Quotient : Perempuan
Pemimpin Indonesia “. Grasindo, Jakarta.
Burke, Sarah and Collins, K.M., (2001), “Gender 5 Differences in Leadership Stless
and Management Skills”, Women in Management Review. Vol. 17 No. 5 pp. 197-
206.
Bhasin, Kamla dan Nighat Said Khan, 1994. Persoalan Pokok Mengenai Feminisme
dan Relevansinya, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Hedge, JW, Borman, WC, & Lammlein, SE (2006). The aging workforce: Realities,
myths, and implications for organizations. Washington, DC: Asosiasi Psikologi
Amerika.

More Related Content

What's hot

Dakwah rasulullah periode madinah
Dakwah rasulullah periode madinahDakwah rasulullah periode madinah
Dakwah rasulullah periode madinahVita Mustika
 
Kepribadian Muslimah
Kepribadian MuslimahKepribadian Muslimah
Kepribadian Muslimahiqbalgoh
 
Perkembangan Islam di Taiwan
Perkembangan Islam di TaiwanPerkembangan Islam di Taiwan
Perkembangan Islam di TaiwanMira Nurhasanah
 
Pertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalam
Pertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalamPertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalam
Pertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalamIsa Ansori
 
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidinPower point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidindayat7
 
1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah
1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah
1. Sirah Nabawiyah: mukoddimahMuhammad Jamhuri
 
Presentasi khalifah abbasiyah periode kedua
Presentasi khalifah abbasiyah periode keduaPresentasi khalifah abbasiyah periode kedua
Presentasi khalifah abbasiyah periode keduaBazari Azhar Azizi
 
Modul SKI- KB 4 Perkembangan Islam Di Dunia
Modul SKI- KB 4 Perkembangan Islam Di DuniaModul SKI- KB 4 Perkembangan Islam Di Dunia
Modul SKI- KB 4 Perkembangan Islam Di DuniaIstna Zakia Iriana
 
Presentasi dakwah nabi di madinah
Presentasi dakwah nabi di madinahPresentasi dakwah nabi di madinah
Presentasi dakwah nabi di madinahAdinda Khairunnisa
 
Tasyri' syiah khawarij
Tasyri' syiah khawarijTasyri' syiah khawarij
Tasyri' syiah khawarijMarhamah Saleh
 
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di PersiaPPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persiakacangtom
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Khusnul Kotimah
 
Periodisasi Sejarah Islam
Periodisasi Sejarah IslamPeriodisasi Sejarah Islam
Periodisasi Sejarah Islamizzulislam_id
 
Makalah pend. islam orde baru
Makalah pend. islam orde baruMakalah pend. islam orde baru
Makalah pend. islam orde baruYuliana Aminulloh
 

What's hot (20)

Dakwah rasulullah periode madinah
Dakwah rasulullah periode madinahDakwah rasulullah periode madinah
Dakwah rasulullah periode madinah
 
Kepribadian Muslimah
Kepribadian MuslimahKepribadian Muslimah
Kepribadian Muslimah
 
Perkembangan Islam di Taiwan
Perkembangan Islam di TaiwanPerkembangan Islam di Taiwan
Perkembangan Islam di Taiwan
 
Pertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalam
Pertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalamPertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalam
Pertemuan i dasar dan sejarah timbulnya ilmu kalam
 
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidinPower point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
 
1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah
1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah
1. Sirah Nabawiyah: mukoddimah
 
Maqasid ilmu kalam
Maqasid ilmu kalamMaqasid ilmu kalam
Maqasid ilmu kalam
 
Presentasi khalifah abbasiyah periode kedua
Presentasi khalifah abbasiyah periode keduaPresentasi khalifah abbasiyah periode kedua
Presentasi khalifah abbasiyah periode kedua
 
Modul SKI- KB 4 Perkembangan Islam Di Dunia
Modul SKI- KB 4 Perkembangan Islam Di DuniaModul SKI- KB 4 Perkembangan Islam Di Dunia
Modul SKI- KB 4 Perkembangan Islam Di Dunia
 
Presentasi dakwah nabi di madinah
Presentasi dakwah nabi di madinahPresentasi dakwah nabi di madinah
Presentasi dakwah nabi di madinah
 
ISLAM DI SPANYOL
ISLAM DI SPANYOLISLAM DI SPANYOL
ISLAM DI SPANYOL
 
Childfree, Melawan Kodrat Ilahi
Childfree, Melawan Kodrat IlahiChildfree, Melawan Kodrat Ilahi
Childfree, Melawan Kodrat Ilahi
 
Tasyri' syiah khawarij
Tasyri' syiah khawarijTasyri' syiah khawarij
Tasyri' syiah khawarij
 
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di PersiaPPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
PPT Peradaban Islam Pada Masa Daulah Syafawi di Persia
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Aliran murjiah
Aliran murjiahAliran murjiah
Aliran murjiah
 
Kekammian
KekammianKekammian
Kekammian
 
Dinasti fatimiyah
Dinasti fatimiyahDinasti fatimiyah
Dinasti fatimiyah
 
Periodisasi Sejarah Islam
Periodisasi Sejarah IslamPeriodisasi Sejarah Islam
Periodisasi Sejarah Islam
 
Makalah pend. islam orde baru
Makalah pend. islam orde baruMakalah pend. islam orde baru
Makalah pend. islam orde baru
 

Similar to TREND DEMOGRAFI

Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013
Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013
Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013Muhammad Harto
 
Bonus demografi pop_dev
Bonus demografi pop_devBonus demografi pop_dev
Bonus demografi pop_devKadir Ruslan
 
Bonus Demografi Peluang atau Ancaman
Bonus Demografi  Peluang atau AncamanBonus Demografi  Peluang atau Ancaman
Bonus Demografi Peluang atau Ancamandaldukpapua
 
Generasi y, generasi z dan bonus demografi
Generasi y, generasi z dan bonus demografiGenerasi y, generasi z dan bonus demografi
Generasi y, generasi z dan bonus demografiLeonard Merari Situmeang
 
Paper Keuangan Negara_Musawal Majid Mustafa.pdf
Paper Keuangan Negara_Musawal Majid Mustafa.pdfPaper Keuangan Negara_Musawal Majid Mustafa.pdf
Paper Keuangan Negara_Musawal Majid Mustafa.pdfMUSAWAL MAJID
 
