Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan asas-asas hukum kewarisan Islam menurut fiqh mawaris.
2. Beberapa asas penting hukum kewarisan Islam menurut dokumen tersebut adalah asas ketulusan, ta'abbudi, hak-hak kebendaan, dan kematian.
3. Dokumen tersebut juga membahas sejarah perkembangan hukum kewarisan Islam dari masa pra-Islam
2. Pengertian Fiqh Mawaris
Istilah Fiqh Mawaris ( فقه
المواريث ) = Hukum Kewarisan,
yaitu hukum yang mengatur tata cara pembagian harta
peninggalan orang yang meninggal dunia.
Ada dua nama ilmu yang membahas pembagian
harta warisan, yaitu ilmu mawaris ( علم
المواريث )
dan ilmu fara'id ( علم
الفرائض ). Kedua nama ini
(mawaris dan fara'id) disebut dalam al-Qur'an
maupun al-hadis.
3. Keutamaan Fiqh Mawaris
Rasulullah SAW bersabda
ُ
مَّلَ
عَت
ىَ
سْنُي َ
وُ
ىَ
و َ
مْلِعْلا ُ
فْ
صِن ُوَّنِ
اَف ،َ
َّاسناالَ
ىْ
وُ
مِّلَ
عَ
و َ
ضِآئَ
رَ
فْلا
ْ
ِ
ِتَّ
مُا ْ
نِ
م ُعَ
زْنُي ٍ
ئْيَ
ش ُ
لَّ
وَا َ
وُ
ىَ
و
(
قطينرد و ماجو ابن روه
)
• Pelajarilah faroidh dan ajarkanlah kepada
manusia, karena faraidh adalah separuh dari
Ilmu dan akan di lupakan. Faraidhlah ilmu
yang pertama kali di cabut dari ummatku.
(HR. Ibnu Majah dan Daruqutni)
4. ASAS KEWARISAN ISLAM
Asas-asas hukum kewarisan Islam dapat digali dari
ayat-ayat hukum kewarisan serta sunah nabi
Muhammad SAW
1. Asas Integrity (ketulusan)
Integrity artinya ketulusan hati, kejujuran, atau
keutuhan. Asas ini mengandung pengertian bahwa
melaksanakan hukum kewarisan dalam islam, di
perlukan ketulsan hati menaatinya karena terikat
dengan aturan yang diyakini kebenaranya. (taat
pada syariat islam / kitab suci Al-Quran)
(Qs. Ali ‘Imran {3}: 85)
5. 2. Asas ta’abbudi (penghambaan diri)
Maksud dari asas ta’abuddi adalah melaksanakan
hukum waris sesuai syariat islam adalah bagian dari
ibadah kepada Allah Swt Sebagai ibadah, dan
tentunya mendapatkan berpahala
Bila ditaati seperti menaati hukum-hukum islam
lainya. (Qs. An Nissa’ {4}: 13-14)
3. Asas Huququl Maliyah (Hak-Hak kebendaan)
Maksud dari huququl maliyah adalah hak-hak kebendaan.
Artinya, hanya hak dan kewajiban kebendaan (benda yang
berbentuk) yang dapat di wariskan kepada ahli waris. segala
Hal-hal kewajiban yang bersifat pribadi tidak dapat di
wariskan. (kompilasi hukum islam pasal 175)
6. 6
4. Asas Huququn thabi’iyah (Hal-Hak Dasar)
adalah hak-hak dasar dari ahli waris sebagai manusia.
Artinya, meskipun ahli waris itu seorang bayi yang baru lahir
atau seorang yang sudah sakit menghadapi kematian
sedangkan ia masih hidup ketika pewaris meninggal dunia
5. Asas ijbari (keharusan, kewajiban)
Asas ini adalah yang mengatur tata cara peralihan secara otomatis
harta dari seorang, baik pewaris maupun ahli waris sesuai dengan
ketetapan Allah swt. Tanpa di gantung terhadap kehendak
seseorang baik pewaris maupun ahli waris.
1.Peralihan harta yang pasti terjadi setelah orang meninggal
2.Jumlah harta sudah ditentukan untuk masing-masing ahli waris.
3.Orang-orang yang akan menerima harta warisan itu sudah di
tentukan dengan pasti, yakni orang yang mempunyai hubungan darah
dan perkawinan.
7. 6. Asas bilateral
Asas bilateral mengandung makna bahwa
seseorang menerima hak kewarisan dari kedua
belah pihak, yaitu dari kerabat keturunan laki-
laki dan dari kerabat keturunan perempuan.
