2. PENGERTIAN STEROID
Senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu
triterpena; juga karoten dan retinol. Steroid merupakan
senyawa yang memiliki kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri
umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung.
Cincin A, B dan C beranggotakan enam atom karbon, dan
cincin D beranggotakan lima. Steroid, semuanya diturunkan
dari struktur inti empat-cincin lebur yang sama, memiliki
peran biologis yang bervariasi seperti hormon dan
molekul pensinyalan. Steroid 18-karbon (C18) meliputi
keluarga estrogen, sementara steroid C19 terdiri dari androgen
seperti testosteron dan androsteron. Subkelas C21 meliputi
progestagen, juga glukokortikoid dan mineralokortikoid.
Sekosteroid, terdiri dari bermacam ragam bentuk vitamin D,
4. SIFAT - SIFAT STEROID
• Substitusi oksigen pada atom C-3 yang merupakan sifat khas steroid
alam.
• Subsitusi gugus metil angular pada atom C-10 dan C-13 yang
dikenal dengan atom C-18 dan C-19, kecuali pada senyawa steroid
dengan cincin A berbentuk benzenoid, seperti pada kelompok
esterogen.
• Seperti senyawa organik lainnya, pada dasarnya harus dipandang
sebagai reaksi-reaksi dari gugus fungsi yang dikandungnya.
Misalnya,gugus 3β - hidroksil menunjukkan semua sifat dari alkohol
sekunder, tak ubahnyaseperti yang ditunjukkan oleh 2-propanol.
Gugus hidroksil ini dapat diesterifikasiuntuk menghasilkan suatu
ester atau dioksidasi dengan berbagai oksidator yang menghasilkan
suatu keton.
5.
REAKSI-REAKSI STEROID
1.Reaksi Epimerasi (Pengaruh Konformasi Terhadap
Kestabilan)
Konformasi mempengaruhi kestabilan suatu
struktur steroid..Pada sikloheksan monosiklik
kesetimbangan konformasi mudah dicapai,
dimana substituen yang besar ukurannya akan
mengambil kedudukan ekuatorial. Pada
turunan sikloheksan berikut, kesetimbangan
mudah dicapai dimana substituen R yang
ukurannya lebih besar daripada hidrogen akan
mengambil kedudukan ekuatorial daripada
aksial.
7. 2. Reaksi Esterifikasi
Hampir semua steroid alam mengandung gugus fungsi oksigen,
misaklnya gugus hidroksil pada atom karbon C-3. Olehkarena itu, reaksi
pada posisi- posisi yang mengandung gugs fungsi ini penting artinya dalam
ilmu kimia steroid. Salah satu diantara reaksi itu ialah esterifikasi yang akan
diuraikan dibawah ini. Berbagai reaaksi esterifikasi, yang lazim dikenal,
dapat pula digunakan dalam steroid. Umumnya, reaksi ini adalah
pengubahan alkohol menjadi ester asetat (asetilasi) dengan anhidrat asetat
dan piridin, menjadi ester benzoat (benzoilasi) dengan benzoil klorida dan
piridin., menjadi ester toluen-p-sulfonat (tosilasi) dengan toluen p-sulfonil
klorida dan piridin, atau menjadi eseter katilat dengan mengggunakan etil
kloroformat. Kereaktifan suatu gugus hidroksil terhadap reaksi esterifikasi
ditentukan oleh orientasi gugus itu, aksial atau ekuatorial. Tanpa kecuali,
gugus hidroksil yang ekuatorial lebih mudah diesterifikasi daripada gugus
hidroksil yang aksial, yang terikat pada posisi yang sama.
9. 3. Hidrolisis Ester Steroid
Salah satu reaksi ester yang terpenting ialah hidrolisis dalam
suasana basa (saponifikasi) yang menghasilkan alcohol. Hidrolisis
ini biasanya dilakukan dengan jalan memanaskan ester steroid
dengan natrium hidroksida atau kalium hidroksida dalam methanol
atau etanol.Seperti pada esterifikasi, kereaktifan gugus ester dari
molekul steroid terhadap hidrolisa tergantung pada konformasi dan
keadaan lingkungan dari gugus itu. Umumnya, ester yang ekuatorial
lebih mudah dihidrolisis daripada gugus ester yang aksial. Misalnya,
laju hidrolisis dari 3β-asetoksi-5α-kolestan adalah tiga kali lebih
besar dibanding 3α-asetoksi-5α-kolestan yang mempunyai gugus
ester aksial (Arifin, 1986).
10. 4. Oksidasi Steroid
Pada oksidasi alkohol sekunder dari steroid dengan asam kromat,
gugus hidroksil yang aksial (mempunyai halangan ruang) lebih mudah
dioksidasi daripada gugus hidroksil yang ekuatorial. Hal ini disebabkan
oleh tahap reaksi yang menentukan laju oksidasi ialah serangan basa
terhadap atom hidrogen dari gugus CH-OH setelah gugus ini membentuk
ester kromat. Sebagai contoh dapat diambil perbandingan laju oksidasi dari
kolestanol dan epikolestanol oleh asam kromat, dimana laju oksidasi
epikolestanol adalah delapan kali kolestanol. Kecilnya laju oksidasi dari
kolestanol disebabkan serangan terhadap atom hidrogen aksial dari gugus
CH-OH pada C-3 yang mengalami halangan oleh antaraksi dengan atom-
atom hidrogen aksial pada C-1 dan C-5. Sedangkan pada epikolestanol,
atom hidrogen ekuatorial pada C-3 tidak mengalami halangan ruang
sehingga mudah diserang (Arifin, 1986).
11. Biosintesis Steroid
Berbagai penelitian mengenai biosintesis steroid
menunjukkan bahwa steroid yang terdapat dialam
diturunkan dari triterpenoid. Steroid yang terdapat
pada jaringan hewan berasal dari triterpenoid
lanosterol sedangkan yang terdapat pada jaringan
tumbuhan berasal dari triterpenoid sikloartenol. Tahap
awal dari biosintesa steroid adalah transformasi asam
asetat melalui asam mevalonat dan sekualen menjadi
lanosterol dan sikloartenol (Sudarma, 2014).