SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mawaris memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab
mawaris pada jaman arab jahiliyah sebelum islam datang membagi harta warisan
kepada orang laki-laki dewasa sedangkan kaum perempuan dan anak-anak yang
belum dewasa tidak mendapat bagian.
Mawaris adalah ilmu yang membicrakan tentang cara-cara pembagian
harta waris.Ilmu mawaris disebut juga ilmu faraid. Harta waris ialah harta
peninggalan orang mati. Di dalam islam, harta waris disebut juga tirkah yang
berarti peninggalan atau harta yang ditinggal mati oleh pemiliknya.
Dikalangan tertentu, harta waris disebut juga harta pusaka. Banyak terjadi fitnah
berkenaan dengan harta waris.Terkadang hubungan persaudaraan dapat terputus
karena terjadi persengketaan dalam pembagian harta tersebut. Islam hadir
memberi petunjuk cara pembagian harta waris. Diharapkan dengan petunjuk
itu manusia akan terhindar dari pertikaian sesama ahli waris.
Menurut istilah yang dikenal para ulama ialah, berpindahnya hak
kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup,
baik yangditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa
hak milik yang legal secara syar’i.
Para ulama berpendapat bahwa mempelajari dan mengajarkan fiqih
mawaris adalah wajib kifayah.Dalam artian apabila telah ada sebagian orang yang
melakukannya (memenuhinya) maka dapat menggugurkan kewajiban semua
orang.Tetapi apabila tidak ada seorang pun yang melaksanakan kewajiban
tersebut, maka semua orang menanggung dosa.
Jadi, pada makalah kali ini kami akan menguraikan mengenai mawaris dan
hal apa saja yang ada di dalam mawaris.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud mawaris?
2. Tujuan mawaris?
3. Apa saja rukun- rukun kewarisan ?
4. Apa saja syarat-syarat kewarisan ?
5. Siapa yang berhak mendapatkan mawaris?
6. Bagaimana cara pembagian mawaris?
1.3 Tujuan Makalah
1. Dapat mengetahui paying dimaksud dengan mawaris
2. Dapat mengetahui Tujuan mawaris
3. Dapat mengetahui Apa saja rukun- rukun kewarisan
4. Dapat mengetahui Apa saja syarat-syarat kewarisan
5. Dapat mengetahui Siapa yang berhak mendapatkan mawaris
6. Dapat mengetahui Bagaimana cara pembagian mawaris
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mawaris
Secara etimologis Mawaris adalah bentuk jamak dari kata miras (‫,)موارث‬ yang
merupakan mashdar (infinitif) dari kata : warasa – yarisu – irsan – mirasan.
Maknanya menurut bahasa adalah ; berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada
orang lain, atau dari suatu kaum kepada kaum lain. Sedangkan, Mawaris menurut
istilah yang dikenal para ulama ialah, berpindahnya hak kepemilikan dari orang
yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan
itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik yang legal
secara syar’i. Jadi yang dimaksudkan dengan mawaris dalam hukum Islam adalah
pemindahan hak milik dari seseorang yang telah meninggal kepada ahli waris
yang masih hidup sesuai dengan ketentuan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat
180. Firman Allah swt:
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-
tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa
dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang
yang bertakwa.”
2.2 Tujuan Mawaris
Adapun tujuan kewarisan dalam Islam dapat kita rumuskan sebagai berikut :
1. Penetapan bagian-bagian warisan dan yang berhak menerima secara rinci dan
jelas, bertujuan agar tidak terjadinya perselisihan dan pertikan antara ahli
waris. Karena dengan ketentuan-ketentuan tersebut, masing-masing ahli waris
harus mengikuti ketentuan syariat dan tidak bisa mengikuti kehendak dan
keinginan masing-masing.
4
2. Baik laki-laki maupun perempuan mendapat bagian warisan (yang pada masa
jahiliyah hanya laki-laki yang berhak) sebagai upaya mewujudkan pembagian
kewarisan yang berkeadilan berimbang. Dalam artian masing-masing berhak
menerima warisan sesuai dengan porposi beban dan tanggung jawabnya.
2.3 Rukun mawaris
Yang menjadi rukun waris mewaris ada 3 yaitu :
1. Al-Muwarrits (‫ث‬ ِّ‫ر‬ َ‫و‬ُ‫م‬‫)ال‬
Al-muarrist (pewaris) adalah orang yang meninggal dunia dan
meninggalkan harta warisan.Bagi seorang pewaris terdapat ketentuan bahwa harta
yang yang ditinggalkan miliknya dengan sempurna, baik menurut kenyataan
maupun menurut hukum.
2. Al-warits (ahli waris)
Orang yang akan menerima harta warisan dari pewaris disebabkan
mempunyai hak-hak untuk menerima warisan. Seperti keluarga, namun tidak
semua keluarga dari pewaris dinamakan ahli waris.Begitu pula orang yang berhak
menerima warisan mungkin saja diluar ahli waris.
3. Harta warits (‫وث‬ُ‫ر‬ ْ‫و‬َ‫م‬‫)ال‬
Menurut hukum islam, mauruts (harta waris) adalah harta benda yang
ditinggalkan oleh si mati yang akan di warisi oleh para ahli waris setelah diambil
untuk biaya-biaya perawatan, melunasi hutang dan melaksanakan wasiat. Harta
peninggalan ini oleh para faradhiyun di sebut juga dengan tirkah yaitu semua
yang menjadi milik seseorang, baik berupa harta benda maupun hak-hak
kebendaan yang diwarisi oleh ahli warisnya setelah ia meninggal dunia. Jadi, hak-
hak kewarisan bukan hanya berupa harta benda akan tetapi juga menyangkut harta
yang tidak berupa harta benda yang dapat berpindah kepadam ahli warisnya.
Seperti hak-hak menarik hasil dari sumber air, benda-benda yang digadaikan oleh
