1. R
(Robby, Rindu, Rachel)
(2030, 13 Desember) Robby berdiri menghadap kaca jendela besar di
Hotel itu, menatap jalanan Kota Jakarta di bawah sana. Jalanan cukup ramai,
orang-orang berjalan di sepanjang trotoar dan mobil-mobil berseliweran di jalan
raya. Pemandangan yang sangat dirindukannya, pemandangan yang menemani
hari-harinya selama tinggal di Indonesia. Tiba-tiba ponsel Robby bergeming,
kring…kringg..kringg (tercantum nama IBU diponselnya).
“Halo Rob, katanya hari ini mau pulang ke Surabaya untuk menemui kami, jadi
tidak ?” tanya sang Ibu.
“Oh jadi kok Bu, ini Robby lagi siap-siap berangkat kok.” sahut Robby.
“Oh yowes, hati-hati yah Rob berangkatnya, jangan lupa kabari Ibu atau
Kakakmu kalau sudah tiba di Stasiun, nanti Kakak yang akan menjemput.”
“Oke siap bu.. nanti Robby kabari kalau sudah sampai.” tutup telepon Robby.
Ya, Robby baru tiba di Jakarta seminggu yang lalu dari Jepang. Setiap
beberapa tahun sekali, Ia selalu berkunjung ke kampung halamannya untuk
menemui keluarga dan teman-temannya. Tidak langsung ke Surabaya, Ia pasti
berkunjung ke Kota Jakarta, tempat dimana Ia mengabiskan masa-masa kuliah
dan masa-masa merintis karir dari nol. Ia selalu menyempatkan diri untuk
mengunjungi cabang usaha Perhotelannya itu di Jakarta, untuk melihat
perkembangan usahanya sekaligusmengunjungi para rekan kerjanya.
Robby adalah seorang pengusaha besar yang sukses. Berkat usaha
perhotelannya, Ia sudah memiliki banyak cabang usaha hingga ke luar
Indonesia. Ia adalah seorang pemuda jenius karena mampu menyelesaikan
masa kuliah sarjana pertamanya hanya dengan waktu kurang dari tiga tahun
dan memperoleh hasil coumlaude di Universitas Indonesia dengan lulusan
Sarjana Pariwisata (S.Par). Awalnya Ia bekerja disalah satu Hotel ternama yang
berada di Jakarta selama empat tahun, berkat kinerjanya yang selalu meningkat
Ia diangkat menjadi seorang manajer Hotel tersebut. Setelah memiliki berbagai
pengalaman bekerja di Hotel di berbagai Kota di Indonesia, pada akhirnya
setelah beberapa tahun Ia mendapat tawaran kerja sama untuk membuka
usaha perhotelan oleh sahabatnya yang kebetulan usaha perhotelannya sudah
sukses besar karena bantuan Orangtuanya juga. Dan kini (2030) berkat kerja
keras Robby Ia sudah memiliki 12 cabang Hotel di berbagai Negara kawasan
Asia seperti,Indonesia, Malaysia,Hongkong, Jepang, Singapura, dan Thailand.
2. ****
Robby memutuskan untuk pergi ke Mojokerto (Surabaya) dengan
menggunakan kereta api. Walaupun Robby sudah menjadi seorang pengusaha
besar, tetapi dengan kesederhanaanya Ia tetap ingin menggunakan kendaraan
umum dan tidak malu sama sekali, baginya suasana rindu akan kampung
halaman semakin terasa dengan menggunakan kereta api. Sudah hampir 10
tahun lamanya Ia tidak mengunjungi kampung halamannya tersebut, karena
pekerjaan membuatnya terlalu sibuk dan Ia juga sempat melanjutkan
pendidikan sarjana tingkat keduanya di Amerika Serikat dengan Beasiswa yang
ditawarkan dan pada 2026 silam Ia baru saja lulus, hal itulah yang membuat Ia
sulit untuk pulang ke Indonesia. Jadi hanya keluarganya yang mengunjungi
Robby sekitar dua kali dalam sepuluh tahun terakhir ini ke Jepang. Selama
perjalanan ke Stasiun Kota Jakarta, Ia pun menyadari bahwa begitu banyak
perubahan yang telah terjadi dan sangat berbeda pada 2020 silam, ketika Ia
terakhir pulang ke Surabaya dengan menggunakan kereta api yang masi serba
kuno dengan fasilitas yang terbatas dan kini menjadi super mewah.
“Mas... mau kemana ?” tanya seorang penumpang kereta yang duduk di sebelah
Robby.
“Mau ke Mojokerto nih pak heheh.. Kalau Bapak ?”
“Iya Saya juga nih mau kesana mas.. Mas darimana ?”
“Oh.. Saya dari Jakarta Pak, mau mengunjungi orang tua di kampung, kalau
Bapak ?”
“Oh begitu toh, sama mas Saya juga dari Jakarta.”
