Praktikum membuat biogas dari limbah daun kering menunjukkan proses pengolahan limbah organik dapat menghasilkan sumber energi terbarukan. Limbah daun dikumpulkan, dipotong, dihaluskan, dan direndam untuk memudahkan proses pembuatan biogas oleh mikroorganisme. Praktikum ini mendemonstrasikan potensi limbah organik sebagai sumber energi hijau.
1. Laporan Praktikum
Kesuburan Tanah dan Pemupukan
PENGELOLAAN LIMBAH
NAMA : ANDI TENRI IKA SARI
NIM : G111 14 503
KELAS : F
ASISTEN : IKA MUDRIKA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
2. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biogas didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik
(seperti, kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan daundaun)
difermentasikan atau mengalami proses metanisasi. Fermentasi bahan organik
dilakukan oleh bakteri anaerob. Proses metanisasi menghasilkan suatu gas yang
sebagian besar merupakan metan dan karbon dioksida. Dunia peternakan
merupakan salah satu penghasil biomassa yang berlimpah, antara lain limbah cair
(urin) dan padat (kotoran) serta penghasil gas metan yang cukup tinggi.
Bionergi merupakan sumber energi (bahan bakar) yang dihasilkan oleh
sumber daya hayati seperti tumbuh-tumbuhan, minyak nabati, dan limbah
peternakan dan pertanian. Jenis energi yang dihasilkan berupa energi dalam
bentuk gas (biogas), cair (biofuel), atau padat (biomass). Energi tersebut
selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan panas (kalor), gerak (mekanik),
dan listrik tergantung pada alat yang digunakan dan kebutuhan dari pengguna.
Dengan kekayaan dan keragaman sumber daya hayati yang ada di Indonesia,
pemanfaatan bioenergi merupakan pilhan yang tepat dalam rangka penyediaan
energi yang terbarukan, murah, dan ramah lingkungan.
Salah satu sumber energi terbarukan yang berasal dari sumber daya alam
hayati adalah biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian
bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi yang relatif kurang
oksigen (anaerob). Sumber bahan baku untuk menghasilkan biogas yang utama
adalah kotoran ternak sapi, kerbau, babi, kuda dan unggas, dapat juga berasal dari
sampah organik. Namun sampai saat ini pemanfaatan limbah kotoran ternak
sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk biogas ataupun bioarang sangat kurang
karena teknologi dan produk tersebut merupakan hal yang baru di masyarakat.
Padahal biogas merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan
terbarukan, dapat dibakar seperti gas elpiji (LPG) dan dapat dugunakan sebagai
sumber energi penggerak generator listrik.
3. Limbah daun kering merupakan limbah organik yang baik untuk digunakan
dalam pembuatan biogas. Selain karena mudahnya ditemukan daun kering yang
berguguran, juga karena mudahnya diuraikan daun kering oleh mikroorganisme.
Limbah daun kering sangat mudah untuk dihaluskan apabila telah direndam
didalam air sehingga hasil yang didapatkan akan menjadi bagus untuk proses
pembuatan biogas.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum mengenai
pembuatan biogas.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui proses
pembuatan biogas serta dapat mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-
sehari untuk pemanfaatan limbah yang dapat merugikan manusia.
4. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biogas
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan oleh proses
fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup
dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa
diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik
(padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak cocok
untuk sistem biogas sederhana. Di daerah yang banyak industri pemrosesan
makaan antara lain tahu, tempe, ikan, pindang atau brem bisa menyatukan saluran
limbahnya ke dalam sistem biogas, sehingga limbah industri tersebut tidak
mencemari lingkungan di sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah
industri tersebut berasal dari bahan organik yang homogeny (Haryati, 2006).
Bahan bakar biogas tidak menghasilkan asap merupakan suatu pengganti yang
unggul untuk menggantikan bahan bakar minyak atau gas alam. Gas ini dihasilkan
dalam proses yang disebut pencernaan anaerob, merupakan gas campuran metan
(CH4) , karbondioksida (CO2), dan sejumlah kecil nitrogen, amonia, sulfur
dioksida, hidrogen sulfida, dan hidrogen. Secara alami, gas ini terbentuk pada
limbah pembuangan air, tumpukan sampah, dasar danau atau rawaBiomassa yang
mengandung kadar air yang tinggi seperti kotoran hewan dan limbah pengolahan
pangan digunakan untuk bahan baku pembuatan biogas (Haryati, 2006).
