SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
MAKALAH KIMIA FARMASI ANALIS
Amin aromatik primer (Sulfonamida, Sulfonilurea dan thiazid)
Tugas ini diberikan oleh dosen : Bapak M. Nur Abdullah, M.Si.,Apt
Disusun oleh :
Nama Kelompok :
- Fatiya Zata Ishma (11151102) - Qonita Aliya (11151116)
- Febi Py (11151103) - Raka Purwa (11151119)
- Merisa (11151110) - Risda Herlani (11151121)
- Putri Rahmadhoni (11151117) - Gilang Eka Permana (11151142
Kelas : 2 FA 3
Kelompok : 4
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang amina
aromatis primer (sulfonamide, sulfonilurea dan thiazid) ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak M. Nur Abdullah,
M.Si.,Apt selaku Dosen mata kuliah Kimia Farmasi Analisis yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai teori amina aromatis primer (sulfonamide, sulfonilurea, dan
thiazid) dalam analisis obat dan bahan obat beserta contoh obatnya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bandung, 26 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Prinsip
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendahuluan :
2.1 Definisi
2.2 Golongan
2.3 Contoh-Contoh
2.4 Reaksi
B. Identifikasi Senyawa :
2.5 Mini monografi (Nama , organoleotis, sifat fisika/kimia dan fisikokimia)
2.6 Gugus Fungsi
2.6 Golongan
2.7 Reaksi Spesifik
C. Volumetri :
2.8 Pentiter
2.9 Pembakuan
2.10 Reaksi, Perhitungan, Dan Stoikiometri
2.11 TAT
2.12 Prosedur Dan Pembahasan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang farmasis dituntun untuk menguasasi berbagai metode yang digunakan untuk
menetapkan kadar maupun pembakuan suatu bahan atau menganalisis senyawa obat salah
satunya adalah dengan titrasi nitrimetri yang termasuk kedalam titrasi volumetric. Nitrimetri
umumnya digunakan sebagai penentuan sebagian besar obat sulfonamida dan obat-obat lain
sesui penggunaannya
Nitritometri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan
larutan baku natrium nitrit. Nitritometri disebut juga dengan metode titrasi diazotasi.
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan kadarnya dengan metode nitritometri diantaranya
adalah golongan senyawa sulfanolamida, sulfonilurea dan thiazid. Penetapan kadar senyawa
ini dilakukan untuk mengetahui kemurnian zat tersebut dalam satu sample.
Diazotasi merupakan analisis kuantitatif yang berdasarkan pada reaksi antara amin
aromatis primer dengan asam nitrit sebagai penitrannya yang berlangsung dalam suasana
asam dan membentuk garam diazonium. Analisis golongan senyawa sulfanolamida,
sulfonilurea dan thiazid ini dianggap penting sebagaimana diketahui senyawa ini merupakan
zat aktif yang dapat digunakan sebagai antimikroba, antidiabetes, diuretik sehingga dapat
diketahui bagaimana sifat dari senyawa ini seperti kemurniaanya. Hal inilah yang melatar
belakangi dilakukannya percobaan ini.
Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan gugusan amino
aromatis dalam industri zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan sulfanilamida dan
semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amino aromatis.
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode nitritometri antara lain
sulfamerazin, sulfadiazine, sulfanilamide. Senyawa-senyawa ini dalam farmasi sangat
bermanfaat seperti sulfanilamide sebagai antimikroba. Melihat kegunaannya tersebut, maka
percobaan ini perlu dilakukan.
Analisis titrimetri adalah pemeriksaan atau penentuan sesuatu bahan dengan teliti.
Analisis ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu analisis kuantitatif dan analisis kulitatif.
Analisis kulitatif adalah pemeriksaan sesuatu berdasarkan komposisi atau kualitas, sedangkan
analisisi kuantitatif adalah pemeriksaan berdasarkan jumlahnya atau kuantitinya . Pada
percobaan ini akan dianalisis dari golongan senyawa sulfanolamida, sulfonilurea dan thiazid
secara kuantitatif yakni dengan menggunakan salah satu metode yang disebut dengan metode
diazotasi atau nitrimetri
I.2. Tujuan percobaan
Dapat mengetahui dan memahami cara menganalisa golongan senyawa
sulfanolamida, sulfonilurea dan thiazid dengan metode diazotasi atau nitrimetri. Tujuan
Titrasi Nitrimetri adalah untuk Memperoleh molaritas larutan baku NaNO2-,serta Menetapkan
kadar zat dalam sampel secara nitrimetri.
1.3 Maksud percobaan
Dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara menganalisa golongan senyawa
sulfanolamida, sulfonilurea dan thiazid dengan suatu metode.
I.3. Prinsip percobaan
Analisis golongan senyawa sulfanolamida, sulfonilurea dan thiazid menggunakan
metode diazotasi atau nitrimetri. Prinsipny yaitu penentuan kadar suatu senyawa yang
berdasarkan pada pembentukan garam diazonium yang diperoleh dari asam nitrit dengan cara
mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
1. Definisi
Amin adalah turunan organic dari amomonia dimana satu atau lebih atom hydrogen
pada nitrogen yang telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki
sifat mirip dengan ammonia seperti alcohol dan eter terhadap air.
Amina adalah senyawa organic yang mengandung atom nitrogen trivalent yang
mengandung atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom
karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino (-
NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai
tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat
pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina.
a. Ciri Khas
Di antara sejumlah golongan senyawa organic yang memiliki sifat basa, yang
terpenting adalah amina. Di samping itu sejumlah amina memiliki keaktifan faali (fisiologis),
misalnya efedrina berkhasiat sebagai peluruh dahak, meskalina yang dapat mengakibatkan
seseorang berhalusinasi, dan amfetamina yang mempunyai efek stimulant. Kelompok
senyawa alkaloid yang berasal dari tumbuhan secara kimia juga meripakan bagian dari
golongan basa organic amina.
b. Rumus Umum
 Rumus umum untuk senyawa amina adalah :
RNH2 R2NH R3N:
Dimana R dapat berupa alkil atau aril
 Struktur
Amina merupakan senyawa organik yang terpenting dalam kehidupan sehari-hari dan
memiliki urutan yang paling penting dalam senyawa organik, oleh karena itu amina tidak
terlepas dari semua unsur organik yang lain. Oleh karena itu sifat-sifat yang di pelajari dalam
senyawa amina akan sangat membantu dalam memahami aspek kimiawi kelompok alkoid
yang mempunyai peran pentig dalam pembuatan obat-obat sinetik dewasa ini.
SIFAT KIMIA
- Pada senyawa dengan rantai pendek, merupakan senyawa polar yang mudah larut
dalam air.
- Memiliki titik didih dan titik leleh yang dengan seiring bertambah cenderung
bertambah panjangnya rantai karbon.
- Semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan amina dalam air bersifat basis.
SIFAT FISIKA
- Suku-suku rendah berbentuk gas.
- Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.
- Mudah larut dalam air
- Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.
- Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM.
c. Klasifikasi
Amina digolongkan menjadi amina primer (RNH2), sekunder (R2NH), atau tersier
(R3N), tergantung kepada jumlah atom karbon yang terikat pada atom nitrogen (bukan pada
atom karbon, seperti pada alkohol)
1. Amin Primer (suatu karbon Terikat kepada N).
2. Amin sekunder (Dua Korbon terikat kepadaN).
3. Amin Tersier (Tiga karbon Terkait kepada N).
Amin aromatis primer dan non aromatis primer adalah
2. Golongan
2.1 Sulfonamide
Sulfonamida adalah kemoterapeutik dalam resep. Biasanya sulfa
dikombinasi dengan Na-bicarbonat atau Natrium nitrat untuk mendapatkan suasana
alkalis, karena jika tidak dalam suasana alkalis maka sulfa-2 akan menghablur
dalam saluran air kencing, hal ini akan menimbulkan iritasi yang cukup
mengerikan. Tapi tidak semua sulfa dikombinasi dengan Natrium bikarbonat atau
Natrium sitras, misalnya : Trisulfa dan Elkosin, hal ini karena pH-nya sudah
alkalis, maka Kristal urea dapat dihindari.
1. Pemakaian
a) Kemoterapeutikum : Sulfadiazin, Sulfathiazol
b) Antidiabetikum : Nadisa, Restinon
c) Desibfektan saluran air kencing : Thidiour
d) Diuretikum : Diamox
2. Sifat – sifat
- Bersifat ampoter, karena itu sukar di pindahkan dengan acara
pengocokan yang umum digunakan dalam analisa organik.
- Mudah larut dalam aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan Elkosin
3. Penarikan
Sebaiknya dilakukan pada pH 7, lalu diuapkan dan ditarik dengan aseton.
Tablet : ditarik dengan HCL encer atau NH4OH, filtrate ditambahkan Natrium asetat
atau asam asetat maka Sulfonamida akan mengendap.
4. Kelarutan
- Umumnya tidak melarut dalam air, tapi adakalanya akan larut dalam air
panas anas.
- Elkosin biasanya larut dalam air panas dan dingin.
- Tidak larut dalam eter, kloroform, petroleum eter.
- Larut baik dalam aseton.
- Sulfa – sulfa yang mempunyai gugus amin aromatik tidak bebas akan
mudah larut dalam HCl encer. Irgamid dan Irgafon tidak lariut dalam
HCl encer.
- Sulfa – sulfa dengan gugusan aromatik sekunder sukar larut dalam HCl,
misalnya septazin, soluseptazin, sulfasuksidin larut dalam HCl, akan
tetapi larut dalam NaOH.
- Sulfa dengan gugusan –SO2NHR akan terhidrolisis bila dimasak
dengan asam kuat HCl atau HNO3.
Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif
dan negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara
PABA (Para Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus
dasar sulfa :
H2N – C6H4 – COOH
Sulfonamida bertindak sebagai analog struktural dari asam p-aminobenzoik
(PABA), yang menghambat PABA saat pembentukan asam dihidropteroik dalam sintesis
asam folat.Organisme yang membuat sendiri asam folatnya dan tidak dapat memakai
pasokan eksogen dari vitamin menjadi sensitif terhadap sulfonamida, karena selnya dapat
menyerap obat ini, sementara organisme yang memerlukan asam folat eksogen untuk
pertumbuhannya tidak sensitif.Penundaan periode beberapa generasi terjadi antara
paparan sel yang sensitif pada sulfonamida dan penghambatan pertumbuhan; pada saat ini
sel menghabiskan pasokan asam folat endogen yang telah dibuat sebelumnya.Efek
penundaan ini memungkinkan sulfonamida dipakai bersama dengan antibiotik (misalnya
penisilin) yang hanya aktif terhadap organisme yang tumbuh.
Efek penghambat sulfonamida dapat dinetralkan dengan memasok sel dengan
metabolit yang normalnya membutuhkan asam folat untuk sintesisnya (misalnya purin,
asam amino tertentu); zat demikian dapat hadir misalnya dalam pus, sehingga
sulfonamida menjadi tidak efektif dalam perawatan infeksi suppuratif tertentu.Bakteri
yang siap mengembangkan resistansi pada sulfonamida, seperti modifikasi Streptococcus
pneumoniae yang dihasilkan lewat mutasi satu langkah pada sintetase asam
dihidropteroik dapat mengurangi afinitas enzim sulfonamida tanpa mengurangi
afinitasnya pada PABA.Hambatan dari plasmid juga muncul dan dapat terlibat, misalnya
plasmid tersandi sintase asam dihidropteroik resistan sulfonamida.
 Gugus Fungsi Sulfonamida
Banyak jenis sulfonamida yang berbeda misalnya dalam sifat klinisnya,
toksisitasnya, dll.Sebagian besar turunan memiliki penyusun nitrogen dari grup
sulfonamida (NH2.C6H4.SO2.NHR). Substitusi grup p-amino menghasilkan hilangnya
aktifitas anti bakterial, namun turunan demikian dapat dihidrolisa in vivo menjadi turunan
yang aktif. Sebagai contoh, p-Nsuccunylsulfatiazol dan fitalilsulfatiazol tidak aktif dan
sulit diserap perut, namun mereka terhidrolisa pada usus bawah untuk melepaskan
komponen aktif sulfatiazol; obat ini telah digunakan misalnya pada saat sebelum dan
sesudah bedah perut
 Hubungan Struktur dan aktivitas
a) Gugus amino-primer aromatik sangat penting untuk aktivitas karena banyak
modifikasi pada gugus tersebut ternyata menghilangkan aktivitas antibakteri, cont
oh- metabolit N4
b) asetilasi tidak aktif sebagai antibakteri. Oleh karena itu gugus amino harus tidak te
rsubtitusi (R’=H atau mengandung subtituen yang mudah dihilangkan pada in
vivo)
c) Bentuk yang aktif sebagai antibakteri adalah bentuk garam N1terionisasi (N1
mono subtitusi, sedangkan N1 disubtitusi tidak aktif sebagai antibakteri).
Penggantian cincin benzene dengan system cincin yang lain dan pemasukkan
substituent lain pada cincin benzene akan menurunkan atau menghilangkan
aktivitas.
d) Penggantian gugus SO2NH2 dengan SO2-C6H4-(p)NH2 senyawa tetap aktif
sebagai antibakteri. Penggantian dengan CONH- C 6H4-(p) N H2 atau CO6H4-
(p)NH2 akan menurunkan aktivitas.
e) Dari studi hubungan nilai pKa, turunan sulfonamide dengan aktivitas
antibakterinya secara in vitro, Bell dan Roblin mendapatkan bahwa aktivitas
antibakteri cukup tinggi ditunjukkan oleh turunan sulfonamida yang mempunyai
nilai pKa antara 6-7,4 dan terlihat bahwa aktivitas maksimal dicapai oleh
senyawa yang mempunyai nilai pKa mendekati pHfisiologis. Salah satu efek
samping turunan sulfonamida adalah kerusakan ginjal yang disebabkankarena
pembentukan kristal yang sukar larut di ginjal oleh metabolit sulfonamida dan
asetilsulfonamida. Sulfonamida mempunyai nilai pKa 10,4 dan dalam urin
mempunyai pH ± 6terdapat dalam bentuk tak terionisasi. Bentuk ini sukar larut
dalam air sehingga mudah membentuk Kristal di ginjal. Untuk membuat
sulfanilamide lebih mudah larut dalam urin sehingga memperkecil kemungkinan
pembentukan Kristal asetil sulfonamida di ginjal dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
 Meningkatkan volume dan aliran urin, yaitu dengan minum air yang banyak pada
awal pemberian sulfonamida.
 meningkatkan pH urun sampai > 10,4 (basa) yaitu dengan pemberian natrium
bikarbonat, ± 1-4 gram.
Pada pH basa sulfanilamide akan membentuk garam yang mudah larut air.
 Membuat turunan sulfonamida yang mempunyai nilai pKa rendah, sehingga
pada pH urin terdapat dalam bentuk terionisasi yang mudah larut dalam air.
Contoh : sulfametoksasol pKa6,1 dan sulfisoksasol pKa.
 Berdasarkan penggunaan terapetik sulfonamida dibagi menjadi enam
kelompok
yaitu sulfonamida untuk infeksi sistemik, untuk infeksi usus, untuk in
feksi mata, untuk infeksi saluran seni, untuk pengobatan luka bakar, dan lain-lain.
(Siswandono dan Soekardjo, 2008)
 Efek samping
Kerusakan parah pada sel-sel darah, yang berupa antara lain agranulositosis dan
anemia hemolitis. Reaksi alergi , gangguan saluran cerna(mual,muntah, diare dan
sebagainya). Bahaya kristaluria
2.2 Sulfonilurea
Struktur :
Sulfonilurea adalah turunan sulfanilamid tetapi tidak mempunyai aktivitas antibakteri.
Golongan ini bekerja merangsang sekresi insulin di pankreas sehingga hanya efektif bila
sel - pankreas masih dapat berproduksi. Golongan sulfonilurea dibagi 2, yaitu generasi I
(asetoheksaid, klorpropamid, tolazamid, tolbutaid) dan generasi II (glipizid, gliburid,
glimepirid). Indikasi : diabetes mellitus tipe II.
Sulfonilurea memiliki mekanisme kerja dengan meningkatkan sekresi insulin,
meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin, dan menurunkan sekresi glukagon.
Indikasi penggunaan sulfonilurea adalah untuk terapi DM tipe 2. Sedangkan
kontraindikasinya adalah pada pasien menyusui, ketoasidosis (kondisi yang terjadi ketika
tubuh tidak mampu menggunakan glukosa sebagai sumber energi akibat kurangnya kadar
insulin), dan gangguan ginjal. Sulfonilurea memiliki efek samping hipogilkemi (anjloknya
kadar gula darah menjadi di bawah normal), gangguan pencernaan, mual, dan anemia.
Ada 3 jenis sulfonil urea, yaitu :
1. Sulfonilurea short acting, contohnya adalah tolbutamin. Jenis short acting memiliki
sifat absorpsinya (penyerapan) cepat dan tidak dipengaruhi oleh makanan. Efek
sampingnya bisa menyebabkan hipoglikemi dan terjadinya rash (kemerahan) di kulit
serta gangguan pencernaan.
2. Sulfonilurea intermediate acting, contohnya :
 Acetoheksamid : memiliki sifat absorpsinya cepat dan berefek diuretik lemah (tidak
terlalu berefek memperbanyak pengeluaran urin).
 Tolazamid : absorpsinya lambat
 Gliburid : absorpsinya cepat, berefek diuretik lemah, dan menghambat produksi
glukosa di hepar (hati)
 Glipizid : absorpsi cepat dan dapat dihambat oleh makanan
3. Sulfonilurea long acting : Klorpropamide dan glibenklamid
Keduanya memiliki sifat absorpsi yang cepat, berefek samping hipoglikemi, dan
bukan pilihan obat DM yang baik untuk pasien lansia.
 Indikasi sulfonylurea
 Pemilihan preparat sulfonilurea yang tepat untuk pasien tertentu penting untuk
suksesnya terapi.
 Yang penting bukan umur pasien waktu terapi dimulai → tetapi umur pasien dimana
penyakit mulai timbul → pada umumnya hasilnya baik dengan terapi jika DM nya
timbul pada usia >40 tahun
 Untk mengatasi hiperglikemi diutamakan pengaturan diet dan exercise → sampai
berat badan ideal→ obat merupakan pelengkap dalam mempertahankan euglikemik
 Selama terapi pemeriksaan fisik & laboratorium tetap dilakukan teratur→ dalam
keadaan gawat seperti stress, komplikasi infeksi dan pembedahan→ tetap kembali
keterapi insulin.
 Kontra indikasi
 pada pasien DM dengan : disfungsi hati, ginjal endokrin, gizi buruk, alkoholisme,
akut dan pasien yang mendapat diuretik tiazid.
 Efek potensasi → meningkatkan keadaan hipoglikemik dengan penggunaan bersama
preparat-preparat : sulfoniamid, propanolol, salisilat, clofibrat, fenilbutazon,
probenesid, dikumarol, kloramfenikol, mono amino oksidase inhibitor, alkohol.
Hipersensitif terhadap sulfonilurea, komplikasi diabetes karena ketoasidosis dengan
atau tanpa koma, komplikasi diabetes karena kehamilan.
4. Efek samping
 UGDP (University Group Diabetes Program) 1970 jumlah kematian yang disebabkan
oleh penyakit kardiofaskuler pasien DM yang diobati dengan tolbutamide sangat
besar dibanding pasien yang diobati insulin atau placebo.
 Seperti sediaan-sediaan lain sering dilaporkan : rasa tidak enak, sakit perut; ganguan
saluran cerna (mual, muntah, diare) ; saraf (vertigo, bingung, sakit kepala, ataksia).
 Kegagalan sekunder → gagal mempertahankan respon yang baik pada terapi
sulfonilurea dalam jangka panjang pada pengelolaan DM tipe 2→( dianjurkan terapi
berselang dalam dosis tunggal dengan masa kerja pendek); juga penuruna progresif
pada masa sel β pada DM tipe 2 kronis juga berperan untuk kegagalan sekunder ini.
 Efek teratogen pada hewan uji pernah dilaporkan pada dosis yang besar→sehingga
tak dianjurkan untuk wanita hamil.
 Efek diuretic dijumpai pada klorpropamide, acetohexamide, tolazamide & gliburide.
 Resiko terjadi ikterus obstruktif paling sering dilaporkan dengan sediaan
klorpropamide (± 0,4 %); pasien dengan predisposisi genetic bisa terjadi hyperemic
flush (= efek disulfiram = efek antabus ) bila mengkonsumsi alkohol didalam
penggunaan terapi tolbtamid, gliburide dan tersering klorpropamide.
 Toksisitas hematologic (leucopenia sementara, trombositopenis ) terjadi pada kurang
dari 1% pasien dengan terapi klorpropamide.
 Hipoglikemi : (dosis tidak tepat, diet ketat, gangguan fungsi hati dan atau ginjal) ; dan
cenderung terjadi pada derivate-derivat kerja kuat (glibenklamide, klorpropamide).
 Nafsu makan diperbesar → berat badan meningkat.
3 Thiazid
Struktur :
Diuretik merupakan obat-obatan yang dapat meningkatkan laju aliran urin. Golongan
