Persoalan politik setelah kematian Usman bin Affan menimbulkan perpecahan dan berbagai aliran teologi. Pembunuhan Usman menyebabkan timbulnya tantangan bagi Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Arbitase Siffin menyebabkan keluarnya kaum Khawarij yang menganggap Ali dan lainnya kafir.
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
Sejarah Timbulnya Aliran Teologi Islam dan Dasar-Dasar Qur'ani
1. HALAMAN JUDU L
Kelompok 1
SEJARAH TIMBULNYA ALIRAN TEOLOGI ISLAM
DAN
DASAR-DASAR QUR’ANI
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : TEOLOGI ISLAM
Dosen Pengampu : SYAHMIDI, S.Th.I., M.Pd.I
Disusun oleh:
RISKA RAHMAWATI
NIM: 1801160055
YULIADI
NIM: 1801160096
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2018 M / 1440 H
2. ii
KATA PENGANTAR
حيمّالر محنّالر ّاّلل بسم
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dalam pembuatan makalah ini dapat terselesaikan
sebagaimana mestinya. Salam dan shalawat semoga tetap tercurah kepada
junjungan kita Rasulullah SAW, Kepada sahabat-sahabatnya dan Kepada umatnya
hingga akhir zaman.
Pertama-tama kami mengucapkan Terima Kasih kepada Dosen Pengampu,
SYAHMIDI, S.Th.I., M.Pd.I yang dengan kegigihan dan keikhlasnya
membimbing kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul SEJARAH TIMBULNYA
ALIRAN TEOLOGI ISLAM DAN DASAR-DASAR QUR’ANI dan atas
kegigihan dan keikhlasan beliau lah kami bisa mengetahui sedikit demi sedikit
apa yang sebelumnya kami tidak ketahui. Juga tidak lupa teman-teman
seperjungan yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini kami buat dengan sesederhana mungkin dan jika ada kesalahan
dalam penulisan makalah ini, kami berharap dan memohon kritik serta saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini kedepannnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin yaa rabal aalamin
Palangka Raya, Desember 2018
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................4
A. Sejarah Timbulnya Aliran Teologi Islam...........................................................4
B. Dasar-Dasar Qur‟ani...........................................................................................7
1. Definisi Ilmu Kalam .......................................................................................7
2. Sumber-Sumber Ilmu Kalam..........................................................................9
BAB III PENUTUP ........................................................................................................13
A. Kesimpulan.......................................................................................................13
B. Saran.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................14
4. 1
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diantara faktor yang melatar belakangi munculnya Aliran Teologi Islam
adalah Persoalan Politik. Awal mula perpecahan bisa kita simak sejak kematian
Utsman bin Affan r.a. Ahli sejarah menggambarkan „Usman sebagai orang yang
lemah dan tak sanggup menentang ambisi keluarganya yang kaya dan
berpengaruh itu untuk menjadi gubernur. Tindakan-tindakan yang dijalankan
Usman ini mengakibatkan reaksi yang tidak menguntungkan bagi dirinya.1
Menurut segolongan kecil, Usman salah bahkan kafir dan pembunuhnya
berada dipihak yang benar, karena perbuatannya yang dianggap salah selama
menjadi khalifah. Sebaliknya pihak yang lain mengatakan bahwa pembunuhan
tersebut adalah kejahatan besar dan pembunuh-pembunuhnya adalah orang-orang
kafir, karena Usman adalah salah seorang prajurit islam yang setia. Penilaian yang
saling bertentangan kemudian menjadi fitnah dan peperangan yang terjadi
sewaktu Ali memegang pemerintahan.
Setelah Usman wafat Ali sebagai calon terkuat menjadi khalifah keempat.
Tetapi segera ia mendapat tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin pula
menjadi khalifah, tantangan-tantangan tersebut diantaranya dari :
1. Talhah dan Zubeir dari Mekkah yang mendapat sokongan dari Aisyah.
Tantangan ini dapat dipatahkan Ali dalam pertempuran yang terjadi di Irak
tahun 656 M. Talhah dan Zubeir mati terbunuh dan Aisyah dikirim
kembali ke Mekkah.
2. Tantangan yang datang dari Mu‟awiyah, Gubernur Damaskus dan
keluarga dekat Usman. Ia menuntut Ali supaya menghukum pembunuh-
pembunuh Usman, bahkan ia menuduh bahwa Ali turut campur dalam soal
pembunuhan itu.