“Oh sama lagi yah pak hehe, ngomong-ngomong sekarang kereta api sudah
mengalami banyak perubahan yah pak tidak seperti dahulu jadi lebih nyaman
dan canggih.” ungkap Robby.
“Iya betul sekali mas Saya juga merasakan itu, sekarang di kereta api saja
duduknya sudah seperti ini dua kursi panjang selonjoran untuk dua
penumpang dengan masing-masing meja dan kulkas kecil. Dulu mah mana ada
begini yah mas heheh.” seru sang Bapak.
“Iya pak betul sekali, Saya sampai kaget tadi kalo sekarang kereta api di Jakarta
sudah serasa di luar negeri yah, Tidak terbayang bagaimana kereta api untuk
kelas VIP lainnya kalau yang kelas reguler seperti ini saja sudah sangat mewah.
Sudah hampir 10 tahun lamanya Saya tidak ke Indonesia dan menggunakan
kereta api. Sekarang jadi serba elite begini heheh.” balas Robby.
***
3. Mereka berdua pun asik berbincang-bincang bersama. Sampai pada
akhirnya Robby tertidur pulas dalam perjalanan. Perjalanan hanya memakan
waktu tiga jam berbeda dengan dulu ketika perjalanan ke Surabaya harus
menempuh waktu 7 jam. Dan akhirnya Ia pun sampai di Surabaya, ya aroma
kota ini sangat Ia rindukan, percakapan orang-orang dengan logat Surabaya,
aroma makanan khas dan pemandangan Indahnya Kota Surabaya semua Ia
rindukan terutama keluarga tercinta. Robby langsung menelepon sang Kakak
untuk menjemputnya. “Kak aku sudah sampai di stasiun yah, aku menunggu di
lobby utama stasiun Kak.” kata Robby dengan nada sudah tidak sabar bertemu
sang Kakak. “Oh oke tunggu yah Kakak segera kesana.” sahut sang Kakak. “Oke
baik Kak, hati-hati yah Kak”.
Sambil menunggu pun Ia duduk di kursi ruang tunggu sambil menyesap
kopi yang sempat dibelinya tadi. Tiba-tiba Ia pun merasa seperti devaju dengan
masa lalu yang mengingatkannya ketika 10 tahun silam, ketika ia terakhir
mengunjungi Stasiun ini sambil duduk dan menyesap kopi juga bahkan di
lokasi yang sama. Ia merasa betul-betul merindukan Kota Surabaya ini.
Beberapa menit kemudian Ia melihat sang Kakak yang sudah melambaikan
tangannya dari kejauhan, dan kemudian Ia menghampirinya dengan pelukan
hangat bercampur rindu, begitupun Kak Rommy yang langsung memeluk Robby.
“OH KAK ROMMY, sudah lama sekali rasanya.. aku kangen banget sama Kakak.”
Teriak Robby yang excited memeluk kak Rommy. “YA ROB !! begitupun dengan
Kakak, wah kamu sudah makin besar sekali bahkan tinggimu sudah melampaui
Kakak.” gurau sang kaka. “Hahaha iya dong kak masa gak nambah besar,
sedangkan umur aja nambah.” celoteh Robby. Akhirnya mereka pun beranjak
pergi ke rumah untuk menemui sanak keluarga lainnya.
“Kak kereta yang tadi Robby naiki sudah jauh berbeda dengan kereta jaman
dulu yah kak, padahal saya menaiki kereta kelas biasa. Tapi wow sensasinya
berasa di kelas VIP.” ungkap Robby yang sangat excited.
“Lah memang Rob, makanya kamu sih sudah lama tidak pulang ke Surabaya.
Sekarang sudah banyak perubahan, bahkan sekarang sudah tidak ada lagi
kendaraan umum angkot Rob, sekarang sudah seperti di Kota Jakarta, semua
serba angkutan busway. Yah model-model Transjakarta lah. Makanya sekarang
sudah tidak macet lagi, tidak banyak angkutan umum yang ngetem dan parkir
sembarangan untuk mencari penumpang. Semua serba berhenti di jalur halte.”
cerita sang Kakak.
“Wahh luar biasa yah, Surabaya nampaknya semakin maju. Saya jadi gak sabar
ingin berkeliling Kota Surabaya Kak, tapi perubahan pesat ini juga saya rasakan
4. di Jakarta loh kak, mulai dari transportasi yang sama seperti Surabaya tidak
menggunakan angkot lagi, bahkan sekarang menggunakan busway yang sudah
bertinggkat Kak. Kemudian sudah tidak ada lagi kemacetan parah yang menjadi
rutinitas biasanya, dan tidak ada lagi sampah yang berserakan. Kota Jakarta
menjadi sangat bersih dan indah bak negara Singapura wkwkkw.” balas Robby
yang kagum akan Kota Jakarta.
***
Selama di perjalanan mereka membicarakan mengenai perubahan yang
telah terjadi, bercerita mengenai bisnis satu sama lainnya, dan keadaan
keluarga di Surabaya.
