SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
PENDIDIKAN LINGKUNGAN
                                           Tejoyuwono Notohadiprawiro


        Arti Lingkungan

                 Lingkungan mencakup segala hal sekeliling kita, yang kita terkait kepadanya secara
        langsung atau tidak langsung, yang hidup dan kegiatan kita berhubungan dengannya dan
        bergantung padanya (Ananichev, 1976). Dapat juga dikatakan bahwa lingkungan adalah
        keseluruhan faktor, kakas (force), atau keadaan yang mempengaruhi atau berperan atas
        hidup dan kehidupan kita. Boleh juga disebutkan, lingkungan adalah segala gatra ekologi
        ditinjau dari segi manusia.
                 Batasan pengertian lingkungan tersebut tadi menunjukkan bahwa lingkungan
        bermakna sangat luas, bersegi banyak, dan berkaitan dengan manusia secara rumit. Maka
        mepelajari lingkungan memerlukan suatu pandangan lintas sektor kegiatan hidup manusia,
        dan pemikiran interdisiplin.


        Lingkungan Sebagai Subyek Pendidikan

                 Pendidikan lingkungan memberikan latihan kepada anak didik berpikir secara
        serbacakup (comprehensive) mengenai segala gatra kehidupan manusia. Subyek ini juga
        melatih berpikir secara bersistem, yang menggunakan matra waktu lengkap, yaitu kemarin-
        kini-esok, dan matra ruang. Matra waktu penting karena lingkungan bersifat dinamis, baik
        menurut bawaannya maupun terutama menurut saling nasabahnya (interrelationship)
        dengan kegiatan manusia. Kejadian yang berlangsung pada masa lampau menghasilkan
        akibat pada masa sekarang, dan akibat ini berpengaruh atas kejadian yang dapat
        berlangsung pada masa sekarang, yang akan menghasilkan akibat pada masa mendatang.
        Matra ruang penting karena lingkungan merupakan fakta geografi. Akibat suatu tindakan
        tertentu yang terjadi di suatu tapak belum tentu terjadi pula, atau tidak dengan sendirinya
        harus terjadi pula, di tapak lain karena tindakan yang sama. Berpikira secara bersisitem,
        yang menilai nasabah antar komponen lingkungan dan antara lingkungan dan manusia
        dalam skala waktu dan ruang, mengembangkan penalaran analitik yang tuntas.
                 Waktu dan ruang adalah kaidah segala kehidupan. Proses dan evolusi berhakikat
        waktu, sedang adaptasi berhakekat ruang (tempat). Kemajuan proses, evolusi dan adaptasi


                                                                                                 1
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
menjadi jaminan kelangsungan kehidupan di bumi kita ini. Sebaliknya, kemunduran proses
        dan kekahatan evolusi serta adaptasi menjadi sebab pokok degradasi kehidupan.
                 Mengingat hakekat lingkungan itu maka Heath (Emmelin, 1977) berpendapat
        bahwa Ilmu Lingkungan sepantasnya mengganti Seni dan Humaniora selaku subyek
        pendidikan bagi para calon administrator. Ilmu Lingkungan sesuai untuk peran ini
        mengingat bahan yang diajarkan, cakupannya yang luas, dan tuntutannya akan
        keterhitungan segala hal (demand on numeracy). Menelaah sistem lingkungan yang sangat
        rumit akan dapat mengembangkan kelenturan berpikir yang perlu dimiliki oleh setiap
        administrator.

                 Secara tradisional Seni dan Humaniora menjadi subyek utama pendidikan para
        bangsawan, khususnya putra mahkota dalam mempersiapkannya menduduki tahta
        kerajaan. Jalur ini masih ditempuh sampai sekarang, baik di dunia timur maupun di dunia
        barat. Bahkan pendidikan universitas dan berbagai sekolah penataran jabatan di Indonesia
        masih cenderung mengikuti jalur ini. Misalnya, pemasukan kelompok mata ajaran sosial-
        budaya dasar dalam kurikulum umum S1 jelas menunjukkan penganutan pada konsep itu.
        Masalah sosial dan budaya dengan sendirinya sudah tercakup dalam Ilmu Lingkungan,
        bahkan tidak hanya sekedar dicakup, akan tetapi dipadukan dengan masalah fisik, hayati,
        dan teknologi. Dengan demikian anak didik tidak lagi diberi bekal pengertian yang
        terkotak-kotak, melainkan memperoleh pengetahuan yang bulat mengenai perilaku
        masyarakat dengan teknologi dan rekayasanya dalam upaya membangun perikehidupan
        yang lebih menyenangkan. Akan tetapi teknologi dan rekayasa itu pula yang akan
        mendatangkan malapetaka kepada masyarakat yang berkesadaran lingkungan tipis. Dengan
        Ilmu Lingkungan keseluruhan spektrum perilaku masyarakat dalam mewujudkan
        persepsinya tentang hidup dan kehidupan ini dapat dibeberkan.



        Kerangka Pendidikan Lingkungan

                 Membicarakan lingkungan berarti membicarakan dampak dan resiko penggunaan
        sumberdaya alam. Menurut Ananichev (1976), persoalan lingkungan mempunyai tiga gatra
        pokok, yaitu pencemaran, usikan terhadap neraca ekologi, dan pengurasan sumberdaya
        alam.
                 Pendidikan lingkungan merupakan suatu proses terpadu yang berkenaan dengan
        saling nasabah manusia dengan keadaan alam dan buatannya sekelilingnya, termasuk

                                                                                              2
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
nasabah pertumbuhan penduduk, pencemaran, peruntukan dan pengurasan sumberdaya,
        pengawetan, teknologi, dan perencanaan perkotaan serta pedesaan, dengan lingkungan
        manusia secara keseluruhan. Pendidikan ini merupakan suatu kajian mengenai faktor-
        faktor yang berpengaruh atas ekosistem, kesehatan jiwa dan badan, keadaan untuk hidup
        dan bekerja, kota-kota yang meruntuh, dan tekanan penduduk (Emmelin, 1977).
                 Dengan pengelolaan sumberdaya alam sebagai tema inti, ada dua hampiran yang
        dapat ditempuh dalam pendidikan lingkungan. Kedua hampiran itu secara asasi berbeda,
        yaitu yang satu mengaji pengelolaan sumberdaya alam dari gatra sumberdayanya, sedang
        yang lain mengajinya dari arah tuntutan manusia terhadap sumberdaya tersebut (Emmelin,
        1977).
                 Pengusik neraca ekologi yang tertua adalah pertanian. Sejak jaman batu, pada
        waktu manusia mulai mampu membuat alat yang dapat meringankan dan memudahkan
        pekerjaan badan, dia mulai pula mengenal cara mengolah lahan dan memelihara hewan.
        Dengan kepandainnya bercocok tanam dan beternak, manusia menghampiri alam dengan
        jalan yang secara asasi baru sama sekali. Manusia tidak lagi berusaha menyesuaikan
        dirinya dengan lingkungannya, akan tetapi mulai mencoba mengubah alam agar cocok
        dengan tuntutannya sendiri. Meskipun sejarah pertanian telah berjalan kira-kira 10.000
        tahun, namun dinilai secara umum dampaknya atas lingkungan secara nisbi tidaklah besar.
        Memang sejarah mencatat keruntuhan lingkungan karena pertanian, akan tetapi hal itu
        terjadi secara terbatas dalam suatu kawasan tertentu, dan berkaitan dengan suatu suku
        peradaban tertentu. Peradaban yang berkembang di daerah Mesopotamia menciptakan
        teknologi irigasi yang diterapkan secara besar-besaran untuk mengembangkan pertanian di
        daerah beriklim kering. Manipulasi mendalam terhadap lingkungan semacam ini, tanpa
        didukung oleh ilmu pengetahuan dasar yang memadai, akhirnya menimbulkan
        penggaraman tanah yang meruntuhkan sama sekali sistem pertanian, dan meruntuhkan
        pula peradaban yang bertumpu pada sistem pertanian itu. Sebaliknya, sistem perladangan
        sanggup mempertahankan pertanian selama ribuan tahun dalam kawasan iklim basah
        dengan tanah berkesuburan rendah. Peternakan nomadik dapat memantapkan penggunaan
        lahan di kawasan iklim setengah kering dengan produksi biomassa terbatas. Sistem sawah
        mampu bertahan sepanjang masa pada lahan-lahan yang rentan erosi.
                 Secara umum pertanian tidak memberikan dampak berat kepada lingkungan karena
        : (1) Menggunakan obyek alamiah, yaitu tumbuhan dan hewan, (2) Sedikit banyak tetap
        mengikuti irama proses alamiah, (3) Limbah yang dihasilkan bersifat terdaur-ulangkan, (4)

