SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
MAKALAH
TAKSONOMI SOLO
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu : Syifa Nurul Fajriyah, M.Pd
Disusun oleh :
Deden Solehudin NPM : P220206372
Ewin Winayah NPM : P220206304
Tarisa Nur Akmalia NPM : P220206277
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
YASIKA MAJALENGKA
2021
i
KATA PENGANTAR
Pertama saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya
yang telah diberikan kepada saya. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada
junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya
hingga akhir zaman. Aamiin.
Saya selaku penyusun makalah, alhamdulillah telah berhasil menyelesaikan makalah
“Evaluasi Pembelajaran Matematika” tentang “Taksonomi SOLO”. Dan makalah ini saya
ajukan sebagai tugas untuk melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam memahami tentang bagaimana penjelasan Taksonomi SOLO. Saya menyadari bahwa
penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya
masukan, pendapat, maupun kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga
hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah SWT.
Amin.
Majalengka, 18 Maret 2022
ii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ......................................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................4
C. Tujuan ………................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Taksonomi SOLO .......................................................................5
B. Karakteristik Taksonomi SOLO ...................................................................5
C. Keunggulan dan Kelemahan Taksonomi SOLO...........................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................10
B. Saran…........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. pendidikan
membentuk manusia menjadi makhluk yang beradab yang membedakan dari makhluk
ciptaan Tuhan lainnya. Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang akan memberikan
suatu hasil yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia melakukan pengalaman belajarnya. Kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan, dan kekuatan.
Dalam pembelajaran matematika siswa dihadapkan pada suatu permasalahan dan harus
dipecahkan. Kemampuan memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan matematika
menjadi sangat penting karena akan melatih siswa berfikir deduktif dan teratur. Hal ini juga
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketercapaian kemampuan siswa dalam
bidang matematika selama pembelajaran matematika berlangsung. Kemampuan matematika
siswa terhadap suatu masalah berdasarkan pada kompleksitas pemahaman.
Untuk mengetahui kemampuan matematika siswa, maka diperlukan sebuah alat yang
mengatur kemampuan tersebut. Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur dan
mengetahui kemampuan matematika terhadap suatu masalah adalah taksonomi SOLO.
Taksonomi solo pertama dikenalkan oleh John Burville Biggs dan Kevin Francis Collis
pada tahun 1982. Solo merupakan singkatan dari structure of Observed Learning Outcome,
atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan struktur observasi dari hasil proses
pembelajaran. SOLO mengelompokkan tingkat kemampuan siswa kedalam lima level yaitu
prastruktural, unistruktular, multistruktular, relasional, dan yang paling tinggi adalah abstrak
diperluas. Klasifikasi ini didasarkan pada keberagaman berfikir siswa pada saat merespon
atau memecahkan masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Taksonomi SOLO?
2. Apa Saja Karakteristik Taksonomi SOLO?
3. Bagaimana Kelemahan Dan Keunggulan Taksonomi SOLO ?
4. Bagaimana Model Penilaian Berdasarkan Taksonomi SOLO?
4
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Taksonomi SOLO
2. Untuk Mengetahui Level-Level Taksonomi SOLO
3. Untuk Mengetahui Kelemahan Dan Keunggulan Taksonomi SOLO
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Taksonomi SOLO
Kata “Taksonomi” diambil dari bahasa Yunani Tassein yang mengandung arti “untuk
mengelompokkan” dan nomos yang berarti “aturan”. Kuswana dalam Putri (2012:6)
mendefinisikan taksonomi sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki tingkatan
tertentu. Yang dimaksud dengan taksonomi adalah pengelompokan suatu objek berdasarkan
tingkatan tertentu.
Taksonomi SOLO yang merupakan singkatan dari Structure of the Observed Learning
Outcome merupakan teori dari Biggs Collis yang menjelaskan bahwa tiap tahap kognitif
terdapat respon yang sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak.
Fakhirah dalam ( Milati, 2013:11) mengatakan bahwa taksonimi SOLO adalah suatu alat
evaluasi tentang kualitas respon siswa terhadap suatu tugas yang dikembangkan oleh Biggs
Collis pada tahun 1982. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam merespon atau menyelesaikan suatu permasalahan berdasarkan pada tingkat
kompleksitas yang semakin meningkat dari rendah sampai tinggi.
Taksonomi SOLO berfungsi untuk menyusun butir soal dan untuk interpretasi respon
siswa sangat nyata. Jadi, taksonomi solo mengklasifikasikan kualitas hasil belajar.
