SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Download to read offline
10
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Problem Posing
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu hal terpenting yang perlu
diperhatikan guru untuk melakukan rancangan pembelajaran supaya
tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran dapat berjalan secara
maksimal. Arends (Rohman dan Amri, 2013: 26) menjelaskan bahwa
model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan yang akan
digunakan, di dalamnya terdapat tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan
dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran. Joyce (Trianto, 2010: 74)
menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran. Selanjutnya, Majid (2013: 13) menyatakan bahwa model
belajar mengajar adalah kerangka konseptual dan prosedur yang
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Isjoni (2011: 5) mengemukakan bahwa model pembelajaran dari
waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Dalam perubahan
11
kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013, Amri (2013: 7) menyebutkan
beberapa model pembelajaran yaitu model pembelajaran berdasarkan
masalah, model penemuan terbimbing, model pembelajaran langsung,
model Missouri Mathematics Project (MMP), model problem solving
dan model problem posing.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang model pembelajaran,
maka penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan
prosedur perencanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman
bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar yang di dalamnya terdapat tujuan-tujuan pembelajaran,
lingkungan dan sistem pengelolaan kegiatan belajar mengajar.
2. Pengertian Problem Posing
Problem posing adalah salah satu model pembelajaran yang sudah
lama dikembangkan, Huda (2013: 276) menyatakan bahwa problem
posing merupakan istilah yang pertama kali dikembangkan oleh ahli
pendidikan asal Brazil, Paulo Freire.
Suryanto (Thobroni dan Mustofa 2012 : 343) mengartikan bahwa
kata problem sebagai masalah atau soal sehingga pengajuan masalah
dipandang sebagai suatu tindakan merumuskan masalah atau soal dari
situasi yang diberikan. Selanjutnya, Amri (2013 :13) menyatakan bahwa
pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing mewajibkan siswa
untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal dengan mandiri.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Thobroni dan Mustofa (2012 : 351)
12
menyatakan bahwa model pembelajaran problem posing adalah suatu
model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal
sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
model problem posing adalah model pembelajaran yang mewajibkan
siswa belajar melalui pengajuan soal dan pengerjaan soal secara mandiri
tanpa bantuan guru.
3. Langkah-langkah Problem Posing
Penerapan suatu model pembelajaran harus memiliki langkah-
langkah yang jelas, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja guru
dan aktivitas yang dilakukan siswa. Amri (2013 :13) menyatakan bahwa
langkah-langkah model pembelajaran problem posing yaitu
a. guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga yang disarankan
b. memberikan latihan soal secukupnya
c. siswa mengajukan soal yang menantang dan dapat
menyelesaikan. Ini dilakukan dengan kelompok
d. pertemuan berikutnya guru meminta siswa menyajikan soal
temuan di depan kelas.
e. Guru memberikan tugas rumah secara individual.
Selanjutnya, Saminanto (Maulina, 2013: 20-21) menyatakan bahwa
langkah-langkah model pembelajaran problem posing adalah 1) guru
menjelaskan materi pelajaran menggunakan alat peraga, 2) guru
memberikan latihan soal, 3) siswa diminta mengajukan soal, 4) secara
acak, guru meminta siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan
kelas, dan 5) guru memberi tugas rumah secara individu.
13
Langkah-langkah penerapan model problem posing yang
dikemukakan oleh Amri dan Saminanto, sejalan dengan pendapat
Thobroni dan Mustofa (2012: 351) yang menyatakah bahwa 1) guru
menjelaskan materi pelajaran kepada siswa menggunakan alat peraga
untuk memfasilitasi siswa dalam mengajukan pertanyaan, 2) siswa
diminta untuk mengajukan pertanyaan secara berkelompok, 3) siswa
saling menukarkan soal yang telah diajukan, 4) kemudian menjawab
soal-soal tersebut dengan berkelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, penulis
menyimpulkan bahwa langkah-langkah problem posing adalah siswa
mengajukan dan menjawab soal dengan berkelompok berdasarkan
penjelasan guru ataupun pengalaman siswa itu sendiri. Maka, langkah-
langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) menjelaskan
materi pelajaran dengan media yang telah disediakan, 2) membagi siswa
menjadi kelompok secara heterogen, 3) secara berkelompok, siswa
mengajukan pertanyaan pada lembar soal, 4) menukarkan lembar soal
pada kelompok lainnya, 5) menjawab soal pada lembar jawab, dan
6) mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab di depan kelas.
4. Ciri-Ciri Problem Posing
Problem posing adalah model pembelajaran yang melibatkan
peserta didik dalam proses pembelajaran secara langsung untuk memberi
kesempatan kepada siswa dalam menganalisis permasalahan yang ada
dengan serangkaian kegiatan-kegiatan yang lebih bermakna.
14
Proses pembelajaran didominasi dengan kegiatan-kegiatan siswa
yang secara langsung dengan situasi yang telah diciptakan guru. Dalam
kegiatan tersebut, maka siswa dapat membuka wawasan yang dimilikinya
dan memberikan kesempatan yang luas untuk saling berkomunikasi.
Thobroni dan Mustofa (2012: 350) menyatakan bahwa
pembelajaran problem posing memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Guru belajar dari murid dan murid belajar dari guru
b. Guru menjadi rekan murid yang melibatkan diri dan
menstimulasi daya pemikiran kritis murid-muridnya serta
mereka saling memanusiakan.
c. Manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk
mengerti secara kritis dirinya dan dunia tempat ia berada.
d. Pembelajaran problem posing senantiasa membuka rahasia
realita yang menantang manusia kemudian menuntut suatu
tanggapan terhadap tantangan tersebut.
Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, penulis
menyimpulkan bahwa model problem posing ini bersifat fleksibel,
mengesankan, menganggap murid adalah subjek belajar, membuat anak
untuk mengembangkan potensinya sebagai orang yang memiliki potensi
rasa ingin tahu dan berusahan keras dalam memahami lingkungannya.
Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangannya.
Thobroni dan Mustofa (2012: 349) mengemukakan bahwa kelebihan dan
kekurangan metode problem posing adalah
a. Kelebihan
1. Mendidik murid berfikir kritis
2. Siswa aktif dalam pembelajaran
3. Belajar menganalisis suatu masalah
4. Mendidik anak percaya pada diri sendiri.
b. Sedangkan kekurangan
1. Memerlukan waktu yang cukup banyak
2. Tidak bisa digunakan di kelas rendah
3. Tidak semua murid terampil bertanya.
15
Berdasarkan kajian di atas, yang dimaksud dengan model problem
posing dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran
berkelompok, yang mewajibkan siswa dapat mengajukan soal dan
menyelesaikan soal secara mandiri. Pengajuan soal dan penyelesaian soal
ini dilaksanakan dalam pembelajaran yang senantiasa membuka rahasia