                                                                                               3
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
Intensitas kegiatan per satuan tempat dan waktu rendah, dan (5) Kalaupun menggunakan
        masukan kimiawi, kebanyakan unsur dan senyawanya bukan sesuatu yang asing bagi
        lingkungan pada umumnya, lebih-lebih tanah memiliki kemampuan sebagai pelaku sanitasi
        lingkungan.

                 Persoalan lingkungan terutama ditimbulkan oleh permuiman manusia dan industri.
        Secara potensial kedua macam kegiatan itu merupakan sumber dampak berat atas
        lingkungan karena: (1) Manipulasi lingkungan sehingga menjauhi keadaan semula tanpa
        memberikan kompesasi yang sepadan, (2) Banyak menggunakan dan menghasilkan zat
        atau bahan yang asing bagi lingkungan pada umumnya, (3) Limbah yang dihasilkan
        banyak yang tidak terdaur-ulangkan, dan (4) Intensitas kegiatan per satuan tempat dan/atau
        waktu tinggi. Faktor-faktor dampak ini saling berkaitan erat. Memakai dan membajak atau
        bahan yang asing bagi lingkungan menghasilkan limbah yang asing pula. Karena intensitas
        kegiatan tinggi maka laju penghasilan limbah menjadi tinggi pula. Mengingat ini semua
        maka persoalan dampak atas lingkungan dapat dikembalikan ke persoalan limbah.



        Persoalan Limbah

                 Tepatlah ungkapan Paturi (1978) bahwa setiap bahan atau barang yang dibuat
        merupakan limbah potensial. Segala sesuatu yang dibuat kemarin, mulai dari isian ball-
        point sampai dengan mobil dan rumah, adalah sampah sekarang. Sesuatu yang dipakai
        sekarang pasti akan menjadi sampah esok. Kalau demikian mengapa persoalan limbah
        tidak kita fikirkan sejak pembuatan calon limbah?
                 Pertimbangan sosial dan ekonomi kita menghendaki barang yang awet dalam
        pemakaian. Orang juga menginginkan bahan makan kalengan tidak teracuni oleh bahan
        yang dipakai membuat kaleng. Orang ingin segala macam kemudahan dan keindahan
        dalam hidupnya. Botol minuman dibuat dari plastik agar ringan dan tidak akan pecah kalau
        kebetulan jatuh atau terantuk. Menjinjing jajanan lebih enak, lebih bersih, dan tidak takut
        bocor dengan kantong atau kotak plastik daripada dibungkus dengan daun pisang atau daun
        jati. Pembunbgkus dibuat indah dengan diberi gambar dan warna-warni dengan cat
        sintetik.
                 Keinginan-keinginan itu menjadi kriteria mutu bahan atau barang yang kita pakai.
        Kriteria mutu itu sering hanya dapat hanya dipenuhi dengan zat atau bahan buatan yang
        tahan dekomposisi secara alamiah. Kaleng besi atau seng diganti dengan pipa pralon. Botol

                                                                                                 4
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
kaca diganti dengan botol plastik. Plitur diganti dengan lapisan formika agar perabot kita
        berpenampilan meriah dengan piliohan warna dan corak lebih banyak.
                 Dari pandangan ekonomi penggantian bahan-bahan itu menguntungkan karena
        lebih memenuhi permintaan. Akan tetapi dari wawasan lingkungan hal tersebut tidak dapat
        diterima karena menambah calon sampah yang terdegradasikan secara alamiah. Dalam
        ekonomi kita, suatu barang berumur pendek, akan tetapi bareang yang terbuat dari
        aluminium, plastik, dan bahan-bahan sintetik lain akan hidup nyaris selamanya dalam
        keranjang sampah kita. Disamping itu produksi aluminium memerlukan energi enam
        kalilipat daripada produksi besi, dan dua kali lipat energi diperlukan untuk membuat
        kaleng aluminium daripada utnuk membuat kaleng baja. Ini berarti bahwa membuat barang
        dari aluminium menydap energi lebih banyak dari cadangan yang tersediakan (Paturi,
        1978). Rupa-rupanya tuntutan mutu masyarakat modern membawa serta persoalan limbah
        dan bahaya pencemaran lingkungan.
                 Lebih berbahaya lagi daripada sampah yang menumpuk di depan kita ialah         "
        sampah yang tidak tampak", yaitu debu, asap buangan, dan air comber (segawe).
        Pengamatan sementara di Indonesia menunjukkan bahwa limbah industri mengandung
        berbagai logam berat dalam jumlah yang sangat merisaukan. Cairan limbah yang
        terpisahkan dalam lengkapan pengolah limbah (waste treatment plant) langsung di buang
        ke perairan tanpa terlebih dulu melewati pemeriksaan dan pemantauan kandungan logam
        berat. Maka terjadilah a.l. pencemaran Teluk Jakarta oleh Hg. Lumpur yang mengendap
        dalam pengolahan limbah dan kemudian dikeringkan (sari kering limbah = sludge)
        ditawarkan sebagai pupuk. Dalam pengamatan sementara ternyata bahwa bahan ini
        memang berguna menaikkan hasilpanen berbagai tanaman pangan. Akan tetapi hasil
        panennya tidak laik dikonsumsi karena kadar logam beratnya jauh melampaui batas yang
        diijinkan. Salah satu analisis terhadap SKL Kawasan Indusitri Rungkut di Surabaya
        menunjukkan kadar Pb sebesar 310 ppm. Tanaman jagung yang dipupuk dengan SKL ini
        dengan takaran yang setara dengan 5 Mg/ha menghasilkan biji berkadar Pb 38 ppm pada
        tanaman yang ditanam pada tanah regosol, sedang yang ditanam pada tanah luvisol
        menghasilkan biji berkadar Pb 14 ppm. Padahal kadar meksimum yang diijinkan dalam
        bahan pangan ialah 2 ppm. Dengan interpolasi kurve korelasi dapat ditaksir bahwa
        pemberian SKL dengan takaran 1 Mg/ha saja akan menghasilkan biji jagung dengan kadar
        Pb masih diatas 2 ppm (Wardi, 1987). Pencemaran dakhil (internal polution) lewat bahan
        pangan semacam ini sangat membahayakan, dan sumbernya sulit sekali ditelusur.