Taksonomo SOLO berupa alat yang mudah dan sederhana untuk menentukan level respon
siswa terhadap suatu pertanyaan demikian juga untuk mengkategorikan kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal atau pertanyaan. Biggs dan collis (1882:22) membedakan antara
generalized kognitive structure atau struktur kognitif anak umun dengan actual respon atau
respon langsung anak ketika diberikan perintah-perintah. Mereka menerima keberadaan
konsep kognitif umum namun mereka meyakini bahwa hal tersebut tidak dapat diukur
langsung sehingga perlu memacu pada sebuah struktur hipotesis kognitif. Penekanan pada
suatu tugas tertentu sangat penting seperti yang diasumsikan dalam taksonomi SOLO bahwa
penampilan seseorang sangatlah beragam dalam menyelesaikan suatu tugas dengan tugas
lainnya. Hal ini berkaitan etar dengan logika yang mendasarinya selanjutnya asumsi ini juga
meliputi penyimpangan yang dalam model ini dikatakan : siswa dapat saja berada pada level
6
formal dalam matematika namun berada pada level konkrit dalam sejarah, atau bahkan
dapat terjadi suatu hari siswa berada pada level formal di matematika namun dilain hari dia
masih berada pada level yang konkrit pada topic yang berbeda. Hasil observasi seperti ini
tidak dapat mengindikasikan terdapatnya “pertukaran” dalam perkembangan kognitif yang
berlangsung, tapi sedikit pertukaran terjadi pada kontruksi yang lebih proximal,
pembelajaran, penampilan atau motivasi. Biggs dan Collis (1991:60)
Collis, dkk (1986:220) menyatakan pendekatan model respon dari taksonomi SOLO
sangat berguna bagi pendidik dan peneliti untuk mendeskripsikan level penalaran peserta
didik yang berkaitan dengan tugas-tugas.
B. Karakteristik Taksonomi SOLO
Taksonomi SOLO merupakan klasifikasi kemampuan siswa dalam penyelesaian atau
pemecahan masalah dengan memperhatikan karakteristik kelima level kemampuan pada
taksonomi SOLO, yaitu level prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional dan
abstrak yang diperluas. Deskripsi kelima level tersebut adalah sebagai berikut.
1. Level Prastruktural
Level prastruktural adalah tingkatan dimana siswa hanya memiliki sedikit sekali
informasi yang bahkan saling tidak berhubungan, sehingga tidak membentuk sebuah
kesatuan konsep sama sekali dan tidak mempunyai makna apapun. Pada level ini
siswa merespon suatu tugas dengan menggunakan pendekatan yang tidak
konsisten.artinya siswa tersebut tidak memahami apa yang telas di demonstrasikan.
Siswa prastruktural belum bisa mengerjakan tugas yang diberikan secara tepat,
artinya siswa tidak memiliki keterampilan yang dapat digunakan dalam penyelesaian
tugas. Dengan kata lain siswa sama sekali tidak memahami apa yang harus
dikerjakan. Salah satu hal yang terlihat adalah dengan tidak adanya penyelesaian
masalah yang diberikan siswa.
2. Level Unistruktural
Pada tingkatan ini dapat dilihat adanya hubungan yang jelas dan sederhana antara
suatu konsep dengan konsep lainnya tetapi inti konsep tersebut secara luas belum
dipahami. Beberapa kata kerja yang dapat mengindikasi aktivitas pada tahap ini
adalah mengidentifikasikan, mengingat dan melakukan prosedur sederhana. Dalam
hal berfikir kreatif siswa tersebut mendemonstrasikan suatu pola pikir yang
7
unidirectional yang memfokuskan pada suatu aspek atau suatu strategi atau suatu
solusi. Pada tingkatan ini siswa dapat merespon dengan sederhana pertanyaan yang
diberikan akan tetapi respon yang diberikan oleh siswa belum dipahami. Siswa pada
tingkatan ini mencoba menjawab pertanyaan dengan car terbatas yaitu dengan cara
memilih satu informasi yang ada pada pertanyaan yang diberikan. Tanggapan siswa
hanya fokus terhadap satu aspek yang relevan.
3. Level Multistruktural
Pada tingkatan ini siswa sudah memahami beberapa komponen namun hal ini masih
bersifat terpisah satu sama lain sehingga belum membentuk pemaham secara
komprehensif. Beberapa koneksi sederhana sudah terbentuk namun demikian
kemampuan metakognisi belum tampak pada tahap ini. Adapun beberapa kata kerja
yang mendeskripsikan kemampuan siswa pada tingkatan ini antara lain : membilang
atau mencacah, mengkumpulkan, mengklasifikasikan, menjelaskan, membuat
daftar, menggabungkan dan membuat alogaritma. Siswa pada tingkatan ini
menggunakan dua atau lebih penggalan informasi, namun urutan informasi tersebut
sering gagal memberikan penjelasan mengapa atau apa hubungan diantar
sekumpulan data tersebut. Dapat disimpulkan pula bahwa siswa yang memiliki
kemampuan merespon masalah dengan beberapa strategi yang terpisah. Banyak
hubungan yang dapat mereka buat, namun hubungan-hubungan tersebut belum tepat.
4. Level Relasional
Pada level ini siswa dapat menghubungkan antara fakta dan teori serta tindakan dan
tujuan. Pada tingkatan ini siswa dapat menunjukan pemahaman pada beberapa
komponen dari satu kesatuan konsep. Adapun kata kerja yang mengindikasikaan
kemampuan pada tingkatan ini yaitu membandingkan. Membedakan, menjelaskan
hubungan sebab akibat, menggabungkan, menganalisis, mengaplikasikan dan
menghubungkan. Siswa pada tingkatan ini juga dapat mengaitkan antara hubungan
antara fakta dan teori serta tindakan dan tujuan. Siswa mulai mengaitkan informasi
