1. BIOGRAFI
Nama saya adalah Adhe Apri Sulastri. Keluargadan teman – teman biasa memanggil saya Adhe. Saya
lahir di Wakansoro tepatnya Buton Utara, Sulawesi Tenggara pada hari Senin, 02 April 2001. Ayah saya
bernama La Muidu dan ibu sayabernama Ely Firnawati. Dengan titel S.P, ayah saya bekerjasebagai seorang
Pegawai Negeri Sipil di kantor pajak Raha sementara ibu saya adalah seorang wiraswasta dengan berbisnis
online dan sedang melanjutkan kuliahnya untuk sarjana mendapatkan titel S,Pd. Umur saya 15 tahun. Saya
sekarang duduk dikelas 1 SMA. Saya sekolah di SMA Negeri 1 Raha, kelas X MIA 1. Sebelumnyasaya TK di
TK Pembina samping kantor ayah saya, SD 10 Katobu yang kini diubah menjadi SD 06 Katobu dan juga
SMP Negeri 02 Raha. Saya mempunyai duaorang adik perempuan yang bernama Audry RachmaNiarsy dan
AldaJuy Fibry. Merekaberusia13 tahun dan 11 tahun. Mereka sekolah di SMP Negeri 2 Raha dan SD 06
Katobu. Saya tinggal di Raha, Sulawesi Tenggara jalan Madesabara tepatnya lorong Cendana nomor 12 B.
Sesuai dengan jurusan yang saya pilih, saya ingin sekali menjadi seorang dokter ahli dalam. Salah satu
pelajaran yang paling saya sukai adalah Bahasa Inggris. Dari kecil saya sangat sukamembaca, baik itu buku
– buku pelajaran maupun novel atau buku fiksi lainnya.Ya, hobi saya adalah membaca tapi tak seperti kutu
buku juga. Olahraga yang saya sukai ialah bermain bulu tangkis dan lari pagi atau sore hari. Setiap hari saya
tak pernah lepas dari musik, mendengarkan musik menurutku mampu menenangkan pikiran dari semuarasa
lelah dari kegiatan di sekolah. Selain itu, sayajuga suka bernyanyi. Saya jugasering meluangkan waktu untuk
bercakap dengan orang asing dengan sosial media, bisadilihat sendiri mulai dari Facebook : Adhe Apri
Sulastri, id Line : adheas02 serta Instagram : adheeas tentunyadengan tujuan agar memperbanyak kosa kata
saya dalam menggunakan Bahasa Jnggris. Saya juga suka memasak walau tak terlalu lihai seperti ibuku.
Makanan favorit saya adalah nasi goreng dan minuman kesukaan saya yaitu es buah. Saya jugasangat suka
menulis bahkan di laptop saya banyak cerpen dan novel yang saya buat sendiri.Oleh karenaitu, sayasangat
antusias ketika ibu guru menyuruh kami untuk membuat sebuah cerpen. Itulah biografi diri saya. Terimakasih
telah membaca. Assalamu ‘alaikum.
2. Puisi untuk Ayah
SOSOK YANG TANGGUH
Tersirat olehku untuk mulai
meggoreskan tinta pena ini
Hanya untuk mengingat, mengenang
secuil dari sedikit peristiwa yang terekam
Dalam memori ingatanku tentang
perjalanan hidupmu….
Tak terasa lapisan bening di kedua mataku
Mulai bergetar, masih menggenangi pelupuk mata
Hingga akhirnya mengalir turun dengan derasnya
Bagaimana tidak?
Engkau bekerja banting tulang
demi menafkahi keluarga kecilmu
Sejak pusat tata surya terbit
hingga kembali memancarkan cahaya jingganya
Bahkan kelamnya malam sering bersamamu
Terkadang hinaan, cemoohan
Bahkan hujatan diberikan kepada keluargamu
Tetapi apa? Kau tidak menunjukkan kesedihanmu
pada anak – anakmu
Bahkan menyimpannya sendiri dalam hati ….