pewaris (orang yang meninggal dunia), termasuk benda-benda yang sudah dibeli
oleh pewaris yang bendanya belum diterima.
5
2.4 Syarat-syarat Kewarisan
Syarat-syarat kewarisan juga ada 3 yaitu :
1. Meninggalnya seseorang(pewaris) baik secara hakiki maupun secara
hukum(misalnya di anggap telah meninggal).
2. Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris meninggal
dunia.
3. Seluruh ahli waris di ketahui secara pasti, termasuk jumlah bagian masing-
masing.
2.5 Hak yang didahulukan sebelum pembagian harta waris
Yang didahulukan sebelum pembagian harta waris kepada ahli waris adalah:
1. Zakat dan sewanya
 Hak ini hendaklah diambil lebih dahulu dari jumlah harta sebelum dibagi-
bagi kepada ahli waris
2. Perlengkapan mengurus mayat
 Belanja untuk mengurus mayat, seperti harga kafan,upah mengali tanha
kubur,dan sebagainya. Sesudah diselesaikan hak yang pertama tadi, baru
sisanya dipergunakan untuk mengurus mayat.
3. Hutang
 Kalau mayat meninggalkan utang, utang itu hendaklah dibayar dari harta
peninggalannya sebelum dibagi untuk ahli waris.
4. Wasiat
 Apabila mayat mempunyai wasiat yang banyaknya tidak lebih dari
sepertiga harta peninggalannya, wasiat itu hendaklah dibayar dari harta
peninggalannya sebelum dibagi.
5. Sesudah semua hak terlaksanakan barulah harta dibagikan sesuai dengan yang
sudah Allah tentukan dalam Al-Quran.
6
2.6 Ahli waris
Orang – orang yang boleh (mungkin) mendapat waris dari seseorang yang
telah meninggal dunia ada 25 orang. 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 orang
dari pihak perempuan.
2.6.1 Dari pihak laki-laki
1) Anak laki-laki dari yang meninggal.
2) Anak laki-laki dari anak laki-laki(cucu) dari pihak anak laki-laki, dan terus
ke bawah asal pertaliannya masih terus laki-laki.
3) Bapak dari yang meninggal.
4) Datuk (kakek) dari pihak bapak, dan terus ke atas pertalian yang belum
diputus dari pihak bapak.
5) Saudara laki-laki seibu sebapa.
6) Saudara laki-laki sebapak saja
7) Saudara laki-laki seibu saja
8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu-sebapak
9) Anak laki-laki dari saudar laki-laki yang sebapak saja.
10) Saudara laki-laki bapak(paman) dari pihak bapak yang seibu-sebapak
11) Saudara laki-laki yang sebapak saja.
12) Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu-sebapak
13) Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki(paman) yang sebapa saja
14) Suami
15) Laki-laki yang memerdekakan mayat.
Jika 15 orang di atas ada semua, maka yang mendapatkan waris dari mereka
hanya 3 orang,yaitu:
a) Bapak
b) Anak laki-laki
c) Suami
7
2.6.2 Dari pihak perempuan
1) Anak perempuan
2) Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah, asal
pertaliannya dengan yang meninggal masih terus laki-laki.
3) Ibu
4) Ibu dari bapak
5) Ibu dari ibu terus ke atas pihak ibu sebelum berselang laki-laki
6) Sauradara perempuan yang seibu-sebapa
7) Saudar perempuan yang sebapak.
8) Saudara perempuan yang seibu.
9) Istri
10) Perempuan yang memerdekakan mayat.
Jika 10 orang di atas ada semua, maka yang mendapatkan waris dari mereka
hanya 5 orang,yaitu:
a) Istri
b) Anak perempuan
c) Anak perempuan dari anak laki-laki
d) Ibu
e) Saudara perempuan yang seibu dan sebapa
2.7 Sebab-sebab Tidak Mendapat Waris
Ada beberapa sebab yang menghalangi orang-orang yang seharusnya
mendapat waris dari keluarga mereka yang meninggal dunia:
1. Hamba
 Seorang hamba tidak mendapat waris dari sekalian kelurganya yang
meninggal dunia selama dia masih bersifat hamba.
2. Pembunuh
 Orang yang membunuh keluarganya tidak mendapat waris dari
keluarganya yang dibunuhnya itu.
8
3. Murtad
 Orang yang keluar dari agama Islam tidak mendapatkan harta waris dari
keluarganya yang masih memeluk agama Islam, dan sebaliknya
keluarganya yang masih memeluk agama Islam tidak dapat mewarisi
hartanya.
4. Berbeda agama
 Orang yang tidak memeluk agama Islam (kafir yang berupa apapun
kekafirannya)tidak berhak menerima waris dari keluarganya yang
memeluk agama islam. Begitu pula sebaliknya.
2.8 Furuhul Muaddarah (ketentuan kadar masing-masing)
2.8.1 Yang mendapat setengah harta
1) Anak perempuan apabila ia hanya sendiri tidak bersama saudaranya
2) Anak perempuan dari anak laki-laki, apabila tidak ada anak perempuan.
3) Saudara perempuan yang seibu-sebapa atau sebapa saja, apabila saudara
perempuan seibu-sebapa tidak ada dan ia hanya seorang saja.
4) Suami, apabila istrinya yang meninggal dunia itu tidak memiliki dan tidak
pula ada anak dari anak laik-laki, baik laki-laki maupun perempuan.
2.8.2 Yang mendapat seperempat harta
1) Suami, apabila istri yang meninggal itu memiliki anak, baik anak laki-laki
maupun perempuan atau meninggalkan anak dari anak laki-laki, baik laki-
laki maupun perempuan.
2) Istri, baik istri seorang atau berbilang, mendapat seperempat dari harta
peninggalan suami, jika suami tidak meninggalkan anak (baik anak laki-
laki maupun perempuan) dan tidak pula anak dari anak laki-laki (baik laki-
laki maupun perempuan). Maka sekiranya istri itu berbilang, seperempat
itu dibagi rata antara mereka.
2.8.3 Yang mendapat seperdelapan harta
Istri, baik satu ataupun berbilang, mendapat pusaka dari suaminya seperdelapan
dari harta kalau suaminya yang meninggal dunia itu ada meninggalkan anak, baik
9
anak laki-laki maupun anak perempuan, atau anak dari anak laki-laki, juga baik
laki-laki maupun perempuan.
2.8.4 Yang mendapat dua pertiga
