1. PRAKTIKUM UJI SEMEN - 2014| 3
BAB II
PENGUJIAN SEMEN
2.1 BERAT JENIS SEMEN
2.1.1.Dasar Teori
Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering
semen pada suhu kamar dengan berat isi kering air suling pada 4° C
yang isinya sama dengan isi semen.
2.1.2.Tujuan Pengujian
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat-sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland
serta pengaruhnya terhadap beton dengan benar. Serta dapat
menentukan nilai berat jenis semen (standar antara 3,05 - 3,25).
2.1.3.Alat dan Bahan
Alat:
a Tabung Le Chatelier
b Termometer
c Corong
d Tabung silinder
Bahann :
a. Semen Gresik
b. Minyak tanah
c. Air.
2.1.4.Prosedur Pengujian
a. Mengisisi tabung Le Chatelier dengan minyak tanah sampai
volume 0 (V1).
b. Memasukkan botol kedalam tabung silinder yang diisi air dengan
suhu konstan dalamwaktu yang cukup lama menghindari variasi
suhu botol lebih besar dari 0,2℃.
2. PRAKTIKUM UJI SEMEN - 2014| 4
c. Memasukkan thermometer pada tabung lee chatalier dan tabung
silinder untuk mengetahui suhu pada cairan pada masing-masing
tabung.
d. Setelah suhu kedua cairan sama, langkah selanjutnya memasukkan
benda uji, yaitu semen, sedikit demi sedikit ke dalam tabung,
usahakan jangan sampai adasemen yang menempel pada dinding
dalam tabung dan mengusahakan agar tidak terbentuk gelembung
dalam tabung lee chatalier.
e. Setelah semua benda uji dimasukkan, pasang thermometer dalam
tabung lee chatalier dan tabung silinder dan mengunggu suhunya
sama.
f. Jika suhu telah sama, mencatat suhu dan volume minyak tanah
(V2)
g. Mengulangi langkah kerja a – e.
2.1.5.Perhitungan
Berat Jenis Semen =
Berat Semen
(V2−V1)
Keterangan :
V1 = Pembacaan pertama pada skala botol
V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
(V2 – V1) = Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat
tertentu
2.2 KONSISTENSI NORMAL SEMEN
2.2.1 Dasar Teori
Konsistensi normal semen adalah suatu kondisi standar yang
menunjukkan kebasahan pasta. Konsistensi dinyatakan dengan
banyaknya air yang dibutuhkan suatu pasta semen dalam kondisi
plastis.
2.2.2 Tujuan Pengujian
Menentukan kadar air ideal untuk pasta semen kondisi plastis.
3. PRAKTIKUM UJI SEMEN - 2014| 5
2.2.3 Alat dan Bahan
Alat:
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang.
b. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml.
c. 1 set alat Vicat yang terdiri dari alat Vicat Stopwatch.
d. Sendok perata (spatula)
e. Alat pengaduk (mixer)
f. Sarung tangan karet
g. Air suling sebanyak 300 cm3
Bahan:
a. Semen
b. air
2.2.4 Prosedur Pelaksanaan
a. Menimbang semen sebanyak 300 gram
b. Menimbang air mulai 28% dari berat semen (wadah ditimbang
terlebih dahulu)
c. Mencampurkan semen dan air yang telah ditimbang, aduk dengan
mixer dalam ½ menit dengan kecepatan 1 (140rpm)
d. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu
bersihkan pasta yang menempel di pinggir mangkok
e. Lalu mesin pengaduk dijalankan kembali dengan kecepatan 280
rpm selama 1 menit.
f. Hasil adukan yang berupa pasta kemudian dibentuk seperti bola
dengan tangan yang menggunakan sarung tangan, kemudian
dilemparkan 6 kali dari satu tangan ke tangan yang lain dengan
jarak kira-kira 15 cm.
g. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian ditekankan ke
dalam cincin konik yang dipegang dengan tangan lain melalui
lobang besar, sehingga cincin konik penuh dengan pasta.