                                                                                                5
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
Di pusat kota Tokyo telah disediakan pompa-pompa oksigen di kaki lima. Dengan
        memasukkan mata uang, orang yang mulai merasa pusing karena menghirup terlalu banyak
        SO2, Pb, dan CO dapat memperoleh oksigen untuk menyegarkan diri kembali. Udara
        Jerman Barat telah mengalami pencemaran berat sekali. Di negara itu dalam setahun
        terlepas ke udara 8 juta Mg CO, 4 juta Mg SO2 , 4 juta debu dan karat, 2 juta Mg NO, dan 2
        juta Mg Hidrokarbon. Ini lebih banyak daripada jumlah sampah rumah tangga yang
        melonggok dalam waktu yang sama (Paturi, 1978).
                 Homo sapiens, jenis manusia yang telah memiliki kemampuan menghimpun
        pengetahuan dan berfikir, sudah menghuni bumi ini sejak sekitar 40.000 tahun yang lalu.
        Mereka mengerjakan lahan dan beternak sejak kira-kira 10.000 tahun yang lalu. Mereka
        telah selama 5000 tahun hidup di kota-kota dan menjalani kehidupan beradab yang maju.
        Sejarah perkembangan industri belum lebih tua daripada 200 tahun. Akan tetapi justru
        bagian akhir sejarah manusia inilah yang telah mendatangkan malapetaka kepada manusia
        sendiri (Ananichev, 1976; Paturi, 1978).
                 Telah ada kehidupan ini sejak 2500 juta tahun yang lalu. Tumbuhan tingkat tinggi
        mulai ada sejak kira-kira 450 juta tahun yang lalu, dan hewan vertebrata muncul sekitar
        400 juta tahun yang lalu. Mengapa makhluk-makhluk ini tidak menimbulkan krisis
        lingkungan, padahal mereka telah jauh lebih lama menghuni planet ini dibandingkan
        dengan manusia. Sebagaimana halnya manusia, merekapun melakukan alih rupa bahan dan
        energi, serta menghasilkan limbah, bahkan pada skala yang lebih besar daripada yang
        dilakukan manusia, dan kebesaran skala ini tidak akan akan pernah dapat disamai oleh
        manusia. Jawaban atas pertanyaan mendasar ini terkandung dalam neraca yang sangat
        sempuran antara produksi dan deproduksi yang dikembangakan oleh masyrakat tumbuhan.
        Neraca ini berasaskan daur ulang menyeluruh, atau peredaran bahan secara lengkap.
        Segala sesuatu yang tidak dipakai lagi oleh tumbuhan segera diuraikan dan dikembalikan
        ke bahan asalnya untuk dipakai kembali oleh tumbuhan. Semua proses berlangsung secara
        tertib, lancar, tanmpa menimbulkan kebisingan, bau yang menyengat hidung, asap lepasan
        yang merusak, dan pencemaran atas lahan dan air. Dalam masyarakat tumbuhan produksi
        dan dekomposisi saling membatalkan. Suatu sistem yang terimbangkan begitu bagus
        mampu berfungsi selam waktu yang tidak terbatas (Paturi, 1978).
                 Dengan demikian tambah jelas kiranya bahwa persoalan lingkungan terpulangkan
        kepada persoalan pengelolaan limbah. Diperlukan suatu teknologi yang sanggup
        menjalankan proses daur ulang secara sempurna. Ini berarti bahwa setiap penciptaan bahan

                                                                                                6
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
baru harus didampingi dengan penemuan cara pelenyapannya, atau cara mendaur-
        ulangkannya.


        Sadar Lingkungan

                 Pendidikan dan latihan dalam masalah lingkungan               menghadapi keadaan yang
        memerlukan tindakan darurat.               Hal ini terpaksa terjadi karena kita langka berfilsafat
        biologi dan sosial yang berpandangan jauh ke masa depan, yang mampu menyediakan
        landasan bagi pengatuan lingkungan dengan teknologi yang berjalan maju seiring dengan
        perubahan tata hidup.           Masyarakat sekarang baru terbangunkan kalu bahaya telah
        mengancam, yang dibangkitkan oleh teknologi yang diterapkan secara tidak berdisiplin
        dan pertumbuhan penduduk yang meledak, sedang bahaya itu sebetulnya telah dapat
        diramalkan beberapa puluh tahun sebelumnya (Dubos.1968)
                 Selanjutnya Dubos(1968) mengatakan bahwa yang disebut “ perbaikan lingkungan”
        sebenarnya tidak lain dari pada upaya tambal sulam                  sekadar untuk memperlambat
        pengurasan sumberdaya alam, pemerkosaan alam, dan kehilangan nilai- nilai kemanusiaan.
        Dia memberikan misal pembangunan bendungan-bendungan besar diseantero dunia yang
        tidak dicetuskan oleh program penggunaan lahan dan air yang serba cukup dan terpadu,
        melainkan oleh ancaman banjir yang merusak dan kebutuhan mendesak akan pasokan air
        yang melimpan dan yang lebih terpercaya. Sebaik- baik penilaian, program semacam itu
        hanya dapat disebut suatu tanggapan sosial yang adaptif terhadap suatu krisis dadakan
        (acute).
                 Hampir semua penemuan dasar, yang disanjung sebagai pengantar manusia ke
        kehidupan yang lebih baik, bermuka dua : penaklukan penyakit menular-peledakan
        penduduk, sumber energi tak terbatas-senjata nuklir pemusnah bangsa, ilmu kimia modern
        yang menakjubkan- pencemaran lahan, udara, dan air. Maka dari itu membicarakan soal
        laju dan keterbatasan penemuan ilmiah dan perkembangan teknologi tidak penting lagi.
        Yang kita perlukan ialah mempertimbangkan arah pertumbuhan itu (Fenner,1976).
                 Sadar lingkungan sejalan dengan perkembangan pengetahuan tentang pengaruh
        timbal balik antara manusia dan lingkungan. Menurut Dubos (1968) masih ada segi segi
        penting dari timbal balik ini yang belum diketahui atau belum didalami secara tuntas.
        Semua orang setuju bahwa pengekangan terhadap pencemaran lingkungan merupakan
        hasrat kita bersama. Namun orang masih belum tahu benar pencemar udara, air, atau
        pangan apakah yang benar benar penting. Bagaimana cara menilai tingkat pencemaran,

                                                                                                        7
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
apakah atas dasar akibat dadakan, yang memang mudah disidik, ataukah memperhatikan
        pula akibat akumulatif, tertunda atau tak-langsung ?         Apakah suatu mahluk muda
        bertanggapan sama dengan yang telah dewasa ? Apakah yang muda itu mengembangkan
        sejenis ketenggangan atau kelewat –rentanan yang mempengaruhi tanggapannnya
        kemudian ? Semua orang sependapat pula bahwa kota-kota kita perlu dibenahi, bahkan
        kalau perlu dibangun ulang. Teknologi untuk itu memang telah tersediakan. Akan tetapi
        siapa yang tahu tentang bagaimana lingkungan yang telah diciptakan secara            itu
        berpengaruh atas kesejahteraan penduduk, termasuk khusus perkembangan fisik dan
        mental anak-anak ?
                 Misal-misal ini menunjukkan bahwa penendalian lingkungan sampai sekarang
        dipandang hampir semata-mata dari sudut pandangan teknologi, dan mengabaikan
        tanggapan mahluk terhadap kakas-kakas lingkungan dan konsekuensi akhir bagi
        kesejahteraan manusia. Menurut Dubos (1968) hampiran apa pun yang dipilih, ilmiah atau
        praktikal, perbaikan lingkungan harus memperhatikan kedua-duanya akibat lingkungan,
        yaitu pelonggaran (permissive) dan pemolaan (formative) kehidupan, tidak saja untuk masa
        kini akan tetapi untuk masa depan.
                 Oleh karena masalah lingkungan itu mengenai segala gatra kehidupan maka
        pembedaan disiplin menjadi dua golongan, yaitu ilmu alam dan ilmu sosial, tidak
        bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan lingkungan.            Menurut Stephen Boyden
        diperlukan ‘ kecendekiaan terpadu’ (integrative scholarship) yang mampu mengenali
        persoalan berat yang dihadapi manusia dan menggarapnya denga pemikiran rasional yang
        paling tanggung dan canggih tanpa membeda-bedakan apa yang dikenal sebutan ‘ disiplin
        ilmu ‘ (Fenner,1976).
                 Sadar lingkungan hanya dapat dibentuk dan dikembangkan dalam diri orang
        masing-masing dengan jalan :
        1. Menghadapkan seseorang pada persoalan lingkungan sehari hari secara terus-menerus
             berupa kenyataan yang mudah masuk akal dan mudah dialami sendiri.           Macam
             kenyataan yang ilustratif ini bergantung pada lingkungan hidup dan lingkungan kerja
             yang biasa dihadapi seseorang.        Penduduk kota yang pegawai kantoran akan lain
             dengan penduduk kota yang bekerja pabrik, lain lagi dengan orang kaya yang
             bertempat tinggal dirumah besar berhalaman luas dipinggiran kota, dan lain pula
             dengan petani di pedesaan.
        2. Menumbuhkan peradapan malu:

