4. Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita
melihat, memikirkan, memaknai, menyikapi serta memilih tindakan atas
fenomena yang ada.
Menurut Robert Freidrichs, paradigma merupakan kumpulan tata
nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya
sehingga terbentuk citra subjektif seseorang terhadap realita sehingga
berujung pada ketentuan bagaimana cara untuk menangani realita tersebut.
Sebuah paradigma biasanya meliputi tiga elemen utama yaitu elemen
metodologi, elemen epistemologi, dan elemen ontologi.
PARADIGMA
5. PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif merupakan suatu model penelitian yang
bersifat humanistik, dimana manusia dalam penelitian ini ditempatkan sebagai
subyek utama dalam suatu peristiwa sosial. Paradigma kualitatif meyakini
bahwa dalam suatu sistem kemasyarakatan terdapat suatu ikatan yang
menimbulkan keteraturan.
Penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membiarkan
permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk
interpretasi.
6. Dengan orientasi yang memiliki tujuan diatas, maka penelitian kualitatif memiliki
paradigma sebagaimana yang diungkapkan Lincoln dan Guba yang dikutip Alwasilah
(2008) yakni :
1. Natural setting (latar tempat dan waktu penelitian yang alamiah).
2. Humans as primary data-gathering instrumens (manusia atau peneliti sendiri sebagai
instrumen pengumpul data primer).
3. Use of tacit knowledge (penggunaan pengetahuan yang tidak eksplisit).
4. Qualitative methods (metode kualitatif).
5. Purposive sampling (pemilihan sampel secara purposif).
6. Inductive data analysis (analisis data secara induktif atau bottom-up).
7. Grounded theory (teori dari dasar yang dilandaskan pada data secara terus menerus).
7. 8. Emergent design (cetakbiru penelitian yang mencuat dengan sendirinya).
9. Negotiated outcomes (hasil penelitian yang disepakati oleh peneliti dan
responden).
10. Case-study reporting modes (cara pelaporan penelitian gaya studi kasus).
11. Idiographic interpretation (tafsir idiografik atau kontekstual).
12. Tentative application of findings(penerapan tentatif dari hasil penelitian).
13. Focus determined boundaries (batas dan cakupan penelitian ditentukan
oleh fokus penelitian).
14. Special criteria for trustwortginess (mengikuti kriteria khusus untuk
menentukan keterpercayaan dan mutu penelitian).
8. PENYUSUNAN TEORI DAN VERIFIKASI TEORI
Penelitian kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounded
theory, yaitu teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis seperti dalam
metode kuantitatif. Pada umumnya teori bagi penelitian kualitatif berguna
sebagai sumber inspirasi dan pembanding (Bahar, 2011).
1. Penyusunan Teori Formal dan Kegunaannya
a. Penyusunan Teori Formal Satu Bidang
Peneliti dapat menggunakan dua cara penulisan, yaitu penulisan yang
substantif dan berasa dari hanya satu bidang substantif. Peneliti atau analisis
dapat melakukannya dengan menghapus kata substantif, frasa atau kata-kata
sifat.
9. Dengan jalan penulisan demikian peneliti menerapkan cara penulisan
teori substantif, kemudian mengubah titik perhatiannya dari kepedulian
substantif menjadi kepedulian formal. Dalam hal ini peneliti menulis teori formal
satu bidang atas dasar teori substantif dan tidak menyusun teori formal
langsung dari data.
b. Penyusunan Teori Formal Bidang Ganda
Analisis perbandingan antar kelompok merupakan metode terbaik dalam
menyusun teori formal berdasarkan teori substantif hal itu dilakukan dengan
jalan menarik kategori inti dengan kawasannya, lalu menyusun teori yang fit dan
work, dengan kata lain harus siap dan relevan. Teknik penulisan seperti diuraikan
di atas hanya akan merupakan bagian dari proses penyuusnan teori.
10. c. Kegunaan Teori Formal
1) Menguji teori formal dari para ahli terkenal. Cara ini banyak sekali
dilakukan.
2) Melakukan cara konvensional, menganalisis secara sistematis,
membandingkan hasil-hasil penelitian melalui arahan dan bimbingan teori
pokok.
3) Menerapkan beberapa teori formal yang sudah diketahui peneliti pada
bidang substantif dalam usaha memberikan arti yang lebih besar
terhadapa isinya.
4) Penyusunan teori yang dimulai dengan kerangka berfikir yang agak longgar
tentang gagasan atauteori formal, notion, konsep atau hipotesis mengenai
bidang substantif yang sedang dipikirkan.