Limbah peternakan merupakan salah satu sumber bahan yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas, sementara perkembangan atau
pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan karena
menumpuknya limbah peternakan. Di banyak negara berkembang kotoran ternak,
limbah pertanian, dan kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar. Hal inilah yang
dapat menjadi pusat perhatian karena emisi-emisi metan dan karbondioksida yang
menyebabkan efek rumah kaca dan dapat mempengaruhi proses-proses yang
terjadi pada perubahan iklim-iklim global (Haryati, 2006).
Jika dilihat dari segi pengolahan limbah, proses anaerob juga memberikan
beberapa keuntungan yaitu menurunkan nilai COD dan BOD, total solid, volatile
5. solid, nitrogen nitrat, dan nitrogen organik. Bakteri caliform dan patogen lainnya,
telur insek, parasit, bau juga dihilangkan atau menurun. Di daerah pedesaan yang
tidak terjangkau listrik, penggunaan biogas memungkinkan untuk belajar dan
melakukan kegiatan komunitas di malam hari (Haryati, 2006).
Menurut Haryati (2006), ada beberapa alasan lain mengapa biogas dapat
dimanfaatkan sebagai energi alternatif dan semakin mendapat perhatian yaitu :
1.Misalanya harga pada bahan-bahan bakar yang terus menerus meningkat.
2.Dalam rangka usaha untuk memperoleh bahan bakar lain yang dapat diperbarui.
3.Dapat diproduksi dalam skala kecil di tempat yang tidak terjangkau listrik.
4.Dapat diproduksi dalam kontruksi yang sederhana.
Menurut Haryati (2006), pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses
diantaranya yaitu:
1. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut
dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan
struktur bentuk polimer menjadi bentuk monomer.
2. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana)
yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri
pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana ini yaitu
asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas
karbondioksida, hidrogen dan amonia; serta.
3. Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas metan.
Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu mereduksi sulfat dan
komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen sulfide.
2.2 Biogas Dari Limbah Daun
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Di negara-negara berkembang
komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik, sebesar 60 – 70%, dan
sampah anorganik sebesar ± 30%. Sampah memiliki potensi untuk memberi
sumbangan terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca, peristiwa ini terjadi
pada penumpukan sampah tanpa diolah yang melepaskan gas metan/methane
6. (CH4). Manusia dalam setiap kegiatannya hampir selalu menghasilkan sampah.
Sampah memiliki daya dukung yang besar terhadap emisi gas rumah kaca yaitu
gas metan (CH4). Gas CH4 memiliki potensi merusak 20 kali lebih besar dari gas
CO2 terhadap pemanasan global (Sudarman, 2010).
Selain dimanfaatkan sebagai kompos, sampah organik dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar alternatif, seperti biogas dan briket. Sampah organik
memiliki dampak yang besar terhadap global warming. Dengan dijadikan bahan
bakar padat seperti briket, maka gas metan yang merupakan memiliki dampak
negatif terhadap global warming, maka pada saat terjadi pembakaran gas metan
(CH4) tersebut akan berubah menjadi gas CO2 dan energi panas yang dapat
dimanfaatkan sebagai pemanas untuk memasak ataupun kebutuhan skala industri.
Persamaan pembakaran: CxHy + O2 ⇌ CO2 + H2O + panas. Sehingga jika terjadi
pembakaran CH4, maka: CH4 + O2 ⇌ CO2 + H2O + panas. Pada hasil reaksi kimia
yang terjadi tersebut, mampu meminimalisasi terjadinya kontribusi terhadap
global warming, karena gas metan tersebut telah menjadi gas karbon dioksida dan
uap air serta menghasilkan energi panas yang dapat dimanfaatkan untuk kebtuhan
sehari-hari maupun kebutuhan industri (Sudarman, 2010).
Secara ilmiah, biogas yang dihasilkan dari sampah organik adalah gas yang
mudah terbakar (flammable). Gas ini dihasilkan dari proses fermentasi bahan-
bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi tanpa
udara). Umumnya, semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan
biogas. Tetapi hanya bahan organik homogen, baik padat maupun cair yang cocok
untuk sistem biogas sederhana. Bila sampah organik tersebut membusuk, akan
dihasilkan gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) (Anggraini, dkk. 2012).
Penggolongan limbah menjadi dua, yaitu limbah organik dan anorganik.
