1. Dokumen membahas pandangan-pandangan tokoh pembelajaran berwawasan kemasyarakatan seperti teori belajar humanistik, pandangan progresif, sosiokultural konstruktivis, dan pandangan Ki Hajar Dewantoro tentang pendidikan.
2. Pandangan progresif melihat peserta didik sebagai bagian masyarakat sehingga pembelajaran berorientasi masyarakat. Pandangan sosiokultural konstruktivis menekankan sifat sosial pembelajaran dan zona perke
Sesi 1.Teori yg mendasari Pemb. Berwawasan Kemasy.ppt
1. 1
PEMIKIRAN TOKOH PEMBELAJARAN
BERWAWASAN KEMASYARAKATAN
1.Pandangan teori belajar humanistik
2.Pandangan progresif dalam pembelajaran
3.Pandangan sosio kultural konstruktivis dalam
pembelajaran
4.Pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan
2. 2
Belajar: Memanusiakan Manusia
PBM : Pengalaman
Kritik : Lebih dekat ke filsafat dari pada
pendidikan
Ilmu
Pengetahuan
Kegiatan Belajar 1 : Pandangan Kritik Sosial dalam Pembelajaran
(Teori Belajar Humanistik)
3. Tipe Belajar
Belajar Teknis
Belajar Praktis
Belajar Emansipatoris
Kelompok Belajar
•Kelompok Aktivis
•Kelompok Reflektor
•Kelompok Teroris
•Kelompok Pragmatis
Tahap-tahap Belajar
Tahap Pengalaman Konkrit
Aktif dan Reflektif
Konseptualisasi
Eksperimentasi Aktif
Kolb
Honey dan Mumford
Habermas
4. 4
Jurgen Habermas berpandangan bahwa proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri.
Menurut Kolb, belajar dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
1. Tahap pengalaman konkret. Seseorang mampu atau dapat mengalami
suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya.
2. Tahap pengamatan aktif dan reflektif, seseorang makin lama akan
semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa
yang dialaminya.
3. Tahap konseptualisasi, seseorang sudah mulai berupaya untuk
membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum
dan prosedur tentang suatu yang menjadi objek pengamatannya.
4. Tahap eksperimentasi aktif. Seseorang sudah mampu mengaplikasikan
konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.
Teori Humanistik
5. 5
Habermas membagi tipe belajar ke dalam tiga
bagian, yaitu (1) belajar teknis, (2) belajar
praktis, dan (3) belajar emansipatoris
Honey dan Mumford menggolongkan orang
yang belajar ke dalam empat kelompok, yaitu:
(1) kelompok aktivis
(2) kelompok reflektor
(3) kelompok teoris
(4) kelompok pragmatis
6. 6
1. Menentukan tujuan pembelajaran
2. Menentukan materi pelajaran
3. Mengidentifikasi “entry behavior”
mahasiswa
4. Mengidentifikasi topik-topik yang
memungkinkan mahasiswa mempelajarinya
secara aktif (mengalami)
7. 5. Mendesain wahana (lingkungan, media, fasilitas, dsb)
yang akan digunakan mahasiswa untuk belajar;
6. Membimbing mahasiswa belajar secara aktif;
7. Membimbing mahasiswa memahami hakikat makna dari
pengalaman belajar mereka;
8. Membimbing mahasiswa membuat konseptualisasi
pengalaman tersebut;
9. Membimbing mahasiswa sampai mereka mampu
mengaplikasikan konsep baru ke situasi yang baru;
10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar-mengajar
8. 8
Peserta Didik : dipandang sebagai bagian dari
masyarakat, pendidikan orientasi
terhadap
masyarakat
PD :
Masyarakat
Orientasi
Masyarakat
Pandangan Progresif dalam Pembelajaran
9. Pandangan progresivisme berasal dari pikiran John Dewey.
Peserta didik dipandang sebagai orang yang merupakan
bagian dari masyarakat, sehingga proses pendidikan harus
memiliki orientasi terhadap masyarakat.
Terdapat 3 tingkatan kegiatan yang biasa dipergunakan di sekolah, yaitu :
1. Untuk anak pendidikan pra-sekolah diperlukan latihan berkenaan
dengan pengembangan kemampuan panca indera dan
pengembangan koordinasi fisik.
2. Menggunakan bahan belajar yang bersumber dari lingkungan yang
dapat merangsang minat anak belajar agar mampu membangun,
mencoba dan mengambangkan kretivitas.
3. Anak menemukan ide-ide atau gagasan, mengujinya, dan
menggunakan ide-ide atau gagasan tersebut untuk memecahkan
persoalan yang sama.
10. Pikiran-pikiran progresivisme berbeda dalam cara pandang terhadap
pendidikan tradisional, dalam hal ; (1) guru memiliki kendali dalam
pembelajaran, (2) hanya percaya bahwa buku sebagai satu-satunya
sumber informasi, (3) belajar yang pasif, dan cenderung tidak faktual,
(4) memisahkan sekolah dengan masyarakat, dan (5) menggunakan
hukuman fisik dalam menegakkan disiplin.
Terdapat lima prinsip pendidikan progresif, yaitu (1) berikan kebebasan
pada anak untuk berkembang secara alamiah, (2) minat dan
pengalaman langsung merupakan rangsangan paling baik untuk
belajar, (3) guru memiliki peran sebagai narasumber dan pembimbing
kegiatan belajar, (4) mengembangkan kerja sama antara sekolah
dengan keluarga, (5) sekolah progresif harus menjadi laboratorium
reformasi dan pengujian pendidikan.
11. 11
1. Memberikan kebebasan kepada anak untuk berkembang
secara alamiah
2. Minat, pengalaman langsung merupakan rangsangan
yang paling baik dalam belajar
3. Peran guru sebagai nara sumber dan pembimbing
kegiatan belajar
4. Kerjasama antara sekolah dan keluarga
5. Sekolah progresif harus menjadi laboratorium reformasi
dan pengujian pendidikan.
12. 12
Belajar : Siswa harus secara individu menemukan
dan
menstransfer informasi2.
PBM : Siswa
: Pengajaran Terpusat Pada Siswa
Student Center
Insruction
Tokoh : Piaget dan Vigotsky
Kegiatan Belajar 3 : Pandangan Sosiokultural Konstruktivis dalam
Pendidikan
13. 13
Resolusi Konstruktivis memiliki akar yang kuat di dalam sejarah
pendidikan. Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky,
yang keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi
jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui
suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-
informasi baru.
Ide-ide konstruktivisme modern banyak berlandaskan kepada teori
Vygotsky yang telah digunakan dalam menunjang metode pengajaran
yang menekankan pada pembelaaran kooperatif, pembelajaran
berbasis proyek, dan penemuan (Mohamad Nur: 1999).
14. 14
1. Penekanan pada hakekat sosial dari pembelajaran
2. Ide Bahwa belajar paling baik apabila konsep berada
pada zona perkembangan peserta didik
3. Pemagangan Kognitif (Penekanan pada hakekat sosial
dan Zona Perkembangan)
4. Proses pembelajaran menekankan pada kemandirian
dalam belajar.
15. 15
Menurut teori konstruktivis, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu
kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif
seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Von Galserfeld mengemukakan beberapa kemampuan yang diperlukan
dalam proses kognitif pengetahuan, yaitu (1) kemampuan mengingat dan
mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan dan
mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, (3) kemampuan untuk
lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari yang lainnya.
Paradigma kontruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal
tersebut menjadi dasar dalam mengonstruksi pengetahuan yang baru.
Pendekatan Vygotsky menganjurkan pengetesan lapisan bawah dan atas
zona, sehingga mengetahui tentang tingkat status dan kemampuan normal
siswa saat ini. Di samping juga berapa banyak siswa mendapatkan manfaat
dari jenis-jenis bantuan tertentu.
16. Penerapan Pandangan Konstruktivis
dalam PBK
1. Kedudukan Siswa : Memiliki Kemampuan Awal
2. Peran Guru : Membantu Proses Pengkonstruksian
Pengetahuan siswa
3. Sarana Belajar : Disediakan, media, bahan, peralatan dan
lingkungan.
4. Evaluasi Belajar : Memaknai pembelajaran
17. 17
Pendidikan : Upaya memerdekakan
manusia dalam arti menjadi mandiri tidak
tergantung orang lain (lahir dan batin)
Kemerdekaan : 1. Berdiri sendiri
2. tidak tergantung orang lain
3. dapat mengatur diri sendiri
Pandangan Ki Hadjar Dewantoro terhadap
Pendidikan
18. 18
Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam
arti bahwa menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung
kepada orang lain baik lahir ataupun batin. Kemerdekaan yang
dimaksud dari 3 macam, yaitu: berdiri sendiri, tidak bergantung
pada orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Lahirnya pendidikan Taman Siswa juga diilhami oleh model
pendidikan Barat yang tidak menyelesaikan persoalan
peningkatan kualitas sumber daya manusia waktu itu. Menurutnya
Pendidikan barat memiliki ciri: perintah, hukuman dan ketertiban.
Hasil pendidikan Barat melahirkan anak dengan budi pekerti rusak
sebagai akibat dari anak yang hidup di bawah paksaan dan
hukuman, yang biasanya tidak setimpal dengan kesalahannya.
19. Beberapa falsafah Ki Hadjar Dewantoro berkenaan dengan
pendidikan, yaitu :
1. Segala alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai
dengan kodratnya
2. Kodratnya itu tersimpan dalam adat istiadat setiap
masyarakat dengan berbagai kekhasan, yang kesemuanya
itu bertujuan untuk mencapai hidup tertib dan damai
3. Adat istiadat sifatnya selalu berubah (dinamis)
4. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat saat ini
diperlukan kajian tentang kehidupan masyarakat tersebut di
masa lampau, sehingga dapat diprediksi kehidupan yang
akan datang pada masyarakat tersebut.
5. Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh
unsur-unsur lain. Hal ini terjadi karena terjadinya pergaulan
bangsa