realita yang menantang manusia, kemudian menuntut suatu tanggapan
terhadap tantangan tersebut.
5. Peran Guru dalam Pembelajaran
Peran guru dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan
belajar siswa. Rohman dan Amri (2013: 180) menyatakan bahwa sebagai
perencana, guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang
berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga
semuanya dapat dijadikan komponen-komponen dalam menyusun
rencana pembelajaran. Rusman (2012: 75) menyatakan bahwa jika
dipandang dari segi siswa, maka tugas guru adalah harus memberikan
nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, sekarang dan masa yang
akan datang, pilihan nilai hidup dan praktik-praktik komunikasi.
Thobroni dan Mustofa (2012: 348) menyatakan bahwa yang harus
dilakukan guru adalah
a. Memotivasi siswa untuk mengajukan soal
b. Guru melatih siswa merumuskan dan mengajukan masalah atau
pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan.
16
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan peran guru adalah tindakan yang dilakukan guru
untuk memberikan suasana belajar sesuai dengan tema pembelajaran dan
mengantarkan siswa untuk memahami pada konsep dengan cara
menyiapkan situasi sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dibahas.
Adapun peran guru dalam model pembelajaran problem posing adalah
sebagai fasilitator yaitu menyiapkan media pembelajaran yang sesuai
dengan materi pelajaran yang sedang dibahas.
B. Kurikulum 2013
1. Pendekatan Saintifik
Kemendikbud (2013: 9) menyatakan bahwa pendekatan saintifik
adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan
keterampilan-keterampilan ilmiah yang diantaranya adalah mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah informasi
dan mengkomunikasikan.
a. Mengamati
Pada kegiatan mengamati, guru memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk melakukan pengamatan terhadap suatu
objek dengan menggunakan panca indera yaitu dengan cara melihat,
membaca, dan mendengar. Melalui kegiatan mengamati, peserta
didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang
dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru
saling berkaitan.
17
b. Menanya
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, siswa diberi kesempatan
untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan terhadap suatu kegiatan
yang telah diamati. Dalam hal ini, guru perlu membimbing siswa
untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari hasil
pengamatan.
c. Mengumpulkan informasi
Sebagai tindak lanjut dari mengamati dan bertanya, siswa
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dengan beberapa
cara. Anak perlu dibiasakan untuk dapat menghubung-hubungkan
antara informasi yang satu dengan yang lain berdasarkan dari
sekumpulan fakta-fakta yang ada. Kurikulum 2013 menggambarkan
bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif dalam
pembelajaran.
d. Mengasosiasi/ mengolah informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi menjadi dasar dalam
mengolah informasi-informasi yang ada untuk dapat dijadikan
sumber atau acuan dalam menemukan pola keterkaitan informasi
bahkan kesimpulan dari pola yang ditemukan.
e. Mengkomunikasikan
Kegiatan yang dilakukan siswa pada tahapan
mengkomunikasikan adalah kegiatan dimana siswa menuliskan atau
menceritakan tentang apa yang ditemukan dari kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi dan mengasosiasi pola.
18
Anak perlu manyampaikan informasi tersebut guna berbagi
pengalaman dan informasi yang diperoleh dari kelompok/ siswa
yang satu dengan yang lain.
Berdasarkan kajian tentang pendekatan saintifik di atas, penulis
menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pembelajaran
yang mendorong anak melakukan pendekatan ilmiah yang
didalamnya terdapat beberapa keterampilan yaitu keterampilan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan. Maka, penerapan model problem posing
dengan pendekatan saintifik adalah 1) pada saat siswa mengamati
alat peraga dan penjelasan guru, 2) siswa mengajukan pertanyaan
pada lembar soal, 3) siswa melakukan diskusi untuk mencari
jawaban dengan cara mengumpulkan informasi dari sejumlah fakta-
fakta yang ada, 4) siswa mengolah informasi yang diperoleh dari
pengamatan media dan penjelasan guru untuk mengisi lembar jawab,
dan 5) setiap kelompok mempresentasikan lembar soal dan lembar
jawab di depan kelas.
2. Pembelajaran Tematik
a. Pembelajaran
Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menjelaskan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil.
19
Vygostky (Rusmono 2012: 13) menyatakan bahwa pembelajaran
adalah konsep tentang tingkat perkembangan aktual dan tingkat
perkembangan potensial yang dapat dicapai individu dengan bantuan
orang lain. Tingkat perkembangan aktual adalah tingkat
perkembangan intelektual saat ini dan kemampuan mempelajari hal-
hal khusus atas upaya individu itu sendiri sedangkan tingkat
perkembangan potensial yang dapat dicapai individu dengan bantuan
orang lain.
Selanjutnya, Susanto (2013: 53-54) menjelaskan bahwa
pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya
atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,
mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping
menunjukkan kegairahan belajar tinggi, semangat belajar yang besar
dan percaya pada diri sendiri. Dari segi hasil pembelajaran dikatakan
efektif bila terjadi perubahan tingkah laku yang positif, tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah diterapkan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian pembelajaran adalah sebuah proses interaksi antara siswa
dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungan
yang ada disekitarnya. Dalam pembelajaran, siswa harus mengalami
sebuah perubahan, setiap perubahan-perubahan tersebut harus
dikontrol dan selalu diamati pada saat aktivitas dan hasil belajar
siswa.
20
b. Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran penuh makna
yang akan memberikan pengalaman bagi siswa terhadap kegiatan
pembelajaran. Trianto (2009: 78) menyatakan bahwa pembelajaran
tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan
tema-tema tertentu yang ditinjau dari berbagai mata pelajaran.
Suryosubroto (2009: 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik
dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya
kurikulum dan akan memberikan peluang pembelajaran terpadu yang
lebih menekankan pada partisipasi siswa dalam belajar. Selanjutnya,
Sa’ud, dkk (2006: 17) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu
merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata
pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu
yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu dengan berbagai
mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik mengaitkan beberapa
mata pelajaran yakni:
1) Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang memiliki
empat keterampilan yaitu keterampilan mendengarkan,
21
berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan tersebut harus
dimiliki oleh setiap peserta didik., karena setiap keterampilan
ini, memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lain.
Susanto (2013: 245) mengemukakan bahwa tujuan pelajaran
bahasa Indonesia di SD antara lain bertujuan agar siswa mampu
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan
serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuan berbahasa.
2) IPA
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah.
Firman (2008: 4) menyatakan bahwa IPA merupakan salah
satu cabang ilmu yang fokus pengkajiannya alam dan proses-
proses yang ada di dalamnya. BSNP (Susanto 2013: 171)
menyatakan bahwa hakikat pembelajaran IPA di SD adalah:
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan
keteraturan alam ciptaan-Nya.
22
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-
konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan sikap rasa ingin tahu dan sikap positif dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memcahkan massalah dan membuat
keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f) Meningkatkan kesadaran untuk saling menghargai alam dan
bertanggungjawab ikut serta menjaga keindahan alam yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
g) Memperoleh bekal pengetahuan konsep sebagai dasar
mengembangkan potensi yang dimiliki untuk jenjang ke
sekolah lanjutan.
3) PPKN
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan unuk membentuk
watak dan kepribadian bangsa sebagai warga Negara yang
bertanggungjawab, menjaga keutuhan NKRI dan saling
membantu antar makhluk ciptaan Tuhan. Susanto (2013: 223)
menyatakan bahwa pendidikan Kewarganegaraan adalah mata
23
pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk
mengembangkan wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakal pada budaya
bangsa Indonesia.
4) Matematika
Matematika merupakan mata pelajaran yang selalu
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Suwangsih dan Tiurlina
(2006: 3) mengemukakan bahwa matematika terbentuk dari
pengealaman manusia dalam dunianya secara empiris. Susanto
(2013: 186) menyatakan bahwa pembelajaran matematika
bertujuan untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang
dapat meninggkatkan kemampuan berpikir siswa serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap
materi matematika. Hakikat pembelajaran matematika SD
adalah untuk dapat menggunakan konsep pembelajaran yang
dilakukan dalam proses belajar mengajar dan selanjutnya
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
5) IPS
IPS atau disebut dengan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
kajian ilmu yang membahas tentang hubungan manusia dengan
manusia, konsep hidup dalam lingkungan sosial dan gagasan-
gagasan tentang memahami lingkungan sosial. Isjoni (2007: 43)
menyatakan bahwa tujuan umum pelajaran IPS di Sekolah Dasar
24
adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan
sehari-hari. Selanjutnya, Sapriya (2007: 24) menyatakan bahwa
pendidikan IPS di SD dikembangkan dan digali dari kehidupan
sehari-hari masyarakat, yaitu berpijak pada kenyataan kehidupan
yang riil dengan mengangkat isu-isu yang sangat berarti dari
mulai kehidupan yang dekat dengan siswa sampai dengan
kehidupan yang luas darinya.
Dari beberapa kajian di atas, maka indikator pada pembelajaran
tematik adalah 1) menyajikan pembelajaran sesuai tema,
2) menyajikan berbagai mata pelajaran yang terkait secara harmonis
dalam media pembelajaran, 3) menyajikan pembelajaran dengan
merujuk kepada tema pembelajaran, 4) mengkondisikan siswa untuk
mengamati media yang disediakan guru, dan 5) mengkondisikan
siswa untuk mengamati lingkungan yang ada disekitar siswa.
3. Penilaian Otentik
Penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian
yang mengarah pada penilaian otentik yaitu penilaian yang diambil
secara holisik, komprehensif dan berkesinambungan berdasarkan
kegiatan yang dihasilkan dari pengalaman dunia nyata dan di sekolah.
Nurgiantoro (2011: 23) menjelaskan bahwa penilaian otentik
menekankan kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan
pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.
25
Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses
pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa penilaian proses
pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik yang menilai
kesiapan siswa, proses dan hasil belajar secara utuh. Selanjutnya,
Kunandar (2013: 36) dalam penilaian otentik, peserta didik diminta untuk
menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Kemendikbud (2013:
4-5) menyebutkan teknik-teknik penilaian yang dilakukan di SD yaitu:
a. Penilaian pada ranah kognitif yaitu dapat dilakukan dengan cara tes
tulis, tes lisan dan penugasan.
1. Tes tulis, yaitu tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa
pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan dan uraian.
2. Tes lisan, yaitu tes berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
guru secara ucap dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut
secara ucap juga.
3. Penugasan yaitu penilaian yang dilakukan guru berupa pekerjaan
rumah, baik secara individu maupun kelompok.
b. Penilaian pada ranah afektif yang dapat dilakukan pendidik melalui
observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal. Instrumen
yang digunakan untuk observasi, penilaian diri dan penilaian antar
teman adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik.
Sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
1. Observasi, yaitu teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
26
langsung maupun tidak langsung menggunakan format observasi
yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
2. Penilaian diri, yaitu teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangannya dalam
konteks pencapaian kompetensi.
3. Penilaian antar teman, yaitu teknik penilaian dengan cara
meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan sikap dan
perilaku keseharian siswa.
4. Jurnal, merupakan penilaian guru terhadap peserta didik baik di
dalam dan di luar kelas yang berisi tentang informasi mengenai
sikap dan perilaku.
c. Penilaian ranah psikomotor yang dapat dinilai dengan kinerja, projek
dan portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau
skala penilaian dilengkapi rubrik.
1. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku yang sesuai
dengan kompetensi.
2. Projek adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung
investigasi dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu.
3. Portofolio merupakan penilaian yang diambil melalui catatan
tentang peserta didik yang diperoleh melalui serangkaian proses
yang panjang. Contohnya memberikan catatan tentang hasil
percobaan.
27
Dari beberapa kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian
otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Pada penelitian ini,
penulis menilai hasil belajar kognitif siswa dengan tes tulis, hasil belajar
afektif dan psikomotor dengan skala penilaian dilengkapi rubrik.
C. Belajar
1. Pengertian Belajar
Winataputra, dkk (2008: 1.4) menyatakan bahwa belajar diartikan
sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan
menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku
pada masa yang akan datang. Menurut Gagne (Susanto, 2013: 1)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Selanjutnya, Hernawan
dkk (2007: 2) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan
perilaku yang dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan
perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).
Dari beberapa kajian di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar
merupakan proses perubahan perilaku seseorang yang berasal dari sebuah