Limbah organik merupakan limbah terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan
dan hewan yang diambil dari alam. Atau dihasilkan dari kegiatan pertanian,
perikanan atau lainnya. Termasuk di dalamnya adalah limbah rumah tangga
seperti limbah dapur, sisasayuran, kulit buah, dan daun. Limbah anorganik adalah
limbah yang berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral dan
minyak bumi atau dari proses industry (Perdana, 2013).
7. III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin. Pada hari Sabtu, tanggal 8 dan 22 Oktober 2016 pukul
16.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu baskom, blender, gunting, dan timbangan. Adapun
bahan yang digunakan yaitu limbah daun kering dan air.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mengumpulkan daun-daun kering yang berguguran.
2. Menyeleksi daun dan membersihkan daun dari kotoran atau tanah yang
menempel pada permukaan daun serta ranting yang terdapat pada daun.
3. Menimbang daun yang telah diseleksi sebanyak 5 kg.
4. Memotong daun dengan gunting hingga berukuran lebih kecil.
5. Merendam daun dalam ember hingga lunak.
6. Menghaluskan daun menggunakan blender.
7. Mengumpulkan hasil blender limbah daun kedalam ember.
8. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar Keterangan
Daun disortir dan dibersihkan.
Daun dikumpulkan sebanyak 5 kg.
Daun kering dipotong
Daun kering dihaluskan.
Hasil blender dikumpulkan kedalam
baskom bersih.
9. 4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum pengelolaan limbah yang telah dilakukan, hasil yang
diatas dapat dilihat bahwa proses pengolahan limbah dimulai dengan
mengumpulkan daun kering lalu menyeleksi daun-daun tersebut dan
membersihkan daun dari ranting dan kotoran atau tanah yang menempel. Daun
yang telah diseleksi ditimbang dan dikumpulkan sebanyak 5 kg. Selanjutnya
disimpan kedalam baskom lalu isi dengan air. Blender daun sampai menjadi halus
lalu satukan semua hasil blender kedalam baskom. Simpan hasil blender untuk
kemudian nanti dilakukan pengenceran.
Pemisahan daun dari ranting dan cabang dilakukan agar limbah daun dapat
dengan mudah dihaluskan yang memudahkan penguraian oleh mikroorganisme
dalam pembuatan biogas. Hal ini didukung oleh Sudarman (2010), bahwa limbah
organik merupakan limbah yang mudah terurai yang mengandung unsur karbon
(C), kandungan unsur C dapat mempercepat proses penguraian oleh
mikroorganisme.
Selain dimanfaatkan sebagai biogas. Sampah organik memiliki dampak yang
besar terhadap global warming. Hal ini didukung oleh Sudarman (2010), bahwa
sampah organik dapat memberi sumbangan terhadap meningkatnya emisi gas
rumah kaca peristiwa ini terjadi pada penumpukan sampah tanpa diolah yang
melepaskan gas metan/methane (CH4). Manusia dalam setiap kegiatannya hampir
selalu menghasilkan sampah. Sampah memiliki daya dukung yang besar terhadap
emisi gas rumah kaca yaitu gas metan (CH4). Gas CH4 memiliki potensi merusak
20 kali lebih besar dari gas CO2 terhadap pemanasan global.
10. V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil praktikum yaitu limbah dari daun kering
sangat mudah didapatkan sehingga pembuatan biogas yang menggunakan limbah
daun kering jauh lebih terjangkau dan lebih ramah lingkungan. Proses pengolahan
limbah daun kering yang dilakukan juga lebih mudah karena daun kering lebih
mudah untuk dihancurkan dan dihaluskan menggunakan blender. Selain
dimanfaatkan sebagai biogas. Sampah organik seperti daun kering memiliki
dampak yang besar terhadap global warming.
11. DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Dkk. 2012. Pengaruh Jenis Sampah, Komposisi Masukan Dan Waktu
Tinggal Terhadap Komposisi Biogas Dari Sampah Organik. Jurnal Teknik
Kimia No. 1, Vol. 18, Januari 2012
Haryati, Tuti. 2006. Biogas: Limbah Peternakan Yang Menjadi Sumber Energi
Alternatif. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Wartazoa Vol. 16 No . 3 Th.
2006
Perdana. 2013. Pendayagunaan Limbah Serasah Di Universitas Muhammadiyah
Surakarta Menggunakan Dua Jenis Feses Untuk Produksi Biogas Skala
Laboratorium. Naskah Publikasi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Sudarman, 2010. Meminimalkan Daya Dukung Sampah Terhadap Pemanasan
Global. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Mesin, Universitas Negeri Semarang.