Aspek sosial perkembangan penduduk
Aspek sosial perkembangan pendudukAspek sosial perkembangan penduduk
Aspek sosial perkembangan pendudukAgus Mahmuda
 
Pertumbuhan ekonomi indonesia tanpa makna
Pertumbuhan ekonomi indonesia tanpa maknaPertumbuhan ekonomi indonesia tanpa makna
Pertumbuhan ekonomi indonesia tanpa maknarahmat sabirin
 
Hubungan Korupsi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan Korupsi dengan Pertumbuhan EkonomiHubungan Korupsi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan Korupsi dengan Pertumbuhan EkonomiRia Monika Madjing
 
Sustainable livelihood approach Pada Nelayan di Jawa Timur
Sustainable livelihood approach Pada Nelayan di Jawa TimurSustainable livelihood approach Pada Nelayan di Jawa Timur
Sustainable livelihood approach Pada Nelayan di Jawa TimurTri Cahyono
 
Politik pendidikan
Politik pendidikanPolitik pendidikan
Politik pendidikanAntho jie
 
Pemerintah antisipasif
Pemerintah antisipasifPemerintah antisipasif
Pemerintah antisipasifchynixza
 
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja PembangunanMonitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja PembangunanDadang Solihin
 
Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...
Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...
Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...Ariyadi Prakoso
 
Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963abdul ajid
 

Similar to TREND DEMOGRAFI (20)

Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013
Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013
Proceedings Magister Ilmu Ekonomi 2013
 
PROCEEDINGS MIE 2013
PROCEEDINGS MIE 2013PROCEEDINGS MIE 2013
PROCEEDINGS MIE 2013
 
Bonus demografi pop_dev
Bonus demografi pop_devBonus demografi pop_dev
Bonus demografi pop_dev
 
Bonus Demografi Peluang atau Ancaman
Bonus Demografi  Peluang atau AncamanBonus Demografi  Peluang atau Ancaman
Bonus Demografi Peluang atau Ancaman
 
Generasi y, generasi z dan bonus demografi
Generasi y, generasi z dan bonus demografiGenerasi y, generasi z dan bonus demografi
Generasi y, generasi z dan bonus demografi
 
Paper Keuangan Negara_Musawal Majid Mustafa.pdf
Paper Keuangan Negara_Musawal Majid Mustafa.pdfPaper Keuangan Negara_Musawal Majid Mustafa.pdf
Paper Keuangan Negara_Musawal Majid Mustafa.pdf
 
Aspek sosial perkembangan penduduk
Aspek sosial perkembangan pendudukAspek sosial perkembangan penduduk
Aspek sosial perkembangan penduduk
 
Demografi penduduk
Demografi pendudukDemografi penduduk
Demografi penduduk
 
Pertumbuhan ekonomi indonesia tanpa makna
Pertumbuhan ekonomi indonesia tanpa maknaPertumbuhan ekonomi indonesia tanpa makna
Pertumbuhan ekonomi indonesia tanpa makna
 
Hubungan Korupsi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan Korupsi dengan Pertumbuhan EkonomiHubungan Korupsi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan Korupsi dengan Pertumbuhan Ekonomi
 
Makalah pertumbuhan ekonbomi
Makalah pertumbuhan ekonbomiMakalah pertumbuhan ekonbomi
Makalah pertumbuhan ekonbomi
 
Makalah pertumbuhan ekonbomi
Makalah pertumbuhan ekonbomiMakalah pertumbuhan ekonbomi
Makalah pertumbuhan ekonbomi
 
Sustainable livelihood approach Pada Nelayan di Jawa Timur
Sustainable livelihood approach Pada Nelayan di Jawa TimurSustainable livelihood approach Pada Nelayan di Jawa Timur
Sustainable livelihood approach Pada Nelayan di Jawa Timur
 
Strategi pemberdayaan pn_pm-libre
Strategi pemberdayaan pn_pm-libreStrategi pemberdayaan pn_pm-libre
Strategi pemberdayaan pn_pm-libre
 
Politik pendidikan
Politik pendidikanPolitik pendidikan
Politik pendidikan
 
Pemerintah antisipasif
Pemerintah antisipasifPemerintah antisipasif
Pemerintah antisipasif
 
171436214 makalah-perekonomian-indonesia
171436214 makalah-perekonomian-indonesia171436214 makalah-perekonomian-indonesia
171436214 makalah-perekonomian-indonesia
 
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja PembangunanMonitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pembangunan
 
Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...
Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...
Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...
 
Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963
 

More from LidyaArdiyan1

Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdfKapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdfLidyaArdiyan1
 
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdfKapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdfLidyaArdiyan1
 
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdfKapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdfLidyaArdiyan1
 
The Encyclopedia of Leadership A Practical Guide to Popular Leadership Theori...
The Encyclopedia of Leadership A Practical Guide to Popular Leadership Theori...The Encyclopedia of Leadership A Practical Guide to Popular Leadership Theori...
The Encyclopedia of Leadership A Practical Guide to Popular Leadership Theori...LidyaArdiyan1
 
kepemimpinan perubahan.pdf
kepemimpinan perubahan.pdfkepemimpinan perubahan.pdf
kepemimpinan perubahan.pdfLidyaArdiyan1
 
Ppt forum diskusi ruang kolaborasi (1.1 filosofi pendidikan ki hadjar dewan...
Ppt forum diskusi   ruang kolaborasi (1.1 filosofi pendidikan ki hadjar dewan...Ppt forum diskusi   ruang kolaborasi (1.1 filosofi pendidikan ki hadjar dewan...
Ppt forum diskusi ruang kolaborasi (1.1 filosofi pendidikan ki hadjar dewan...LidyaArdiyan1
 

More from LidyaArdiyan1 (6)

Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdfKapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling (1).pdf
 
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdfKapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
 
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdfKapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
Kapita Selekta Pelayanan Konseling- Pendekatan Konseling.pdf
 
The Encyclopedia of Leadership A Practical Guide to Popular Leadership Theori...
The Encyclopedia of Leadership A Practical Guide to Popular Leadership Theori...The Encyclopedia of Leadership A Practical Guide to Popular Leadership Theori...
The Encyclopedia of Leadership A Practical Guide to Popular Leadership Theori...
 
kepemimpinan perubahan.pdf
kepemimpinan perubahan.pdfkepemimpinan perubahan.pdf
kepemimpinan perubahan.pdf
 
Ppt forum diskusi ruang kolaborasi (1.1 filosofi pendidikan ki hadjar dewan...
Ppt forum diskusi   ruang kolaborasi (1.1 filosofi pendidikan ki hadjar dewan...Ppt forum diskusi   ruang kolaborasi (1.1 filosofi pendidikan ki hadjar dewan...
Ppt forum diskusi ruang kolaborasi (1.1 filosofi pendidikan ki hadjar dewan...
 

