2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Makalah Planktonologi Coelenterata
Nematoda Chaetognatha dan Annelida”
sebagaimana yang telah ditugaskan oleh dosen sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh nilai mata kuliah planktonologi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar dapat melengkapi kekurangan yang
banyak terdapat pada makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis, temanteman, maupun bagi pembaca pada umumnya.
Jatinangor, 10 Mei 2015
Penulis
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………… 1
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………. 2
BAB II MATERI
2.1 Coelenterata
2.1.1 Pengertian Coelenterata……………………………….. 3
2.1.2 Klasifikasi Coelenterata………………………………. 3
2.1.3 Morfologi dan Anatomi Coelenterata………………… 8
2.1.4 Fisiologi Coelenterata………………………………… 10
2.1.5 Reproduksi dan Siklus Hidup Coelenterata………… 11
2.1.6 Ekologi Coelenterata………………………………… 14
2.1.7 Peranan Coelenterata………………………………… 14
2.2 Nematoda
2.2.1 Pengertian Nematoda………………………………… 14
2.2.2 Klasifikasi ……………………………………………. 15
2.2.3 Morfologi dan Anatomi Nematoda…………………. 15
4. 2.2.4 Fisiologi Nematoda………………………………… 16
2.2.5 Reproduksi dan Siklus Hidup Nematoda………….. 17
2.2.6 Ekologi Nematoda………………………………… 22
2.2.7 Peranan Nematoda………………………………… 23
2.3 Chaetognatha
2.3.1 Pengertian Chaetognatha…………………………… 24
2.3.2 Klasifikasi Chaetognatha…………………………… 24
2.3.3 Morfologi dan Anatomi Chaetognatha……………… 26
2.3.4 Fisiologi Chaetognatha……………………………… 29
2.3.5 Reproduksi dan Siklus Hidup Chaetognatha……….. 30
2.3.6 Ekologi Chaetognatha………………………………. 32
2.3.7 Peranan Chaetognatha……………………………… 32
2.4 Annelida
2.4.1 Pengertian Annelida……………………………… 33
2.4.2 Klasifikasi Annelida……………………………… 33
2.4.3 Morfologi dan Anatomi Annelida……………….. 35
2.4.4 Fisiologi Annelida……………………………….. 37
2.4.5 Reproduksi dan Siklus Hidup Annelida…………. 38
2.4.6 Ekologi Annelida……………………………….. 40
2.4.7 Peranan Annelida……………………………….. 40
5. BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………. 42
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………. 45
6. BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di dalam perairan terdapat jasadjasad hidup, dan salah satunya adalah plankton
yang merupakan organisme mikro yang melayang dalam air laut atau tawar.
Pergerakannya secara pasif tergantung pada angin dan arus. Plankton adalah suatu
organisme yang terpenting dalam ekosistem laut, kemudian dikatakan bahwa plankton
merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya
terombangambing oleh arus perairan laut (Hutabarat dan Evans, 1988).
Plankton terdiri dari tumbuhan mikroskopis yang disebut fitoplankton dan hewan
mikroskopis yang disebut zooplankton (Herawati, 1989). Sedangkan berdasarkan siklus
hidupnya plankton dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu holoplankton yang seluruh
hidupnya merupakan plankton dan meroplankton yang hanya sebagian hidupnya ia jalani
sebagai plankton.
Plankton memiliki karakteristiknya masing masing. Masing masing plankton
memiliki morfologi, klasifikasi, fisiologi, reproduksi, ekologi, serta peranan yang
berbedabeda tiap filum, kelas, hingga ordo , maka dari itu pada kesempatan ini
kelompok kami ingin membahas secara lengkap mengenai morfologi, klasifikasi,
fisiologi, reproduksi, ekologi serta peranan dari plankton dengan filum coelenterata,
nematoda, chaetognatha dan annelida.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana definisi, klasifikasi, morfologi, fisiologi, reproduksi, ekologi dan
peranan dari filum coelentera?
1.2.2 Bagaimana definisi, klasifikasi, morfologi, fisiologi, reproduksi, ekologi dan
peranan dari filum nematoda?
8. BAB II
Materi
2.1 Coelenterata
2.1.1 Pengertian
Coelenterata berasal dari bahasa yunani, yaitu
"coelos" yang memiliki arti rongga
dan
"enteros" yang memiliki arti usus, sehingga coelenterata dapat diartikan sebagai
hewan yang memiliki rongga. Maka banyak orang menyebutnya hewan perut berongga.
Makanan masuk melalui mulut kemudian masuk ke perut. Rongga tubuh digunakan
sebagai tempat pencernaan makanan dan sebagai alat pengedar sari makanan dan sisa
makanan dikeluarkan.
Coelenterata juga disebut Cnidaria yang mana kata tersebut juga berasal dari
Yunani, Cnido yang berarti penyengat. Coelenerata memiliki sel penyengat yang terletak
pada tentakel disekitar mulutnya. Tidak seperti porifera, struktur tubuh coelenterata lebih
kompleks dengan selsel yang sudah terorganisasi oleh saraf sederhana yang membentuk
jaringan dan fungsi.
2.1.2 Klasifikasi
Terdapat sekitar 10.000 spesies Cnidaria yang telah diidentifikasi. Cnidaria dibagi
menjadi beberapa kelas, antara lain Hydrozoa, Scyphozoa, Cubozoa, dan Anthozoa.
2.1.2.1 Hydrozoa
Sebagai kelas yang paling primitif dari Coelenterata, Hydrozoa dianggap
oleh beberapa ahli evolusi telah melahirkan kedua kelas lain. Mereka
menunjukkan berikut fitur karakteristik:
● Mereka terutama makhluk laut, tetapi beberapa adalah spesies air tawar
9. ● Banyak spesies memiliki kedua polip dan medusa
Contoh spesies :
Hydra, Obelia dan Physalia
Hydrozoa (Yunani,
hydro = air,
zoon = hewan) sebagian besar hidup di
laut, hanya sebagian spesies yang hidup di air tawar. Hydrozoa hidup sebagai
polip, medusa, atau keduanya. Gastrodermis Hydrozoa tidak mengandung
nematosista.
Polip hidup secara soliter atau berkoloni. Pada saat polip soliter
Hydra
membentuk tunas, tunas yang telah memiliki mulut dan tentakel akan lepas dari
induknya. Namun pada polip koloni seperti
Obelia
, tunastunas tetap menempel
pada induknya dan saling berhubungan, disebut
koloni hidroid
. Koloni hidroid
menetap di suatu tempat dengan hidroriza, yaitu percabangan horisontal (mirip
akar) yang tertanam di dalam substrat.
Hydrozoa memiliki dua macam alat indra, yaitu
oseli sebagai pengindra
cahaya dan statosista sebagai alat keseimbangan. Beberapa medusa menunjukkan
gerak fototaksis negatif (menjauhi sinar), namun ada pula yang fototaksis positif
(mendekati sinar). Contoh Hydrozoa, antara lain
Physalia, Obelia,
dan
Hydra
.