pengalaman yang meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).
28
2. Pengertian Aktivitas
Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang selalu dilakukan oleh
setiap makhluk hidup. Pada dasarnya, segala sesuatu yang diamati,
dilakukan sendiri dan terlibat aktif terhadap interaksi yang terjadi pada
suatu objek yang akan menghasilkan sebuah pengalaman yang berkesan.
Sardiman (2011: 100) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.
Mulyasa (Susanto, 2013: 50) mengemukakan pendapatnya bahwa proses
penyampaian materi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik
terlibat secara akif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Selanjutnya,
Kunandar (2010: 227) menyatakan bahwa aktivitas belajar yaitu
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan, dan aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud
dengan aktivitas dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang
dilakukan peserta didik terhadap suatu objek yang akan menghasilkan
sebuah pengalaman yang berkesan dan memberikan kontribusi yang
sangat besar terhadap kebermaknaan aktivitas yang akan ditimbulkan.
Adapun indikator aktivitas yang akan dikembangkan dalam penelitian
ini adalah 1) mengamati media yang disediakan guru, 2) mengajukan
pertanyaan, 3) mengemukakan pendapat, 4) aktif mengikuti diskusi
kelompok, 5) mencari jawaban berdasarkan fakta-fakta yang ada,
29
6) mengerjakan LKS, 7) semangat dalam mengikuti presentasi dan
8) semangat mengikuti langkah-langkah problem posing.
Perolehan nilai untuk setiap indikator aktivitas dalam penelitian ini
adalah menggunakan rumus. Poerwanto (2008: 102) menyatakan bahwa
nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:
Keterangan:
N = nilai yang dicari atau dikembangkan
R =skor yang diperoleh siswa
SM =skor maksimum
100 = bilangan tetap
Poerwanti (2008: 7.8) menyatakan bahwa kategori
aktivitas siswa setiap individu berdasarkan perolehan nilai yaitu N ≤ 25
kategori pasif, 25 < N ≤ 50 kategori kurang aktif, 50 < N ≤ 75 kategori
cukup aktif dan N > 75 kategori aktif.
3. Pengertian Hasil Belajar
Kegiatan akhir dalam pembelajaran adalah proses evaluasi yang
digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilakukan.
Bloom (Yus, 2006: 19) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah dilaluinya dan dapat
dijabarkan dalam tiga dimensi utama, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Sudjana (2012: 22) menyatakan bahwa hasil belajar ranah
kognitif terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, selanjutnya hasil belajar pada
ranah afektif berkenaan dengan lima aspek yakni penerimaan, jawaban,
30
penilaian, organisasi dan internalisasi. Sedangkan hasil belajar ranah
psikomotor berkenaan dengan gerakan reflek, gerakan dasar, kemampuan
perseptual, ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan
ekspresif dan interpretatif.
Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di sekolah
dasar mengemukakan bahwa
a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
Berdasarkan model problem posing, hasil belajar siswa diperoleh
dari hasil mengajukan pertanyaan dan menjawab soal yang diberikan
teman dan guru.
b. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga , teman, guru dan tetangganya.
1. Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
2. Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh terhadap peraturan.
3. Tanggung jawab, adalah sikap seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, individu dan
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
31
4. Santun, adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa
maupun prilaku.
5. Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapan
terhadap suatu perbedaan.
6. Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan
keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak.
Dari beberapa sikap yang telah disebutkan di atas, yang akan akan
diteliti adalah sikap tanggung jawab. Wiyoto (Pahyanti, 2013: 27-28)
menyatakan bahwa siswa bertanggung jawab jika:
melakukan tugas rutin tanpa diberi tahu, dapat menjelaskan apa
yang dilakukannya, mempunyai minat yang kuat untuk menekuni
dalam belajar, menjalin komunikasi dengan sesama anggota
kelompok, menghormati dan menghargai aturan, bersedia dan
siap mempresentasikan hasil kerja kelompok, memiliki
kemampuan dalam mengemukakan pendapat, mengakui
kesalahan tanpa mengajukan alasan yang dibuat-buat.
c. Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Sudjana (2012: 32) menyatakan bahwa aspek psikomotor
ditunjukkan dengan mencatat bahan pelajaran dengan baik dan
sistematis, mengangkat tangan pada saat mengomentari pendapat
dan menyampaikan ide, mencari tahu dalam menemukan jawaban
atas soal yang diberikan, dan melakukan komunikasi antara siswa
dan guru.
32
Berdasarkan kajian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses belajar mengajar yang
ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku peserta didik dalam
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Adapun indikator hasil belajar pada ranah kognitif dalam penelitian
ini diperoleh dari hasil belajar siswa dalam menjawab soal. Indikator
ranah afektif pada sikap tanggung jawab adalah 1) mengikuti diskusi
kelompok, 2) menjaga kekompakan anggota kelompok, 3) kesadaran
dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan 4) menyelesaikan
tugas sesuai waktu yang ditentukan. Sedangkan, indikator hasil belajar
pada ranah psikomotor adalah 1) menunjukkan fakta dalam
mengomentari pendapat dan menyampaikan ide/gagasan, 2) mengangkat
tangan sebelum mengomentari pendapat dan menyampaikan ide/gagasan,
3) menulis dengan tulisan yang jelas dan rapih, dan 4) berbicara
menggunakan bahasa Indonesia dengan suara yang jelas.
D. Kerangka Pikir Penelitian
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mewajibkan kegiatan
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Untuk itu, banyak faktor
yang menentukan keberhasilan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Faktor-faktor tersebut, saling mempengaruhi dan memiliki kontribusi besar
dalam mengoptimalkan tujuan belajar yang diharapkan. Dalam penerapan
Model Problem Posing dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran
tematik, maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.
33
Secara sederhana, kerangka pikir penelitian tindakan kelas ini adalah:
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di fatas, dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran tematik menggunakan
model pembelajaran problem posing dengan langkah-langkah yang tepat,
maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A SDN 1 Metro Barat akan
meningkat”
1. Siswa masih pasif dalam pembelajaran
2. Hasil belajar siswa rendah
Model Pembelajaran Problem posing dengan
pendekatan saintifik yaitu dengan
Pengamatan media, pembagian anggota
kelompok, mengajukan pertanyaan pada
lembar soal, menukarkan lembar soal kepada
kelompok lainnya, menjawab soal pada lembar
jawab, mempresentasikan lembar soal dan
lembar jawab
1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran
meningkat sehingga siswa yang aktif
mencapai ≥75% dari jumlah siswa
2. Hasil belajar pada aspek kognitif, afektif
dan psikomotor meningkat sehingga siswa
yang tuntas mencapai ≥75% dari jumlah
siswa
Input
Output
Proses