Dalam pertempuran yang terjadi antara dua golongan di Siffin, tentara Ali
mendesak tentara Mu‟awiyah sehingga yang tersebut akhir ini bersiap-siap untuk
1
Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009),hlm 39-40.
5. 2
lari. Tetapi tangan kanan Mu‟awiyah Amr Ibn al-‟As yang terkenal sebagai orang
licik minta berdamai dengan mengangkat al-Quran keatas. Qurra‟ atau syi‟ah yang
ada dipihak Ali mendesak Ali untuk mnerima tawaran itu dan dicarilah
perdamaian dengan mengadakan arbitase. Sebagai pengantara diangkat dua orang,
yaitu Amr Ibn al-„As dari pihak Mu‟awiyah dan Abu Musa al-Asy‟ari dari pihak
Ali. Dalam pertemuan mereka, kelicikan Amr mengalahkan perasaan takwa Abu
Musa. Sejarah mengatakan bahwa keduanya terdapat pemufakatan untuk
menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan, Ali dan Mu‟awiyah. Tradisi
menyebutkan bahwa Abu Musa terlebih dahulu mengumumkan kepada orang
ramai putusan menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan itu. Berlainan
dengan apa yang telah disetujui, Amr mengumumkan hanya menyutujui
penjatuhan Ali yang telah di umumkan Abu Musa, tetapi menolak penjatuhan
Mu‟awiyah. Peritiwa ini merugikan bagi Ali dan menguntungkan bagi
Mu‟awiyah. Khalifah yang sebenarnya adalah Ali, sedangkan Mu‟awiyah
kedudukannya tak lebih dari Gubernur daerah yang tak mau tunduk kepada Ali
sebagai khalifah. Dengan adanya arbitase ini kedudukannya telah naik menjadi
khalifah yang tidak resmi.2
Sikap Ali yang menerima dan mengadakan arbitase ini, sungguhpun dalam
keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka berpendapat
bahwa hal serupa itu tidak dapat diputuskan oleh arbitase manusia. Putusan hanya
datang dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada dalam al-
Quran. La hukma illa lillah (tidak ada hukum selain hukum dari Allah) atau la
hakama illa Allah (Tidak ada pengantar selain dari hukum Allah), menjadi
semboyan mereka. Mereka memandang Ali telah berbuat salah, oleh karena itu
mereka meninggalkan barisannya. Golongan mereka inilah dalam sejarah islam
terkenal dengan nama al-Khawarij, yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri.
Persoalan-persoalan politik yang terjadi ini akhirnya menimbulkan
persoalan teologi. Timbullah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan
kafir. Khawarij menganggap Ali, Mu‟awiyah, Amr Ibn al-As, Abu Musa al-
Asy‟ari dan lain-lain yang telah menerima arbitase adalah kafir. Karena keempat
2
Abdur Rozak dan Rosihan Anwar. Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm. 1.
6. 3
pemuka ini dianggap kafir dalam arti telah keluar dari islam, kaum Khawarij
menganggap mereka harus dibunuh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah timbulnya Aliran Teologi Islam ?
2. Bagaimana Dasar-Dasar Qur‟ani ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah timbulnya Aliran Teologi Islam.
2. Untuk mengetahui Dasar-Dasar Qur‟ani.
7. 4
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Sejarah Timbulnya Aliran Teologi Islam
Sejarah mengatakan bahwa setalah wafatnya Nabi Abu Bakar lah yang
disetujui oleh masyarakat islam di waktu itu untuk menjadi penggati atau khalifah
Nabi dalam mengepalai Madinah. Kemudian Abu Bakar digantikan oleh Umar
Ibn Khattab dan kemudian digantikan oleh Usman Ibn „Affan. Usman termasuk
dalam golongan pedagang Quraisy yang kaya. Kaum keluarganya terdiri dari
orang ariskorat Mekkah yang karena pengalaman dagang mereka, mempunyai
pengetahuan tentang administrasi. Pengetahuan mereka ini bermanfaat dalam
memimpin administrasi daerah-daerah di luar semenanjung Arabia yg bertambah
banyak dan masuk dalam kekuasaan islam. Ahli sejarah menggambarkan „Usman
sebagai orang yang lemah dan tak sanggup menentang ambisi kaum keluarganya
yang kaya dan berpengaruh itu. Ia mengangkat mereka menjadi gubernur di daerah
yang tunduk kepada kekuasaan islam. Sedangkan gubernur-gubernur yang
diangkat oleh Umar Ibn al- Khattab, khalifah yang terkenal sebagai orang kuat
dan tak memikirkan kepentingan keluarganya, dijatuhkan oleh Usman.