Recently uploaded

11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 

Recently uploaded (20)

11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 

TREND DEMOGRAFI

  • 1. TUGAS RUTIN_9 “TREND DEMOGRAFI DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN AGE-REALTED LEADERSHIP & GENDER-RELATED LEADERSHIP SERTA TUNTUTAN KOMPETENSINYA” NAMA MAHASISWA : SULHAN HAMID LUBIS LIDYA ARDIYAN RUSDIMAN AB NIM : 8216113003 8216113002 8216113001 DOSEN PENGAMPU : Dr. AMAN SIMARE-MARE, MS MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN PROGRAM STUDI S3 MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN APRIL 2021
  • 2. TREND DEMOGRAFI DENGAN GAYA KEPEMIMPINAN AGE-REALTED LEADERSHIP & GENDER-RELATED LEADERSHIP SERTA TUNTUTAN KOMPETENSINYA A. Konsep Dasar Demografi Kata demografi pertama kali digunakan oleh Achille Guilard pada tahun 1885, dalam bukunya yang berjudul Elements de Statistique Humaine, ou Demographie Comparee. Demografi berasal dari kata demos yang berarti penduduk dan grafein yang berarti gambaran. Jadi demografi adalah ilmu yang mempelajari penduduk atau manusia terutama tentang kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk yang terjadi. Demografi sendiri sebenarnya melibatkan studi ilmiah tentang ukuran, penyebaran penduduk secara geografi maupun spasial, komposisi penduduk, dan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Pada tahun tersebut Achille Guilard mengatakan bahwa demografi merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur yaitu meliputi perubahan secara umum, fisik dan kondisi moral. (Harmadi: 2016). Sedangkan PBB (1958) mendefinisikan bahwa demografi adalah studi ilmiah terhadap populasi manusia, terutama terhadap jumlah, struktur, dan perkembangannya. Masalahdemografi lebih ditekankan pada perubahan dinamika kependudukan karena pengaruh perubahan fertilitas, mortalitas dan migrasi. Berdasarkan estimasi yang diterbitkan oleh Biro Sensus Amerika Sependuduk dunia mencapai 7,7 miliar jiwa pada tanggal Februari 2021. Dari sekitar 7,8 miliar penduduk dunia, 4 miliar diantaranya tinggal di Asia. Tujuh dari sepuluh negara berpenduduk terbanyak di dunia berada di Asia (meski Rusia juga terletak di Eropa).(wikipedia; 2021) Sejalan dengan proyeksi populasi, angka ini terus bertambah dengan kecepatan yang belum ada dalam sejarah. Diperkirakan seperlima dari seluruh manusia yang pernah hidup pada enam ribu tahun terakhir, hidup pada saat ini. Pada tanggal 10 Juli 2021 pukul, jumlah penduduk dunia akan mencapai 7.8 miliar jiwa. Badan Kependudukan PBB menetapkan tanggal 12 Oktober 1999 sebagai tanggal di mana penduduk dunia mencapai 6 miliar jiwa, sekitar 12 tahun setelah penduduk dunia mencapai 5 miliar jiwa.
  • 3. Populasi dunia 1950-2021 Kecepatan pertumbuhan 1950-2021 Berikut adalah peringkat negara-negara di dunia berdasarkan jumlah penduduk (2021): 1) Republik Rakyat Tiongkok (1,412. M jiwa), 2) India (1.387.600.000 jiwa), 3) Amerika Serikat (332.486.698 jiwa), 4) Indonesia (278.173.879 jiwa), 5) Pakistan (225.839.946 jiwa), 5) Brazil (212.332.794 jiwa), 6) Nigeria (197.911.988 jiwa), 7) Bangladesh (171.779.628 jiwa), 8) Russia (152.610.309 jiwa), 9) Jepang (126.417.244 jiwa) B. Pengertian Trend Demografi Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), bonus demografi mengandung arti sebagai bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Pada periode itu, jumlah usia angkatan kerja, yakni yang berusia 15-64 tahun, diperkirakan mencapai sekitar 70%. Bonus demografi terjadi pada saat angka beban ketergantungan dependency ratio menurun, dan ketika angka beban ketergantungan berada pada titik terendah akan
  • 4. memberikan jendela peluang atau windows of opportunity dalam suatu negara. Sementara itu bonus demografi akan berakhir berakhir ketika jumlah penduduk lansia semakin meningkat sehingga rasio ketergantungan kembali meningkat. Berakhirnya bonus demografi akan memberikan tekanan baru pada suatu negara berupa pemanfaatannya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi pembangunan (Eny: 2017). Bonus demografi adalah suatu keadaan negara dimana jumlah usia produktifnya (15-64th) lebih banyak dibanding usia tidak produktif (0-4 dan >65). Bonus demografi di Indonesia sudah mulai dari tahun 2010, keadaan ini akan berlangsung hingga tahun 2030, bahkan maksimal 2035. Bonus demografi dapat menjadi nikmat demografi jika seluruh stakeholder bersinergi untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada, tetapi juga dapat menjadi laknat demografi jika tidak mempersiapkan dengan sangat baik. Bonus demografi tidak dapat berulang didalam satu siklus demografi. Saat window of opportunity berakhir, perekonomian secara otomatis mengikuti siklus demografi berikutnya. Artinya kesempatan untuk menikmati bonus demografi terbatas. Tren demografi adalah perubahan dalam suatu populasi dari waktu ke waktu. Sebagian besar waktu, tren demografis adalah hasil dari pergeseran konteks sosial, politik, dan ekonomi. Satu tren demografis penting adalah bahwa orang yang lebih tua akan melebihi jumlah anak untuk pertama kalinya dalam sejarah pada tahun 2030. Tahun itu, satu dari lima penduduk akan lebih tua dari 65. Rasio ketergantungan (rasio usia kerja untuk orang dewasa usia pensiun) akan meningkat, berpotensi menempatkan beban yang lebih tinggi pada generasi muda dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Tren lain adalah bahwa rumah tangga yang dikepalai oleh milenium (orang berusia antara 23 dan 38 tahun) berpenghasilan lebih banyak daripada orang yang lebih tua daripada mereka yang seusia. Meskipun demikian, milenium memiliki lebih sedikit kekayaan daripada baby boomer (yang berusia 55 hingga 73 tahun) ketika mereka masih muda, yang telah dikaitkan dengan tingkat utang siswa yang lebih tinggi saat ini. Demografi adalah memainkan peran yang berpengaruh dalam kesehatan ekonomi. Cara mudah menghitung pertumbuhan ekonomi adalah dengan