obat ini menghambat penyerapan ion natrium pada bagianbagian tertentu dari ginjal. Oleh
karena itu, terdapat perbedaan tekanan osmotik yang menyebabkan air ikut tertarik, sehingga
produksi urin semakin bertambah. Terdapat golongan-golongan dari diuretik yang memiliki
efektivitas yang bervariasi, mulai dari golongan diuretik hemat kalium yang hanya
mengekskresikan 2% ion natrium sampai golongan diuretik loop yang dapat
mengekskresikan sampai 20% ion natrium. Selain mempengaruhi ekskresi (pembuangan) ion
natrium, diuretik juga mempengaruhi kemampuan ginjal mengatasi ionion lain seperti
kalium, hidrogen, kalsium, magnesium, klor, bikarbonat, fosfat, dan asam urat. Diuretik juga
mempengaruhi secara tidak langsung sirkulasi darah.
 Fungsi
Fungsi dari diuretik secara umum sesuai dengan definisi yaitu meningkatkan laju
aliran urin yang selanjutnya meningkatkan produksi urin. Akantetapi, fungsi secara khusus
bergantung pada masingmasing golongan dari diuretik. Terdapat 5 golongan diuretik
1. diuretik tiazid;
2. diuretik loop;
3. diuretik hemat kalium;
4. penghambat karbonik anhidrase;
5. diuretik osmotik.
Diuretik tiazid merupakan golongan yang umum digunakan. Seluruh obat-obatan
golongan ini bekerja pada tubulus distal ginjal dan memiliki efek diuretik yang sama.
Peningkatan dosis pada obat-obatan golongan ini tidak akan meningkatkan respon
peningkatan produksi urin. Salah satu obat yang termasuk golongan ini
adalah hydrochlorothiazide (HCT). Diuretik loop bekerja pada lengkung henle ginjal.
Dibandingkan dengan diuretik golongan lain, diuretik loop memiliki efektivitas tertinggi
dalam mengeluarkan ion natrium dan clor dari tubuh yang selanjutnya tentu diikuti dengan
meningkatnya jumlah produksi urin. Obat yang paling sering digunakan dari golongan
diuretik loop adalah furosemide.
Diuretic golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48
jam) dan terutama igunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung
(dekompensatio cardis). Obat-obatan ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis
optimal dinaikan memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikan lagin
efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.
Diuretik hemat kalium bekerja pada tubulus pengumpul ginjal untuk mencegah
penyerapan kembali ion natrium dan pengeluaran ion kalium. Obat golongan ini lebh sering
digunakan untuk mengobati hipertensi, dan sering dikombinasikan dengan diuretik tiazid.
Sangat penting memonitor kadar kalium dalam darah pada pasien yang mengkonsumsi obat
ini. Spironolactone merupakan obat dari golongan ini yang sering digunakan.
Acetazolamide merupakan obat yang bekerja sebagai penghambat enzim karbonik
anhidrase pada tubulus proksimal ginjal. Obat golongan ini lebih sering digunakan untuk
fungsi lain (seperti : pengobatan glaukoma) selain diuretik karena efektivitasnya yang lebih
rendah dibandingkan diuretik tiazid.
Diuretik osmotik merupakan substansi kimia sederhana (seperti : mannitol dan urea)
yang disaring dan keluar melalui ginjal. Obat golongan ini dapat memberikan efek diuretik
karena kemampuannya dalam membawa cairan bersamaan dengan keluarnya substansi ini ke
tubulus ginjal. Hanya sebagian kecil ion natrium yang ikut keluar bersamaan dengan
substansi ini. Diuretik osmotik merupakan tatalaksana utama dalam mengatasi peningkatan
tekanan di dalam otak, keracunan obat, trauma.
3. Contoh-contoh
1. Sulfonamide
Contoh-contoh sulfonamida antara lain:
1. Sulfacetamida (N-[(4-aminofenil)sulfonil]-asetamida);
2. Sulfadiazin
3. Sulfadimetoksin (4-amino-N-(2,6-dimetoksi-pirimidinil)benzenesulfonamida)
4. Sulfadimidin (=sulfametazin: 4-amino-N-(4,6-dimetil-2
pirimidinil)benzenesulfonamida);
5. Sulfaguanidin (4-amino-N-(aminoiminometil)benzenesulfonamide);
6. Sulfametizol (4-amino-N-(5-metil-1,3,4-tiadiazol-2-il)benzenesulphonamide);
7. Sulfametoksazol (4-amino-N-(5-metil-3-isoxazolil)benzenesulfonamida);
8. sulfatiazol (4-amino-N-2-tiazolilbenzenesulfonamida); dan sebagainya.
2. Sulfonilurea
1. Klorpropamide
2. Glibenklamid
3. Tolbutamid
4. Tolazamid
5. Glimepiridin
6. Glibenklamid
7. Glipizid
8. Gliklazid
3. Tiazid
1. Klorotiazid
2. Hidroklorotiazid
3. Hidroflumetiazid
4. Politiazid
5. Benztiazid
6. Siklotiazid
7. Klortalidon
8. Kuinetazon
9. Indepamid.
4. Reaksi
1. Sulfonilamid
 Reaksi Umum Penentuan Sulfonamida :
1. Pemeriksaan pendahuluan/ penggolongan
a. Reaksi elementor terhadap unsur C, N, S : positif
b. Reaksi terhadap gugus-gugus amin :
Reaksi Diazotasi, reaksi dengan p-DAB HCL (Erlich), reaksi korek/api dan reaksi
idophenol. Positif untuk amin-amin yang tidak terblokir/amin bebas, amin yang terblokir akn
negative misalnya ftalazol.
c. Reaksi terhadap gugus sulfon :
Sulfonamida akan positif bila terjadi reaksi dengan penambahan :
Zat + H2O2 30% + FeCl3 + HNO3 dan BaCl2 atau Barium Nitrat dan adanya endapan
BaSO4 putih (BaSO4 sukar larut, bahkan dalam aqua regia) positif untuk amin-amin bebas.
d. Reaksi furfural : terhadap gugus amin bebas
1 tetes pereaksi atau reagen (furfural 2% dalam asam asetat glasial) + zat
memberikan warna merah tua segera berubah menjadi ungu.
Semua sulfa memberikan hasil positif, kecuali sulfasuksidin, pthalazol, septazin.
e. Reaksi Vanilin : Huckhal dan Turftiti
Terhadap derivate metil piridin, diatas kaca arloji atau objek : 1 tetes H2SO4
ditambah beberapa Kristal vanillin, campurkan. + zat uji, panaskan diatas nyala api kecil :
kuning atau hijau muda (dilihat dibawah dasar putih).
Kecuali : Sulfamerazin Na : merah tua
Sulfamezathin Na : merah tua
Irgamid : hijau tua – hitam dengan tepi merah
f. Reaksi Korek Api
Zat + HCL encer lalu kedalamnya dicelupkan korek api, Sulfonamida akan positif, terjadi
warna jingga sampai jingga kuning dari amin aromatis. Selain sulfa yang positif untuk reaksi
ini adalah floroglucine, asam sulfa nitrat dan resorcine.
Asam sulfanilat : kuning
g. Reaksi Diazo : untuk amin aromatik primer
Zat + 2 gtt HCL 2 N dan air, + NaOH dan teteskan larutan 0,1 gram β-naftol dan α-naftol :
merah ungu.
Cratisin : kekeruhan jingga kuning
Negative : sulfasuksidin, seotazin, thalazol
Khusus amin aromatis mula-mula terjadi endapan jingga, penambahan β-naftol dalam
NaOH menimbulkan warna merah-ungu. Bila digunakan α-naftol terjadi warna merah darah.
Amin aromatis yang tak bebas reaksinya negatif. Setelah dihidrolisa baru memberikan hasil
positif.
h. Reaksi erlich dengan p-DAB HCL : reaksi yang umum dengan amin aromatic
Sulfonamida akan memberikan warna jingga dengan adanya amin aromatis primer
pada gugusnya. Bezokain dan alkaloid turunan amino benzoate lainnya positif dengan reaksi
ini.
Pereaksi : p-DAB HCL : 1 gram dalam 10 ml + air ad 100 ml Zat + pereaksi 1-2 tetes
diatas plat tetes : warna yang timbul adalah warna kuning jingga.
Kuning sitrun : Sulfametazin, Sulfadiazine, Sulfamorazin, Gratisin
Kuning : Elkosin
Kuning Tua : Thalazol, Sulfanilamide
Jingga : Sulfaguanidin
i. Reaksi dengan CuSO4
Larutkan CuSO4 dalam air yang encer. Reaksi ini diberikan oleh sulfa yang hetrosiklik dalam
NaOH dengan CuSO4 : endapan tidak berwarna.
Hijau : Elkosin, Globucid, Lucocil, Sulfapyridin.
Ungu : Sulfadiazin, Sulfasuksidin, Sulfatiazol
Putih : Irgafon, Sulfanilamid
j. Reaksi Indophenol ( khusus untuk amin aromatis dengan tempat para bebas )
Caranya :
Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu segera + 2 tetes
NaOH dan 2 ml kaforit + 1 tetes fenol liquafactum segar, amati warna yang terjadi.
- Albuoid : Hijau (hijau tua)
- Elkosin : Coklat
- Gantrisin : Merah coklat
- Irgafon : Hijau
- Lucosil : Coklat merah
- Sulfapyridin : Coklat
- Sulfa thiazol : Kuning jingga
- Sulfadiazin : Merah rose
- Sulfaquanidin : Kuning
- Sulfamorazin : Merah rose
- Sulfamotatin : Merah rose
- Sulfanolamid : Biru (ungu)
- Sulfasuksidin : Kuning lemah
- Thazalol : tidak berwarna
k. Reaksi Roux, amati perubahan warna
Pereaksi : Na Nitroprusida 10 ml
aquadest 100 ml
NaOH 2 ml
KMnO4,.
Cara melakukan reaksi:
Na Nitropusid dilarutkan dalam air lalu +kan NaOH kemudian + KMnO4, terjadi
endapan banyak. Saring ke dalam botol berwarna coklat,sebaiknya dibuat r.p. karena mudah
terurai dalam penyimpanan.
Cara melakukan reaksi :
Zat padat diletakkan diatas plat tetes lalu tambah satu tetes pereaksi lalu diaduk
dengan batang pengaduk. Dilihat perubahan warna yang terjadi.
- Albuoid : Coklat hijau-hijau
- Sulfapyridin : Ungu
- Elkosin : Ungu coklat-ungu
- Sulfasuksidin : Hijau kuning
- Sulfadiazin : Ungu- hijau biru
- Sulfathiazol : Hijau kuning
- Sulfaquanidin : ungu-coklat
- Sulfatiooreum : Merah biru
- Sulfamezatinus : Ungu- hijau tua
- Irgafen : Hijau Kuning
- Lucosil : Hijau kuning hijau
- Thazalol : (-0)
l. Reaksi dengan KBrO3
Tablet harus diisolasi terlbih dahulu.
Pelaksanaannya :
Dalam tabung reaks kecil 10 mg zat + 1 cc H2SO4 + 1 tetes K-Bromat jenuh amati
perubahan wana yang terjadi.
- Sulfa yang memberikan warna kuning
- Sulfa yang memberikan warna ungu-biru, rose merah
- Asam Sulfanilat : Ungu coklat
- Cratisin : Coklat
- Marfanil : Keruh putih kuning
- Medison : Coklat-ungu-coklat
- Ftalazol : Tidak berwarna
- Sulfadiazine : Kuning jingga coklat merah
- Sulfanilamide : Ungu merah
- Sulfasukdidin : Ungu coklat, endapan
- Thidicur : Kuning coklat jingga
m. Pirolisa
Semua sulfa kalau dipanaskan diatas titik leburnya akan terurai dan timbul warna dari
residu :
- Sulfadiazine : Merah
- Sulfaguanidin : Ungu
- Sulfanilamid : Violet
- Sulfatiazol : Coklat merah
Atau akan membebaskan H2S :
- Elkosin
- Septazin
- Soluseptazin
- Sulfamerazin
- Sulfasuksidin
- Ultraseptyl
- Sulfatiazol
- Na-Sulfamezatin
- Na-Sulfamerazin
- Na-Sulfathiazol
- Na-Irgafen
- Sulfamozatin
- Na-Irgamid
Yang membebaskan H2S adalah garam Na nya :
Atau melepaskan NH3 :
- Sulfaguanidin
- Sulfanilamide
- Sulfathiazole
Atau gas SO2:
- Lucosil
- Sulfapyridin
n. Sublimasi
Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif (Sulfadiazin, Sulfamerazin,
Sulfamezatin, Thalazol, Elkosin).
0. Reaksi Kristal
 Rekristalisasi aseton – air
Dalam tabung reaksi zat dilarutkan dalam aseton, disaring filtratnya + air. Larutan
diteteskan pada glass objek.
 Reaksi Kristal
Drogendorf, yaitu zat + HCl 0,5N + 1 tetes pereaksi dan asamkan beberapa lama, lihat
dibawah mikroskop.
Bouchardat, Fe kompleks, Bi kompleks dan Cu Kompleks. Pembentukan reaksi
kompleks terjadi setelah pemanasan dan ada yang tanpa pemanasan telah terbentuk,
misal Sulfasetamida, Asam pikrat, asam pikrolon ( jangan terlalu asam ), Asam
silikowalframat ( silikowalframat 2 % dalam HCl 4N ),
 Reaksi Eder
( 1 bagian Br2, 1 bagian Kbr dan 20 bagian air ), PtCl3 ( AuCl3 ) dalam air 10 %
 Reaksi Romyn dan Leveizer
Reagen berisi 10 g Cu asetat dalam NaOH 25 % hingga 100 ml, atau 1 g Cu asetat
dalam NaOH hingga 100 ml. Reaksi ini juga dapat memberikan bermacam-macam
warna dan positif untuk sulfa, barbital dan asam organik.
 Rowin : zat +CuAc kristal + amin, digoraskan batang kaca. Aminnya methylamin,
dan ethylamin.
2. Reaksi pendahuluan dan reaksi warna
a. Zat murni, dilelehkan dalam tabung reaksi akan terjadi perubahan warna dan keluar
gas H2S, NH3 dan CO2.
b. Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif (Sulfadiazin, Sulfamerazin,
Sulfamezatin, Thalazol, Elkosin).
c. Tes Weber ( K4Fe(CN)6 10 % + Na Nitroprusid 10 % + NaOH 10 % campur sama
banyak ), perhatikan perubahan warna
2. Sulfonilurea
1. Reaksi elementor terhadap unsur C, N, S : positif
2. Reaksi terhadap gugus sulfon :
Sulfonilurea akan positif bila terjadi reaksi dengan penambahan :
Zat + H2O2 30% + FeCl3 + HNO3 dan BaCl2 atau Barium Nitrat dan adanya endapan
BaSO4 putih (BaSO4 sukar larut, bahkan dalam aqua regia) positif untuk amin-amin bebas.
3. Reaksi furfural : terhadap gugus amin bebas
1 tetes pereaksi atau reagen (furfural 2% dalam asam asetat glasial) + zat
memberikan warna merah tua segera berubah menjadi ungu.
Semua sulfa memberikan hasil positif, kecuali sulfasuksidin, pthalazol, septazin.
4. Reaksi Vanilin : Huckhal dan Turftiti
Terhadap derivate metil piridin, diatas kaca arloji atau objek : 1 tetes H2SO4
ditambah beberapa Kristal vanillin, campurkan. + zat uji, panaskan diatas nyala api kecil :
kuning atau hijau muda (dilihat dibawah dasar putih).
Kecuali : Sulfamerazin Na : merah tua
Sulfamezathin Na : merah tua
Irgamid : hijau tua – hitam dengan tepi merah
5. Reaksi Diazo : untuk amin aromatik primer
Zat + 2 gtt HCL 2 N dan air, + NaOH dan teteskan larutan 0,1 gram β-naftol dan α-naftol :
merah ungu.
Cratisin : kekeruhan jingga kuning
Negative : sulfasuksidin, seotazin, thalazol
Khusus amin aromatis mula-mula terjadi endapan jingga, penambahan β-naftol dalam
NaOH menimbulkan warna merah-ungu. Bila digunakan α-naftol terjadi warna merah darah.
Amin aromatis yang tak bebas reaksinya negatif. Setelah dihidrolisa baru memberikan hasil
positif.
6. Reaksi erlich dengan p-DAB HCL : reaksi yang umum dengan amin aromatic
Sulfonamida akan memberikan warna jingga dengan adanya amin aromatis primer
pada gugusnya. Bezokain dan alkaloid turunan amino benzoate lainnya positif dengan reaksi
ini.
Pereaksi : p-DAB HCL : 1 gram dalam 10 ml + air ad 100 ml Zat + pereaksi 1-2 tetes
diatas plat tetes : warna yang timbul adalah warna kuning jingga.
Kuning sitrun : Sulfametazin, Sulfadiazine, Sulfamorazin, Gratisin
Kuning : Elkosin
Kuning Tua : Thalazol, Sulfanilamide
Jingga : Sulfaguanidin
7. Reaksi dengan CuSO4
Larutkan CuSO4 dalam air yang encer. Reaksi ini diberikan oleh sulfa yang hetrosiklik dalam
NaOH dengan CuSO4 : endapan tidak berwarna.
Hijau : Elkosin, Globucid, Lucocil, Sulfapyridin.
Ungu : Sulfadiazin, Sulfasuksidin, Sulfatiazol
Putih : Irgafon, Sulfanilamid
8. Reaksi Indophenol ( khusus untuk amin aromatis dengan tempat para bebas )
Caranya :
Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu segera + 2 tetes
NaOH dan 2 ml kaforit + 1 tetes fenol liquafactum segar, amati warna yang terjadi.
- Albuoid : Hijau (hijau tua)
- Elkosin : Coklat
- Gantrisin : Merah coklat
- Irgafon : Hijau
- Lucosil : Coklat merah
- Sulfapyridin : Coklat
- Sulfa thiazol : Kuning jingga
- Sulfadiazin : Merah rose
- Sulfaquanidin : Kuning
- Sulfamorazin : Merah rose
- Sulfamotatin : Merah rose
- Sulfanolamid : Biru (ungu)
- Sulfasuksidin : Kuning lemah
- Thazalol : tidak berwarna
9. Reaksi Roux, amati perubahan warna
Pereaksi : Na Nitroprusida 10 ml
aquadest 100 ml
NaOH 2 ml
KMnO4,.
Cara melakukan reaksi:
Na Nitropusid dilarutkan dalam air lalu +kan NaOH kemudian + KMnO4, terjadi
endapan banyak. Saring ke dalam botol berwarna coklat,sebaiknya dibuat r.p. karena mudah
terurai dalam penyimpanan.
Cara melakukan reaksi :
Zat padat diletakkan diatas plat tetes lalu tambah satu tetes pereaksi lalu diaduk
dengan batang pengaduk. Dilihat perubahan warna yang terjadi.
- Albuoid : Coklat hijau-hijau
- Sulfapyridin : Ungu
- Elkosin : Ungu coklat-ungu
- Sulfasuksidin : Hijau kuning
- Sulfadiazin : Ungu- hijau biru
- Sulfathiazol : Hijau kuning
- Sulfaquanidin : ungu-coklat
- Sulfatiooreum : Merah biru
- Sulfamezatinus : Ungu- hijau tua
- Irgafen : Hijau Kuning
- Lucosil : Hijau kuning hijau
- Thazalol : (-0)
10. Reaksi dengan KBrO3
Tablet harus diisolasi terlbih dahulu.
Pelaksanaannya :
Dalam tabung reaks kecil 10 mg zat + 1 cc H2SO4 + 1 tetes K-Bromat jenuh amati
perubahan wana yang terjadi.
- Sulfa yang memberikan warna kuning
- Sulfa yang memberikan warna ungu-biru, rose merah
- Asam Sulfanilat : Ungu coklat
- Cratisin : Coklat
- Marfanil : Keruh putih kuning
- Medison : Coklat-ungu-coklat
- Ftalazol : Tidak berwarna
- Sulfadiazine : Kuning jingga coklat merah
- Sulfanilamide : Ungu merah
- Sulfasukdidin : Ungu coklat, endapan
- Thidicur : Kuning coklat jingga
11. Pirolisa
Semua sulfa kalau dipanaskan diatas titik leburnya akan terurai dan timbul warna dari
residu :
- Sulfadiazine : Merah
- Sulfaguanidin : Ungu
- Sulfanilamid : Violet
- Sulfatiazol : Coklat merah
Atau akan membebaskan H2S :
- Elkosin
- Septazin
- Soluseptazin
- Sulfamerazin
- Sulfasuksidin
- Ultraseptyl
- Sulfatiazol
- Na-Sulfamezatin
- Na-Sulfamerazin
- Na-Sulfathiazol
- Na-Irgafen
- Sulfamozatin
- Na-Irgamid
Yang membebaskan H2S adalah garam Na nya :
Atau melepaskan NH3 :
- Sulfaguanidin
- Sulfanilamide
- Sulfathiazole
Atau gas SO2:
- Lucosil
- Sulfapyridin
12. Sublimasi
Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif (Sulfadiazin, Sulfamerazin,
Sulfamezatin, Thalazol, Elkosin).
0. Reaksi Kristal
 Rekristalisasi aseton – air
Dalam tabung reaksi zat dilarutkan dalam aseton, disaring filtratnya + air. Larutan
diteteskan pada glass objek.
 Reaksi Kristal
Drogendorf, yaitu zat + HCl 0,5N + 1 tetes pereaksi dan asamkan beberapa lama, lihat
dibawah mikroskop.
Bouchardat, Fe kompleks, Bi kompleks dan Cu Kompleks. Pembentukan reaksi
kompleks terjadi setelah pemanasan dan ada yang tanpa pemanasan telah terbentuk,
misal Sulfasetamida, Asam pikrat, asam pikrolon ( jangan terlalu asam ), Asam
silikowalframat ( silikowalframat 2 % dalam HCl 4N ),
 Reaksi Eder
( 1 bagian Br2, 1 bagian Kbr dan 20 bagian air ), PtCl3 ( AuCl3 ) dalam air 10 %
 Reaksi Romyn dan Leveizer
Reagen berisi 10 g Cu asetat dalam NaOH 25 % hingga 100 ml, atau 1 g Cu asetat
dalam NaOH hingga 100 ml. Reaksi ini juga dapat memberikan bermacam-macam
warna dan positif untuk sulfa, barbital dan asam organik.
 Rowin : zat +CuAc kristal + amin, digoraskan batang kaca. Aminnya methylamin,
dan ethylamin.
3. Reaksi pendahuluan dan reaksi warna
d. Zat murni, dilelehkan dalam tabung reaksi akan terjadi perubahan warna dan keluar
gas H2S, NH3 dan CO2.
e. Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif (Sulfadiazin, Sulfamerazin,
Sulfamezatin, Thalazol, Elkosin).
f. Tes Weber ( K4Fe(CN)6 10 % + Na Nitroprusid 10 % + NaOH 10 % campur sama
banyak ), perhatikan perubahan warna
3. sulfothiazid
B. Identifikasi senyawa :
2.5 gugus fungsi
2.6 golongan
2.7 reaksi spesifik
Pemeriksaan amin sekunder
Zat dilarutkan dalam 2 ml 3N HCI didinginkan pada 5 ,kemudian direaksikan dengan 2 ml larutan
NaNO2, 1% lima menit kemudian larutan diencerkan dengan 5 ml air dan dikocok dua kali, setiap
kali dengan 5 ml eter. Larutan eter dicuci dan akhirnya diluapkan sampai kering.kepada sisa
penguapan ditambahkan 50mg fenol,dipanaskan sebentar,didinginkan dan direaksikan dengan 1 ml
H2SO4 : terbentuk warna biru-hijau pekat yang bila hasil reaksi dituangkan ke dalam air berubah
menjadi merah. Jika dibasakan, warna hijau-biru semula timbul lagi (percobaan nitrosamin dan
lieabermann).
Pemeriksaan amin ailfatik primer dan amin aromatik (reaksi isonitril)
Sedikit zat dilarutkan dalam etanol,direaksikan dengan beberapa tetes kloroform dan basa alkali
dalam etanol,kemudian dipanaskan dengan api kecil.tercium bau khas isonitril.
Pemeriksaan asam amino (reaksi Ninhidrin)
Ke dalam 1 ml larutan zat yang netral ditambahkan 2 tetes larutan ninhidrin 1% dalam air, kemudian
dipanaskan sampai mendidih.terbentuk warna kemerah-merahan,ungu,atau biru reaksi positif antar
lain untuk efedrin( merah) tolbutamida (ungu) oksendrin(merah-coklat sampai ungu),asam
askorbat(merah tua).
Pemeriksaan golongan guanidin ( reaksi sakaguchi)
Kedalam larutan 1 mg zat dalam 5 ml air ditambahkan 1 ml larutan NaOH 10% dan 1 ml larutan 1-
naftol 0,05% dalam etanol.campuran didinginkan pada _+ 15 C lalu ditambahkan 3 tetes larutan
natrium hipobromit (2g Na OH dalam 7,5 ml air +0,5 ml brom, ditambahkan air sampai 10 ml)
terbentuk warna merah-ungu(streptomisin).
Pemeriksaan turunan piridin
a. Pada pemanasan 100 mg zat dengan 100 mg natrium karbonat kering tercium bau pridin hal
ini terjadi pada sebagian besar turunan piridin.
b. Sejumlah 5 mg zat dicampur atau digerus dengan 10 mg 1 klor-2,4-dintrobenzol lalu
dilumerkan sebentar.Lumeran yang sudah dingin dilarutkan dalam 2 ml 0,5N K OH –
etanol.terbentuk warna tua (nikotilnamida).
2. Pemeriksaan senyawa pereduksi
Reaksi Fehling
Ke dalam 1 ml campuran pereaksi Fehling II sama banyak ditambahkan 20 mg zat lalu
dipanaskan 30 menit di penagas air.bila reduksi terbentuk endapan tembaga (I)oksida
berwarna merah bata.
Positif pada suhu kamar : asam askorbat.
Positif pada pemanasan : isoniazida ,gula pereduksi,hidrokortisin,sorbitol yang sebelumnya
dioksidasikan dengan KMNO4, sakarosa setelah dihidrolisis dengan asam.
Pereaksi Fehling I : larutan CuSO4,5H2 O 7%.
Pereaksi Fehling II: 35 g Kna-tartrat+ 10 g NaOH+air sampai 100 ml.
Percobaan kaliumpermangat
a. Dalam larutan netral atau asam
Ke dalam larutan zat dalam air (bila perlu dalam aseton atau asam asetat) ditambahkan
larutan KMnO 4 0,1% dalam air atau dalam aseton.warna semula yang hilang pada suhu
kamar kemudiaan berubah menjadi coklat terjadi pada asam askorbat,isoniazida,olefin.
Pada pemanasaan warna semula (warna KMnO4 )hilang ; terjadi pada asam sitrat,asam
tartrat,asam oksalat,asam mandelat,asam salisilat( juga asam benzoat),gula pereduksi
(sakarosa setelah dihidrolisa oleh asam),sorbitol.
Apabila ada basa,percobaan harus dilakukan dalam suasana asam sulfat.
Sebagian besar senyawa obat mengandung gugus amina alifatik aromatis yang dapat berupa
amina primer, sekunder atau tersier. Gugus amina sekunder dan tersier dapat dihidrolisis
menjadi amina primer. Salah satu sifat gugus amina aromatik primer atau gugus amina
aromatik bebas adalah dapat bereaksi dengan Natrium Nitrit dalam suasana asam,
membentuk garam diazonium. Selanjutnya garam diazonium ini dapat dikopel dengan suatu
senyawa fenol atau senyawa amina membentuk suatu senyawa azo yang sangat berwarna.
Salahn satu senyawa pengkopel adalah senyawa N – (1-naftil) etilendiamin, yaitu senyawa
amina yang dikenal sebagai Bratton-Marshall.
Reaksi diazotasi digabung dengan reaksi pengkopelan ini ternyata dapat digunakan
sebagai dasar analisis kuantitatif senyawa yang mengandung gugus amina aromatic primer
secara kolorimetri atau kromatografi lapis tipis.
Kromatografi lapis tipis yang pada mulanya merupakan metode pemisahan, sekarang
ini dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif ataupun analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif dapat dilakukan dengan cara pengukuran noda dengan planimeter,
spektrofotometri setelah noda dikerok dan dielusi, serta spektrofotodensitometri, yaitu
pengukuran in situ noda.
Reaksi spesifik yang baik : rekristalisasi
Reaksi golongan :
1. Sifat khas senyawa nitrogen
Nitrogen terdapat dalam bentuk nitrat dan nitrit sebagai senyawa nitro dalam ikatan
dengan senyawa karbon sebagai amin primer,sekunder,atau tersier yang bersifat basa
sebagi ammonium kuanterner golongan amin aromatik,asam amida netral,garam ion
zwitter seperti asam amino dan dalam bentuk lain.
Pemeriksaan nitrat
Semua nitrat larut dalam air dengan menambahkan FeSO4 dan H2SO4 pekat
terbentuk cincin berwarna coklat.
Pemeriksaan senyawa nitro aromatik
Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 3 ml etanol.sesudah pemberian 3 ml HCI encer,
4ml air dan 200 mg Zn campuran di penanganan air selama 10 menit. Lalu 2 ml
filtratnya direaksikan dengan 2 tetes pereaksi Diazo I. selanjutnya larutan dituangkan
ke dalam 2 ml pereaksi Diazo II terbentuk warna jingga atau endapan, misalnya pada
niklosamida,nitrazepam,dan kloramfenikol.
Pereaksi Diazo I : 10 g NaNO2 dalam 100 ml air suling.
Pereaksi DiazoII: 0,25 g 2-naftol dalam 100ml 3N NaOH
Pemeriksaan senyawa basa amin
Dengan pereaksi Mayer senyawa basa amin membentuk endapan kekuning-
kuningan.caranya kedalam larutan zat yang jernih yang bersifat asam lemah akibat
penambahan asam sulfat ditambahkan beberapa tetes pereaksi.Reaksi tidak sama
untuk semua senyawa basa amin.
Morfin dan efedrin hanya memberikan sedikit endapan atau sama sekali tidak.
Pereaksi Mayer :1,35 g HgCI2 dalam 100 ml larutan KJ 5%
Pemeriksaan amin alfatik primer (reaksi Senfol)
Larutan amin dalam etanol dituangi karbondisulfida sama banyak,dipanaskan sampai
karbondisulfida yang berlebih menguap.Pada sisa larutan ditambahkan beberapa tetes larutan
raksa (II)klorida 5% tercium bau khas “mustard” jika ada amin alfatik primer.
Pereaksi amin aromtik primer (reaksi Diazo)
Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 1 ml 3N HCL larutan direaksikan dengan 2 tetes
pereaksi Diazo I kemudian dituangkan kedalam 2 ml pereaksi Diazo II terbentuk warna
merah jingga atau endapan. Reaksi positif untuk benzokain,etrakridin,PAS,prokain dan
sulfonamide.
Pemeriksaan amin sekunder
Zat dilarutkan dalam 2 ml 3N HCI didinginkan pada 5 ,kemudian direaksikan dengan 2 ml larutan
NaNO2, 1% lima menit kemudian larutan diencerkan dengan 5 ml air dan dikocok dua kali, setiap
kali dengan 5 ml eter. Larutan eter dicuci dan akhirnya diluapkan sampai kering.kepada sisa
penguapan ditambahkan 50mg fenol,dipanaskan sebentar,didinginkan dan direaksikan dengan 1 ml
H2SO4 : terbentuk warna biru-hijau pekat yang bila hasil reaksi dituangkan ke dalam air berubah
menjadi merah. Jika dibasakan, warna hijau-biru semula timbul lagi (percobaan nitrosamin dan
lieabermann).
Pemeriksaan amin ailfatik primer dan amin aromatik (reaksi isonitril)
Sedikit zat dilarutkan dalam etanol,direaksikan dengan beberapa tetes kloroform dan basa alkali
dalam etanol,kemudian dipanaskan dengan api kecil.tercium bau khas isonitril.
Pemeriksaan asam amino (reaksi Ninhidrin)
Ke dalam 1 ml larutan zat yang netral ditambahkan 2 tetes larutan ninhidrin 1% dalam air, kemudian
dipanaskan sampai mendidih.terbentuk warna kemerah-merahan,ungu,atau biru reaksi positif antar
lain untuk efedrin( merah) tolbutamida (ungu) oksendrin(merah-coklat sampai ungu),asam
askorbat(merah tua).
Pemeriksaan golongan guanidin ( reaksi sakaguchi)
Kedalam larutan 1 mg zat dalam 5 ml air ditambahkan 1 ml larutan NaOH 10% dan 1 ml larutan 1-
naftol 0,05% dalam etanol.campuran didinginkan pada _+ 15 C lalu ditambahkan 3 tetes larutan
natrium hipobromit (2g Na OH dalam 7,5 ml air +0,5 ml brom, ditambahkan air sampai 10 ml)
terbentuk warna merah-ungu(streptomisin).
Pemeriksaan turunan piridin
c. Pada pemanasan 100 mg zat dengan 100 mg natrium karbonat kering tercium bau pridin hal
ini terjadi pada sebagian besar turunan piridin.
d. Sejumlah 5 mg zat dicampur atau digerus dengan 10 mg 1 klor-2,4-dintrobenzol lalu
dilumerkan sebentar.Lumeran yang sudah dingin dilarutkan dalam 2 ml 0,5N K OH –
etanol.terbentuk warna tua (nikotilnamida).
2. Pemeriksaan senyawa pereduksi
Reaksi Fehling
Ke dalam 1 ml campuran pereaksi Fehling II sama banyak ditambahkan 20 mg zat lalu
dipanaskan 30 menit di penagas air.bila reduksi terbentuk endapan tembaga (I)oksida
berwarna merah bata.
Positif pada suhu kamar : asam askorbat.
Positif pada pemanasan : isoniazida ,gula pereduksi,hidrokortisin,sorbitol yang sebelumnya
dioksidasikan dengan KMNO4, sakarosa setelah dihidrolisis dengan asam.
Pereaksi Fehling I : larutan CuSO4,5H2 O 7%.
Pereaksi Fehling II: 35 g Kna-tartrat+ 10 g NaOH+air sampai 100 ml.
Percobaan kaliumpermangat
b. Dalam larutan netral atau asam
Ke dalam larutan zat dalam air (bila perlu dalam aseton atau asam asetat) ditambahkan
larutan KMnO 4 0,1% dalam air atau dalam aseton.warna semula yang hilang pada suhu
kamar kemudiaan berubah menjadi coklat terjadi pada asam askorbat,isoniazida,olefin.
Pada pemanasaan warna semula (warna KMnO4 )hilang ; terjadi pada asam sitrat,asam
tartrat,asam oksalat,asam mandelat,asam salisilat( juga asam benzoat),gula pereduksi
(sakarosa setelah dihidrolisa oleh asam),sorbitol.
Apabila ada basa,percobaan harus dilakukan dalam suasana asam sulfat.
c. Dalam larutan basa(percobaan bayer terhadap ikatan tak jenuh olefin)
Tata kerja seperti pada butir a tetapi reaksi dilakukan setelah kedalam zat asal
ditambahkan natrium karbonat.perlu pemeriksaan blanko(misalnya amitriptilin).
Reaksi adisi dengan brom
Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 2 ml asam asetat,lalu ditambahkan tetes demi tetes
air brom (1,0 g Br2 atau 0,3 ml Br2/100 ml asam asetat).apabila ada ikatan tak
jenuh,warna brom hilang.senyawa aromatik,seperti asam salisilat,mengganggu,karna
terjadi subsitusi.
3.Pemeriksaan asam organik
Sejumlah 100 mg zat dipanaskan dengan 6 tetes tioniklorida di penangas air sampai
terbentuk gas yang baunya menusuk yang kemudian hilang,atau sampai ada sisa
kering.kepadanya ditambahkan 1 ml larutan hidroksilamin HCl 7% dalam metanol yang
mengandung timolftalein 0,02% kemudian campuran direaksikan dengan 2N K OH
dalam metanol sampai terbentuk warna biru.akhirnya ditambahkan 5 tetes basa (berlebih).
Campuran didihkan sebentar didinginkan,lalu direaksikan dengan 3 N HCI sampai warna
biru hilang.setelah ditambahkan beberapa tetes larutan besi(III) klorida 10% dan HCI
berlebih,terbentuk warna merah (kompleks besi-hidroksamat).
4. Pemeriksaan ester (reaksi asam hidroksamat)
Sejumlah 50-100 mg zat direaksikan dengan 1 ml larutan hidroksilaminklorida 7% dalam
metanol.kemudian dilakukan cara serupa seperti pada pemeriksaan asam organik di
atas.asam amida dan asam anhidrida memberikan reaksi yang sama.
5. Pemeriksaan aldehida (reaksi schiff)
Zat dilarutkan atau diusapkan dalam air,diasamkan dengan 3N HCI sampai pH mencapai
kurang dari 3, lalu ditambahkan pereaksi schiff yang tak berwarna dengan volume sama
banyak,setelah beberapa waktu terbentuk warna merah sampai ungu.reaksi blanko
terhadap pereaksi perlu dilakukan.
Pereaksi schiff : 100mg rosanilinklorida dilarutkan dalam 50 ml air dengan cara
dipanaskan. Setelah ditambahkan 1,25g natrium sulfit dan 20 ml 6N HCI, diencerkan
sampai 100 ml jika setelah didiamkan selama 12 jam warna belum hilang,larutan dikocok
dengan 0,5 g karbon,lalu disaring pereaksi tahan selama 4 minggu.
6.Pemeriksaan hasil uraian formaldehida (reaksi asam kromotropat)
Pemeriksaan hasil urai formaldehida dilakukan dengan menambahkan 10 mg zat ke
dalam beberapa menit dengan hati-hati.terbentuk warna biru sampai ungu.
Natrium noramidopirin metan sulfonat,metamizol,karbokromen,hodroklorotiazida dan
asam etakrinat : ungu indometasin :merah-ungu
Fenoksimetilpenisilin :biru Triheksifenidil : merah-coklat
Etakridin laktat : merah
Reaksi diganggu oleh zat yang mengarang.
7.Pemeriksaan gugus aktif metilen (-CH2-CO-)
Ke dalam larutan zat dalam etanol ditambahkan beberapa butir kristal 1,3 dinitrobenzol dan
beberapa tetes larutan basa akial 15%.terbentuk warna merah,misalnya pada
diazepam,hidromorfin,hidrokodon,oksikodon.
8.Reaksi iodoform
Sejumlah 10 mg zat dipanaskan 2 ml 3N NaOH dan beberapa tetes air iodium (1,0g I2,20 g
KI,100 ml H2O). Bau iodium tercium jika ada aseton,etanol,isopropanol,asam laktat atau
benzoakain (turunan etilster),dan warfarin.
9.Reaksi besi(III) klorida
Sejumlah 5 mg zat dilarutkan dalam 1 ml air dinetralkan dengan NaHCO3 atau HCI, lalu
direaksikan dengan 2 tetes larutan FeCI3 1% yang dibuat segar. Warna merah sampai ungu
terbentuk jika ada asam hidroksi aromatik,fenol,enol,pirazolon,atau fenotiazin ,misalnya pada
zat berikut ini :
Asam asetilsalisilat: warna ungu baru terbentuk setelah campuran dimasak sebentar dan
kemudian didinginkan.
Asam askorbat :pada pH 8
Aminofenazon,fenazon
Asam p-aminosalisilat
Klorpromazin,prometazin
Asam mefenamat
Morfin:warna kebiru-biruan
Nipagin:warna ungu baru terbentuk setelah campuran dimasak sebentar dan kemudian
didinginkan
Metamizol :biru-ungu lemah
Piridoksin
Tetrasiklin
Rutodisa: warna hijau yang dengan NaOH berubah menjadi merah-coklat
10. Reaksi Millon
Larutan zat dan pereaksi Millon dalam jumlah sama banyak dipanaskan bersama-sama warna
merah terbentuk pada fenol,misalnya pada nipagin,simpatomimetika.pada metamizol sepintas
lalu berwarna biru.
Pereaksi Millon : sejumlah 10 g air raksa dilarutkan dengan pendingin dalam 10g asam nitrat
berasap.larutan tersebut diencerkan dengan 20 g air dingin,lalu didiamkan.pada metamizol
yang terbentuk dipisahkan dengan cara menungkan larutan (didekantasi).
11. Reaksi gabungan dengan asam sulfanilat terdiazotasi
Sejumlah 10mg zat dilarutkan dalam 1 ml 3N NaOH tambahkan campuran segar yang terdiri
atas larutan asam sulfat dan larutan NaNO2 10% sama banyak.warna merah terbentuk pada
zat yang mudah digabungkan seperti fenol dan imidazol,misalnya :
Tetrasiklin :merah tua
Piridoksin:kuning-jingga yang menjadi merah dengan asam asetat
Histidin,paracetamol : merah
Teofilin : warna merah-ungu terbentuk setelah campuran dipanaskan dengan 3 N NaOH.
Reaksi dengan pilokarpin :negatif!
Larutan asam sukfanilat :sejumlah 0,5 g asam sulfanilat digerus halus dilarutkan dalam 70 ml
air tanpa pemanasan.Larutan direaksikan dengan 6,0 ml 6N HCI,kemudiaan ditambahkan air
sampai 100 ml.
Volume teknik :
Nitrimetri :
Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan pada reaksi
pembentukan garam diazonium. Pembentukan warna dari reaksi pembentukan garam azo
antara nitrit dengan atom nitrogen pada gugus amina atau heteroatom atau heterosiklik.
Garam diazonium itu terbentuk dari hasil reaksi antara senyawa yang mengandung
gugus amin aromatis bebas, pada suhu di bawah 15°C dalam senyawa asam. Titrasi diazotasi
berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang
direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan
natrium nitrit dengan suatu asam
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi (nitritometri).
Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis
bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara
mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam.
Titrasi diazotasi sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan kadar
senyawa-senyawa antibiotik sulfonamida dan juga senyawa-senyawa anestesika lokal
golongan asam amino benzoat
Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode penetapan kadar
secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan
pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam
suasana asam membentuk garam diazonium (Gandjar dan Rohman, 2007).
Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-
senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat
didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatik) dengan natrium nitrit dalam suasana
asam yang membentuk garam diazonium dan dikenal sebagai reaksi diazotasi. Untuk
membuat suasana asam umumnya digunakan asam klorida.
Titrasi diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan kadar-
kadar senyawa antibiotik sulfonamide dan juga senyawa-senyawa anastetika lokal golongan
asam amina benzoate. Metode titrasi diazotasi disebut juga nitrimetri, yaitu metode penetapan
kadar secara kuatitatif dengan menggunakan larutan baku NaNO2
-. Metode ini didasarkan
pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam
suasana asam membentuk garam. Titik akhir titrasi diazotasi tercapai apabila pada
penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji iodide atau kertas kanji iodide akan
terbentuk warna hijau tosca atau biru (Wunas, 1968).
Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat molekulnya karena 1
mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium.
Dengan alasan ini pula, untuk nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan
molaritas (M) karena molaritasnya sama dengan normalitasnya (Gandjar dan Rohman, 2007).
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi nitrimetri adalah :
1. Suhu
Pada saat melakukan titrasi, suhu harus berada antara 5-15° C, walaupun sebenarnya
pembentukan garam diazonium berlangsung pada suhu yang lebih rendah yaitu 0-5° C. Pada
temperatur 5-15° C digunakan KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan pada
suhu tinggi karena :
HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi
Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol
2. Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada pH ± 2 hal ini dibutuhkan untuk :
Mengubah NaNO2 menjadi HNO2
Pembentukan garam diazonium
3. Kecepatan Reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi sempurna maka titrasi
harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada
awal titrasi kira-kira 1 ml/menit, lalu menjelang titik akhir menjadi 2 ml/menit. Karena
asam nitrit terbentuk pada suasana asam, penambahan KBr pada titrasi nitrimetri diperlukan
sebagai :
1. Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi, karena KBr dapat mengikat NO2 membentuk
nitrosobromid, yang akan meniadakan reaksi tautomerasi dari bentuk keto dan langsung
membentuk enol.
2. Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai atau menguap.
3 Prinsip Reaksi Nitrimetri
Prinsip titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi, yaitu :
1. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatik primer (amin aromatik sekunder
dan gugus nitro aromatik). Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatik primer adalah
benzokain. Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatis sekunder adalah parasetamol dan
fenasetin. Contoh zat yang memiliki gugus nitroaromatik adalah kloramfenikol.
2. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder. Contoh zat yang mempunyai
gugus amin alifatis adalah Na siklamat.
3. Pembentukan senyawa azo dari gugus hidrazida. Contoh zat yang memiliki gugus hidrazida
adalah INH.
4. Pemasukkan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya titrasi dengan menggunakan
asam nitrit dalam suasana asam.
Reaksi diazotasi tidak stabil dalam suhu kamar,karena garam diazonium yang
terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi
dilakukan pada suhu dibawah 15°C. Untuk mendapatkan suhu dibawah 15°C dapat dilakukan
dengan merendam erlenmeyer yang berisi sampel dalam bejana berisi batu es.
Jenis – jenis Reaksi Nitrimetri
Jenis titrasi diazotasi cukup sederhana untuk dilakukan dan sangat berguna untuk
analisis antibiotik sulfonamide dan anastetik lokal turunan asam benzoat. Titrasi dilakukan
dengan menggunakan natrium nitrit yang diasamkan, menyebabkan fungsi amin aromatik
primer diubah menjadi garam diazonium, seperti pada reaksi sulfasetamina dengan asam
nitrit (Watson, 2010).
Jenis – jenis reaksi nitrimetri meliputi:
1. Reaksi diazotasi antara sulfanilamide (mengandung gugus amin aromatis primer) dengan
asam nitrit (Gandjar dan Rohman, 2007).
Penjelasan dari reaksi diatas :
a. Ketika campuran asam nitrat dan asam sulfat (bereaksi secara in situ) direaksikan dengan
