2. Pendahuluan hukum waris Islam
mencakup prinsip-prinsip dan ketentuan-
ketentuan yang mengatur bagaimana
pembagian harta warisan dilakukan dalam
agama Islam.
Hukum waris Islam didasarkan pada
sumber-sumber hukum utama dalam
Islam, yaitu Al-Quran dan Hadis.
3. Dalam Islam, harta warisan merupakan hak yang diperoleh
oleh ahli waris setelah seseorang meninggal dunia.
Pembagian warisan ini diatur secara rinci dalam Al-Quran,
terutama dalam surat An-Nisa' (4) ayat 11-12.
Prinsip utama dalam hukum waris Islam adalah bahwa
sebagian harta warisan harus diberikan kepada ahli waris
yang telah ditentukan, sedangkan sebagian lainnya dapat
diwakafkan atau diwariskan kepada pihak lain sesuai
dengan kehendak pewaris.
4. Sistem waris dalam Islam didasarkan
pada beberapa kelompok ahli waris yang
memiliki hak waris yang berbeda-beda.
Kelompok ahli waris tersebut meliputi
keturunan langsung (anak, cucu, dan
seterusnya), orang tua, suami/istri, serta
kerabat dekat lainnya.
Setiap kelompok ahli waris memiliki
porsi waris yang ditentukan secara
spesifik dalam hukum waris Islam.
5. Selain itu, dalam hukum waris Islam terdapat prinsip-
prinsip lain yang perlu diperhatikan, seperti prinsip
kesetaraan gender dalam pembagian warisan. Al-
Quran secara tegas menyatakan bahwa laki-laki dan
perempuan memiliki hak waris yang sama, meskipun
porsi mereka mungkin berbeda tergantung pada
hubungan mereka dengan pewaris dan kelompok ahli
waris yang lain.
Namun, penting juga untuk dicatat bahwa prinsip-prinsip hukum
waris Islam dapat berbeda-beda di berbagai negara atau daerah,
tergantung pada interpretasi dan aplikasi hukum yang dilakukan
oleh otoritas agama atau lembaga hukum setempat.
6. Hukum Waris Islam
Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur
pemindahan hak kepemilikan harta peninggalan (tirkah)
pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli
waris, berapa bagiannya msng2, dan melaksanakan
pembagian harta peninggalan tersebut, serta penetapan
pengadilan atas permohonan seseorang tentang
penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan
bagian masing2 ahli waris.
7. 1. Rukun terjadinya warisan:
a. Pewaris
b. Ahli waris
c. Tirkah (harta peninggalan)
2. Syarat-syarat terjadinya warisan:
a. Pewaris benar-benar meninggal.
b. Ahli waris masih hidup pada waktu
pewaris meninggal dunia.
3. Sebab-sebab terjadinya warisan
a. Nikah
b. Keturunan
c. Wala’ (memerdekakan budak)
8. Unsur-Unsur Hukum Waris Islam
4. Terhalang mendapatkan waris
a. Berbeda agama ( Termasuk Murtad)
b. Membunuh atau memfitnah
c. Menjadi budak orang lain
d. Berlainan negara (Para ulama sepakat bahwa
berlainan negara antar-sesama muslim tidak
menjadi penghalang untuk mewaris)
9.
10.
11.
12.
13.
14. Amandemen UU Peradilan Agama
UU No. 3 Tahun 2006
Pasal 49
Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang beragama Islam di
bidang:
a. perkawinan;
b. waris;
c. wasiat
d. hibah;
e. wakaf;
f. zakat;
g. infaq;
h. shadaqah; dan
i. Ekonomi syari’ah.
15. Tugas dan Kewenangan Pengadilan Agama
1. Menentukan orang yang berhak menjadi ahli waris;
2. Menentukan mengenai harta peninggalan;
3. Menentukan berapa bagian masing-masing yang selalu
berubah sesuai dengan keberadaan ahli waris yang lain;
4. Melaksanakan pembagian harta peninggalan;
5. Menetapkan atas permohonan seseorang tentang
penentukan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan
bagian masing-masing ahli waris.
16. Asas Integrity/Ketulusan
Pelaksanaan hukum kewarisan Islam diperlukan
ketulusan hati untuk mentaatinya karena terikat
dengan aturan yang diyakini kebenarannya.
• Pelaksanaan pembagian waris secara Islam
merupakan bagian dari ibadah kepada Allah
Asas Ta’abbudi/Penghambaan Diri
17. Asas Hukuk al-Maliyah
• Hak-hak kebendaan; yaitu hanya hak dan kewajiban
terhadap kebendaan yang dapat diwariskan kepada
ahli waris, sedangkan hak dan kewajiban di
lapangan hukum kekeluargaan atau hak dan
kewajiban yang bersifat pribadi seperti suami atau
istri, jabatan, keahlian dalam suatu ilmu tidak dapat
diwariskan.
18. Hukukun Thabiyah
• Hak-hak dasar ahli waris sebagai manusia, bayi, orang yang sakit
selama masih hidup, suami istri yang belum bercerai walaupun
sudah pisah rumah, maka dipandang cakap untuk mewarisi