1. MAKALAH
TAKSONOMI SOLO
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu : Syifa Nurul Fajriyah, M.Pd
Disusun oleh :
Deden Solehudin NPM : P220206372
Ewin Winayah NPM : P220206304
Tarisa Nur Akmalia NPM : P220206277
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
YASIKA MAJALENGKA
2021
2. i
KATA PENGANTAR
Pertama saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya
yang telah diberikan kepada saya. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada
junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya
hingga akhir zaman. Aamiin.
Saya selaku penyusun makalah, alhamdulillah telah berhasil menyelesaikan makalah
“Evaluasi Pembelajaran Matematika” tentang “Taksonomi SOLO”. Dan makalah ini saya
ajukan sebagai tugas untuk melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam memahami tentang bagaimana penjelasan Taksonomi SOLO. Saya menyadari bahwa
penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya
masukan, pendapat, maupun kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga
hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah SWT.
Amin.
Majalengka, 18 Maret 2022
3. ii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ......................................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................4
C. Tujuan ………................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Taksonomi SOLO .......................................................................5
B. Karakteristik Taksonomi SOLO ...................................................................5
C. Keunggulan dan Kelemahan Taksonomi SOLO...........................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................10
B. Saran…........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................11
4. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. pendidikan
membentuk manusia menjadi makhluk yang beradab yang membedakan dari makhluk
ciptaan Tuhan lainnya. Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang akan memberikan
suatu hasil yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia melakukan pengalaman belajarnya. Kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan, dan kekuatan.
Dalam pembelajaran matematika siswa dihadapkan pada suatu permasalahan dan harus
dipecahkan. Kemampuan memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan matematika
menjadi sangat penting karena akan melatih siswa berfikir deduktif dan teratur. Hal ini juga
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketercapaian kemampuan siswa dalam
bidang matematika selama pembelajaran matematika berlangsung. Kemampuan matematika
siswa terhadap suatu masalah berdasarkan pada kompleksitas pemahaman.
Untuk mengetahui kemampuan matematika siswa, maka diperlukan sebuah alat yang
mengatur kemampuan tersebut. Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur dan
mengetahui kemampuan matematika terhadap suatu masalah adalah taksonomi SOLO.
Taksonomi solo pertama dikenalkan oleh John Burville Biggs dan Kevin Francis Collis
pada tahun 1982. Solo merupakan singkatan dari structure of Observed Learning Outcome,
atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan struktur observasi dari hasil proses
pembelajaran. SOLO mengelompokkan tingkat kemampuan siswa kedalam lima level yaitu
prastruktural, unistruktular, multistruktular, relasional, dan yang paling tinggi adalah abstrak
diperluas. Klasifikasi ini didasarkan pada keberagaman berfikir siswa pada saat merespon
atau memecahkan masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Taksonomi SOLO?
2. Apa Saja Karakteristik Taksonomi SOLO?
3. Bagaimana Kelemahan Dan Keunggulan Taksonomi SOLO ?
4. Bagaimana Model Penilaian Berdasarkan Taksonomi SOLO?
5. 4
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Taksonomi SOLO
2. Untuk Mengetahui Level-Level Taksonomi SOLO
3. Untuk Mengetahui Kelemahan Dan Keunggulan Taksonomi SOLO
6. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Taksonomi SOLO
Kata “Taksonomi” diambil dari bahasa Yunani Tassein yang mengandung arti “untuk
mengelompokkan” dan nomos yang berarti “aturan”. Kuswana dalam Putri (2012:6)
mendefinisikan taksonomi sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki tingkatan
tertentu. Yang dimaksud dengan taksonomi adalah pengelompokan suatu objek berdasarkan
tingkatan tertentu.
Taksonomi SOLO yang merupakan singkatan dari Structure of the Observed Learning
Outcome merupakan teori dari Biggs Collis yang menjelaskan bahwa tiap tahap kognitif
terdapat respon yang sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak.