menjadi satu kesatuan yang koheren, sehingga siswa memperoleh konlusi yang
konsisten. Pemahaman siswa terhadap beberapa komponen terintegrasi secara
konseptual. Siswa dapat menerapkan konsep yang familiar dan tugas situsional.
Kemampuan siswa pada tingkatan relasionak mampu memecah satu kesatuan
menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut
8
dihubungkan dengan beberapa model dan dapat menjelaskan kesetaraan model
tersebut. Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan
metodologi dengan lebih dari satu kriteria untuk menentukan kualitas tertentu dan
dapat menjelaskan keterkaitan penilaian dengan beberapa kriteria tersebut.
5. Level Abstrak yang diperluas (Extended Abstract)
Pada tahap ini siswa melakukan koneksi tidak hanya terbatas pada konsep-konsep
yang sudah diberikan saja melainkan dengan konsep-konsep diluar itu. Dapat
melakuakn generalisasi serta dapat melakukan sebuah perumpamaan-perumpamaan
pada situasi spesifik. Kata kerja yang merefleksikan kemampuan pada tahap ini
adalah membuat suatu teori, membuat hipotesis, membuat generalisasi, melakukan
refleksi serta membangun sebuah konsep. Nulty mendeskripsikan siswa dapat
memberikan hal lebih dari satu desain eksperimen dengan lebih satu hipotesis.
Dalam hal pemecahan masalah siswa pada tingkatan ini dapat memberikan
penjelasan tentang suatu hubungan antar solusi yang mungkin melakuakan
justifikasi terhadap solusi-solusi tersebut untuk membangun struktur baru. Dapat
disimpulkan pula siswa pada tingkatan ini sudah menguasai materi dan memahami
soal yang diberikan dengan sangat baik sehingga siswa sudah mampu untuk
merealisasikan ke konsep-konsep yang ada.
Selain kelima level diatas dalam taksonomi SOLO juga terdapat tingkatan-tingkatan
dari kesulitan suatu pertanyaan.
Tingkatan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pertanyaan Unistruktural (U)
Menggunakan sebuah informasi jelas dan langsung dari soal
b. Pertanyaan Multistruktural (A)
Menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam soal
c. Pertanyaan Relasional (R)
Menggunakan suatu pemahaman terpadu dari dua informasi atau lebih yang termuat
dalam soal
d. Pertanyaan abstrak yang diperluas
9
Menggunakan prinsip umum yang abstrak atau hipotesis yang diturunkan dari
informasi dalam soal atau yang disarankan oleh informasi dalam soal
Berdasarkan uraian mengenai penyusunan pertanyaan menurut tingkatan dalam
taksonomi SOLO di atas, maka di buat tes yang dikembangkan berdasarkan tingkatan
tersebut. Tujuan pembuatan tes ini untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan
masalah.
C. Keunggulan dan Kelemahan Taksonomi SOLO
1. Keunggulan Taksonomi SOLO
Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhanauntuk menentukan
level respon pesrta didik terhadap suatu pertanyaan matematika demikian juga untuk
mengkategorikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal atau pertanyaan. Dengan
demikian taksonomi SOLO dapat menentukan tingkat kesulitan atau kompleksitas suatu soal
atau pertanyaan matematika dengan didasarkan pada penyimpangan penyelesaian yang
memuaskan yang didasarkan pada tingkatan struktur hasil belajar.
Oleh karena itu, taksonomi SOLO mempunyai beberapa kelebihan yaitu sebagi berikut.
1) Alat yang mudah dan sederhana untuk menentukan level respon siswa terhadap suatu
pertanyaan.
2) Alat yang mudah dan sederhana untuk pengkategorian kesalahan dalam
menyelesaikan soal atau pertanyaan.
3) Alat yang mudah dan sederhana untuk menyusun dan menentukan tingkat kesulitan
atau kompleksitas suatu soal atau pertanyaan.
Hal diatas sesuai dengan pendapat Waston, dkk (1998:280) bahwa taksonomi SOLO dan
peta respon sangat cocok digunakan dalam konteks apa yang terjadi dalam pengajaran,
apa yang diharapkan dan bagaimana pertanyaan atau soal yang disusun.
2. Kelemahan Taksonomi SOLO
a) Data tidak tepat.
b) Prosedur tidak tepat
c) Data hilang
10
d) Tidak ada kesimpulan
e) Konflik level respon
f) Manipulasi tidak langsung
g) Masalaha hierarki keterampilan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taksonomi SOLO mengelompokan tingkat kemampuan siswa pada lima level berbeda dan
bersifat hierarkis yaitu level 0 (prastruktural), level 1 (unistruktural), level 2
(multistruktural), level 3 ( relasional) level 4 (abstrak diperluas). Taksonomi solo didesain
sebagai suatu alat evaluasi tentang kualitas respon peserta didik terhadap suatu tugas
taksonomi yang digunakan untuk mengukur kemampun siswa dalam merespon suatu
masalah dengan cara membandingkan jawaban benar optimal dengan jawaban yang
diberikan siswa.
B. Saran
Pendidikan sangat penting di era sekarang ini. Maka untuk menempuh pendidikan yang
sukses perlu adanya teknik belajar dan pembelajaran yang baik dan menarik agar mereka
yang belajar memiliki jiwa semangat tinggi untuk terus belajar dan menjadi generasi bangsa
yang cerdas. Kami juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami
berharap kritik dan saran yang bersifat positif untuk kesempurnaan makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://hasanahworld.wordpress.com/tag/taksonomi-solo/
http://marselinalorensia.blogspot.com/2017/03/taksonomi-bloom-dan-taksonomi-
solo.html?m=1