                                                                                              8
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
a. Mengotori tempat-tempat umum dan tempat orang lain.
             b. Menyusahkan orang lain dan mengganggu orang lain memanfaatkan fasilitas
                umum.
             c. Melangggar peraturan umum dan kaidah sosial
             d. Menilai diri sendiri istimewa sehingga pantas didahulukan dalam segala urusan
                atau pantas dikebalkan dari segala peraturan dan ketentuan
             e. Bersembunyi dibelakang orang lain dan melemparkan kesalahan kepada orang lain.
             Maka dari itu pendidikan menjadi jalur penyadaran secara mutlak. Tanpa kesadaran
        yang merata yang semua anggota masyarakat, mustahil program pembenahan lingkungan
        apun akan dapat mencapai sasarannya. Orang harus yakin dulu bahwa lingkungan adalah
        bagian dari hidupnya, baik lingkungan fisik, hayati, maupun sosial budaya. Jalan pertama
        tersebut d iatas menumbuhkan kesadaran mengenai lingkungan fisik dan hayati, sedang
        yang kedua menumbuhkan kesadaran           mengenai lingkungan dan budaya.    Kesadaran
        mengenai kedua gatra lingkungan itu harus tumbuh seiring, karena kedua saling
        mempengaruhi.         Sikap asosial dapat menjurus kearah perusakan lingkungan fisik dan
        hayati, dan demikian pula sebaliknya. Misalnya, seseorang yang merasa kebal hukum
        kemudian melanggar tata guna lahan untuk memperoleh kepuasan pribadi, yang akhirnya
        merusak keseimbangan fisik dan hayati lingkungan. Orang yang memompa air tanah
        akhirnya menyusahkan tetangga- tetangganya karena persediaan air menyusut.


        Rujukan

        Ananichev, K.1976. Environment: international aspecus. Progress Publishers. Moskow.
                207 h (diterjemahkan dari Rusia oleh Yuri Shirokov).
        Dubos, Rene jules.1968. Man and his environment : adaptations and interactions. Dalam:
            Smithsonian Institution Symposium, The quality of man’s environment. Voice of
            America Forum Lecture. Smithsonian Institution Press. h 229-250.
        Emmelin, lars. 1977.Environmental education at university level. AMBIO 6(4) ; 201- 209
        Fenner, Frank J. 1976. Opstions for man’s future. A biologist’s view. Dalam: Scagel,
             Robert F. (ed.), Mankind’s future in the pasific. University of Britisch Columbia
             Press. Vancouver. H 140-160.
        Paturi, Felix R.1978. Nature, mother of invention. Penguin Books Ltd. Harmondsworth,
              Middlesex, England. 160 h (diterjemahkan dari Jerman oleh Margaret Clarke).
        Wardi.1987. Membandingkan agihan unsur timabl (Pb) dalam organ tanaman Jagung (Zea
             mays.L) yang dipupuk dengan limbah kering kawasan industri rungkut (Surabaya)
             pada tanah regosol dan luvisol. Tesis S1 Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian
             UGM. Tidak diterbitkan. XVI + 114 h.
                                                     «»

                                                                                                 9
Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)

More Related Content

What's hot

Ekologi dan asas asas pengelolaan lingkungan
Ekologi dan asas asas pengelolaan lingkunganEkologi dan asas asas pengelolaan lingkungan
Ekologi dan asas asas pengelolaan lingkunganmusdzalifah
 
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)Nida Shafiyanti
 
Tek 1 pendekatan ekologi wanda ukp
Tek 1 pendekatan ekologi wanda ukpTek 1 pendekatan ekologi wanda ukp
Tek 1 pendekatan ekologi wanda ukpMaya Aprijadi
 
Ilmu teknologi & pengetahuan lingkungan
Ilmu teknologi & pengetahuan lingkunganIlmu teknologi & pengetahuan lingkungan
Ilmu teknologi & pengetahuan lingkunganhendricksonsagala
 
LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTANLINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTANNikken Istifani
 
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)Nurul Afdal Haris
 
Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)
Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)
Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)Vivian Andhika
 
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Nurul Afdal Haris
 
Pengertian lingkungan hidup dan permasalahannya
Pengertian lingkungan hidup dan permasalahannyaPengertian lingkungan hidup dan permasalahannya
Pengertian lingkungan hidup dan permasalahannyapratista20
 
Ekologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkunganEkologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkunganIrfano
 
rangkuman IPS kelas 8 permasalahan lingkungan hidup
rangkuman IPS kelas 8 permasalahan lingkungan hiduprangkuman IPS kelas 8 permasalahan lingkungan hidup
rangkuman IPS kelas 8 permasalahan lingkungan hidupArini Dina Hanifa
 
BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?
BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?
BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?Hananto Maryan Wiguna
 
Manusia dan lingkungan
Manusia dan lingkunganManusia dan lingkungan
Manusia dan lingkunganLae Simbolon
 

What's hot (20)

Ekologi dan asas asas pengelolaan lingkungan
Ekologi dan asas asas pengelolaan lingkunganEkologi dan asas asas pengelolaan lingkungan
Ekologi dan asas asas pengelolaan lingkungan
 
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)
Manusia dan Lingkungan (Tugas ilmu sosial dan budaya dasar)
 
Tek 1 pendekatan ekologi wanda ukp
Tek 1 pendekatan ekologi wanda ukpTek 1 pendekatan ekologi wanda ukp
Tek 1 pendekatan ekologi wanda ukp
 
Ilmu teknologi & pengetahuan lingkungan
Ilmu teknologi & pengetahuan lingkunganIlmu teknologi & pengetahuan lingkungan
Ilmu teknologi & pengetahuan lingkungan
 
LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTANLINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
 
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
Materi Pengetahuan Lingkungan (Bagian II)
 
Geo (fnaws)
Geo (fnaws)Geo (fnaws)
Geo (fnaws)
 
Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)
Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)
Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)
 
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
 
Pengertian lingkungan hidup dan permasalahannya
Pengertian lingkungan hidup dan permasalahannyaPengertian lingkungan hidup dan permasalahannya
Pengertian lingkungan hidup dan permasalahannya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Lingkungan hidup-2
Lingkungan hidup-2Lingkungan hidup-2
Lingkungan hidup-2
 
Materi 4 amdal
Materi 4 amdalMateri 4 amdal
Materi 4 amdal
 
Putri ekologi
Putri ekologiPutri ekologi
Putri ekologi
 
IPS Geografi
IPS GeografiIPS Geografi
IPS Geografi
 
Konsep pembangunan berwawasan lingkungan
Konsep pembangunan berwawasan lingkunganKonsep pembangunan berwawasan lingkungan
Konsep pembangunan berwawasan lingkungan
 
Ekologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkunganEkologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkungan
 
rangkuman IPS kelas 8 permasalahan lingkungan hidup
rangkuman IPS kelas 8 permasalahan lingkungan hiduprangkuman IPS kelas 8 permasalahan lingkungan hidup
rangkuman IPS kelas 8 permasalahan lingkungan hidup
 
BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?
BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?
BUMI KITA, RUMAH KITA SENDIRI Apapentingnyasihkonservasi?
 