Tindakan-tindakan politik yang dijalankan Usman ini menimbulkan reaksi
yang tidak menguntungkan bagi dirinya, Sahabat-sahabat Nabi yang pada
mulanya menyokong Usman ketika melihat tindakan yang kurang tepat itu, mulai
meninggalkan khalifah yang ke tiga ini. Perkembangan suasana di Madinah
selanjutnya membawa pada pembunuhan Usman oleh pemuka-pemuka
pemberontak dari Mesir. Setelah Usman wafat Ali menjadi calon khalifah yang
keempat. Segera mendapatkan tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin pula
menjadi khalifah. Tantangan pertama datang dari Zubayr dan alhah di Mekah,
yang memperoleh dukungan dari Aisyah isteri Rasulullah. Tantangan dari tiga
pemuka ini dapat dipatahkan oleh Ali dalam pertempuran di Idlak pada tahun 656
M „Alhah dan Zubayr mati terbunuh sedangkan Aisyah di antar kembali ke
Mekkah.
Tantangan lain yang lebih dahsyat lagi datang dari pihak Mu‟awiyah,
gubernur Damaskus mendapat dukungan dari keluarga Usman, menuntut Ali
8. 5
untuk menghukum pembunuh-pembunuh Usman, bahkan menuduh Ali turut
campur dalam pembunuhan itu. Salah seorang pemuka pemberontak datang dari
Madinah yang membunuh Usman adalah anak angkat dari Ali bin Abi Thalib,
yaitu Muhammad ibn Abi Bakar dan ternyata pula Ali tidak menghukum anak
angkatnya tersebut malah kemudian mengangkatnya menjadi Gubernur Mesir.
Dalam pertempuran yang terjadi antara kedua golongan ini di Shiffin,
tentara Ali dapat mendesak tentara Muawiyah tersebut bersedia untuk lari. Amr
ibn Al-Ash yang terkenal licik merupakan tangan kanan Mu‟awiyah, minta
berdamai dengan pihak Ali dengan mengangkat Al- Qur‟an ke atas. Dalam
perundingan perdamaian yang disebut tahkim (arbitrase) itu, pihak Ali diwakili
oleh Abu Musa Al-Asy‟ari seorang moralis berhadapan dengan Amr ibn Al-Ash
yang mewakili pihak Mu‟awiyah, mengalahkan perasaan takwa Abu Musa.
Sejarah mengatakan antara keduanya terdapat pemufakatan untuk
menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan, Ali dan Mu‟awiyah. Tradisi
menyebut bahwa Abu Musa al-Asy‟ari, sebagai yang tertua, terlebih dahulu
mengumumkan kepada orang ramai putusan menjatuhkan kedua pemuka yang
bertentangan itu. Berlainan dengan apa yang telah disetujui, Amr Ibn al-As,
mengumumkan hanya menyetujui penjatuhan Ali yang telah diumumkan Abu
Musa tetapi menolak penjatuhan Muawiyah.
Sebagian pengikut „Ali, yang sejak semula tidak menyetujui diadakan
tahkim, apa lagi terbukti tahkim itu tidak menguntungkan mereka, mereka
memandang Ali telah melakukan penyimpangan dari hukum Allah. Mereka
menganggap perselisihan itu tidak dapat diputuskan lewat tahkim buatan manusia.
Putusan hendaknya dari Allah, dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada
dalam al-Qur'an. Karena itu, mereka keluar dari barisan Ali bahkan kemudian
menjadi musuh Ali, Dari sikap mereka yang demikian itulah mereka disebut kaum
Al-Khawarij yakni golongan yang memisahkan dari kesatuannya.
Dari latar belakang itu, timbullah konsep dosa besar yang diadakan oleh
kaum khawarij. Mereka memandang bahwa tahkim itu sebagai suatu dosa besar.