  • 5. menggunakan produk domestik bruto. GDP mengukur nilai total barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Ketika kamu membandingkan perubahan tahun-ke-tahun dalam PDB (disesuaikan dengan inflasi), Hal ini dapat dilihat apakah ekonomi tumbuh, tetap sama atau menyusut. Ada tiga alasan utama mengapa ekonom percaya populasi yang menua menyebabkan pertumbuhan PDB melambat: 1. Ada lebih sedikit orang usia kerja untuk menyediakan tenaga kerja dan menciptakan barang dan jasa. 2. Pertumbuhan populasi yang lebih rendah dapat menyebabkan pajak yang lebih tinggi – Jika pemerintah ingin mempertahankan tingkat penerimaan pajak yang sama dari lebih sedikit orang, maka setiap orang harus membayar pajak lebih tinggi. Pajak yang lebih tinggi berarti lebih sedikit uang yang tersisa untuk membeli barang dan jasa, yang berarti permintaan lebih rendah. 3. Orang yang lebih tua dikenal lebih banyak menabung dan meminjam, artinya lebih sedikit uang yang digunakan untuk pertumbuhan investasi. Karakteristik demografis lainnya juga dapat memengaruhi ekonomi. Misalnya, ketika tingkat pendidikan suatu negara meningkat, ia menghasilkan lebih banyak pekerja terampil, yang biasanya meningkatkan produktivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi. C. Peluang dan tantangan Bonus Demografi
  • 6. Bonus demografi merupakan kondisi dimana jumlah penduduk produktif lebih banyak dibandingkan penduduk pada usia tidak produktif. Menurut Jati (2013, dalam Sri Maryati, 2018) terdapat beberapa keuntungan yang akan didapatkan sebuah negara apabila mengalami bonus demografi, seperti penawaran tenaga kerja yang memenuhi kebutuhan industri. Kedua, potensi peningkatan pendapatan per kapita disebabkan tenaga kerja produktif dan adanya peluang kerja. Ketiga, peningkatan peran perempuan dalam pasar kerja. Serta terakhir peningkatan tabungan masyarakat dan dapat dikelola untuk kegiatan produktif. Data BPS menyebutkan bahwa pada tahun 2019, jumlah usia produktif di Indonesia mencapai 67% dari total penduduk di Indonesia. Sekitar 45% dari 67% usia produktif tersebut berusia 15-34 tahun. Pada kondisi tersebut Indonesia berada pada kondisi bonus demografi karena jumlah usia produktif menanggung lebih sedikit penduduk tidak produktif. Akan tetapi terdapat pula tantangan setelah bonus demografi, yaitu masa aging society. Aging society yaitu usia lansia akan meningkat.
  • 7. Isu Ketenagakerjaan dalam Revolusi Industri 4.0 Revolusi industri 4.0 merupakan terminologi yang digunakan untuk menjelaskan peralihan model bisnis dari akibat perkembangan teknologi. Revolusi keempat ditandai dengan penggunaan Internet of Things (IoT) yang menghubungkan mesin dengan sistem teknologi informasi. Lalu ada penggunaan big data sebagai materi analisis kondisi secara real time, pengelolaan, hingga memproyeksikan kondisi yang akan terjadi. Selanjutnya ada pula penggunaan robot, collaborative robot, sensor, virtual dan augmented reality, hingga 3D printing dalam industri manufaktur dan industri menengah. Selama ini industri manufaktur Indonesia menyerap banyak tenaga kerja. Adanya revolusi industri 4.0 mengubah struktur tenaga kerja di berbagai negara, sedangkan Indonesia sendiri saat ini sedang menuju ke arah tersebut juga. Transformasi tenaga kerja akibat revolusi industri 4.0 merupakan sebuah keniscayaan. World Economic Forum pada tahun 2018 melakukan analisis dan menjelaskan bahwa terdapat beberapa perubahan struktur ketenagakerjaan akibat revolusi industri 4.0. Seperti akan adanya perubahan dari proses produksi yang sederhana dan tradisional menuju otomasi dan augmentatif. Diproyeksikan bahwa beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh manusia dapat digantikan dan lebih berkembang apabila dilakukan oleh mesin dan teknologi informasi. Di sisi lain ada pula perspektif yang dapat disebut “Augmented strategy”. Strategi tersebut merujuk pada upaya bisnis untuk melakukan otomasi terhadap beberapa pekerjaan untuk melengkapi perkerjaan saat ini. Serta bertujuan untuk membantu dan menambah kekuatan dari pekerjaan yang dilakukan manusia. Menurut penelitian McKinsey pada tahun 2017, terdapat beberapa tugas yang dapat digantikan oleh mesin, sehingga tidak keseluruhan pekerjaan manusia. Diproyeksikan sekitar dua dari tiga tugas saat ini dapat diotomasi dengan teknologi yang ada sekarang. Serta sekitar satu dari empat peran atau pekerjaan saat ini memiliki 70% tugas yang dapat diotomasi. Konteks Indonesia sendiri menurut analisis McKinsey (2017), sekitar 49-51% tenaga kerja Indonesia berpotensi digantikan mesin apabila mengadaptasi teknologi yang telah ada saat ini.