More Related Content

What's hot

Perbedaan Derajat, Radian dan Grad
Perbedaan Derajat, Radian dan GradPerbedaan Derajat, Radian dan Grad
Perbedaan Derajat, Radian dan Gradyoanmegawati
 
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematika
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematikaKuesioner minat belajar mata pelajaran matematika
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematikaMading KS
 
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadianperkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadianSeptia Darmayanti
 
Metode Eksperimen Fisika
Metode Eksperimen FisikaMetode Eksperimen Fisika
Metode Eksperimen FisikaSamantars17
 
Keterampilan dasar mengajar
Keterampilan dasar mengajarKeterampilan dasar mengajar
Keterampilan dasar mengajarLutfi Isni
 
Penilaian pembelajaran matematika
Penilaian pembelajaran matematikaPenilaian pembelajaran matematika
Penilaian pembelajaran matematikaHendra Ariyudha
 
07. teori belajar kognitif
07. teori belajar kognitif07. teori belajar kognitif
07. teori belajar kognitifNhia Item
 
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranTeori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranharjunode
 
Makalah manajemen-ADMINISTRATIF MANAGEMENT THEORY
Makalah manajemen-ADMINISTRATIF MANAGEMENT THEORYMakalah manajemen-ADMINISTRATIF MANAGEMENT THEORY
Makalah manajemen-ADMINISTRATIF MANAGEMENT THEORYKartika Dwi Rachmawati
 
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajar
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajarEvaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajar
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajarifa lutfita
 
Instrumen Penilaian Perbandingan dan Skala
Instrumen Penilaian Perbandingan dan SkalaInstrumen Penilaian Perbandingan dan Skala
Instrumen Penilaian Perbandingan dan Skalarifal jusnawan
 
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
 
TEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBELTEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBELharishmwddh
 
Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)
Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)
Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)Wulan Yulian
 
Teori belajar kognitif
Teori belajar kognitifTeori belajar kognitif
Teori belajar kognitifMitha Ye Es
 
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
10 Strategi Pemecahan Masalah MatematikaRudi Hartono
 
Kelebihan dan kekurangan metode inkuiri
Kelebihan dan kekurangan metode inkuiriKelebihan dan kekurangan metode inkuiri
Kelebihan dan kekurangan metode inkuiriAulia Musyarofah
 

What's hot (20)

Perbedaan Derajat, Radian dan Grad
Perbedaan Derajat, Radian dan GradPerbedaan Derajat, Radian dan Grad
Perbedaan Derajat, Radian dan Grad
 
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematika
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematikaKuesioner minat belajar mata pelajaran matematika
Kuesioner minat belajar mata pelajaran matematika
 
GLB dan GLBB
GLB dan GLBBGLB dan GLBB
GLB dan GLBB
 
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadianperkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
 
Metode Eksperimen Fisika
Metode Eksperimen FisikaMetode Eksperimen Fisika
Metode Eksperimen Fisika
 
Keterampilan dasar mengajar
Keterampilan dasar mengajarKeterampilan dasar mengajar
Keterampilan dasar mengajar
 
Makalah Tes dan Nontes
Makalah Tes dan NontesMakalah Tes dan Nontes
Makalah Tes dan Nontes
 
Penilaian pembelajaran matematika
Penilaian pembelajaran matematikaPenilaian pembelajaran matematika
Penilaian pembelajaran matematika
 
07. teori belajar kognitif
07. teori belajar kognitif07. teori belajar kognitif
07. teori belajar kognitif
 
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranTeori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
 
Powerpoint pendidikan
Powerpoint pendidikanPowerpoint pendidikan
Powerpoint pendidikan
 
Makalah manajemen-ADMINISTRATIF MANAGEMENT THEORY
Makalah manajemen-ADMINISTRATIF MANAGEMENT THEORYMakalah manajemen-ADMINISTRATIF MANAGEMENT THEORY
Makalah manajemen-ADMINISTRATIF MANAGEMENT THEORY
 
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajar
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajarEvaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajar
Evaluasi kelompok 7 penilaian hasil belajar
 