Fakhirah dalam ( Milati, 2013:11) mengatakan bahwa taksonimi SOLO adalah suatu alat
evaluasi tentang kualitas respon siswa terhadap suatu tugas yang dikembangkan oleh Biggs
Collis pada tahun 1982. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam merespon atau menyelesaikan suatu permasalahan berdasarkan pada tingkat
kompleksitas yang semakin meningkat dari rendah sampai tinggi.
Taksonomi SOLO berfungsi untuk menyusun butir soal dan untuk interpretasi respon
siswa sangat nyata. Jadi, taksonomi solo mengklasifikasikan kualitas hasil belajar.
Taksonomo SOLO berupa alat yang mudah dan sederhana untuk menentukan level respon
siswa terhadap suatu pertanyaan demikian juga untuk mengkategorikan kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal atau pertanyaan. Biggs dan collis (1882:22) membedakan antara
generalized kognitive structure atau struktur kognitif anak umun dengan actual respon atau
respon langsung anak ketika diberikan perintah-perintah. Mereka menerima keberadaan
konsep kognitif umum namun mereka meyakini bahwa hal tersebut tidak dapat diukur
langsung sehingga perlu memacu pada sebuah struktur hipotesis kognitif. Penekanan pada
suatu tugas tertentu sangat penting seperti yang diasumsikan dalam taksonomi SOLO bahwa
penampilan seseorang sangatlah beragam dalam menyelesaikan suatu tugas dengan tugas
lainnya. Hal ini berkaitan etar dengan logika yang mendasarinya selanjutnya asumsi ini juga
meliputi penyimpangan yang dalam model ini dikatakan : siswa dapat saja berada pada level
7. 6
formal dalam matematika namun berada pada level konkrit dalam sejarah, atau bahkan
dapat terjadi suatu hari siswa berada pada level formal di matematika namun dilain hari dia
masih berada pada level yang konkrit pada topic yang berbeda. Hasil observasi seperti ini
tidak dapat mengindikasikan terdapatnya “pertukaran” dalam perkembangan kognitif yang
berlangsung, tapi sedikit pertukaran terjadi pada kontruksi yang lebih proximal,
pembelajaran, penampilan atau motivasi. Biggs dan Collis (1991:60)
Collis, dkk (1986:220) menyatakan pendekatan model respon dari taksonomi SOLO
sangat berguna bagi pendidik dan peneliti untuk mendeskripsikan level penalaran peserta
didik yang berkaitan dengan tugas-tugas.
B. Karakteristik Taksonomi SOLO
Taksonomi SOLO merupakan klasifikasi kemampuan siswa dalam penyelesaian atau
pemecahan masalah dengan memperhatikan karakteristik kelima level kemampuan pada
taksonomi SOLO, yaitu level prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional dan
abstrak yang diperluas. Deskripsi kelima level tersebut adalah sebagai berikut.
1. Level Prastruktural
Level prastruktural adalah tingkatan dimana siswa hanya memiliki sedikit sekali
informasi yang bahkan saling tidak berhubungan, sehingga tidak membentuk sebuah
kesatuan konsep sama sekali dan tidak mempunyai makna apapun. Pada level ini
siswa merespon suatu tugas dengan menggunakan pendekatan yang tidak
konsisten.artinya siswa tersebut tidak memahami apa yang telas di demonstrasikan.
Siswa prastruktural belum bisa mengerjakan tugas yang diberikan secara tepat,
artinya siswa tidak memiliki keterampilan yang dapat digunakan dalam penyelesaian
tugas. Dengan kata lain siswa sama sekali tidak memahami apa yang harus
dikerjakan. Salah satu hal yang terlihat adalah dengan tidak adanya penyelesaian
masalah yang diberikan siswa.