  • 8. Tantangan Bonus demografi yang didapatkan oleh Indonesia juga memiliki beberapa risiko. Apabila potensi bonus demografi tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, maka terdapat potensi masalah sosial dan ekonomi yang akan ditimbulkan. Seperti pengangguran yang tinggi, konflik sosial, kriminalitas, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang rendah, dan lain-lain. Tantangan berikutnya yaitu bagaimana bonus demografi Indonesia dapat memanfaatkan revolusi industri 4.0 yang sedang terjadi pada saat yang sama. Apabila sumber daya manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik, maka bonus demografi Indonesia akan menjadi beban dan masalah. Hal ini karena revolusi industri 4.0 membutuhkan tenaga kerja dengan kemampuan teknologi, berpikir kritis, hingga kreativitas. Apabila bonus demografi Indonesia didominasi oleh sumber daya manusia dengan keahlian dasar, maka kemungkinan besar akan digantikan oleh teknologi. Revolusi industri merupakan proses perubahan proses produksi dalam waktu cepat dan membutuhkan adaptasi tenaga kerja dalam waktu singkat. Menurut analisis World Economic Forum pada Report Future of Jobs, tantangan di bidang tenaga kerja adalah skill gaps atau kesenjangan antara kebutuhan keahlian dengan kapasitas yang dimiliki oleh tenaga kerja. Terdapat beberapa pilihan yang dapat dilakukan oleh perusahaan, seperti mengganti keseluruhan tenaga kerja dengan staf baru yang memiliki kapasitas yang dibutuhkan. Kedua, melakukan otomasi pada setiap tugas yang dibutuhkan dan menggantikan dengan mesin secara keseluruhan. Ketiga, melakukan peningkatan kapasitas tenaga kerja yang telah ada agar memiliki keahlian yang relevan. Peluang Bonus demografi memberikan berbagai peluang bagi suatu negara untuk berkembang dan meningkatkan kesejahteraannya. Menurut Sri Moertiningsih Adioetomo, Guru besar ekonomi kependudukan Universitas Indonesia, keuntungan dari bonus demografi berupa potensi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB), usia produktif lebih banyak dibanding tidak produktif, memiliki kesempatan untuk bekerja, dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Menurut kajian World Economic Forum, dalam Report Future of Jobs tahun 2018, pada tahun 2022 sekitar 54% tenaga kerja membutuhkan reskilling dan
  • 9. upskilling. Upaya tersebut menjadi sebuah kebutuhan agar data bersaing di era industri 4.0, dimana terdapat perkembangan teknologi dan perubahan proses produksi dan layanan. Diproyeksikan untuk melakukan hal tersebut dibutuhkan waktu sekitar enam hingga 12 bulan untuk melakukan reskilling dan upskilling. Berbagai pihak di Indonesia harus memanfaatkan peluang bonus demografi semaksimal mungkin. Terdapat peluang dari program-program yang dilakukan pemerintah untuk mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia menghadapi perubahan akibat revolusi industri 4.0 dan pada saat yang sama mengantisipasi bonus demografi. Seperti upaya Kementerian Tenaga Kerja untuk memodernisasi Balai Latihan Kerja (BLK) dan program magang dibidang teknologi digital. Dari Kementerian Tenaga Kerja juga telah menyadari pentingnya peraturan tentang hubungan industrial pada masa revolusi industri 4.0, maka sangat penting kesadaran tersebut diturunkan menjadi kebijakan. Selain potensi dari kebijakan pemerintah, saat ini muncul pula berbagai inkubasi bisnis berbasis teknologi atau start-up. Contohnya seperti Asosiasi e- Commerce Indonesia, Indigo Inkubator yang dikembangkan oleh Telkom, Ciputra Gepi Incubator yang dibina oleh swasta, Mandiri Inkubator Bisnis yang dikembangkan Bank Mandiri, Skystar Ventures, dan lainnya. Berbagai inkubator bisnis tersebut ada yang memfasilitasi fasilitas usaha dan teknologi, modal usaha, hingga pendampingan. Hal tersebut merupakan potensi bagi generasi muda untuk mengembangkan usaha di berbagai bidang dengan memanfaatkan teknologi 4.0. Sehingga dapat bersaing di era industri 4.0 bukan hanya sebagai staf, tetapi juga menjadi pelaku usaha. D. Gaya Kepemimpinan Age Related Leadership A. Age Related Leadership ARL memberi penekanan pada lebih pada pengikut dan tingkat kematangan mereka. Para pemimpin diharapkan dapat menilai dengan tepat atau menilai secara intuitif tingkat kematangan dari pengikut mereka dan menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kematangan tersebut Ivancevich, dkk, 2007). Ada dua tipe kesiapan yang dipandang penting : pekerjaan dan psikologis. Seorang yang memiliki kesiapan kerja tinggi memiliki pengetahuan dan kemampuan melakukan tugas mereka tanpa perlu arahan dari manajer. Seorang
  • 10. yang tingkat kesiapan psikologis yang tinggi memiliki tingkat motivasi diri dan keinginan untuk melakukan kerja berkualitas tinggi. Orang ini juga tidak membutuhkan supervise. Hersey dan Blanchard (Hendryadi: 2014) mengggunakan penelitian OSU (Ohio State University) untuk kemudian mengembangkan 4 gaya kepemimpinan Age Related Leadershp yang bisa dipakai oleh para pemimpin, antara lain : 1. Telling – menyuruh, pemimpin menetapkan peran yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas dan memerintahkan para pengikutnya apa, dimana, bagaimana dan kapan melakukan tugas tersebut. 2. Selling – menjual, yaitu pemimpin memberikan intruksi terstruktur, tetapi juga bersifat supportif. 3. Participating – berpartisipasi, yaitu pemimpin dan para pengikutnya bersamasama memutuskan bagaimana cara terbaik menyelesaikan suatu pekerjaan. 4. Delegating – delegasi, yaitu pemimpin tidak banyak memberikan arahan yang jelas dan spesifik ataupun dukungan pribadi kepada para pengikutnya Gaya kepemimpinan yang tepat akan tergantung pada orang atau kelompok yang dipimpin. Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard mengidentifikasi empat tingkat Kematangan M1 melalui M4: 1. M1 – Adalah karyawan yang tidak memiliki keterampilan khusus yang diperlukan untuk pekerjaan, tidak mampu dan tidak mau melakukan atau mengambil tanggung jawab untuk pekerjaan atau tugas. 2. M2 – Adalah bawahan yang tidak dapat mengambil tanggung jawab untuk tugas yang dilakukan, namun mereka bersedia bekerja pada tugas. Mereka adalah pemula tapi memiliki antusiasme dan motivasi. 3. M3 – Adalah karyawan yang berpengalaman dan mampu melakukan tugas tetapi tidak memiliki keyakinan atau kemauan untuk mengambil tanggung jawab. 4. M4 – Mereka berpengalaman pada tugas, dan nyaman dengan kemampuan mereka sendiri untuk melakukannya dengan baik. Mereka mampu dan bersedia untuk tidak hanya melakukan tugas, tetapi untuk mengambil tanggung jawab untuk tugas tersebut.