3. Dari keseluruhan gejolak kehidupan yang kau alami
Dalam jiwaku, dalam hati sanubariku
yang teramat dalam
Hanya bisa kulisankan
Bahwa aku cinta padamu
4. Cerpen berdasarkan Hikayat Bunga Kemuning
Pada suatu hari, di sebuah desa yang cukup terpencil terdapat kerajaan dimana rakyat –
rakyatnya sangat makmur serta sejahtera. Kerajaan tersebut telah lama berdiri dibawah
kepemimpinan raja yang sangat baik hati dan bijaksana.Ia selalu tersenyum ramah kepada
semua orang. Sikap dermawannya juga membuat ia selalu dieluh – eluhkan oleh rakyatnya. Tapi
sayangnya, sang istri telah lama meninggal saat ia melahirkan anak bungsu mereka. Akibatnya
sang raja kewalahan dan pastinya tak mampu merawat anak – anaknya seorang diri, apalagi ia
adalah seorang yang sangat sibuk dengan urusan pemerintahan. Oleh karena itu, anak – anak
sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Karena kesibukkannya tersebut, sang ayah tak punya
banyak waktu untuk mendidik serta menasehati anak – anak kesayangannya itu. Akibatnya
mereka semua menjadi anak yang nakal dan manja. Mereka hanya bisa bermalas - malasan dan
juga bermain sampai lupa waktu hingga melupakan kewajibannya untuk belajar dan membantu
ayah mereka. Hampir setiap hari pertengkaran terjadi di antara mereka.
Dari pernikahannya dengan sang istri, ia dikaruniai sepuluh orang anak. Mereka semua
diberi nama – nama warna. Si sulung bernama Putri Jambon serta adik – adiknya Putri Jingga,
Putri Nila, Putri Hijau, Putri Kelabu, Putri Oranye, Putri Merah Merona dan anak bungsunya
Putri Kuning. Dengan umur yang semakin tua, sang raja tetap bisa mengenali anak – anaknya
meskipun dari kejauhan karena mereka semua mengenakan pakaian yang berwarna sesuai
dengan nama mereka masing – masing. Kesepuluh anak raja tersebut memiliki paras yang
sangat elok. Meski demikian, si bungsu memiliki sifat yang berbeda dengan kakak – kakaknya. Ia
tak terlihat manja sedikitpun, sebaliknya ia sangat ramah kepada semua orang dan selalu
tersenyum manis serta gemar belajar dan rajin bekerja. Tak heran sang Ayah pun sangat
menyayanginya. Putri Kuning tahu bahwa ketika ia terlahir di dunia ini, ibunda tercintanya
meninggal. Sehingga ia agak merasa dirinyalah penyebab dari kelakuan nakal kakak – kakaknya,
karena tak jarang kakak – kakaknya mengejeknya dengan bilang bahwa ia adalah anak sial
penyebab mereka semua kehilangan ibundanya. Suatu waktu Putri Kuning belajar di kamarnya.
Selesai belajar ia langsung merapikan kamarnya dan mengepel lantai rumah. Ia mengambil sapu
kemudian menyapu debu – debu di sekitar ruangan itu. ‘’Hmm…. kotor sekali, lebih baik aku
yang bersihkan sekarang,” katanya dalam hati. Lalu ditatanya dengan rapi pajangan – pajangan
di kamar itu. Setelah itu ia mengatur boneka – bonekanya di lemari, kemudian membuang isi
dalam tong sampah itu. Ia selalu merapikan kamarnya sendiri, beda dengan kakak – kakaknya
yang hanya bisa mengandalkan tenaga pembantu rumah tangga di istana itu. Putri Kuning
menyapu dengan sangat bersih. Ia memang mewarisi sifat ibunya yang sangat rajin. Tak terlihat
raut wajah yang kecapean dari si bungsu itu, yang ada hanyalah senyum yang mengembang. Ia
5. mulai mengepel lantai ruangan itu. Sang ayah yang melihatnya tersenyum senang karena
melihat putrinya yang sudah belajar mandiri.