1) Dua orang anak perempuan atau lebih, dengan syarat apabila tidak ada
anak laki-laki, berarti apabila anak perempuan berbilang sedangkan anak
laki-laki tidak ada, maka mereka mendapat dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan oleh bapak mereka.
2) Untuk dua orang anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki, apabila
anak perempuan tidak ada, berarti anak perempuan dari anak laki-laki
kalau berbilang sedang anak perempuan tidak ada mereka mendapat
pusaka dari datuk mereka sebanyak dua pertiga dari harta, beralasan qias,
yaitu diqiaskan dengan anak perempuan karena hukum cucu (anak dari
anak laki-laki) dalam beberapa perkara, seperti hukum anak sejati.
3) Orang yang mendapat bagian dua pertiga juga ialah saudara perempuan
yang seibu-sebapak apabila berbilang (dua atau lebih).
4) Untuk saudara perempuan yang sebapak dua orang atau lebih
mendapatkan dua pertiga bagian.
2.8.5 Yang mendapat sepertiga
1) Mendapat sepertiga dari harta apabila yang meninggal tidak meninggalkan
anak atau cucu (anak dari anak laki-laki), dan tidak pula meninggalkan dua
orang saudara, baik laki-laki maupun perempuan, baik seibu-sebapak,
ataupun sebapak saja, atau seibu saja.
2) Yang mendapat sepertiga harta juga ialah dua orang saudara atau lebih dari
saudara yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan.
2.8.6 Yang mendapat seperenam
1) Ibu mendapat seperenam dari harta yang ditinggalkan oleh anaknya
apabila ia beserta anak, beserta anak dari anak laki-laki, atau beserta dua
saudara atau lebih, baik saudara laki-laki ataupun saudara perempuan,
seibu-sebapak, sebapak saja, atau seibu saja.
10
2) Bapak si mayat mendapat seperenam dari harta apabila yang meninggal
mempunyai anak atau anak dari anak laki-laki.
3) Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak) mendapat seperenam dari harta
kalau ibu tidak ada.
4) Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki, berarti anak perempuan dari
anak laki-laki, mendapat seperenam dari harta, baik sendiri atau berbilang,
apabila bersama-sama seorang anak perempuan. Tetapi apabila anak
perempuan berbilang, maka cucu perempuan tadi tidak mendapat pusaka.
5) Datuk (bapak dari bapak) mendapat pusaka seperenam harta apabila
beserta anak atau anak dari anak laki-laki, sedangkan bapak tidak ada.
6) Untuk seorang saudara yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan.
7) Saudara perempuan yang sebapak saja, baik sendiri atau berbilang, apabila
beserta saudara perempuan yang seibu-sebapak. Adapun apabila berbilang
saudara seibu-sebapak (dua atau lebih), maka saudara sebapak tidak
mendapat pusaka.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mawaris adalah ilmu yang membicrakan tentang cara-cara pembagian
harta waris.Ilmu mawarisdisebut juga ilmu faraid. Harta waris ialah harta
peninggalan orangmati. Di dalam islam, harta waris disebut juga tirkah yang
berartipeninggalan atau harta yang ditinggal mati oleh pemiliknya. Di
kalangan tertentu, harta waris disebut juga harta pusaka.Banyak terjadi
fitnahberkenaan dengan harta waris.Terkadang hubungan persaudaraan dapat
terputuskarena terjadi persengketaan dalam pembagian harta tersebut. Islam
hadir memberi petunjuk cara pembagian harta waris. Diharapkan dengan petunjuk
itu manusia akan terhindar dari pertikaian sesama ahli waris
Rukun-rukun kewarisan ada 3 yaitu :
 Muwarrits (Pewaris)
 Warits (Ahli waris)
 Mauruts (harta waris)
Syarat-syarat kewarisan ada 3 juga yaitu :
 Meninggalnya seseorang(pewaris) baik secara hakiki maupun secara
hukum (misalnya di anggap telah meninggal).
 Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris
meninggal dunia.
 Seluruh ahli waris diketahui secara pasti,termasuk jumlah bagian masing-
masing.
Hal yang perlu diperhatikan apabila kita seorang muslim mengetahui
pertalian darah,hak dan pembagiannya ketika kita mendapat warisan dari orang
tua maupun orang lain.
12
3.2 Saran
Bagi pembaca setelah membaca makalah ini di harapkan lebih memahami
mawaris dalam kehidupan keluarga maupun orang lain sesuai sesuai dengan
ajaran islam dimana hukum memahami mawaris adalah fardhu kifayah.
13
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad ali ash-shabuni,pembagian waris menurutislam,gema insani :jakrta
Moh. Muhibbin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Sinar Grafika. 2009,hlm 60
Otje Salman S. dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, (PT Refika Aditama:
Bandung),
14
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mawaris...............................................................................3
2.2 Tujuan Mawaris ....................................................................................3
2.3 Rukun Mawaris.....................................................................................4
2.4 Syarat-syarat Kewarisan........................................................................5
2.5 Hak yang Didahulukan Sebelum Pembagian Harta Waris ...................5
2.6 Ahli Waris.............................................................................................6
2.7 Sebab-sebab TIsak Mendapat Waris.....................................................7
2.8 Furuhul Muddarah................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................11
3.2 Saran.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13