(Qs. An-Nisaa’: 7) (Qs. An-Nisaa’: 11-12) (Qs.
An-Nisaa’: 176)
7. Asas individual
Asas ini menyatakan harta warisan dapat di bagi
kepada masing-masing ahli waris untuk dimiliki secara
perorangan. Dalam pelaksanaanya seluruh harta di
nyatakan dalam nilai tertentu. Yang kemudian dibagi-
bagikan kepada ahli waris yang dapat menerimanya
menurut kadar bagian masing-masing. (Qs. An-
Nisaa’{4}:8) (Qs. An-Nisaa’{4}:33)
8. 8. Asas keadilan yang berimbang
harus ada keseimbangan antara hak yang diperoleh seseorang dari harta
warisan dengan kewajiban atau beban biaya kehidupan yang harus di
tunaikanya Misalnya. Laki-laki dan perempuan mendapatkan hak yang
sebanding dengan kewajiban yang di pikulnya masing-masing (kelak)
dalam kehidupan bermasyarakat seorang laki laki menjadi penanggung
jawab daalam kehidupan keluarga. Mencukupi keperluan hidup anak dan
istrinya sesuai kemampuanya. (Qs. Al-Baqarah : 233)
(Qs. Ath-Thalaaq : 7)
9. Asas kematian
Makna asas ini menandaka bahwa peralihan harta
seseorang kepada orang lain terjadi setelah orang yang
mempunyai harta itu meninggal dunia. Harta seseorang
tidak bisa beralih ke orang lain (melalui pembagian harta
warisan) selama orang yang mempunyai harta itu masih
hidup. (tidak mengenal kewariasan atas dasar wasiat)
9. 10. Asas membagi habis harta warisan.
Membagi semua harta peningalan (warisan) hingga tak
tersisa adalah makna dari asas ini. Hal tersebut dari
proses menghitung dan menyelesaikan pembagian
harta warisan. Caranya, dengan menentukan ahli waris
berserta bagianya masing-masing, membersihkan atau
memurnikan dari hutang dan wasiat, sampai
melaksanakan pembagian hingga tuntas.
10. SEJARAH FIQH WARIS
1. Masa Pra Islam
• Berpegang kepada adat istiadat
• Anak yang belum dewasa dan anak perempuan atau kaum
perempuan tidak berhak mendapat warisan dari harta
peninggalan orang yang meninggal dunia.
• Janda dianggap sebagai warisan dan boleh berpindah tangan
dari si ayah kepada anaknya.
• Sebab-sebab pusaka mempusakai :
a. pertalian kerabat
b. janji prasetia janji dengan pewaris
c. pengangkatan anak
11. 2. Masa Awal Islam
• Kekuatan kaum muslimin masih sangat lemah,
lantaran jumlah mereka sedikit. Untuk
menghadapi kaum musyrikin Quraisy yang
sangat kuat, Rasulullah saw. meminta bantuan
penduduk di luar kota Mekkah yang sepaham
dan simpatik terhadap perjuangannya dalam
memberantas kemusyrikan.
• Sebab-sebab mempusakai adalah :
a. pertalian kerabat
b. pengangkatan anak
c. hijrah
12. 3. Masa Islam dan seterusnya
• Pewarisan Islam yang berhak menerima harta
warisan tidak terbatas kepada kaum laki-laki
yang sudah dewasa, melainkan juga kepada
anak-anak dan perempuan.
• Dalam pewarisan Islam tidak dikenal adanya
janji prasetia dan pengangkatan anak (adopsi)
13. HUBUNGAN WARIS ISLAM DENGAN WARIS
NASIONAL
Hukum waris Islam merupakan bagian hukum yang diberlakukan bagi
orang-orang yang memeluk agama Islam, sebab di Indonesia
diberlakukan pada umumnya beberapa hukum waris, diataranya:
1. Untuk warga negara golongan Indonesia asli, pada perinsipnya
berlaku hukum adat sesuai dengan daerah masing-masing.
2. Untuk warga negara golongan Indonesia asli yang beragama Islam
di berbagai daerah diberlakukan hukum Islam yang sangat
berpengaruh.
3. Bagi orang Arab pada umumnya berlaku hukum Islam secara
keseluruhan.
4. Bagi orang-orang Tionghoa dan Erofa berlaku hukum warisan dari
Gugerlijik Wetboeh