“Hey nak! Apa yang kau lakukan sayang? Mengapa tak menyuruh salah satu pembantu saja?”
kata sang Raja. ‘’Tidak ayah, aku sengaja ingin bekerja. Tak ada salahnya bukan? Lagi pula aku
sudah cukup besar dan pekerjaan ini bukan pekerjaan yang berat ayahku tercinta,” kata Putri
Kuning dengan riang dan sedikit bermanjaan dengan ayahandanya. Sontak kakak – kakaknya
merasa iri melihat adegan itu. “Hahaha.” Sang ayah sempat tertawa melihat tingkah putrinya
itu. “Kau sungguh anakku yang paling baik juga cantik. Rajin sekali anak manisku ini,” kata sang
ayah sembari memeluk putri bungsunya itu. Dan disambut oleh Putri Kuning. Si sulung tak
tahan melihatnya dan berkata “Ayah ini, pilih kasih sekali. Apa ayah tak sadar atas apa yang
ayah bilang tadi. Seharusnya kami semua anak kesayanganmu!” ucapnya dengan nada tinggi”.
Sang ayah sampai tertegun dibuatnya karena melihat anaknya begitu kasar. “Ia betul banget,
kami juga ingin dimanja seperti itu ayah,” sambung Putri Hijau. Sang ayah pun angkat bicara
“Wahai anak – anakku, aku tidaklah pilih kasih, tentunya aku menyayangi kalian semua sebagai
anakku, akan tetapi tidak malukah kalian melihat adik kalian sangat rajin bekerja sementara
kalian bisanya cuman bermalas – malasan?” kata sang Raja dengan penuh kesabaran. “Sudah
ah, sebaiknya kita pergi saja dari sini” sahut putrid Nila. Kesembilan putrid cantik tersebut pun
pergi meninggalkan dua orang itu yang melirik mereka dengan tatapan sedih. Setelah putri –
putrinya pergi, sang ayah pun berkata pada putri Kuning “Sudah nak, lanjutkan dulu saja
pekerjaanmu lalu segeralah makan siang bersamaku” kata sang ayah sambil beranjak pergi
mengurus keadaan kerajaannya.
Sejak hari itu, kakak – kakaknya selalu terlihat sinis di depan Putri Kuning. Mereka tetap
saja iri dengan sikap dan perhatian lebih ayahanda mereka kepada Putri Kuning. Tak jarang ia
mendapatkan ejekan dari kakak – kakaknya.“Huu anak sok polos. Cari perhatian mulu
kerjanya!” seru salah satu anak raja.“Iyaa. Baik didepan pasti ada maunya! Nggak bosan apa?”
kata Putri Merah Merona.Lagi – lagi Putri Kuning hanya bisa diamdan menatap lirih kepada
kakak – kakaknya itu. Karena sering mendapat cemooh dari para kakaknya, sehingga
membuatnya jarang bergabung dengan kakak – kakaknya bahkan hampir tak pernah. Ia lebih
suka berpergian dengan pembantunya. Hingga pada suatu hari sang Ayah hendak pergi jauh
dan lama untuk mengurus urusan pemerintahan dengan kerajaan lain. Sebelum pergi, ia
mengumpulkan semua putrinya di ruang keluarga. Dan berkatalah dia “Aku akan segera
berangkat. Aku mungkin akan lama disana. Apakah kalian ingin sesuatu?” tanya raja.“Aku ingin
kalung emas yang mahal dan cantik” kata si sulung. “Aku ingin dibawakan kain sutra yang
indah” kata Putri Jingga. “Aku ingin laptop dan handphone baru!,” tambah Putri Kelabu. “Aku
ingin boneka panda besar yang memiliki liontin berkilau di lengannya” timpal Putri Oranye.