More Related Content

What's hot

Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiSkripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiarif mutawalli
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCHPEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCHInterest_Matematika_2011
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryMuhammad Syafrullah
 
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Alfan Fazan Jr.
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposalishakaxly
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasMuh Yusuf Manguluang
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...ast_189
 
76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologi76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologielisabethringo
 

What's hot (20)

Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiSkripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
 
Contoh ptk bahasa indonesia kelas iv
Contoh ptk bahasa indonesia kelas ivContoh ptk bahasa indonesia kelas iv
Contoh ptk bahasa indonesia kelas iv
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCHPEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Pts
PtsPts
Pts
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
 
Peer Tutor
Peer TutorPeer Tutor
Peer Tutor
 
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
 
Implementasi pbl
Implementasi pblImplementasi pbl
Implementasi pbl
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
 
Tugas 2 ptk febridawati - sma n 1 batanghari
Tugas 2 ptk febridawati - sma n 1 batanghariTugas 2 ptk febridawati - sma n 1 batanghari
Tugas 2 ptk febridawati - sma n 1 batanghari
 
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelasContoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
Contoh proposal-usulan-penelitian-tindakan-kelas
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 
proposal PTK
proposal PTKproposal PTK
proposal PTK
 
PTK METODE NTH
PTK METODE NTHPTK METODE NTH
PTK METODE NTH
 
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
 
Pkp
PkpPkp
Pkp
 
76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologi76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologi
 
Micro metode role playing & picture and picture
Micro metode role playing & picture and pictureMicro metode role playing & picture and picture
Micro metode role playing & picture and picture
 

Similar to X. kurtilas

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model Pembelajaran Berdasarkan MasalahModel Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model Pembelajaran Berdasarkan MasalahMOHAMMAD YASIN, M.Pd
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi.docx
LK. 2.2 Menentukan Solusi.docxLK. 2.2 Menentukan Solusi.docx
LK. 2.2 Menentukan Solusi.docxJunaiHunter
 
Model pembelajaran make a match
Model pembelajaran make a matchModel pembelajaran make a match
Model pembelajaran make a matchAyu Triast
 
Model-model Pembelajaran Bahasa arab zaman modern dengan teknologi terjini
Model-model Pembelajaran Bahasa arab zaman modern dengan teknologi terjiniModel-model Pembelajaran Bahasa arab zaman modern dengan teknologi terjini
Model-model Pembelajaran Bahasa arab zaman modern dengan teknologi terjiniMuhammadFahri34
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdfLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdfMeilanieGitchuu
 
TUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA
TUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIATUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA
TUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIANisaUlFitri
 
Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Taryadi Taryadi
 
Proposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaProposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaLaila Amru
 
Makalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangMakalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangLauri Bintang
 
Model problem based learning and inquiry Okvita Siregar STIKES BINA PERMATA M...
Model problem based learning and inquiry Okvita Siregar STIKES BINA PERMATA M...Model problem based learning and inquiry Okvita Siregar STIKES BINA PERMATA M...
Model problem based learning and inquiry Okvita Siregar STIKES BINA PERMATA M...okvita siregar
 
Jawaban ujian akhir semester metodologi
Jawaban ujian akhir semester metodologiJawaban ujian akhir semester metodologi
Jawaban ujian akhir semester metodologiNovhie Red Queen
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii33335
 

Similar to X. kurtilas (20)

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model Pembelajaran Berdasarkan MasalahModel Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi.docx
LK. 2.2 Menentukan Solusi.docxLK. 2.2 Menentukan Solusi.docx
LK. 2.2 Menentukan Solusi.docx
 
Bab ii ok
Bab ii okBab ii ok
Bab ii ok
 
LK 2.1.docx
LK 2.1.docxLK 2.1.docx
LK 2.1.docx
 
Model pembelajaran make a match
Model pembelajaran make a matchModel pembelajaran make a match
Model pembelajaran make a match
 
Model-model Pembelajaran Bahasa arab zaman modern dengan teknologi terjini
Model-model Pembelajaran Bahasa arab zaman modern dengan teknologi terjiniModel-model Pembelajaran Bahasa arab zaman modern dengan teknologi terjini
Model-model Pembelajaran Bahasa arab zaman modern dengan teknologi terjini
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
KELOMPOK 1.pdf
KELOMPOK 1.pdfKELOMPOK 1.pdf
KELOMPOK 1.pdf
 
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdfLK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdf
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi MEI.pdf
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
TUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA
TUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIATUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA
TUGAS UTS STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA
 
Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1Model pembelajaran berbasis masalah 1
Model pembelajaran berbasis masalah 1
 
Proposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaProposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesia
 
Makalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintangMakalah penelitian jurnal bintang
Makalah penelitian jurnal bintang
 
Bab 2 skripsi
Bab 2 skripsiBab 2 skripsi
Bab 2 skripsi
 
Model problem based learning and inquiry Okvita Siregar STIKES BINA PERMATA M...
Model problem based learning and inquiry Okvita Siregar STIKES BINA PERMATA M...Model problem based learning and inquiry Okvita Siregar STIKES BINA PERMATA M...
Model problem based learning and inquiry Okvita Siregar STIKES BINA PERMATA M...
 
1
11
1
 
Pkp
PkpPkp
Pkp
 
Jawaban ujian akhir semester metodologi
Jawaban ujian akhir semester metodologiJawaban ujian akhir semester metodologi
Jawaban ujian akhir semester metodologi
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 

Recently uploaded

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 

Recently uploaded (20)