Karena itu, Ali bersama orang yang terlibat dalam tahkim, yaitu Mu‟awiyah, Amr
ibn Al-Ash, Abu Musa Al-Asy‟ari adalah pelaku dosa besar. Menurut mereka
9. 6
lebih dari itu, bagi kaum khawarij orang-orang tersebut telah menjadi kafir murtad
karena melakukan tahkim di luar ketentuan hukum Allah.
Untuk memperkuat alasan mereka, kaum Khawarij mengemukakan ayat al-
Qur'an. Al-Ma‟idah : 44
َو واُادَه َينِذالِل واُمَلَْسأ َينِذالا َنوُّيِبانال اَ
ِِب ُمُكََْي ۚ ٌورُنَو ىًدُه اَيهِف َةاَرْاوالت اَْنلَزَْنأ اَّنِإَنوُّيِناَّارال
ۚ َاءَدَهُش ِهْيَلَع واُناَكَو ِااّلل ِابَتِك ْنِم واُظِفْحُتْاس اَِِب ُارَبَْحْاْلَوََلَو ِنْوَشْخاَو َااسنال اُوَشََْت ََلَف
َنوُرِافَكْلا ُمُه َكِئََٰلُوأَف ُااّلل َلَزَْنأ اَِِب ْمُكََْي ََْل ْنَمَو ۚ ًيَلِلَق اًنَََث ِِتََيِِب واُرَتْشَت
Persoalan-persoalan yang terjadi dalam lapangan politik sebagai
digambarkan di atas inilah yang akhirnya membawa kepada timbulnya persoalan-
persoalan teologi. Timbullah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang masih
tetap dalam islam. Khawarij memandang bahwa Ali, Muawiyah, Amr Ibn al-As,
Abu Musa al-Asy‟ari dan yang lain-lain yang menerima arbitrase adalah kafir.
Lambat laun kaum Khawarij pecah menjadi beberapa sekte. Konsep kafir
turut pula mengalami perubahan. Yang dipandang kafir bukan lagi hanya orang
yang tidak menentukan hukum dengan Al-Qur‟an, akan tetapi orang yang berbuat
dosa besar, yaitu murtakib kaba’ir atau capital sinners, juga dipandang
kafir.Persoalan orang berbuat dosa inilah kemudian yang mempunyai pengaruh
besar dalam pertumbuhan teologi selanjutnya dalam islam. Persoalnnya adalah:
masikah ia bisa dipandang orang mukmin ataukah ia sudah menjadi kafir karena
berbuat dosa sebesar itu?
Persoalan ini menimbulkan tiga aliran teologi dalam islam. Pertama aliran
Khawarij yang mengatakan bahwa orang berdosa besar adalah kafir, oleh karena
itu wajib dibunuh. Aliran kedua ialah Mur‟jiah yang menegaskan bahwa orang
yang berbuat dosa tetap mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang
dilakukannya, terserah kepada Allah SWT untuk mengampuni atau tidak
mengampuninya.
Kaum Mu‟tazilah sebagai aliran ketiga tidak menerima pendapat- pendapat
di atas. Bagi mereka orang berdosa yang besar bukan kafir, tetapi bukan pula
10. 7
mukmin, yang dalam bahasa Arabnya terkenal dengan istilah al-manzilah bain al-
manzilatain (posisi diantara dua posisi).
Dalam pada itu timbul pula dalam Islam dua aliran dalam teologi yang
terkenal dengan nama al-qadariah dan al-jabariah. Menurut qadariah manusia
memiliki kemerdekaan dalam bentuk kehendak dan perbuatannya (free will dan
free act) Sedangkan Jabariah sebaliknya, manusia dalam segala tingkahlakunya
bertindak dengan paksaan tuhan. Segala gerak-gerikn manusia ditentukan oleh
tuhan (predestinationatau fatalism).
Dengan demikian aliran-aliran teologi penting yang timbul dalam Islam
ialah aliran Khawarij, Murjiah, Mu‟tazilah, Asy‟ariah dan Maturidiah. Aliran
Khawarij, Murjiah, Mu‟tazilah tak mempunyai wujud kecuali dalam sejarah.
