2. Latar Belakang
Sekolah
Formal
IPTEK & industri
Kondisi Geografis
Tranformasi sosio-budaya
Masyarakat
3. Pengertian kurikulum
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa
latin “currere” yang digunakan untuk memberi
nama lapangan perlombaan lari.
Lap Lomba Lari
Garis start
Garis lintasan
Garis finish
4. Tyler (1949) mengartikan kurikulum
bertolak dari 4 pertanyaan:
1. Apa yang harus dicapai oleh sekolah
2. Pengalaman-pengalaman belajar seperti
apa yang harus dapat dilaksanakan guru
mencapai tujuan yang dimaksud
3. Bagaimana pengalaman belajar
diorganisasikan secara efektif
4. Bagaimana cara menentukan bahwa
tujuan pendidikan telah dapat tercapai
5. UU No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
Bab X pasal 36 ayat:
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah, dan peserta didik
6. Fungsi kurikulum bagi peserta didik
Memperoleh berbagai pengalaman yang dapat
dikembangkan seirama dengan perkembangan
anak, agar dapat memenuhi bekal hidupnya kelak
Fungsi kurikulum bagi Pendidik
1. Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan
mengorganisir pengalaman belajar pada anak didik
2. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi
terhadap perkembangan anak didik dalam rangka
menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan
7. Fungsi kurikulum bagi Kepala Sekolah/ Pembina
Sekolah
1. Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi
supervisi yakni memperbaiki dan menciptakan
situasi belajar
2. Sebagai pedoman dalam memberikan kewenangan
kepada guru atau pendidik agar dapat
memperbaiki situasi belajar
3. Sebagai pedoman untuk mengembangkan
kurikulum pada masa datang
4. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi atas
kemajuan pembelajaran
8. Fungsi Kurikulum Bagi Orang Tua
Agar orang tua dapat berpastisipasi membantu usaha sekolah
dalam mencapai kemajuan belajar putra-putrinya
Fungsi Kurikulum bagi sekolah tingkat diatasnya
1. Pemelihara keseimbangan proses pendidikan.
2. Penyiapan tenaga baru
Fungsi Kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan
1. Ikut memberikan kontribusi,dalam memperlancar program
pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak
orangtua dan masyarakat
2. Melakukan evaluasi yang konstruktif demi penyempurnaan
program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi dengan
kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja.
9. Kedudukan kurikulum dalam sistem pendidikan
Rencana Kegiatan Kegiatan Evaluasi
Kurikulum merupakan program yang didesain,
direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan dalam
situasi pembelajaran yang sengaja diciptakan oleh
sekolah
Kedudukan kurikulum sebagai pedoman atau pegangan
suatu program pendidikan yang direncanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu sesuai kubutuhan/
tuntuan kehidupan masyarakat
10. Kedudukan kurikulum dalam sistem pendidikan:
1. Konstruk yang dibangun untuk mentransfer apa
yang sudah terjadi di masa lalu pada generasi
berikutnya untuk dilestarikan, dikembangkan dan
diteruskan.
2. Sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai
masalah sosial yang terkait dengan pendidikan
3. Sebagai alat untuk membangun atau
mengembangkan kehidupan masa yang akan
datang yang didasarkan pada kehidupan masa lalu,
sekarang dan rencana pengembangan dan
pembangunan bangsa
11. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum
Ilmpementers Adapters
Peran Guru
Researchers Developers
13. a. Tahun 1952 – 1964 (subject curriculum)
Tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami
penyempurnaan, dan berganti nama menjadi
Rentjana Pelajaran Terurai
Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah
setiap pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari
Kurikulum yang disusun dan dikembangkan
berkategori kurikulum tradional (subject
curriculum)
14. Tujuan pendidikan dan pengajaran RI “ membentuk
manusia susila yang cakap dan warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air”
15. Isi kurikulum
Mata
Pelajaran
Bahasa Indonesia
Bahasa Daerah
Berhitung
Ilmu Alam
Ilmu Hayat
Ilmu Bumi
Sejarah
Sapta Usaha Tama
16. b. Tahun 1964 (correlated Curriculum)
Tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan
sistem kurikulum pendidikan, diberi nama dengan
Rentjana pendidikan 1964.
Ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada
program pancawardhana yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional, keprigelan dan jasmani.