“Aku ingin gaun mewaaah ayah!” kata Putri Merah Merona. “Aku ingin dibeliin gelang dan
cincin berlian” kata Putri Hijau. Mereka semua antusias karena akan dibelikan barang yang
6. mewah – mewah. Mereka sama sekali tak mengkhawatirkan ayahnya. Mereka tetap saja
berpikir oleh – oleh apalagi yang akan diminta. Semua putrinya mengiginkan oleh – oleh yang
mahal – mahal.
Tapi tidak dengan Putri Kuning. Ia menatap ayahnya dalam – dalam dan berkata “Ayah, aku tak
ingin apa – apa, aku hanya ingin ayah kembali ke rumah dengan selamat” kata Putri Kuning
yang disambut cemoohan serta suara tawa kakak – kakaknya. Salah satu dari mereka sempat
menumpat “Lihat anak itu, mulai lagi. Dasar tukang cari perhatian huh”. Melihat kekhawatiran
dimata anak bungsunya itu, sang ayah pun berkata “Anakku yang baik, tentu saja aku akan
kembali dengan selamat dan akan kubawakan kau hadiah yang indah”. Lalu dipeluknya Puteri
Kuning dengan sayang. Putri Kuning langsung membalas pelukan ayahnya yang membuat
sembilan putri raja itu sakit hati. Sang ayah pun pergi meninggalkan mereka sambil
melambaikan tangan. Puteri Kuning tersenyum sambil melihat punggung orang yang
disayanginya semakin jauh dan hilang di balik pintu rumah kerajaan itu. Tak disangkanya saat
hendak melangkah, salah satu kakinya dikait oleh Putri Oranye dan membuat Putri Kuning
kehilangan keseimbangannya lalu tersungkur ke lantai. “Itu balasan atas kelakuanmu tadi anak
baik hatii!” kata Putri Oranye dan terdengar gelak tawa kesembilan putri itu. Putri Kuning hanya
bisa mendesis kesakitan karena kaitan kakaknya tadi membuat kakinya keseleo. Dengan susah
payah, sekuat tenaga ia berusaha berdiri dan ke kamarnya. Ternyata, kelakuan kakaknya
setelah sang Raja pergi semakin menjadi – jadi saja. Kakak – kakak Putri Kuning semakin manja
dan nakal bahkan sering membentak para pembantunya. Mereka semua sangat malas sehingga
bisanya hanya memerintah para pelayan agar menuruti segala keinginan kakak – kakak Putri
Kuning. Pelayan dibuat kewalahan menuruti perintah mereka. “Aku ingin makan cupcake,
buatkan segera untukku,” kata Putri Kelabu. “Ambilkan aku jus orange, aku sangat haus” kata
Putri Jingga. “Aku ingin dibuatkan pudding yang sangat lezat” sahut seorang lagi. “Aku juga, aku
juga” kata putri – putri malas itu.
Saking sibuknya, para pembantu di istana itu tak bisa mengurus dan membersihkan taman
istana yang terletak di belakang istana tersebut. Tempat kesayangan sang Raja yang selalu
dijadikan untuk menghabiskan waktu bersama Putri Kuning. Melihat taman istana yang begitu
kotor dan acak – acakan membuat Putri cantik itu sedih, dengan antusias tanpa membuang
waktu ia segera berlari mengambil sapu dan mulai membersihkannya. Ternyata kaki si bungsu
masih sangat sakit sehingga menyulitkannya untuk berjalan tetapi Putri Kuning tak
menghiraukan itu semua. Semua daun kering dirontokkannya dan disapunya, sampah – sampah
yang berserakan dipungutnya lalu dibuangnya ke tempat sampah, rumput – rumput yang mulai
meninggi dipangkasnya sampai rapi kembali. Dari sudut ke sudut taman tersebut
dibersihkannya hingga tak tersisa sampah sedikitpun. Taman yang semula kotor itu sekarang
telah menjadi tempat yang bersih kembali dan sangat indah dengan bunga – bunga mawar di
sekelilingnya. Semula para pembantu melarangnya namun apa daya, si bungsu cantik itu tetap
7. bersikeras melakukannya. Para pembantunya pun cuman bisa mengiyakan Putri Kuning itu.