More Related Content

What's hot

Soal interaksi makhluk hidup kelas 7
Soal interaksi makhluk hidup kelas 7Soal interaksi makhluk hidup kelas 7
Soal interaksi makhluk hidup kelas 7Nk Yulizar
 
Latihan soal pewarisan sifat
Latihan soal pewarisan sifatLatihan soal pewarisan sifat
Latihan soal pewarisan sifatMulyani Fatimah
 
Soal kelas iii
Soal kelas iiiSoal kelas iii
Soal kelas iiiDeby Adena
 
SOAL MATEMATIKA SD OSN 2016
SOAL MATEMATIKA SD OSN 2016SOAL MATEMATIKA SD OSN 2016
SOAL MATEMATIKA SD OSN 2016MJUNAEDI1961
 
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi HewanSoal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi HewanRizal EnsyaMada
 
Bab 10 sistem reproduksi
Bab 10 sistem reproduksiBab 10 sistem reproduksi
Bab 10 sistem reproduksiKevin Simbolon
 
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)Raden Iqrafia Ashna
 
Matematika refleksi
Matematika refleksi Matematika refleksi
Matematika refleksi sartikot
 
Laporan praktikum regenerasi
Laporan praktikum regenerasiLaporan praktikum regenerasi
Laporan praktikum regenerasiENCIK ROSIANA
 
Bacaan siswa mekanisme transpor pada membran
Bacaan siswa mekanisme transpor pada membranBacaan siswa mekanisme transpor pada membran
Bacaan siswa mekanisme transpor pada membranHarsidi Side
 
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannyaLaporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannyaMaedy Ripani
 
Ajaran Syiah
Ajaran SyiahAjaran Syiah
Ajaran Syiahaswajanu
 

What's hot (20)

Soal interaksi makhluk hidup kelas 7
Soal interaksi makhluk hidup kelas 7Soal interaksi makhluk hidup kelas 7
Soal interaksi makhluk hidup kelas 7
 
Evolusi manusia
Evolusi manusiaEvolusi manusia
Evolusi manusia
 
Latihan soal pewarisan sifat
Latihan soal pewarisan sifatLatihan soal pewarisan sifat
Latihan soal pewarisan sifat
 
Soal kelas iii
Soal kelas iiiSoal kelas iii
Soal kelas iii
 
SOAL MATEMATIKA SD OSN 2016
SOAL MATEMATIKA SD OSN 2016SOAL MATEMATIKA SD OSN 2016
SOAL MATEMATIKA SD OSN 2016
 
Hiperbola
HiperbolaHiperbola
Hiperbola
 
Anatomi daun
Anatomi daunAnatomi daun
Anatomi daun
 
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi HewanSoal dan jawaban Fisiologi Hewan
Soal dan jawaban Fisiologi Hewan
 
Bab 10 sistem reproduksi
Bab 10 sistem reproduksiBab 10 sistem reproduksi
Bab 10 sistem reproduksi
 
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
Filum mollusca kelas Amphineura-Gastropoda (bahan ajar4)
 
Matematika refleksi
Matematika refleksi Matematika refleksi
Matematika refleksi
 
Filum Arthropoda Biologi
Filum Arthropoda BiologiFilum Arthropoda Biologi
Filum Arthropoda Biologi
 
Laporan praktikum regenerasi
Laporan praktikum regenerasiLaporan praktikum regenerasi
Laporan praktikum regenerasi
 
Bacaan siswa mekanisme transpor pada membran
Bacaan siswa mekanisme transpor pada membranBacaan siswa mekanisme transpor pada membran
Bacaan siswa mekanisme transpor pada membran
 
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannyaLaporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
Laporan praktikum 1 daun tunggal dan bagian bagiannya
 
Bab 3 Sistem Gerak
Bab 3  Sistem  GerakBab 3  Sistem  Gerak
Bab 3 Sistem Gerak
 
Ajaran Syiah
Ajaran SyiahAjaran Syiah
Ajaran Syiah
 
Porifera
PoriferaPorifera
Porifera
 
19. Soal-soal Matriks
19. Soal-soal Matriks19. Soal-soal Matriks
19. Soal-soal Matriks
 
Sumber Bukti Taksonomi
Sumber Bukti TaksonomiSumber Bukti Taksonomi
Sumber Bukti Taksonomi
 