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 

X. kurtilas

  • 1. 10 II. KAJIAN PUSTAKA A. Problem Posing 1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu hal terpenting yang perlu diperhatikan guru untuk melakukan rancangan pembelajaran supaya tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran dapat berjalan secara maksimal. Arends (Rohman dan Amri, 2013: 26) menjelaskan bahwa model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan yang akan digunakan, di dalamnya terdapat tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran. Joyce (Trianto, 2010: 74) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Selanjutnya, Majid (2013: 13) menyatakan bahwa model belajar mengajar adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Isjoni (2011: 5) mengemukakan bahwa model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Dalam perubahan
  • 2. 11 kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013, Amri (2013: 7) menyebutkan beberapa model pembelajaran yaitu model pembelajaran berdasarkan masalah, model penemuan terbimbing, model pembelajaran langsung, model Missouri Mathematics Project (MMP), model problem solving dan model problem posing. Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang model pembelajaran, maka penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan prosedur perencanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar yang di dalamnya terdapat tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan dan sistem pengelolaan kegiatan belajar mengajar. 2. Pengertian Problem Posing Problem posing adalah salah satu model pembelajaran yang sudah lama dikembangkan, Huda (2013: 276) menyatakan bahwa problem posing merupakan istilah yang pertama kali dikembangkan oleh ahli pendidikan asal Brazil, Paulo Freire. Suryanto (Thobroni dan Mustofa 2012 : 343) mengartikan bahwa kata problem sebagai masalah atau soal sehingga pengajuan masalah dipandang sebagai suatu tindakan merumuskan masalah atau soal dari situasi yang diberikan. Selanjutnya, Amri (2013 :13) menyatakan bahwa pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal dengan mandiri. Sejalan dengan pendapat tersebut, Thobroni dan Mustofa (2012 : 351)
  • 3. 12 menyatakan bahwa model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model problem posing adalah model pembelajaran yang mewajibkan siswa belajar melalui pengajuan soal dan pengerjaan soal secara mandiri tanpa bantuan guru. 3. Langkah-langkah Problem Posing Penerapan suatu model pembelajaran harus memiliki langkah- langkah yang jelas, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja guru dan aktivitas yang dilakukan siswa. Amri (2013 :13) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran problem posing yaitu a. guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga yang disarankan b. memberikan latihan soal secukupnya c. siswa mengajukan soal yang menantang dan dapat menyelesaikan. Ini dilakukan dengan kelompok d. pertemuan berikutnya guru meminta siswa menyajikan soal temuan di depan kelas. e. Guru memberikan tugas rumah secara individual. Selanjutnya, Saminanto (Maulina, 2013: 20-21) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran problem posing adalah 1) guru menjelaskan materi pelajaran menggunakan alat peraga, 2) guru memberikan latihan soal, 3) siswa diminta mengajukan soal, 4) secara acak, guru meminta siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas, dan 5) guru memberi tugas rumah secara individu.
  • 4. 13 Langkah-langkah penerapan model problem posing yang dikemukakan oleh Amri dan Saminanto, sejalan dengan pendapat Thobroni dan Mustofa (2012: 351) yang menyatakah bahwa 1) guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa menggunakan alat peraga untuk memfasilitasi siswa dalam mengajukan pertanyaan, 2) siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan secara berkelompok, 3) siswa saling menukarkan soal yang telah diajukan, 4) kemudian menjawab soal-soal tersebut dengan berkelompok. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, penulis menyimpulkan bahwa langkah-langkah problem posing adalah siswa mengajukan dan menjawab soal dengan berkelompok berdasarkan penjelasan guru ataupun pengalaman siswa itu sendiri. Maka, langkah- langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) menjelaskan materi pelajaran dengan media yang telah disediakan, 2) membagi siswa menjadi kelompok secara heterogen, 3) secara berkelompok, siswa mengajukan pertanyaan pada lembar soal, 4) menukarkan lembar soal pada kelompok lainnya, 5) menjawab soal pada lembar jawab, dan 6) mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab di depan kelas. 4. Ciri-Ciri Problem Posing Problem posing adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran secara langsung untuk memberi kesempatan kepada siswa dalam menganalisis permasalahan yang ada dengan serangkaian kegiatan-kegiatan yang lebih bermakna.
  • 5. 14 Proses pembelajaran didominasi dengan kegiatan-kegiatan siswa yang secara langsung dengan situasi yang telah diciptakan guru. Dalam kegiatan tersebut, maka siswa dapat membuka wawasan yang dimilikinya dan memberikan kesempatan yang luas untuk saling berkomunikasi. Thobroni dan Mustofa (2012: 350) menyatakan bahwa pembelajaran problem posing memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Guru belajar dari murid dan murid belajar dari guru b. Guru menjadi rekan murid yang melibatkan diri dan menstimulasi daya pemikiran kritis murid-muridnya serta mereka saling memanusiakan. c. Manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya dan dunia tempat ia berada. d. Pembelajaran problem posing senantiasa membuka rahasia realita yang menantang manusia kemudian menuntut suatu tanggapan terhadap tantangan tersebut. Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa model problem posing ini bersifat fleksibel, mengesankan, menganggap murid adalah subjek belajar, membuat anak untuk mengembangkan potensinya sebagai orang yang memiliki potensi rasa ingin tahu dan berusahan keras dalam memahami lingkungannya. Setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Thobroni dan Mustofa (2012: 349) mengemukakan bahwa kelebihan dan kekurangan metode problem posing adalah a. Kelebihan 1. Mendidik murid berfikir kritis 2. Siswa aktif dalam pembelajaran 3. Belajar menganalisis suatu masalah 4. Mendidik anak percaya pada diri sendiri. b. Sedangkan kekurangan 1. Memerlukan waktu yang cukup banyak 2. Tidak bisa digunakan di kelas rendah 3. Tidak semua murid terampil bertanya.
  • 6. 15 Berdasarkan kajian di atas, yang dimaksud dengan model problem posing dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran berkelompok, yang mewajibkan siswa dapat mengajukan soal dan menyelesaikan soal secara mandiri. Pengajuan soal dan penyelesaian soal ini dilaksanakan dalam pembelajaran yang senantiasa membuka rahasia realita yang menantang manusia, kemudian menuntut suatu tanggapan terhadap tantangan tersebut. 5. Peran Guru dalam Pembelajaran Peran guru dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Rohman dan Amri (2013: 180) menyatakan bahwa sebagai perencana, guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dapat dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana pembelajaran. Rusman (2012: 75) menyatakan bahwa jika dipandang dari segi siswa, maka tugas guru adalah harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktik-praktik komunikasi. Thobroni dan Mustofa (2012: 348) menyatakan bahwa yang harus dilakukan guru adalah a. Memotivasi siswa untuk mengajukan soal b. Guru melatih siswa merumuskan dan mengajukan masalah atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan.
  • 7. 16 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan peran guru adalah tindakan yang dilakukan guru untuk memberikan suasana belajar sesuai dengan tema pembelajaran dan mengantarkan siswa untuk memahami pada konsep dengan cara menyiapkan situasi sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Adapun peran guru dalam model pembelajaran problem posing adalah sebagai fasilitator yaitu menyiapkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. B. Kurikulum 2013 1. Pendekatan Saintifik Kemendikbud (2013: 9) menyatakan bahwa pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah yang diantaranya adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah informasi dan mengkomunikasikan. a. Mengamati Pada kegiatan mengamati, guru memberikan kesempatan seluas- luasnya kepada siswa untuk melakukan pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan panca indera yaitu dengan cara melihat, membaca, dan mendengar. Melalui kegiatan mengamati, peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru saling berkaitan.
