1. NEGARA KHILAFAH MAMPU MENGENTASKAN KEMISKINAN
OLEH : ZAMZUL ABU RASID
Kemiskinan adalah fenomena yang begitu mudah dijumpai dimana – mana, tidak hanya di desa, tapi juga
di kota. Ditengah dampak krisis ekonomi yang belum pulih, pada hari sabtu ( 22 / 06 / 2013) pemerintah
dengan berbagai dalih dan alasan menaikan BBM bersubsidi, premium menjadi Rp. 6.500 / liter dan solar
Rp. 5.500 / liter, membuat rakyat makin susah, dan ekonomi negeri ini melambat. Kemiskinan pun terus
tak dipecahkan. BPS mencatat, pada maret 2013 masih ada 28,7 juta orang miskin atau 11, 37 %. Tapi
jumlah penerima raskin 2013 sebelum kenaikan BBM ada 15,5 Juta Rumah Tangga sasaran (RTS) atau
62, juta orang ( asumtif satu keluarga 4 orang ). Jumlah RTS penerima BLSM malah lebih besar lagi.
Fakta lapangan menunjukan kemiskinan cenderung miskin kronis. Ini pula yang dirasakan Gubernur DKI
Joko Widodo. Saat sidang paripurna DPRD DKI Jakarta April 2013, Jokowi memaparkan PDDK miskin
pada September 2012 berjumlah 366.770 orang (3,7%) , lebih tinggi dari angka pada september 20111
berjumlah 355.200 orang ( 3,64 %)
Sementara dalam skala internasional, kegagalan dan kerusakan yang disebabkan oleh sistem ekonomi
kapitalis semakin nyata dan jelas, menurut laporan global hanger index (GHI) yng dibuat oleh
internasional Food policy Recearch Institute, menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2010 terdapat 1
miliyar pada dunia yang mengalami kelaparan. Tingkat kelaparan di 25 Negara bahkan sudah mencapai
level ekstrim , sementara untuk negara lainnya masih level serius. Tiga faktor yang digunakan untuk
menukur GIH Tersebut adalah proporsi masyarakat yang kekurangan pangan disuatu negara, jumlah anak
– anak dengan berat di bawah standar dan tingkat kematian anak anak ( www.ifpri.org)
1. Kapitalisme: Akar Masalah Penyebab Kemiskinan
Dampak buruk industri kapitalisme dan Kegagalan kapitalisme dalam menciptakan kesejahteraan
masyarakat sebenarnya hal yang wajar karena kesalahan bukan hanya terkait dengan problematik
praktikalnya, tapi diyakini berangkat dari kesalahan yang bersifat sangat fundamental, yakni
kapitalisme sejak awal mulai dari asas, pandangan tentang problematika ekonomi dan sejumlah
gagasan-gagasan derivasinya memang telah keliru.
Kapitalisme sebagai sebuah ideologi sekuler telah menghilangkan peran agama dalam pengaturan
ekonomi, dari sinilah kemudian muncul paradigma yang salah yang membangun sistem ekonomi
kapitalis. Pertama, pandangan tentang konsep kelangkaan (scarcity) barang dan jasa. Kedua,
pandangan tentang konsep nilai (value) suatu barang dan jasa yang dihasilkan. Ketiga, pandangan
tentang konsep harga dan peranannya dalam produksi, konsumsi, dan distribusi.
Konsep kelangkaan barang dan jasa dalam sistem ekonomi kapitalis muncul karena tidak
membedakan antara pengertian kebutuhan (need) dengan keinginan (want). Keinginan (want)
manusia memang tidak terbatas dan cenderung untuk terus bertambah dari waktu ke waktu.
Sementara kebutuhan manusia tidaklah demikian. Kebutuhan pokok manusia berupa pangan, sandang
dan papan dalam kenyataannya adalah terbatas.
Kebutuhan manusia menurut pandangan sistem ekonomi kapitalis adalah sesuatu yang diinginkan
manusia tanpa memandang apakah itu bermanfaat atau membahayakan manusia,
2. Sistem Ekonomi Islam: Solusi untuk pengentasan kemiskinan
Salah satu cabang syariat terpenting yang saat ini banyak dilupakan adalah syariat tentang ekonomi.