Ada satu hal sebenarnya yang megganggu pikiran Robby semenjak Ia
dalam perjalanan ke Surabaya, bahkan ketika Ia tiba di Jakarta ada banyak
pikiran yang meresahkan hatinya, ada seberkas pilu dan rasa gelisah yang
menghantuinya. Bahkan Ia berharap akan mendapat kabar atau mungkin cerita
tentang hal yang membuatnya resah ini dari sang Kakak. Namun tidak, Ia tidak
menemukan hal itu. Kemudian sampailah Robby di rumah tercinta. Ia kembali
disambut oleh keluarga terutama Ibu dan keponakannya yang sudah mencium
dan memeluknya erat. Semua rasa rindu akan keluarganya pun terbalaskan
sudah. Sampai pada akhirnya malam hari pun tak terasa, karena Ia larut dalam
perbincangan keluarga, maklum Robby sudah cukup lama tidak pulang
kampung. “Bu.. Robby boleh keluar rumah untuk mencari jajanan favorite
Robby ? Robby juga kangen nih sama suasana sekitar.” ijin Robby pada sang Ibu.
“Oh tentu Rob, mau ditemani atau nggak ? kamu masih inget kan daerah sini ?”
tanya sang Ibu. “Robby sendiri saja Bu, masih inget kok sedikit-sedikit lupa saja
hehe.” balas Robby.
Ia pun pergi dengan berjalan kaki sambil menikmati indahnya malam
hari Kota Surabaya, Ia juga memandangi sekitar jajanan yang sedang Ia cari
namun tidak ditemukan pedagang tersebut. “Hm.. duh dimana yah ? sepertinya
semuanya sudah banyak berubah.. apa udah gak jualan lagi yah ?” tanya Robby
dalam hati, karena Ia tidak menemukan pedagang langganan jajanannya
tersebut. Ia sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri, dan sesekali sambil
menanyakan pedagang sekitar. Sudah merupakan hal yang wajib ketika Robby
pulang ke Surabaya, Ia harus menyantap jajanannya itu terlebih dahulu. Tiba-
tiba langkah kaki Robby terhenti ketika Ia menabrak seseorang karena
pandangannya tidak fokus ke depan.
5. Duggg…….. “Aduh maaf-maaf Saya tidak sengaja, maaf yahh.” Ucap sang
penabrak yang kedengarannya adalah seorang wanita. Betapa terkejutnya Robby
ketika Ia melihat sosok yang selama ini menghantui pikirannya, ya Robby sangat
yakin ini memang sosok itu, sosok yang selalu mengusik pikirannya dan sosok
ini sekarang berada di depan matanya dan tidak ada perubahan mulai dari
matanya yang sendu dan hitam, pipinya yang tembem, alisnya yang tebal, dan
tentu bibir mungil merahnya itu. Ya dia adalah RACHEL wanita yang berada
dalam masa lalu Robby yang selalu berada dipikirannya, sampai-sampai Ia lupa
bagaimana caranya melupakan sejuta kenangan manis bersama Rachel.
Begitupun Rachel sama terhentak kagetnya ketika melihat bahwa lelaki yang
ditabraknya itu, yang sedang berada didepan matanya adalah ROBBY, ya Rachel
masih kenal betul bagaimana wajah Robby walau sekian taun lamanya mereka
tidak berjumpa. Mereka pun sama-sama diam dalam keheningan untuk
beberapa saat dan pada akhirnya keheningan tersebut dipecahkan oleh Rachel
lebih dahulu. “Robby…? Maaf sudah menabrakmu, kebetulan Saya sedang
terburu-buru.” jelas Rachel.
Hanya ini ? Mengapa kalimat-kalimat pertama yang diucapkan oleh Rachel
hanya sesederhana ini ? mengingat setelah sekian lama mereka tidak bertemu,
dan mengingat bahwa tidak adanya perpisahan manis antara keduanya dahulu.
“Ya.. tidak apa-apa kok, tadi Saya juga sedang tidak fokus melihat jalan. Rachel
apa kabar ? bagaimana kalau kita duduk di caffe sana untuk berbincang
sebentar ?” ajak Robby yang sebenarnya sudah tidak tahu lagi harus berkata
dan melakukan apa. Hari pertama setelah tibanya di Surabaya pun disambut
dengan terkuaknya luka serta sosok lama dimasa lalunya. “Oh oke boleh saja..”
balas singkat Rachel. “Apa kabar ? bagaimana kabar keluarga juga ?”
pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh Robby. “Hmm... Rachel baik-baik aja,
keluarga juga. Kalau kamu sendiri ? sedang liburan ?” tanya balik Rachel.
Ada seberkas curiga ketika Robby mendengar jawaban Rachel mengenai
kabarnya, bahkan untuk jawaban satu pertanyaan di awal saja membuat Robby
ingin bertanya untuk seribu pertanyaan selanjutnya. Dari matanya yang tidak
menatap Robby balik dan gumamnya yang lama membuat Robby berpikir bahwa
Rachel sedang dalam kondisi yang tidak baik.