Instrumen Penilaian Perbandingan dan Skala
Instrumen Penilaian Perbandingan dan SkalaInstrumen Penilaian Perbandingan dan Skala
Instrumen Penilaian Perbandingan dan Skala
 
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
 
TEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBELTEORI BELAJAR AUSUBEL
TEORI BELAJAR AUSUBEL
 
Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)
Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)
Konsep dan Perkembangan Anak dengan hambatan emosi dan sosial (Tunalaras)
 
Teori belajar kognitif
Teori belajar kognitifTeori belajar kognitif
Teori belajar kognitif
 
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
 
Kelebihan dan kekurangan metode inkuiri
Kelebihan dan kekurangan metode inkuiriKelebihan dan kekurangan metode inkuiri
Kelebihan dan kekurangan metode inkuiri
 

Similar to TAKSONOMI SOLO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.Nurulbanjar1996
 
Ikarihayati 21112251058 psikologi belajar hari kedua
Ikarihayati 21112251058 psikologi belajar hari keduaIkarihayati 21112251058 psikologi belajar hari kedua
Ikarihayati 21112251058 psikologi belajar hari keduaIkha Belieberforever
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
Laporan wawancara smpn 1 patia
Laporan wawancara smpn 1 patiaLaporan wawancara smpn 1 patia
Laporan wawancara smpn 1 patiaFatmawati Khodijah
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
Peran kepemimpinan guru dalam berkomunikasi efektif untuk mengatasi masalah b...
Peran kepemimpinan guru dalam berkomunikasi efektif untuk mengatasi masalah b...Peran kepemimpinan guru dalam berkomunikasi efektif untuk mengatasi masalah b...
Peran kepemimpinan guru dalam berkomunikasi efektif untuk mengatasi masalah b...Linda Rosita
 
Definisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiranDefinisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiranizz7556
 
Tugas jurnal kelar
Tugas jurnal kelarTugas jurnal kelar
Tugas jurnal kelarast_189
 
Asesmen literasi
Asesmen literasiAsesmen literasi
Asesmen literasilositadewi
 
Profil respon siswa dg metode solo
Profil respon siswa dg metode soloProfil respon siswa dg metode solo
Profil respon siswa dg metode soloDjoko hartono
 
Tesis Made Martin Rusmaja
Tesis Made Martin RusmajaTesis Made Martin Rusmaja
Tesis Made Martin Rusmajamartinrusmaja
 

Similar to TAKSONOMI SOLO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (20)

Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Ikarihayati 21112251058 psikologi belajar hari kedua
Ikarihayati 21112251058 psikologi belajar hari keduaIkarihayati 21112251058 psikologi belajar hari kedua
Ikarihayati 21112251058 psikologi belajar hari kedua
 
Makalah psikopend kel 7
Makalah psikopend kel 7Makalah psikopend kel 7
Makalah psikopend kel 7
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
 
Proposal mimi yuni
Proposal mimi yuniProposal mimi yuni
Proposal mimi yuni
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
Laporan wawancara smpn 1 patia
Laporan wawancara smpn 1 patiaLaporan wawancara smpn 1 patia
Laporan wawancara smpn 1 patia
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
Peran kepemimpinan guru dalam berkomunikasi efektif untuk mengatasi masalah b...
Peran kepemimpinan guru dalam berkomunikasi efektif untuk mengatasi masalah b...Peran kepemimpinan guru dalam berkomunikasi efektif untuk mengatasi masalah b...
Peran kepemimpinan guru dalam berkomunikasi efektif untuk mengatasi masalah b...
 
Definisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiranDefinisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiran
 
Tugas jurnal kelar
Tugas jurnal kelarTugas jurnal kelar
Tugas jurnal kelar
 
Asesmen literasi
Asesmen literasiAsesmen literasi
Asesmen literasi
 
Profil respon siswa dg metode solo
Profil respon siswa dg metode soloProfil respon siswa dg metode solo
Profil respon siswa dg metode solo
 
Linawati
LinawatiLinawati
Linawati
 
Linawati
LinawatiLinawati
Linawati
 
Linawati
LinawatiLinawati
Linawati
 
Linawati
LinawatiLinawati
Linawati
 
Tesis Made Martin Rusmaja
Tesis Made Martin RusmajaTesis Made Martin Rusmaja
Tesis Made Martin Rusmaja
 