  • 11. Kompetensi yang harus dimiliki seorang pemimpin Kompetensi merupakan kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Kompetensi merupakan faktor penentu keberhasilan kinerja. Kompetensi terbagi dua, yakni soft competency dan hard competency. Kompetensi Teknis/Fungsional (hard competency) adalah enis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional pekerjaan. Berkaitan dengan seluk beluk teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni misal: electrical engineering, accounting skills, marketing research, dan lain sebagainya. Kompetensi Manajerial (soft competency) adalah jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengelola pekerjaan dan membangun interaksi dengan orang lain. Berikut 10 Kompetensi (soft skill) yang wajib dimiliki oleh seorang Leader: 1 Inisiatif; Kecakapan untuk menjalankan inisiatif perbaikan mutu kerja tanpa harus diperintah; bersikap proaktif dan memiliki self-motivation yang tinggi untuk menuntaskan pekerjaan; serta cakap dalam mengajukan usulan/masukan untuk peningkatan mutu kerja. 2 Leadership; Kecakapan untuk menetapkan dan mengkomunikasikan sasaran kerja tim, mengelola dan membagi sumber daya tim secara efektif; serta melakukan monitoring dan arahan agar sasaran kinerja tim dapat tercapai secara optimal. Cakap dalam memberikan motivasi dan membina kemampuan anggota tim menuju level kompetensi yang makin unggul. 3 Orientasi pada Kualitas Kerja Prima; Kecakapan untuk mengerjakan tugas dengan tuntas, tepat waktu dan dengan mutu hasil pekerjaan yang prima atau sesuai, bahkan diatas standar mutu yang telah ditetapkan. 4 Kemampuan Memecahkan Masalah; Kecakapan untuk menganalisa masalah, mengidentifikasi sumber penyebab masalah dan hubungan antar berbagai faktor masalah; dan kemudian merumuskan alternatif solusi yang relevan dan aplicable. 5 Perencanaan Kerja; Kecakapan untuk menyusun perencanaan kerja secara sistematis dan terjadwal dengan baik; melakukan alokasi sumber daya berdasarkan hasil perencanaan; serta melakukan monitoring untuk memastikan rencana kerja dapat berjalan dengan efektif.
  • 12. 6 Kerjasama; Kecakapan untuk melakukan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pihak yang terkait; merumuskan tujuan bersama dan berbagi tugas untuk mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan; serta saling menghargai pendapat dan masukan guna peningkatan kinerja tim. 7 Negotiation Skills; Kecakapan untuk merumuskan dan mengkomunikasikan tawaran kebutuhan perusahaan kepada mitra negosiasi; melakukan persuasi disertai dengan data dan argumen yang solid agar kepentingan perusahaan dapat dipenuhi oleh mitra negosiasi; serta mampu membangun hubungan bisnis yang win-win. 8 Learning Skills; Kecakapan untuk melakukan proses pembelajaran aktif baik secara mandiri ataupun berkelompok; menunjukkan minat yang memadai untuk terus mengembangkan ketrampilan diri; dan proaktif dalam melakukan sharing knowledge diantara sesama karyawan. 9 Mentoring and Developing Others; Kecakapan untuk merumuskan agenda pengembangan untuk para anggota (anak buah); melakukan pembinaan dan monitoring untuk melihat peningkatan ketrampilan anggota; dan mampu memberikan masukan/saran yang konstruktif untuk pengembangan kompetensi anggota. 10 Communication Skills; Kecakapan untuk mengutarakan pikirannya (baik secara lisan ataupu tertulis) dalam bahasa yang sistematis, jelas dan mudah dipahami oleh mitra bicara. Mampu menerima dan merespon pembicaraan dari pihak lain dengan baik. E. Gaya Kepemimpinan Gender Related Leadership Perkembangan isu gender membuat kepemimpinan tidak lagi identik dengan laki-laki. Gerakan feminis pada tahun 1960-an berusaha mendobrak nilai-nilai patriarki yang dilindungi oleh kokohnya tradisi strukural fungsional. Kaum feminis menganggap bahwa perempuan tidak hanya harus berjuang menentang diskriminasi, tetapi juga berjuang demi emansipasi serta pembebasan dari segenap bentuk penindasan oleh pemerintah, oleh masyarakat serta oleh laki-laki (Kamla dan Nighat, 1995:8). Gerakan feminis lahir untuk memutus budaya patriarki yang ada pada masyarakat. Budaya patriarki menganggap bahwa kekuasaan seorang pemimpin hanya boleh dipegang oleh laki-laki. Perempuan hanya diperbolehkan berperan
  • 13. dalam ranah domestik. Budaya yang sangat kental di masyarakat inilah yang membuat sulitnya wanita untuk dapat masuk ke ranah publik (Irwan Abdullah, 2003:9). Banyak diskusi yang dilakukan selama dua dekade terakir mempersoalkan apakah seorang manajer laki-laki dan manajer perempuan berbeda. Pada awal tahun 1990-an, sebuah penelitian menyimpulkan tidak ada perbedaan gender dalam kepemimpinan. Bebrapa peneliti terkenal dalam bidang manajemen termasuk powell (1990; 1993) dan Bass (1981) mendukung pernyataan ini. Banyak penulis yang telah melakukan penelitian tentang gaya kepemimpinan perempuan dan laki-laki mengelompokkan ciri-ciri yang termasuk feminim dan maskulin seperti terlihat pada tabel 1. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah apakah ciri-ciri gender tersebut merefleksikan perbedaan yang sesungguhnya? Martha Tilaar (2003) dalam (Parashakti; 2015) dalam bukunya “Leadership Quotient, Perempuan Pemimpin Indonesia”, menjelaskan bahwa gerakan mencari kesetaraan gender merupakan suatu gerakan yang telah dimulai sejak permulaan abad 20. Gerakan yang secara khusus dilakukan kaum perempuan sebagai aksi untuk menuntut kesamaan hak dengan laki-laki ini dikenal dengan gerakan feminisme. Gerakan feminisme semakin lama semakin gencar. Sejalan dengan semakin terasanya kebutuhan aktualisasi perempuan, gerakan tersebut semakin berkembang dan bervariasi. Salah satu variasi gerakan sedunia dipicu oleh International Women Day yang diselenggarakan pada tanggal 8 Maret 1968 di Paris yang melahirkan gerakan post-feminisme. Menurut para pakar gerakan post-feminisme ini kemudian berkembang dalam 2 aliran besar. Aliran pertama mengkaji lebih dalam masalah identitas perempuan, sedangkan aliran kedua lebih memperjelas tuntutan untuk kesamaan (equality) antara perempuan dan laki-laki. Dalam konteks ini misalnya dipermasalahkan mengenai 2 pengertian besar yaitu feminine versus masculine dan female versus male. Konsep yang pertama berhubungan dengan konstruksi sosial, budaya dan psikis perempuan, sedangkan female versus male lebih merupakan konsep biologis. Tabel 1. Karakteristik feminin dan maskulin menurut beberapa ahli Feminitas Maskulinitas Capra Seimbang Responsif Kerjasama Banyak tuntutan Agresif Kompetitif