“Oh sungguh ? iya Saya sedang liburan akhir tahun, karena sudah lama tidak
berkunjung ke kampung halaman. Saya pun memutuskan untuk menemui
keluarga.”
6. “Ya, oh begitu sudah berapa lama di Surabaya ?” Jawaban singkat yang kembali
di lontarkan Rachel.
“Oh baiklah, baru hari ini sampai. Bagaimana kabar suami dan mungkin anak
kamu ?” merupakan pertanyaan yang cukup beresiko untuk dilontarkan namun
Robby yakin Ia bisa menerimanya sekarang.
“Saya tidak menikah dengannya.” balas Rachel yang sontak membuat Robby
kaget sekaligus makin penasarandengan penyebab hal itu.
“Kok ? kenapa bisa begitu ? bukankah seharusnya kamu sudah menikah
keesokan harinya pada pertemuan terakhir kita .” lagi-lagi Robby berani untuk
menguak masa lalu pada pertemuan pertama mereka setelah hampir sepuluh
tahun tidak bertemu.
“Ceritanya sangat panjang Rob, dan sekarang aku harus pulang karena Ibu
sedang sakit dan aku harus membawa obat ini.”
“Ibu sakit apa ? sudah dibawa ke rumah sakit ? Oh baiklah nanti kita bisa
bertemu lagi lain waktu, tapi aku belum sempat memesankan minuman
sekalipun ?” tanya Robby dengan nada khawatir kondisi sang Ibu.
“Tidak parah, dan Saya rasa tidak perlu bertemu. Saya pamit dulu.” balas
singkat Rachel, dan belum sempat Robby membalas ucapannya Ia langsung
beranjak pergi.
Robby Pun merasa semakin bingung dengan perilaku Rachel. Memang
dahulu mereka punya kenangan buruk. Namun sepertinya ada hal lain yang
lebih buruk yang dialami Rachel sekarang melihat dari raut wajahnya yang
keliahatan sedih, dan tanggapan singkatnya. “OH GOD.. apa yang telah terjadi
sebenarnya… ???” lintas Robby. Namun, Ia memutuskan untuk mengikuti
Rachel diam-diam, karena takut terjadi sesuatu dengannya. Sesekali ia harus
mengumpat karena Rachel sepertinya sadar bahwa ada seseorang yang
membuntutinya. Namun, semakin lama Robby membuntutinya, Robby merasa
rumah Rachel semakin jauh, “Oh mungkin sudah pindah.” pikir dalam benak
Robby. “Tidak… tidak…. Kali ini memang akan menjadi aneh.” Robby semakin
bingung karena semakin jauh Ia berjalan, Ia memasuki sebuah kampung yang
cukup kumuh, dan sudah tak terasa satu jam lamanya Ia berjalan membututi
Rachel, dan hal yang bikin kagetnya adalah Rachel memasuki rumah kecil yang
terlihat seperti kontrakan itu. Sontak hal ini membuat Robby kaget dan semakin
timbul banyak pertanyaan dikepalanya. “Apakah ini jawabannya mengapa
Rachel berbeda ? apakah hal ini membuatnya ?? sebenarnya apa saja yang telah
terjadi padanya ???” semakin Robby berpikir semakin banyak jawaban yang
perlu Ia dapati, sudah terlalu malam untuk berkunjung ke rumah Rachel juga,
dan bisa-bisa Rachel marah karena ketahuan Robby sudah membuntutinya
diam-diam.
7. Selama perjalanan ke rumah, Robby tidak bisa berhenti memikirkan
kondisi Rachel saat ini sebenarnya seperti apa, Ia bingung harus bagaimana.
Cukup sulit setelah lamanya tidak bertemu kemudian melihat Rachel dengan
kondisi berbeda yang semakin membuat dada Robby seperti tertusuk kalau
mengetahui selama ini Rachel tidak bahagia bahkan Ia pun tidak jadi menikah
dengan pria pilihannya itu. Sesampainya di rumah Ia pun langsung lekas
menghampiri Ibunya.
“Bu ada hal yang ingin Robby tanyakan, penting sekali. Jadi berbicaranya di
kamar saja yah Bu..” Robby langsung menarik lengan Ibunya dan mengajak ke
kamar.
“Iya iya Robb kamu ini mau nanya apa sih kok buru-buru sekali ? gimana
jajanannya ketemu ? kok malam sekali baru pulang ?” lontaran pertanyaan sang
Ibu yang sama sekali tidak digubris Robby.
“Bu maaf yah Robby menjawab pertanyaan Ibu nanti saja, sekarang Robby mau
bertanya, hmm.. tapi Ibu jangan marah dulu dan dengarkan Robby dulu.