Syariat Islam memandang perkara ekonomi menjadi dua bagian yaitu ilmu ekonomi yang
berhubungan dengan soal bagaimana suatu barang atau jasa diproduksi, misalnya teknik industri,
manajemen atau pengembangan sumber daya baru. Islam tidak mengatur secara khusus tentang ilmu
ekonomi; dan sistem ekonomi yang berhubungan dengan pengurusan soal pemuasan kebutuhan dasar
tiap individu di dalam masyarakat serta upaya mewujudkan kemakmurannya. Dan ini adalah subyek
dari sistem ekonomi Islam dan mewajibkan bagi setiap Muslim termasuk negara untuk terikat
dengannya.Sistem ekonomi Islam meliputi: konsep kepemilikan; penggunaan hak milik; dan distribusi
kekayaan di antara individu. Dalam konsep kepemilikan, Islam membagi kepemilikan menjadi tiga,
yaitu : milik pribadi, milik umum atau milik negara. Kepemilikan umum mencakup sumber alam
seperti minyak bumi, tambang emas, perak, tembaga, dan lain-lain; benda-benda yang
pembentukannya tidak mungkin dimiliki individu seperti masjid, jalan raya; juga benda-benda vital
yang dibutuhkan dan dicari-cari oleh manusia dan memiliki jumlah kandungan (deposit) yang amat
2. besar, misalnya sumber mata air. Dalam kasus Indonesia, seandainya Kepemilikan Umum ini dikelola
oleh negara menurut Fahmi Amhar, negara akan mendapatkan dana sekitar 1.764 trilyun tiap
tahunBerdasarkan paradigma tersebut, maka Islam telah menetapkan politik ekonomi dan mekanisme
ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan dan menjamin kesejahteraan umat manusia.
3. Politik Ekonomi Islam
Politik ekonomi Islam seperti yang dijelaskan oleh Abdurahman al-Maliki (2001) dalam bukunya, As-
Siyaasah al-Iqtishaadiyah al-Mutslaa (Politik Ekonomi Ideal) adalah jaminan pemenuhan atas
pemuasan semua kebutuhan primer (sandang, pangan, dan papan) setiap orang serta pemenuhan
kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai dengan kadar kemampuannya sebagai individu yang hidup
dalam masyarakat tertentu yang memilikigaya hidup yang khas. Politik ekonomi Islam diterapkan
oleh negara melalui mekanisme dan kebijakan APBN untuk menjamin kesejahteraan umat manusia
baik untuk pemenuhan kebutuhan pokok individu maupun kebutuhan pokok masyarakat.
Pemenuhan kebutuhan pokok individu
Islam telah menjamin pemenuhan kebutuhan pokok pangan, sandang, dan papan, dengan mekanisme
yang telah ditetapkan oleh syariat dengan strategi sebagai berikut :
1. Memerintahkan setiap kepala keluarga untuk bekerja. Barang-barang kebutuhan pokok tidak
mungkin diperoleh, kecuali manusia berusaha mencarinya. Islam mendorong manusia agar bekerja,
mencari rezeki, dan berusaha. Bahkan, Islam telah menjadikan hukum mencari rezeki tersebut adalah
fardhu. Banyak ayat dan hadits yang telah memberikan dorongan dalam mencari nafkah, diantaranya :
Di dalam ayat Alquran surat Al jumu'ah ayat 10, Allah SWT berfirman:
"...Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-
banyaknya supaya kamu beruntung" (QS al-jumu'ah:10).
Banyak sekali hadits yang memotivasi seorang Muslim untuk bekerja diantaranya :
"Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada
siang hari maka pada malam itu ia diampuni. " (HR Ahmad)
2. Negara wajib menciptakan lapangan kerja bagi rakyatnya, agar rakyat bisa bekerja dan berusaha.
Rasulullah SAW pernah memberi dua dirham kepada seseorang dan bersabda:
"Makanlah dengan satu dirham, dan sisanya, belikanlah kapak, lalu gunakanlah ia untuk bekerja.”
3. Islam Mewajibkan kepada kerabat dan mahram yang mampu untuk memberi nafkah yang tidak
mampu.
(lihat QS 2:233) "Kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang
makruf. 'Seorang tidak dibebani selain menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan ahli waris pun
berkewajiban demikian... " (QS a]- Baqarah: 233).
4. Kewajiban negara (Baitul Maal) untuk memenuhi jika tidak mampu bekerja dan tidak ada ahli
waris yang mampu menafkahinya. Negara wajib memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya bagi yang
tidak mampu bekerja dan tidak memiliki ahli waris baik dananya berasal dari harta zakat yang
merupakan kewajiban syar'i, maupun harta lain yang ada di Baitul Maal.
Pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat
Pendidikan, kesehatan, dan keamanan adalah kebutuhan asasi dan harus dipenuhi oleh manusia dalam
hidupnya. Dalam sistem Islam, kebutuhan jasa pendidikan, kesehatan, dan keamanan mewajibkan
negara secara langsung memenuhi kepada setiap individu rakyat. Dalil yang menunjukkan adalah
tindakan Rasulullah SAW yang bertindak sebagai kepala negara, dalam bidang keamanan Rasululloh
SAW memberikan keamanan kepada setiap warga negara (Muslim dan non Muslim/kafir dzimmi)
sebagaimana sabdanya:
"Sesungguhnya aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa ilaha
illallahu Muhammadur Rasulullah. Apabila mereka telah melakukannya (masuk Islam atau tunduk
pada aturan Islam), maka terpelihara olehku darah-darah mereka, harta-harta mereka, kecuali dengan
jalan yang hak. Adapun hisabnya terserah kepada Allah" (HR Bukhari, Muslim, dan pemilik sunan
3. yang empat). Dalam masalah pendidikan Rasulullah SAW pernah menetapkan kebijakan terhadap
tawanan perang Badar, apabila seorang tawanan telah mengajar 10 orang penduduk Madinah dalam
hal baca dan tulis akan dibebaskan sebagai tawanan. Sementara dalam masalah kesehatan Rasulullah
SAW pernah membangun tempat pengobatan untuk orang-orang sakit dan membiayainya dengan
harta dari Baitul Mal.