2. Level Unistruktural
Pada tingkatan ini dapat dilihat adanya hubungan yang jelas dan sederhana antara
suatu konsep dengan konsep lainnya tetapi inti konsep tersebut secara luas belum
dipahami. Beberapa kata kerja yang dapat mengindikasi aktivitas pada tahap ini
adalah mengidentifikasikan, mengingat dan melakukan prosedur sederhana. Dalam
hal berfikir kreatif siswa tersebut mendemonstrasikan suatu pola pikir yang
8. 7
unidirectional yang memfokuskan pada suatu aspek atau suatu strategi atau suatu
solusi. Pada tingkatan ini siswa dapat merespon dengan sederhana pertanyaan yang
diberikan akan tetapi respon yang diberikan oleh siswa belum dipahami. Siswa pada
tingkatan ini mencoba menjawab pertanyaan dengan car terbatas yaitu dengan cara
memilih satu informasi yang ada pada pertanyaan yang diberikan. Tanggapan siswa
hanya fokus terhadap satu aspek yang relevan.
3. Level Multistruktural
Pada tingkatan ini siswa sudah memahami beberapa komponen namun hal ini masih
bersifat terpisah satu sama lain sehingga belum membentuk pemaham secara
komprehensif. Beberapa koneksi sederhana sudah terbentuk namun demikian
kemampuan metakognisi belum tampak pada tahap ini. Adapun beberapa kata kerja
yang mendeskripsikan kemampuan siswa pada tingkatan ini antara lain : membilang
atau mencacah, mengkumpulkan, mengklasifikasikan, menjelaskan, membuat
daftar, menggabungkan dan membuat alogaritma. Siswa pada tingkatan ini
menggunakan dua atau lebih penggalan informasi, namun urutan informasi tersebut
sering gagal memberikan penjelasan mengapa atau apa hubungan diantar
sekumpulan data tersebut. Dapat disimpulkan pula bahwa siswa yang memiliki
kemampuan merespon masalah dengan beberapa strategi yang terpisah. Banyak
hubungan yang dapat mereka buat, namun hubungan-hubungan tersebut belum tepat.
4. Level Relasional
Pada level ini siswa dapat menghubungkan antara fakta dan teori serta tindakan dan
tujuan. Pada tingkatan ini siswa dapat menunjukan pemahaman pada beberapa
komponen dari satu kesatuan konsep. Adapun kata kerja yang mengindikasikaan
kemampuan pada tingkatan ini yaitu membandingkan. Membedakan, menjelaskan
hubungan sebab akibat, menggabungkan, menganalisis, mengaplikasikan dan
menghubungkan. Siswa pada tingkatan ini juga dapat mengaitkan antara hubungan
antara fakta dan teori serta tindakan dan tujuan. Siswa mulai mengaitkan informasi
menjadi satu kesatuan yang koheren, sehingga siswa memperoleh konlusi yang
konsisten. Pemahaman siswa terhadap beberapa komponen terintegrasi secara
konseptual. Siswa dapat menerapkan konsep yang familiar dan tugas situsional.
Kemampuan siswa pada tingkatan relasionak mampu memecah satu kesatuan
menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut
9. 8
dihubungkan dengan beberapa model dan dapat menjelaskan kesetaraan model
tersebut. Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan
metodologi dengan lebih dari satu kriteria untuk menentukan kualitas tertentu dan
dapat menjelaskan keterkaitan penilaian dengan beberapa kriteria tersebut.
5. Level Abstrak yang diperluas (Extended Abstract)
Pada tahap ini siswa melakukan koneksi tidak hanya terbatas pada konsep-konsep
yang sudah diberikan saja melainkan dengan konsep-konsep diluar itu. Dapat
melakuakn generalisasi serta dapat melakukan sebuah perumpamaan-perumpamaan
pada situasi spesifik. Kata kerja yang merefleksikan kemampuan pada tahap ini
adalah membuat suatu teori, membuat hipotesis, membuat generalisasi, melakukan
refleksi serta membangun sebuah konsep. Nulty mendeskripsikan siswa dapat
memberikan hal lebih dari satu desain eksperimen dengan lebih satu hipotesis.