Manusia dan lingkungan
Manusia dan lingkunganManusia dan lingkungan
Manusia dan lingkungan
 

Similar to OPTIMIZING ENVIRONMENTAL EDUCATION

PPT KELOMPOK 1 PENDIDIKAN LINGKUNGAN SD .pptx
PPT KELOMPOK 1 PENDIDIKAN LINGKUNGAN SD .pptxPPT KELOMPOK 1 PENDIDIKAN LINGKUNGAN SD .pptx
PPT KELOMPOK 1 PENDIDIKAN LINGKUNGAN SD .pptxAzepRikiKeyboardis
 
Ilmu lingkungan
Ilmu lingkunganIlmu lingkungan
Ilmu lingkunganamaniaaa
 
51292133 ppt-pendidikan-alam-sekitar
51292133 ppt-pendidikan-alam-sekitar51292133 ppt-pendidikan-alam-sekitar
51292133 ppt-pendidikan-alam-sekitarmanimaranvadivelu
 
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanLaporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanFirlita Nurul Kharisma
 
Tugas Pendidikan Lingkungan Hidup
Tugas Pendidikan Lingkungan HidupTugas Pendidikan Lingkungan Hidup
Tugas Pendidikan Lingkungan HidupIndah Verjayanti
 
Modul Pendidikan Lingkungan Hidup oleh Eka Rista Harimurti
Modul Pendidikan Lingkungan Hidup oleh Eka Rista HarimurtiModul Pendidikan Lingkungan Hidup oleh Eka Rista Harimurti
Modul Pendidikan Lingkungan Hidup oleh Eka Rista HarimurtiEka Rista Harimurti
 
Iiin Marya Rizka, Sosiologi Lingkungan, Prodi Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, ...
Iiin Marya Rizka, Sosiologi Lingkungan, Prodi Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, ...Iiin Marya Rizka, Sosiologi Lingkungan, Prodi Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, ...
Iiin Marya Rizka, Sosiologi Lingkungan, Prodi Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, ...iinmaryarizka
 
01. Pertemuan 1 Rek Ling 2022.pdf
01. Pertemuan 1 Rek Ling 2022.pdf01. Pertemuan 1 Rek Ling 2022.pdf
01. Pertemuan 1 Rek Ling 2022.pdfDIASLYFORTUNATUS
 
Ekologi perairan
Ekologi perairan Ekologi perairan
Ekologi perairan yuliaresh
 
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasPeran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasrizky hadi
 
9_Konsep_fundamental_Geologi_Lingkungan.pptx
9_Konsep_fundamental_Geologi_Lingkungan.pptx9_Konsep_fundamental_Geologi_Lingkungan.pptx
9_Konsep_fundamental_Geologi_Lingkungan.pptxMathildaTerus
 

Similar to OPTIMIZING ENVIRONMENTAL EDUCATION (20)

Ekologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkunganEkologi dan ilmu lingkungan
Ekologi dan ilmu lingkungan
 
Ilmu alamiah dasar bab 5
Ilmu alamiah dasar bab 5Ilmu alamiah dasar bab 5
Ilmu alamiah dasar bab 5
 
PPT KELOMPOK 1 PENDIDIKAN LINGKUNGAN SD .pptx
PPT KELOMPOK 1 PENDIDIKAN LINGKUNGAN SD .pptxPPT KELOMPOK 1 PENDIDIKAN LINGKUNGAN SD .pptx
PPT KELOMPOK 1 PENDIDIKAN LINGKUNGAN SD .pptx
 
Tugas kelompok 4
Tugas kelompok 4Tugas kelompok 4
Tugas kelompok 4
 
Ilmu lingkungan
Ilmu lingkunganIlmu lingkungan
Ilmu lingkungan
 
51292133 ppt-pendidikan-alam-sekitar
51292133 ppt-pendidikan-alam-sekitar51292133 ppt-pendidikan-alam-sekitar
51292133 ppt-pendidikan-alam-sekitar
 
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanLaporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
 
Makalah 1
Makalah 1Makalah 1
Makalah 1
 
Makalah 1
Makalah 1Makalah 1
Makalah 1
 
Tugas Pendidikan Lingkungan Hidup
Tugas Pendidikan Lingkungan HidupTugas Pendidikan Lingkungan Hidup
Tugas Pendidikan Lingkungan Hidup
 
Modul Pendidikan Lingkungan Hidup oleh Eka Rista Harimurti
Modul Pendidikan Lingkungan Hidup oleh Eka Rista HarimurtiModul Pendidikan Lingkungan Hidup oleh Eka Rista Harimurti
Modul Pendidikan Lingkungan Hidup oleh Eka Rista Harimurti
 
Ayu
AyuAyu
Ayu
 
Modul 3 kb 2
Modul 3 kb 2Modul 3 kb 2
Modul 3 kb 2
 
Iiin Marya Rizka, Sosiologi Lingkungan, Prodi Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, ...
Iiin Marya Rizka, Sosiologi Lingkungan, Prodi Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, ...Iiin Marya Rizka, Sosiologi Lingkungan, Prodi Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, ...
Iiin Marya Rizka, Sosiologi Lingkungan, Prodi Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, ...
 
01. Pertemuan 1 Rek Ling 2022.pdf
01. Pertemuan 1 Rek Ling 2022.pdf01. Pertemuan 1 Rek Ling 2022.pdf
01. Pertemuan 1 Rek Ling 2022.pdf
 
Ekologi perairan
Ekologi perairan Ekologi perairan
Ekologi perairan
 
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor dasPeran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
Peran agroforestri dalam menanggulangi banjir dan longsor das
 
9_Konsep_fundamental_Geologi_Lingkungan.pptx
9_Konsep_fundamental_Geologi_Lingkungan.pptx9_Konsep_fundamental_Geologi_Lingkungan.pptx
9_Konsep_fundamental_Geologi_Lingkungan.pptx
 
Pengertian lingkungan
Pengertian lingkunganPengertian lingkungan
Pengertian lingkungan
 
Bahan ajar plh 8
Bahan ajar plh 8Bahan ajar plh 8
Bahan ajar plh 8
 

Recently uploaded

SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 

Recently uploaded (20)

SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 

OPTIMIZING ENVIRONMENTAL EDUCATION

  • 1. PENDIDIKAN LINGKUNGAN Tejoyuwono Notohadiprawiro Arti Lingkungan Lingkungan mencakup segala hal sekeliling kita, yang kita terkait kepadanya secara langsung atau tidak langsung, yang hidup dan kegiatan kita berhubungan dengannya dan bergantung padanya (Ananichev, 1976). Dapat juga dikatakan bahwa lingkungan adalah keseluruhan faktor, kakas (force), atau keadaan yang mempengaruhi atau berperan atas hidup dan kehidupan kita. Boleh juga disebutkan, lingkungan adalah segala gatra ekologi ditinjau dari segi manusia. Batasan pengertian lingkungan tersebut tadi menunjukkan bahwa lingkungan bermakna sangat luas, bersegi banyak, dan berkaitan dengan manusia secara rumit. Maka mepelajari lingkungan memerlukan suatu pandangan lintas sektor kegiatan hidup manusia, dan pemikiran interdisiplin. Lingkungan Sebagai Subyek Pendidikan Pendidikan lingkungan memberikan latihan kepada anak didik berpikir secara serbacakup (comprehensive) mengenai segala gatra kehidupan manusia. Subyek ini juga melatih berpikir secara bersistem, yang menggunakan matra waktu lengkap, yaitu kemarin- kini-esok, dan matra ruang. Matra waktu penting karena lingkungan bersifat dinamis, baik menurut bawaannya maupun terutama menurut saling nasabahnya (interrelationship) dengan kegiatan manusia. Kejadian yang berlangsung pada masa lampau menghasilkan akibat pada masa sekarang, dan akibat ini berpengaruh atas kejadian yang dapat berlangsung pada masa sekarang, yang akan menghasilkan akibat pada masa mendatang. Matra ruang penting karena lingkungan merupakan fakta geografi. Akibat suatu tindakan tertentu yang terjadi di suatu tapak belum tentu terjadi pula, atau tidak dengan sendirinya harus terjadi pula, di tapak lain karena tindakan yang sama. Berpikira secara bersisitem, yang menilai nasabah antar komponen lingkungan dan antara lingkungan dan manusia dalam skala waktu dan ruang, mengembangkan penalaran analitik yang tuntas. Waktu dan ruang adalah kaidah segala kehidupan. Proses dan evolusi berhakikat waktu, sedang adaptasi berhakekat ruang (tempat). Kemajuan proses, evolusi dan adaptasi 1 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 2. menjadi jaminan kelangsungan kehidupan di bumi kita ini. Sebaliknya, kemunduran proses dan kekahatan evolusi serta adaptasi menjadi sebab pokok degradasi kehidupan. Mengingat hakekat lingkungan itu maka Heath (Emmelin, 1977) berpendapat bahwa Ilmu Lingkungan sepantasnya mengganti Seni dan Humaniora selaku subyek pendidikan bagi para calon administrator. Ilmu Lingkungan sesuai untuk peran ini mengingat bahan yang diajarkan, cakupannya yang luas, dan tuntutannya akan keterhitungan segala hal (demand on numeracy). Menelaah sistem lingkungan yang sangat rumit akan dapat mengembangkan kelenturan berpikir yang perlu dimiliki oleh setiap administrator. Secara tradisional Seni dan Humaniora menjadi subyek utama pendidikan para bangsawan, khususnya putra mahkota dalam mempersiapkannya menduduki tahta kerajaan. Jalur ini masih ditempuh sampai sekarang, baik di dunia timur maupun di dunia barat. Bahkan pendidikan universitas dan berbagai sekolah penataran jabatan di Indonesia masih cenderung mengikuti jalur ini. Misalnya, pemasukan kelompok mata ajaran sosial- budaya dasar dalam kurikulum umum S1 jelas menunjukkan penganutan pada konsep itu. Masalah sosial dan budaya dengan sendirinya sudah tercakup dalam Ilmu Lingkungan, bahkan tidak hanya sekedar dicakup, akan tetapi dipadukan dengan masalah fisik, hayati, dan teknologi. Dengan demikian anak didik tidak lagi diberi bekal pengertian yang terkotak-kotak, melainkan memperoleh pengetahuan yang bulat mengenai perilaku masyarakat dengan teknologi dan rekayasanya dalam upaya membangun perikehidupan yang lebih menyenangkan. Akan tetapi teknologi dan rekayasa itu pula yang akan mendatangkan malapetaka kepada masyarakat yang berkesadaran lingkungan tipis. Dengan Ilmu Lingkungan keseluruhan spektrum perilaku masyarakat dalam mewujudkan persepsinya tentang hidup dan kehidupan ini dapat dibeberkan. Kerangka Pendidikan Lingkungan Membicarakan lingkungan berarti membicarakan dampak dan resiko penggunaan sumberdaya alam. Menurut Ananichev (1976), persoalan lingkungan mempunyai tiga gatra pokok, yaitu pencemaran, usikan terhadap neraca ekologi, dan pengurasan sumberdaya alam. Pendidikan lingkungan merupakan suatu proses terpadu yang berkenaan dengan saling nasabah manusia dengan keadaan alam dan buatannya sekelilingnya, termasuk 2 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 3. nasabah pertumbuhan penduduk, pencemaran, peruntukan dan pengurasan sumberdaya, pengawetan, teknologi, dan perencanaan perkotaan serta pedesaan, dengan lingkungan manusia secara keseluruhan. Pendidikan ini merupakan suatu kajian mengenai faktor- faktor yang berpengaruh atas ekosistem, kesehatan jiwa dan badan, keadaan untuk hidup dan bekerja, kota-kota yang meruntuh, dan tekanan penduduk (Emmelin, 1977). Dengan pengelolaan sumberdaya alam sebagai tema inti, ada dua hampiran yang dapat ditempuh dalam pendidikan lingkungan. Kedua hampiran itu secara asasi berbeda, yaitu yang satu mengaji pengelolaan sumberdaya alam dari gatra sumberdayanya, sedang yang lain mengajinya dari arah tuntutan manusia terhadap sumberdaya tersebut (Emmelin, 1977). Pengusik neraca ekologi yang tertua adalah pertanian. Sejak jaman batu, pada waktu manusia mulai mampu membuat alat yang dapat meringankan dan memudahkan pekerjaan badan, dia mulai pula mengenal cara mengolah lahan dan memelihara hewan. Dengan kepandainnya bercocok tanam dan beternak, manusia menghampiri alam dengan jalan yang secara asasi baru sama sekali. Manusia tidak lagi berusaha menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, akan tetapi mulai mencoba mengubah alam agar cocok dengan tuntutannya sendiri. Meskipun sejarah pertanian telah berjalan kira-kira 10.000 tahun, namun dinilai secara umum dampaknya atas lingkungan secara nisbi tidaklah besar. Memang sejarah mencatat keruntuhan lingkungan karena pertanian, akan tetapi hal itu terjadi secara terbatas dalam suatu kawasan tertentu, dan berkaitan dengan suatu suku peradaban tertentu. Peradaban yang berkembang di daerah Mesopotamia menciptakan teknologi irigasi yang diterapkan secara besar-besaran untuk mengembangkan pertanian di daerah beriklim kering. Manipulasi mendalam terhadap lingkungan semacam ini, tanpa didukung oleh ilmu pengetahuan dasar yang memadai, akhirnya menimbulkan penggaraman tanah yang meruntuhkan sama sekali sistem pertanian, dan meruntuhkan pula peradaban yang bertumpu pada sistem pertanian itu. Sebaliknya, sistem perladangan sanggup mempertahankan pertanian selama ribuan tahun dalam kawasan iklim basah dengan tanah berkesuburan rendah. Peternakan nomadik dapat memantapkan penggunaan lahan di kawasan iklim setengah kering dengan produksi biomassa terbatas. Sistem sawah mampu bertahan sepanjang masa pada lahan-lahan yang rentan erosi. Secara umum pertanian tidak memberikan dampak berat kepada lingkungan karena : (1) Menggunakan obyek alamiah, yaitu tumbuhan dan hewan, (2) Sedikit banyak tetap mengikuti irama proses alamiah, (3) Limbah yang dihasilkan bersifat terdaur-ulangkan, (4) 3 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 4. Intensitas kegiatan per satuan tempat dan waktu rendah, dan (5) Kalaupun menggunakan masukan kimiawi, kebanyakan unsur dan senyawanya bukan sesuatu yang asing bagi lingkungan pada umumnya, lebih-lebih