Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Tugas individu kurikulum pai smp 1999
1. MAKALAH
“Karakteristik dan Ruang Lingkup Kurikulum PAI SMP Tahun 1999”
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu : Dr. H. Muhlisin M.Ag
Disusun oleh
Lia Dwi Tresnani 2021214412
Kelas L
TARBIYAH PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PEKALONGAN
2016
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pendidikan secara ilmiah adalah kedewasaan, sebab potensi manusia yang secara
alamiah adalah pertumbuhan menuju kedewasaan dan kematangan. Kedewasaan yang
dibutuhkan tidak hanya kedewasaan jasmani, tetapi juga moral dan rohani. Pendidikan
merupakan salah satu aspek kehidupan manusia. Pendidikan ibarat sebuah bangunan
memerlukan fondasi untuk menopang seluruh yang ada di atasnya. Fondasi pendidikan
adalah kurikulum. Di Indonesia sejak masa kemerdekaan sudah banyak sekali berganti-ganti
kurikulum, sampai salah satunya yakni kurikulum 1999 yang merupakan penyempurna dari
kurikulum 1994 yang dianggap gagal. Kurikulum 1994 yang memuat banyak mata pelajaran
dianggap tidak relevan untuk semua jenjang pendidikan termasuk SMP karena menambah
beban siswa dalam belajar tetapi tidak ada hasil yang nyata. Mata pelajaran PAI menjadi
salah satu mata pelajaran yang penting dan diperhitungkan karena merupakan mata pelajaran
yang membentuk siswa untuk beriman dan bermoral. Seperti namanya, suplemen diberikan
kepada tubuh yang sakit maka tubuh tersebut akan kembali sehat. Maka begitupun pada
penyempurnaan kurikulum 1994 menjadi kurikulum suplemen 1999. Diharapkan bisa
memperbaiki fondasi pendidikan di Indonesia pada masa itu.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang penulis paparkan diatas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian kurikulum ?
2. Bagaimana ciri-ciri kurikulum PAI ?
3. Apa sasaran pendidikan sekolah menengah pertama ?
4. Bagaimana posisi kurikulum Pendidikan Agama Islam di Indonesia ?
5. Bagaimana keadaan PAI di sekolah antara masa orde baru hingga reformasi ?
6. Apa yang melatarbelakangi lahirnya kurikulum suplemen 1999 ?
7. Bagaimana karakteristik kurikulum PAI SMP tahun 1999 ?
8. Apa saja ruang lingkup kurikulum PAI SMP tahun 1999
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin, yakni “Curriculate”,
artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari, dari satu tempat ke tempat lainnya
dan akhirnya mencapai finish.1 Kemudian pengertian tersebut diterapkan dalam dunia
pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dari awal
sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh ijazah.2 Dalam bukunya Burhan
Nurgiyantoro mengungkapkan yaitu bahwa kurikulum berurusan dengan perencanaan
aktivitas siswa. Perencanaan itu biasanya dihubungkan dengan kegiatan belajar mengajar
yang dimaksudkan untuk mencapai sejumlah tujuan.3 Sedangkan Zainal Abidin
mengemukakan dalam penelitiannya yang berjudul “Studi analitik terhadap penerapan
GBPP kurikulum 1994” yang dilaksanakan pada tahun 1997/1998 adalah kurikulum
dipandang sebagai sejumlah mata pelajaran tertentu yang harus ditempuh atau sejumlah ilmu
pengetahuan yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah.4
Kurikulum suatu negara menggambarkan falsafah hidup bangsa di negara tersebut. Ke
arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa itu di masa depan akan ditentukan oleh
kurikulum yang sedang berlaku. Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil
pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari
dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang
tidak dapat diketahui dengan segera atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu program
pendidikan. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang
sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan
zaman yang senantiasa cenderung berubah.
B. Ciri-Ciri Kurikulum PAI
Menurut Al-Syaibani yang dikutip oleh Tafsir, bahwa kurikulum pendidikan Islam
seharusnya mempunyai cirri-ciri sebagai berikut.
1. Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan akhlak.
2. Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan menyeluruh aspek
pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal, dan rohani manusia.
3. Kurikulum pendidikan Islam mmperhatikan juga seni hakus, yaitu ukir, pahat, tulis
indah, gambar, dan sejenisnya.