  • 14. Intuitif Mempersatukan Boydell dan Hammond Tidak logis Bagian dari sifat alami Sistematis Otak kanan Bersifat patuh Penyatu Lunak Menang-menang Berjarak Membebaskan Logis Pisah dari sifat alami Mekanis Otak kiri Bersifat dominan Pemisah Keras Menang-Kalah Berentetan Mengontrol Marshall Saling ketergantungan Penggabungan Mendukung Kerjasama Kemauan menerima Waspada terhadap pola- pola keseluruhan Keberadaan Penonjolan diri Pemisahan Independen Kontrol Kompetisi Sumber : Sparrow, J., and Rigg, C., (1993) 5. Transformasional vs Transaksional Banyak penelitian terdahulu tentang kepemimpinan menitikberatkan pada pengidentifikasian ciri-ciri kepribadian yang dikenal dengan kepemimpinan efektif. Pada tahun 1990-an muncul trend baru penelitian kepemimpinan. Para peneliti mulai memfokuskan perhatian mereka pada dua gaya manajemen yang kontras yaitu kepemimpinan tranformasional vs transaksional. Pertama kali ide tentang kepemimpinan tranformasional dikemukakan oleh Burns (1978) sedangkan konsepnya dikembangkan oleh Bass (1985). Kepemimpinan transformasional mengembangkan hubungan positif dengan bawahan agar memperkuat performa bekerja dan organisasi. Manajer yang menampilkan kepemimpinan tranformasional mendorong pekerja untuk melihat ke depan kebutuhan mereka sendiri dan juga menitikberatkan pada kepentingan kelompok secara keseluruhan. Rosener (1991) memberikan penekan yang lebih besar pada perempuan dibanding laki-laki dalam gaya kepemimpinan tranformasional. Gaya kepemimpinan ini melibatkan partisipasi, motivasi dan kekuasaan (dengan kharisma), sedangkan pendekatan transaksional melibatkan motivasi dengan memberikan reward dan punishment kepada karyawan. Burke dan Collins (2001) melaporkan hasil kajiannya bahwa perempuan mungkin lebih bisa menunjukkan
  • 15. bahwa mereka menggunakan sebuah gaya kepemimpinan interaktif dibanding laki- laki, yang disebut kepemimpinan tranformasional. Gaya kepemimpinan ini sangat berhubungan dengan tujuh skill manajemen secara umum yaitu (1) pendelagasian, (2) manajemen konflik, (3) coaching dan developing, (4) personal organization dan time management, (5) komunikasi, (6) adaptabilitas personal, serta (7) analisa masalah dan pengambilan keputusan. Pandangan tentang Gaya Kepemimpinan Manager Laki-laki dan Perempuan Rajan dan Krishnan (2002) mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara seorang manajer laki-laki dan manajer perempuan dari segi stabilitas emosional, agresifitas, kemampuan memimpin, kepercayaan diri, kepastian, keuletan, keinginan bertanggung jawab, keseriusan, obyektifitas, pengetahuan dan sifat keterusterangan. Dengan adanya perbedaan gender dalam kerja, menjadikan masalah bagi perempuan. Sifat-sifat yang secara tradisional melekat pada perempuan dianggap sebagai tidak efektif. Sifat-sifat tersebut seperti lebih menggunakan intuisi daripada logika linier, menyukai dasar kemufakatan daripada kompetisi, serta mendorong keikutsertaan daripada memberikan perintah. Dalam artikelnya Rosener (1991) berkomentar “ketika perempuan berlaku seperti perempuan, mereka serin dipandang tidak seperti pemimpin, tidak bersifat manajerial dan tidak profesional”. Pada tingkat persepsi, seorang manajer yang ideal di stereotype akan mempunyai karakter-karakter yang maskulin. Sebagai konsekuensinya, jika perempuan ingin memajukan organisasi, mereka didesak untuk belajar pengetahuan obyektif dan keahlian-keahlian behavioral yang dibutuhkan untuk berada ditempat pijakan yang sama dengan rekan laki-laki. Rosener (1990) melakukan penelitian mengenai gaya kepemimpinan manajer lakilaki dan manajer perempuan serta dan menemukan beberapa hal yaitu : 1. Perempuan kelihatannya lebih menggunakan “kepemimpinan transformasional” daripada laki-laki yaitu memotivasi orang-orang dengan mentransform kesenangan diri individu ke dalam tujuan-tujuan kelompok. 2. Perempuan menggunakan gaya-gaya “kepemimpinan interaktif” dengan mendorong partisipasi, pembagian kekuasaan dan informasi, mempertinggi harga diri orang-orang.
  • 16. 3. Dibandingkan laki-laki, perempuan kelihatan lebih suka menganggap asal mula kekuasaannya adalah dari kemampuan interpersonal yang dimiliki daripada jabatan dalam organisasi. 4. Perempuan sebagai pemimpin percaya bahwa orang-orang akan tampil dengan sangat baik ketika mereka merasa senang akan diri mereka sendiri dan pekerjaan mereka, dan ia mencoba membuat situasi-situasi yang membantu kepada perasaan itu. 5. Dalam setiap aspek manajemen, mencoba membuat orang-orang merasa sebagai bagian organisasi mulai dari membuat tujuan-tujuan sampai memutuskan strategi. Masih menurut Rosener (1990), para laki-laki cenderung untuk lebih dari perempuan dalam hal : 1. Mengadopsi gaya-gaya kepemimpinan transaksional (memberikan penghargaan atau hukuman untuk bawahan). 2. Menggunakan kekuasaan yang datang dari posisi dan wewenang formal organisasi mereka Tabel 2. Pandangan manajer pria dan wanita dari hasil penelitian Sparrow dan Rigg Aspek Pandangan Manajer Wanita Pandangan Manajer Pria Prioritas pekerjaan Tim manajemen pelayanan yang efektif Visi Enterpreneurship Kemampuan mengema Ide untuk mencapai tujuan Gaya kerja People-oriented Bekerja dengan orang lain teratur Partisipatif Politis Menggunakan kekuatan High profile Semarak Percaya diri Kesadaran yang tumbuh dari peristiwa yang berasal dari lingkungan eksternal Paternalistik Pendekatan dalam pengambilan keputusan Cenderung lambat Familiar dengan aspek- aspek kunci Cepat Berorientasi pada tindakan Obyektif Analitikal Sistematis