Similar to Makalah mawaris

KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptx
KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptxKEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptx
KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptxMohammadSyaifudin2
 
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptx
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptxBAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptx
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptxssuserc8b95b
 
Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1ezz_ally
 
Hukum Warisan(Faraid) Dalam Islam
Hukum Warisan(Faraid) Dalam IslamHukum Warisan(Faraid) Dalam Islam
Hukum Warisan(Faraid) Dalam IslamIlliyin Studio
 
Hukum Waris.pptx
Hukum Waris.pptxHukum Waris.pptx
Hukum Waris.pptxgesang2
 
Ilmu faraidh mawaris - baha
Ilmu faraidh   mawaris - bahaIlmu faraidh   mawaris - baha
Ilmu faraidh mawaris - bahaEncep Bahauddin
 
Pemda Waris POWER Point Agt 2015.pptx
Pemda Waris POWER Point Agt 2015.pptxPemda Waris POWER Point Agt 2015.pptx
Pemda Waris POWER Point Agt 2015.pptxbagianhukumkabupaten2
 
BUKU DARAS FIQH MAWARIS
BUKU DARAS FIQH MAWARISBUKU DARAS FIQH MAWARIS
BUKU DARAS FIQH MAWARISIkhsan Samba
 
179336972 mawaris-2-ppt
179336972 mawaris-2-ppt179336972 mawaris-2-ppt
179336972 mawaris-2-pptAisyiyahDrajat
 
Mawaris [Autosaved].ppt
Mawaris [Autosaved].pptMawaris [Autosaved].ppt
Mawaris [Autosaved].pptAkhinaRomdoni
 

Similar to Makalah mawaris (20)

KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptx
KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptxKEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptx
KEL 7-PPT AGAMA- Ilmu Faroid Pembagian Harta waris dan Ahli Waris.pptx
 
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptx
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptxBAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptx
BAB 3 Menerapkan dan Menerima Hukum Waris.pptx
 
fiqih mawarits.pptx
fiqih mawarits.pptxfiqih mawarits.pptx
fiqih mawarits.pptx
 
Warisan dalam islam
Warisan dalam islamWarisan dalam islam
Warisan dalam islam
 
Fiqih mawaris
Fiqih mawarisFiqih mawaris
Fiqih mawaris
 
Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1Faraaidh kuliah 1
Faraaidh kuliah 1
 
Hukum Warisan(Faraid) Dalam Islam
Hukum Warisan(Faraid) Dalam IslamHukum Warisan(Faraid) Dalam Islam
Hukum Warisan(Faraid) Dalam Islam
 
Hukum Waris.pptx
Hukum Waris.pptxHukum Waris.pptx
Hukum Waris.pptx
 
Ilmu faraidh mawaris - baha
Ilmu faraidh   mawaris - bahaIlmu faraidh   mawaris - baha
Ilmu faraidh mawaris - baha
 
makalah waris
makalah warismakalah waris
makalah waris
 
Pemda Waris POWER Point Agt 2015.pptx
Pemda Waris POWER Point Agt 2015.pptxPemda Waris POWER Point Agt 2015.pptx
Pemda Waris POWER Point Agt 2015.pptx
 
BUKU DARAS FIQH MAWARIS
BUKU DARAS FIQH MAWARISBUKU DARAS FIQH MAWARIS
BUKU DARAS FIQH MAWARIS
 
179336972 mawaris-2-ppt
179336972 mawaris-2-ppt179336972 mawaris-2-ppt
179336972 mawaris-2-ppt
 
Fiqh Mawaris
Fiqh MawarisFiqh Mawaris
Fiqh Mawaris
 
ppt MAWARIS.pptx
ppt MAWARIS.pptxppt MAWARIS.pptx
ppt MAWARIS.pptx
 
Bahan tugas tik 2
Bahan tugas tik 2Bahan tugas tik 2
Bahan tugas tik 2
 
Mawaris [Autosaved].ppt
Mawaris [Autosaved].pptMawaris [Autosaved].ppt
Mawaris [Autosaved].ppt
 
Materi Ke-1.pdf
Materi Ke-1.pdfMateri Ke-1.pdf
Materi Ke-1.pdf
 
pengantar Ilmu mawaris
pengantar  Ilmu mawaris pengantar  Ilmu mawaris
pengantar Ilmu mawaris
 