Dalam hal pemecahan masalah siswa pada tingkatan ini dapat memberikan
penjelasan tentang suatu hubungan antar solusi yang mungkin melakuakan
justifikasi terhadap solusi-solusi tersebut untuk membangun struktur baru. Dapat
disimpulkan pula siswa pada tingkatan ini sudah menguasai materi dan memahami
soal yang diberikan dengan sangat baik sehingga siswa sudah mampu untuk
merealisasikan ke konsep-konsep yang ada.
Selain kelima level diatas dalam taksonomi SOLO juga terdapat tingkatan-tingkatan
dari kesulitan suatu pertanyaan.
Tingkatan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pertanyaan Unistruktural (U)
Menggunakan sebuah informasi jelas dan langsung dari soal
b. Pertanyaan Multistruktural (A)
Menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam soal
c. Pertanyaan Relasional (R)
Menggunakan suatu pemahaman terpadu dari dua informasi atau lebih yang termuat
dalam soal
d. Pertanyaan abstrak yang diperluas
10. 9
Menggunakan prinsip umum yang abstrak atau hipotesis yang diturunkan dari
informasi dalam soal atau yang disarankan oleh informasi dalam soal
Berdasarkan uraian mengenai penyusunan pertanyaan menurut tingkatan dalam
taksonomi SOLO di atas, maka di buat tes yang dikembangkan berdasarkan tingkatan
tersebut. Tujuan pembuatan tes ini untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan
masalah.
C. Keunggulan dan Kelemahan Taksonomi SOLO
1. Keunggulan Taksonomi SOLO
Taksonomi SOLO merupakan alat yang mudah dan sederhanauntuk menentukan
level respon pesrta didik terhadap suatu pertanyaan matematika demikian juga untuk
mengkategorikan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal atau pertanyaan. Dengan
demikian taksonomi SOLO dapat menentukan tingkat kesulitan atau kompleksitas suatu soal
atau pertanyaan matematika dengan didasarkan pada penyimpangan penyelesaian yang
memuaskan yang didasarkan pada tingkatan struktur hasil belajar.
Oleh karena itu, taksonomi SOLO mempunyai beberapa kelebihan yaitu sebagi berikut.
1) Alat yang mudah dan sederhana untuk menentukan level respon siswa terhadap suatu
pertanyaan.
2) Alat yang mudah dan sederhana untuk pengkategorian kesalahan dalam
menyelesaikan soal atau pertanyaan.
3) Alat yang mudah dan sederhana untuk menyusun dan menentukan tingkat kesulitan
atau kompleksitas suatu soal atau pertanyaan.
Hal diatas sesuai dengan pendapat Waston, dkk (1998:280) bahwa taksonomi SOLO dan
peta respon sangat cocok digunakan dalam konteks apa yang terjadi dalam pengajaran,
apa yang diharapkan dan bagaimana pertanyaan atau soal yang disusun.
2. Kelemahan Taksonomi SOLO
a) Data tidak tepat.
b) Prosedur tidak tepat
c) Data hilang
11. 10
d) Tidak ada kesimpulan
e) Konflik level respon
f) Manipulasi tidak langsung
g) Masalaha hierarki keterampilan.
12. 11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taksonomi SOLO mengelompokan tingkat kemampuan siswa pada lima level berbeda dan
bersifat hierarkis yaitu level 0 (prastruktural), level 1 (unistruktural), level 2
(multistruktural), level 3 ( relasional) level 4 (abstrak diperluas). Taksonomi solo didesain
sebagai suatu alat evaluasi tentang kualitas respon peserta didik terhadap suatu tugas
taksonomi yang digunakan untuk mengukur kemampun siswa dalam merespon suatu
masalah dengan cara membandingkan jawaban benar optimal dengan jawaban yang
diberikan siswa.
B. Saran
Pendidikan sangat penting di era sekarang ini. Maka untuk menempuh pendidikan yang
sukses perlu adanya teknik belajar dan pembelajaran yang baik dan menarik agar mereka
yang belajar memiliki jiwa semangat tinggi untuk terus belajar dan menjadi generasi bangsa
yang cerdas. Kami juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami
berharap kritik dan saran yang bersifat positif untuk kesempurnaan makalah ini.