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Cnidaria
Class :
Hydrozoa
Order :
Leptomedusae
Family : Campanulariidae
Genus :
Obelia
Genus :
Obelia sp
10. 2.1.2.2 Scyphozoa
Scyphozoa (Yunani,
skyphos = mangkuk,
zoon hewan) hidup di laut dan
merupakan uburubur sejati, karena medusa merupakan bentuk dominan dalam
siklus hidupnya. Pada umumnya medusa berenang bebas, berbentuk seperti
payung dengan diameter 2 – 40 cm, bahkan ada yang mencapai 2 m. Medusa
berwarna menarik, seperti jingga, kesumba, atau kecoklatan. Ordo Stauromedusae
(Lucernariida) memiliki medusa yang bertangkai pada bagian aboral dan sesil
atau menempel pada ganggang dan benda lainnya. Ada Scyphozoa yang tidak
memiliki bentuk polip, misalnya
Pelagia dan
Atolla
. Namun ada pula yang
memiliki bentuk polip, tetapi berukuran kecil berupa
skifistoma
, contohnya
Aurelia
. Scyphozoa pada umumnya diesis dan gonad terdapat di gastrodermis. Sel
telur atau sperma masuk ke dalam rongga gastrovaskuler dan dikeluarkan melalui
mulut. Fertilisasi dapat terjadi secara eksternal di air atau di koral. Contoh
Schyphozoa, antara lain
Perphylla Chrysaora, Aurelia, Cyanea,
dan Rhizostoma
.
Karakteristik schypozoa secara umum adalah :
● Sebagian besar hewan kelas ini biasanya disebut “uburubur”.
● Mereka semitransparan dan berbagai warna.
● Sebagian besar dari habitat laut.
Contoh spesies :
Aurelia dan cyanea
(terbesar Jelly Fish).
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Cnidaria
Class :
Scyphozoa
Order :
Semaeostomeae
11. Family :
Ulmaridae
Genus :
Aurelia
Species :
Aurelia sp
2.1.2.3. Anthozoa
Anthozoa (Yunani,
anthos = bunga,
zoon = hewan) merupakan hewan laut
yang memiliki bentuk mirip bunga. Anthozoa hidup sebagai polip soliter atau
berkoloni dan tidak memiliki bentuk medusa. Ada Anthozoa yang membentuk
rangka dalam atau rangka luar dari zat kapur, namun ada pula yang tidak
membentuk rangka. Rongga gastrovaskuler pada Anthozoa bersekatsekat dan
mengandung nematosista. Gonad terdapat di gastrodermis. Terdapat sekitar 6.100
spesies Anthozoa antara lain sebagai berikut.
1) Metridium
dan
Edwardsia
, dapat merayap dengan pedal semacam kaki.
2) Acropora, Fungia, Astrangia
, memiliki rangka luar dari zat kapur yang
disebut karang batu.
3) Antipathes
, koral hitam, rangka tersusun dari zat tanduk, dan berbentuk
seperti ranting tumbuhan yang bercabangcabang berwarna hitam.
4) Cerianthus
, polip berbentuk seperti anemon panjang, bertentakel banyak,
dan terbungkus selubung dari lendir dan pasir yang mengeras.
Karakteristik anthozoa adalah sebagai berikut :
● Hewan ini sebagian besar makhluk laut.
● Bentuk polip soliter atau kolonial yang hadir.
12. ● tahap Medusa tidak ada.
● Rongga gastrovaskular dibagi menjadi ruang, peningkatan luas untuk
pencernaan.
Contoh spesies : Anemon laut dan karang, dll.
2.1.2.4. Cubozoa
Cubozoa dahulu dimasukkan dalam golongan Scyphozoa, setelah
ditemukan perbedaan yang mendasar dengan kelompok Scyphozoa, kemudian
dijadikan kelas tersendiri. Perbedaan tersebut adalah Cubozoa mengalami
metamorfosis lengkap dari polip hingga medusa payung (tubuh) berbentuk kotak,
dan memiliki lensa mata yang kompleks. Cubozoa merupakan uburubur sejati.
Medusa berbentuk lonceng dengan empat sisi datar, sehingga berbentuk mirip
kubus. Tinggi lonceng mencapai 17 cm, jumlah tentakel empat buah atau empat
rumpun dengan panjang mencapai 2 m. Cubozoa mampu berenang cepat secara
horisontal, dengan bagian aboral sebagai anteriornya. Cubozoa hidup di laut tropis
dan subtropis dengan makanan utama ikan. Beberapa jenis Cubozoa
membahayakan para perenang karena sengatan nematosistanya dapat
menyebabkan luka yang sulit disembuhkan, bahkan ada yang dapat menyebabkan
kematian dalam waktu 3 – 20 menit. Contohnya
Chironex fleckeri (
sea wasps
) di
perairan IndoPasifik.
13. 2.1.3 Morfologi dan Anatomi
Coelenterata terdiri dari kelas Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Hanya pada
kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga termasuk dan terdiri dari spesiesspesies berupa
uburubur kecil yang hidup sebagai plankton (Sachlan, 1982).
ciriciri umum coelenterata :
1. Hewan bersel banyak (multiseluler)
2. Tubuh radial simetris (2 lapis sel), ektoderm dan endoderm. Diantaranya ada
rongga (mesoglea)
3. Bentuk seperti tabung (polip) dan seperti mangkok (medusa)
4. Di atas tubuh terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa dan bergerak.
Tentakel punya sel racun (knidoblast) atau sel penyengat (nematosis)
5. Punya rongga gastrovaskuler untuk pencernaan
6. Mengalami metagenesis (pergiliran keturunan), vegetatif pada fase polip dan
generatif pada fase medusa
7. polip
Umumnya hidup soliter (sendiri), tapi ada pula yang membentuk koloni.
Melekat pada dasar perairan, tidak dapat bergerak bebas. Tubuh atas membesar,
di alamnya terdapat rongga gastrovaskuler yang fungsinya sebagai usus. Di
14. bagian atas terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa. Polip
merupakan fase vegetatif pada coelenterata
8. medusa
Fase medusa merupakan fase generatif (seksual), dimana pada fase ini
menghasilkan sel telur dan sel sperma. Medusa dapat melepaskan diri dari induk
dan berenang bebas di perairan. Bentuknya seperti payung dan punya tentakel
yang melambailambai. Kita biasa menamakannya dengan uburubur
Pada bagian ektoderm, terutama bagian tentakel terdapat sel jelatang yang
disebut knidoblas. Di dalam knidoblas terdapat nematokis. Nematokis sebagai alat
penyengat yang bisa menimbulkan rasa gatal pada tubuh mangsanya. Apabila bertemu
dengan mangsanya, nematokis dilepaskan dan mengeluarkan zat racun hipnotoksin.
Gastrodermis berfungsi sebagai rongga gastrovaskular (enteron, usus). Rongga ini
untuk mencerna dan mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh. Rongga gastrovaskular
hanya memiliki satu lubang. Lubang ini sebagai mulut sekaligus sebagai anus. Di sekitar
mulut terdapat tentakel. Tentakel ini untuk menangkap dan memasukkan mangsa ke
dalam mulut. Tentakel juga sebagai alat gerak dan pertahanan tubuh terhadap lawannya.
Berikut gambar struktur tubuh Coelenterata secara umum.
15. Rangka tubuh Coelenterata mengandung zat kapur atau zat kitin. Makanan
Coelenterata berupa mikroorganisme seperti zooplankton, udangudang kecil, ataupun
larva insekta.
2.1.4 Fisiologi
2.1.4.1 Pergerakan
Pergerakan terjadi karena kontraksi otot. Kontraksi otot berpengaruh
terhadap cairan di dalam rongga gastrovaskuler yang berfungsi sebagai rangka
hidrostatik. Polip hanya dapat bergerak meliukliuk, sedangkan medusa dapat
berenang bebas dengan cara berdenyut akibat kontraksi otot melingkar. Gerakan
yang dihasilkan searah vertikal, sedangkan gerakan horisontal bergantung pada
arus laut.