4. PRAKTIKUM UJI SEMEN - 2014| 6
h. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan dengan sendok perata
yang digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
i. Lalu letakkan pelat kaca pada lobang besar cincin konik,
kemudian dibalik, diratakan dan licinkan kelebihan pasta pada
lobang kecil cincin konik dengan sendok perata.
j. Letakkan cincin konik di bawah jarum besar Vicat, dan kontakkan
jarum tepat pada bagian tengah permukaan pasta.
k. Jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30
detik.
2.2.5 Perhitungan
Konsistensi = berat air : berat semen x 100 %
2.3 IKAT AWAL SEMEN
2.3.1 Dasar Teori
Semen jika dicampur dengan air akan membentuk bubur/pasta yang
secara bertahap akan menjadi kurang plastis, dan akhirnya menjadi
kaku/keras. Pada proses ini, tahap pertama dicapai ketika pasta semen
cukup kaku untuk menahan suatu tekanan. Waktu untuk mencapai
tahap ini disebut sebagai waktu pengikatan, waktu tersebut dihitung
sejak air dicampur dengan semen. Waktu dari pencampuran air dan
semen sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu
pengikatan awal, dan waktu sampai sampai mencapai pasta masa
yang keras disebut waktu pengikat akhir. Pengertian waktu
pengikatan awal adalah penting pada pekerjaan beton. Waktu
pengikatan awal yang cukup lama diperlukan untuk pekerjaan beton
yaitu waktu transportassi, penuangan, pemadatan dan perataan
permukaan
2.3.2 Tujuan Pengujian
Untuk menentukan waktu pengikatan semen dengan alat vicat dan
dapat menggunakan peralatan uji dengan terampil.
5. PRAKTIKUM UJI SEMEN - 2014| 7
2.3.3 Alat dan Bahan
Alat:
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang.
b. Gelas ukur isi 500ml atau 1000ml, dengan ketelitian 1(satu) ml
c. 1(satu) set alat Vicat yang dilengkapi dengan :
1. Batang/ jarum pada ujung plunyer berdiameter 17,5 ± 0,5 mm,
untuk menentukan konsistensi normal. Berat batang + plunyer
= 400 ± 0,5 gr.
2. Jarum Vicat dari baja tahan karat dengan diameter 2 ± 0,05 mm
3. Cincin konik dari kuningan sebagai cetakan dengan diameter
76 ± 0,5 mm, dan tinggi 40 ± 1 mm, dengan permukaan bagian
dalam harus rata dan licin.
4. Kaca datar, tebal 3 (tiga) mm.
5. Alat pemadat atau penumbuk, ukuran 13 x 25 x 120 mm.
d. Stopwatch.
e. Sendok perata (spatula).
f. Alat pengaduk.
g. Sarung Tangan Karet
h. Cawan
Bahan:
a Semen sebanyak 300 gram
b air.
2.3.4 Prosedur Pelaksanaan
a. Menimbang semen sebanyak 300 gram
b. Menimbang air → 28% berat semen
c. Mengaduk semen dan air dalam mixer dengan kecepatan 1
(±140rpm) selama 30 detik → aduk lagi selama 1 menit dengan
kecepatan 2 (±280rpm)
d. Mengambil adukan pasta → lemparkan dengan tangan 6 x ke kiri
– ke kanan
6. PRAKTIKUM UJI SEMEN - 2014| 8
e. Menempatkan dalam cincin konik yang dialasi kaca
f. Menyiapkan alat vicat dengan jarum berdiameter 1 mm . Setting
alat vicat posisi menunjukkan 0
g. Menjatuhkan jarum selama 30 detik lalu kunci → hitung
kedalaman jarum menembus pasta. Standart kedalaman : 9 ± 11
mm.