1 Oemar Hamalik, Kurikulumdan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hlm. 16.
2 Asep Herry Hernawan, Pengembangan Kurikulumdan Pembelajaran,cet ke-19(Tangerang: Universitas
Terbuka, 2013), hlm. 1.3.
3 Burhan Nurgiantoro, Dasar-dasar Pengembangan KurikulumSekolah,(Yogyakarta: BPFE, 1988), hlm.
2.
4 Zainal Abidin, Laporan Penelitian : Studi Analitik Terhadap Penerapan GBPP Kurikulum 1994 Mata
Pelajaran Hadits Kelas I Madrasah Aliyah (Studi Kasus Di MAN Yogyakarta I), Yogyakarta : Puslit IAIN Sunan
Kalijaga, 1997), hlm. 41.
4. 4. Kurikulum pendidikan Islam harus mempertimbangkan perbedaan-perbedaan
kebudayaan yang sering terdapat di tengah manusia karena perbedaan tempat dan juga
perbedaan zaman.5
Armani Arief menjelaskan tentang ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam sebagai
berikut.
1. Agama dan akhlak sebagai tujuan utama yang didasarkan kepada al-Qur’an dan As-
Sunah.
2. Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek pribadi siswa
dari segi intelektual, psikologi, social, dan spiritual.
3. Adanya keseimbangan antara kandungan kurikuum dan pengalaman serta kegiatan
pengajaran.
Berdasarkan ciri kurikulum pendidikan di atas, maka tidak dapat dipungkiri
bahwa kurikulum ini sangat menonjolkan akhlak pribadi muslim yang tinggi. Serta
dengan kurikulum ini dapat membangun masyarakat muslim di lingkungan sekolah,
keluarga, masyarakat. Sehingga dapat di wujudkan perilaku Islami, diantaranya berbudi
pekerti luhur, baik terhadap Tuhan, terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain
maupun dalam hubungan social mereka.6
C. Sasaran Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
Sekolah menengah jenjang SMP/MTs merupakan satuan-satuan pendidikan yang
berfungsi mempersiapkan lulusannya dalam mencapai beberapa sasaran.
Sasaran pertama adalah lanjutan studi. Sebagai program pendidikan umum, SMP
mempersiapkan lulusannya untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan menengah atas.
Untuk itu para siswa SMP/MTs harus di bekali dengan pengetahuan dan kecakapan-
kecakapan akademis yang mendasari pengetahuan dan kecakapan akademis.
Sasaran kedua, pengembangan kepribadian siswa. SMP/MTs mempunyai fungsi dan
tanggung jawab dalam pengembangan kepribadian siswa yang mengarah pada
terbentuknyapribadi yang sehat, bermoral, dan mandiri, serta mampu memenui dan
mengurus kebutuhan dirinya, dan mengembangkan potensi juga kekuatannya.
Sasaran ketiga, pengembangan siswa sebagai warga masyarakat/negara.7 Para siswa
lulusan SMP selain memiliki pribadi yang sehat, mandri, dan mampu melanjutkan tudi ke
jenjang yang lebih tinggi, mereka diharapkan menjadi warga masyarakat/Negara yang
bertanggung jawab,mampu bekerja sama dan hidup damai sesama warga yang lain.
D. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Indonesia
Disebabkan di Indonesia terjadi dualisme penyelenggaraan pendidikan yaitu
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menyelenggarakan pendidikan nasional dan
5 Nik Haryati, Pengembangan KurikulumPendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 5.
6 Ibid., hlm. 6.
7 Nana Syaodih Sukmadinata dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah(Konsep,Prinsip,
dan Instrumen), cet ke-2(Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 18.
5. Kementerian Agama yang menyelenggarakan pendidikan madrasah dan pesantren , baik
secara pembiayaan maupun kualitas sepertinya masih terjadi perbedaan yang cukup
signifikan.8 Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri bahwa peran pendidikan Islam untuk ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia adalah sangat penting, karena ia merupakan aset
bangsa yang semestinya harus dipelihara.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.9
Setelah Indonesia merdeka, secara perlahan dan pasti, posisi PAI di sekolah umum mulai
menguat, dari sebelumnya sebagai mata pelajaran pelengkap, tidak wajib, dan tidak
menentukan kenaikan kelas, menjadi mata pelajaran inti di setiap jenjang pendidikan.