tanah memiliki kemampuan sebagai pelaku sanitasi lingkungan. Persoalan lingkungan terutama ditimbulkan oleh permuiman manusia dan industri. Secara potensial kedua macam kegiatan itu merupakan sumber dampak berat atas lingkungan karena: (1) Manipulasi lingkungan sehingga menjauhi keadaan semula tanpa memberikan kompesasi yang sepadan, (2) Banyak menggunakan dan menghasilkan zat atau bahan yang asing bagi lingkungan pada umumnya, (3) Limbah yang dihasilkan banyak yang tidak terdaur-ulangkan, dan (4) Intensitas kegiatan per satuan tempat dan/atau waktu tinggi. Faktor-faktor dampak ini saling berkaitan erat. Memakai dan membajak atau bahan yang asing bagi lingkungan menghasilkan limbah yang asing pula. Karena intensitas kegiatan tinggi maka laju penghasilan limbah menjadi tinggi pula. Mengingat ini semua maka persoalan dampak atas lingkungan dapat dikembalikan ke persoalan limbah. Persoalan Limbah Tepatlah ungkapan Paturi (1978) bahwa setiap bahan atau barang yang dibuat merupakan limbah potensial. Segala sesuatu yang dibuat kemarin, mulai dari isian ball- point sampai dengan mobil dan rumah, adalah sampah sekarang. Sesuatu yang dipakai sekarang pasti akan menjadi sampah esok. Kalau demikian mengapa persoalan limbah tidak kita fikirkan sejak pembuatan calon limbah? Pertimbangan sosial dan ekonomi kita menghendaki barang yang awet dalam pemakaian. Orang juga menginginkan bahan makan kalengan tidak teracuni oleh bahan yang dipakai membuat kaleng. Orang ingin segala macam kemudahan dan keindahan dalam hidupnya. Botol minuman dibuat dari plastik agar ringan dan tidak akan pecah kalau kebetulan jatuh atau terantuk. Menjinjing jajanan lebih enak, lebih bersih, dan tidak takut bocor dengan kantong atau kotak plastik daripada dibungkus dengan daun pisang atau daun jati. Pembunbgkus dibuat indah dengan diberi gambar dan warna-warni dengan cat sintetik. Keinginan-keinginan itu menjadi kriteria mutu bahan atau barang yang kita pakai. Kriteria mutu itu sering hanya dapat hanya dipenuhi dengan zat atau bahan buatan yang tahan dekomposisi secara alamiah. Kaleng besi atau seng diganti dengan pipa pralon. Botol 4 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 5. kaca diganti dengan botol plastik. Plitur diganti dengan lapisan formika agar perabot kita berpenampilan meriah dengan piliohan warna dan corak lebih banyak. Dari pandangan ekonomi penggantian bahan-bahan itu menguntungkan karena lebih memenuhi permintaan. Akan tetapi dari wawasan lingkungan hal tersebut tidak dapat diterima karena menambah calon sampah yang terdegradasikan secara alamiah. Dalam ekonomi kita, suatu barang berumur pendek, akan tetapi bareang yang terbuat dari aluminium, plastik, dan bahan-bahan sintetik lain akan hidup nyaris selamanya dalam keranjang sampah kita. Disamping itu produksi aluminium memerlukan energi enam kalilipat daripada produksi besi, dan dua kali lipat energi diperlukan untuk membuat kaleng aluminium daripada utnuk membuat kaleng baja. Ini berarti bahwa membuat barang dari aluminium menydap energi lebih banyak dari cadangan yang tersediakan (Paturi, 1978). Rupa-rupanya tuntutan mutu masyarakat modern membawa serta persoalan limbah dan bahaya pencemaran lingkungan. Lebih berbahaya lagi daripada sampah yang menumpuk di depan kita ialah " sampah yang tidak tampak", yaitu debu, asap buangan, dan air comber (segawe). Pengamatan sementara di Indonesia menunjukkan bahwa limbah industri mengandung berbagai logam berat dalam jumlah yang sangat merisaukan. Cairan limbah yang terpisahkan dalam lengkapan pengolah limbah (waste treatment plant) langsung di buang ke perairan tanpa terlebih dulu melewati pemeriksaan dan pemantauan kandungan logam berat. Maka terjadilah a.l. pencemaran Teluk Jakarta oleh Hg. Lumpur yang mengendap dalam pengolahan limbah dan kemudian dikeringkan (sari kering limbah = sludge) ditawarkan sebagai pupuk. Dalam pengamatan sementara ternyata bahwa bahan ini memang berguna menaikkan hasilpanen berbagai tanaman pangan. Akan tetapi hasil panennya tidak laik dikonsumsi karena kadar logam beratnya jauh melampaui batas yang diijinkan. Salah satu analisis terhadap SKL Kawasan Indusitri Rungkut di Surabaya menunjukkan kadar Pb sebesar 310 ppm. Tanaman jagung yang dipupuk dengan SKL ini dengan takaran yang setara dengan 5 Mg/ha menghasilkan biji berkadar Pb 38 ppm pada tanaman yang ditanam pada tanah regosol, sedang yang ditanam pada tanah luvisol menghasilkan biji berkadar Pb 14 ppm. Padahal kadar meksimum yang diijinkan dalam bahan pangan ialah 2 ppm. Dengan interpolasi kurve korelasi dapat ditaksir bahwa pemberian SKL dengan takaran 1 Mg/ha saja akan menghasilkan biji jagung dengan kadar Pb masih diatas 2 ppm (Wardi, 1987). Pencemaran dakhil (internal polution) lewat bahan pangan semacam ini sangat membahayakan, dan sumbernya sulit sekali ditelusur. 5 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 6. Di pusat kota Tokyo telah disediakan pompa-pompa oksigen di kaki lima. Dengan memasukkan mata uang, orang yang mulai merasa pusing karena menghirup terlalu banyak SO2, Pb, dan CO dapat memperoleh oksigen untuk menyegarkan diri kembali. Udara Jerman Barat telah mengalami pencemaran berat sekali. Di negara itu dalam setahun terlepas ke udara 8 juta Mg CO, 4 juta Mg SO2 , 4 juta debu dan karat, 2 juta Mg NO, dan 2 juta Mg Hidrokarbon. Ini lebih banyak daripada jumlah sampah rumah tangga yang melonggok dalam waktu yang sama (Paturi, 1978). Homo sapiens, jenis manusia yang telah memiliki kemampuan menghimpun pengetahuan dan berfikir, sudah menghuni bumi ini sejak sekitar 40.000 tahun yang lalu. Mereka mengerjakan lahan dan beternak sejak kira-kira 10.000 tahun yang lalu. Mereka telah selama 5000 tahun hidup di kota-kota dan menjalani kehidupan beradab yang maju. Sejarah perkembangan industri belum lebih tua daripada 200 tahun. Akan tetapi justru bagian akhir sejarah manusia inilah yang telah mendatangkan malapetaka kepada manusia sendiri (Ananichev, 1976; Paturi, 1978). Telah ada kehidupan ini sejak 2500 juta tahun yang lalu. Tumbuhan tingkat tinggi mulai ada sejak kira-kira 450 juta tahun yang lalu, dan hewan vertebrata muncul sekitar 400 juta tahun yang lalu. Mengapa makhluk-makhluk ini tidak menimbulkan krisis lingkungan, padahal mereka telah jauh lebih lama menghuni planet ini dibandingkan dengan manusia. Sebagaimana halnya manusia, merekapun melakukan alih rupa bahan dan energi, serta menghasilkan limbah, bahkan pada skala yang lebih besar daripada yang dilakukan manusia, dan kebesaran skala ini tidak akan akan pernah dapat disamai oleh manusia. Jawaban atas pertanyaan mendasar ini terkandung dalam neraca yang sangat sempuran antara produksi dan deproduksi yang dikembangakan oleh masyrakat tumbuhan. Neraca ini berasaskan daur ulang menyeluruh, atau peredaran bahan secara lengkap. Segala sesuatu yang tidak dipakai lagi oleh tumbuhan segera diuraikan dan dikembalikan ke bahan asalnya untuk dipakai kembali oleh tumbuhan. Semua proses berlangsung secara tertib, lancar, tanmpa menimbulkan kebisingan, bau yang menyengat hidung, asap lepasan yang merusak, dan pencemaran atas lahan dan air. Dalam masyarakat tumbuhan produksi dan dekomposisi saling membatalkan. Suatu sistem yang terimbangkan begitu bagus mampu berfungsi selam waktu yang tidak terbatas (Paturi, 1978). Dengan demikian tambah jelas kiranya bahwa persoalan lingkungan terpulangkan kepada persoalan pengelolaan limbah. Diperlukan suatu teknologi yang sanggup menjalankan proses daur ulang secara sempurna. Ini