2.1.4.2 Cara Makan
Kebanyakan Coelenterata adalah karnivora dan makanan mereka sebagian
besar terdiri dari krustasea kecil. Mereka menangkap mangsanya dengan cara
agak pasif melayang melalui tentakel mereka yang Coelenterata melepaskan
nematosis menyengat yang melumpuhkan mangsanya. Mereka menggunakan
tentakel mereka untuk menarik makanan ke dalam mulut mereka dan rongga
gastrovaskuler . Makanan masuk ke dalam mulut dengan bantuan tentakel,
kemudian masuk ke rongga gastrovaskuler. Di dalam rongga gastrovaskuler
terdapat enzim semacam tripsin untuk mencerna protein. Makanan akan hancur
dan kemudian diaduk hingga merata oleh gerakan flagela. Sel otot pencerna
memiliki pseudopodia untuk menangkap dan menelan partikel makanan.
Pencernaan dilanjutkan secara intraseluler. Sari makanan hasil pencernaan
diedarkan ke seluruh tubuh secara difusi, sebagian disimpan sebagai cadangan
makanan berupa lemak dan glikogen. Sisa pencernaan makanan dibuang melalui
mulut. Cnidaria tidak memiliki anus.
16. 2.1.4.3 Pernapasan dan ekskresi
Cnidaria tidak memiliki alat pernapasan dan ekskresi. Pertukaran gas
dilakukan oleh seluruh permukaan tubuhnya secara difusi. Sisasisa metabolisme
berupa amonia juga dibuang secara difusi. Pertukaran gas berlangsung secara
langsung di permukaan tubuh dan limbah mereka dilepaskan baik melalui rongga
gastrovaskuler mereka atau dengan difusi melalui kulit mereka.
2.1.5 Reproduksi dan Siklus Hidup
Coelenterata bereproduksi dengan dua cara yaitu seksual dan aseksual.
Reproduksi secara seksual dilakukan oleh medusa, medusa akan menghasilkan sel gamet
betina atau jantan yang kemudian akan membentuk zigot. Merejkowsky (1883)
memberikan penjelasan yang detail mengenai reproduksi seksual dari genus Obelia. Telur
obelia berukuran kurang lebih 130 mikron pada diameternya ( Hargitt, 1919 ) akan
difertilisasi secara eksternal setelah sel gamet diproduksi oleh medusa. Tidak ada
membran fertilisasi yang diproduksi. Sebuah badan polar akan dilepaskan setelah telur
dihasilkan oleh medusa. Jumlah pembelahan mengarah kepada formasi satu lapis
coeloblastula, yang kemudian akan mempunyai silia dan motil.
Beberapa jam setelah blastula terbentuk, maka endoderma akan dikembangkan
oleh migrasi sel dari ujung posterior larva, yang sudah memanjang. Pembelahan lanjutan
dari sel endoderma akan membentuk formasi yang solid, planula yang memiliki silia,
dengan ujung anterior yang luas dan sempit . Planula ini akan menjadi hewan yang
berenang dipermukaan sekitar satu hari, yang secara bertahap akan berkembang dan
kemudian akan terbentuk nematokis dan sel otot epithelia. Kemudian planula akan turun
kebawah, ia kehilangan silianya dan akan memiliki ujung anterior yang lebih luas.
Selanjutnya tentakel dan mulut akan terbentuk, dan akan terbentuk tunas yang kemudian
akan membentuk koloni baru dengan cara aseksual.
Reproduksi secara aseksual dengan pembentukan tunas. Tunas dibentuk oleh
Cnidaria / Coelenterata yang berbentuk polip, dan tumbuh di dekat kaki polip. Cnidaria
17. memiliki daya regenerasi yang tinggi. Bila seekor
Hydra dipotong menjadi dua, maka
masingmasing akan melengkapi bagian tubuhnya yang hilang, sehingga akan didapatkan
dua individu baru.
Coelenterata planktonik merupakan meroplankton yang hanya menjadi plankton
pada sebagian siklus hidupnya. Bentuk tubuh pada coelenterata terbagi atas dua jenis
yaitu polip dan medusa. Polip berbentuk sessile dan mulut berada di ujung atas bagian
tubuhnya. Medusa merupakan plankton dan mempunyai mulut dan tentakel yamg berada
di bagian bawah badannya. Telur hydroid yang akan membentuk larva planula yang
merupakan plankton.
18.
19. 2.1.6 Ekologi
Coelenterata dapat ditemukan di hampir semua habitat laut. Mereka mungkin
hidup di air yang dangkal atau mendalam, hangat atau dingin. Beberapa spesies hidup di
air tawar. Beberapa coelenterata hidup sendiri, sementara yang lain hidup dalam bentuk
koloni.
Karang membentuk koloni besar di perairan tropis dangkal. Mereka terbatas pada
perairan dangkal karena mereka memiliki hubungan mutualistik dengan alga yang hidup
di dalamnya. Karang ada hanya sebagai polip. Mereka menangkap plankton dengan
tentakel mereka. Banyak mengeluarkan eksoskeleton kalsium karbonat. Terumbu karang
menyediakan makanan dan tempat tinggal bagi banyak organisme laut. Mereka juga
membantu melindungi garis pantai dari erosi dengan menyerap sebagian energi
gelombang. Terumbu karang beresiko mengalami kerusakan saat ini.
Tidak seperti karang, uburubur menghabiskan sebagian besar hidup mereka
sebagai medusa. Mereka hidup hampir di manamana di laut. Mereka biasanya karnivora.
Mereka memangsa zooplankton, invertebrata lainnya, dan telur dan larva ikan.
2.1.7 Peranan
Cnidaria dari kelas Anthozoa merupakan pembentuk ekosistem terumbu karang
yang menjadi habitat ikan dan hewan laut lainnya. Ekosistem terumbu karang dapat
dijadikan sebagai objek wisata maritim dan berfungsi mencegah terjadinya erosi pantai.
Sebagian besar saat planktonik merupakan pakan alami bagi ikan ikan.
2.2 Nematoda
2.2.1 Pengertian
Kata "Nematoda" berasal dari bahasa Yunani yang terbentuk dari gabungan kata "
nema
" yang mempunyai arti
thread yang berarti benang dan kata "
oid
" yang berarti
like
yang berarti seperti atau menyerupai. Nama nematoda merujuk pada kata
nematoid
yang
kemudian mengalami modifikasi menjadi
nematode
untuk mendeskripsikan golongan
20. organisme yang bentuk tubuhnya memanjang seperti cacing gilig, cacing seperti benang,
cacing seperti belut, dan tubuhnya tidak bersegmen. Nematoda seringkali disebut juga
dengan istilah
thread worm, eel worm
atau
round worm.
2.2.2 Klasifikasi
Kebanyakan nematoda adalah parasit, namun terdapat beberapa nematoda non
parasit yang hidup secara bebas. Morfologi dari nematodanematoda non parasit ini
hampir sama dengan morfologi nematoda parasit. Perbedaan pokok antara keduanya
terletak pada bentuk dan susunan alat mulutnya. Alat mulut pada nematoda non parasit
berbentuk seperti corong yang terbuka lebar dan tidak memiliki alat penusuk (stylet)
seperti halnya pada nematoda parasit. Nematoda nonparasit kebanyakan hidup dengan
memakan bahanbahan organik (sebagai nematoda saprofag). Salah satu nematoda
nonparasit, yakni Rhabditis sp. Merupakan nematoda saprofag yang termasuk dalam ordo
Rhabditida.