Denga masuknya kembali paham rasionalisme ke dunia islam, yang kalau dahulu
masuknya itu melalui kebudayaan yunani kelasik akan tetapi sekarang melalui
kebudayaan Barat Modern, maka ajaran-ajaran Mu‟tazilah mulai timbul kembali,
terutama sekali dikalangan kaum intelegensi islam yang mendapat pendidikan
barat.3
B. Dasar-Dasar Qur’ani
1. Definisi Ilmu Kalam
Kalam menurut bahasa ialah ilmu yang membicarakan/ membahas tentang
masalah ketuhanan/ketauhidan. Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan
tentang wujud Tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang
tidak ada pada-Nya dan sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya dan
membicarakan tentang Rasul-Rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan
mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada
padanya, dan sifa-sifat yang terdapat padanya.
Ibnu khaldun mengatakan Ilmu kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan
mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil
pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari
kepercayaan-kepercayaan aliran golongan Salaf dan Ahli sunah. Masih ada
definisi lainnya akan tetapi kesemuanya itu berkisar pada persoalan kepercayaan
3
Harun Nasution,Teologi Islam(Jakarta: UI Press 2007), hlm.3.
11. 8
diatas dan cara menguraikan kepercayaan-kepercayaan itu, yaitu kepercayaan
tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya,tentang rasul-rasul dan sifat-sifatnya dan
kebenaran keutusannya, demikian pula tentang kebenaran kabar yang dibawa
Rasul itu, sekitar alam gaib, seperti akhirat dan seisinya.4
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam membahas
tentang masalah ketuhanan serta berbagai masalah yang berkaitan dengannya
berdasarkan dalill-dalil yang meyakinkan. Ilmu kalam dinamakan ilmu kalam
karena :
1. Persoalan penting yang menjadi pembicaraan pada abad-abad
permulaan Hijriah ialah ”firman Tuhan“ (Kalam Allah) dan non
azalinya Quran (Khalq Al Quran).
2. Dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil ini
nampak jelas dalam pembicaraan para mutakalimin. Mereka jarang
kembali keparda dalil naqli (Quran dan Hadis), kecuali sesudah
menetapkan benarnya pokok persoalan lebih dahulu.
3. Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayan agama menyerupai
logika dalam filsafat, maka pembuktian dalam agama ini dinamakan
ilmu kalam untuk membedakannya dengan logika dalam filsafat.5
Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama antara lain : ilmu
ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-akbar, dan teologi Islam. Disebut Ilmu
Ushuluddin karena ilmu ini membahas pokok-pokok agama (ushuluddin). Disebut
ilmu Tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah SWT. Didalamnya dikaji
pula tentang asma‟(nama-nama) dan af‟al (perbuatan-perbuatan) Allah yang
wajib, mustahil dan jai‟iz, juga sifat yang wajib, mustahil, dan jai‟iz, bagi Rasul-
Nya. Ilmu Tauhid sendiri sebenarnya membahas keesaan Allah SWT, dan hal-hal
yang berkaitan dengan-Nya. Secara objektif, ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid,
tetapi argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.
Oleh sebab itu, sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dan ilmu tauhid.
4
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Jakarta: PT Bulan Bintang: 2001),hlm. 3
5
Ibid, hlm. 4-5.
12. 9
kalam ini menyerupai ilmu Teologi bagi orang-orang Masehi. Ahli ilmu
kalam disebut Mutakalimin. Golongan ini bisa dianggap sebagai golongan yang
berdiri sendiri yang menggunakan akal pikiran (alasan-alasan pikiran) dalam
memahami nas-nas (teks-teks) agama dan mempertahankan kepercayaan-
kepercayaanya. Mereka berbeda dangan golongan Hambali yang berpegangan
teguh pada kepercayaan-kepercayaan orang Salaf. Berbeda juga dengan orang
tasawuf yang mendasarkan pengetahuannya (ilmunya makrifah) kepada
pengalaman batin dan renungan atau kasyf (terbuka dengan sendirinya).
