1. Gaya Bahasa
dalam Laporan Tertulis
By : Kanaidi, SE., M.Si., cSAP
kanaidi963@gmail.com... HP.08122353284
2. Gaya Bahasa
• Gaya bahasa merupakan cara atau teknik untuk
menyampaikan sesuatu.
• Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat
penting dalam misi menyampaikan maksud
kepada orang lain baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan.
• Salah satu fungsi penggunaan gaya bahasa
yaitu untuk menjadikan pesan yang kita
sampaikan lebih mengena kepada penerima
pesan.
• Gaya bahasa yang digunakan akan memiliki
efek tertentu pada pendengar atau pembaca.
3. Apakah Fungsi Penggunaan
Gaya Bahasa?
• Bila dilihat dari fungsi bahasa, penggunaan gaya bahasa
termasuk ke dalam fungsi puitik, yaitu menjadikan pesan
lebih berbobot.
• Pemakaian gaya bahasa yang tepat (sesuai dengan waktu dan
penerima yang menjadi sasaran) dapat menarik perhatian
penerima.
• Sebaliknya, bila penggunaannya tidak tepat, maka penggunaan gaya
bahasa akan sia-sia belaka. Misalnya apabila dalam novel remaja masa kini
terdapat banyak gaya bahasa dari masa sebelum kemerdekaan, maka
pesan tidak sampai dan novel remaja itu tidak akan disukai pembacanya.
• Pemakaian gaya bahasa juga dapat menghidupkan apa yang
dikemukakan dalam teks, karena gaya bahasa dapat
mengemukakan gagasan yang penuh makna dengan singkat.
• Seringkali pemakaian gaya bahasa digunakan untuk
penekanan terhadap pesan yang diungkapkan. (Okke K.S.
6. 1. Gaya Bahasa Alusio
• merupakan pernyataan atau maksud yang
disampaikan secara berkias tetapi hanya
sebagian saja, karena umum dianggap sudah
mengetahui kelanjutan dan maksud yang
sebenarnya.
• Contoh : Sudah selayaknya dalam setiap usaha
kita harus selalu berakit-rakit ke hulu.
Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
7. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
2. Gaya Bahasa Antiklimaks
• merupakan suatu pernyataan yang disusun
secara berurutan dari yang paling tinggi, makin
menurun dan makin menurun dan makin
menurun sampai kepada yang makin rendah.
• Contoh : Jangankan seratus ribu, sepuluh ribu,
seribu bahkan seratus rupiah pun aku tak sudi
membeli barang haram itu.
8. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
3. Gaya Bahasa Antithesis
• merupakan pernyataan yang diungkapkan
dengan kata-kata yang saling bertentangan.
• Contoh : Tua muda, besar kecil, kaya miskin
mempunyai tanggung jawab yang sama di depan
Tuhan.
9. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
4. Gaya Bahasa Antonomasia
• merupakan keterangan suatu hal yang kemudian
dijadikan pengganti benda atau sesuatu yang
mempunyai keterangan tersebut.
• Contoh : Semoga Yang Maha Pengasih selalu
melindungi perjuangan kita. ( Yang Maha
Pengasih merupakan keterangan dari sifat Tuhan
yang digunakan sebagai pengganti kata Tuhan
dalam kalimat di atas.)
10. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
5. Gaya Bahasa Apofasis
• merupakan suatu cara menegaskan sesuatu tetapi
dengan cara yang seolah-olah menyangkalnya.
• Contoh : Saya tidak akan mengatakan dalam forum
ini, bahwa Saudaralah yang membocorkan rahasia
itu.
11. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
6. Gaya Bahasa Asindeton
• merupakan suatu cara mengemukakan beberapa
hal atau peristiwa secara berurutan dengan
tanpa menggunakan kata sambung.
• Contoh : matahari, bumi, bulan, bintang yang
berjuta-juta itu beredar dengan teratur menurut
garisnya sendiri-sendiri.
12. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
7. Gaya Bahasa Ellipsis
• merupakan suatu cara mengemukakan sesuatau
dengan menghilangkan suatu kata atau lebih,
tetapi yang dengan mudah dapat dilanjutkan
sendiri oleh pendengar atau pembacanya.
• Contoh : dari segi fisik, saya percaya Anda kuat;
badanmu sehat, tetapi psikis……. (setelah psikis
kalimat tersebut tidak dilanjutkan karena
memang setiap yang medengar kalimat tersebut
mesti sudah dapat memahami kelanjutan kalimat
tersebut yang berupa ketidakpercayaan).
13. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
8. Gaya Bahasa Epemisme
• disebut pula ungkapan penghalus ialah suatu
cara mengemukakan pikiran atau perasaan
dengan menggunakan kata-kata dengan arti yang
baik dengan maksud agar tidak menyinggung
perasaan orang.
• Epemisme dapat pula berupa ungkapan-
ungkapan penghalus untuk menggantikan kata-
kata yang dirasakan kurang sopan.
• Contoh : sejak ditinggal suaminya, ia agak kurang
waras.
14. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
9. Gaya Bahasa Enumerasi
• merupakan suatu cara mengemukakan suatu
peristiwa atau keadaan secara terpisah-pisah,
bagian demi bagian.
• Contoh : rakyat yang dicurigai mulai ditangkap,
penyiksaan terjadi di mana-mana, berbagai
larangan mulai dikeluarkan, termasuk larangan
bergerombol lebih dari tiga orang.
15. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
10. Gaya Bahasa Eponim
• merupakan suau cara melukiskan sesuatu dengan
mengambil sifat-sifat yang dimiliki oleh nama-
nama yang terkenal.
• Contoh : lihatlah, Srikandi-Srikandi kita sedang
berbaris dengan tegapnya.
(gadis yang pemberani)
16. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
11. Gaya Bahasa Hiperbola
• merupakan suatu cara untuk menyatakan
sesuatu denagn berlebih-lebihan.
• Contoh : keringatnya menganak sungai.
17. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
12. Gaya Bahasa Iuendo
• merupakan suatu cara menyindir dengan
mengecilkan kenyataan yang sebenarnya, atau
dengan kata lain menyindir dengan cara yang
tidak langsung.
• Contoh : tentu saja ia kaya, karena sedikit-sedikit
mau mengomersilkan jabatannya.
18. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
13. Gaya Bahasa Ironi
• merupakan suatu cara mnyindir dengan
mengatakan yang sebaliknya.
• Contoh : baru jam 08.00, mengapa kau sudah
bangun?
19. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
14. Gaya Bahasa Klimaks
• merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu,
idé atau keadaan dengan mengurutkan dari
tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih
tinggi.
• Contoh: jangankan seorang, dua orang, kalau
perlu seluruh kelas dapat datang ke rumahku.
20. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
15. Gaya Bahasa Koreksio
• merupakan suatu cara menarik perhatian
pendengar atau pembaca dengan mengatakan
sesuatu yang salah kemudian dibetulkan.
• Contoh : pada waktu itu saya di Surabaya; Oh
tidak, di Jakarta.
21. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
16. Gaya Bahasa Litotes
• merupakan cara mengemukakan sesuatu dengan
maksud merendahkan diri. Karena itu sesuatu
atau hal tersebut akan dinyatakan tidak sesuai
keadaan sebenarnya.
• Contoh : terimalah barang yang tak berharga ini
sebagai tanda mata.
22. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
17. Gaya Bahasa Metafora
• merupakan suatu cara mengatakan atau melukiskan
sesuatu dengan membandingkanya dengan sesuatu
yang lain. Dengan cara tersebut diharapkan
pendengar atau pembaca akan lebih dapat
menangkap maksud yang diharapkan penulis karena
benda yang dijadikan perbandingan tersebut sudah
diketahui benar baik wujud ataupun sifatnya oleh
pendengar/ pembacanya.
• Metafora biasa juga disebut perbandingan.
• Contoh :kapan saudara berjumpa dengan lintah
darat itu?
23. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
18. Gaya Bahasa Metonimia
• merupakan suatu cara mengemukakan sesuatu
maksud dengan menggantikan dengan sifat, atau
nama, atau sesuatu yang merupakan ciri khas
dari benda-benda tersebut.
• Contoh : kami akan berangkat dengan Garuda
pukul 07.30 WIB.
24. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
19. Gaya Bahasa Oksimorom
• merupakan suatu cara berbahasa dengan
menggunakan kata-kata yang berlawanan artinya
dalam frase yang sama. Dengan cara tersebut
biasanya kata yang dikandungnya menjadi lebih
keras atau lebih tegas.
• Contoh : agar dapat merasa bahagia orang harus
pernah menderita.
25. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
20. Gaya Bahasa Paradox
• merupakan suatu cara mengintensifkan maksud
dengan mengemukan dua hal yang bertentangan.
Sepintas lalu pernyataan tersebut tidak masuk
akal, tetapi dibalik pertentangan itulah terletak
intensitas makna yang diharapkan.
• Contoh : di tempat ramai begini, terasa hatiku
semakin sepi.
26. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
21. Gaya Bahasa Pararelisme
• merupakan suatu cara berbahasa dengan
menjajarkan beberapa kata atau frase yang
mempunyai makna sama atau hampir sama,
dengan cara demikian diharapkan maksud yang
terkandung di dalamnya menjadi semakin jelas.