Meskipun posisi PAI di sekolah umum cukup kuat, tidak berarti lepas dari masalah,
terutama dalam tataran aplikasi.
E. PAI di Sekolah antara Masa Orde Baru dengan Reformasi
Tujuan Pendidikan Nasional diarahkan untuk “Membentuk manusia Pancasila sejati
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh Pembukaan dan isi Undang-
Undang Dasar 1945.”10 Perhatian bangsa Indonesia akan pentingnya pendidikan agama juga
semakin meningkat. Dengan demikian rumusan Tap MPRS Nomor XXVII/MPRS/1966 (
Bab I Pasal 1) tentang pendidikan agama di sekolah berbunyi : “Pendidikan agama menjadi
mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas -
universitas negeri.” Perubahan sangat signifikan terhadap posisi pendidikan agama di
sekolah terjadi sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Melalui undang-undang ini pendidikan agama merupakan salah satu mata
pelajaran wajib di setiap jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Dan keberadaan pendidikan
agama merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan nasional.11
Kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah umum menurut Departemen
Agama (1999 : 33), memiliki ciri-ciri seperti : "(1) kemampuan siswa heterogen, (2)
waktu/jam pelajaran agama Islam terbatas, (3) minat siswa lebih besar pada mata pelajaran
lain, dan (4) sarana dan prasarana pendidikan agama Islam masih terbatas.12
Masa Reformasi ditandai dengan “kejatuhan” Soeharto pada bulan Mei 1998 setelah 32
tahun berkuasa (1966-1998). Di masa reformasi ini keberadaan pendidikan agama di sekolah
semakin tak tergoyahkan. Tap MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang GBHN mengamanatkan
8 H.M Hasbullah, Kebijakan Pendidikan dalamPerspektifTeori, Aplikasi,dan Kondisi ObjektifPendidikan
di Indonesia,cet ke-1(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 17.
9 Fuad Hasan, KurikulumPendidikan Dasar,Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Sekolah
lanjutan Tingkat Pertama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,(Jakarta: Sinar Grafika,1993),hlm. 20.
10 Sofyan Aman, Perkembangan Organisasi Perguruan Sekolah-Sekolah di Indonesia (Jakarta : Kurnia
Esa, 1980), hlm. 309-311.
11 Kosim, Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum(PerspektifSosio-Politik-Historis),(Pamekasan:
Jurnal STAIN Pamekasan, 2006), hlm. 132.
12 Ibid., hlm. 134.
6. agar “Meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem pendidikan
agama sehingga lebih terpadu dan integral dengan sistem pendidikan nasional dengan
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai”13 Dengan landasan agama ini,
kurikulum diharapkan dapat menolong siswa untuk teguh terhadap ajaran agama,
berakhlak mulia dan melengkapinya dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan di
akhirat.14
F. Latar Belakang Lahirnya Kurikulum Suplemen 1999
Semua orang menyadari bahwasanya kurikulum memang menempati posisi sangat
strategis dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan kedudukan yang sangat penting itu,
kurikulum menentukan komponen-komponen pendidikan yang lain mulai dari sarana dan
prasarana, guru, buku, manajemen, alat-alat pendidikan, proses belajar sampai pada sistem
evaluasinya.
Persoalan kurikulum 1994 yang mestinya diarahkan untuk menghasilkan SDM
berkualitas itu terlalu banyak mengandung kelemahan. Berdasarkan hasil kajian dan
evaluasi, Indra Djati menemukan sederetan kelemahan. Pertama, materinya terlalu padat
sehingga jam pelajarannya seabrek. Akibatnya anak-anak menjadi jenuh dan kurang
memiliki waktu yang cukup untuk berolahraga, berorganisasi, bahkan bergaul dengan
keluarganya.
Kedua, proses pembelajarannya lebih berorientasi pada materi atau guru, dan
berlangsung satu arah, siswa bersikap pasif dalam kegiatan pembelajaran karena hanya
mendengarkan apa yang disampaikan guru. Ketiga, kurikulum 1994 sarat dengan
penyeragaman, sehingga kurang bisaq menyerapaspirasi lokal dan kurang berbasis pada
masyarakat. Keempat, kurikulum 1994 lebih menekankan pada aspek kognitif, sampai pada
ujian mata pelajaran olahragapun menggunakan multiple choice.