MAWARIS
MAWARISMAWARIS
MAWARIS
 

Makalah mawaris

  • 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mawaris memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab mawaris pada jaman arab jahiliyah sebelum islam datang membagi harta warisan kepada orang laki-laki dewasa sedangkan kaum perempuan dan anak-anak yang belum dewasa tidak mendapat bagian. Mawaris adalah ilmu yang membicrakan tentang cara-cara pembagian harta waris.Ilmu mawaris disebut juga ilmu faraid. Harta waris ialah harta peninggalan orang mati. Di dalam islam, harta waris disebut juga tirkah yang berarti peninggalan atau harta yang ditinggal mati oleh pemiliknya. Dikalangan tertentu, harta waris disebut juga harta pusaka. Banyak terjadi fitnah berkenaan dengan harta waris.Terkadang hubungan persaudaraan dapat terputus karena terjadi persengketaan dalam pembagian harta tersebut. Islam hadir memberi petunjuk cara pembagian harta waris. Diharapkan dengan petunjuk itu manusia akan terhindar dari pertikaian sesama ahli waris. Menurut istilah yang dikenal para ulama ialah, berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yangditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik yang legal secara syar’i. Para ulama berpendapat bahwa mempelajari dan mengajarkan fiqih mawaris adalah wajib kifayah.Dalam artian apabila telah ada sebagian orang yang melakukannya (memenuhinya) maka dapat menggugurkan kewajiban semua orang.Tetapi apabila tidak ada seorang pun yang melaksanakan kewajiban tersebut, maka semua orang menanggung dosa. Jadi, pada makalah kali ini kami akan menguraikan mengenai mawaris dan hal apa saja yang ada di dalam mawaris.
  • 2. 2 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud mawaris? 2. Tujuan mawaris? 3. Apa saja rukun- rukun kewarisan ? 4. Apa saja syarat-syarat kewarisan ? 5. Siapa yang berhak mendapatkan mawaris? 6. Bagaimana cara pembagian mawaris? 1.3 Tujuan Makalah 1. Dapat mengetahui paying dimaksud dengan mawaris 2. Dapat mengetahui Tujuan mawaris 3. Dapat mengetahui Apa saja rukun- rukun kewarisan 4. Dapat mengetahui Apa saja syarat-syarat kewarisan 5. Dapat mengetahui Siapa yang berhak mendapatkan mawaris 6. Dapat mengetahui Bagaimana cara pembagian mawaris
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Mawaris Secara etimologis Mawaris adalah bentuk jamak dari kata miras (‫,)موارث‬ yang merupakan mashdar (infinitif) dari kata : warasa – yarisu – irsan – mirasan. Maknanya menurut bahasa adalah ; berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain, atau dari suatu kaum kepada kaum lain. Sedangkan, Mawaris menurut istilah yang dikenal para ulama ialah, berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik yang legal secara syar’i. Jadi yang dimaksudkan dengan mawaris dalam hukum Islam adalah pemindahan hak milik dari seseorang yang telah meninggal kepada ahli waris yang masih hidup sesuai dengan ketentuan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 180. Firman Allah swt: “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda- tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” 2.2 Tujuan Mawaris Adapun tujuan kewarisan dalam Islam dapat kita rumuskan sebagai berikut : 1. Penetapan bagian-bagian warisan dan yang berhak menerima secara rinci dan jelas, bertujuan agar tidak terjadinya perselisihan dan pertikan antara ahli waris. Karena dengan ketentuan-ketentuan tersebut, masing-masing ahli waris harus mengikuti ketentuan syariat dan tidak bisa mengikuti kehendak dan keinginan masing-masing.
  • 4. 4 2. Baik laki-laki maupun perempuan mendapat bagian warisan (yang pada masa jahiliyah hanya laki-laki yang berhak) sebagai upaya mewujudkan pembagian kewarisan yang berkeadilan berimbang. Dalam artian masing-masing berhak menerima warisan sesuai dengan porposi beban dan tanggung jawabnya. 2.3 Rukun mawaris Yang menjadi rukun waris mewaris ada 3 yaitu : 1. Al-Muwarrits (‫ث‬ ِّ‫ر‬ َ‫و‬ُ‫م‬‫)ال‬ Al-muarrist (pewaris) adalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta warisan.Bagi seorang pewaris terdapat ketentuan bahwa harta yang yang ditinggalkan miliknya dengan sempurna, baik menurut kenyataan maupun menurut hukum. 2. Al-warits (ahli waris) Orang yang akan menerima harta warisan dari pewaris disebabkan mempunyai hak-hak untuk menerima warisan. Seperti keluarga, namun tidak semua keluarga dari pewaris dinamakan ahli waris.Begitu pula orang yang berhak menerima warisan mungkin saja diluar ahli waris. 3. Harta warits (‫وث‬ُ‫ر‬ ْ‫و‬َ‫م‬‫)ال‬ Menurut hukum islam, mauruts (harta waris) adalah harta benda yang ditinggalkan oleh si mati yang akan di warisi oleh para ahli waris setelah diambil untuk biaya-biaya perawatan, melunasi hutang dan melaksanakan wasiat. Harta peninggalan ini oleh para faradhiyun di sebut juga dengan tirkah yaitu semua yang menjadi milik seseorang, baik berupa harta benda maupun hak-hak kebendaan yang diwarisi oleh ahli warisnya setelah ia meninggal dunia. Jadi, hak- hak kewarisan bukan hanya berupa harta benda akan tetapi juga menyangkut harta yang tidak berupa harta benda yang dapat berpindah kepadam ahli warisnya. Seperti hak-hak menarik hasil dari sumber air, benda-benda yang digadaikan oleh pewaris (orang yang meninggal dunia), termasuk benda-benda yang sudah dibeli oleh pewaris yang bendanya belum diterima.