• Contoh : baik orang berpangkat maupun rakyat
melarat semua harus dihukum kalau memang
bersalah.
27. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
22. Gaya Bahasa Personifikasi
• biasa disebut juga pengorangan, merupakan
suatu cara memperjelas maksud dengan
menjadikan benda-benda yang digambarkan
tersebut seperti manusia.
• Atau dengan kata lain suatu cara berbahasa
dengan menghidupkan benda-benda mati
dengan memberinya sifat-sifat seperti yang
dimiliki oleh manusia.
• Contoh : sebentar lagi matahari akan bangun dari
tempat peraduannya.
28. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
23. Gaya Bahasa Retoris
• merupakan suatu cara menarik perhatian
pendengar atau pembaca dengan mengajukan
pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban,
karena sebenarnya jawaban atas pertanyaan
tersebut sudah diketahuinya.
• Contoh : mungkinkah Tuhan akan
mengabulkan doamu , jika tanpa kau sertai
dengan usaha?
29. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
24. Gaya Bahasa Polisendeton
• merupakan cara berbahasa dengan
menggunakan beberapa kata sambung secara
berurutan dalam suatu kalimat.
• Contoh : ia yakin bahwa kedua orang tuanya dan
adik-adiknya dan kakak-kakaknya serta semua
familinya akan berdoa demi keberhasilan
usahanya.
30. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
25. Gaya Bahasa Pleonasme
• merupakan suatu cara memperjelas maksud
dengan cara menggunakan kata berlebih.
Biasanya dengan memberi keterangan di
belakang kata atau bagian, kalimat yang
diperjelas maksudnya tersebut.
• Contoh : benar, peristiwa itu kusaksikan dengan
mata kepalaku sendiri.
31. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
26. Gaya Bahasa Pretario (tautology)
• merupakan suatu cara menyatakan sesuatu
dengan menyembunyikan atau merahasiakan apa
yang ingin dinyatakan tersebut.
• Contoh : tidak perlu kau sebutkan namanya, aku
sudah tau siapa yang kau maksudkan.
32. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
27. Gaya Bahasa Prolepsis
• disebut pula antipasti, merupakan suatu cara
berbahasa dengan menggunakan kata tertentu
lebih dulu, sebelum peristiwa atau gagasan yang
sebenarnya terjadi.
• Contoh : Almarhum siang itu masih
berboncengan Honda dengan anak laki-lakinya.
33. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
28. Gaya Bahasa Repetisi
• merupakan suatu cara memperkuat makna atau
maksud dengan mengulang kata atau bagian
kalimat yang hendak dipertegas maksudnya
tersebut.
• Contoh : untuk mencapai cita-citamu itu, satu hal
jangan kau lupakan ialah belajar, belajar dan
sekali lagi belajar.
34. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
29. Gaya Bahasa Sarkasme
• merupakan suatu ejekan atau sindiran dengan
kata-kata yang kasar.
• Contoh : tuli kamu ya, dipanggil dari tadi tidak
datang-datang juga!
35. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
30. Gaya Bahasa Sinekdose
• merupakan suatu cara menyatakan sesuatu dengan
menyebutkan bagian-bagiannya saja, atau sebaliknya.
• Sinokse dibedakan menjadi dua, yaitu tutom pro parte
(menyatakan sebagian untuk keseluruhan) dan pars pro
toto (menyebutkan keseluruhan, tapi yang dimaksudkan
sebagian saja).
• Contoh :
Perang Dunia II berakhir pada tahun 1942 (totum pro parte)
Sudah lama saya tak melihat batang hidungnya (pars pro totot).
36. Ω Problem StatementΩ Mapping Ω Strategic Direction ►►► Conclusion
Kelompok gaya bahasa
Dapat dibedakan menjadi 5 (lima) kelompok, yaitu:
1) gaya bahasa perbandingan, meliputi: hiperbola, metonimia,
personifikasi, metafora, sinekdok, alusio, simile, asosiasi,
eufemisme, pars pro toto, epitet, eponim, dan hipalase;
2) gaya bahasa perulangan, meliputi: aliterasi, anafora,
anadiplosis, mesodiplosis, epanolipsis, dan epizeuksis;
3) gaya bahasa sindiran, meliputi: ironi, sinisme, innuendo,
sarkasme, satire, dan antifrasis;
4) gaya bahasa pertentangan, meliputi: paradoks, antitesis,
litotes, oksimoron, dan histeron prosteron;
5) gaya bahasa penegasan, meliputi: repetisi dan paralelisme.
(Kusumawati , 2010)