Mutakalimin juga berbeda dengan golongan filosof yang mengambil alih
pemikiran-pemiikiran filsafat yunani dan yang menganggap bahwa filsafat itu
benar-benar seluruhnya. Juga mereka berbeda dengan golongan Syiah Ta‟limiyyah
yang mengatakan bahwa dasar utama untuk ilmu, bukan yag didapati akal, bukan
pula yang didapati dari dalil naqal (quran dan hadis), tetapi didapati dari imam-
imam mereka yang suci (maksum).6
2. Sumber-Sumber Ilmu Kalam
1) Al-Quran
Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang ditulis dalam mushaf, berbahasa Arab, dinukilkan kepada kita dengan
jalan-jalan mutawatir, diawali dengan surah Al-Fatihah, diakhiri dengan surah An-
Nas dan membacanya merupakan ibadah. Alquran menjelaskan rambu-rambu
masalah aqidah secara rinci namun masalah ibadah dan hak-hak antar sesama
dengan cara garis besar.7
Dalam syariat islam Alquran adalah undang-undang
dalam menetapkan hukum sosial. Ia sebagai tuntunan Nabi dan pengikutnya,
karenanya ia sebagai sumber utama dan pertama. Sebagai sumber ilmu kalam, Al-
Quran banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan,
diantaranya adalah :
Q.S Al-Ikhlas : 3-4
* ْدَلوُي ََْلَو ْدِلَي ََْل
6
Ibid, hlm. 5-6
7
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 36.
13. 10
* ٌدََحأ اًوُفُكُهَل ْنُكَي ََْلَو
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,
serta tidak ada sesuatupun didunia ini yang tampak sekutu dan sejajar dengan-
Nya.
Q.S Asy-Syura : 7
ِعْمَْْلا َمْوَي َرِذْنُتَو اَََلْوَح ْنَمَو َٰىَرُقْلا امُأ َرِذْنُتِل اًّيِبَرَع ًآَّنْرُق َكْيَلِإ اَنْيَحَْوأ َكِلََٰذَكَوََلَبْيَرۚ ِيهِف
ِيِعاسال ِِف ٌقيِرَفَو ِاةنَْْلا ِِف ٌقيِرَف
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun didunia ini, ia
Maha mendengar dan Maha mengetahui.
Q.S Al-Furqan :59
ُنََْٰمحارال ۚ ِشْرَْعلا ىَلَع َٰىَوَتْاس ُاُث ٍماََيأ ِاةتِس ِِف اَمُهَنْيَب اَمَو َضَْرْاْلَو ِاتَاوَماسال َقَلَخ يِذالاَْلأْاسَف
اًيِبَخ ِهِب
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha penyayang bertahta diatas “Arsy“
Ia pencipta langit, bumi dan semua yang ada diantara keduanya.
Q.S Al-Fath : 10
َثَكَن ْنَمَف ۚ ْمِهيِدَْيأ َقْوَف ِااّلل ُدَي َااّلل َنوُعِياَبُي اَاَّنِإ َكَنوُعِياَبُي َينِذالا انِإۖ ِهِسْفَن َٰىَلَع ُثُكْنَي اَاَّنِإَف
اًيمِظَع اًرَْجأ ِيهِتْؤُيَسَف َااّلل ُهْيَلَع َدَاهَع اَِِب َََٰفَْوأ ْنَمَو
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “tangan“ yang selalu berada
diatas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama mereka berpegang
teguh dengan jalan Allah.
Q.S An-Nisa : 125
َذَااَتَو ۗ اًفيِنَح َيمِاهَرْبِإ َةالِم َعَبااتَو ٌنِسُُْم َوُهَو ِاِّلل ُهَهْجَو َمَلَْسأ ْناِِم اًينِد ُنَسَْحأ ْنَمَوَيمِاهَرْبِإ ُااّلل
ًيَلِلَخ
14. 11
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan berupa agama, seseorang
dikatakan telah melaksanakan agama apabila melaksanakannya dengan ikhlas
karena Allah.
2) Hadits
Hadis adalah apa-apa yang datang dari Nabi berupa perkataan, perbuatan,
persetujuan, sifat-sifat beliau baik sifat jasmani atau sifat-sifat akhlak. Hadis atau
sunah merupakan sumber syari‟at Islam setelah Al-Quran. Hadis juga merupakan
sumber hukum independent (mustaqil) yang tidak ada hukumnya dalam Al-Quran,
contoh hadis yang kemudian dipahami sebagian ulama sebagai prediksi Nabi
mengenai kemunculan berbagai golongan dalam ilmu kalam. “Hadis yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda :
“orang-orang Yahudi akan terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan
umatku akan pecah menjadi tujuh puluh golongan”. “Hadis yang diriwayatkan
dari Abdullah bin Umar : ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda : “akan
menimpa umatku apa yang pernah menimpa Bani Israil telah terpecah belah
menjadi 7 golongan dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan.