benzena, dalam perbandingan tertentu ion nitronium (NO2
-) yang merupakan spesies
nukleofilik, adalah ion nitrit (NO2
-) yang terdapat pada asam nitrit, dengan bahwa sesama
muatan sejenis tidak dapat bereaksi.
b. Secara in situ, Sn dan HCl akan bereaksi membentuk SnCl2, yang berperan sebagai reduktor
lemah dalam reaksinya dengan nitrobenzena sehingga anilin akan terbentuk.
c. Secara in situ asam klorida akan bereaksi dengan natrium nitrit (NO2
-) untuk membentuk
asam nitrit. Reaksi ini diperlukan karena asam nitrit tidak dapat dibuat secara langsung
karena asam nitrit dengan mudah teroksidasi menjadi asam nitrat (HNO3
-) apabila tidak
diisolasi dengan benar. Reaksi 3 inilah yang disebut reaksi diazotasi dengan benzena
daiazonium sebagai produknya.
d. Benzenadiazonium tidak stabil pada suhu panas sehingga reaksi diazotasidisarankan
berlangsung pada suhu rendah (biasanya 0oC). Penambahan air disertai protonisasi sebagai
pemacu reaksi akan mensubtitusi klorida yang terdapat dalam benzenadiazonium. Klorida
memiliki nilai elektronegativitas yang besar sehingga sebanyak klorida (benzenadiazonium)
tersebut tidak begitu stabil. Dengan adanya pemanasan hidroksi benzenadiazonium akan
terurai dan tertata ulang membentuk fenol.
2. Reaksi diazotasi pada analisis suksinil sulfatiazol (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan
gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga diperoleh
gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana
asam membentuk garam diazonium. Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro
aromatis seperti kloramfenikol (Gandjar dan Rohman, 2007).
3. Reaksi diazotasi pada analisis kloramfenikol (Gandjar dan Rohman, 2007).
Kloranfenikol yang mempunyai gugus nitro atomatis direduksi terlebih dahulu dengan
Zn/HCl untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer yang bebas yang selanjutnya
bereaksi dengan asam nitrit untuk membentuk garam diazonium.
Indikator
Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan indikator luar,
indikator dalam, dan secara potensiometri (Gandjar dan Rohman, 2007).
1. Indikator Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula menggunakan
kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam
nitrit akan mengoksidasi iodide menjadi iodium dan dengan adanya kanji atau amilum akan
menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 –
0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai
berikut:
NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl
KI + HCl KCl +HI
2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + 2 H2O
I2 + kanji kanji iod (biru)
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan lautan yang dititrasi pada pasta
kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru juga terbentuk beberapa saat
setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut
reaksi (Gandjar dan Rohman, 2007):
4 KI + 4 HCl + O2 2H2O + 2 I2 + 4 KCl
I2 + kanji kanji iod (biru)
Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka pengujian seperti
di atas dilakukan lagi setelah dua menit (Gandjar dan Rohman, 2007). Dengan indikator luar,
dengan pasta kanji-KI mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut :
Kelebihan :
a. Untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas.
Kekurangan :
a. Cara kerja tidak praktis
b. Terlalu sering menguap menyebabkan adanya kemungkinan zat terbuang.
c. Titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 150 C
d. Harus diketahui jumlah volume titran yang dibutuhkan. Bila tidak, titrasi akan berlangsung
sangat lama yang berarti makin banyak larutan yang dititrasi hilang (karena digoreskan pada
pasta kanji iodida untuk mengetahui titik akhir titrasi).
2. Indikator Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru. Tropoelin OO
merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna
kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai
pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi
biru sampai hijau tergantung senyawa yang dititrasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pada pemakaian Indikator dalam ini ternyata mempunyai kelebihan yaitu sebagai berikut :
a. Cara kerja cepat dan praktis.
b. Dapat dilakukan pada suhu kamar.
Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki kekurangan. Pada indikator luar harus
diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan, sebab kalau tidak tahu perkiraan
jumlah titran yang dibutuhkan, maka akan sering melakukan pengujian apakah sudah tercapai
titik akhir titrasi atau belum. Di samping itu, kalau sering melakukan pengujian,
dikhawatirkan akan banyak larutan yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian
titik akhir. Sementara itu pada pemakaian indikator dalam walaupun perlakuannya mudah
tetapi sering kali untuk senyawa yang berbeda akan memberikan warna yang berbeda. Untuk
mengatasi hal ini, maka akan digunakan metode pengamatan titik akhir secara potensiometri
(Gandjar dan Rohman, 2007).
3. Secara Potensiometri
Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah metode potensiometri
dengan menggunakan electrode kolomelplatina yang dicelupkan ke dalam nitrat. Pada saat
titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan terjadi perubahan arus yang sangat
tajam sekitar +0,80 Volt sampai +0,90 Volt. Metode ini sangat cocok untuk sampel dalam
bentuk sediaan sirup berwarna (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.5 Aplikasi Analisis Nitrimetri / Diazotasi Dalam Analisis Obat dan Bahan Obat Beserta
Beberapa Contohnya
Dalam farmakope Indonesia Titrasi diazotasi digunakan untuk menetapkan kadar:
benzokain primakuin fosfat dan sediaan tabletnya, prokain HCl, sulfasetamid, natrium
sulfasetamid, sulfametazin, sulfadoksin, sulfametoksazol, tetrakain, dan tetrakain HCl
(Gandjar, 2007).
Tirtasi diazotasi dapat digunakan untuk :
1. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin aromatis primer bebas
seperti selfamilamid.
2. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatic terikat dengan gugus
lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan parasetamol. Pada penetapan kadar
senyawa yang mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil
sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas
untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Reaksi yang terjadi pada analisis suksinil sulfatiazol.
3. Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti kloramfenikol. Senyawa-
senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan kadarnya secara nitrimetri setelah direduksi terlebih
dahulu untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer. Kloramfenikol yang mepunyai
gugus nitro aromatis direduksi terlebih dahulu dengan Zn/HCI untuk menghasilkan senyawa
amin aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk
membentuk garam diazonium.
Penggunaan suatu zat warna azo sebagai indikator - metil jingga
Senyawa Azo berisi sistem yang sangat terdelokalisasi elektron yang mengambil di kedua cincin
benzena dan atom nitrogen dua menjembatani cincin. The delokalisasi juga dapat diperluas pada hal-hal yang
melekat pada cincin benzena juga.
Jika cahaya putih jatuh pada salah satu molekul, beberapa panjang gelombang yang diserap oleh elektron
terdelokalisasi. Warna yang Anda lihat adalah hasil dari panjang gelombang non-diserap. Kelompok-kelompok
yang memberikan kontribusi pada delokalisasi (dan sehingga untuk penyerapan cahaya) dikenal sebagai
sebuah kromofor.
Memodifikasi kelompok hadir dalam molekul dapat memiliki efek pada cahaya diserap, dan sebagainya
pada warna yang Anda lihatAnda dapat mengambil keuntungan dari hal ini dalam indikator.
Metil oranye adalah zat warna azo yang ada dalam dua bentuk tergantung pada pH:
Zat Warna Azo
Zat warna azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat dalam limbah tekstil,
yaitu sekitar 60 % - 70 %
Senyawa azo memiliki struktur umum R─N═N─R’, dengan R dan R’ adalah rantai
organik yang sama atau berbeda.
Senyawa ini memiliki gugus ─N═N─ yang dinamakan struktur azo. Nama azo
berasal dari kata azote, merupakan penamaan untuk nitrogen bermula dari bahasa Yunani a
(bukan) + zoe (hidup). Untuk membuat zat warna azo ini dibutuhkan zat antara yang
direaksikan dengan ion diazonium (seperti pada Gambar 1).
Garam azo berwarna / Nitrimetri : Pembentukan warna dari reaksi pembentukan garam azo
antara nitrit dengan atom nitrogen pada gugus amina/heteroatom/heterosiklik.
Senyawa azo dapat berupa senyawa aromatik atau alifatik. Senyawa azo aromatik
bersifat stabil dan mempunyai warna menyala. Senyawa azo alifatik seperti dimetildiazin
(Gambar 2) lebih tidak stabil. Dengan kenaikan suhu atau iradiasi, ikatan nitrogen dan karbon
akan pecah secara simultan melepaskan gas nitrogen dan radikal. Dengan demikian, beberapa
senyawa azo alifatik digunakan sebagai inisiator radikal.
1. Pentiter : nano2
2. Pembakuan
pembakuan larutan baku NaNO2 oleh asam sulfanilat.
1. toimbang dengan seksama 100 mg asam oksalat.
2. Larutkan dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan aquadest 25 mL.
3. Tambahkan HCl 4N sebanyak 5 mL.
4. Tambahkan indicator campur tropeolin oo + metilen blue (5:3)
5. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambah KBr sebanyak 10 mg jika perlu.
6. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1N yang akan dibakukan kembali sampai
terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
7. hitung kadar NaNO2 0,1 N sebenarnya.
3.3.2. Penetapan kadar sample berberntuk larutan:
1. larutkan sample dalam labu ukur, dengan aquadest sampai tanda batas.
2. aduk larutan sample sampai larut sempurna.
3. pipet larutan sample dengan pipet ukur/volume pipet sebnyak 25 mL.
4. Tambahkan HCl 4N sebnyak 5 mL.
5. Tambahkan indicator campur Tropeolin oo + metilen blue (5:3)
6. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambahkan KBr 10 mg jika perlu.
7. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N yang akan dibakukan kembali sampai
terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
8. Hitung kadar % zat aktif dalam sample.
3. Reaksi
 NaNO2 + HCI HNO2 = NaCI
 H2O + HCI H3O + CI
 HNO2 + H3O + Br N=O + 2H2O
 Br
4. Perhitungan
Soal : 20 tablet sulfametoksazol ditimbang seksama kemudian diserbuk.
Diketahui berat total hasil timbangan adalah 12 gram. Sebanyak o,3 gram
serbuk tersebut digunakan untuk penetapan kadar menggunakan titrasi nitrimetri
dengan prosedur sbb :
0,3 gram serbuk ditambah 5 ml hcl encer dan 50 ml air. Didinginkan hingga
suhu 15 derajat c kemudian dititrasi dengan nano2 0,05M hingga 1 tts larutan
segera memberikan warna biru pada kertas kanji iodide. Untuk itu diperlukan 15
ml nano2 0,05 M. jika diktahui kandungan sulfametoksazol per tablet adAlah
400 mg, tentukan kadar sulfa tsb! (valensi 2, MR sulfa =253,28)
 Bobot 1 tablet = 12 gram = 600 mg/tablet
20 tablet
 Kadar teoritis sulfametoksazol
= 300 mg x 400 mg
600 mg
= 200 mg
= 0,2 gram
 N NaNO2 = Valensi x molaritas
= 2 x 0,05 M
= 0,1 N
 (V1.N1) sulfa = (V2.N2) NaNO2
50 . N sulfa = 15 . 0,1
N sulfa = 0,03 N
 N sulfa = Molaritas x Valensi
N = gram x 1000 x valensi
Mr V
0,03 = gram x 1000 x 2
253,28 50
Gram = 0,190 g
 Kadar = 0,190 gram x 100% = 95%
0,200 gram
5. tat : biru kehijauan
6. prosedur dan pembahasan
pembakuan larutan baku NaNO2 oleh asam sulfanilat.
1. toimbang dengan seksama 100 mg asam oksalat.
2. Larutkan dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan aquadest 25 mL.
3. Tambahkan HCl 4N sebanyak 5 mL.
4. Tambahkan indicator campur tropeolin oo + metilen blue (5:3)
5. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambah KBr sebanyak 10 mg jika perlu.
6. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1N yang akan dibakukan kembali sampai
terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
7. hitung kadar NaNO2 0,1 N sebenarnya.
3.3.2. Penetapan kadar sample berberntuk larutan:
1. larutkan sample dalam labu ukur, dengan aquadest sampai tanda batas.
2. aduk larutan sample sampai larut sempurna.
3. pipet larutan sample dengan pipet ukur/volume pipet sebnyak 25 mL.
4. Tambahkan HCl 4N sebnyak 5 mL.
5. Tambahkan indicator campur Tropeolin oo + metilen blue (5:3)
6. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambahkan KBr 10 mg jika perlu.
7. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N yang akan dibakukan kembali sampai
terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
8. Hitung kadar % zat aktif dalam sample.
Pembahasan :
Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk mendeteksi suatu
senyawa, unsur, ataupun zat lainnya dalam suatu larutan secara visual, baik dalam keadaan kering
maupun basah. Parameter dalam analisis kualitatif adalah endapan, perubahan warna pada larutan,
serta warna endapan yang terbentuk.
Analisis reaksi-reaksi khusus senyawa C, H, O, N merupakan suatu metode analisis yang
digunakan untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada senyawa C, H, O, N yang terdapat dalam
sampel obat-obatan. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif. Dalam metode ini hanya
dilakukan penentuan ada atau tidak adanya zat yang ingin diketahui di dalam sampel yang diteliti,
dimana dalam metode ini lebih mementingkan proses dibandingkan hasil akhir, oleh karena itu urut-
urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang
ditemukan.
Percobaan pertama kami kami melarutkan parasetamol dalam 10 ml air yang kemudian
ditambah 1 tetes FeCl3 sampai warna larutan berubah menjadi biru violet yang menandakan hasil
positif. Parasetamol dicampurkan dengan air agar parasetamol bisa tercampur atau bisa larut. Besi (
III ) klorida ini akan mengikat 3 molekul parasetamol dan Fe3+ ini yang menjadi atom pusat. Fe ini
yang akan sebagai akseptor atau penerima elektronnya sedangkan ligannya yang akan memberikan
electron sehingga akan terjadi ikatan kovalen. FeCl3 merupakan senyawa kompleks yang mana
senyawa kompleks ini mempunyai ciri yang khas yaitu umumnya berwarna tapi warna itu
tergantung ligannya.
Analisis Kuantitatif
Reaksi diazotasi biasanya dilakukan pada senyawa yang memiliki gugus aromatis-
bebas. Reaksi diazotasi didasarkan pada pebentukan garam-garam diazonium yang terbentuk
dari reaksi asam nitrit dengan amin aromatik bebas.
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar parasetamol dengan menggunakan
metode nitrimetri. Titran yang digunakan adalah NaNO2 0,1 N yang kemudian direaksikan
dengan HCl sehingga membentuk asam nitrit (HNO2). Titrasi
Hal ini karena garam diazonium tidak stabil dan jika suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi
fenol dan natrium. Pada pecobaan ini, digunakan indikator luar yakni kertas kanji iodida.
Pada kertas kanji iodida akan terjadi perubahan warna mendi biru karena iodida diubah
menjadi iodium ketika bertemu dan kanji. HNO2 akan bereaksi dengan sampel dan akan
membentuk garam diazonium, namun tidak semua HNO2 itu akan bereaksi dengan sampel.
Ketika larutan digoreskan pada kertas, adanya kelebihan / sisa asam nitrit akan mengoksidasi
iodida mejadi iodium dan dengan adanya amilum akan menghasilkan warna biru segera.
Berikut reaksinya :
2HI + 2HNO2 → I2 + 2NO + 2H2O
I2 + kanji → kanji iod (biru)
Pada percobaan ini, digunakan sampel parasetamol Untuk sampel paracetamol,
paracetamol 125 mg ditambahkan dengan H2SO4 10% sebagai bahan untuk menghidrolisa
gugus amin sekunder menjadi gugus amin primer. Kemudian dipanaskan dan ditambahkan
HCl encer. Untuk mempercepat reaksi, ditambahkan KBr lalu ditambahkan air. Setelah itu,
Hal ini karena garam diazonium tidak stabil dan jika
suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium. Selanjutnya dtirasi dengan
NaNO2 0,1 N. titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru segera ketika larutan digoreskan
di kertas kanji iodida. Kadar yang didapatkan adalah 60 %. Kadar ini tidak sesuai dengan
pustaka (FI III) yakni tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%. Hal tersebut
mungkin disebabkan oleh ketidaktelitian saat dilakukan nya titrasi (kesalahan Paradoksal) ,
karena titrasi ini menggunakan indikator luar, sehingga agak sulit untuk mengetahui kapan
titrasi sudah mendekati, maupun sudah mencapai titik akhir. Faktor lain yang menyebabkan
kesalahan dalam analisis parasetamol tsb adalah suhu yang tidak tepat dan tidak terjaga saat
dilakukannya titrasi.
Pembakuan larutan natrium nitrit terhadap asam sulfanilat
Natrium nitrit (sebagai larutan sekunder) sebelum digunakan untuk penentuan kadar
parasetamol, harus dilakukan pembakuan terlebih dahulu dengan asam sulfanilat (larutan
primer). Percobaan ini dilakukan pada suhu kurang dari 15oC, hal ini dilakukan karena asam
nitrit yang diperoleh dari reaksi natrium nitrit dengan asam klorida tidak stabil dan mudah
terurai dalam suhu kamar. Selain itu, garam diazonium yang terbentuk pun tidak stabil.
Ketidakstabilan ini dikarenakan garam diazonium yang terbentuk mudah terdegradasi
membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah
15 oC. Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida.
Indikator yang digunakan adalah jenis indikator dalam, yaitu indikator tropeolin OO dan
metilen biru. Tropeolin OO merupakan indicator asam-basa yang berwarna merah dalam
suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit,
sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan
terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau. Metilen blue harus di tambahkan
karena titik akhir dari indikator Tropeolin OO ini transparan sehingga harus ditabahkan
pengontras warna.
Dalam nitrimetri, BE suatu senyawa sama dengan BM nya karena 1 mol senyawa bereaksi
dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium.
Dari hasil perhitungan, maka didapat konsentrasi NaNO2 adalah 0,0895
IX. KESIMPULAN
Analisis Kualitatif : Sampel merupakan positif parasetamol
Analisis Kuantitatif : Kadar Sampel parasetamol yang didapat adalah 60%
4. Kromatografi
Yang biasa digunakan adalah kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Sulfa
ditentukan berdasarkan besarnya Rf yang terlihat dan dibandingkan dengan zat pembanding.
Eluen yang biasa digunakan adalah :
 Butanol – NH3
 CHCl3 – Metanol
 Butanol – HCl
 Butanol – pyridin.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Gandjar, I. G. dan Abdul R. 2007. Kimia Farmasi Analisis. PustakaPelajar. Yogyakarta.
Hamdani. 2013. Nitrimetri. Available online at http://catatankimia.com/catatan/nitrimetri.html
Setyawati. H. Murwani. I.K. 2010. Sintesis Dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Besi(III)-
EDTA. Prosiding Seminar Nasional Sains. Jurusan Kimia ITS. Surabaya.
Zulfikar. 2010. Nitrimetri. Available online at http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-
kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-nitrimetri
Read more: http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/laporan-praktikum-analisis-
kadar.html#ixzz4RK76y6f9
perbedaan amin aromatic dan non aromatic ?
cara pemutusan ikatan ?
Makalah kimia farmasi_analis