  • 8. 17 b. Menanya Dari hasil pengamatan yang dilakukan, siswa diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan terhadap suatu kegiatan yang telah diamati. Dalam hal ini, guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari hasil pengamatan. c. Mengumpulkan informasi Sebagai tindak lanjut dari mengamati dan bertanya, siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dengan beberapa cara. Anak perlu dibiasakan untuk dapat menghubung-hubungkan antara informasi yang satu dengan yang lain berdasarkan dari sekumpulan fakta-fakta yang ada. Kurikulum 2013 menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif dalam pembelajaran. d. Mengasosiasi/ mengolah informasi Kegiatan mengumpulkan informasi menjadi dasar dalam mengolah informasi-informasi yang ada untuk dapat dijadikan sumber atau acuan dalam menemukan pola keterkaitan informasi bahkan kesimpulan dari pola yang ditemukan. e. Mengkomunikasikan Kegiatan yang dilakukan siswa pada tahapan mengkomunikasikan adalah kegiatan dimana siswa menuliskan atau menceritakan tentang apa yang ditemukan dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi dan mengasosiasi pola.
  • 9. 18 Anak perlu manyampaikan informasi tersebut guna berbagi pengalaman dan informasi yang diperoleh dari kelompok/ siswa yang satu dengan yang lain. Berdasarkan kajian tentang pendekatan saintifik di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mendorong anak melakukan pendekatan ilmiah yang didalamnya terdapat beberapa keterampilan yaitu keterampilan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Maka, penerapan model problem posing dengan pendekatan saintifik adalah 1) pada saat siswa mengamati alat peraga dan penjelasan guru, 2) siswa mengajukan pertanyaan pada lembar soal, 3) siswa melakukan diskusi untuk mencari jawaban dengan cara mengumpulkan informasi dari sejumlah fakta- fakta yang ada, 4) siswa mengolah informasi yang diperoleh dari pengamatan media dan penjelasan guru untuk mengisi lembar jawab, dan 5) setiap kelompok mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab di depan kelas. 2. Pembelajaran Tematik a. Pembelajaran Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil.
  • 10. 19 Vygostky (Rusmono 2012: 13) menyatakan bahwa pembelajaran adalah konsep tentang tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial yang dapat dicapai individu dengan bantuan orang lain. Tingkat perkembangan aktual adalah tingkat perkembangan intelektual saat ini dan kemampuan mempelajari hal- hal khusus atas upaya individu itu sendiri sedangkan tingkat perkembangan potensial yang dapat dicapai individu dengan bantuan orang lain. Selanjutnya, Susanto (2013: 53-54) menjelaskan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar tinggi, semangat belajar yang besar dan percaya pada diri sendiri. Dari segi hasil pembelajaran dikatakan efektif bila terjadi perubahan tingkah laku yang positif, tercapainya tujuan pembelajaran yang telah diterapkan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran adalah sebuah proses interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Dalam pembelajaran, siswa harus mengalami sebuah perubahan, setiap perubahan-perubahan tersebut harus dikontrol dan selalu diamati pada saat aktivitas dan hasil belajar siswa.
  • 11. 20 b. Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran penuh makna yang akan memberikan pengalaman bagi siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Trianto (2009: 78) menyatakan bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu yang ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Suryosubroto (2009: 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya kurikulum dan akan memberikan peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi siswa dalam belajar. Selanjutnya, Sa’ud, dkk (2006: 17) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu dengan berbagai mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik mengaitkan beberapa mata pelajaran yakni: 1) Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang memiliki empat keterampilan yaitu keterampilan mendengarkan,
  • 12. 21 berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan tersebut harus dimiliki oleh setiap peserta didik., karena setiap keterampilan ini, memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lain. Susanto (2013: 245) mengemukakan bahwa tujuan pelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain bertujuan agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuan berbahasa. 2) IPA Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Firman (2008: 4) menyatakan bahwa IPA merupakan salah satu cabang ilmu yang fokus pengkajiannya alam dan proses- proses yang ada di dalamnya. BSNP (Susanto 2013: 171) menyatakan bahwa hakikat pembelajaran IPA di SD adalah: a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
  • 13. 22 b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c) Mengembangkan sikap rasa ingin tahu dan sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memcahkan massalah dan membuat keputusan. e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. f) Meningkatkan kesadaran untuk saling menghargai alam dan bertanggungjawab ikut serta menjaga keindahan alam yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. g) Memperoleh bekal pengetahuan konsep sebagai dasar mengembangkan potensi yang dimiliki untuk jenjang ke sekolah lanjutan. 3) PPKN Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan unuk membentuk watak dan kepribadian bangsa sebagai warga Negara yang bertanggungjawab, menjaga keutuhan NKRI dan saling membantu antar makhluk ciptaan Tuhan. Susanto (2013: 223) menyatakan bahwa pendidikan Kewarganegaraan adalah mata
  • 14. 23 pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakal pada budaya bangsa Indonesia. 4) Matematika Matematika merupakan mata pelajaran yang selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Suwangsih dan Tiurlina (2006: 3) mengemukakan bahwa matematika terbentuk dari pengealaman manusia dalam dunianya secara empiris. Susanto (2013: 186) menyatakan bahwa pembelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meninggkatkan kemampuan berpikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika. Hakikat pembelajaran matematika SD adalah untuk dapat menggunakan konsep pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dan selanjutnya dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. 5) IPS IPS atau disebut dengan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah kajian ilmu yang membahas tentang hubungan manusia dengan manusia, konsep hidup dalam lingkungan sosial dan gagasan- gagasan tentang memahami lingkungan sosial. Isjoni (2007: 43) menyatakan bahwa tujuan umum pelajaran IPS di Sekolah Dasar
  • 15. 24 adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Sapriya (2007: 24) menyatakan bahwa pendidikan IPS di SD dikembangkan dan digali dari kehidupan sehari-hari masyarakat, yaitu berpijak pada kenyataan kehidupan yang riil dengan mengangkat isu-isu yang sangat berarti dari mulai kehidupan yang dekat dengan siswa sampai dengan kehidupan yang luas darinya. Dari beberapa kajian di atas, maka indikator pada pembelajaran tematik adalah 1) menyajikan pembelajaran sesuai tema, 2) menyajikan berbagai mata pelajaran yang terkait secara harmonis dalam media pembelajaran, 3) menyajikan pembelajaran dengan merujuk kepada tema pembelajaran, 4) mengkondisikan siswa untuk mengamati media yang disediakan guru, dan 5) mengkondisikan siswa untuk mengamati lingkungan yang ada disekitar siswa. 3. Penilaian Otentik Penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian yang mengarah pada penilaian otentik yaitu penilaian yang diambil secara holisik, komprehensif dan berkesinambungan berdasarkan kegiatan yang dihasilkan dari pengalaman dunia nyata dan di sekolah. Nurgiantoro (2011: 23) menjelaskan bahwa penilaian otentik menekankan kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna.
  • 16. 25 Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik yang menilai kesiapan siswa, proses dan hasil belajar secara utuh. Selanjutnya, Kunandar (2013: 36) dalam penilaian otentik, peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Kemendikbud (2013: 4-5) menyebutkan teknik-teknik penilaian yang dilakukan di SD yaitu: a. Penilaian pada ranah kognitif yaitu dapat dilakukan dengan cara tes tulis, tes lisan dan penugasan. 1. Tes tulis, yaitu tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan dan uraian. 2. Tes lisan, yaitu tes berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara ucap dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara ucap juga. 3. Penugasan yaitu penilaian yang dilakukan guru berupa pekerjaan rumah, baik secara individu maupun kelompok. b. Penilaian pada ranah afektif yang dapat dilakukan pendidik melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri dan penilaian antar teman adalah daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik. Sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. 1. Observasi, yaitu teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