  • 17. Hubungan interpersonal dengan tim Memahami orang lain Sensitivitas Peduli pada perasaan invidual Mendukung timnya Melihat/memberikan perhatian kepada sesuatu setelah mereka merasa tertarik Bergantung sepenuhnya pada tim Hubungan interpersonal dengan klien Empati Memahami perbedaan Kebutuhan Melakukan tekanan pada kelompok Sumber : Sparrow, J. dan Rigg, C (1994) KESIMPULAN Demografi adalah data statistik yang menyangkut populasi penduduk yang didasarkan atas berbagai klasifikasi seperti usia, ras, jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan pendidikan. Lalu tingkat kelahiran, tingkat kematian, kepadatan penduduk, tingkat pendapatan, dan sebagainya. Demografi adalah data yang sangat penting dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Pemerintah lazim menggunakan demografi untuk perencanaan kebijakan hingga pembagian sumber daya. Bonus demografi adalah peluang yang bisa dinikmati suatu negara karena besarnya jumlah penduduk usia produktif yakni rentan usia 18 sampai 64 tahun. Yang artinya, semakin banyak tenaga kerja yang bisa terpakai. Semakin besar bonus demografi, semakin besar pula suatu negara bisa memacu pertumbuhan ekonominya. Demografi adalah data statistik yang berperan sangat vital dalam keputusan pemerintah. Pencarian literatur elektronik dari studi yang diterbitkan dalam The Leadership Quarterly selama 20 tahun terakhir hanya menemukan satu studi yang memperlakukan usia pemimpin secara eksplisit sebagai konsep yang relevan secara teoritis dan bukan hanya sebagai variabel kontrol: Simonton (1998) menyelidiki hubungan antara usia dan kinerja politik raja Inggris yang memerintah antara 1066 dan 1811 dan menemukan bahwa usia memprediksi indikator kinerja seperti aktivitas legislatif dan reformasi yang ditegakkan. Sementara penuaan tenaga kerja di sebagian besar negara industri Barat telah menyebabkan peningkatan minat di antara peneliti organisasi dalam hubungan antara usia dan sikap dan kinerja karyawan (Hedge, Borman, & Lammlein, 2006; Ng & Feldman, 2008; Shultz &
  • 18. Adams, 2007), peneliti kepemimpinan hampir tidak menganggap usia sebagai konsep yang substansial. Pada dasarnya perempuan dan laki-laki memiliki sex-role stereotype yang akan berpengaruh pada personalitas dan perilaku mereka. Secara sosial seorang perempuan lebih pasif, akomodatif dan intuitif, sedangkan laki-laki lebih agresif, aktif dan mendominasi. Gender merupakan variabel yang memberikan dampak yang tidak bisa diabaikan. Laki-laki dan perempuan berbeda dalam gaya mempengaruhi dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Rosener (1991) dan Burke dan Collins (2001) menyatakan bahwa perempuan lebih cenderung memiliki gaya kepemimpinan tranformasional sedangkan laki-laki lebih cenderung memiliki gaya kepemimpinan transaksional. Sparrow dan Right (1994) mengemukakan bahwa dengan semakin kompleks dan semakin beragamnya organisational setting maka tidak ada gaya kepemimpinan yang paling efektif secara universal. Hal tersebut tergantung pada situasi dan orang-orang yang dikelola. Secara tradisional dan stereotype, pendekatan yang berpusat pada orang dikaitkan dengan gaya feminin dan pendekatan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan dikaitkan dengan gaya maskulin.
  • 19. Referensi Sonny Harry B. Harmadi, 2016. Analisis Data Demografi Edisi 1 / 2 SKS / Modul 1- 6, Universitas Terbuka, 2016 https://id.wikipedia.org/wiki/Populasi_penduduk_dunia#:~:text=Pada%20tanggal%2 010%20Juli%202021,dunia%20mencapai%205%20miliar%20jiwa. Rochaida, Eny. 2017. Capaian dan Determinan Bonus Demografi di Kalimantan Timur, Prosiding Seminar Nasional Manajemen dan Ekonomi Bisnis Volume 1, Mei 2017 Parashakti, Ryani Dhyan. 2015, Perbedaan Gaya Kepemimpinan Dalam Perspektif Maskulin Dan Feminin, Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015 Rajan, S and Krishnan, VR. (2002). “ Impact of Gender on Influence, Power and Authoritariansm “, Women in Management Review, Vol. 17 No. 5 pp. 197-206. Rosener, J., B., (1991). In “Ways Men and Women Lead,” Debate, Harvard Business Review, January/February, pp. 152/3. Sparrow, J and Rigg, C., (1994), “ Gender, Diversity and Working Styless, Women and Management ”, Review, Vol. 9 No. 1, pp. 9-16. Hendryadi, 2014. Situational Leaderhip Model Hersey and Blanchard, Teorionline Personal Paper, No. 01/ Feb-2014 Ivancevich, John. 2007. Perilaku & Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga Tilaar, Martha dan Wulan Tillar Widiarto (2003), “ Leadership Quotient : Perempuan Pemimpin Indonesia “. Grasindo, Jakarta. Burke, Sarah and Collins, K.M., (2001), “Gender 5 Differences in Leadership Stless and Management Skills”, Women in Management Review. Vol. 17 No. 5 pp. 197- 206. Bhasin, Kamla dan Nighat Said Khan, 1994. Persoalan Pokok Mengenai Feminisme dan Relevansinya, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Hedge, JW, Borman, WC, & Lammlein, SE (2006). The aging workforce: Realities, myths, and implications for organizations. Washington, DC: Asosiasi Psikologi Amerika.