Kakak – kakak Putri Kuning pulang ke rumah setelah seharian bermain dan mandi di danau.
Kakak – kakaknya itu sedang bercanda dan mengobrol di ruang tengah tepatnya di lantai dua
bangunan tersebut. Melihat Putri Kuning yang sedang menyapu taman istana, Putri Nila berkata
“Hei saudara – saudaraku kemarilah! Lihat sana! Rupanya kita punya pembantu baru nih
hahahah..” katanya dengan tertawa terbahak – bahak. Kemudian kakak – kakaknya yang lain
datang dan berkata “Ada apa ? ada apa?” tanya mereka. Mereka semua ikut tertawa melihat
Putri Kuning yang sedang asyik membersihkan itu. Kemudian Putri Merah Merona berkata “Hei
pelayan, bersihkan itu, masih kotor tuh!” katanya sambil melemparkan sisa kulit – kulit kacang
yang mereka makan. Si bungsu yang melihatnya langsung menyapunya kembali. Ia dengan
sabar tidak menggubris perkataan dari kakak – kakaknya itu. Putri Jambon pun melemparkan
kulit – kulit snack yang mereka makan tadi. Sampai begitu seterusnya terjadi berulang – ulang
hingga Putri Kuning dibuat kewalahan akibat ulah kakak – kakaknya itu. Si bungsu pun telah
hilang kesabaran.“Kalian ini! Sungguh keterlaluan, kalian anak nakal. Tak semestinya Ayah
membawakan oleh – oleh untuk kalian!”. Lalu Putri Hijau berkata “Ya sudah aku bosan nih,
mending kita main lagi ajah” katanya dan dijawab dengan anggukan oleh yang lainnya. Mereka
pun meninggalkan Putri Kuning sendirian.
Begitu seterusnya yang terjadi hingga sang Ayah kembali. Beberapa hari setelah itu, sang
Ayah pun kembali dengan berbagai macam pesanan oleh – oleh untuk anaknya. Tetapi ia sangat
sedih ketika mengetahui anak – anaknya sedang bermain di danau sementara si bungsu, Putri
Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Dalamhati ia berkata “Sungguh baik budi
pekertimu nak. Kau anak yang baik serta rajin sama seperti Ibumu” katanya terharu. Bunga –
bunga yang dirangkainya adalah mawar putih, bunga kesukaan almarhum ibundanya tercinta.
Ia asyik merangkai bunga yang sangat cantik seperti dirinya hingga tak sadar Ayahnya telah
datang.“Anakku sedang apa kau?” tanya sang Raja mengejutkan Putri Kuning. Putri Kuning
hamper saja terlonjak dari duduknya karena kaget. Ketika mendengar suara tidak asing, ia
langsung membalikkan tubuhnya dan memeluk ayahnya dengan erat. “Hei kenapa nak?” tanya
Ayah Putri Kuning. “Aku senang Ayah telah kembali. Aku kangen yah!” katanya hampir
menangis. “Hmm Ayah juga begitu sayang. Ayah kangen sekali padamu dan juga kakak –
kakakmu,” Kata Ayahnya. Tapi dimana kakak – kakakmu? Mengapa kau disini sendirian,”
sambungnya. “Nggg.. anu yah…mereka sedang bermain di danau,” kata Putri Kuning dengan
terbata – bata. Ia takut Ayahnya kecewa. “Lantas mengapa kau tak ikut bersama kakak –
kakakmu?” tanya Ayahnya kembali. Dan dijawab oleh Putri Kuning dengan riangnya “Aku males
yah, mending aku di rumah ajah, aku suka ngerangkai bunga ini yah,” katanya sambil berlari ke
rangkaian bunga yang dibuatnya. “Cantik kan? Sama sepertiku hehehe..” Ayahnya tersenyum
dan sedikit tertawa geli melihat tingkah lucuh anaknya itu. Kemudian ia menghampiri anak
kesayangannya itu. “Hei nak! Lihat ini apa yang kubawakan untukmu!” katanya sambil
8. mengeluarkan kalung liontin indah dengan batu permata hijau yang berkilau – kilau. “Maaf nak,
Ayah hanya bisa memberimu kalung hijau ini, bukannya warna kuning kesukaanmu” kata sang
Raja sedikit sedih. Memang ia sudah berusaha mencari – cari ke berbagai penjuru dunia, tetapi
tak kunjung mendapatkan kalung berwarna kuning.