  • 17. 26 langsung maupun tidak langsung menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. 2. Penilaian diri, yaitu teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangannya dalam konteks pencapaian kompetensi. 3. Penilaian antar teman, yaitu teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian siswa. 4. Jurnal, merupakan penilaian guru terhadap peserta didik baik di dalam dan di luar kelas yang berisi tentang informasi mengenai sikap dan perilaku. c. Penilaian ranah psikomotor yang dapat dinilai dengan kinerja, projek dan portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian dilengkapi rubrik. 1. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku yang sesuai dengan kompetensi. 2. Projek adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung investigasi dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu. 3. Portofolio merupakan penilaian yang diambil melalui catatan tentang peserta didik yang diperoleh melalui serangkaian proses yang panjang. Contohnya memberikan catatan tentang hasil percobaan.
  • 18. 27 Dari beberapa kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Pada penelitian ini, penulis menilai hasil belajar kognitif siswa dengan tes tulis, hasil belajar afektif dan psikomotor dengan skala penilaian dilengkapi rubrik. C. Belajar 1. Pengertian Belajar Winataputra, dkk (2008: 1.4) menyatakan bahwa belajar diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. Menurut Gagne (Susanto, 2013: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Selanjutnya, Hernawan dkk (2007: 2) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Dari beberapa kajian di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku seseorang yang berasal dari sebuah pengalaman yang meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).
  • 19. 28 2. Pengertian Aktivitas Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang selalu dilakukan oleh setiap makhluk hidup. Pada dasarnya, segala sesuatu yang diamati, dilakukan sendiri dan terlibat aktif terhadap interaksi yang terjadi pada suatu objek yang akan menghasilkan sebuah pengalaman yang berkesan. Sardiman (2011: 100) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Mulyasa (Susanto, 2013: 50) mengemukakan pendapatnya bahwa proses penyampaian materi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara akif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Selanjutnya, Kunandar (2010: 227) menyatakan bahwa aktivitas belajar yaitu keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan belajar. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan aktivitas dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang dilakukan peserta didik terhadap suatu objek yang akan menghasilkan sebuah pengalaman yang berkesan dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kebermaknaan aktivitas yang akan ditimbulkan. Adapun indikator aktivitas yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah 1) mengamati media yang disediakan guru, 2) mengajukan pertanyaan, 3) mengemukakan pendapat, 4) aktif mengikuti diskusi kelompok, 5) mencari jawaban berdasarkan fakta-fakta yang ada,
  • 20. 29 6) mengerjakan LKS, 7) semangat dalam mengikuti presentasi dan 8) semangat mengikuti langkah-langkah problem posing. Perolehan nilai untuk setiap indikator aktivitas dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus. Poerwanto (2008: 102) menyatakan bahwa nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus: Keterangan: N = nilai yang dicari atau dikembangkan R =skor yang diperoleh siswa SM =skor maksimum 100 = bilangan tetap Poerwanti (2008: 7.8) menyatakan bahwa kategori aktivitas siswa setiap individu berdasarkan perolehan nilai yaitu N ≤ 25 kategori pasif, 25 < N ≤ 50 kategori kurang aktif, 50 < N ≤ 75 kategori cukup aktif dan N > 75 kategori aktif. 3. Pengertian Hasil Belajar Kegiatan akhir dalam pembelajaran adalah proses evaluasi yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilakukan. Bloom (Yus, 2006: 19) menyatakan bahwa hasil belajar adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah dilaluinya dan dapat dijabarkan dalam tiga dimensi utama, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Sudjana (2012: 22) menyatakan bahwa hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, selanjutnya hasil belajar pada ranah afektif berkenaan dengan lima aspek yakni penerimaan, jawaban,
  • 21. 30 penilaian, organisasi dan internalisasi. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotor berkenaan dengan gerakan reflek, gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di sekolah dasar mengemukakan bahwa a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain. Berdasarkan model problem posing, hasil belajar siswa diperoleh dari hasil mengajukan pertanyaan dan menjawab soal yang diberikan teman dan guru. b. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga , teman, guru dan tetangganya. 1. Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. 2. Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan. 3. Tanggung jawab, adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, individu dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
  • 22. 31 4. Santun, adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun prilaku. 5. Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap suatu perbedaan. 6. Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. Dari beberapa sikap yang telah disebutkan di atas, yang akan akan diteliti adalah sikap tanggung jawab. Wiyoto (Pahyanti, 2013: 27-28) menyatakan bahwa siswa bertanggung jawab jika: melakukan tugas rutin tanpa diberi tahu, dapat menjelaskan apa yang dilakukannya, mempunyai minat yang kuat untuk menekuni dalam belajar, menjalin komunikasi dengan sesama anggota kelompok, menghormati dan menghargai aturan, bersedia dan siap mempresentasikan hasil kerja kelompok, memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat, mengakui kesalahan tanpa mengajukan alasan yang dibuat-buat. c. Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Sudjana (2012: 32) menyatakan bahwa aspek psikomotor ditunjukkan dengan mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis, mengangkat tangan pada saat mengomentari pendapat dan menyampaikan ide, mencari tahu dalam menemukan jawaban atas soal yang diberikan, dan melakukan komunikasi antara siswa dan guru.
  • 23. 32 Berdasarkan kajian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku peserta didik dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapun indikator hasil belajar pada ranah kognitif dalam penelitian ini diperoleh dari hasil belajar siswa dalam menjawab soal. Indikator ranah afektif pada sikap tanggung jawab adalah 1) mengikuti diskusi kelompok, 2) menjaga kekompakan anggota kelompok, 3) kesadaran dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan 4) menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan. Sedangkan, indikator hasil belajar pada ranah psikomotor adalah 1) menunjukkan fakta dalam mengomentari pendapat dan menyampaikan ide/gagasan, 2) mengangkat tangan sebelum mengomentari pendapat dan menyampaikan ide/gagasan, 3) menulis dengan tulisan yang jelas dan rapih, dan 4) berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan suara yang jelas. D. Kerangka Pikir Penelitian Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang mewajibkan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Untuk itu, banyak faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut, saling mempengaruhi dan memiliki kontribusi besar dalam mengoptimalkan tujuan belajar yang diharapkan. Dalam penerapan Model Problem Posing dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik, maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.
  • 24. 33 Secara sederhana, kerangka pikir penelitian tindakan kelas ini adalah: E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka di fatas, dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran problem posing dengan langkah-langkah yang tepat, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A SDN 1 Metro Barat akan meningkat” 1. Siswa masih pasif dalam pembelajaran 2. Hasil belajar siswa rendah Model Pembelajaran Problem posing dengan pendekatan saintifik yaitu dengan Pengamatan media, pembagian anggota kelompok, mengajukan pertanyaan pada lembar soal, menukarkan lembar soal kepada kelompok lainnya, menjawab soal pada lembar jawab, mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab 1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat sehingga siswa yang aktif mencapai ≥75% dari jumlah siswa 2. Hasil belajar pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor meningkat sehingga siswa yang tuntas mencapai ≥75% dari jumlah siswa Input Output Proses