Kelima, kurikulum 1994 bersifat kaku karena semua sudah diatur dalam garis-garis
besar program pengajaran(GBPP). Nyaris tidak ada ruang bagi guru untuk melakukan
improvisasi dalam kegiatan pembelajaran. Keenam, kurikulum 1994 mempunyai harapan
terlalu tinggi tetapi tidak mempunyai arah pencapaian yang jelas. Padahal, kurikulum
mestinya diarahkan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas, bermoral, dan punya
integritas, dalam rangka mengejar ketertinggalan kita dari bangsa-bangsa lain.
Menurut Indra Djati, Kurikulum 1994 menjadi seperti itu karena para pakar dari
berbagai bidang saat itu berebutan agar ilmu yang mereka geluti diajarkan di sekolah.
Akibatnya, kurikulum 1994 tak ubahnya seperti keranjang sampah, segala macam bisa
masuk. Materinya padat, jam pelajarannya banyak sampai dengan 42 jam untuk tingkat SMP
dan SMA, tetapi tak jelas apa maunya. Murid dan guru seperti robot. Mereka kelelahan
13 Undang-Undang Nomor 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000 -2004
(Jakarta : Sinar Grafika, 2003), hlm. 164.
14 Maya Yuningsih, Konsep KurikulumPendidikan IslamMenurut Hasan Langgulung,(Tangerang:
Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2010), hlm. 18.
7. karena harus dipaksa menelan sampai habis materi kurikulum yang banyak itu. Belum lagi
masih ditambah pekerjaan rumah dan les.15
Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini
mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu
upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994. Dalam Suplemen
bahan ajar sejarah kurikulum Indonesia menyebutkan bahwasanya penyempurnaan tersebut
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu : (a)
Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan
masyarakat. (b) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang
tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan
lingkungan serta sarana pendukungnya. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk
memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa. Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek
terkait, seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku
pelajaran. Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikan
dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang
tersedia di sekolah. Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan
jangka panjang.
G. Karakteristik Kurikulum PAI SMP tahun 1999
Suplemen 1999 merupakan penyempurnaan dari kurukulum 1994. Penyempurnaan
kurikulum itu penting untuk mewadahi perkembangan dan kemajuan masyarakat dalam
hubungannya dengan sains dan teKnologi.16 Pengembangan dalam rangka
penyempurnaan kurikulum termasuk kurikulum pendidikan terbitan Departemen Agama
1994 untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama merupakan proses kegiatan yang
seyogyanya terus menerus dilakukan sekitar setiap lima tahun atau setiap munculnya
kebutuhan baru yang menuntut adanya penyempurnaan pendidikan. Menurut Suparlan
yang dikutip oleh Muhibin Syah dalam penelitiannya yang berjudul “Kesenjangan antara
buku pelajaran Agama dengan kemajuan masa kini” yang dilaksanakan pada tahun 2000,
mengungkapkan sekurang-kurangnya ada dua macam arti penting yang terkandung dalam
upaya penyempurnaan kurikulum sebagaimana yang terurai berikut ini.
Pertama, Penyempurnaan kurikulum itu penting untuk mewadahi perkembangan dan
kemajuan masyarakat dalam hubungannya dengan sains dan teknologi. Perkembangan sains
15 Saiful Anam, Indra Djati Sidi dari ITB Untuk Pembaruan Pendidikan,cet ke-1(Jakarta: Penerbit Teraju,
2005), hlm. 230-231.
16 Akademisi UIN Walisongo, Relevansi antara buku teks Pendidikan Agama Islam Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (Kelas 2) dengan kurikulumPendidikan Agama Islam Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
suplemen GBPP 1999,(Semarang: Skripsi UIN Walisongo, 2010),hlm.8.