Phylum: Nematoda
Class: Chromadorea
Order: Rhabditida
Family: Rhabditidae
Genus: Rhabditis
Species: Rhabditis sp.
2.2.3 Morfologi dan Anatomi
Secara umum nematoda adalah suatu organisme dengan ciriciri sebagai berikut :
1. Bentuk tubuhnya silindris memanjang, kecuali pada jenis betina genera tertentu
bentuk tubuhnya menggelembung seperti kantung, buah jeruk, atau buah peer.
2. Tubuhnya tidak bersegmen
(unsegmented).
21. 3. Merupakan hewan
triploblastic,
artinya dinding tubuhnya terdiri atas 3 lapisan
blastula.
4. Tubuhnya simetris bilateral.
5. Termasuk binatang
"pseudocoelomate"
atau
”false cavity”
artinya mempunyai
rongga tubuh semu.
6. Tubuhnya transparan (tembus cahaya), jika terlihat berwarna adalah warna
makanannya.
7. Mempunyai semua organ fisiologi, kecuali organ respirasi dan organ sirkulasi.
2.2.4 Fisiologi
2.2.4.1 Sistem pencernaan makanan
Sistem pencernaannya sudah lengkap dan memiliki cairan pseudoselom
yang membantu sirkulasi makanan ke seluruh tubuh. Saluran pencernaan berupa
pipa lurus yang dimulai dari kerongkongan (esofagus) dilanjutkan ke usus
(intestinum) dan berakhir di anus.
.2.4.2 Sistem eksresi
Sistem eksresi terdiri atas dua saluran lateral yang bermuara disebuah
lubang di bagian ventral.
2.2.4.3 Sistem pernapasan
Pernapasan dengan pertukaran gas secara difusi melalui permukaan tubuh.
2.2.4.4 Sistem saraf
Sistem saraf sudah berkembang lebih baik dari pada Platyhelminthes,
yaitu dengan adanya ganglion serebral (dua kelompok selsel saraf dengan
22. komisura) dengan berkas saraf longitudinal (trunkus nervosus) yang berjumlah
23 buah.
2.2.5 Reproduksi dan Siklus Hidup
Nematoda bereproduksi secara seksual. Pada umumnya diesis atau gonokoris,
yaitu organ kelamin jantan dan betina terdapat pada individu yang berbeda. Jantan
biasanya lebih kecil dari betinanya. Fertilisasi terjadi secara internal di dalam tubuh
cacing betina. Organ reproduksi jantan terdiri dari pembuluh testicular, seminal vesicle,
lubang kulit genital, sepasang spicules, dan potongan tambahan. Organ reproduksi jantan
terdiri dari saluran ovarian, seminal receptacle, uterus, vagina dan vulva. Telur yang
sudah dibuahi memiliki cangkang yang tebal dan keras. Permukaan cangkang memiliki
pola yang spesifik sehingga sering digunakan untuk proses identifikasi jenis cacing yang
menginfeksi manusia melalui pengamatan telur cacing pada tinja. Telur menetas menjadi
larva yang berbentuk mirip induknya. Larva mengalami molting atau pergantian kulit
hingga empat kali. Cacing dewasa tidak mengalami pergantian kulit, tapi tubuhnya
tumbuh membesar. Dalam daur hidupnya, nematoda parasit memerlukan satu inang atau
lebih.
2.2.5.1 Daur Hidup Nematoda yang Hidup Bebas (
FreeLiving)
Pada spesies yang hidup bebas, perkembangan biasanya terdiri dari 4
molt
atau pergantian kutikula. Spesies berbeda mengkonsumsi makanan yang
bervariasi seperti alga, fungi, binatang kecil, limbah organik, organisme mati dan
lainlain. Nematoda hidup bebas laut sangat penting dan jumlah yang sangat
banyak di meiobenthos. Mereka memainkan peran penting pada proses
dekomposisi, membantu mendaur ulang nutrisi pada lingkungan laut, dan sensitif
pada perubahan lingkungan yang disebabkan oleh polusi. Di bawah ini
merupakan penjelasan mengenai daur hidup
Innocuonema tentabunda yang
merupakan salah satu spesies dari nematoda hidup bebas laut.
23.
Gambar.
Innocuonema tentabunda
dewasa
Gambar. A: Sistem reproduksi betina; B: Jantan dewasa; C: Betina dewasa
Panjang ratarata dewasa
Innocuonema tentabunda sepanjang 0.70.9 mm.
Pada saat kopulasi, jantan biasanya berorientasi pada satu sudut dan melilit
betinanya. Dua hari setelah kopulasi, telurnya dapat terlihat dengan jelas.
Telurnya berbentuk oval, dengan diameter ratarata 40 µm. Betina biasanya
mengeluarkan telur dalam massa lendir yang diekskresikan secara bersamaan.
Dua jam setelah telur dikeluarkan, pembelahan embrio terjadi dan tercipta dua
blastomer berukuran sama. Gastrula dimulai setelah Sepuluh jam. Delapan jam
setelah gastrula dimulai, tahap vermiform muncul dan embrio bergerak secara
terus menerus di dalam cangkangnya. Telur menetas tiga hari setelah dikeluarkan
oleh betina. Anakan
Innocuonema tentabunda memiliki struktur tubuh yang sama
24. dengan dewasanya, kecuali sistem reproduksi yang belum sempurna dan ukuran
tubuhnya yang lebih kecil. Terdapat empat tahap
molting atau pergantian kutikula
sebelum anakan menjadi dewasa.
Gambar.
Innocuonema tentabunda
betina yang sedang hamil
Gambar. Telur pada plat kultur (1. Telur pada pembelahan pertama; 2. Tahap sel tunggal)
Gambar. Embrio yang sedang berkembang
26. yang daur hidupnya melibatkan ikan dan mamalia laut. Mereka dapat menginfeksi
manusia dan menyebabkan anisakiasis, setelah manusia secara tidak sadar
memakan ikan yang telah terinfeksi oleh spesies dari genus Anisakis.
Tahap dewasa dari
Anisakis simplex tinggal di dalam perut mamalia laut,
dimana mereka melekat dalam suatu kelompok. Telur yang masih dalam tahap
pembelahan dikeluarkan oleh mamalia laut melalui feses. Embrio dalam telur dan
tahap pertama larva terbentuk di dalam air. Masih di dalam telur, larvanya
mengalami molt menjadi larva tahap kedua. Setelah telur menetas, larva Anisakis
menjadi perenang bebas.
Larva yang menetas dari telur tertelan oleh krustasea. Larva yang tertelan
tumbuh menjadi larva tahap ketiga yang menginfeksi ikan dan cumicumi.
Larvanya bermigrasi dari usus ke jaringan pada rongga peritoneum dan tumbuh
hingga sepanjang 3 cm. Setelah kematian inang, larva bermigrasi ke jaringan otot
dan melalui predasi, larva berpindah dari satu ikan ke ikan lainnya. Ikan dan
cumicumi mempertahankan larva tahap ketiga yang dapat menginfeksi manusia
dan mamalia laut. Ketika ikan atau cumicumi yang mengandung larva tahap
ketiga tertelan oleh mamalia laut, larva mengalami dua kali
molt dan berkembang
menjadi cacing dewasa. Manusia menjadi terinfeksi oleh konsumsi ikan laut yang
terinfeksi secara mentah atau kurang matang. Setelah tertelan, larva Anisakis
menembus mukosa lambung dan usus yang menyebabkan gejala anisakiasis.