Semuanya akan masuk neraka,, kecuali satu golongansaja, siapa mereka itu wahai
Rasulullah? tanya para sahabat, Rasulullah menjawab “mereka adalah yang
mengikuti jejakku dan sahabat-sahabatku“.
Syekh Abdul Qadir mengomentari bahwa hadis yang berkaitan dengan
masalah faksi umat ini yang nerupakan salah satu kajian ilmu kalam mempunyai
sanad yang banyak. Keberadaan hadis yang berkaitan dengan perpecahan umat
seperti diatas, pada dasarnya merupakan predisi nabi dengan melihat yang
tersimpan dalam hati para sahabatnya. Oleh sebab itu, sering dikatakan bahwa
hadis-hadis seperti itu llebih dimaksudkan sebagai peringatan bagi para sahabat
dan umat Nabi tentang bahayanya perpecahan dan pentingnya persatuan.
3) Pemikiran manusia
Sebelum filsafat Yunani masuk dan berkembang didunia Islam, umat islam
sendiri telah menggunakan pemikiran rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan ayat-ayat Al-Quran terutama yang belum jelas maksudnya (al-
15. 12
mutasyabihat) keharusan untuk menggunakan rasio ternyata mendapat pijakan
dari beberapa ayat Al-Quran diantaranya : Q.S Muhammad ayat 24
ٍوبُلُق َٰىَلَع َْمأ َناَءْرُقْلٱ َنوُرابَدَتَي ََلَفَأ
اََُلاَفَْقأ
Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ataukah hati
mereka terkunci?”
Adapun sumber ilmu kalam berupa pemikiran yang berasal dari luar Islam
dapat diklasifikasikan dalam dua kategori :
a. Pemikiran non muslim yanng telah menjadi paradaban lalu
ditransfer dan diasimilasikan dengan pemikiran Islam.
b. Berupa pemikiran-pemikiran non muslim yang bersifat
akademis, seperti filsafat (terutama dari Yunani) sejarah dan
sains.
4) Insting
Kepercayaan adanya Tuhan secara instingtif telah berkembang sejak
keberadaan manusia pertama. Oleh karena itu sangat wajar kalau William L.
Resee mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan dengan ketuhanan yang dikenal
dengan istilah theologia, telah berkembang sejak lama, ia bahkan mengatakan
bahwa teologi muncul dari sebuah mitos (theologia was origining viewed as
concerned with myth). Selanjutnya teologi itu berkembang menjadi (Theologi
natural/teologi alam) dan reeled the theologi (teologi wahyu).8
8
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar,op.cit. hlm.15-27.
16. 13
BAB III PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diantara faktor yang melatar belakangi munculnya Aliran Teologi Islam
adalah Persoalan Politik. Awal mula perpecahan bisa kita simak sejak kematian
Utsman bin Affan r.a. Ahli sejarah menggambarkan „Usman sebagai orang yang
lemah dan tak sanggup menentang ambisi keluarganya yang kaya dan
berpengaruh itu untuk menjadi gubernur. Tindakan-tindakan yang dijalankan
Usman ini mengakibatkan reaksi yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Kalam menurut bahasa ialah ilmu yang membicarakan/ membahas tentang
masalah ketuhanan/ketauhidan. Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan
tentang wujud Tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang
tidak ada pada-Nya dan sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya dan
membicarakan tentang Rasul-Rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan
mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin ada
padanya, dan sifa-sifat yang terdapat padanya.
B. Saran
Sebagai Mahasiswa alangkah baiknya kita bisa mengetahui sejarah
timbulnya aliran-aliran teologi Islam karena disitu lah kita bisa mengetahui
banyak sekali penyimpangan setelah wafatnya sahabat-sahabat Nabi Muhammad
saw.
17. 14
DAFTAR PUSTAKA
Abduh Muhammad, 1979, Risalah Tauhid, Jakarta: Bulan Bintang.
Anwar Rosihan, 2009, Ilmu Kalam, Bandung: CV Pustaka Setia.
Hanafi Ahmad, 2001, Teologi Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang.
Nasution Harun, 2007, Teologi Islam, Jakarta: UI Press.
Rozak Abdur dan Rosihan Anwar, 2006, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia.