Program intervensi keperawatan berbasis model konseptual Levine dapat meningkatkan pemulihan pasien fraktur dengan cara:
1. Meningkatkan kualitas tidur, mengurangi nyeri dan kecemasan, serta meningkatkan dukungan keluarga melalui teknik relaksasi, pendidikan kesehatan.
2. Menganalisis pengaruh program tersebut terhadap pemulihan fraktur dengan mengukur variabel kualitas tidur, nyeri, kecemasan, dukungan kelu
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
PEMULIHAN
1. PROSES PEMBUATAN PROPOSAL PENELITIAN, HASIL PENELITIAN
KOMPREHENSIF PENELITIAN, SAMPAI DENGAN PEMBUATAN
Henrianto Karolus Siregar
JURNAL PENELITIAN (JOURNAL RESEARCH).
JUDUL PENELITIAN:
PENGARUH PROGRAM INTERVENSI KEPERAWATAN BERBASIS MODEL
KONSEPTUAL LEVINE TERHADAP PEMULIHAN PASIEN FRAKTUR DI RSUP H.
ADAM MALIK MEDAN.
2. TAHAP-TAHAP PEMBUATAN PROPOSAL PENELITIAN:
3. PEMBUATAN BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.
PROPOSAL PENELITIAN
4. PEMBUATAN BAB 3 METODE PENELITIAN.
1. PENGAJUAN JUDUL PENELITIAN.
2. PEMBUATAN BAB 1 PENDAHULUAN.
3. 1. Latar Belakang
2. Perumusan Masalah
Pembuatan Bab 1 Pendahuluan Terdiri Dari Beberapa Tahap:
3. Tujuan Penelitian:
a. Tujuan umum.
b. Tujuan khusus.
4. Hipotesis
5. Manfaat Penelitian :
a. Manfaat Bagi Pendidikan Keperawatan
b. Manfaat Bagi Pelayanan Keperawatan.
c. Manfaat Bagi Penelitian Keperawatan.
4. 1. Konsep Keperawatan.
Pembuatan Bab 2 Tinjauan Pustaka Terdiri Dari Beberapa Tahap:
2. Kerangka Teori Keperawatan.
3. Kerangka Konseptual Penelitian.
Pembuatan Bab 3 Metode Penelitian Terdiri Dari Beberapa Tahap:
1. Jenis Penelitian
2. Metode Pengumpulan Data
3. Kerangka Operasional Penelitian
4. Pertimbangan Etik
5. BAB 1
PENDAHULUAN
5,6 juta orang meninggal disebabkan karena kecelakaan
1,3 juta orang mengalamai kecacatan fisik secara permanen
60 juta penduduk Amerika Serikat mengalami trauma berat
50 % akan memerlukan perawatan di rumah sakit.
(Data WHO, 2011).
• Fraktur
Di Indonesia bahwa kejadian fraktur
mengakibatkan kegiatan sehari-hari terganggu
yaitu:
Tahun 2013 mengalami fraktur 8,2 %
Tahun 2018 megalami fraktur 9,2%.
(Riskesdas, 2018)
Prevalensi kejadian fraktur di Sumatera Utara
terdapat 864 orang yaitu:
Fraktur ekstremitas bawah sebanyak 549 orang
(63,5%)
Fraktur ekstremitas atas sebanyak 250 orang
(28,9%)
Fraktur panggul sebanyak 39 orang (4,5%)
Fraktur tulang belakang sebanyak 26 orang
(3,1%).
(Moesbar, 2013).
Prevalensi Fraktur di RSUP H. Adam Malik Sebanyak 428
orang yaitu :
Fraktur tulang anggota gerak lainnya sebanyak 158 orang
Fraktur tulang muka dan tengkorak sebanyak 147 orang
Fraktur paha sebanyak 76 orang
Fraktur leher dan thoraks sebanyak 35 orang
Disklokasi sebanyak 9 orang
Fraktur meliputi daerah badan multipel sebanyak 3 orang.
(Rekam Medis RSUP H. Adam Malik Medan, 2018).
6. Fraktur tersebut dapat menyebabkan perubahan yang signifikan pada
hidup seseorang sehingga mengalami pembatasan aktivitas, kecacatan, dan
kehilangan kemandirian. Maka harus segera dilakukan pemulihan fraktur.
• (Black & Hawks, 2014).
Pemulihan fraktur merupakan suatu tahap proses penyembuhan fraktur
yang akan dimulai sejak terjadinya proses fraktur sebagai usaha tubuh untuk
dapat memperbaiki kerusakan yang dialami oleh tubuh. Pemulihan akibat
trauma sangat membutuhkan waktu pemulihan yang berbeda-beda.
• (Whiteing, 2008).
7. (Einhorn &
Gerstenfeld,
2015).
• Pemulihan fraktur tergantung pada faktor usia dimana semakin tua usia seseorang
maka semakin lama proses pemulihan fraktur tersebut.
(Potter,
Perry,
Stockert, &
Hall, 2016).
• Pasien fraktur sering mengalami perubahan baik secara fisik maupun perubahan dari
psikologisnya.
(Alexiou,
Roushias,
Varitimidis,
& Malizos,
2018).
• Perubahan psikologis yang dialami akibat fraktur adalah depresi yang dapat
meningkatkan intensitas nyeri dan stres emosional. Hal ini dapat menghambat
pemulihan pasien fraktur.
(Corrarino,
2015).
• Faktor yang dapat mempengaruhi pemulihan fraktur yaitu tingkat pemindahan,
stabilitas mekanik, integritas tulang, infeksi, usia, status nutrisi, dan komplikasi
penyakit.
8. Pemulihan
Fraktur
Prevalensi pemulihan fraktur di Amerika Serikat menyatakan
bahwa sekitar 7,9 juta individu mengalami fraktur yang terjadi
setiap tahun adalah 5-10% mengalami gangguan pemulihan (Buza
& Einhorn, 2016)
Di Swedia terdapat 61 orang
pemulihan fraktur secara normal
dengan waktu pemulihan dalam 17
minggu, 27 orang pemulihan fraktur
yang lambat dengan waktu pemulihan
35 minggu dan 16 orang pemulihan
fraktur abnormal dengan waktu
pemulihan 69 minggu (Karladani et
al., 2001).
Di United Kingdom menyatakan kekuatan fisik individu yang kuat
dapat mempercepat pemulihan fraktur dengan rata-rata 30%
pemulihan dipercepat dalam waktu 12 minggu (Mirhadi, Ashwood, &
Karagkevrekis, 2013).
Hal tersebut dipengaruhi
berbagai faktor yang dirasakan
individu pada saat pengobatan
fraktur.
9. Individu yang mengalami fraktur sering mengalami masalah yang
kompleks seperti kelelahan, gangguan tidur, penurunan tonus otot,
adanya keterbatasan gerak, menurunnya kekuatan otot, nyeri,
keyakinan diri yang rendah, kecemasan, dan lamanya penyembuhan.
Untuk menjaga kemampuan individu dalam melawan rintangan, melakukan
adaptasi yang sesuai, dan menghadapi ketidakmampuan maka digunakan
model konsepetual konservasi Levine.
Model konseptual Levine ini bertujuan untuk dapat memelihara kebutuhan
individu yang akan menggunakan prinsip konservasi yang diharapkan dapat
berperan meningkatkan kemampuan individu melalui intervensi yang dilakukan
(Alligood & Tomey, 2014).
11. (Delmore
, 2006).
• Konservasi energi bertujuan untuk menghindari penggunaan energi yang berlebihan yang dapat
mengakibatkan gangguan tidur.
(Klafke et
al., 2015).
• Konservasi integritas struktural bertujuan untuk melakukan perawatan secara efektif, perawat
berperan sebagai conservator yang mendukung untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien
tersebut.
(Delmore,
2006).
• Konservasi integritas pribadi bertujuan untuk meningkatkan keyakinan diri dan mengurangi
kecemasan yang dirasakan oleh pasien tersebut selama perawatan di rumah sakit.
(Leach,
2006).
• Konservasi integritas sosial bertujuan untuk meningkatkan hubungan individu dengan keluarga, dan
masyarakat agar tercapai hubungan yang baik.
12. Tujuan
umum
• Untuk mengidentifikasi pengaruh program intevensi keperawatan berbasis model
konseptual Levine terhadap pemulihan pasien fraktur di RSUP H. Adam Malik Medan.
Tujuan
khusus
• Mengidentifikasi efektivitas pemulihan fraktur sesudah dilakukan program intervensi
keperawatan berbasis model konseptual Levine terhadap pemulihan pasien fraktur di RSUP
H. Adam Malik Medan.
• Mengidentifikasi efektivitas pemulihan fraktur sesudah dilakukan program intervensi
keperawatan berbasis standar rumah sakit terhadap pemulihan pasien fraktur di RSUP H.
Adam Malik Medan.
• Mengindentifikasi efektivitas pemulihan fraktur dibandingkan program intervensi
keperawatan berbasis model konseptual Levine terhadap pemulihan pasien fraktur di RSUP
H. Adam Malik Medan.
• Mengindentifikasi hubungan pemulihan fraktur dengan program intervensi keperawatan
berbasis model konseptual Levine terhadap pemulihan pasien fraktur di RSUP H. Adam
Malik Medan.
Tujuan Penelitian
13. Hipotesis
• Hipotesis penelitian ini adalah meningkatakan efektifitas pada program intervensi
keperawatan berbasis model konseptual Levine terhadap pemulihan pasien fraktur di RSUP
H. Adam Malik Medan.
Manfaat
Penelitian
• Pendidikan Keperawatan
• Pelayanan Keperawatan
• Penelitian Keperawatan
14. BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Fraktur Konsep Pemulihan Konsep Pemulihan
Fraktur
Konsep Model
Konservasi Levine
Pengertian
Penyebab
Manifestasi klinis
Klasifikasi
Komplikasi
Penatalaksanaan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi fraktur
Pengertian
Mekanisme
Faktor yang
mempengaruhi
pemulihan.
Pengertian
Proses pemulihan
fraktur
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pemulihan fraktur.
Pengertian
Metaparadigma model
konservasi Levine
Teori keperawatan
Intervensi keperawatan
model konservasi Levine
15. Variabel Independen:
Intervensi keperawatan: teknik relaksasi
benson
Intervensi keperawatan: teknik relaksasi
nafas dalam
Intervensi keperawatan: relaksasi otot
progresif
Intervensi keperawaan: pendidikan
kesehatan
Variabel Dependen
Gangguan tidur
Nyeri
Kecemasan
Dukungan keluarga
Faktor Perancu
Umur
Status nutrisi
Komplikasi penyakit
Kerangka Konsep Penelitian
16. BAB 3
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
- Quasi Experiment
- Metode Nonequivalent
Post Test Only Control
Group Design.
Lokasi dan Waktu
Penelitian
- RSUP HAM
- Agustus s/d September
2019
Populasi dan Sampel
- Seluruh pasien Fraktur
yang di rawat di ruang
RB 3 RSUP HAM
- 81 orang
17. Metode Pengumpulan Data
Tahap
persiapan
Tahap
Intervensi
Post test
Informed
Consent
Selama 30 menit,
frekuensi 1 kali
sehari dan interval
waktu selama 3 hari.
Penilaian dilakukan
dengan kuesioner
Questionnaire about
the Process of
Recovery (QPR).
18. Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Independen:
Teknik relaksasi
benson
Teknik relaksasi napas
dalam
Teknik relaksasi otot
progresif
Pendidikan Kesehatan
Suatu tindakan terapi yang
mudah diterapkan dan
berfokus pada bentuk
ekspresi.
Suatu bentuk latihan agar
melakukan teknik relaksasi
napas dalam dengan baik.
Memfasilitasi pelepasan
dan peregangan otot yang
menghasilkan sensasi.
Suatu cara yang
mengembangkan
pengalaman belajar yang
dapat memfasilitasi
perilaku individu.
19. Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Dependen:
Gangguan tidur Suatu kebutuhan mental dan
fisik bagi responden untuk
memberikan kesempatan bagi
otot untuk dapat beristirahat.
Sleep Quality Scale 0-27: kualitas tidur baik
28-55: kualitas tidur cukup
56-84: kualitas tidur buruk
Interval
Nyeri Suatu pengalaman yang
dirasakan baik pengalaman
sensori dan pengalaman
emosional.
Numeric rating scale 0: tidak nyeri
2-3: nyeri ringan
4-6: nyeri sedang
7-10: nyeri berat.
Interval
Kecemasan Perasaan tidak nyaman yang
disertai respon autonom.
Hamilton anxiety
rating scale
0-17: kecemasan ringan
18-24: kecemasan sedang
25-30: kecemasan berat.
Interval
Dukungan keluarga Dukungan keluarga adalah
peningkatan minat, tujuan,
dan nilai-nilai keluarga.
Family support scale 0-15: dukungan keluarga kurang
16-31: dukungan keluarga cukup
32-48: dukungan keluarga baik.
Interval
20. Metode Pengukuran
Instrument
Kuesioner:
Questionnaire about
the Process of
Recovery (QPR), Sleep
Quality Scale (SQS),
Numeric Rating Scale,
Hamilton Anxiety
Rating Scale, dan
Family support scale
Validitas
- Content validity
index (CVI) adalah 0.8.
- Uji valid kepada
3 orang experts
Reliabilitas
-Hasil uji Instrumen
menggunakan
cronbach’s alpha
21. Metode Analisis Data
Pengolahan Data Analisa Univariat Analisa Bivariat
Editing Distribusi Frekuensi Uji Kolmogrov Smirnov.
Coding Persentasi Data Independent T-test
Entry
Cleaning
Prosesing
22. Pertimbangan Etik
Asas Manfaat (Beneficience)
Bebas Dari Kerugian dan Ketidaknyamanan
Bebas Dari Eksploitasi
Asas Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect For Human
Dignity)
Hak untuk memperoleh informasi (the right to full disclosure)
Asas keadilan(justice)
23. 1. Hasil Penelitian
Pembuatan Bab 4 Hasil Penelitian Terdiri Dari Beberapa Tahap:
2. Hasil Analisis Univariat, Bivariat, dan Multivariat
3. Pembahasan Penelitian
Pembuatan Bab 5 Kesimpulan Dan Saran Terdiri Dari Beberapa Tahap:
4. Keterbatasan Penelitian
5. Implikasi Penelitian
1. Kesimpulan
2. Saran
24. BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data Demografi
Responden
Pemulihan Pasien
Fraktur
Analisis Bivariat
Wilcoxon Signed
Rank Test
Analisis bivariat uji
Mann Whitney Test
Analisis Multivariat
regresi logistik
25. Usia Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan
Lama Rawat Pasien
Fraktur
Intervensi 29 67.7 74.2 32.3 45.2
Kontrol 32.3 83.9 77.4 54.8 74.2
Remaja Akhir 29%
Laki-Laki 67.7%
SMA 74.2%
Wiraswasta 32.3%
1 Hari- 1 Minggu 45.2%
Dewasa Awal
32.3%
Laki-Laki
83.9% SMA 77.4%
Wiraswasta
54.8%
1 Hari- 1
Minggu 74.2%
0
20
40
60
80
100
120
Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Karakteristik Demografi Responden pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol (n=62)
ANALISIS UNIVARIAT
26. Gangguan Tidur Nyeri Kecemasan
Dukungan
Keluarga
Pre Intervensi 83.9 74.2 100 77.4
Post Intervensi 74.2 100 96.8 100
Sangat Buruk 83.9%
Sedang 74.2%
Berat 100%
Cukup 77.4%
Sangat Baik 74.2%
Ringan 100%
Sedang 96.8%
Baik 100%
0
20
40
60
80
100
120
Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemulihan Pasien Fraktur pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah diberikan Program Intervensi Keperawatan
Berbasis Model Konseptual Levine (n=62)
27. Gangguan Tidur Nyeri Kecemasan
Dukungan
Keluarga
Pre Kontrol 100 64.5 100 100
Post Kontrol 100 74.2 100 100
Buruk 100%
Ringan 64.5%
Berat 100% Buruk 100%
Buruk 100%
Ringan 74.2%
Berat 100% Buruk 100%
0
20
40
60
80
100
120
Distribusi Frekuensi dan Persentase Pemulihan Pasien Fraktur pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah diberikan Program Intervensi Keperawatan
Berbasis Model Konseptual Levine (n=62)
28. Gangguan Tidur
Kecemasan
Nyeri
Dukungan Keluarga
Nyeri
Dukungan Keluarga
Kecemasan
Gangguan Tidur
AnalisisBivariat(WilcoxonSignedRankTest,)
Intervensi
Kontrol
0.000
0.000
0.000
0.000
0.042
0.083
0.109
0.137
Pengaruh Program Intervensi Keperawatan Berbasis Model Konseptual Levine Terhadap
Pemulihan Pasien Fraktur Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (n=62)
30. Usia
• p= 0.061
Lama rawat
pasien fraktur
• p= 0.064
Tidak ada variabel
interaksi
Analisis Multivariat
(Regresi Logistik)
31. KARAKTERISTIK RESPONDEN
PEMULIHAN PASIEN FRAKTUR
PENGARUH PROGRAM INTERVENSI KEPERAWATAN
BERBASIS MODEL KONSEPTUAL LEVINE TERHADAP
PEMULIHAN PASIEN FRAKTUR PADA KELOMPOK
INTERVENSI DAN KELOMPOK KONTROL
1
2
3
PEMBAHASAN
32. Karakteristik Responden
Hasil penelitian jika dilihat dari usia menunjukkan bahwa responden yang
mengalami fraktur bervariasi antara usia remaja akhir sampai pada usia dewasa awal,
yaitu berkisar antara 17 sampai dengan 35 tahun. Penelitian Liang & Chikritzhs (2016)
menyatakan bahwa pasien yang mengalami fraktur berada pada rentang usia 18 sampai
dengan usia 40 tahun.
Usia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden baik dari kelompok intervensi
maupun kelompok kontrol adalah laki-laki dimana kelompok intervensi sebanyak 21
(67.70%) responden dan kelompok kontrol sebanyak 26 (83.90%) responden. Penelitian
Wang et al. (2013) menyatakan bahwa pasien yang mengalami fraktur lebih banyak pada
laki-laki daripada perempuan.
Jenis Kelamin
Pendidikan
Jika dilihat dari pendidikan terakhir responden, hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden pada kelompok intervensi memiliki jenjang pendidikan SMA
sebanyak 23 (74.20%) responden. Sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas responden
dengan jenjang pendidikan SMA sebanyak 24 (77.40%) responden. Penelitian Lemone,
Burke, & Bauldoff (2016) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk memahami dan mengikuti petunjuk agar dapat hidup sehat.
33. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden baik dari
kelompok intervensi maupun kelompok kontrol bekerja sebagai wiraswasta,
dimana kelompok intervensi sebanyak 10 (32.30%) responden dan kelompok
kontrol sebanyak 17 (54.80%) responden. Penelitian Mock et al. (2005)
menyatakan bahwa responden yang bekerja dan memiliki mobilisasi diluar
rumah akan beresiko terhadap kejadian fraktur.
Jenis
Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas lama rawat pasien
fraktur responden pada kelompok intervensi yaitu 1 hari sampai 1 minggu
sebanyak 14 (45.20%) responden. Sedangkan pada kelompok kontrol
mayoritas lama rawat pasien fraktur yaitu 1 hari sampai 1 minggu sebanyak
23 (74.20%). Lama rawatan rata-rata pasien yang mengalami fraktur 4-7 hari
baik fraktur tertutup maupun fraktur terbuka (Sinukaban & Jemadi, 2014) dan
rata-rata lama rawat pasien fraktur adalah 7-10 hari (Nursalam & Sri, 2011).
Lama Rawat
Pasien Fraktur
34. Pemulihan Pasien Fraktur
• Penelitian Crowley (2011) menyatakan bahwa lebih dari setengah jumlah responden dewasa dengan
riwayat jatuh mengalami masalah gangguan tidur yang meliputi durasi dan kualitas tidur.
• Penelitian Andri, Panzilion & Sutrisno (2019) menyatakan dari 30 orang responden didapatkan hasil
sebanyak 22 orang pasien fraktur mengalami kualitas buruk dan 8 orang memiliki kualitas tidur baik (p
value 0.002).
Gangguan Tidur
• Usia bisa menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nyeri.
• Penelitian ini berbeda dengan yang diungkapkan oleh Boggero et al. (2015) dalam penelitiannya
bahwa mayoritas responden adalah lansia awal dengan usia 46-55 tahun dan memiliki skala nyeri
sedang. Hal ini disebabkan karena nyeri meningkat ketika responden tumbuh menjadi dewasa dan
menurun secara bertahap pada usia lanjut.
Nyeri
35. Pemulihan Pasien Fraktur
• Usia juga bisa menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan. Rata-rata usia
pada kelompok intervensi adalah remaja akhir dengan usia 17-25 tahun dan memiliki kecemasan berat.
Sedangkan rata-rata usia pada kelompok kontrol adalah dewasa awal dengan usia 26-35 tahun dan
memiliki kecemasan berat.
• Penelitian Thomas & D’Silva (2015) menyatakan usia 31 sampai 50 tahun dapat mempengaruhi
tingkat kecemasan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia responden.
Kecemasan
• Penelitian Lin & Lu (2005) menjelaskan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pemulihan fraktur
pada pasien dengan hip fraktur salah satunya adalah dukungan keluarga.
Dukungan Keluarga
36. Pengaruh Program Intervensi Keperawatan Berbasis Model Konseptual
Levine Terhadap Pemulihan Fraktur
Gangguan Tidur
Kelompok Intervensi
Gangguan Tidur
Kelompok Kontrol
0.000 0.042
Pieter (2017).