Gimana Kondisi Rachel saat ini bu ? dia baik-baik saja kan ?” Frontal Robby
pada sang Ibu.
“Robb kok kamu tiba-tiba nanya gini ? Ibu sudah tidak ingin membahasnya Rob.
Sudah berapa kali Ibu bilang jangan membahas Rachel lagi.” balas sang Ibu.
“Bu kali ini berbeda persoalannya, tadi Robby tidak sengaja bertemu dengan
Rachel dan karena Robby penasaran Robby pun membuntutinya, tapi Robby
bingung kok rumah Rachel…...” jujur Robby yang belum sempat melanjutkan
kalimatnya, tetapi sudah dipotong cepat oleh Ibunya.
“Apa ? kamu bertemu dan membuntutinya ? untuk apa sampai
membuntutinya ?” resah sang Ibu.
“Bu jawab Robby dulu, jangan balik nanya dulu Bu.. Robby beneran lagi
bingung.” mohon Robby.
“Rob ini sudah 10 tahun lamanya, Ibu sudah berharap kamu melupakannya
Rob, tidak perlu dibahas lagi. Lebih baik sekarang kamu tidur dan besok kita
pergi liburan.” balas sang Ibu dengan sedikit tekanan emosi.
“Buuu…gak bisa, Robby gak bisa tidur kalo gini caranya, ayolah bu ceritakan
duluu..” bantah dan mohon Robby.
“Kamu masih sama yah Rob, Ibu sudah tidak habis pikir. Sampai capek Ibu
ngingetin kamu untuk berubah. Baik akan Ibu jelaskan, Rachel dan
keluarganya sudah bangkrut total sekitar 5 tahun silam. Usaha Ayahnya ditipu,
semua fasilitas, harta dan perusahaannya ditutup habis, tidak ada satu usaha
pun yang tersisa, BAHKAN keluarga nya pun tidak ada yang membantu, semua
orang mejauhinya. Sekarang Rachel bersama Ayah, Ibu serta Adiknya tinggal di
8. kontrakan kumuh. Ia menarik diri dari lingkungan, semua sifat sombong
keluarganya itu berubah menjadi keluarga yang minder, yang tidak mau
bersosialisasi dengan tetangga bahkan Ia sekeluarga menutup diri. Ayahnya kini
menjadi seorang pemulung, Ibunya tidak pernah keluar, dan Adiknya berhenti
sekolah. Rachel juga tidak bisa bekerja karena Ia harus merawat Ibunya, dan
Adik laki-lakinya pun tidak bisa diandalkan. Kerjaannya Cuma berjudi dan
mabuk-mabukan. Begitu cerita yang Ibu dengar dari para tetangganya. Ibu
sedih dan sudah berusaha membantunya selama ini, namun Ibu harus gimana
kalau keluarganya saja menolak segala bantuan dari siapapun itu. Rachel tidak
jadi menikah dengan nak Andreas, karena ternyata pada saat hari dimana
mereka akan menikah disitu terbongkar bahwa Andreas telah berselingkuh
dengan wanita lain, perempuan selingkuhannya itu yang menghentikan prosesi
akad pernikahan tersebut, Ibu juga sengaja tidak cerita sama kamu, karena Ibu
rasa tidak perlu lagi. Kamu harus mencari kebahagianmu sendiri. Dan Ibu rasa
Tuhan memang adil dan mungkin cobaan ini akan membuat keluarga Rachel
mendapat hidayah.” penjelasan panjang dari sang Ibu membuat Robby tak bisa
berkata-kata, Ia hanya diam untuk beberapa saat.
“Hmmm.. Oh gitu bu, Robby bingung harus bilang apa, dan harus gimana
sekarang.. makasi atas penjelasannya yah bu. Sekarang Robby yang jawab
pertanyaan Ibu. Robby gak menemukan jajanan itu soalnya pedagangnya
mungkin udah gak jualan disitu, dan Robby pulang malam karena membuntuti
Rachel itu tadi hehe. Sekarang Robby nurut deh buat tidur dan istirahat karena
besok kita akan jalan-jalan kan bu.” jawab Robby lemas dan dengan air mata
yang sudah mengambang di pelipis mata.
“Rob kamu kaget yah ? kamu yakin kamu mau tidur ? mau Ibu temenin aja ? Ini
nih yang Ibu sesalkan kalau menceritakan semuanya ke kamu, kamu jadi
kepikiran dan sedih lagi kan pasti.” nada khawatir keluar dari sang Ibu.
“Kkwkw gapapa kok Bu kan Robby yang minta Ibu untuk cerita, sudah sana Ibu
tidur saja sudah malam, Robby memang tidak baik-baik saja dan Robby akan
baik-baik saja dengan segera kok Bu, Ibu tidak perlu khawatir.” balas Robby
dengan pasti pada sang Ibu.
***
Kukuruyuk…. Kukuruyuk …..