More Related Content

What's hot

ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
Fransiska Puteri
 
Farmakognosi analitik tanin
Farmakognosi analitik taninFarmakognosi analitik tanin
Farmakognosi analitik tanin
Alljabar Rahmat
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
qlp
 

What's hot (20)

Jurnal review alkaloid
Jurnal review alkaloidJurnal review alkaloid
Jurnal review alkaloid
 
Bagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunderBagian 1 metabolit sekunder
Bagian 1 metabolit sekunder
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
 
PPT Isolasi alkaloid dari biji kopi
PPT Isolasi alkaloid dari biji kopiPPT Isolasi alkaloid dari biji kopi
PPT Isolasi alkaloid dari biji kopi
 
Jenis jenis narkotika menurut undang undang narkotika
Jenis jenis narkotika menurut undang undang narkotikaJenis jenis narkotika menurut undang undang narkotika
Jenis jenis narkotika menurut undang undang narkotika
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan flavonoida (Ekstrak...
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
 
Tanin pp
Tanin ppTanin pp
Tanin pp
 
PPT Isolasi Benalu Teh
PPT Isolasi Benalu TehPPT Isolasi Benalu Teh
PPT Isolasi Benalu Teh
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
 
Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)
 
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolataPPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
PPT Anti-Inflamasi Senyawa Terpenoid dari Tanaman Boswellia ovalifoliolata
 
Farmakognosi analitik tanin
Farmakognosi analitik taninFarmakognosi analitik tanin
Farmakognosi analitik tanin
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
 
FITOKIMIA POLIKETIDA
FITOKIMIA POLIKETIDAFITOKIMIA POLIKETIDA
FITOKIMIA POLIKETIDA
 
Uji Konsentrasi Enzim
Uji Konsentrasi EnzimUji Konsentrasi Enzim
Uji Konsentrasi Enzim
 
Pengaruh ph
Pengaruh phPengaruh ph
Pengaruh ph
 
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani ganiLaporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
Laporan praktikum kimia tri rahmatiani gani
 
Laporan farfis stabilitas
Laporan farfis stabilitasLaporan farfis stabilitas
Laporan farfis stabilitas
 
Uji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan LemakUji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan Lemak
 

Similar to Makalah kimia farmasi_analis

PPT SULFONAMID KELOMPOK bhvvjjjvcsdbhhhh2 KLS 02.pptx
PPT SULFONAMID KELOMPOK bhvvjjjvcsdbhhhh2 KLS 02.pptxPPT SULFONAMID KELOMPOK bhvvjjjvcsdbhhhh2 KLS 02.pptx
PPT SULFONAMID KELOMPOK bhvvjjjvcsdbhhhh2 KLS 02.pptx
ssuserd986061
 
Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptx
Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptxFormulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptx
Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptx
priyono99
 
Penentuan kadar senyawa tunggal dan multi komponen.pptx
Penentuan kadar senyawa tunggal dan multi komponen.pptxPenentuan kadar senyawa tunggal dan multi komponen.pptx
Penentuan kadar senyawa tunggal dan multi komponen.pptx
ErsalinaNidianti2
 

Similar to Makalah kimia farmasi_analis (20)

Laporan analisis kimia_golongan_senyawa
Laporan analisis kimia_golongan_senyawaLaporan analisis kimia_golongan_senyawa
Laporan analisis kimia_golongan_senyawa
 
Makalah kiman
Makalah kimanMakalah kiman
Makalah kiman
 
Laporan lengkap nitritometri
Laporan lengkap nitritometriLaporan lengkap nitritometri
Laporan lengkap nitritometri
 
119050890 laporan-praktikum-analisis-farmasi
119050890 laporan-praktikum-analisis-farmasi119050890 laporan-praktikum-analisis-farmasi
119050890 laporan-praktikum-analisis-farmasi
 
Uji Xantoprotein
Uji XantoproteinUji Xantoprotein
Uji Xantoprotein
 
Percobaan 3.docx
Percobaan 3.docxPercobaan 3.docx
Percobaan 3.docx
 
Makalah sejarah
Makalah sejarahMakalah sejarah
Makalah sejarah
 
PPT SULFONAMID KELOMPOK bhvvjjjvcsdbhhhh2 KLS 02.pptx
PPT SULFONAMID KELOMPOK bhvvjjjvcsdbhhhh2 KLS 02.pptxPPT SULFONAMID KELOMPOK bhvvjjjvcsdbhhhh2 KLS 02.pptx
PPT SULFONAMID KELOMPOK bhvvjjjvcsdbhhhh2 KLS 02.pptx
 
Asidimetri dan alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetriAsidimetri dan alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri
 
Asidimetri dan alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetriAsidimetri dan alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri
 
Terpenoid
TerpenoidTerpenoid
Terpenoid
 
Analisis senyawa sulfonamida
Analisis senyawa sulfonamidaAnalisis senyawa sulfonamida
Analisis senyawa sulfonamida
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
 
57820602 laporan-lengkap-nitritometri (1)
57820602 laporan-lengkap-nitritometri (1)57820602 laporan-lengkap-nitritometri (1)
57820602 laporan-lengkap-nitritometri (1)
 
Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptx
Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptxFormulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptx
Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptx
 
Penentuan kadar senyawa tunggal dan multi komponen.pptx
Penentuan kadar senyawa tunggal dan multi komponen.pptxPenentuan kadar senyawa tunggal dan multi komponen.pptx
Penentuan kadar senyawa tunggal dan multi komponen.pptx
 
Uji Ninhydrin
Uji NinhydrinUji Ninhydrin
Uji Ninhydrin
 
Asistensi Praktikum Kimia Dasar_SMS.pptx
Asistensi Praktikum Kimia Dasar_SMS.pptxAsistensi Praktikum Kimia Dasar_SMS.pptx
Asistensi Praktikum Kimia Dasar_SMS.pptx
 
Materi Kuliah terpenoid fitokimia farmasi
Materi Kuliah terpenoid fitokimia farmasiMateri Kuliah terpenoid fitokimia farmasi
Materi Kuliah terpenoid fitokimia farmasi
 
Presentasi pik
Presentasi pikPresentasi pik
Presentasi pik
 

More from HaInYoo (7)

Indonesian national consensus of dyspepsia
Indonesian national consensus of dyspepsiaIndonesian national consensus of dyspepsia
Indonesian national consensus of dyspepsia
 
Konsensus penatalaksanaan-dispepsia-dan-indeksi-hellicobacter-pylori (1)
Konsensus penatalaksanaan-dispepsia-dan-indeksi-hellicobacter-pylori (1)Konsensus penatalaksanaan-dispepsia-dan-indeksi-hellicobacter-pylori (1)
Konsensus penatalaksanaan-dispepsia-dan-indeksi-hellicobacter-pylori (1)
 
16111 58433-2-pb
16111 58433-2-pb16111 58433-2-pb
16111 58433-2-pb
 
383 988-1-sm
383 988-1-sm383 988-1-sm
383 988-1-sm
 
343059576 44100-kfa-ii-06-reaktivitas-amin-aromatik-primer
343059576 44100-kfa-ii-06-reaktivitas-amin-aromatik-primer343059576 44100-kfa-ii-06-reaktivitas-amin-aromatik-primer
343059576 44100-kfa-ii-06-reaktivitas-amin-aromatik-primer
 
12352 article text-16072-1-10-20150709
12352 article text-16072-1-10-2015070912352 article text-16072-1-10-20150709
12352 article text-16072-1-10-20150709
 
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
12352 article text-16072-1-10-20150709 (1)
 

Recently uploaded

Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
ssupi412
 
[087776'558899] cara Menggugurkan Kandungan mulai usia 1 | 2 | 3 | 4 | bulan ...
[087776'558899] cara Menggugurkan Kandungan mulai usia 1 | 2 | 3 | 4 | bulan ...[087776'558899] cara Menggugurkan Kandungan mulai usia 1 | 2 | 3 | 4 | bulan ...
[087776'558899] cara Menggugurkan Kandungan mulai usia 1 | 2 | 3 | 4 | bulan ...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxKONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
rosintauli1
 
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptxDIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
ulfahyus
 
14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]
14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]
14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiobat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
ariniastuti020
 
Teknik Pendokumentasian.pptakjdnjkasdnjaknd
Teknik Pendokumentasian.pptakjdnjkasdnjakndTeknik Pendokumentasian.pptakjdnjkasdnjaknd
Teknik Pendokumentasian.pptakjdnjkasdnjaknd
FloricaAmanda
 
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogorobat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
ariniastuti020
 
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungobat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
ariniastuti020
 
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
germanaaprianineno
 

Recently uploaded (15)

Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docxMAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
 
[087776'558899] cara Menggugurkan Kandungan mulai usia 1 | 2 | 3 | 4 | bulan ...
[087776'558899] cara Menggugurkan Kandungan mulai usia 1 | 2 | 3 | 4 | bulan ...[087776'558899] cara Menggugurkan Kandungan mulai usia 1 | 2 | 3 | 4 | bulan ...
[087776'558899] cara Menggugurkan Kandungan mulai usia 1 | 2 | 3 | 4 | bulan ...
 
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxKONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
 
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptxDIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
DIET SEHAT PADA DIABETES MELLITUS PPT DES 23.pptx
 
14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]
14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]
14# Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 1 bulan [087776558899]
 
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri.pptx
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri.pptxAsuhan Keperawatan pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri.pptx
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri.pptx
 
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiobat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
 
158679843-Penyuluhan-Katarak-Koass-Mata.ppt
158679843-Penyuluhan-Katarak-Koass-Mata.ppt158679843-Penyuluhan-Katarak-Koass-Mata.ppt
158679843-Penyuluhan-Katarak-Koass-Mata.ppt
 
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjkKota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
Kota Palembang Dalam Angka 2023.pdf]]kjk
 
Teknik Pendokumentasian.pptakjdnjkasdnjaknd
Teknik Pendokumentasian.pptakjdnjkasdnjakndTeknik Pendokumentasian.pptakjdnjkasdnjaknd
Teknik Pendokumentasian.pptakjdnjkasdnjaknd
 
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogorobat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
obat aborsi Bogor wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bogor
 
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungobat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
 
GIZI SEIMBANG PADA USIA ANAK SEKOLAH.pptx
GIZI SEIMBANG PADA USIA ANAK SEKOLAH.pptxGIZI SEIMBANG PADA USIA ANAK SEKOLAH.pptx
GIZI SEIMBANG PADA USIA ANAK SEKOLAH.pptx
 