“Wahh indah banget Ayah! Tak mengapa jika warna hijau, ini jauh lebih dari cukup, aku senang
banget ayah memberiku hadiah tapi aku akan lebih sedih jika Ayah tak kembali dengan selamat.
Aku suka kalung ini yah. Lihatlah! Sangat kontras dengan baju kuningku.” Katanya sambil
melihat kalung pemberian Ayahnya itu lalu memakainya. Memang ia sangat cantik dengan
kalung itu. Tubuh mungilnya yang berbalut gaun kuning yang dikenakannya. Kulit putih bersih,
kulitnya sangat mulus dengan rambut lurus sebahu dan poni serta wajah tirusnya. Ia semakin
terlihat anggun dengan kalug itu. ‘’Ayah tak usah menatapku seperti itu, aku tahu aku
cantik..heheheh, tunggu disini sebentar. Aku akan buatkan teh untuk ayah. Ayah pasti
capekkan?” katanya dengan sedikit bercanda. Tanpa menunggu jawaban persetujuan dari
ayahnya, ia berlalu pergi ke dapur hendak membuatkan minuman untuk ayahnya. Ayahnya
tersenyum bahagia melihat putrid bungsunya itu yang sudah semakin beranjak dewasa. Ketika
sedang membuatkan teh untuk ayahnya, kakak – kakaknya berdatangan dan saling berebut
oleh – oleh dari Ayahnya itu. Mereka saling memamerkannya sampai tak ada yang ingat dengan
Putri Kuning, apalagi menanyakan hadiahnya.
Pada suatu waktu, saat hendak mengambil minum, Putri Hijau melihat Putri Kuning sedang
bercermin sambil memegang kalung hijaunya itu. Putri Hijau menghampirinya dan berkata “Hai
adikku, bagus benar kalungmu tapi lebih cantik lagi jika aku yang memakainya’’ katanya. Tapi
tak digubris sama sekali oleh Putri Kuning. “Dari mana kau mendapatnya ?! Hah?!!! Kau
mencuri ya? Dasar pencuri!” katanya dengan geram. “Tidak, kalung ini milikku. Ayah sendiri
yang memberikannya untukku,” kata Putri Kuning. “Ooh baiklah, lihat saja nanti!”. Lanjut Putri
Hijau dengan sinisnya. Ia berkata dalam hati “Wah wah anak ini, sudah mulai berani rupanya!
Awas ya kau” Lalu beranjak pergi meninggalkannya.Ia segera mencari saudara – saudaranya. Ia
menghasut mereka semua agar percaya pada perkataannya. “Kalian semua tahu gak sih? Masa
Putri Kuning bilanh hadiahnya itu kalung liontin yang indah banget. Warna hijau lagi” katanya
dengan perasaan iri. “Ahh masa sih?” tanya Putri Merah Merona bersamaan dengan Putri Nila.
“Iyaa. Aku yakin dia pasti nyuri dari saku Ayah. Dasar anak itu, kita harus beri dia pelajaran!”
ketus Putri Hijau. “Wahh anak itu udah mulai berani,” kata Putri Oranye. “Apa benar begitu?’’