Anisakis dapat menyebabkan nyeri parah lambung dan usus, muntah, dan diare.
Dalam beberapa kasus yang parah mungkin dapat terjadi demam dan terdapatnya
darah dalam feses.
27.
Gambar. Daur hidup
Anisakis simplex
2.2.6 Ekologi
Nematoda dapat ditemukan dimana saja, seperti di hutan, padang rumput, tudra,
dan sebagian besar tinggal di laut. Mereka mampu hidup di dataran tinggi hingga dataran
rendah. nematoda mewakili 90% organisme yang hidup di dasar laut. Mereka bermanfaat
untuk berbagai macam tujuan, di berbagai ekosistem.Nematoda merupakan salah satu
organisme yang mampu bertahan dalam berbagai situasi, kekeringan yang ekstrim,
karena terjadinya peningkatan protein pada akhirakhir embriogenesis. Mereka memiliki
28. berbagai ukuran dan struktur tubuh yang sederhana sehingga memungkinkan nematoda
berguna di hampir setiap ekosistem.
2.2.7 Peranan
Nematoda mempunyai peran penting pada ekologi laut. Tubuh mereka yang kecil
dan bahkan sangat kecil ( dibawah 100 mikron untuk ukuran dewasanya) dan memiliki
struktur tubuh yang sederhana. Dengan ukuran tubuhnya yang sangat kecil, nematoda
merupakan pakan bagi ikan, tungau air dan hydra.
Nematoda makan berbagai macam makanan seperti bakteri, jamur, ganggang,
hewan kecil, dan organisme mati dan organisme yang membusuk. Mereka kebanyakan
memakan organisme mati atau organisme yang membusuk sehingga membantu untuk
menjaga pasokan oksigen di dalam air. Nematoda dapat secara efektif mengatur populasi
dan komunitas komposisi bakteri mereka dapat makan hingga 5.000 bakteri per menit.
Nematoda juga berperan dalam siklus nitrogen dengan cara memineralisasi
nitrogen. Beberapa tahun ini, para ilmuwan menegaskan bahwa nematoda (serta
meiofauna pada umumnya) dapat digunakan sebagai pendeteksi adanya polutan.
Nematoda yang hidup di laut, telah diusulkan sebagai indikator pencemaran karena
mereka memiliki beberapa karakteristik seperti rentang hidup yang singkat dan
keanekaragaman yang tinggi yang membuat nematoda berpotensi dalam pemantauan
ekologi ( Heip, 1980 ).
Nematoda yang ditemukan dilepas pantai
Isla mujeres
29. 2.3 Chaetognatha
2.3.1 Pengertian
Chaetognatha yang berarti "rahang bulu" berasal dari kata chaeton = sikat ; gnatos
= rahang atau mulut., dikenal dengan nama cacing panah, adalah sebuah filum dari cacing
laut yang merupakan komponen terbesar dari plankton laut di seluruh dunia. Sekitar 20%
dari spesies yang diketahui adalah makhluk bentik dan dapat melekat pada alga dan batu.
Mereka ditemukan di seluruh perairan laut, dari permukaan perairan tropis hingga ke laut
dalam dan daerah kutub. Chaetognatha berbentuk seperti torpedo atau panah, oleh sebab
itu dinamakan "cacing panah" dan tidak berwarna atau transparan. Mereka memiliki
ukuran antara 2 sampai 120 milimeter. Cacingcacing ini merupakan predator dari
copepoda, larva ikan, krustasea, dan chaetognatha lainnya. Cacing panah menggunakan
mekanoreseptor yang dapat merasakan pergerakan air untuk mendeteksi organisme lain,
dan pada beberapa spesies memiliki racun di kepalanya yang membantu menaklukan
mangsa yang tertangkap. Selain menjadi predator aktif, chaetognatha juga merupakan
sumber makanan penting bagi ikan dan binatang laut lainnya.
2.3.2 Klasifikasi
Chaetognatha terdiri dari 2 kelas yaitu Archisagittoidea dan Sagittoidea. Namun
kelas yang paling dikenal adalah kelas Sagittoidea karena sejauh ini yang berhasil diteliti
lebih lanjut mengenai Chaetognatha hanyalah melalui kelas ini. Selain itu juga, kelas
Sagittoidea termasuk komponen plankton yang terbanyak ditemui hidup di lautan tropik.
Berikut adalah contoh spesies dari Chaetognatha :
Filum : Chaetognatha
Kelas : Sagittoidea
Ordo : Aphragmorphora
Famili : Sagittidae
Genus : Sagitta
31. 2.3.3 Morfologi dan Anatomi
Tubuh chaetognatha berbentuk seperti anak panah yang biasanya memiliki 2
pasang sirip lateral dan juga ekor. Dimana 2 pasang sirip lateral ini dapat bergabung
menjadi sepasang sirip lateral yang memanjang. Sirip lateral ini mirip dengan bulu
terbang pada panah. Sebagian besar chaaetognatha memiliki tubuh luar yang transparan
tanpa adanya kutikula dan 2 lapisan sel. Jaringan internal dan organ termasuk otot dan
jaringan saraf, usus dan struktur reproduksi akan terlihat melalui dinding tubuh.
Terdapat banyak bagian struktural yang tidak biasa, seperti epidermis yang
berlapis lapis serta terdapat korona cilliata yang masih belum diketahui fungsinya.Tidak
terdapat sistem sirkulasi atau pertukaran gas, atau sistem ekskresi. Tubuhnya jelas
dibedakan menjadi bagian kepala, badan, dan ekor.
Kepala biasanya berbentuk bulat dan pipih, memiliki sistem otot yang rumit. Saat
mulut dibuka, lubang bestibular dan gigi terlihat di ventral permukaan. Kail lebih panjang
daripada gigi namun keduanya memiliki struktur yang sama. Jumlah dan bentuk kait
bervariasi menurut spesies, jumlah meningkat dan dan berkurangnya gigi dan kail
tergantung pada usia.
Wilayah tubuh terkadang memiliki collarete yang memanjang dan terlihat. Usus
tidak memiliki pelengkap kecuali tonjolan lateral dan anterior yang disebut diverticula
alimentary yang hanya ada di beberapa speises. Collarete dan usus diverticula dapat
terlihat melalui dinding tubuh.
35.
Plasma nuftah dan sel benih selama daur hidup dari chaetognatha. Semasa
oogenis (1), plasma nuftah ( yang berwarna hijau ) berada di dalam dan disekitar vesikel
germinal (GV). Masa proses pematangan dan fertilisasi internal di kutub vegetal (2),
plasma nuftah memungkinkan untuk menjadi fragmen. Setelah proses pembuahan (3),
granula kecil akan melapisi korteks vegetal (V) dan akan bergabung selama
amphimixy
(4). Pada mitosis (5), granula kecil akan bergabung menjadi
single granula besar. Granula
besar akan terpisah menjadi satu atau dua blastomer dan terus diwariskan oleh satu
vegetal menjadi tahap pembelahan 32sel (7). Granula germinal akan didistribusikan
menjadi dua blastomer di tahap pembelahan 64 sel (8). Plasma nuftah ditemukan di
dalam empat kemungkinan PGC pada ujung archentron di gastrula (9) Keempat PGC
menjadi plasma nutfah pada anakan jantan (posterior) dan anakan betina (anterior) (10)
Yang menimbulkan spermatoscytes dan oocytes pada dewasa.