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
 

Makalah kimia farmasi_analis

  • 1. MAKALAH KIMIA FARMASI ANALIS Amin aromatik primer (Sulfonamida, Sulfonilurea dan thiazid) Tugas ini diberikan oleh dosen : Bapak M. Nur Abdullah, M.Si.,Apt Disusun oleh : Nama Kelompok : - Fatiya Zata Ishma (11151102) - Qonita Aliya (11151116) - Febi Py (11151103) - Raka Purwa (11151119) - Merisa (11151110) - Risda Herlani (11151121) - Putri Rahmadhoni (11151117) - Gilang Eka Permana (11151142 Kelas : 2 FA 3 Kelompok : 4 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung 2016/2017
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang amina aromatis primer (sulfonamide, sulfonilurea dan thiazid) ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak M. Nur Abdullah, M.Si.,Apt selaku Dosen mata kuliah Kimia Farmasi Analisis yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai teori amina aromatis primer (sulfonamide, sulfonilurea, dan thiazid) dalam analisis obat dan bahan obat beserta contoh obatnya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Bandung, 26 November 2016 Penyusun
  • 3. DAFTAR ISI JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Manfaat 1.4 Prinsip BAB II PEMBAHASAN A. Pendahuluan : 2.1 Definisi 2.2 Golongan 2.3 Contoh-Contoh 2.4 Reaksi B. Identifikasi Senyawa : 2.5 Mini monografi (Nama , organoleotis, sifat fisika/kimia dan fisikokimia) 2.6 Gugus Fungsi 2.6 Golongan 2.7 Reaksi Spesifik C. Volumetri : 2.8 Pentiter 2.9 Pembakuan 2.10 Reaksi, Perhitungan, Dan Stoikiometri 2.11 TAT 2.12 Prosedur Dan Pembahasan BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang farmasis dituntun untuk menguasasi berbagai metode yang digunakan untuk menetapkan kadar maupun pembakuan suatu bahan atau menganalisis senyawa obat salah satunya adalah dengan titrasi nitrimetri yang termasuk kedalam titrasi volumetric. Nitrimetri umumnya digunakan sebagai penentuan sebagian besar obat sulfonamida dan obat-obat lain sesui penggunaannya Nitritometri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Nitritometri disebut juga dengan metode titrasi diazotasi. Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan kadarnya dengan metode nitritometri diantaranya adalah golongan senyawa sulfanolamida, sulfonilurea dan thiazid. Penetapan kadar senyawa ini dilakukan untuk mengetahui kemurnian zat tersebut dalam satu sample. Diazotasi merupakan analisis kuantitatif yang berdasarkan pada reaksi antara amin aromatis primer dengan asam nitrit sebagai penitrannya yang berlangsung dalam suasana asam dan membentuk garam diazonium. Analisis golongan senyawa sulfanolamida, sulfonilurea dan thiazid ini dianggap penting sebagaimana diketahui senyawa ini merupakan zat aktif yang dapat digunakan sebagai antimikroba, antidiabetes, diuretik sehingga dapat diketahui bagaimana sifat dari senyawa ini seperti kemurniaanya. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya percobaan ini. Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan gugusan amino aromatis dalam industri zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan sulfanilamida dan semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amino aromatis. Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan metode nitritometri antara lain sulfamerazin, sulfadiazine, sulfanilamide. Senyawa-senyawa ini dalam farmasi sangat bermanfaat seperti sulfanilamide sebagai antimikroba. Melihat kegunaannya tersebut, maka percobaan ini perlu dilakukan. Analisis titrimetri adalah pemeriksaan atau penentuan sesuatu bahan dengan teliti. Analisis ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu analisis kuantitatif dan analisis kulitatif. Analisis kulitatif adalah pemeriksaan sesuatu berdasarkan komposisi atau kualitas, sedangkan analisisi kuantitatif adalah pemeriksaan berdasarkan jumlahnya atau kuantitinya . Pada percobaan ini akan dianalisis dari golongan senyawa sulfanolamida, sulfonilurea dan thiazid secara kuantitatif yakni dengan menggunakan salah satu metode yang disebut dengan metode diazotasi atau nitrimetri I.2. Tujuan percobaan Dapat mengetahui dan memahami cara menganalisa golongan senyawa sulfanolamida, sulfonilurea dan thiazid dengan metode diazotasi atau nitrimetri. Tujuan Titrasi Nitrimetri adalah untuk Memperoleh molaritas larutan baku NaNO2-,serta Menetapkan kadar zat dalam sampel secara nitrimetri.
  • 5. 1.3 Maksud percobaan Dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara menganalisa golongan senyawa sulfanolamida, sulfonilurea dan thiazid dengan suatu metode. I.3. Prinsip percobaan Analisis golongan senyawa sulfanolamida, sulfonilurea dan thiazid menggunakan metode diazotasi atau nitrimetri. Prinsipny yaitu penentuan kadar suatu senyawa yang berdasarkan pada pembentukan garam diazonium yang diperoleh dari asam nitrit dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam.
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. Pendahuluan 1. Definisi Amin adalah turunan organic dari amomonia dimana satu atau lebih atom hydrogen pada nitrogen yang telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki sifat mirip dengan ammonia seperti alcohol dan eter terhadap air. Amina adalah senyawa organic yang mengandung atom nitrogen trivalent yang mengandung atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino (- NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina. a. Ciri Khas Di antara sejumlah golongan senyawa organic yang memiliki sifat basa, yang terpenting adalah amina. Di samping itu sejumlah amina memiliki keaktifan faali (fisiologis), misalnya efedrina berkhasiat sebagai peluruh dahak, meskalina yang dapat mengakibatkan seseorang berhalusinasi, dan amfetamina yang mempunyai efek stimulant. Kelompok senyawa alkaloid yang berasal dari tumbuhan secara kimia juga meripakan bagian dari golongan basa organic amina. b. Rumus Umum  Rumus umum untuk senyawa amina adalah : RNH2 R2NH R3N: Dimana R dapat berupa alkil atau aril  Struktur Amina merupakan senyawa organik yang terpenting dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki urutan yang paling penting dalam senyawa organik, oleh karena itu amina tidak terlepas dari semua unsur organik yang lain. Oleh karena itu sifat-sifat yang di pelajari dalam senyawa amina akan sangat membantu dalam memahami aspek kimiawi kelompok alkoid yang mempunyai peran pentig dalam pembuatan obat-obat sinetik dewasa ini. SIFAT KIMIA - Pada senyawa dengan rantai pendek, merupakan senyawa polar yang mudah larut dalam air. - Memiliki titik didih dan titik leleh yang dengan seiring bertambah cenderung bertambah panjangnya rantai karbon.
  • 7. - Semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan amina dalam air bersifat basis. SIFAT FISIKA - Suku-suku rendah berbentuk gas. - Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan. - Mudah larut dalam air - Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat. - Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM. c. Klasifikasi Amina digolongkan menjadi amina primer (RNH2), sekunder (R2NH), atau tersier (R3N), tergantung kepada jumlah atom karbon yang terikat pada atom nitrogen (bukan pada atom karbon, seperti pada alkohol) 1. Amin Primer (suatu karbon Terikat kepada N). 2. Amin sekunder (Dua Korbon terikat kepadaN). 3. Amin Tersier (Tiga karbon Terkait kepada N). Amin aromatis primer dan non aromatis primer adalah 2. Golongan 2.1 Sulfonamide Sulfonamida adalah kemoterapeutik dalam resep. Biasanya sulfa dikombinasi dengan Na-bicarbonat atau Natrium nitrat untuk mendapatkan suasana alkalis, karena jika tidak dalam suasana alkalis maka sulfa-2 akan menghablur dalam saluran air kencing, hal ini akan menimbulkan iritasi yang cukup mengerikan. Tapi tidak semua sulfa dikombinasi dengan Natrium bikarbonat atau
  • 8. Natrium sitras, misalnya : Trisulfa dan Elkosin, hal ini karena pH-nya sudah alkalis, maka Kristal urea dapat dihindari. 1. Pemakaian a) Kemoterapeutikum : Sulfadiazin, Sulfathiazol b) Antidiabetikum : Nadisa, Restinon c) Desibfektan saluran air kencing : Thidiour d) Diuretikum : Diamox 2. Sifat – sifat - Bersifat ampoter, karena itu sukar di pindahkan dengan acara pengocokan yang umum digunakan dalam analisa organik. - Mudah larut dalam aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan Elkosin 3. Penarikan Sebaiknya dilakukan pada pH 7, lalu diuapkan dan ditarik dengan aseton. Tablet : ditarik dengan HCL encer atau NH4OH, filtrate ditambahkan Natrium asetat atau asam asetat maka Sulfonamida akan mengendap. 4. Kelarutan - Umumnya tidak melarut dalam air, tapi adakalanya akan larut dalam air panas anas. - Elkosin biasanya larut dalam air panas dan dingin. - Tidak larut dalam eter, kloroform, petroleum eter. - Larut baik dalam aseton. - Sulfa – sulfa yang mempunyai gugus amin aromatik tidak bebas akan mudah larut dalam HCl encer. Irgamid dan Irgafon tidak lariut dalam HCl encer. - Sulfa – sulfa dengan gugusan aromatik sekunder sukar larut dalam HCl, misalnya septazin, soluseptazin, sulfasuksidin larut dalam HCl, akan tetapi larut dalam NaOH. - Sulfa dengan gugusan –SO2NHR akan terhidrolisis bila dimasak dengan asam kuat HCl atau HNO3. Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa : H2N – C6H4 – COOH Sulfonamida bertindak sebagai analog struktural dari asam p-aminobenzoik (PABA), yang menghambat PABA saat pembentukan asam dihidropteroik dalam sintesis
  • 9. asam folat.Organisme yang membuat sendiri asam folatnya dan tidak dapat memakai pasokan eksogen dari vitamin menjadi sensitif terhadap sulfonamida, karena selnya dapat menyerap obat ini, sementara organisme yang memerlukan asam folat eksogen untuk pertumbuhannya tidak sensitif.Penundaan periode beberapa generasi terjadi antara paparan sel yang sensitif pada sulfonamida dan penghambatan pertumbuhan; pada saat ini sel menghabiskan pasokan asam folat endogen yang telah dibuat sebelumnya.Efek penundaan ini memungkinkan sulfonamida dipakai bersama dengan antibiotik (misalnya penisilin) yang hanya aktif terhadap organisme yang tumbuh. Efek penghambat sulfonamida dapat dinetralkan dengan memasok sel dengan metabolit yang normalnya membutuhkan asam folat untuk sintesisnya (misalnya purin, asam amino tertentu); zat demikian dapat hadir misalnya dalam pus, sehingga sulfonamida menjadi tidak efektif dalam perawatan infeksi suppuratif tertentu.Bakteri yang siap mengembangkan resistansi pada sulfonamida, seperti modifikasi Streptococcus pneumoniae yang dihasilkan lewat mutasi satu langkah pada sintetase asam dihidropteroik dapat mengurangi afinitas enzim sulfonamida tanpa mengurangi afinitasnya pada PABA.Hambatan dari plasmid juga muncul dan dapat terlibat, misalnya plasmid tersandi sintase asam dihidropteroik resistan sulfonamida.  Gugus Fungsi Sulfonamida Banyak jenis sulfonamida yang berbeda misalnya dalam sifat klinisnya, toksisitasnya, dll.Sebagian besar turunan memiliki penyusun nitrogen dari grup sulfonamida (NH2.C6H4.SO2.NHR). Substitusi grup p-amino menghasilkan hilangnya aktifitas anti bakterial, namun turunan demikian dapat dihidrolisa in vivo menjadi turunan yang aktif. Sebagai contoh, p-Nsuccunylsulfatiazol dan fitalilsulfatiazol tidak aktif dan sulit diserap perut, namun mereka terhidrolisa pada usus bawah untuk melepaskan komponen aktif sulfatiazol; obat ini telah digunakan misalnya pada saat sebelum dan sesudah bedah perut  Hubungan Struktur dan aktivitas a) Gugus amino-primer aromatik sangat penting untuk aktivitas karena banyak modifikasi pada gugus tersebut ternyata menghilangkan aktivitas antibakteri, cont oh- metabolit N4 b) asetilasi tidak aktif sebagai antibakteri. Oleh karena itu gugus amino harus tidak te rsubtitusi (R’=H atau mengandung subtituen yang mudah dihilangkan pada in vivo) c) Bentuk yang aktif sebagai antibakteri adalah bentuk garam N1terionisasi (N1 mono subtitusi, sedangkan N1 disubtitusi tidak aktif sebagai antibakteri). Penggantian cincin benzene dengan system cincin yang lain dan pemasukkan substituent lain pada cincin benzene akan menurunkan atau menghilangkan aktivitas. d) Penggantian gugus SO2NH2 dengan SO2-C6H4-(p)NH2 senyawa tetap aktif sebagai antibakteri. Penggantian dengan CONH- C 6H4-(p) N H2 atau CO6H4- (p)NH2 akan menurunkan aktivitas. e) Dari studi hubungan nilai pKa, turunan sulfonamide dengan aktivitas antibakterinya secara in vitro, Bell dan Roblin mendapatkan bahwa aktivitas antibakteri cukup tinggi ditunjukkan oleh turunan sulfonamida yang mempunyai nilai pKa antara 6-7,4 dan terlihat bahwa aktivitas maksimal dicapai oleh senyawa yang mempunyai nilai pKa mendekati pHfisiologis. Salah satu efek samping turunan sulfonamida adalah kerusakan ginjal yang disebabkankarena
  • 10. pembentukan kristal yang sukar larut di ginjal oleh metabolit sulfonamida dan asetilsulfonamida. Sulfonamida mempunyai nilai pKa 10,4 dan dalam urin mempunyai pH ± 6terdapat dalam bentuk tak terionisasi. Bentuk ini sukar larut dalam air sehingga mudah membentuk Kristal di ginjal. Untuk membuat sulfanilamide lebih mudah larut dalam urin sehingga memperkecil kemungkinan pembentukan Kristal asetil sulfonamida di ginjal dilakukan hal-hal sebagai berikut:  Meningkatkan volume dan aliran urin, yaitu dengan minum air yang banyak pada awal pemberian sulfonamida.  meningkatkan pH urun sampai > 10,4 (basa) yaitu dengan pemberian natrium bikarbonat, ± 1-4 gram. Pada pH basa sulfanilamide akan membentuk garam yang mudah larut air.  Membuat turunan sulfonamida yang mempunyai nilai pKa rendah, sehingga pada pH urin terdapat dalam bentuk terionisasi yang mudah larut dalam air. Contoh : sulfametoksasol pKa6,1 dan sulfisoksasol pKa.  Berdasarkan penggunaan terapetik sulfonamida dibagi menjadi enam kelompok yaitu sulfonamida untuk infeksi sistemik, untuk infeksi usus, untuk in feksi mata, untuk infeksi saluran seni, untuk pengobatan luka bakar, dan lain-lain. (Siswandono dan Soekardjo, 2008)  Efek samping Kerusakan parah pada sel-sel darah, yang berupa antara lain agranulositosis dan anemia hemolitis. Reaksi alergi , gangguan saluran cerna(mual,muntah, diare dan sebagainya). Bahaya kristaluria 2.2 Sulfonilurea Struktur : Sulfonilurea adalah turunan sulfanilamid tetapi tidak mempunyai aktivitas antibakteri. Golongan ini bekerja merangsang sekresi insulin di pankreas sehingga hanya efektif bila sel - pankreas masih dapat berproduksi. Golongan sulfonilurea dibagi 2, yaitu generasi I (asetoheksaid, klorpropamid, tolazamid, tolbutaid) dan generasi II (glipizid, gliburid, glimepirid). Indikasi : diabetes mellitus tipe II. Sulfonilurea memiliki mekanisme kerja dengan meningkatkan sekresi insulin, meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin, dan menurunkan sekresi glukagon. Indikasi penggunaan sulfonilurea adalah untuk terapi DM tipe 2. Sedangkan kontraindikasinya adalah pada pasien menyusui, ketoasidosis (kondisi yang terjadi ketika tubuh tidak mampu menggunakan glukosa sebagai sumber energi akibat kurangnya kadar insulin), dan gangguan ginjal. Sulfonilurea memiliki efek samping hipogilkemi (anjloknya kadar gula darah menjadi di bawah normal), gangguan pencernaan, mual, dan anemia. Ada 3 jenis sulfonil urea, yaitu :
  • 11. 1. Sulfonilurea short acting, contohnya adalah tolbutamin. Jenis short acting memiliki sifat absorpsinya (penyerapan) cepat dan tidak dipengaruhi oleh makanan. Efek sampingnya bisa menyebabkan hipoglikemi dan terjadinya rash (kemerahan) di kulit serta gangguan pencernaan. 2. Sulfonilurea intermediate acting, contohnya :  Acetoheksamid : memiliki sifat absorpsinya cepat dan berefek diuretik lemah (tidak terlalu berefek memperbanyak pengeluaran urin).  Tolazamid : absorpsinya lambat  Gliburid : absorpsinya cepat, berefek diuretik lemah, dan menghambat produksi glukosa di hepar (hati)  Glipizid : absorpsi cepat dan dapat dihambat oleh makanan 3. Sulfonilurea long acting : Klorpropamide dan glibenklamid Keduanya memiliki sifat absorpsi yang cepat, berefek samping hipoglikemi, dan bukan pilihan obat DM yang baik untuk pasien lansia.  Indikasi sulfonylurea  Pemilihan preparat sulfonilurea yang tepat untuk pasien tertentu penting untuk suksesnya terapi.  Yang penting bukan umur pasien waktu terapi dimulai → tetapi umur pasien dimana penyakit mulai timbul → pada umumnya hasilnya baik dengan terapi jika DM nya timbul pada usia >40 tahun  Untk mengatasi hiperglikemi diutamakan pengaturan diet dan exercise → sampai berat badan ideal→ obat merupakan pelengkap dalam mempertahankan euglikemik  Selama terapi pemeriksaan fisik & laboratorium tetap dilakukan teratur→ dalam keadaan gawat seperti stress, komplikasi infeksi dan pembedahan→ tetap kembali keterapi insulin.  Kontra indikasi  pada pasien DM dengan : disfungsi hati, ginjal endokrin, gizi buruk, alkoholisme, akut dan pasien yang mendapat diuretik tiazid.  Efek potensasi → meningkatkan keadaan hipoglikemik dengan penggunaan bersama preparat-preparat : sulfoniamid, propanolol, salisilat, clofibrat, fenilbutazon, probenesid, dikumarol, kloramfenikol, mono amino oksidase inhibitor, alkohol. Hipersensitif terhadap sulfonilurea, komplikasi diabetes karena ketoasidosis dengan atau tanpa koma, komplikasi diabetes karena kehamilan. 4. Efek samping  UGDP (University Group Diabetes Program) 1970 jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiofaskuler pasien DM yang diobati dengan tolbutamide sangat besar dibanding pasien yang diobati insulin atau placebo.
  • 12.  Seperti sediaan-sediaan lain sering dilaporkan : rasa tidak enak, sakit perut; ganguan saluran cerna (mual, muntah, diare) ; saraf (vertigo, bingung, sakit kepala, ataksia).  Kegagalan sekunder → gagal mempertahankan respon yang baik pada terapi sulfonilurea dalam jangka panjang pada pengelolaan DM tipe 2→( dianjurkan terapi berselang dalam dosis tunggal dengan masa kerja pendek); juga penuruna progresif pada masa sel β pada DM tipe 2 kronis juga berperan untuk kegagalan sekunder ini.  Efek teratogen pada hewan uji pernah dilaporkan pada dosis yang besar→sehingga tak dianjurkan untuk wanita hamil.  Efek diuretic dijumpai pada klorpropamide, acetohexamide, tolazamide & gliburide.  Resiko terjadi ikterus obstruktif paling sering dilaporkan dengan sediaan klorpropamide (± 0,4 %); pasien dengan predisposisi genetic bisa terjadi hyperemic flush (= efek disulfiram = efek antabus ) bila mengkonsumsi alkohol didalam penggunaan terapi tolbtamid, gliburide dan tersering klorpropamide.  Toksisitas hematologic (leucopenia sementara, trombositopenis ) terjadi pada kurang dari 1% pasien dengan terapi klorpropamide.  Hipoglikemi : (dosis tidak tepat, diet ketat, gangguan fungsi hati dan atau ginjal) ; dan cenderung terjadi pada derivate-derivat kerja kuat (glibenklamide, klorpropamide).  Nafsu makan diperbesar → berat badan meningkat. 3 Thiazid Struktur : Diuretik merupakan obat-obatan yang dapat meningkatkan laju aliran urin. Golongan obat ini menghambat penyerapan ion natrium pada bagianbagian tertentu dari ginjal. Oleh karena itu, terdapat perbedaan tekanan osmotik yang menyebabkan air ikut tertarik, sehingga produksi urin semakin bertambah. Terdapat golongan-golongan dari diuretik yang memiliki efektivitas yang bervariasi, mulai dari golongan diuretik hemat kalium yang hanya mengekskresikan 2% ion natrium sampai golongan diuretik loop yang dapat mengekskresikan sampai 20% ion natrium. Selain mempengaruhi ekskresi (pembuangan) ion natrium, diuretik juga mempengaruhi kemampuan ginjal mengatasi ionion lain seperti kalium, hidrogen, kalsium, magnesium, klor, bikarbonat, fosfat, dan asam urat. Diuretik juga mempengaruhi secara tidak langsung sirkulasi darah.  Fungsi Fungsi dari diuretik secara umum sesuai dengan definisi yaitu meningkatkan laju aliran urin yang selanjutnya meningkatkan produksi urin. Akantetapi, fungsi secara khusus bergantung pada masingmasing golongan dari diuretik. Terdapat 5 golongan diuretik 1. diuretik tiazid; 2. diuretik loop; 3. diuretik hemat kalium; 4. penghambat karbonik anhidrase; 5. diuretik osmotik. Diuretik tiazid merupakan golongan yang umum digunakan. Seluruh obat-obatan golongan ini bekerja pada tubulus distal ginjal dan memiliki efek diuretik yang sama.