Suara ayam berkokok menandakan hari sudah pagi dan Robby pun
menyadari bahwa Ia tidak tidur semalaman. Ia tidak bisa mempercayai dengan
mudah atas semua yang sudah diceritakan oleh Ibunya. Jantungnya terasa
ditikam oleh pisau berlapis ketika memikirkan nasib dan kondisi Rachel selama
ini. Kenyataan yang menceritakan bahwa Rachel begitu amat sangat menderita
selama ini, dan saat itu Robby tidak bisa membantu sama sekali, bahkan Ia
9. berada sangat jauh darinya dan hal ini membuat Robby semakin merasa
frustasi dan tertekan. Kalau saja ada cara untuk memutar waktu kembali,
Robby tidak akan memilih pergi ke Jakarta dan meninggalkan Rachel mungkin
situasinya tidak akan seperti ini. Yang saat ini bisa Robby lakukan adalah
menyalahkan dirinya sendiri. Andai saja, andai saja dan andai saja. Begitu
banyak penyesalan yang ia rasakan. Robby sama sekali tidak tahu bagaimana
Rachel yang selama ini berada dalam kondisi yang malang. Masih jelas betul
bagaimana kondisi terakhir saat Ia bertemu dengan Rachel, walau tetap dalam
situasi pilu untuk melepas Rachel, namun setidaknya Robby tidak melihat
Rachel hidup dalam kondisi yang seperti ini, sementara Ia yang sudah sangat
berkecukupan, sukses dan jauh dari kata “MISKIN”.
***
(2020) Namun takdir berkata lain, Hari pernikahan Rachel dengan
Andreas yang akan di gelar, Robby hanya bisa ikhlas walau sebenarnya sangat
sulit menerima kenyataan pahit ini. Robby kecewa juga pada Rachel namun apa
boleh buat, Robby tau ini semua karena paksaan dari orangtua Rachel. Dan
Robby tahu kalau Rachel tidak mencintai Andreas.
(2020, 24 Maret) Keduanya, Rachel dan Robby berpisah untuk menjalani
hidup masing-masing. Semuanya selesai pada hari itu, dan Rachel memutuskan
untuk menikah dengan Andreas. Pria pilihannya, lebih tepatnya pilihan keluarga
Rachel.
“Rob, Saya rasa hubungan kita memang tidak bisa dilanjutkan.” percakapan
yang dimulai oleh Rachel.
“Apa ? kamu serius akan menyerah ? kasih Saya alasan yang bisa mengiyakan
kalo kita gak bisa sama-sama lagi” tanya Robby dengan nada setengah emosi.
“Iya, Saya gamau kalo hubungan kita ini menimbulkan banyak kesedihan untuk
orang disekitar kita terutama kamu dengan keluargamu, sudah begitu banyak
caciaan dari Bapak sama Ibu yang menyakitkan hati mereka. Rachel sangat
minta maaf.” ucap Rachel yang kelamaan suaranya berubah menjadi gemetar
dan matanya tidak berani menatapRobby.
“Itu bisa kita atasi kok Chel, Saya tau kita bisa lewatin ini semua bersama-sama,
kita harus lebih usaha lagi Chel, percaya sama Saya. Saya akan berusaha
berjuang keras agar Saya bisa membuktikan pada keluarga kamu bahwa Saya
bisa bahagiain kamu, Saya bisa mencukupi semua kehidupan kamu dan Saya
tidak akan mengecewakan kamu, Saya janji itu. Saya akan bicarakan ini sama
Ibu dan Bapak Saya, kalau perlu setelah Saya sukses Saya akan melamar kamu
10. Chel.” penjelasan Robby semakin membuat Rachel seakan sulit untuk bernapas,
dadanya semakin terasa sakit.
“Tapi Rob, sangat sulit. Aku bingung harus gimana lagi. Ayah sangat keras,
begitupun Ibu. Saya tahu itu… tapi.” ketika Rachel belum sempat melanjutkan
perkataannya, Robby pun memotong.
“Chel tolong lah, ini sudah lama Chel kita bangun. Kamu tau kan Saya gak akan
nyerah ? harus berapa kali lagi Saya bilang kamu harus bersabar sedikit dan
percaya sama Saya Chel. Saya yakin lama-kelamaan Ayah kamu pasti menerima
Saya. Tunggu Saya mencari pekerjaandulu.”
Ungkap Robby berusaha menyakini Rachel sambil menggenggam tangannya.
“Maaf Saya gak bisa Rob, Saya … Saya … Saya harus menikah dengan pria lain,
Andreas. Saya rasa Saya akan bahagia bersama dia.” Dan akhirnya Rachel tak
mampu membendung air mata yang sudah sejak dari tadi ia tahan. Mendengar
hal ini Robby pun hanya bisa terdiam, dadanya terasa sakit dan sekujur
tubuhnya lumpuh.