8. dan teknologi ini tentu saja harus seiring dengan upaya pengembangan/penyenpurnaan
kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan kurikulumlah yang harus mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan sebaliknya. Alasannya, hampir
mustahil sebuah kurikulum mampu mendikte perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Kedua, penyempurnaan kurikulum itu dapat berarti merampingkan kurikulum
dimaksudkan untuk mengurangi beban belajar peserta didik yang sebelumnya terlampau
berat.17
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya karakteristik kurikulum
pendidikan agama Islam SMP tahun 1999 adalah menyesuaikan materi pelajaran. Dalam
artian mengurangi materi-materi pelajaran yang sekiranya tidak sesuai tetapi materi tersebut
tidak dihapuskan melainkan hanya dipelajari bukan wajib dipelajari. Di sini dapat diartikan
sebagai pengurangan beban siswa dalam belajar seperti sudah dijabarkan di atas mengenai
kekurangan-kekurangan dari kurikulum 1994.
H. Ruang Lingkup Kurikulum PAI SMP tahun 1999
Sebagaimana dikutip dari penelitian akademisi UIN Walisongo terkait relevansi antara
buku teks Pendidikan Agama Islam Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama didapatkan
bahwasanya ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara :
1. Hubungan manusia dengan Allah.
2. Hubungan manusia dengan sesama manusia.
3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
4. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.18
Adapun ruang lingkup materi kurikulum 1994 Suplemen 1999 kelas 2 SMP adalah
sebagai berikut.
1. Aspek Keimanan
a. Iman kepada Rasul Allah (2 jam)
- Pengertian iman kepada Nabi dan rasul
- Tugas Nabi dan rasul
b. Iman kepada Nabi Muhammad SAW (2jam)
- Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul akhir zaman
- Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa agama Islam
c. Iman kepada hari kiamat (4 jam)
- Pengertian iman kepada hari Kiamat
- Peristiwa sesudah hari Kiamat
- Fungsi iman kepada Kiamat
17 Ibid.,hlm.28
18 Ibid., hlm.22.
9. - Balasan baik dan buruk
2. Aspek Ibadah
a. Zikir dan doa (4 jam)
- Tata cara berzikir dan berdoa
- Berdoa untuk diri sendiri
- Berdoa untuk orang lain
b. Shalat Sunat (4 jam)
- Shalat Rawatib
- Shalat Tarawih
- Shalat Witir
- Shalat Tahajud
c. Shalat Jamak dan Qasar (4 jam)
- Shalat Jamak
- Shalat Qasar
- Shalat Jamak dan Qasar
d. Puasa (6 jam)
- Puasa wajib
- Puasa Sunat
- Waktu-waktu yang diharamkan puasa
- Orang yang dibolehkan berbuka puasa
- Hikmat puasa
e. Penyembelihan Hewan (2 jam)
- Ketentuan penyembelihan hewan
- Penyembelihan hewan secara tradisional dan mekanik
f. Udhiyah (4 jam)
- Kurban
- Aqiqah
g. Infak (4 jam)
- Wakaf
- Hadiah
- Hibah
3. Aspek Al-Qur’an
a. Al-Qur’an Surat Ali Imran : 103 dan 105 dan Surat Al-Hujarat 10 dan 13 (8 jam)
- Surat Ali Imran : 103 dan 105 tentang persatuan.
- Surat Al-Hujarat : 10 dan 13 tentang persaudaraan.
b. Al-Quran Surat Al-Mujadalah :11 dan Surat Yunus : 5 dan 6 (6 jam)
- Surat Mujadalah : 11 tentang ilmu pengetahuan.
- Surat Yunus : 5 dan 6 tentang ilmu fisika.
10. 4. Aspek Akhlak
a. Penyakit hati (6 jam)
- Iri hati
- Dengki
- Hasud
- Fitnah
- Buruk sangka
- Khianat
b. Tuntutan Islam tentang hak dan kewajiban warga negara (4 jam)
- Tuntutan Islam dalam membangun negara
- Tuntutan Islam dalam membela negara
5. Aspek Muamalah dan Syariah
a. Sewa menyewa (2 jam)
- Ajaran Islam tentang sewa menyewa
- Bentuk sewa menyewa dalam kehidupan modern
6. Aspek Tarikh
a. Khulafaurrasyidin (4 jam)
- Abu Bakar As-Siddik
- Umar bin Khattab
- Usman bin Affan
- Ali bin Thalib
b. Penyebaran Islam setelah Khulafaurrasyidin (2 jam)
- Masa Umayah
- Masa Abbasiyyah
- Islam di Andalusia
11. BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Kurikulum suplemen 1999 muncul dikarenakan adanya kegagalan pada kurikulum 1994.