Rahman, Handayani
& Sholehah (2019)
Muliantino,
Herawati & Masfuri
(2018)
Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang berfungsi untuk mengembalikan
keseimbangan fungsi-fungsi normal tubuh, pengaturan suhu dan cadangan energi yang normal.
Berdasarkan hasil penelitian ini intervensi tersebut memberikan pengaruh terhadap tidur
responden (p value 0.000). Teknik relaksasi Benson dapat meningkatkan kualitas tidur pada
pasien lansia.
Teknik relaksasi Benson dapat meningkatkan durasi tidur pasien dengan penyakit jantung
koroner. Relaksasi Benson dapat meningkatkan kualitas tidur karena dapat menstimulasi
pengeluaran hormon endorphin.
37. Brunner (2010).
Seheno (2010)
Aini & Reskita
(2018)
Pasien fraktur yang mengalami nyeri dapat menggunakan tindakan manajemen nonfarmakologis
salah satu diantaranya adalah teknik relaksasi napas dalam.
Teknik relaksasi napas dalam efektif untuk menurunkan nyeri pasca operasi pasien fraktur.
Sebelum dilakukan tindakan teknik relaksasi napas dalam pasien fraktur mengalami nyeri sedang,
sedangkan setelah dilakukan tindakan teknik relaksasi napas dalam pasien fraktur mengalami
nyeri ringan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi napas dalam efektif dalam
menurunkan nyeri pada pasien fraktur.
Nyeri
Kelompok Intervensi
Nyeri
Kelompok Kontrol
0.000 0.083
38. Stuart & Laraia,
(2005).
Astuti & Ruhyana
(2015)
Zhao et al. (2012)
Kecemasan merupakan respon atau perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak bisa
dibenarkan sehingga sering dijumpai dengan gejala gelisah, takut, dan berupa rasa sakit pada
tulang dan otot.
Teknik relaksasi otot progresif dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
yang mengalami fraktur.
Teknik relaksasi otot progresif dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan yang dapat
menekan saraf simpatis dan menekan rasa tegang yang dialami oleh responden secara timbal balik
sehingga akan timbul counter conditioning (penghilang) rasa tegang.
Kecemasan
Kelompok Intervensi
Kecemasan
Kelompok Kontrol
0.000 0.109
39. Friedman, Browden,
& Jones, (2010).
Wijayanto & Abdullah
(2015).
Dukungan keluarga ini dapat berupa orientasi tugas yang dapat diberikan untuk keluarga, teman,
bahkan tetangga sekalipun.
Berdasarkan hasil penelitian ini intervensi tersebut memberikan pengaruh terhadap dukungan
keluarga responden (p value 0.000). Menyatakan ada pengaruh pendidikan kesehatan
terstruktur terhadap tingkat kecemasan pada pasien preoperasi fraktur.
Dukungan Keluarga
Kelompok Intervensi
Dukungan Keluarga
Kelompok Kontrol
0.000 0.137
40. KESIMPULAN
1
• Terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan program intervensi keperawatan berbasis
model konseptual Levine terhadap pemulihan pasien fraktur (gangguan tidur, nyeri, kecemasan, dan
dukungan keluarga) dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan program intervensi
keperawatan berbasis model konseptual Levine.
2
• Tidak terdapat pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan program intervensi keperawatan standar rumah
sakit terhadap pemulihan pasien fraktur (gangguan tidur, nyeri, kecemasan, dan dukungan keluarga).
3
• Terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan program intervensi keperawatan
berbasis model konseptual Levine dengan program intervensi keperawatan standar rumah sakit terhadap
pemulihan pasien fraktur (gangguan tidur, nyeri, kecemasan, dan dukungan keluarga).
42. 1. Perbaikan Ujian Hasil Penelitian.
2. Pengajuan Sidang Ujian Komprehensif
3. Menunggu Jadwal Ujian Komprehensif dari Prodi.
Tahap-Tahap Ujian Komprehensif :
1. Persentasi Proposal Penelitian sampai dengan Hasil Penelitian.
2. Sesi Tanya Jawab dari Penguji I dan Penguji II.
3. Sesi Tanya Jawab dari Pembimbing I dan Pembimbing II.
4. Ucapan Selamat dan Sesi Photo
PROSES UJIAN KOMPREHENSIF PENELITIAN
44. Proses Publish Jurnal Penelitian:
1. Awating Assesment
6. In Editing
2. In Review I
3. In Review II
4. In Review III
5. In Review IV
7. Pengajuan Volume, dan Jurna di Publish.