“Oh baiklah kalau memang itu pilihan kamu dan kalau memang itu yang terbaik
untuk kamu, Saya udah gak bisa bertindak apa-apa lagi kalau udah begini Chel.”
jawab Robby dengan tidak menatap Rachel, keduanya pun diam untuk beberapa
saat. Rachel juga merasa tak berdaya saat akan menatapwajah Robby.
“Saya benar-benar minta maaf Rob, Saya yakin ini yang terbaik untuk
semuanya. Kamu harus janji kalau kamu akan bahagia nantinya dan kamu
harus tetap berjuang meraih cita-cita kamu untuk bahagikan keluargamu.” kini
Rachel menatap Robby dalam-dalam seakan itu menjadi pertemuan terakhir
mereka.
Dengan perlahan Robby melepas genggamannya dari tangan Rachel.
“Iya, Saya juga minta maaf kalau selama ini Saya gak bahagia’in kamu. Lebih
tepatnya belum sempat membahagiakan. Semoga kamu bahagia bersama
Andreas. Saya senang melihat kamu bahagia.” Robby beranjak dari tempatnya
dan pergi meninggalkan Rachel.
Rachel hanya bisa menangis dengan keras, Ia tahu betul bagaimana hancurnya
perasaan Robby saat itu, Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Terlalu banyak
luka yang akan dihadapi jika mereka terus bersama.
***
Rachel memang berasal dari keluarga serba berkecukupan, Ayahnya
seorang pegusaha furniture terkenal di Surabaya dan telah memiliki banyak
cabang usaha. Rachel pun seorang anak yang pandai, cantik, sederhana dan
11. rendah hati. Dengan kesederhanaan dan kebaikan hati yang dimilikinya.
membuat seorang Robby jatuh hati kepadanya. Mereka memang memiliki
kehidupan yang berbeda, bahkan tidak berimbang. Robby berasal dari keluarga
yang sederhana, Ayahnya hanya seorang Pegawai buruh pabrik dan Ibunya
hanya seorang penjual gado-gado. Namun Robby tetap tidak putus asa dalam
menggapai cita-citanya, Ia selalu mendapat beasiswa di setiap jenjang
pendidikannya, bahkan Ia mendapatkan beasiswa kuliah di Universitas
Indonesia dan kuliah di Amerika Serikat. Dan hal ini membuat derajat keluarga
Robby lebih naik dan lebih dihargai oleh orang lain. Kakaknya pun sukses
menjadi seorang pengusaha kuliner di Surabaya. Dengan kesederhanaan dan
kerendahan hati yang dimiliki Robby, Ia menjadi sosok pria yang dikagumi para
wanita termasuk Rachel. Perbedaan status sosial memang terlihat jelas diantara
mereka, hal ini menjadi hambatan besar dalam hubungan mereka. Hubungan
mereka dipenuhi dengan lika-liku permasalahan, namun mereka tetap berusaha
untuk bersama. Begitu banyak cacian, hinaan, dan makiaan yang sudah
diterima oleh keluarga Robby. Sampe-sampe Ibu Robby pun sering menangis
dan memohon pada Robby agar hubungan mereka berakhir saja. Rachel sampai
pernah diusir oleh Ayahnya karena memohon agar berhenti menghina Robby
dan keluarganya. Tidak mudah bagi Rachel dan Robby untuk mengakhiri
hubungan yang sudah terjalin selama 6 tahun itu semenjak mereka duduk di
bangku SMA. Mereka saling mencintai dan mungkin sulit untuk berpisah.
***
Dan kini, setelah 10 tahun lamanya Robby seakan harus kembali untuk
membantu Rachel.
“Bu.. hari ini Robby mau pergi ke rumah Rachel yah ? boleh kan Bu ? jalan-
jalannya nanti saja yah Bu, kan Robby masih lama di Surabya hehe.” dengan
nada seakan-akan tidak ada yang terjadi saat ini Robby meminta ijin pada sang
Ibu.
“Rob, kamu becanda yah ? untuk apa ? Ibu sudah bilang tidak perlu. Rob, Ibu
sangat senang kalau kamu sekarang sudah sukses dan sudah membahagiakan
banyak orang, dan Ibu yakin kamu sudah bisa bangkit dari keterpurukan
semenjak hal itu, dan sekarang kalau kamu ketemu Rachel lagi dan kamu tiba-
tiba teringat masa lalu, kan akan membuatmu sedih lagi nak? Ibu rasa Ibu
salah nyuruh kamu pulang ke Indonesia.” Nasehat sang Ibu yang membuat
Robby justru tertawa yang sebenernya untuk menutupi kesedihannya.
“Kkwkwkw Ibu ini lucu, anak pulang kok malah dimarah-marahin gini kayaknya
Ibu gak seneng kalo Robby pulang, Ibu gak kangen Robby yah.” manja Robby.
“Rob Ibu sedang tidak bercanda.”
12. “Tenang saja bu, Robby tidak akan kenapa-kenapa, Robby sudah berubah dan
sudah lebih kuat. Robby hanya ingin membantu Rachel. Robby pamit yah Bu….”
balas Robby yang langsung berlari menaiki motor dan keluar menuju rumah
Rachel.