36. Chaetognatha kebanyakan merupakan holoplankton dan berlimpah di seluruh
dunia dan sebagian merupakan
benthic
. Sehingga pada siklus hidupnya, kebanyakan
Chaetognatha dewasa merupakan plankton.
2.3.6 Ekologi
Chaetognatha, yang berarti bulurahang, dan umumnya dikenal sebagai cacing
panah, adalah filum dari cacing laut predator yang merupakan komponen utama dari
plankton di seluruh dunia. Sekitar 20% dari spesies yang dikenal adalah bentik. Mereka
ditemukan di semua perairan laut, dari perairan tropis permukaan dan pemukaan dangkal
ke laut dalam dan daerah kutub. Kebanyakan chaetognatha transparan dan berbentuk
torpedo, tetapi beberapa spesies laut dalam yang oranye. Mereka berbagai ukuran 2120
milimeter (0,0794,724 dalam).
2.3.7 Peranan
Chaetognatha berperan sangat penting dalam rantai makanan di laut. Karena
chaetognata merupakan pakan bagi banyak jenis ikan dan cumi. Tetapi sebaliknya karena
chaetognata merupakan pemakan telur dan larva ikan, maka populasi yang besar akan
menimbulkan kerugian pula bagi ladang ikan ( fishing ground ) dan upaya budi daya
perikanan.
Chaetognatha hidup di kisaran faktor lingkungan terbatas, sehingga beberapa jenis
chaetognata digunakan sebagai indikator massa air atau arus laut. Sebagai contoh di selat
inggris, keberadaan
Sagitta setosa yang banyak mengindikasikan massa air dari laut utara
( north sea ) yang bersalinitas rendah telah masuk ke selat ini. Sebaliknya bila
Sagitta
elegans yang merajai, itu mengindikasi massa air bersalinitas tinggi dari samudera
altantik telah merambat masuk ke selat inggris. Karena beberapa spesies berhubungan
dengan suhu dan salinitas, dengan demikian, chaetognatha menjadi indikator hidrologi
dari arus air laut.
37. 2.4 Annelida
2.4.1 Pengertian
Annelida (dalam bahasa latin,
annulus = cincin dan
oidos
= bentuk) atau cacing
gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan
Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan
triploblastik yang
sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan
hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana. Semua anggota filum Annelida
tubuhnya tersegmentasi, dengan kata lain, terdiri dari segmen yang dibentuk oleh
subbagianbagian yang melintang rongga tubuh. Segmentasinya disebut
metamerism
.
Setiap segmen mengandung elemenelemen sistem tubuh seperti sistem sirkulasi, syaraf,
dan saluran ekskresi. Tubuh anggota filum ini bersegmen tertutup kutikula yang
merupakan hasil sekresi dari epidermis epitel.
Metamerism meningkatkan efisiensi
gerakan tubuh dengan memungkinkan efek kontraksi otot yang sangat terlokalisir, dan itu
memungkinkan pengembangan kompleksitas yang lebih besar dalam organisasi tubuh
secara umum.
2.4.2 Klasifikasi
Filum Annelida dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan
Hirudinea. Tetapi hanya satu kelas yang tergolong pada zooplankton yaitu
polychaeta,sedangkan untuk oligocheta dan hirudinea tergolong hewan bukan plankton.
38. Polychaeta adalah kelas cacing annelida yang umumnya hidup di laut
, sebagian
juga ditemukan di sungai dan danau (air tawar) dan sebagian lainnya ditemukan di darat
(terrestrial). Seluruh permukaan tubuh polychaeta mengandung rambutrambut kaku atau
setae yang dilapisi kutikula sehingga licin dan kaku. Tubuhnya berwarna menarik, seperti
ungu kemerahmerahan. Setiap segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan sepasang
alat gerak atau alat berenang yang disebut parapodia, pada cacing yang bergerak aktif
(Errantia), tetapi pada cacing yang relatif lamban bergerak (Sedentaria) tidak memiliki
parapodia. Parapodia berperan sebagai alat pernapasan
. Ukuran tubuh polychaeta
sebagian besar berukuran 510 cm, tetapi ada yang kurang dari 1 mm (misalnya
Diurodrilus
) dan ada juga yang mencapai 3 m (misalnya
Namalycastis rhodochorde
).
Cacing ini tidak mempunyai sadel (klitelum) seperti pada cacing tanah
(oligochaeta). Polychaeta memiliki kelamin terpisah dan ada yang hermaprodit.
Perkembangbiakannya dilakukan dengan cara seksual dan aseksual. Pembuahannya
dilakukan di luar tubuh dan ada yang di dalam tubuh. Telur yang telah dibuahi tumbuh
menjadi
larva
yang disebut trakofor.
Sebagian besar, polychaeta hidup secara bebas (free living), tetapi juga ada yang
bersifat parasit pada hewan lain, misalnya Polydora dari famili Spionidae. Contoh jenis
Polychaeta antara lain
calm worm
, cacing sorong
, cacing wawo
, cacing palolo
, dan cacing
nipah.
Phylum : Annelida
Class : Polychaeta
Subclass : Palpata
Order : Canalipalpata
Suborder : Spionida
Family : Spionidae
39. Genus : Spionid
spesies :
Spionid
sp
Phylum : Annelida
Class : Polychaeta
Subclass : Palpata
Order : Canalipalpata
Suborder : Spionida
Family : Magelonidae
genus : Mageloni
Spesies :
Mageloni
sp
Kingdom:
Animalia
Phylum:
Annelida
Class:
Polychaeta
Order:
Aciculata
Family:
Tomopteridae
Genus:
Tomopteris sp
2.4.3 Morfologi dan Anatomi
Annelida adalah keluarga cacing besar yang tubuhnya memiliki segmen. Ada
lebih dari 9.000 jenis Annelida, termasuk cacing tanah dan lintah. Salah satu jenis
annelida, cacing bulu, memiliki beberapa spesies. Di darat beberapa annelida tumbuh dari
40. panjang 1 sampai 180 meter. Namun, annelida planktonik mempunyai ukuran tubuh 40
mm.
Setiap segmen tubuh cacing bulu, kecuali yang pertama, memiliki bundel bulu.
Setiap segmen mempunyai otototot yang mengelilingi tubuh.
Cacingnya merangkak dengan menekan bulubulunya melawan permukaan
seperti batu, debu, dan lumpur di dasar perairan tenang dari sistem perairan. Cacing bulu
dapat berenang dengan cara mencambukkan tubuhnya kedepan dan belakang dengan
sangat cepat di air. Tubuh annelida merupakan tabung di dalam tabung. Tabung dalam
merupakan sistem pencernaan dengan mulut di salah satu ujung dan limbah keluar di
ujung lainnya. Beberapa cacing tidak memiliki warna atau transparan. Makanan yang
dicerna di dalam tabung dalam dapat terlihat melalui mikroskop. Beberapa annelida
memiliki bintik mata yang dapat mendeteksi terang dan gelap.