11. PERSOALAN EMIK DAN ETIK
1. Persoalan Emik
Kata emik berasal dari ilmu bahasa yaitu dari kata fonemik. Fonemik
menekankan bunyi-bunyi bahasa, tanda-tanda dan simbol yang mengandung
makna bagi manusia.
Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang berperspektif
emik, yaitu pendekatan penelitian yang pengambilan datanya dalam bentuk
narasi, cerita detail, ungkapan dan bahasa asli hasil kontruksi para responden
atau informan, tanpa ada valuasi interpretasi dari peneliti. pendekatan ini
tidak berusaha menguraikan segi generalisasi ke dalam klasifikasi yang
diperoleh sebelum studi suatu kebudayaan dilakukan.
12. 2. Persoalan etik
Sebuah etik mengacu pada kebenaran atau prinsip yang universal.
Sesuatu tentang prilaku manusia dan menganggapnya sebagai kebenaran.
Pendekatan etik bersifat lebih objektif, dapat diukur dengan ukuran dan
indikator tertentu. Etik mengcakup pada temuan-temuan yang tampak
konsisten atau tetap di berbagai budaya.
Jika seseorang menggunakan pendekatan etik terhadap data,
maka ia melakukan generalisasi pernyataan tentang data bahwa ia: (a)
mengelompokkan secara sistematis seluruh data yang dapat
diperbandingkan, seluruh kebudayaan dunia, kedalam sistem tunggal; (b)
menyediakan seperangkat kriteria untuk mengklasifikasikan setiap unsur
data; (c) mengorganisasikan data yang telah diklasifikasikan ke dalam tipe-
tipe;(d) mempelajari, menemukan, dan menguraikan setiap data baru yang
ditemukan kedalam kerangka sistem yang telah dibuatnya sebelum
mempelajari kebudayaan dari data yang ditemukan.
13. 3. ciri-ciri emik dan etik
a. Titik pandang emik dapat dikatakan "dari dalam" atau "internal" atau
"domestik ". Sebaliknya, titik pandang analitis etik dapat dikatakan "ke
luar" atau "eksternal "atau "asing ".
b. pendekatan etik dapat mempersoalkan beberapa perbandingan ciri bahasa
dan kebudayaan tanpa mempedulikan keseluruhan data yang berasal dari
masing-masing kebudayaan itu. Sebaliknya pendekatan emik tidak akan
puas sama sekali apabila data suatu bahasa atau kebudayaan sekecil
apapun tidak mengaitkan analisisnya dengan bahasa atau kebudayaan itu
secara keseluruhan.
14. c. Analisis etik memusatkan diri hanya pada ciri fisik suatu peristiwa tanpa
menunjuk pada maksud, pengertian, atau pengunaannya dan tanpa
menunjuk pada tempat-tempat potensial atau aktual terjadinya peristiwa
itu dalam hubungannya dengan urutan peristiwa lainnya. Sebaliknya
pendekatan emik pada seluruh tingkatan analisisnya berkaitan secara
langsung maupun tidak langsung baik pada ciri-ciri fisik suatu peristiwa
maupun pada ciri-ciri distribusinya.
d. Kriteria indentitas bagi pendekatan etik adalah unsur-unsur yang tercatat
secara sistematis dan dikemukakan oleh analisis sebagai kerangka semua
kebudayaan atas dasar pengalaman umum sebelum ia memulai kegiatan
analisis emiknya dalam suatu kebudayaan tertentu. Sedangkan kriteria
identitas emik pada tahap struktur yang ditelaah ditentukan secara
secepatnya pada setiap bahasa atau kebudayaan dengan menunjuk pada
identitas atau perbedaan respon terhadap berbagai macam kegiatan.
15. CONTOH PENGAPLIKASIAN PERSOALAN EMIK DAN ETIK
DALAM PENELITIAN
Adapaun contoh dari pengaplikasian persoalan emik dan etik dalam penelitian
sebagai berikut:
Pada kasus siswa dengan Hasil belajar selalu rendah. Dalam pandangan etik,
siswa dengan hasil belajar rendah akan dicap sebagai siswa bodoh, siswa
pemalas, siswa nakal, siswa dengan IQ rendah, dan sebagainya. Karena para
peneliti dengan pandangan etik hanya berpedoman pada teori yang dipahami
oleh si peneliti. Namun menurut pandangan emik, jika dilihat dari dalam diri si
siswa mereka adalah korban salah pergaulan, korban broken home, siswa latar
belakang ekonomi rendah yang mengakibatkan ia harus bekerja diluar jam
sekolah, atau sebagainya yang merupakan pandangan langsung dari siswa bukan
berdasarkan teori yang di pahami atau diketahui oleh si peniliti.