Recently uploaded

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

TAKSONOMI SOLO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

  • 1. MAKALAH TAKSONOMI SOLO Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu : Syifa Nurul Fajriyah, M.Pd Disusun oleh : Deden Solehudin NPM : P220206372 Ewin Winayah NPM : P220206304 Tarisa Nur Akmalia NPM : P220206277 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) YASIKA MAJALENGKA 2021
  • 2. i KATA PENGANTAR Pertama saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan kepada saya. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin. Saya selaku penyusun makalah, alhamdulillah telah berhasil menyelesaikan makalah “Evaluasi Pembelajaran Matematika” tentang “Taksonomi SOLO”. Dan makalah ini saya ajukan sebagai tugas untuk melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa. Semoga dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami tentang bagaimana penjelasan Taksonomi SOLO. Saya menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya masukan, pendapat, maupun kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah SWT. Amin. Majalengka, 18 Maret 2022
  • 3. ii DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ......................................................................................2 DAFTAR ISI .....................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................................................4 B. Rumusan Masalah ..........................................................................................4 C. Tujuan ………................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Taksonomi SOLO .......................................................................5 B. Karakteristik Taksonomi SOLO ...................................................................5 C. Keunggulan dan Kelemahan Taksonomi SOLO...........................................7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................10 B. Saran…........................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11
  • 4. 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. pendidikan membentuk manusia menjadi makhluk yang beradab yang membedakan dari makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang akan memberikan suatu hasil yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melakukan pengalaman belajarnya. Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan. Dalam pembelajaran matematika siswa dihadapkan pada suatu permasalahan dan harus dipecahkan. Kemampuan memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan matematika menjadi sangat penting karena akan melatih siswa berfikir deduktif dan teratur. Hal ini juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketercapaian kemampuan siswa dalam bidang matematika selama pembelajaran matematika berlangsung. Kemampuan matematika siswa terhadap suatu masalah berdasarkan pada kompleksitas pemahaman. Untuk mengetahui kemampuan matematika siswa, maka diperlukan sebuah alat yang mengatur kemampuan tersebut. Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan matematika terhadap suatu masalah adalah taksonomi SOLO. Taksonomi solo pertama dikenalkan oleh John Burville Biggs dan Kevin Francis Collis pada tahun 1982. Solo merupakan singkatan dari structure of Observed Learning Outcome, atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan struktur observasi dari hasil proses pembelajaran. SOLO mengelompokkan tingkat kemampuan siswa kedalam lima level yaitu prastruktural, unistruktular, multistruktular, relasional, dan yang paling tinggi adalah abstrak diperluas. Klasifikasi ini didasarkan pada keberagaman berfikir siswa pada saat merespon atau memecahkan masalah. B. Rumusan Masalah 1. Apa Yang Dimaksud Dengan Taksonomi SOLO? 2. Apa Saja Karakteristik Taksonomi SOLO? 3. Bagaimana Kelemahan Dan Keunggulan Taksonomi SOLO ? 4. Bagaimana Model Penilaian Berdasarkan Taksonomi SOLO?
  • 5. 4 C. Tujuan 1. Untuk Mengetahui Pengertian Taksonomi SOLO 2. Untuk Mengetahui Level-Level Taksonomi SOLO 3. Untuk Mengetahui Kelemahan Dan Keunggulan Taksonomi SOLO
  • 6. 5 BAB II PEMBAHASAN A. Taksonomi SOLO Kata “Taksonomi” diambil dari bahasa Yunani Tassein yang mengandung arti “untuk mengelompokkan” dan nomos yang berarti “aturan”. Kuswana dalam Putri (2012:6) mendefinisikan taksonomi sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki tingkatan tertentu. Yang dimaksud dengan taksonomi adalah pengelompokan suatu objek berdasarkan tingkatan tertentu. Taksonomi SOLO yang merupakan singkatan dari Structure of the Observed Learning Outcome merupakan teori dari Biggs Collis yang menjelaskan bahwa tiap tahap kognitif terdapat respon yang sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak. Fakhirah dalam ( Milati, 2013:11) mengatakan bahwa taksonimi SOLO adalah suatu alat evaluasi tentang kualitas respon siswa terhadap suatu tugas yang dikembangkan oleh Biggs Collis pada tahun 1982. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam merespon atau menyelesaikan suatu permasalahan berdasarkan pada tingkat kompleksitas yang semakin meningkat dari rendah sampai tinggi. Taksonomi SOLO berfungsi untuk menyusun butir soal dan untuk interpretasi respon siswa sangat nyata. Jadi, taksonomi solo mengklasifikasikan kualitas hasil belajar. Taksonomo SOLO berupa alat yang mudah dan sederhana untuk menentukan level respon siswa terhadap suatu pertanyaan demikian juga untuk mengkategorikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal atau pertanyaan. Biggs dan collis (1882:22) membedakan antara generalized kognitive structure atau struktur kognitif anak umun dengan actual respon atau respon langsung anak ketika diberikan perintah-perintah. Mereka menerima keberadaan konsep kognitif umum namun mereka meyakini bahwa hal tersebut tidak dapat diukur langsung sehingga perlu memacu pada sebuah struktur hipotesis kognitif. Penekanan pada suatu tugas tertentu sangat penting seperti yang diasumsikan dalam taksonomi SOLO bahwa penampilan seseorang sangatlah beragam dalam menyelesaikan suatu tugas dengan tugas lainnya. Hal ini berkaitan etar dengan logika yang mendasarinya selanjutnya asumsi ini juga meliputi penyimpangan yang dalam model ini dikatakan : siswa dapat saja berada pada level
  • 7. 6 formal dalam matematika namun berada pada level konkrit dalam sejarah, atau bahkan dapat terjadi suatu hari siswa berada pada level formal di matematika namun dilain hari dia masih berada pada level yang konkrit pada topic yang berbeda. Hasil observasi seperti ini tidak dapat mengindikasikan terdapatnya “pertukaran” dalam perkembangan kognitif yang berlangsung, tapi sedikit pertukaran terjadi pada kontruksi yang lebih proximal, pembelajaran, penampilan atau motivasi. Biggs dan Collis (1991:60) Collis, dkk (1986:220) menyatakan pendekatan model respon dari taksonomi SOLO sangat berguna bagi pendidik dan peneliti untuk mendeskripsikan level penalaran peserta didik yang berkaitan dengan tugas-tugas. B. Karakteristik Taksonomi SOLO Taksonomi SOLO merupakan klasifikasi kemampuan siswa dalam penyelesaian atau pemecahan masalah dengan memperhatikan karakteristik kelima level kemampuan pada taksonomi SOLO, yaitu level prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional dan abstrak yang diperluas. Deskripsi kelima level tersebut adalah sebagai berikut. 1. Level Prastruktural Level prastruktural adalah tingkatan dimana siswa hanya memiliki sedikit sekali informasi yang bahkan saling tidak berhubungan, sehingga tidak membentuk sebuah kesatuan konsep sama sekali dan tidak mempunyai makna apapun. Pada level ini siswa merespon suatu tugas dengan menggunakan pendekatan yang tidak konsisten.artinya siswa tersebut tidak memahami apa yang telas di demonstrasikan. Siswa prastruktural belum bisa mengerjakan tugas yang diberikan secara tepat, artinya siswa tidak memiliki keterampilan yang dapat digunakan dalam penyelesaian tugas. Dengan kata lain siswa sama sekali tidak memahami apa yang harus dikerjakan. Salah satu hal yang terlihat adalah dengan tidak adanya penyelesaian masalah yang diberikan siswa. 2. Level Unistruktural Pada tingkatan ini dapat dilihat adanya hubungan yang jelas dan sederhana antara suatu konsep dengan konsep lainnya tetapi inti konsep tersebut secara luas belum dipahami. Beberapa kata kerja yang dapat mengindikasi aktivitas pada tahap ini adalah mengidentifikasikan, mengingat dan melakukan prosedur sederhana. Dalam hal berfikir kreatif siswa tersebut mendemonstrasikan suatu pola pikir yang
  • 8. 7 unidirectional yang memfokuskan pada suatu aspek atau suatu strategi atau suatu solusi. Pada tingkatan ini siswa dapat merespon dengan sederhana pertanyaan yang diberikan akan tetapi respon yang diberikan oleh siswa belum dipahami. Siswa pada tingkatan ini mencoba menjawab pertanyaan dengan car terbatas yaitu dengan cara memilih satu informasi yang ada pada pertanyaan yang diberikan. Tanggapan siswa hanya fokus terhadap satu aspek yang relevan. 3. Level Multistruktural Pada tingkatan ini siswa sudah memahami beberapa komponen namun hal ini masih bersifat terpisah satu sama lain sehingga belum membentuk pemaham secara komprehensif. Beberapa koneksi sederhana sudah terbentuk namun demikian kemampuan metakognisi belum tampak pada tahap ini. Adapun beberapa kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan siswa pada tingkatan ini antara lain : membilang atau mencacah, mengkumpulkan, mengklasifikasikan, menjelaskan, membuat daftar, menggabungkan dan membuat alogaritma. Siswa pada tingkatan ini menggunakan dua atau lebih penggalan informasi, namun urutan informasi tersebut sering gagal memberikan penjelasan mengapa atau apa hubungan diantar sekumpulan data tersebut. Dapat disimpulkan pula bahwa siswa yang memiliki kemampuan merespon masalah dengan beberapa strategi yang terpisah. Banyak hubungan yang dapat mereka buat, namun hubungan-hubungan tersebut belum tepat. 4. Level Relasional Pada level ini siswa dapat menghubungkan antara fakta dan teori serta tindakan dan tujuan. Pada tingkatan ini siswa dapat menunjukan pemahaman pada beberapa komponen dari satu kesatuan konsep. Adapun kata kerja yang mengindikasikaan kemampuan pada tingkatan ini yaitu membandingkan. Membedakan, menjelaskan hubungan sebab akibat, menggabungkan, menganalisis, mengaplikasikan dan menghubungkan. Siswa pada tingkatan ini juga dapat mengaitkan antara hubungan antara fakta dan teori serta tindakan dan tujuan. Siswa mulai mengaitkan informasi menjadi satu kesatuan yang koheren, sehingga siswa memperoleh konlusi yang konsisten. Pemahaman siswa terhadap beberapa komponen terintegrasi secara konseptual. Siswa dapat menerapkan konsep yang familiar dan tugas situsional. Kemampuan siswa pada tingkatan relasionak mampu memecah satu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut
  • 9. 8 dihubungkan dengan beberapa model dan dapat menjelaskan kesetaraan model tersebut. Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi dengan lebih dari satu kriteria untuk menentukan kualitas tertentu dan dapat menjelaskan keterkaitan penilaian dengan beberapa kriteria tersebut. 5. Level Abstrak yang diperluas (Extended Abstract) Pada tahap ini siswa melakukan koneksi tidak hanya terbatas pada konsep-konsep yang sudah diberikan saja melainkan dengan konsep-konsep diluar itu. Dapat melakuakn generalisasi serta dapat melakukan sebuah perumpamaan-perumpamaan pada situasi spesifik. Kata kerja yang merefleksikan kemampuan pada tahap ini adalah membuat suatu teori, membuat hipotesis, membuat generalisasi, melakukan refleksi serta membangun sebuah konsep. Nulty mendeskripsikan siswa dapat memberikan hal lebih dari satu desain eksperimen dengan lebih satu hipotesis. Dalam hal pemecahan masalah siswa pada tingkatan ini dapat memberikan penjelasan tentang suatu hubungan antar solusi yang mungkin melakuakan justifikasi terhadap solusi-solusi tersebut untuk membangun struktur baru. Dapat disimpulkan pula siswa pada tingkatan ini sudah menguasai materi dan memahami soal yang diberikan dengan sangat baik sehingga siswa sudah mampu untuk merealisasikan ke konsep-konsep yang ada. Selain kelima level diatas dalam taksonomi SOLO juga terdapat tingkatan-tingkatan dari kesulitan suatu pertanyaan. Tingkatan tersebut adalah sebagai berikut. a. Pertanyaan Unistruktural (U) Menggunakan sebuah informasi jelas dan langsung dari soal b. Pertanyaan Multistruktural (A) Menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam soal c. Pertanyaan Relasional (R) Menggunakan suatu pemahaman terpadu dari dua informasi atau lebih yang termuat dalam soal d. Pertanyaan abstrak yang diperluas
  • 10. 9 Menggunakan prinsip umum yang abstrak atau hipotesis yang diturunkan dari informasi dalam soal atau yang disarankan oleh informasi dalam soal Berdasarkan uraian mengenai penyusunan pertanyaan menurut tingkatan dalam taksonomi SOLO di atas, maka di buat tes yang dikembangkan berdasarkan tingkatan tersebut. Tujuan pembuatan tes ini untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah. C. Keunggulan dan Kelemahan Taksonomi SOLO 1. Keunggulan Taksonomi SOLO Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhanauntuk menentukan level respon pesrta didik terhadap suatu pertanyaan matematika demikian juga untuk mengkategorikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal atau pertanyaan. Dengan demikian taksonomi SOLO dapat menentukan tingkat kesulitan atau kompleksitas suatu soal atau pertanyaan matematika dengan didasarkan pada penyimpangan penyelesaian yang memuaskan yang didasarkan pada tingkatan struktur hasil belajar. Oleh karena itu, taksonomi SOLO mempunyai beberapa kelebihan yaitu sebagi berikut. 1) Alat yang mudah dan sederhana untuk menentukan level respon siswa terhadap suatu pertanyaan. 2) Alat yang mudah dan sederhana untuk pengkategorian kesalahan dalam menyelesaikan soal atau pertanyaan. 3) Alat yang mudah dan sederhana untuk menyusun dan menentukan tingkat kesulitan atau kompleksitas suatu soal atau pertanyaan. Hal diatas sesuai dengan pendapat Waston, dkk (1998:280) bahwa taksonomi SOLO dan peta respon sangat cocok digunakan dalam konteks apa yang terjadi dalam pengajaran, apa yang diharapkan dan bagaimana pertanyaan atau soal yang disusun. 2. Kelemahan Taksonomi SOLO a) Data tidak tepat. b) Prosedur tidak tepat c) Data hilang
  • 11. 10 d) Tidak ada kesimpulan e) Konflik level respon f) Manipulasi tidak langsung g) Masalaha hierarki keterampilan.
  • 12. 11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Taksonomi SOLO mengelompokan tingkat kemampuan siswa pada lima level berbeda dan bersifat hierarkis yaitu level 0 (prastruktural), level 1 (unistruktural), level 2 (multistruktural), level 3 ( relasional) level 4 (abstrak diperluas). Taksonomi solo didesain sebagai suatu alat evaluasi tentang kualitas respon peserta didik terhadap suatu tugas taksonomi yang digunakan untuk mengukur kemampun siswa dalam merespon suatu masalah dengan cara membandingkan jawaban benar optimal dengan jawaban yang diberikan siswa. B. Saran Pendidikan sangat penting di era sekarang ini. Maka untuk menempuh pendidikan yang sukses perlu adanya teknik belajar dan pembelajaran yang baik dan menarik agar mereka yang belajar memiliki jiwa semangat tinggi untuk terus belajar dan menjadi generasi bangsa yang cerdas. Kami juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami berharap kritik dan saran yang bersifat positif untuk kesempurnaan makalah ini.