*** (Dirumah Rachel)
Tok tok tok tok … “Permisi,permisi…” Rachel pun keluar membuka pintu.
“Robby ? loh ? kok kamu tau rumah Saya?”
“Hai Chell, iya dong hehe hebat kan Saya. Chel boleh Saya bertemu Ibu kamu ?
Saya ingin menengok Ibu.” tanya Robby dengan santainya seakan-akan tidak
ada hal yang terjadi di antara mereka. Tidak ada kecanggungan yang
ditunjukkan Robby, berbeda dengan Rachel.
“Hmm… Rob…” gumam Rachel ragu dan dengan mata yang mulai berkaca.
Rachel merasa sedih ketika pada akhirnya Robby harus tau akan kondisi
kehidupannya yang malang ini. Sangat jauh berbeda dengan kehidupannya yang
dulu.
“Ayolah masa gak boleh masuk sih ?” mohon Robby
“Baik silahkan masuk, maaf kalau keadaannya seperti ini.” ungkap Rachel
berusaha kuat.
“Oke.. tidak perlu minta maaf, tidak ada yang berubah kok..” balas Robby yang
membuat Rachel sedikit bingung dengan kalimatnya barusan.
Robby pun memasuki rumah Rachel, dan betapa kagetnya Ia melihat isi
dari rumah Rachel yang serba terbatas, ubinnya pun masih beralaskan tanah,
atapnya pun sudah bolong-bolong, tidak ada benda elektronik, hanya ada kipas
angina itu pun sudah terlihat tidak berfungsi. Sangat sempit sekali dan ketika Ia
melihat kondisi Ibu Rachel betapa sedihnya Robby melihat Ibu Rachel terbaring
lemas di kasur tidak layak pakai yang beralaskan bambu tersebut. Akhirnya
Robby pun berbincang dengan Ibu Rachel. Ibu Rachel sangat malu dan tidak
menyangka kalau Robby sudah menjadi pengusaha kaya yang sukses. Ibu
Rachel malu ketika mengingat bahwa ia dahulu seperti orang yang kejam, yang
memandang Robby dengan sebelah mata saja. Seribu maaf mungkin tidak
cukup untuk dilontarkan kepada Robby. Namun dengan kesederhanaan dan
kebaikan Robby. Ia dan keluarga telah melupakan serta memaafkan seluruh
kejadiandi masa lalu. Air mata tak kuasa di bendung oleh Rachel dan sang Ibu.
***
13. (2030, 25 Desember) Robby tidak menyangka kalau masih banyak orang
yang berada dalam kesusahan seperti ini di Kota Surabaya yang sudah maju ini,
berbeda ketika pada jamannya dulu. Yang membuat tidak menyangkanya lagi
adalah orang yang berada dalam kesusahannya saat ini adalah Rachel. Robby
tidak tega melihat keadaan Rachel dan keluarganya. Ia berusaha untuk
membantu Rachel walau Rachel selalu menolak dengan keras. Namun Robby
tidak menyerah, setiap hari ia mengunjungi rumah Rachel untuk selalu
memberikan bantuan. Lama kelamaan Rachel pun mau menerima niat baik
Robby.
“Chel, Saya minta maaf. Dulu Saya harusnya gak ninggalin kamu. Saya sama
sekali tidak bahagia dengan semua kesuksesan yang Saya miliki kalau ada
orang yang tidak bahagia, termasuk kamu.” ungkap Robby menatap lurus mata
Rachel dengan tulus.
“Kamu tidak perlu minta maaf, Saya yang harusnya minta maaf karena Saya
selalu membuat kamu sakit, Saya tidak bermaksud sama sekali Rob, sungguh…”
ucap lirih Rachel.
“Saya tau itu, Saya sudah mendengar semua cerita dari Ibu tentang semua yang
telah terjadi chel, hal itu bikin Saya nyesal banget kenapa Saya gak bisa bantu
dan tolong kamu. Saya minta maaf lagi yah. Makanya sekarang ijinkan Saya
membantu kamu, kita lupain masa lalu.”
“Rob.. Saya tidak tahu harus seperti apa, Saya bingung kenapa kamu selalu
baik sama Saya, kamu selalu menjadi Robby yang dulu Saya kenal. Saya minta
maaf dan Saya juga menyesal” Ucap Rachel yang sekarang air matanya sudah
mengalir deras.
“Tidak perlu minta maaf, kamu tidak salah. Saya tau kamu melakukan hal itu
dengan terpaksa.Kamu juga tidak pernah berubah chel. Saya bisa rasakan itu.”
Akhirnya Robby pun memeluk Rachel, dan Rachel tidak menarik diri. Ia tetap
berada dalam pelukan Robby dengan air mata yang terus mengalir.
“Saya kangen banget sama kamu Chell….”