2.4 KEKEKALAN SEMEN
2.4.1 Dasar Teori
Kekekalan pasta semen atau disebut sebagai kemulusan pasta
semen adalah merupakan suatu ukuran dari kemampuan
pengembangan dari bahan-bahan campurannya dan kemampuan untuk
mempertahankan volumenya setelah mengikat.
Ketidakmulusan suatu pasta semen disebabkan oleh terlalu
banyaknya jumlah kapur bebas yang pembakarannya tidak sempurna,
serta magnesia yang terdapat dalam campuran tersebut. Kapur bebas
akan mengikat air dan kemudian menimbulkan gaya-gaya ekspansi
yang akhirnya timbul retakan-retakan pada permukaan pasta semen.
2.4.2 Tujuan Pengujian
Menentukan kekekalan semen dengan kue rebus dan mengetahui pas
atau tidak banyaknya kandungan kapur dalam semen
2.4.3 Alat dan Bahan
Alat:
a. Neraca, dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang.
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 ml
c. Kaca datar, tebal 3 mm dengan ukuran 15x15 cm.
d. Stopwatch. Sendok perata (spatula
e. Alat pengaduk.
f. Sarung tangan karet.
g. Air suling sebanyak 300 cm3
h. Cawan.
7. PRAKTIKUM UJI SEMEN - 2014| 9
i. Cerakan/ring
Bahan:
a. Semen sebanyak 650 gram
b. air.
2.4.4 Prosedur Pelaksanaan
a. Mengaduk semen dan air dengan mixer kecepatan 1 selama 30
detik, kemudian dengan kecepatan 2 selama 1 menit
b. Mencetak pasta ke dalam ring (sebanyak 4 buah) → dengan tinggi
13 mm , diameter dalam ring 12cm
c. Diamkan selama 24 jam
d. Masak dalam air selama 3 jam
e. Angkat, amati apa perubahannya.
2.5 KEHALUSAN SEMEN
2.5.1 Dasar Teori
Kehalusan semen merupakan suatu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen dengan air.
Kehalusan semen adalah perbandingan berat benda uji yang tertahan
di atas saringan nomor 100 dan 200 dengan berat benda uji semula.
Dengan semakin halus butiran semen, maka reaksi hidrasi semen akan
semakin cepat, karena hidrasi dimulai dari permukaan butir. Tujuan
metode ini adalah untuk mendapatkan nilai kehalusan dari semen.
Pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pengendalian mutu
semen.
2.5.2 Tujuan Pengujian
Untuk mengetahui kehalusan butiran semen dengan cara analisa.
Pengaruh kehalusan itu sendiri adalah semakin halus semen, makan
akan semakin cepat mengikat air dan semakin cepat pasta semen
setting
8. PRAKTIKUM UJI SEMEN - 2014| 10
2.5.3 Alat dan Bahan
Alat:
a. Ayakan: 0,15 mm; 0,075 mm;
b. pan;
Bahan:
a Semen Gresik.
2.5.4 Prosedur Pelaksanaan
a. Memasukkan benda uji semen ke dalam ayakan 0.15mm yang
terletak di atas ayakan 0,075mm dan dipasang PAN di bawahnya.
b. Saringan digoyangkan perlahan-lahan, sehingga bagian benda uji
yang tertahan kelihatan bebas dari partikel-partikel halus
(pekerjaan ini dilakukan antara 3 sampai 4 menit).
c. Kemudian saringan ditutup dan PAN dilepaskan, saringan diketok
perlahan-lahan dengan tangkai kuas sampai abu yang menempel
terlepas dari saringan.
d. Sisi bagian bawah saringan dibersihkan dengan kuas, PAN
dikosongkan dan dibersihkan dengan kain kemudian dipasang
kembali.
e. Kemudian saringan ditutup dengan hati-hati, bila ada partikel kasar
yang menempel pada tutup maka dikembalikan ke saringan.
f. Dilanjutkan penyaringan dengan menggoyang-goyangkan saringan
perlahan-lahan selama 9 menit.
g. Saringan ditutup, penyaringan dilanjutkan selama 1 menit dengan
cara menggerakkan saringan ke depan dan ke belakang dengan
posisi sedikit dimiringkan. Kecepatan gerakan kira-kira 150 kali
permenit, setiap 25 kali gerakan putar saringan kira-kira 60.