Karakteristik mendasar dari filum ini adalah pembagian tubuhnya kedalam sebuah
seri linear segmen silindris atau metamere. Setiap metamere terdiri dari potongan dinding
tubuh dan kompartemen dari rongga tubuh dengan organ internalnya. Pembagian tubuh
bagian luar (eksternal), yang dapat terlihat di cacing tanah biasa, sesuai dengan
pembagian tubuh bagian dalam (internal). Tubuh annelida terdiri dari wilayah kepala:
sebuah belalai, yang terbuat dari metamere dan wilayah terminal tidak bersegmen yang
disebut pygidium. Pada beberapa anggota primitif annelida, metamerenya identik atau
sangat mirip dengan satu dan lainnya, yang masingmasing memiliki struktur yang sama.
41. Pada bentuk annelida yang lebih maju, memiliki kecenderungan kearah penggabungan
beberapa segmen dan pembatasan beberapa organ ke segmen tertentu. Karena kekhasan
tubuh annelida yang lunak, fosil bukan hal yang umum. Fosil dari polychaeta dengan
hunian berbentuk tabung telah ditemukan, tapi catatan mengenai fosil cacing tanah dan
lintah sangatlah langka.
Dinding tubuh yang dilapisi epidermis dengan kutikula tipis yang disekreksikan
oleh sel epidermal. Dinding tubuhnya terdiri dari otot yang tersegmen dan berkembang
dengan baik yang digunakan untuk pergerakan merangkak dan berenang. Kebanyakan
annelida memiliki bulu eksternal yang pendek dikenal dengan nama setae, tersusun dari
kitin. Setaenya digunakan untuk menggenggam tanah, menahan tubuh hewannya di
dalam tabung, atau untuk meningkatkan area permukaan dari
appendage
untuk berenang.
2.4.4 Fisiologi
2.4.4.1 Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan annelida terdiri dari usus tidak bersegmen yang
membentang di sepanjang pertengahan tubuh dari mulut, yang berlokasi di sisi
bawah kepala, hingga ke anus. Ususnya dipisahkan dari dinding tubuh oleh
rongga yang disebut coelom. Kompartemen tersegmentasi dari coelom biasanya
terpisah satu sama lain oleh lembaran jaringan tipis, disebut septa, yang berlubang
oleh usus dan oleh pembuluh darah. Kecuali pada lintah, coelom terisi oleh cairan
dan berfungsi sebagaimana kerangka tubuh, yaitu menyediakan kekakuan dan
ketahanan yang diperlukan untuk pergerakan otot.
2.4.4.2 Sistem Sirkulasi
Karakteristik sistem sirkulasi pada filum ini bervariasi. Darahnya biasanya
mengandung hemoglobin, pigmen merah pembawa oksigen, beberapa annelida
memiliki pigmen hijau pembawa oksigen, dan beberapa lainnya memiliki darah
yang tidak berpigmen. Sistem sirkulasinya biasanya tertutup, dibatasi di dalam
pembuluh darah yang berkembang dengan baik. Pada beberapa polychaeta dan
42. lintah, sistem sirkulasinya terbuka sebagian, dengan darah dan cairan coelom
bercampur secara langsung pada sinus dari rongga tubuh. Darah mengalir menuju
kepala melalui sebuah pembuluh kontraktil di atas usus dan kembali ke daerah
terminal melalui pembuluh di bawah usus; darah didistribusikan ke setiap
kompartemen tubuh dengan pembuluh lateral. Beberapa pembuluh lateral adalah
kontraktil dan berfungsi seperti jantung, yaitu memompa organ untuk
mengalirkan darah.
2.4.4.3 Sistem Respirasi
Beberapa annelida akuatik memiliki berdinding tipis, insang berbulu di
mana gas dipertukarkan antara darah dan lingkungan. Namun, sebagian besar
annelida tidak memiliki organ khusus untuk pertukaran gas, dan respirasi terjadi
langsung melalui dinding tubuh.
2.4.4.4 Sistem Saraf
Sistem saraf biasanya terdiri dari otak primitif, atau massa ganglionik,
terletak di wilayah kepala, dihubungkan dengan sebuah cincin saraf ke tali saraf
ventral yang membentang disepanjang tubuh. Sistem saraf biasanya terdiri dari
otak primitif, atau massa ganglionik, terletak di wilayah kepala, dihubungkan
dengan sebuah cincin saraf ke tali saraf ventral yang membentang panjang tubuh;
talinya menimbulkan saraf lateral dan ganglia di setiap segmen. Organ indra
annelida umumnya meliputi mata, perasa, tentakel taktil, dan organ keseimbangan
yang disebut
statocysts
.
2.4.5 Reproduksi dan Siklus Hidup
Annelida mampu melakukan reproduksi seksual dan aseksual. Reproduksi
aseksual biasanya dengan pembelahan. Metode ini digunakan oleh beberapa annelida
yang memungkinkan mereka berkembang biak dengan cepat. Bagian posterior terlepas
dan menjadi individu baru. Pada sebagian taksa lainnya, seperti kebanyakan cacing tanah
43. tidak dapat bereproduksi dengan cara ini, meskipun mereka memiliki kemampuan untuk
menumbuhkan kembali bagian tubuh yang terputus.
Reproduksi seksual memungkinkan spesies untuk lebih beradaptasi dengan
lingkungannya. Beberapa spesies annelida adalah hermaprodit, sementara yang lain
memiliki jenis kelamin yang berbeda. Kebanyakan cacing polychaete memiliki jantan
dan betina yang terpisah dengan fertilisasi eksternal. Tahap larva paling awal, yang tidak
terdapat dalam beberapa kelompok, adalah trochophore bersilia, mirip dengan yang
ditemukan di filum lainnya. Hewan tersebut kemudian mulai mengembangkan segmen
yang, satu demi satu, hingga mencapai ukuran dewasa.
Cacing tanah dan Oligochaeta lainnya, setermasuk lintah, yang hermaprodit dan
kawin secara berkala sepanjang tahun dalam kondisi lingkungan yang disukai. Mereka
kawin dengan kopulasi. Dua cacing, yang tertarik oleh sekresi masingmasing,
membaringkan tubuh mereka bersamasama dengan kepala mengarah ke arah yang
berlawanan. Cairan tersebut dipindahkan dari pori lakilaki untuk cacing lainnya. Metode
transfer sperma yang berbeda telah diamati dalam genera yang berbeda, dan mungkin
melibatkan spermathecae internal (ruang penyimpanan sperma) atau spermatophores
yang melekat pada bagian luar tubuh cacing lain. Clitellata yang tidak memiliki tahap
larva trochophore bersilia hidup bebas sebagaimana di polychaetes, cacing embrio
berkembang dalam "kepompong" berisi cairan yang disekresi oleh clitellum tersebut.
44. 2.4.6 Ekologi
Sebagian besar Annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit
(merugikan karena menempel pada inangnya) dengan menempel pada vertebrata,
termasuk manusia. Habitat Annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar,
dan juga ada yang sebagian hidup di tanah atau tempattempat lembab. Annelida hidup di
berbagai tempat dengan membuat liang sendiri.
2.4.7 Peranan
Cacing laut (
Nereis sp.) merupakan salah satu jenis spesies dari kelas polycheata
yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan karena jenis cacing ini tergolong
ekonomis penting karena mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. (Romimohtarto dan
Juwana, 2001). .Cacing polychaeta merupakan makanan alami yang baik bagi udang
45. windu
(Peneaeus monodon) di tambak, menjadikan warna udang lebih cemerlang
sehingga menigkatkan mutu dan nilai jual udang tersbut (Aslan
dkk
., 2007).