Tujuan pendidikan “ membentuk manusia Pancasila dan
Manipol/Usdek yang bertanggung jawab atas
terselenggaranya masyarakat adil dan makmur, materiil,
spiritual
Pendidikan dilaksanakan dengan Sistem Panca Wardhana
(yang meliputi 5 aspek perkembangan)
17. Sistem Panca Wardhana
Emosional Artistik
(Rasa Keharuan)
Perkembangan
Moral
Keprigelan
Intelegensi Jasmaniah
Krida
(Bakat & Minat)
18. Kurikulum 1964 mengarahkan anak pada pembekalan
untuk ke dunia kerja, sehingga diketegorikan
correlated Curriculum
Semua mata pelajaran diberikan mulai kelas I, II, III
dengan jam pelajaran setiap minggu:
a. Kelas I & II, 26 jam pelajaran dan @ 30 menit
b. Kelas III & IV, 36 jam pelajaran dan @ 40 menit
c. SLTP dan SLTA 42 jam pelajaran, @ 40 menit
Dalam melaksanakan pengajaran guru mendapat
petunjuk dalam bagian mana harus mengaktifkan
peserta didik tetapi masih dalam bimbingan guru
19. c. Kurikulum Orde Baru (1968)
Kurikulum yang dikembangkan dipengaruhi oleh politik Orde
Baru
Landasan pendidikan berdasar falsafah Panca Sila:
a. Dasar pendidikan nasional, falsafah negara Panca Sila
(ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966 bab II pasal 2
b. Tujuan pendidikan nasional “ membentuk manusia
Pancasilais Sejati berdasar ketentuan-ketentuan seperti yang
dikehendaki oleh Pembukaan UUD 1945 dan Isi UUD 1945
(ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966 bab II pasal 3)
c. Isi pendidikan Nasional
- mempertinggi mental budi pekerti dan memperkuat
keyakinan agama
- Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
- Membina dan mengembangkan fisik yang kuat dan sehat
(ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966 bab II pasal 4)
20. Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari
kurikulum 1964.
Yaitu perubahan struktur pendidikan dari
pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus
Pembelajaran diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan serta pengembangan
fisik yang sehat dan kuat
21. d. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968
menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih
efisien dan efektif.
Metode materi dirinci pada Prosedur Pengembang-an
Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan
istilah satuan pelajaran.
Yaitu pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan intruksional
khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi.
22. e. Kurikulum 1984
Kurikulum ini juga sering disebut dengan kurikulum 1975
yang disempurnakan
Kurikulum 1984 menekankan proses skill approach atau
Pendekatan Keterampilan Proses, yang berorientasi pada
pencapai tujuan yang telah ditetapkan
Dalam proses pembelajaran siswa ditempatkan sebagai
subyek belajar
Model ini disebut dengan model Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA).
23. PKP adalah pembelajaran yang mengutamakan penerapan
berbagai keterampilan memproses perolehan dalam
pembelajaran
PKP menekankan agar peserta didik terlatih keterampilan
dasarnya untuk menghasilkan penemuan-penemuan berupa
fakta, konsep, prinsip, dan berbagai teori.
Mengamati
Mengklasifikasi
Mengukur
Menghitung /memprediksi
Mengkomunikasikan
24. f. Kurikulum 1994
Didisain dengan memadukan kurikulum 1975 dengan
kurikulum 1984.
Kurikulum 1994 sebagai penyempurnaan kurikulum 1984
dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu
pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester
ke sistem caturwulan.
Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam
satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi
kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi
pelajaran cukup banyak.
25. Ciri -ciri yang menonjol kurikulum 1994, diantaranya
sebagai berikut:
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan
sistem catur wulan.
2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi
pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada
materi pelajaran/isi).
3. Bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu
sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh
Indonesia.
4. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga
daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan
dan kebutuhan masyarakat sekitar.
26. Pendekatan kurikulum 1994 lebih mengutamakan
penguasaan materi (content oriented), sebanyak-banyak
oleh siswa.
Beberapa permasalahan, antaranya sebagai berikut:
1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya
mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi
setiap mata pelajaran
2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena
kurang relevan dengan tingkat perkembangan
berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang
terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
27. g. Kurikulum 2004
Kurikulum dikembangkan Berbasis Kompetensi (KBK).
KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan
sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum
sekolah
Kurikulum ini menitik beratkan pada pengembangan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan
standar performasi tertentu oleh peserta didik
KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik,
agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,
ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.
28. Karakteristik KBK antara lainsebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa
baik secara individual maupu klasikal
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes)
dan keberagaman
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga
sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur
edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil
belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.
29. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah
ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan,
yaitu:
1. Standar isi
2. Standar proses
3. Standar kompetensi lulusan
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan,
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
7. Standar penilaian pendidikan.
30. h. Kurikulum 2006 (KTSP)
Sebagai implementasi P P No 19 Tahun 2005, kurikulum tingkat
satuan pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan
Karakteristik KTSP:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman
3. Pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi
31. Perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun
2004 dengan KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa
sekolah diberi kewenangan penuh dalam menyusun
rencana pendidikannya dengan mengacu pada
standar-standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan,
visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban
belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan
silabusnya
32. Perbedaan mendasar dibandingkan dengan KBK tahun
2004 dengan KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa
sekolah diberi kewenangan penuh dalam menyusun
rencana pendidikannya dengan mengacu pada
standar-standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan,
visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban
belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan
silabusnya
33. Kurikulum 2013
Latar belakang:
Hasil kajian terhadap kurikulum yang berlaku
sebelumnya, yaitu (KTSP)
Mulyasa (2013: 5) bahwa terdapat lima permasalahan
utama dalam rencana strategi pendidikan nasional:
1. peningkatan mutu pendidikan,
2. peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan,
3. peningkatan relevansi pendidikan,
4. pemerataan layanan pendidikan dan
5. pendidikan karakter
34. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dan
berbasis karakter. Mulyasa (2013: 6) bahwa kurikulum 2013,
lebih menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada
tingkat pendidikan dasar yang akan menjadi pondasi bagi tingkat
berikutnya
Kompetensi menurut Mulyasa (2003: 37) merupakan perpaduan
dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Gunawan (2012: 3) bahwa karakter merupakan perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat
35. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan: hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, afektif dan berkontribusi
pada kehidupan: bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia
Implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter
dapat dintegrasikan dalam seluruh pembelajaran
pada setiap bidang studi yang terdapat dalam
kurikulum
36. Implementasi:
1. Kompetensi peserta didik dicapai melalui proses
pembelajaran
2. Karakter peserta didik, dibentuk:
a. melalui proses pembelajaran, dan
b. progran pendidikan yang dikembangkan oleh
satuan pendidikan
37. Implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat
dintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang
studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran
yang berkitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap
bidang studi perlu dikembangkan, dieksplesitkan, di-hubungkan
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian pendidikan nilai dan pembentukan karakter tidak
hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi juga menyentuk
internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan
mengarah pada pembentukkan budaya sekolah/madrasah,
yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktekan oleh semua
warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya. Budaya
sekolah/madrasah merupakan ciri khas , karakter atau watak,
dan citra sekolah/madrasah tersebut di mata masyarakat
luas”. (Mulyasa, 2013: 7)
38. Permasalahan Kurikulum
1. Kurikulum kurang bisa mengimbangan kecepatan
perkembangan IPTEK, pertumbuhan industri, sosial
budaya, dan kebutuhan manusia menyesuaikan diri
dengan lingkungan global
2. Kurikulum tidak searah dengan tuntutan potensi geografis
Indonesia: pertanian, kelautan dan industri pendukungnya
(kompas, 4 September 2012)
3. Tujuan yang dicapai oleh peserta didik kurang jelas
4. Banyak guru kurang memiliki kemampuan meng-implementasi
kurikulum dengan baik
5. Pelakasanaan penilian kurang sesuai dengan tuntutan
kurikulum (mengukur potensi peserta didik)
6. Motivasi kemandirian belajar peserta didik kurang
39. 8. Evaluasi hasil belajar (pelakasanaan penilian)
belum mengukur keberhasilan pembentukan
karakter dan kompetensi peserta didik secara
individual
9. Masih ada usaha sekolah tidak sportif dalam
membantu peserta didik mencapai prestasi yang
baik
10. Pembentukan karakter peserta didik belum
didukung oleh berbagai komponen pendidikan