berarti bahwa setiap penciptaan bahan 6 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 7. baru harus didampingi dengan penemuan cara pelenyapannya, atau cara mendaur- ulangkannya. Sadar Lingkungan Pendidikan dan latihan dalam masalah lingkungan menghadapi keadaan yang memerlukan tindakan darurat. Hal ini terpaksa terjadi karena kita langka berfilsafat biologi dan sosial yang berpandangan jauh ke masa depan, yang mampu menyediakan landasan bagi pengatuan lingkungan dengan teknologi yang berjalan maju seiring dengan perubahan tata hidup. Masyarakat sekarang baru terbangunkan kalu bahaya telah mengancam, yang dibangkitkan oleh teknologi yang diterapkan secara tidak berdisiplin dan pertumbuhan penduduk yang meledak, sedang bahaya itu sebetulnya telah dapat diramalkan beberapa puluh tahun sebelumnya (Dubos.1968) Selanjutnya Dubos(1968) mengatakan bahwa yang disebut “ perbaikan lingkungan” sebenarnya tidak lain dari pada upaya tambal sulam sekadar untuk memperlambat pengurasan sumberdaya alam, pemerkosaan alam, dan kehilangan nilai- nilai kemanusiaan. Dia memberikan misal pembangunan bendungan-bendungan besar diseantero dunia yang tidak dicetuskan oleh program penggunaan lahan dan air yang serba cukup dan terpadu, melainkan oleh ancaman banjir yang merusak dan kebutuhan mendesak akan pasokan air yang melimpan dan yang lebih terpercaya. Sebaik- baik penilaian, program semacam itu hanya dapat disebut suatu tanggapan sosial yang adaptif terhadap suatu krisis dadakan (acute). Hampir semua penemuan dasar, yang disanjung sebagai pengantar manusia ke kehidupan yang lebih baik, bermuka dua : penaklukan penyakit menular-peledakan penduduk, sumber energi tak terbatas-senjata nuklir pemusnah bangsa, ilmu kimia modern yang menakjubkan- pencemaran lahan, udara, dan air. Maka dari itu membicarakan soal laju dan keterbatasan penemuan ilmiah dan perkembangan teknologi tidak penting lagi. Yang kita perlukan ialah mempertimbangkan arah pertumbuhan itu (Fenner,1976). Sadar lingkungan sejalan dengan perkembangan pengetahuan tentang pengaruh timbal balik antara manusia dan lingkungan. Menurut Dubos (1968) masih ada segi segi penting dari timbal balik ini yang belum diketahui atau belum didalami secara tuntas. Semua orang setuju bahwa pengekangan terhadap pencemaran lingkungan merupakan hasrat kita bersama. Namun orang masih belum tahu benar pencemar udara, air, atau pangan apakah yang benar benar penting. Bagaimana cara menilai tingkat pencemaran, 7 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 8. apakah atas dasar akibat dadakan, yang memang mudah disidik, ataukah memperhatikan pula akibat akumulatif, tertunda atau tak-langsung ? Apakah suatu mahluk muda bertanggapan sama dengan yang telah dewasa ? Apakah yang muda itu mengembangkan sejenis ketenggangan atau kelewat –rentanan yang mempengaruhi tanggapannnya kemudian ? Semua orang sependapat pula bahwa kota-kota kita perlu dibenahi, bahkan kalau perlu dibangun ulang. Teknologi untuk itu memang telah tersediakan. Akan tetapi siapa yang tahu tentang bagaimana lingkungan yang telah diciptakan secara itu berpengaruh atas kesejahteraan penduduk, termasuk khusus perkembangan fisik dan mental anak-anak ? Misal-misal ini menunjukkan bahwa penendalian lingkungan sampai sekarang dipandang hampir semata-mata dari sudut pandangan teknologi, dan mengabaikan tanggapan mahluk terhadap kakas-kakas lingkungan dan konsekuensi akhir bagi kesejahteraan manusia. Menurut Dubos (1968) hampiran apa pun yang dipilih, ilmiah atau praktikal, perbaikan lingkungan harus memperhatikan kedua-duanya akibat lingkungan, yaitu pelonggaran (permissive) dan pemolaan (formative) kehidupan, tidak saja untuk masa kini akan tetapi untuk masa depan. Oleh karena masalah lingkungan itu mengenai segala gatra kehidupan maka pembedaan disiplin menjadi dua golongan, yaitu ilmu alam dan ilmu sosial, tidak bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan lingkungan. Menurut Stephen Boyden diperlukan ‘ kecendekiaan terpadu’ (integrative scholarship) yang mampu mengenali persoalan berat yang dihadapi manusia dan menggarapnya denga pemikiran rasional yang paling tanggung dan canggih tanpa membeda-bedakan apa yang dikenal sebutan ‘ disiplin ilmu ‘ (Fenner,1976). Sadar lingkungan hanya dapat dibentuk dan dikembangkan dalam diri orang masing-masing dengan jalan : 1. Menghadapkan seseorang pada persoalan lingkungan sehari hari secara terus-menerus berupa kenyataan yang mudah masuk akal dan mudah dialami sendiri. Macam kenyataan yang ilustratif ini bergantung pada lingkungan hidup dan lingkungan kerja yang biasa dihadapi seseorang. Penduduk kota yang pegawai kantoran akan lain dengan penduduk kota yang bekerja pabrik, lain lagi dengan orang kaya yang bertempat tinggal dirumah besar berhalaman luas dipinggiran kota, dan lain pula dengan petani di pedesaan. 2. Menumbuhkan peradapan malu: 8 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)
  • 9. a. Mengotori tempat-tempat umum dan tempat orang lain. b. Menyusahkan orang lain dan mengganggu orang lain memanfaatkan fasilitas umum. c. Melangggar peraturan umum dan kaidah sosial d. Menilai diri sendiri istimewa sehingga pantas didahulukan dalam segala urusan atau pantas dikebalkan dari segala peraturan dan ketentuan e. Bersembunyi dibelakang orang lain dan melemparkan kesalahan kepada orang lain. Maka dari itu pendidikan menjadi jalur penyadaran secara mutlak. Tanpa kesadaran yang merata yang semua anggota masyarakat, mustahil program pembenahan lingkungan apun akan dapat mencapai sasarannya. Orang harus yakin dulu bahwa lingkungan adalah bagian dari hidupnya, baik lingkungan fisik, hayati, maupun sosial budaya. Jalan pertama tersebut d iatas menumbuhkan kesadaran mengenai lingkungan fisik dan hayati, sedang yang kedua menumbuhkan kesadaran mengenai lingkungan dan budaya. Kesadaran mengenai kedua gatra lingkungan itu harus tumbuh seiring, karena kedua saling mempengaruhi. Sikap asosial dapat menjurus kearah perusakan lingkungan fisik dan hayati, dan demikian pula sebaliknya. Misalnya, seseorang yang merasa kebal hukum kemudian melanggar tata guna lahan untuk memperoleh kepuasan pribadi, yang akhirnya merusak keseimbangan fisik dan hayati lingkungan. Orang yang memompa air tanah akhirnya menyusahkan tetangga- tetangganya karena persediaan air menyusut. Rujukan Ananichev, K.1976. Environment: international aspecus. Progress Publishers. Moskow. 207 h (diterjemahkan dari Rusia oleh Yuri Shirokov). Dubos, Rene jules.1968. Man and his environment : adaptations and interactions. Dalam: Smithsonian Institution Symposium, The quality of man’s environment. Voice of America Forum Lecture. Smithsonian Institution Press. h 229-250. Emmelin, lars. 1977.Environmental education at university level. AMBIO 6(4) ; 201- 209 Fenner, Frank J. 1976. Opstions for man’s future. A biologist’s view. Dalam: Scagel, Robert F. (ed.), Mankind’s future in the pasific. University of Britisch Columbia Press. Vancouver. H 140-160. Paturi, Felix R.1978. Nature, mother of invention. Penguin Books Ltd. Harmondsworth, Middlesex, England. 160 h (diterjemahkan dari Jerman oleh Margaret Clarke). Wardi.1987. Membandingkan agihan unsur timabl (Pb) dalam organ tanaman Jagung (Zea mays.L) yang dipupuk dengan limbah kering kawasan industri rungkut (Surabaya) pada tanah regosol dan luvisol. Tesis S1 Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UGM. Tidak diterbitkan. XVI + 114 h. «» 9 Repro: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada (2006)