Pekerjaan ini dilakukan di atas kertas putih, bila ada partikel yang
keluar dari saringan atau PAN maka akan tertampung di atas
kertas, kembalikan ke dalam saringan. Pekerjaan dihentikan setelah
banda uji tidak lebih dari 0,05 gram lewat saringan dalam waktu
penyaringan selama 1 menit.
9. PRAKTIKUM UJI SEMEN - 2014| 11
h. Timbanglah Benda uji yang tertahan di atas masing-masing ayakan
0,15mm dan ayakan 0,075mm, kemudian menghitung dan
menyatakan dalam presentase berat terhadap benda uji semula.
2.5.5 Perhitungan
Kehalusan ( F ) = A / B x 100 %
Keterangan:
A = Berat Benda uji yang tertahan di atas masing-masing ayakan.
B = Berat Benda uji semula.
2.6 KUAT TEKAN MORTAR
2.6.1 Dasar Teori
Pasta semen sebagai bahan perekat pada beton harus memiliki
kekuatan yang memenuhi syarat, karena untuk beton struktural,
apabila kuat tekan semennya tidak memenuhi standard, maka mutu
betonnya juga tidak akan memenuhi syarat. Kekuatan pada semen
timbul karena reaksi anatara C3S dan C2S dengan air membentuk
Calsium Silikat Hidrat (C3S2H3) atau dalam semen disebut
Tobermorin, seperti terlihat pada reaksi dibawah ini :
2C3S + 6H »»» C3S2H3 + 3CH
2C2S + 4H »»» C3S2H3 + CH
2.6.2 Tujuan Pengujian
Untuk mengetahui kekuatan pengikatan semen dengan pengaruh
perawatan
2.6.3 Alat dan Bahan
Alat:
a. Cetakan mortal 10x10x10 cm
b. Meja leleh / meja getar + cetakan dan penumbuk
c. Mixer
10. PRAKTIKUM UJI SEMEN - 2014| 12
Bahan:
a. Semen 500gram
b. Pasir 1375gram
c. Air mulai 30% dari berat semen
2.6.4 Prosedur Pelaksanaan
a. Menimbang pasir, semen & air
b. Mencampurkan bahan dalam mixer dengan kecepatan 1 selama 30
detik ,kemudian dengan kecepatan 2 selama 1 menit.
c. Uji kelelehan campuran mortar dengan meja leleh seperti :
1. Masukkan adukan ke dalam cetakan dengan 2 lapis setiap
lapisan ditumbuk 20x dengan menggunakan alat penumbuk
besi
2. Melepaskan cetakan, mulai getarkan dengan mengetuk meja
leleh sebanyak 25x dalam 15 detik
3. Ukur penyebaran mortar 4x , dan penyebaran memenuhi
sebesar 100-115%
diameter awal mortar : 10 cm
penambahan diameter : 1,5 cm
diameter penyebaran : 10-11,5 cm
Jika penyebaran nilainya antara 10-11,5 cm , maka fas mortar
telah di dapat.
d. Cetak mortar dalam cetakan 10x10x10 cm dengan 3 lapis setiap
lapis ditumbuk 16x tumbukan
e. Diamkan selama 24jam
f. Lepaskan dari cetakan lalu rendam dalam air selama 7 hari.
2.6.5 Perhitungan
Kekuatan Tekan Mortar = P/A (kg/cm²)
Keterangan:
P = Beban maksimum (kg)
A = Luas permukaan benda uji (cm²)