  • 13. Peningkatan dosis pada obat-obatan golongan ini tidak akan meningkatkan respon peningkatan produksi urin. Salah satu obat yang termasuk golongan ini adalah hydrochlorothiazide (HCT). Diuretik loop bekerja pada lengkung henle ginjal. Dibandingkan dengan diuretik golongan lain, diuretik loop memiliki efektivitas tertinggi dalam mengeluarkan ion natrium dan clor dari tubuh yang selanjutnya tentu diikuti dengan meningkatnya jumlah produksi urin. Obat yang paling sering digunakan dari golongan diuretik loop adalah furosemide. Diuretic golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama igunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-obatan ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikan memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal dinaikan lagin efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah. Diuretik hemat kalium bekerja pada tubulus pengumpul ginjal untuk mencegah penyerapan kembali ion natrium dan pengeluaran ion kalium. Obat golongan ini lebh sering digunakan untuk mengobati hipertensi, dan sering dikombinasikan dengan diuretik tiazid. Sangat penting memonitor kadar kalium dalam darah pada pasien yang mengkonsumsi obat ini. Spironolactone merupakan obat dari golongan ini yang sering digunakan. Acetazolamide merupakan obat yang bekerja sebagai penghambat enzim karbonik anhidrase pada tubulus proksimal ginjal. Obat golongan ini lebih sering digunakan untuk fungsi lain (seperti : pengobatan glaukoma) selain diuretik karena efektivitasnya yang lebih rendah dibandingkan diuretik tiazid. Diuretik osmotik merupakan substansi kimia sederhana (seperti : mannitol dan urea) yang disaring dan keluar melalui ginjal. Obat golongan ini dapat memberikan efek diuretik karena kemampuannya dalam membawa cairan bersamaan dengan keluarnya substansi ini ke tubulus ginjal. Hanya sebagian kecil ion natrium yang ikut keluar bersamaan dengan substansi ini. Diuretik osmotik merupakan tatalaksana utama dalam mengatasi peningkatan tekanan di dalam otak, keracunan obat, trauma. 3. Contoh-contoh 1. Sulfonamide Contoh-contoh sulfonamida antara lain: 1. Sulfacetamida (N-[(4-aminofenil)sulfonil]-asetamida); 2. Sulfadiazin 3. Sulfadimetoksin (4-amino-N-(2,6-dimetoksi-pirimidinil)benzenesulfonamida) 4. Sulfadimidin (=sulfametazin: 4-amino-N-(4,6-dimetil-2 pirimidinil)benzenesulfonamida); 5. Sulfaguanidin (4-amino-N-(aminoiminometil)benzenesulfonamide); 6. Sulfametizol (4-amino-N-(5-metil-1,3,4-tiadiazol-2-il)benzenesulphonamide); 7. Sulfametoksazol (4-amino-N-(5-metil-3-isoxazolil)benzenesulfonamida); 8. sulfatiazol (4-amino-N-2-tiazolilbenzenesulfonamida); dan sebagainya. 2. Sulfonilurea 1. Klorpropamide 2. Glibenklamid 3. Tolbutamid
  • 14. 4. Tolazamid 5. Glimepiridin 6. Glibenklamid 7. Glipizid 8. Gliklazid 3. Tiazid 1. Klorotiazid 2. Hidroklorotiazid 3. Hidroflumetiazid 4. Politiazid 5. Benztiazid 6. Siklotiazid 7. Klortalidon 8. Kuinetazon 9. Indepamid. 4. Reaksi 1. Sulfonilamid  Reaksi Umum Penentuan Sulfonamida : 1. Pemeriksaan pendahuluan/ penggolongan a. Reaksi elementor terhadap unsur C, N, S : positif b. Reaksi terhadap gugus-gugus amin : Reaksi Diazotasi, reaksi dengan p-DAB HCL (Erlich), reaksi korek/api dan reaksi idophenol. Positif untuk amin-amin yang tidak terblokir/amin bebas, amin yang terblokir akn negative misalnya ftalazol. c. Reaksi terhadap gugus sulfon : Sulfonamida akan positif bila terjadi reaksi dengan penambahan : Zat + H2O2 30% + FeCl3 + HNO3 dan BaCl2 atau Barium Nitrat dan adanya endapan BaSO4 putih (BaSO4 sukar larut, bahkan dalam aqua regia) positif untuk amin-amin bebas. d. Reaksi furfural : terhadap gugus amin bebas 1 tetes pereaksi atau reagen (furfural 2% dalam asam asetat glasial) + zat memberikan warna merah tua segera berubah menjadi ungu. Semua sulfa memberikan hasil positif, kecuali sulfasuksidin, pthalazol, septazin. e. Reaksi Vanilin : Huckhal dan Turftiti
  • 15. Terhadap derivate metil piridin, diatas kaca arloji atau objek : 1 tetes H2SO4 ditambah beberapa Kristal vanillin, campurkan. + zat uji, panaskan diatas nyala api kecil : kuning atau hijau muda (dilihat dibawah dasar putih). Kecuali : Sulfamerazin Na : merah tua Sulfamezathin Na : merah tua Irgamid : hijau tua – hitam dengan tepi merah f. Reaksi Korek Api Zat + HCL encer lalu kedalamnya dicelupkan korek api, Sulfonamida akan positif, terjadi warna jingga sampai jingga kuning dari amin aromatis. Selain sulfa yang positif untuk reaksi ini adalah floroglucine, asam sulfa nitrat dan resorcine. Asam sulfanilat : kuning g. Reaksi Diazo : untuk amin aromatik primer Zat + 2 gtt HCL 2 N dan air, + NaOH dan teteskan larutan 0,1 gram β-naftol dan α-naftol : merah ungu. Cratisin : kekeruhan jingga kuning Negative : sulfasuksidin, seotazin, thalazol Khusus amin aromatis mula-mula terjadi endapan jingga, penambahan β-naftol dalam NaOH menimbulkan warna merah-ungu. Bila digunakan α-naftol terjadi warna merah darah. Amin aromatis yang tak bebas reaksinya negatif. Setelah dihidrolisa baru memberikan hasil positif. h. Reaksi erlich dengan p-DAB HCL : reaksi yang umum dengan amin aromatic Sulfonamida akan memberikan warna jingga dengan adanya amin aromatis primer pada gugusnya. Bezokain dan alkaloid turunan amino benzoate lainnya positif dengan reaksi ini. Pereaksi : p-DAB HCL : 1 gram dalam 10 ml + air ad 100 ml Zat + pereaksi 1-2 tetes diatas plat tetes : warna yang timbul adalah warna kuning jingga. Kuning sitrun : Sulfametazin, Sulfadiazine, Sulfamorazin, Gratisin Kuning : Elkosin Kuning Tua : Thalazol, Sulfanilamide Jingga : Sulfaguanidin i. Reaksi dengan CuSO4 Larutkan CuSO4 dalam air yang encer. Reaksi ini diberikan oleh sulfa yang hetrosiklik dalam NaOH dengan CuSO4 : endapan tidak berwarna. Hijau : Elkosin, Globucid, Lucocil, Sulfapyridin. Ungu : Sulfadiazin, Sulfasuksidin, Sulfatiazol Putih : Irgafon, Sulfanilamid j. Reaksi Indophenol ( khusus untuk amin aromatis dengan tempat para bebas )
  • 16. Caranya : Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu segera + 2 tetes NaOH dan 2 ml kaforit + 1 tetes fenol liquafactum segar, amati warna yang terjadi. - Albuoid : Hijau (hijau tua) - Elkosin : Coklat - Gantrisin : Merah coklat - Irgafon : Hijau - Lucosil : Coklat merah - Sulfapyridin : Coklat - Sulfa thiazol : Kuning jingga - Sulfadiazin : Merah rose - Sulfaquanidin : Kuning - Sulfamorazin : Merah rose - Sulfamotatin : Merah rose - Sulfanolamid : Biru (ungu) - Sulfasuksidin : Kuning lemah - Thazalol : tidak berwarna k. Reaksi Roux, amati perubahan warna Pereaksi : Na Nitroprusida 10 ml aquadest 100 ml NaOH 2 ml KMnO4,. Cara melakukan reaksi: Na Nitropusid dilarutkan dalam air lalu +kan NaOH kemudian + KMnO4, terjadi endapan banyak. Saring ke dalam botol berwarna coklat,sebaiknya dibuat r.p. karena mudah terurai dalam penyimpanan. Cara melakukan reaksi : Zat padat diletakkan diatas plat tetes lalu tambah satu tetes pereaksi lalu diaduk dengan batang pengaduk. Dilihat perubahan warna yang terjadi. - Albuoid : Coklat hijau-hijau - Sulfapyridin : Ungu - Elkosin : Ungu coklat-ungu - Sulfasuksidin : Hijau kuning - Sulfadiazin : Ungu- hijau biru - Sulfathiazol : Hijau kuning - Sulfaquanidin : ungu-coklat - Sulfatiooreum : Merah biru - Sulfamezatinus : Ungu- hijau tua - Irgafen : Hijau Kuning - Lucosil : Hijau kuning hijau - Thazalol : (-0) l. Reaksi dengan KBrO3 Tablet harus diisolasi terlbih dahulu.
  • 17. Pelaksanaannya : Dalam tabung reaks kecil 10 mg zat + 1 cc H2SO4 + 1 tetes K-Bromat jenuh amati perubahan wana yang terjadi. - Sulfa yang memberikan warna kuning - Sulfa yang memberikan warna ungu-biru, rose merah - Asam Sulfanilat : Ungu coklat - Cratisin : Coklat - Marfanil : Keruh putih kuning - Medison : Coklat-ungu-coklat - Ftalazol : Tidak berwarna - Sulfadiazine : Kuning jingga coklat merah - Sulfanilamide : Ungu merah - Sulfasukdidin : Ungu coklat, endapan - Thidicur : Kuning coklat jingga m. Pirolisa Semua sulfa kalau dipanaskan diatas titik leburnya akan terurai dan timbul warna dari residu : - Sulfadiazine : Merah - Sulfaguanidin : Ungu - Sulfanilamid : Violet - Sulfatiazol : Coklat merah Atau akan membebaskan H2S : - Elkosin - Septazin - Soluseptazin - Sulfamerazin - Sulfasuksidin - Ultraseptyl - Sulfatiazol - Na-Sulfamezatin - Na-Sulfamerazin - Na-Sulfathiazol - Na-Irgafen - Sulfamozatin - Na-Irgamid Yang membebaskan H2S adalah garam Na nya : Atau melepaskan NH3 : - Sulfaguanidin - Sulfanilamide - Sulfathiazole Atau gas SO2: - Lucosil - Sulfapyridin n. Sublimasi Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif (Sulfadiazin, Sulfamerazin, Sulfamezatin, Thalazol, Elkosin).
  • 18. 0. Reaksi Kristal  Rekristalisasi aseton – air Dalam tabung reaksi zat dilarutkan dalam aseton, disaring filtratnya + air. Larutan diteteskan pada glass objek.  Reaksi Kristal Drogendorf, yaitu zat + HCl 0,5N + 1 tetes pereaksi dan asamkan beberapa lama, lihat dibawah mikroskop. Bouchardat, Fe kompleks, Bi kompleks dan Cu Kompleks. Pembentukan reaksi kompleks terjadi setelah pemanasan dan ada yang tanpa pemanasan telah terbentuk, misal Sulfasetamida, Asam pikrat, asam pikrolon ( jangan terlalu asam ), Asam silikowalframat ( silikowalframat 2 % dalam HCl 4N ),  Reaksi Eder ( 1 bagian Br2, 1 bagian Kbr dan 20 bagian air ), PtCl3 ( AuCl3 ) dalam air 10 %  Reaksi Romyn dan Leveizer Reagen berisi 10 g Cu asetat dalam NaOH 25 % hingga 100 ml, atau 1 g Cu asetat dalam NaOH hingga 100 ml. Reaksi ini juga dapat memberikan bermacam-macam warna dan positif untuk sulfa, barbital dan asam organik.  Rowin : zat +CuAc kristal + amin, digoraskan batang kaca. Aminnya methylamin, dan ethylamin. 2. Reaksi pendahuluan dan reaksi warna a. Zat murni, dilelehkan dalam tabung reaksi akan terjadi perubahan warna dan keluar gas H2S, NH3 dan CO2. b. Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif (Sulfadiazin, Sulfamerazin, Sulfamezatin, Thalazol, Elkosin). c. Tes Weber ( K4Fe(CN)6 10 % + Na Nitroprusid 10 % + NaOH 10 % campur sama banyak ), perhatikan perubahan warna 2. Sulfonilurea 1. Reaksi elementor terhadap unsur C, N, S : positif 2. Reaksi terhadap gugus sulfon : Sulfonilurea akan positif bila terjadi reaksi dengan penambahan : Zat + H2O2 30% + FeCl3 + HNO3 dan BaCl2 atau Barium Nitrat dan adanya endapan BaSO4 putih (BaSO4 sukar larut, bahkan dalam aqua regia) positif untuk amin-amin bebas. 3. Reaksi furfural : terhadap gugus amin bebas 1 tetes pereaksi atau reagen (furfural 2% dalam asam asetat glasial) + zat memberikan warna merah tua segera berubah menjadi ungu. Semua sulfa memberikan hasil positif, kecuali sulfasuksidin, pthalazol, septazin. 4. Reaksi Vanilin : Huckhal dan Turftiti
  • 19. Terhadap derivate metil piridin, diatas kaca arloji atau objek : 1 tetes H2SO4 ditambah beberapa Kristal vanillin, campurkan. + zat uji, panaskan diatas nyala api kecil : kuning atau hijau muda (dilihat dibawah dasar putih). Kecuali : Sulfamerazin Na : merah tua Sulfamezathin Na : merah tua Irgamid : hijau tua – hitam dengan tepi merah 5. Reaksi Diazo : untuk amin aromatik primer Zat + 2 gtt HCL 2 N dan air, + NaOH dan teteskan larutan 0,1 gram β-naftol dan α-naftol : merah ungu. Cratisin : kekeruhan jingga kuning Negative : sulfasuksidin, seotazin, thalazol Khusus amin aromatis mula-mula terjadi endapan jingga, penambahan β-naftol dalam NaOH menimbulkan warna merah-ungu. Bila digunakan α-naftol terjadi warna merah darah. Amin aromatis yang tak bebas reaksinya negatif. Setelah dihidrolisa baru memberikan hasil positif. 6. Reaksi erlich dengan p-DAB HCL : reaksi yang umum dengan amin aromatic Sulfonamida akan memberikan warna jingga dengan adanya amin aromatis primer pada gugusnya. Bezokain dan alkaloid turunan amino benzoate lainnya positif dengan reaksi ini. Pereaksi : p-DAB HCL : 1 gram dalam 10 ml + air ad 100 ml Zat + pereaksi 1-2 tetes diatas plat tetes : warna yang timbul adalah warna kuning jingga. Kuning sitrun : Sulfametazin, Sulfadiazine, Sulfamorazin, Gratisin Kuning : Elkosin Kuning Tua : Thalazol, Sulfanilamide Jingga : Sulfaguanidin 7. Reaksi dengan CuSO4 Larutkan CuSO4 dalam air yang encer. Reaksi ini diberikan oleh sulfa yang hetrosiklik dalam NaOH dengan CuSO4 : endapan tidak berwarna. Hijau : Elkosin, Globucid, Lucocil, Sulfapyridin. Ungu : Sulfadiazin, Sulfasuksidin, Sulfatiazol Putih : Irgafon, Sulfanilamid 8. Reaksi Indophenol ( khusus untuk amin aromatis dengan tempat para bebas ) Caranya : Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu segera + 2 tetes NaOH dan 2 ml kaforit + 1 tetes fenol liquafactum segar, amati warna yang terjadi. - Albuoid : Hijau (hijau tua)
  • 20. - Elkosin : Coklat - Gantrisin : Merah coklat - Irgafon : Hijau - Lucosil : Coklat merah - Sulfapyridin : Coklat - Sulfa thiazol : Kuning jingga - Sulfadiazin : Merah rose - Sulfaquanidin : Kuning - Sulfamorazin : Merah rose - Sulfamotatin : Merah rose - Sulfanolamid : Biru (ungu) - Sulfasuksidin : Kuning lemah - Thazalol : tidak berwarna 9. Reaksi Roux, amati perubahan warna Pereaksi : Na Nitroprusida 10 ml aquadest 100 ml NaOH 2 ml KMnO4,. Cara melakukan reaksi: Na Nitropusid dilarutkan dalam air lalu +kan NaOH kemudian + KMnO4, terjadi endapan banyak. Saring ke dalam botol berwarna coklat,sebaiknya dibuat r.p. karena mudah terurai dalam penyimpanan. Cara melakukan reaksi : Zat padat diletakkan diatas plat tetes lalu tambah satu tetes pereaksi lalu diaduk dengan batang pengaduk. Dilihat perubahan warna yang terjadi. - Albuoid : Coklat hijau-hijau - Sulfapyridin : Ungu - Elkosin : Ungu coklat-ungu - Sulfasuksidin : Hijau kuning - Sulfadiazin : Ungu- hijau biru - Sulfathiazol : Hijau kuning - Sulfaquanidin : ungu-coklat - Sulfatiooreum : Merah biru - Sulfamezatinus : Ungu- hijau tua - Irgafen : Hijau Kuning - Lucosil : Hijau kuning hijau - Thazalol : (-0) 10. Reaksi dengan KBrO3 Tablet harus diisolasi terlbih dahulu. Pelaksanaannya : Dalam tabung reaks kecil 10 mg zat + 1 cc H2SO4 + 1 tetes K-Bromat jenuh amati perubahan wana yang terjadi. - Sulfa yang memberikan warna kuning - Sulfa yang memberikan warna ungu-biru, rose merah
  • 21. - Asam Sulfanilat : Ungu coklat - Cratisin : Coklat - Marfanil : Keruh putih kuning - Medison : Coklat-ungu-coklat - Ftalazol : Tidak berwarna - Sulfadiazine : Kuning jingga coklat merah - Sulfanilamide : Ungu merah - Sulfasukdidin : Ungu coklat, endapan - Thidicur : Kuning coklat jingga 11. Pirolisa Semua sulfa kalau dipanaskan diatas titik leburnya akan terurai dan timbul warna dari residu : - Sulfadiazine : Merah - Sulfaguanidin : Ungu - Sulfanilamid : Violet - Sulfatiazol : Coklat merah Atau akan membebaskan H2S : - Elkosin - Septazin - Soluseptazin - Sulfamerazin - Sulfasuksidin - Ultraseptyl - Sulfatiazol - Na-Sulfamezatin - Na-Sulfamerazin - Na-Sulfathiazol - Na-Irgafen - Sulfamozatin - Na-Irgamid Yang membebaskan H2S adalah garam Na nya : Atau melepaskan NH3 : - Sulfaguanidin - Sulfanilamide - Sulfathiazole Atau gas SO2: - Lucosil - Sulfapyridin 12. Sublimasi Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif (Sulfadiazin, Sulfamerazin, Sulfamezatin, Thalazol, Elkosin). 0. Reaksi Kristal  Rekristalisasi aseton – air Dalam tabung reaksi zat dilarutkan dalam aseton, disaring filtratnya + air. Larutan diteteskan pada glass objek.  Reaksi Kristal
  • 22. Drogendorf, yaitu zat + HCl 0,5N + 1 tetes pereaksi dan asamkan beberapa lama, lihat dibawah mikroskop. Bouchardat, Fe kompleks, Bi kompleks dan Cu Kompleks. Pembentukan reaksi kompleks terjadi setelah pemanasan dan ada yang tanpa pemanasan telah terbentuk, misal Sulfasetamida, Asam pikrat, asam pikrolon ( jangan terlalu asam ), Asam silikowalframat ( silikowalframat 2 % dalam HCl 4N ),  Reaksi Eder ( 1 bagian Br2, 1 bagian Kbr dan 20 bagian air ), PtCl3 ( AuCl3 ) dalam air 10 %  Reaksi Romyn dan Leveizer Reagen berisi 10 g Cu asetat dalam NaOH 25 % hingga 100 ml, atau 1 g Cu asetat dalam NaOH hingga 100 ml. Reaksi ini juga dapat memberikan bermacam-macam warna dan positif untuk sulfa, barbital dan asam organik.  Rowin : zat +CuAc kristal + amin, digoraskan batang kaca. Aminnya methylamin, dan ethylamin. 3. Reaksi pendahuluan dan reaksi warna d. Zat murni, dilelehkan dalam tabung reaksi akan terjadi perubahan warna dan keluar gas H2S, NH3 dan CO2. e. Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif (Sulfadiazin, Sulfamerazin, Sulfamezatin, Thalazol, Elkosin). f. Tes Weber ( K4Fe(CN)6 10 % + Na Nitroprusid 10 % + NaOH 10 % campur sama banyak ), perhatikan perubahan warna 3. sulfothiazid B. Identifikasi senyawa : 2.5 gugus fungsi 2.6 golongan 2.7 reaksi spesifik Pemeriksaan amin sekunder Zat dilarutkan dalam 2 ml 3N HCI didinginkan pada 5 ,kemudian direaksikan dengan 2 ml larutan NaNO2, 1% lima menit kemudian larutan diencerkan dengan 5 ml air dan dikocok dua kali, setiap kali dengan 5 ml eter. Larutan eter dicuci dan akhirnya diluapkan sampai kering.kepada sisa penguapan ditambahkan 50mg fenol,dipanaskan sebentar,didinginkan dan direaksikan dengan 1 ml H2SO4 : terbentuk warna biru-hijau pekat yang bila hasil reaksi dituangkan ke dalam air berubah menjadi merah. Jika dibasakan, warna hijau-biru semula timbul lagi (percobaan nitrosamin dan lieabermann).
  • 23. Pemeriksaan amin ailfatik primer dan amin aromatik (reaksi isonitril) Sedikit zat dilarutkan dalam etanol,direaksikan dengan beberapa tetes kloroform dan basa alkali dalam etanol,kemudian dipanaskan dengan api kecil.tercium bau khas isonitril. Pemeriksaan asam amino (reaksi Ninhidrin) Ke dalam 1 ml larutan zat yang netral ditambahkan 2 tetes larutan ninhidrin 1% dalam air, kemudian dipanaskan sampai mendidih.terbentuk warna kemerah-merahan,ungu,atau biru reaksi positif antar lain untuk efedrin( merah) tolbutamida (ungu) oksendrin(merah-coklat sampai ungu),asam askorbat(merah tua). Pemeriksaan golongan guanidin ( reaksi sakaguchi) Kedalam larutan 1 mg zat dalam 5 ml air ditambahkan 1 ml larutan NaOH 10% dan 1 ml larutan 1- naftol 0,05% dalam etanol.campuran didinginkan pada _+ 15 C lalu ditambahkan 3 tetes larutan natrium hipobromit (2g Na OH dalam 7,5 ml air +0,5 ml brom, ditambahkan air sampai 10 ml) terbentuk warna merah-ungu(streptomisin). Pemeriksaan turunan piridin a. Pada pemanasan 100 mg zat dengan 100 mg natrium karbonat kering tercium bau pridin hal ini terjadi pada sebagian besar turunan piridin. b. Sejumlah 5 mg zat dicampur atau digerus dengan 10 mg 1 klor-2,4-dintrobenzol lalu dilumerkan sebentar.Lumeran yang sudah dingin dilarutkan dalam 2 ml 0,5N K OH – etanol.terbentuk warna tua (nikotilnamida). 2. Pemeriksaan senyawa pereduksi Reaksi Fehling Ke dalam 1 ml campuran pereaksi Fehling II sama banyak ditambahkan 20 mg zat lalu dipanaskan 30 menit di penagas air.bila reduksi terbentuk endapan tembaga (I)oksida berwarna merah bata. Positif pada suhu kamar : asam askorbat. Positif pada pemanasan : isoniazida ,gula pereduksi,hidrokortisin,sorbitol yang sebelumnya dioksidasikan dengan KMNO4, sakarosa setelah dihidrolisis dengan asam. Pereaksi Fehling I : larutan CuSO4,5H2 O 7%. Pereaksi Fehling II: 35 g Kna-tartrat+ 10 g NaOH+air sampai 100 ml. Percobaan kaliumpermangat a. Dalam larutan netral atau asam Ke dalam larutan zat dalam air (bila perlu dalam aseton atau asam asetat) ditambahkan larutan KMnO 4 0,1% dalam air atau dalam aseton.warna semula yang hilang pada suhu kamar kemudiaan berubah menjadi coklat terjadi pada asam askorbat,isoniazida,olefin. Pada pemanasaan warna semula (warna KMnO4 )hilang ; terjadi pada asam sitrat,asam tartrat,asam oksalat,asam mandelat,asam salisilat( juga asam benzoat),gula pereduksi (sakarosa setelah dihidrolisa oleh asam),sorbitol. Apabila ada basa,percobaan harus dilakukan dalam suasana asam sulfat.
  • 24. Sebagian besar senyawa obat mengandung gugus amina alifatik aromatis yang dapat berupa amina primer, sekunder atau tersier. Gugus amina sekunder dan tersier dapat dihidrolisis menjadi amina primer. Salah satu sifat gugus amina aromatik primer atau gugus amina aromatik bebas adalah dapat bereaksi dengan Natrium Nitrit dalam suasana asam, membentuk garam diazonium. Selanjutnya garam diazonium ini dapat dikopel dengan suatu senyawa fenol atau senyawa amina membentuk suatu senyawa azo yang sangat berwarna. Salahn satu senyawa pengkopel adalah senyawa N – (1-naftil) etilendiamin, yaitu senyawa amina yang dikenal sebagai Bratton-Marshall. Reaksi diazotasi digabung dengan reaksi pengkopelan ini ternyata dapat digunakan sebagai dasar analisis kuantitatif senyawa yang mengandung gugus amina aromatic primer secara kolorimetri atau kromatografi lapis tipis. Kromatografi lapis tipis yang pada mulanya merupakan metode pemisahan, sekarang ini dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif ataupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan cara pengukuran noda dengan planimeter, spektrofotometri setelah noda dikerok dan dielusi, serta spektrofotodensitometri, yaitu pengukuran in situ noda. Reaksi spesifik yang baik : rekristalisasi Reaksi golongan : 1. Sifat khas senyawa nitrogen Nitrogen terdapat dalam bentuk nitrat dan nitrit sebagai senyawa nitro dalam ikatan dengan senyawa karbon sebagai amin primer,sekunder,atau tersier yang bersifat basa sebagi ammonium kuanterner golongan amin aromatik,asam amida netral,garam ion zwitter seperti asam amino dan dalam bentuk lain. Pemeriksaan nitrat Semua nitrat larut dalam air dengan menambahkan FeSO4 dan H2SO4 pekat terbentuk cincin berwarna coklat. Pemeriksaan senyawa nitro aromatik Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 3 ml etanol.sesudah pemberian 3 ml HCI encer, 4ml air dan 200 mg Zn campuran di penanganan air selama 10 menit. Lalu 2 ml filtratnya direaksikan dengan 2 tetes pereaksi Diazo I. selanjutnya larutan dituangkan ke dalam 2 ml pereaksi Diazo II terbentuk warna jingga atau endapan, misalnya pada niklosamida,nitrazepam,dan kloramfenikol. Pereaksi Diazo I : 10 g NaNO2 dalam 100 ml air suling. Pereaksi DiazoII: 0,25 g 2-naftol dalam 100ml 3N NaOH Pemeriksaan senyawa basa amin Dengan pereaksi Mayer senyawa basa amin membentuk endapan kekuning- kuningan.caranya kedalam larutan zat yang jernih yang bersifat asam lemah akibat