  • 5. 5 2.4 Syarat-syarat Kewarisan Syarat-syarat kewarisan juga ada 3 yaitu : 1. Meninggalnya seseorang(pewaris) baik secara hakiki maupun secara hukum(misalnya di anggap telah meninggal). 2. Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris meninggal dunia. 3. Seluruh ahli waris di ketahui secara pasti, termasuk jumlah bagian masing- masing. 2.5 Hak yang didahulukan sebelum pembagian harta waris Yang didahulukan sebelum pembagian harta waris kepada ahli waris adalah: 1. Zakat dan sewanya  Hak ini hendaklah diambil lebih dahulu dari jumlah harta sebelum dibagi- bagi kepada ahli waris 2. Perlengkapan mengurus mayat  Belanja untuk mengurus mayat, seperti harga kafan,upah mengali tanha kubur,dan sebagainya. Sesudah diselesaikan hak yang pertama tadi, baru sisanya dipergunakan untuk mengurus mayat. 3. Hutang  Kalau mayat meninggalkan utang, utang itu hendaklah dibayar dari harta peninggalannya sebelum dibagi untuk ahli waris. 4. Wasiat  Apabila mayat mempunyai wasiat yang banyaknya tidak lebih dari sepertiga harta peninggalannya, wasiat itu hendaklah dibayar dari harta peninggalannya sebelum dibagi. 5. Sesudah semua hak terlaksanakan barulah harta dibagikan sesuai dengan yang sudah Allah tentukan dalam Al-Quran.
  • 6. 6 2.6 Ahli waris Orang – orang yang boleh (mungkin) mendapat waris dari seseorang yang telah meninggal dunia ada 25 orang. 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 orang dari pihak perempuan. 2.6.1 Dari pihak laki-laki 1) Anak laki-laki dari yang meninggal. 2) Anak laki-laki dari anak laki-laki(cucu) dari pihak anak laki-laki, dan terus ke bawah asal pertaliannya masih terus laki-laki. 3) Bapak dari yang meninggal. 4) Datuk (kakek) dari pihak bapak, dan terus ke atas pertalian yang belum diputus dari pihak bapak. 5) Saudara laki-laki seibu sebapa. 6) Saudara laki-laki sebapak saja 7) Saudara laki-laki seibu saja 8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu-sebapak 9) Anak laki-laki dari saudar laki-laki yang sebapak saja. 10) Saudara laki-laki bapak(paman) dari pihak bapak yang seibu-sebapak 11) Saudara laki-laki yang sebapak saja. 12) Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu-sebapak 13) Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki(paman) yang sebapa saja 14) Suami 15) Laki-laki yang memerdekakan mayat. Jika 15 orang di atas ada semua, maka yang mendapatkan waris dari mereka hanya 3 orang,yaitu: a) Bapak b) Anak laki-laki c) Suami
  • 7. 7 2.6.2 Dari pihak perempuan 1) Anak perempuan 2) Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah, asal pertaliannya dengan yang meninggal masih terus laki-laki. 3) Ibu 4) Ibu dari bapak 5) Ibu dari ibu terus ke atas pihak ibu sebelum berselang laki-laki 6) Sauradara perempuan yang seibu-sebapa 7) Saudar perempuan yang sebapak. 8) Saudara perempuan yang seibu. 9) Istri 10) Perempuan yang memerdekakan mayat. Jika 10 orang di atas ada semua, maka yang mendapatkan waris dari mereka hanya 5 orang,yaitu: a) Istri b) Anak perempuan c) Anak perempuan dari anak laki-laki d) Ibu e) Saudara perempuan yang seibu dan sebapa 2.7 Sebab-sebab Tidak Mendapat Waris Ada beberapa sebab yang menghalangi orang-orang yang seharusnya mendapat waris dari keluarga mereka yang meninggal dunia: 1. Hamba  Seorang hamba tidak mendapat waris dari sekalian kelurganya yang meninggal dunia selama dia masih bersifat hamba. 2. Pembunuh  Orang yang membunuh keluarganya tidak mendapat waris dari keluarganya yang dibunuhnya itu.
  • 8. 8 3. Murtad  Orang yang keluar dari agama Islam tidak mendapatkan harta waris dari keluarganya yang masih memeluk agama Islam, dan sebaliknya keluarganya yang masih memeluk agama Islam tidak dapat mewarisi hartanya. 4. Berbeda agama  Orang yang tidak memeluk agama Islam (kafir yang berupa apapun kekafirannya)tidak berhak menerima waris dari keluarganya yang memeluk agama islam. Begitu pula sebaliknya. 2.8 Furuhul Muaddarah (ketentuan kadar masing-masing) 2.8.1 Yang mendapat setengah harta 1) Anak perempuan apabila ia hanya sendiri tidak bersama saudaranya 2) Anak perempuan dari anak laki-laki, apabila tidak ada anak perempuan. 3) Saudara perempuan yang seibu-sebapa atau sebapa saja, apabila saudara perempuan seibu-sebapa tidak ada dan ia hanya seorang saja. 4) Suami, apabila istrinya yang meninggal dunia itu tidak memiliki dan tidak pula ada anak dari anak laik-laki, baik laki-laki maupun perempuan. 2.8.2 Yang mendapat seperempat harta 1) Suami, apabila istri yang meninggal itu memiliki anak, baik anak laki-laki maupun perempuan atau meninggalkan anak dari anak laki-laki, baik laki- laki maupun perempuan. 2) Istri, baik istri seorang atau berbilang, mendapat seperempat dari harta peninggalan suami, jika suami tidak meninggalkan anak (baik anak laki- laki maupun perempuan) dan tidak pula anak dari anak laki-laki (baik laki- laki maupun perempuan). Maka sekiranya istri itu berbilang, seperempat itu dibagi rata antara mereka. 2.8.3 Yang mendapat seperdelapan harta Istri, baik satu ataupun berbilang, mendapat pusaka dari suaminya seperdelapan dari harta kalau suaminya yang meninggal dunia itu ada meninggalkan anak, baik