Keberhasilan negara khilafah dalam mengatasi kemiskinan
Solusi yang ditawarkan Islam dalam mengatasi kemiskinan, sebagaimana yang telah diuraikan di atas,
bukan hanya pada tataran konsep semata. Perjalanan panjang sejarah kaum Muslim, membuktikan
bahwa Solusi tersebut benar-benar dapat realisasikan. Yaitu ketika kaum Muslim hidup di bawah
naungan Negara Khilafah yang menerapkan Islam secara kaffahDalam kitab al-Amwaal karangan
Abu Ubaidah, diceritakan bahwa Khalifah Umar bin Khathab pernah berkata kepada pegawainya
yang bertugas membagikan shadaqah, “jika kamu memberikan, maka cukupkanlah," selanjutnya
beliau berkata lagi, “Berilah mereka itu sedekah berulangkali sekalipun salah seorang di antara
mereka memiliki seratus unta." Beliau menerapkan politik ekonomi yang memberikan jaminan
pemenuhan kebutuhan primer rakyat. Beliau mengawinkan kaum Muslim yang tidak mampu;
membayar utang-utang mereka, dan memberikan biaya kepada para petani agar mereka menanami
tanahnya.
Kondisi politik seperti ini terus berlangsung hingga masa Daulah Umayah di bawah pemerintahan
Khahfah Umar bin Abdul Aziz. Pada saat itu, rakyat sudah sampai pada taraf hidup ketika mereka
tidak memerlukan bantuan harta lagi. Pada tahun kedua masa kepemimpinannya, Umar bin Abdul
Aziz menerima kelebihan uang Baitul Mal secara berlimpah dari gubernur Irak. Beliau lalu mengirim
Surat kepada gubernur tersebut, 'Telitilah, barang siapa berutang, tidak berlebih-lebihan dan foya-
foya, maka bayarlah utangnya". Dalam kesempatan lain, Umar bin Abdul Aziz memerintahkan
pegawainya untuk berseru setiap hari di keru¬munan khalayak ramai, untuk mencukupi kebutuhannya
masing-masing. “Wahai manusia! Adakah di antara kalian orang-orang yang miskin? Siapakah yang
ingin kawin? Ke manakah anak-anak yatim?" Ternyata, tidak seorang pun datang memenuhi seruan
tersebut.
Jaminan pemenuhan kebutuhan hidup ini, tidak hanya diberikan kepada kaum Muslim, tetapi juga
kepada orang non Muslim yang menjadi warga Negara Khilafah. Orang-orang non Muslim
mempunyai hak yang sama dengan orang Muslim, tanpa ada perbedaan. Sebagai contoh, dalam akad
dzimmah yang ditulis oleh Khalid bin Walid untuk menduduk Hirah di Irak yang beragama Nasrani,
disebutkan: "Saya tetapkan bagi mereka, orang yang lanjut usia yang sudah tidak mampu bekerja atau
ditimpa suatu penyakit, atau tadinya kaya, kemudian jatuh miskin, sehingga teman-temannya dan para
penganut agamanya memberi sedekah; maka saya membebeaskannya dari kewajiban membayar
jizyah. Untuk selanjutnya dia beserta keluarga yang menjadi tanggungannya, menjadi tanggungan
Baitul Mal kaum Muslim."
Bahkan Amerika Serikat yang saat ini banyak melakukan kejahatan terhadap kaum Muslimin, negara
dan rakyatnya pernah dibantu oleh Kekhilafahan Ustmani, hal ini dapat dilihat Surat ucapan terima
kasih dari pemerintah Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim khalifah ke sana yang
sedang dilanda kelaparan
(pasca perang dengan Inggris) abad ke-18.
4. PENUTUP
Demikianlah beberapa gambaran sejarah kaum Muslim, yang menunjukkan betapa Islam yang mereka
terapkan ketika itu benar-benar membawa keberkahan dan kesejahteraan hidup. Bukan hanya bagi
umat Muslim tapi juga bagi umat non Muslim yang hidup di bawah naungan Islam. Jika demikian
halnya, masihkah umat ini tetap rela hidup tanpa Khilafah Islamiyyah?
(Disampaikan pada HS, Ahad 23 Maret 2014)