47. yang sederhana. Dengan ukuran tubuhnya yang sangat kecil, nematoda merupakan pakan bagi
ikan, tungau air dan hydra.
Chaetognatha yang berarti "rahang bulu" berasal dari kata chaeton = sikat ; gnatos =
rahang atau mulut., dikenal dengan nama cacing panah, adalah sebuah filum dari cacing laut
yang merupakan komponen terbesar dari plankton laut di seluruh dunia. Chaetognatha terdiri
dari 2 kelas yaitu Archisagittoidea dan Sagittoidea. Tubuh chaetognatha berbentuk seperti anak
panah yang biasanya memiliki 2 pasang sirip lateral dan juga ekor. Sirip lateral ini mirip dengan
bulu terbang pada panah. Tubuhnya jelas dibedakan menjadi bagian kepala, badan, dan ekor.
Chaetognatha tidak terdapat sistem sirkulasi atau pertukaran gas, atau sistem ekskresi.
Chaetognatha merupakan hewan hermaprodit, dengan ovarium yang berpasangan di dalam
trunk
dan sepasang testis pada bagian ekornya, setiap individu menghasilkan sperma dan sel telur (
Brusca dan Brusca 1990 ). Chaetognatha dapat ditemukan di semua perairan laut, dari perairan
tropis permukaan dan pemukaan dangkal ke laut dalam dan daerah kutub. Chaetognatha berperan
sangat penting dalam rantai makanan di laut. Karena chaetognata merupakan pakan bagi banyak
jenis ikan dan cumi.
Annelida (dalam bahasa latin,
annulus = cincin dan
oidos
= bentuk) atau cacing gelang
adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan
Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan
triploblastik yang sudah memiliki rongga tubuh
sejati (hewan selomata). Filum Annelida dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta,
Oligochaeta, dan Hirudinea. Tetapi hanya satu kelas yang tergolong pada zooplankton yaitu
polychaeta,sedangkan untuk oligocheta dan hirudinea tergolong hewan bukan plankton.
Annelida planktonik mempunyai ukuran tubuh 40 mm. Setiap segmen tubuh cacing bulu, kecuali
yang pertama, memiliki bundel bulu. Setiap segmen mempunyai otototot yang mengelilingi
tubuh. Annelida memliki fisiologi diantaranya sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem
respirasi, dan sistem saraf. Annelida mampu melakukan reproduksi seksual dan aseksual.
Reproduksi aseksual biasanya dengan pembelahan. Reproduksi seksual adalah dengan
melakukan kopulasi antara jantan dan betina.
Habitat Annelida umumnya berada di dasar laut
dan perairan tawar, dan juga ada yang sebagian hidup di tanah atau tempattempat lembab.
48. Cacing polychaeta merupakan makanan alami yang baik bagi udang windu
(Peneaeus monodon)
di tambak, menjadikan warna udang lebih cemerlang sehingga menigkatkan mutu dan nilai jual
udang tersbut (Aslan
dkk
., 2007).
49. DAFTAR PUSTAKA
Berger SA, Marr JS. 2006.
Human Parasitic Diseases Sourcebook
. Massachusetts: Jones and
Bartlett Publishers
Cram101. 2013.
eStudy Guide for: Marine Biology: Function, Biodiversity, Ecology
. Google
eBook
Singh, Ravail. dkk. 2009.
The Life Cycle Of The FreeLiving Marine Nematode
Innocuonema
tentabunda
De Man
, 1890. India: National Institute of Oceanography (CSIR)
PLANKTON (Bio 511) Professor Stephen T. Tettelbach C.W. Post Campus of Long Island
University.
HARGITT, G. T., 1919. Germ cells of coelenterates. VI. General considerations, discussion,
conclusions.
J. Morph.,
33
:
158.
MEREJKOWSKY C., 1883. Histoire du developpement de la meduse Obelia.
Bull. Soc. Zool.
France,
8
: 98129.
Heip, Carlo., Magna Vincx dan Guido Vranken. 1985.
The Ecology of Marine Nematodes
.
Marine Biology Section, Zoologi Institute, State University of Ghent, Ghent, Belgium.
Aslan,
dkk
., 2007
. Penuntun Praktikum Avertebrata air
. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari.
Romimohtarto dan Juwana. 2001.
Biologi Laut
. Djambatan. Jakarta.
Sumber Internet :
https://depts.washington.edu/fhl/zoo432/plankton/plcnidaria_ctenophore/cnidaria_cteno.html
diakses pada tanggal 6 Mei 2015 pukul 23.06 WIB.
http://w3.shorecrest.org/~Lisa_Peck/MarineBio/syllabus/ch7invertebrates/Invertwp/invert_wp_0
5/cnidaria/mark2/reproductive.htm
diakses pada tanggal 6 Mei 2015 pukul 22.47 WIB.
50. http://hermes.mbl.edu/BiologicalBulletin/EGGCOMP/pages/14.html diakses pada tanggal 6 Mei
2015 pukul 23.08 WIB.
Myers, Phil.2001. “Annelida Segmented Worms”. diakses 8 Mei 2015 pukul 00.19 WIB.
http://animaldiversity.org/accounts/Annelida/
http://www.imas.utas.edu.au/zooplankton/imagekey/annelida diakses pada tanggal 8 mei 2015
pukul 7. 57 wib
http://www.zonasiswa.com/2014/06/mengenalcoelenteratahewanberongga.html diaskes pada
tanggal 9 mei 2015 pada pukul 22 : 43 wib
Ramel,Gordon.The Phylum Nematodes. diakses pada tanggal 10 mei 2015 pukul 14 : 47
http://www.earthlife.net/inverts/nematoda.html
http://www.biologisel.com/2013/12/nematoda.html
diaskes pada tanggal 10 mei pukul 20:30
wib
http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Annelid
diakses pada tanggal 10 mei pukul 21:11
http://fp.uns.ac.id/~hamasains/Nematoda%20non%20parasit.htm
diakses pada tanggal 10 mei
Anonim.
Invertebrates in the Plankton: Chaetognatha.
depts.washington.edu/fhl/zoo432/plankton/plchaetognatha/chaetognatha.html diakses pada
tanggal 10 mei
Anonim. Maret 2013.
Fish disease and human health
.
www.fish.wa.gov.au/SustainabilityandEnvironment/FisheriesScience/AquaticAnimalHealth/
Pages/FishDiseaseAndHumanHealth.asp
x diakses pada tanggal 10 mei
CDC. Maret 2015.
Parasites Anisakiasis
. www.cdc.gov/parasites/anisakiasis/biology.html
Putri, Anggi. Oktober 2014.
Cara Reproduksi Nematoda
.
sridianti.com/carareproduksinematoda.html diakses pada tanggal 10 mei
51. Sri, Fitria. Oktober 2014.
Peranan Nematoda dalam Kehidupan Manusia
.
sridianti.com/peranannematodadalamkehidupanmanusia.html diakses pada tanggal 10 mei
http://soilcrawlers.weebly.com/rangeandhabitat.html
diaksespada tanggal 11 Mei 2015 pukul
14 :29
http://budisma.net/2015/03/ciriciricoelenteratadancontohcoelenterata.html
diakses pada
tanggal 11 mei 2015 pukul 16:29