Kini Putri Jambon yang angkat bicara. “Iyaaa, kalau nggak percaya lihat saja sendiri!” kata Putri
Hijau. Mereka semua akhirnya berduyun – duyun mencari Putri Kuning. Kebetulan hari itu sang
Ayah sedang ke rumah salah satu teman akrabnya karena ada masalah penting. Hal itu
membuat kakak – kakak Putri Kuning bisa dengan leluasa melancarkan aksinya. Putri Kuning
yang sedang focus membaca novel di kamarnya kini teralihkan oleh kedatangan kakak –
kakaknya. “Hmm… disini kau rupanya,“ kata Putri Jingga. “Ada apa kak? Tumben nyariin aku?”
9. tanya Putri Kuning kepada para kakaknya. “Ini nih, kita cari ini’’ kata Putri Hijau sambil menarik
lepas kalung yang dipakai Putri Kuning. “Kakaaak, jangan kak! Itu pemberian Ayah ..hiks,”
katanya dengan gemetar karena takut. Kini si bungsu itu tak dapat berbuat apa – apa karena
takannya telah dicengkram kuat oleh Putri Jingga dan Putri Kelabu. Putri Kuning menangis.
“Lepas kak, lepaskan aku.. Saa..kkkitt….” katanya dengan tersengal – sengal menahan sakit.
“Diamkau” teriak Putri Jingga. Refleks, mereka menghempaskan tubuh Putri Kuning ke
tembok dengan amat keras. Seakan tak perduli dengan keadaan adiknya itu, mereka semua
keluar dari kamar Putri Kuning.“Ahh…Sshh” suara desahan Putri Kuning yang merasa sangat
pusing. Tak terasa tubuh itu pun terhuyung kelantai. Akibat benturan yang cukup kuat, ia pun
pingsan. Sore harinya ia terbangun dengan kepala yang sangat pening. Seakan mengingat
peristiwa siang tadi, segera ia beranjak untuk mencari kalung pemberian ayahnya itu. Di kamar
Putri Hijau telah berkumpul kakak – kakaknya itu. “Kak, aku mohon kembalikan kalungku”
katanya memelas. Dengan tak berperikemanusiaan si sulung, Putri Jambon beranjak dari
duduknya dan menampar pipi kiri Putri Kuning “Plakkk!” terdengar suara tamparan tersebut
menggema di kamar Putri Hijau itu. “Apa kau bilang?! Kalungmu? Cihh sudah jelas – jelas kalung
itu milik Putri Hijau tau?’’ katanya. Kini aliran darah segar mengalir dari dalam rongga
hidungnya. Ia tetap berusaha merebut kalung itu dari Putri Hijau. “Mau? Ayoo kesini, kejar aku,
kejar aku sayang…hahahahaha” kata Putri Hijau. Saat mendapatkan kalung itu, dengan
tubuhnya yang sudah sangat lemas, kembali ia mendapatkan pukulan keras di kepalanya. Putri
Hijau mengambil balok di sudut kamarnya dan tanpa diduga pukulannya tepat di kepala Putri
Kuning. Selang beberapa detik kemudian, tubuh Putri Kuning luruh ke lantai. Kini detak
jantungnya sudah tak bisa dirasakannya lagi. Hanya hening dan gelap yang ia lihat. Mata itu kini
telah terpejam untuk selamanya. Tubuh itu kini terbaring di lantai dengan tangan
menggenggam erat kalung liontin hijau dari Ayahnya. Ia pergi menyusul ibunya di alamsana.
Seketika semuanya diam tak bersuara dan melingkari Putri Kuning dengan mulut ternganga. Si
sulung yang mengetahui adiknya sudah tak bernyawa lagi hanya bisa menangis mengingat
kelakuan keji mereka. “ Apa yang kau lakukan Putri Hijau?” katanya. “Apa kau tak sadar? Kau
telah membunuhnya!” lanjutnya lagi. Sontak mereka semua kaget dan dilanda rasa takut yang
amat sangat. “A.a..ak..ku tak sengaja kak..hiks” kata Putri Hijau sambil menangis. Mereka
semua saling menyalahkan. “Hapus air matamu itu! Kita harus segera menguburnya sekarangg!