Kurikulum 1994 dianggap gagal karena menghadirkan beban pelajaran yang berat untuk para
siswa dan jam mata pelajaran yang padat. Seiring dengan jatuhnya rezim orde baru, diikuti
kehadiran suplemen 1999. Dari namanya suplemen, berarti dalam pembuatannya diharapkan
akan dapat memperbaiki atau menyembuhkan keadaan pendidikan nasional pada kala itu. Tetapi
tidak banyak juga yang diubah dalam suplemen 1999 ini, alias hanya menambal pada sejumlah
materi pelajaran. Alhasil tidak menimbulkan pengaruh perubahan yang besar terhadap keadaan
pendidikan pada kala itu. Pendidikan agama Islam yang menempati posisi penting dalam
pendidikan nasional pastinya ikut terpengaruhi dengan perubahan kerikulum ini. Pendidikan
agama Islam yang diharapkan bisa memupuk keimanan dan moral pelajar terkhusus pelajar SMP
dalam makalah ini. Karena perubahannya hanya menambal sejumlah materi saja, maka seperti
itu juga yang terjadi pada kurikulum PAI pada masa ini hanya terfokus pada mata pelajaran alias
tingkat kognitif siswa. Belum ada perubahan yang jauh ke tingkat afektif apalagi psikomotorik.
Padahal pada pelajaran PAI diharapkan mengubah perilaku peserta didik menjadi lebih bermoral.
Tetapi bila penekanannya hanya sebatas kognitif saja, kita tidak bisa berharap banyak pada
keadaan moral peserta didik pada kala itu. Julukan penyempurna kurikulum 1994, belum bisa
dikatakan sempurna. Ataupun julukan suplemen pada kurikulum 1999 belum dapat menjadi
suplemen yang menyembuhkan. Bila kita cermati, kurikulum ini muncul ketika rezim orde baru
jatuh. Sehingga ada kemungkinan kalau kurikulum ini hanya ulah kaki tangan birokrasi. Tapi
semoga saja tidak, ini hanya pandangan sekilas penulis saja.
12. Daftar Pustaka
Abidin, Zainal.1997. Laporan Penelitian : Studi Analitik Terhadap Penerapan GBPP Kurikulum
1994 Mata Pelajaran Hadits Kelas I Madrasah Aliyah (Studi Kasus Di MAN Yogyakarta I),
Yogyakarta : Puslit IAIN Sunan Kalijaga.
Akademisi UIN Walisongo.2010. Relevansi antara buku teks Pendidikan Agama Islam Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (Kelas 2) dengan kurikulum Pendidikan Agama Islam Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama suplemen GBPP 1999.Semarang: Skripsi UIN Walisongo.
Aman, Sofyan.1980.Perkembangan Organisasi Perguruan Sekolah-Sekolah di Indonesia.Jakarta
: Kurnia Esa.
Anam, Saiful.2005. Indra Djati Sidi dari ITB Untuk Pembaruan Pendidikan.Jakarta: Penerbit
Teraju.
Hamalik, Oemar.1999. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara.
Haryati, Nik.2011. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.Bandung: Alfabeta.
Hasan, Fuad.1993. Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-garis Besar Program Pembelajaran
(GBPP) Sekolah lanjutan Tingkat Pertama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta:
Sinar Grafika.
Hasbullah, H.M.2015. Kebijakan Pendidikan dalam Perspektif Teori, Aplikasi,dan Kondisi
Objektif Pendidikan di Indonesia.Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Hernawan, Asep Herry. 2013 Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.Tangerang:
Universitas Terbuka.
Kosim.2006.Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Umum(Perspektif Sosio-Politik-
Historis).Pamekasan: Jurnal STAIN Pamekasan.
Nurgiantoro, Burhan. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah.Yogyakarta: BPFE.
Undang-Undang Pembangunan Nasional.2003.Undang-Undang Nomor 25/2000 tentang
Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004.Jakarta : Sinar Grafika.
Sukmadinata, Nana Syaodih dkk. 2008. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah(Konsep, Prinsip, dan Instrumen).Bandung: Refika Aditama.
Yuningsih, Maya.2010.Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Hasan
Langgulung.Tangerang: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.