  • 9. 9 anak laki-laki maupun anak perempuan, atau anak dari anak laki-laki, juga baik laki-laki maupun perempuan. 2.8.4 Yang mendapat dua pertiga 1) Dua orang anak perempuan atau lebih, dengan syarat apabila tidak ada anak laki-laki, berarti apabila anak perempuan berbilang sedangkan anak laki-laki tidak ada, maka mereka mendapat dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh bapak mereka. 2) Untuk dua orang anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki, apabila anak perempuan tidak ada, berarti anak perempuan dari anak laki-laki kalau berbilang sedang anak perempuan tidak ada mereka mendapat pusaka dari datuk mereka sebanyak dua pertiga dari harta, beralasan qias, yaitu diqiaskan dengan anak perempuan karena hukum cucu (anak dari anak laki-laki) dalam beberapa perkara, seperti hukum anak sejati. 3) Orang yang mendapat bagian dua pertiga juga ialah saudara perempuan yang seibu-sebapak apabila berbilang (dua atau lebih). 4) Untuk saudara perempuan yang sebapak dua orang atau lebih mendapatkan dua pertiga bagian. 2.8.5 Yang mendapat sepertiga 1) Mendapat sepertiga dari harta apabila yang meninggal tidak meninggalkan anak atau cucu (anak dari anak laki-laki), dan tidak pula meninggalkan dua orang saudara, baik laki-laki maupun perempuan, baik seibu-sebapak, ataupun sebapak saja, atau seibu saja. 2) Yang mendapat sepertiga harta juga ialah dua orang saudara atau lebih dari saudara yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan. 2.8.6 Yang mendapat seperenam 1) Ibu mendapat seperenam dari harta yang ditinggalkan oleh anaknya apabila ia beserta anak, beserta anak dari anak laki-laki, atau beserta dua saudara atau lebih, baik saudara laki-laki ataupun saudara perempuan, seibu-sebapak, sebapak saja, atau seibu saja.
  • 10. 10 2) Bapak si mayat mendapat seperenam dari harta apabila yang meninggal mempunyai anak atau anak dari anak laki-laki. 3) Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak) mendapat seperenam dari harta kalau ibu tidak ada. 4) Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki, berarti anak perempuan dari anak laki-laki, mendapat seperenam dari harta, baik sendiri atau berbilang, apabila bersama-sama seorang anak perempuan. Tetapi apabila anak perempuan berbilang, maka cucu perempuan tadi tidak mendapat pusaka. 5) Datuk (bapak dari bapak) mendapat pusaka seperenam harta apabila beserta anak atau anak dari anak laki-laki, sedangkan bapak tidak ada. 6) Untuk seorang saudara yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan. 7) Saudara perempuan yang sebapak saja, baik sendiri atau berbilang, apabila beserta saudara perempuan yang seibu-sebapak. Adapun apabila berbilang saudara seibu-sebapak (dua atau lebih), maka saudara sebapak tidak mendapat pusaka.
  • 11. 11 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Mawaris adalah ilmu yang membicrakan tentang cara-cara pembagian harta waris.Ilmu mawarisdisebut juga ilmu faraid. Harta waris ialah harta peninggalan orangmati. Di dalam islam, harta waris disebut juga tirkah yang berartipeninggalan atau harta yang ditinggal mati oleh pemiliknya. Di kalangan tertentu, harta waris disebut juga harta pusaka.Banyak terjadi fitnahberkenaan dengan harta waris.Terkadang hubungan persaudaraan dapat terputuskarena terjadi persengketaan dalam pembagian harta tersebut. Islam hadir memberi petunjuk cara pembagian harta waris. Diharapkan dengan petunjuk itu manusia akan terhindar dari pertikaian sesama ahli waris Rukun-rukun kewarisan ada 3 yaitu :  Muwarrits (Pewaris)  Warits (Ahli waris)  Mauruts (harta waris) Syarat-syarat kewarisan ada 3 juga yaitu :  Meninggalnya seseorang(pewaris) baik secara hakiki maupun secara hukum (misalnya di anggap telah meninggal).  Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris meninggal dunia.  Seluruh ahli waris diketahui secara pasti,termasuk jumlah bagian masing- masing. Hal yang perlu diperhatikan apabila kita seorang muslim mengetahui pertalian darah,hak dan pembagiannya ketika kita mendapat warisan dari orang tua maupun orang lain.
  • 12. 12 3.2 Saran Bagi pembaca setelah membaca makalah ini di harapkan lebih memahami mawaris dalam kehidupan keluarga maupun orang lain sesuai sesuai dengan ajaran islam dimana hukum memahami mawaris adalah fardhu kifayah.
  • 13. 13 DAFTAR PUSTAKA Muhammad ali ash-shabuni,pembagian waris menurutislam,gema insani :jakrta Moh. Muhibbin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Sinar Grafika. 2009,hlm 60 Otje Salman S. dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, (PT Refika Aditama: Bandung),
  • 14. 14 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................i DAFTAR ISI....................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2 1.3 Tujuan Makalah....................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Mawaris...............................................................................3 2.2 Tujuan Mawaris ....................................................................................3 2.3 Rukun Mawaris.....................................................................................4 2.4 Syarat-syarat Kewarisan........................................................................5 2.5 Hak yang Didahulukan Sebelum Pembagian Harta Waris ...................5 2.6 Ahli Waris.............................................................................................6 2.7 Sebab-sebab TIsak Mendapat Waris.....................................................7 2.8 Furuhul Muddarah................................................................................8 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan............................................................................................11 3.2 Saran.....................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13