Sebelum terlambat, Ayah akan pulang beberapa jamlagi.” Putri Jambon mengingatkan.
Mereka menguburkan Putri Kuning di belakang istana dekat taman kesayangan Ayahnya
bersama liontinnya. Mereka menggali tanah itu dengan perasaan bersalah. Ketika semuanya
selesai, tak berapa lama sang ayah pun kembali ke istana. Sang Ayah yang tak melihat putri
bungsunya itu bingung dan khawatir, karena memang tak biasanya Putri Kuning keluar istana
tanpa izinnya sampai larut malam begini. Sang ayah menanyakan keberadaan Putri Kuning
kepada para kakaknya, namun tak ada yang tahu dimana Putri Kuning berada. Mereka pun
10. diam seribu bahasa. “Dimana Putri Kuning? Apa kalian melihatnya?” tanya sang Ayah. “Mmm..
itu Ayah, ka..kam..kami tidak tahu” jawab Putri Jambon dengan terbata – bata dan gemetar
karena takut. Ia selalu mendapatkan jawaban itu ketika bertanya. Ia sangat marah. Kemudian ia
menyuruh semua pelayan untuk pergi mencari Putri Kuning “Hei pelayan! Cari dan temukanlah
Putri Kuning! Cepattt!!!” teriaknya.
Setelah menunggu sekian lama, sang Raja pun frustasi dan memerintahkan para
pelayannya untuk membuat sayembara. “Ku perintahkan kau untuk membuat sayembara,
sebarkanlah ke semua pelosok desa ini,” tegas sang raja. “Baik tuan!” kata salah seorang
pelayan. Kemudian para pelayan itu pergi dan menempelkan sayembara ke jalan – jalan dan ke
blok – blok perumahan. Setelah semuanya disebar, banyak yang tertarik karena hadiahnya.
Bagaimana tidak, jaminan rumah megah serta uang ratusan juta dan juga bagi seorang lelaki
yang menemukan Putri Kuning akan dinikahkan dengan putrinya jika nanti telah dewasa. Semua
warga desa berusaha mencari – cari Putri Kuning tetapi sampai saat ini belum ada yang berhasil
menemukannya. Berhari – hari, berminggu – minggu bahkan berbulan – bulan, sang ayah tak
kunjung mendapatkan berita tentang Putrinya. Ia telah pasrah kehilangan anak kesayangannya.
Sang ayah pun menjadi pendiam, lebih suka menyendiri dan selalu terlihat murung. Kakak –
kakak Putri Kuning selalu berusaha menghibur ayah mereka itu namun selalu tak membuahkan
hasil. Ayahnya tetap saja kepikiran dengan si bungsu. “Aku ini ayah tak berguna, tak bisa
mendidik anak dengan baik. Aku tak bisa menjaga mereka” ia mencebik dirinya sendiri dalam
hati. Terdengar suara ketukan dari kamarnya. “Ayah makan dulu, ntar ayah sakit lho!’’ kata
Putri Hijau. “Ayah juga harus makan buat jaga kesehatan yah” sahut Putri Merah Merona.
Di meja makan, sang Raja berkata kepada kesembilan putrinya itu, “Akan ku kirim kalian
semua ke luar negeri untuk mendapatkan pendidikan yang baik, bersiap – siaplah” katanya
sambil berlalu meninggalkan makanannya yang masih tersisa. Tidak ada yang protes karena tak
mungkin membantah ayah mereka dalam keadaan seperti itu. Lagipula ini semua memang
salah mereka, jadi dalam hati mereka memang sudah siap jika akan mendapatkan hukuman
agar setidaknya berkurang sedikit rasa bersalah mereka terhadap Putri Kuning dan ayahanda
mereka itu. Selesai makan, mereka semua berkemas. Keesokan harinya, dengan dikawal para
inang pengasuh, mereka semua berangkat ke bandara.
*TAMAT*