  • 25. penambahan asam sulfat ditambahkan beberapa tetes pereaksi.Reaksi tidak sama untuk semua senyawa basa amin. Morfin dan efedrin hanya memberikan sedikit endapan atau sama sekali tidak. Pereaksi Mayer :1,35 g HgCI2 dalam 100 ml larutan KJ 5% Pemeriksaan amin alfatik primer (reaksi Senfol) Larutan amin dalam etanol dituangi karbondisulfida sama banyak,dipanaskan sampai karbondisulfida yang berlebih menguap.Pada sisa larutan ditambahkan beberapa tetes larutan raksa (II)klorida 5% tercium bau khas “mustard” jika ada amin alfatik primer. Pereaksi amin aromtik primer (reaksi Diazo) Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 1 ml 3N HCL larutan direaksikan dengan 2 tetes pereaksi Diazo I kemudian dituangkan kedalam 2 ml pereaksi Diazo II terbentuk warna merah jingga atau endapan. Reaksi positif untuk benzokain,etrakridin,PAS,prokain dan sulfonamide. Pemeriksaan amin sekunder Zat dilarutkan dalam 2 ml 3N HCI didinginkan pada 5 ,kemudian direaksikan dengan 2 ml larutan NaNO2, 1% lima menit kemudian larutan diencerkan dengan 5 ml air dan dikocok dua kali, setiap kali dengan 5 ml eter. Larutan eter dicuci dan akhirnya diluapkan sampai kering.kepada sisa penguapan ditambahkan 50mg fenol,dipanaskan sebentar,didinginkan dan direaksikan dengan 1 ml H2SO4 : terbentuk warna biru-hijau pekat yang bila hasil reaksi dituangkan ke dalam air berubah menjadi merah. Jika dibasakan, warna hijau-biru semula timbul lagi (percobaan nitrosamin dan lieabermann). Pemeriksaan amin ailfatik primer dan amin aromatik (reaksi isonitril) Sedikit zat dilarutkan dalam etanol,direaksikan dengan beberapa tetes kloroform dan basa alkali dalam etanol,kemudian dipanaskan dengan api kecil.tercium bau khas isonitril. Pemeriksaan asam amino (reaksi Ninhidrin) Ke dalam 1 ml larutan zat yang netral ditambahkan 2 tetes larutan ninhidrin 1% dalam air, kemudian dipanaskan sampai mendidih.terbentuk warna kemerah-merahan,ungu,atau biru reaksi positif antar lain untuk efedrin( merah) tolbutamida (ungu) oksendrin(merah-coklat sampai ungu),asam askorbat(merah tua). Pemeriksaan golongan guanidin ( reaksi sakaguchi) Kedalam larutan 1 mg zat dalam 5 ml air ditambahkan 1 ml larutan NaOH 10% dan 1 ml larutan 1- naftol 0,05% dalam etanol.campuran didinginkan pada _+ 15 C lalu ditambahkan 3 tetes larutan natrium hipobromit (2g Na OH dalam 7,5 ml air +0,5 ml brom, ditambahkan air sampai 10 ml) terbentuk warna merah-ungu(streptomisin). Pemeriksaan turunan piridin
  • 26. c. Pada pemanasan 100 mg zat dengan 100 mg natrium karbonat kering tercium bau pridin hal ini terjadi pada sebagian besar turunan piridin. d. Sejumlah 5 mg zat dicampur atau digerus dengan 10 mg 1 klor-2,4-dintrobenzol lalu dilumerkan sebentar.Lumeran yang sudah dingin dilarutkan dalam 2 ml 0,5N K OH – etanol.terbentuk warna tua (nikotilnamida). 2. Pemeriksaan senyawa pereduksi Reaksi Fehling Ke dalam 1 ml campuran pereaksi Fehling II sama banyak ditambahkan 20 mg zat lalu dipanaskan 30 menit di penagas air.bila reduksi terbentuk endapan tembaga (I)oksida berwarna merah bata. Positif pada suhu kamar : asam askorbat. Positif pada pemanasan : isoniazida ,gula pereduksi,hidrokortisin,sorbitol yang sebelumnya dioksidasikan dengan KMNO4, sakarosa setelah dihidrolisis dengan asam. Pereaksi Fehling I : larutan CuSO4,5H2 O 7%. Pereaksi Fehling II: 35 g Kna-tartrat+ 10 g NaOH+air sampai 100 ml. Percobaan kaliumpermangat b. Dalam larutan netral atau asam Ke dalam larutan zat dalam air (bila perlu dalam aseton atau asam asetat) ditambahkan larutan KMnO 4 0,1% dalam air atau dalam aseton.warna semula yang hilang pada suhu kamar kemudiaan berubah menjadi coklat terjadi pada asam askorbat,isoniazida,olefin. Pada pemanasaan warna semula (warna KMnO4 )hilang ; terjadi pada asam sitrat,asam tartrat,asam oksalat,asam mandelat,asam salisilat( juga asam benzoat),gula pereduksi (sakarosa setelah dihidrolisa oleh asam),sorbitol. Apabila ada basa,percobaan harus dilakukan dalam suasana asam sulfat. c. Dalam larutan basa(percobaan bayer terhadap ikatan tak jenuh olefin) Tata kerja seperti pada butir a tetapi reaksi dilakukan setelah kedalam zat asal ditambahkan natrium karbonat.perlu pemeriksaan blanko(misalnya amitriptilin). Reaksi adisi dengan brom Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 2 ml asam asetat,lalu ditambahkan tetes demi tetes air brom (1,0 g Br2 atau 0,3 ml Br2/100 ml asam asetat).apabila ada ikatan tak jenuh,warna brom hilang.senyawa aromatik,seperti asam salisilat,mengganggu,karna terjadi subsitusi. 3.Pemeriksaan asam organik Sejumlah 100 mg zat dipanaskan dengan 6 tetes tioniklorida di penangas air sampai terbentuk gas yang baunya menusuk yang kemudian hilang,atau sampai ada sisa kering.kepadanya ditambahkan 1 ml larutan hidroksilamin HCl 7% dalam metanol yang mengandung timolftalein 0,02% kemudian campuran direaksikan dengan 2N K OH dalam metanol sampai terbentuk warna biru.akhirnya ditambahkan 5 tetes basa (berlebih). Campuran didihkan sebentar didinginkan,lalu direaksikan dengan 3 N HCI sampai warna biru hilang.setelah ditambahkan beberapa tetes larutan besi(III) klorida 10% dan HCI berlebih,terbentuk warna merah (kompleks besi-hidroksamat).
  • 27. 4. Pemeriksaan ester (reaksi asam hidroksamat) Sejumlah 50-100 mg zat direaksikan dengan 1 ml larutan hidroksilaminklorida 7% dalam metanol.kemudian dilakukan cara serupa seperti pada pemeriksaan asam organik di atas.asam amida dan asam anhidrida memberikan reaksi yang sama. 5. Pemeriksaan aldehida (reaksi schiff) Zat dilarutkan atau diusapkan dalam air,diasamkan dengan 3N HCI sampai pH mencapai kurang dari 3, lalu ditambahkan pereaksi schiff yang tak berwarna dengan volume sama banyak,setelah beberapa waktu terbentuk warna merah sampai ungu.reaksi blanko terhadap pereaksi perlu dilakukan. Pereaksi schiff : 100mg rosanilinklorida dilarutkan dalam 50 ml air dengan cara dipanaskan. Setelah ditambahkan 1,25g natrium sulfit dan 20 ml 6N HCI, diencerkan sampai 100 ml jika setelah didiamkan selama 12 jam warna belum hilang,larutan dikocok dengan 0,5 g karbon,lalu disaring pereaksi tahan selama 4 minggu. 6.Pemeriksaan hasil uraian formaldehida (reaksi asam kromotropat) Pemeriksaan hasil urai formaldehida dilakukan dengan menambahkan 10 mg zat ke dalam beberapa menit dengan hati-hati.terbentuk warna biru sampai ungu. Natrium noramidopirin metan sulfonat,metamizol,karbokromen,hodroklorotiazida dan asam etakrinat : ungu indometasin :merah-ungu Fenoksimetilpenisilin :biru Triheksifenidil : merah-coklat Etakridin laktat : merah Reaksi diganggu oleh zat yang mengarang. 7.Pemeriksaan gugus aktif metilen (-CH2-CO-) Ke dalam larutan zat dalam etanol ditambahkan beberapa butir kristal 1,3 dinitrobenzol dan beberapa tetes larutan basa akial 15%.terbentuk warna merah,misalnya pada diazepam,hidromorfin,hidrokodon,oksikodon. 8.Reaksi iodoform Sejumlah 10 mg zat dipanaskan 2 ml 3N NaOH dan beberapa tetes air iodium (1,0g I2,20 g KI,100 ml H2O). Bau iodium tercium jika ada aseton,etanol,isopropanol,asam laktat atau benzoakain (turunan etilster),dan warfarin. 9.Reaksi besi(III) klorida Sejumlah 5 mg zat dilarutkan dalam 1 ml air dinetralkan dengan NaHCO3 atau HCI, lalu direaksikan dengan 2 tetes larutan FeCI3 1% yang dibuat segar. Warna merah sampai ungu terbentuk jika ada asam hidroksi aromatik,fenol,enol,pirazolon,atau fenotiazin ,misalnya pada zat berikut ini : Asam asetilsalisilat: warna ungu baru terbentuk setelah campuran dimasak sebentar dan kemudian didinginkan. Asam askorbat :pada pH 8 Aminofenazon,fenazon Asam p-aminosalisilat Klorpromazin,prometazin Asam mefenamat Morfin:warna kebiru-biruan
  • 28. Nipagin:warna ungu baru terbentuk setelah campuran dimasak sebentar dan kemudian didinginkan Metamizol :biru-ungu lemah Piridoksin Tetrasiklin Rutodisa: warna hijau yang dengan NaOH berubah menjadi merah-coklat 10. Reaksi Millon Larutan zat dan pereaksi Millon dalam jumlah sama banyak dipanaskan bersama-sama warna merah terbentuk pada fenol,misalnya pada nipagin,simpatomimetika.pada metamizol sepintas lalu berwarna biru. Pereaksi Millon : sejumlah 10 g air raksa dilarutkan dengan pendingin dalam 10g asam nitrat berasap.larutan tersebut diencerkan dengan 20 g air dingin,lalu didiamkan.pada metamizol yang terbentuk dipisahkan dengan cara menungkan larutan (didekantasi). 11. Reaksi gabungan dengan asam sulfanilat terdiazotasi Sejumlah 10mg zat dilarutkan dalam 1 ml 3N NaOH tambahkan campuran segar yang terdiri atas larutan asam sulfat dan larutan NaNO2 10% sama banyak.warna merah terbentuk pada zat yang mudah digabungkan seperti fenol dan imidazol,misalnya : Tetrasiklin :merah tua Piridoksin:kuning-jingga yang menjadi merah dengan asam asetat Histidin,paracetamol : merah Teofilin : warna merah-ungu terbentuk setelah campuran dipanaskan dengan 3 N NaOH. Reaksi dengan pilokarpin :negatif! Larutan asam sukfanilat :sejumlah 0,5 g asam sulfanilat digerus halus dilarutkan dalam 70 ml air tanpa pemanasan.Larutan direaksikan dengan 6,0 ml 6N HCI,kemudiaan ditambahkan air sampai 100 ml. Volume teknik : Nitrimetri : Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan pada reaksi pembentukan garam diazonium. Pembentukan warna dari reaksi pembentukan garam azo antara nitrit dengan atom nitrogen pada gugus amina atau heteroatom atau heterosiklik. Garam diazonium itu terbentuk dari hasil reaksi antara senyawa yang mengandung gugus amin aromatis bebas, pada suhu di bawah 15°C dalam senyawa asam. Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang
  • 29. direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi (nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam. Titrasi diazotasi sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa antibiotik sulfonamida dan juga senyawa-senyawa anestesika lokal golongan asam amino benzoat Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium (Gandjar dan Rohman, 2007). Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa- senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatik) dengan natrium nitrit dalam suasana asam yang membentuk garam diazonium dan dikenal sebagai reaksi diazotasi. Untuk membuat suasana asam umumnya digunakan asam klorida. Titrasi diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan kadar- kadar senyawa antibiotik sulfonamide dan juga senyawa-senyawa anastetika lokal golongan asam amina benzoate. Metode titrasi diazotasi disebut juga nitrimetri, yaitu metode penetapan kadar secara kuatitatif dengan menggunakan larutan baku NaNO2 -. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam. Titik akhir titrasi diazotasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji iodide atau kertas kanji iodide akan terbentuk warna hijau tosca atau biru (Wunas, 1968). Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M) karena molaritasnya sama dengan normalitasnya (Gandjar dan Rohman, 2007). 2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi nitrimetri adalah : 1. Suhu Pada saat melakukan titrasi, suhu harus berada antara 5-15° C, walaupun sebenarnya pembentukan garam diazonium berlangsung pada suhu yang lebih rendah yaitu 0-5° C. Pada temperatur 5-15° C digunakan KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan pada suhu tinggi karena : HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol 2. Keasaman Titrasi ini berlangsung pada pH ± 2 hal ini dibutuhkan untuk : Mengubah NaNO2 menjadi HNO2 Pembentukan garam diazonium 3. Kecepatan Reaksi
  • 30. Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi sempurna maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan pengocokan yang kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1 ml/menit, lalu menjelang titik akhir menjadi 2 ml/menit. Karena asam nitrit terbentuk pada suasana asam, penambahan KBr pada titrasi nitrimetri diperlukan sebagai : 1. Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi, karena KBr dapat mengikat NO2 membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan reaksi tautomerasi dari bentuk keto dan langsung membentuk enol. 2. Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai atau menguap. 3 Prinsip Reaksi Nitrimetri Prinsip titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi, yaitu : 1. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatik primer (amin aromatik sekunder dan gugus nitro aromatik). Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatik primer adalah benzokain. Contoh zat yang memiliki gugus amin aromatis sekunder adalah parasetamol dan fenasetin. Contoh zat yang memiliki gugus nitroaromatik adalah kloramfenikol. 2. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder. Contoh zat yang mempunyai gugus amin alifatis adalah Na siklamat. 3. Pembentukan senyawa azo dari gugus hidrazida. Contoh zat yang memiliki gugus hidrazida adalah INH. 4. Pemasukkan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya titrasi dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam. Reaksi diazotasi tidak stabil dalam suhu kamar,karena garam diazonium yang terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15°C. Untuk mendapatkan suhu dibawah 15°C dapat dilakukan dengan merendam erlenmeyer yang berisi sampel dalam bejana berisi batu es. Jenis – jenis Reaksi Nitrimetri Jenis titrasi diazotasi cukup sederhana untuk dilakukan dan sangat berguna untuk analisis antibiotik sulfonamide dan anastetik lokal turunan asam benzoat. Titrasi dilakukan dengan menggunakan natrium nitrit yang diasamkan, menyebabkan fungsi amin aromatik primer diubah menjadi garam diazonium, seperti pada reaksi sulfasetamina dengan asam nitrit (Watson, 2010). Jenis – jenis reaksi nitrimetri meliputi: 1. Reaksi diazotasi antara sulfanilamide (mengandung gugus amin aromatis primer) dengan asam nitrit (Gandjar dan Rohman, 2007). Penjelasan dari reaksi diatas : a. Ketika campuran asam nitrat dan asam sulfat (bereaksi secara in situ) direaksikan dengan benzena, dalam perbandingan tertentu ion nitronium (NO2 -) yang merupakan spesies nukleofilik, adalah ion nitrit (NO2 -) yang terdapat pada asam nitrit, dengan bahwa sesama muatan sejenis tidak dapat bereaksi. b. Secara in situ, Sn dan HCl akan bereaksi membentuk SnCl2, yang berperan sebagai reduktor lemah dalam reaksinya dengan nitrobenzena sehingga anilin akan terbentuk. c. Secara in situ asam klorida akan bereaksi dengan natrium nitrit (NO2 -) untuk membentuk asam nitrit. Reaksi ini diperlukan karena asam nitrit tidak dapat dibuat secara langsung karena asam nitrit dengan mudah teroksidasi menjadi asam nitrat (HNO3 -) apabila tidak
  • 31. diisolasi dengan benar. Reaksi 3 inilah yang disebut reaksi diazotasi dengan benzena daiazonium sebagai produknya. d. Benzenadiazonium tidak stabil pada suhu panas sehingga reaksi diazotasidisarankan berlangsung pada suhu rendah (biasanya 0oC). Penambahan air disertai protonisasi sebagai pemacu reaksi akan mensubtitusi klorida yang terdapat dalam benzenadiazonium. Klorida memiliki nilai elektronegativitas yang besar sehingga sebanyak klorida (benzenadiazonium) tersebut tidak begitu stabil. Dengan adanya pemanasan hidroksi benzenadiazonium akan terurai dan tertata ulang membentuk fenol. 2. Reaksi diazotasi pada analisis suksinil sulfatiazol (Gandjar dan Rohman, 2007). Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti kloramfenikol (Gandjar dan Rohman, 2007). 3. Reaksi diazotasi pada analisis kloramfenikol (Gandjar dan Rohman, 2007). Kloranfenikol yang mempunyai gugus nitro atomatis direduksi terlebih dahulu dengan Zn/HCl untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk membentuk garam diazonium. Indikator Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan indikator luar, indikator dalam, dan secara potensiometri (Gandjar dan Rohman, 2007). 1. Indikator Luar Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodide menjadi iodium dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut: NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl KI + HCl KCl +HI 2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + 2 H2O I2 + kanji kanji iod (biru) Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan lautan yang dititrasi pada pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi (Gandjar dan Rohman, 2007): 4 KI + 4 HCl + O2 2H2O + 2 I2 + 4 KCl I2 + kanji kanji iod (biru) Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua menit (Gandjar dan Rohman, 2007). Dengan indikator luar, dengan pasta kanji-KI mempunyai kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut : Kelebihan : a. Untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas. Kekurangan :
  • 32. a. Cara kerja tidak praktis b. Terlalu sering menguap menyebabkan adanya kemungkinan zat terbuang. c. Titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 150 C d. Harus diketahui jumlah volume titran yang dibutuhkan. Bila tidak, titrasi akan berlangsung sangat lama yang berarti makin banyak larutan yang dititrasi hilang (karena digoreskan pada pasta kanji iodida untuk mengetahui titik akhir titrasi). 2. Indikator Dalam Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru. Tropoelin OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa yang dititrasi (Gandjar dan Rohman, 2007). Pada pemakaian Indikator dalam ini ternyata mempunyai kelebihan yaitu sebagai berikut : a. Cara kerja cepat dan praktis. b. Dapat dilakukan pada suhu kamar. Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki kekurangan. Pada indikator luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan, sebab kalau tidak tahu perkiraan jumlah titran yang dibutuhkan, maka akan sering melakukan pengujian apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di samping itu, kalau sering melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian titik akhir. Sementara itu pada pemakaian indikator dalam walaupun perlakuannya mudah tetapi sering kali untuk senyawa yang berbeda akan memberikan warna yang berbeda. Untuk mengatasi hal ini, maka akan digunakan metode pengamatan titik akhir secara potensiometri (Gandjar dan Rohman, 2007). 3. Secara Potensiometri Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah metode potensiometri dengan menggunakan electrode kolomelplatina yang dicelupkan ke dalam nitrat. Pada saat titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam nitrit), akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam sekitar +0,80 Volt sampai +0,90 Volt. Metode ini sangat cocok untuk sampel dalam bentuk sediaan sirup berwarna (Gandjar dan Rohman, 2007). 2.5 Aplikasi Analisis Nitrimetri / Diazotasi Dalam Analisis Obat dan Bahan Obat Beserta Beberapa Contohnya Dalam farmakope Indonesia Titrasi diazotasi digunakan untuk menetapkan kadar: benzokain primakuin fosfat dan sediaan tabletnya, prokain HCl, sulfasetamid, natrium sulfasetamid, sulfametazin, sulfadoksin, sulfametoksazol, tetrakain, dan tetrakain HCl (Gandjar, 2007). Tirtasi diazotasi dapat digunakan untuk : 1. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin aromatis primer bebas seperti selfamilamid. 2. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatic terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Reaksi yang terjadi pada analisis suksinil sulfatiazol.
  • 33. 3. Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis seperti kloramfenikol. Senyawa- senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan kadarnya secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer. Kloramfenikol yang mepunyai gugus nitro aromatis direduksi terlebih dahulu dengan Zn/HCI untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk membentuk garam diazonium. Penggunaan suatu zat warna azo sebagai indikator - metil jingga Senyawa Azo berisi sistem yang sangat terdelokalisasi elektron yang mengambil di kedua cincin benzena dan atom nitrogen dua menjembatani cincin. The delokalisasi juga dapat diperluas pada hal-hal yang melekat pada cincin benzena juga. Jika cahaya putih jatuh pada salah satu molekul, beberapa panjang gelombang yang diserap oleh elektron terdelokalisasi. Warna yang Anda lihat adalah hasil dari panjang gelombang non-diserap. Kelompok-kelompok yang memberikan kontribusi pada delokalisasi (dan sehingga untuk penyerapan cahaya) dikenal sebagai sebuah kromofor. Memodifikasi kelompok hadir dalam molekul dapat memiliki efek pada cahaya diserap, dan sebagainya pada warna yang Anda lihatAnda dapat mengambil keuntungan dari hal ini dalam indikator. Metil oranye adalah zat warna azo yang ada dalam dua bentuk tergantung pada pH: Zat Warna Azo Zat warna azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat dalam limbah tekstil, yaitu sekitar 60 % - 70 % Senyawa azo memiliki struktur umum R─N═N─R’, dengan R dan R’ adalah rantai organik yang sama atau berbeda. Senyawa ini memiliki gugus ─N═N─ yang dinamakan struktur azo. Nama azo berasal dari kata azote, merupakan penamaan untuk nitrogen bermula dari bahasa Yunani a (bukan) + zoe (hidup). Untuk membuat zat warna azo ini dibutuhkan zat antara yang direaksikan dengan ion diazonium (seperti pada Gambar 1). Garam azo berwarna / Nitrimetri : Pembentukan warna dari reaksi pembentukan garam azo antara nitrit dengan atom nitrogen pada gugus amina/heteroatom/heterosiklik. Senyawa azo dapat berupa senyawa aromatik atau alifatik. Senyawa azo aromatik bersifat stabil dan mempunyai warna menyala. Senyawa azo alifatik seperti dimetildiazin (Gambar 2) lebih tidak stabil. Dengan kenaikan suhu atau iradiasi, ikatan nitrogen dan karbon akan pecah secara simultan melepaskan gas nitrogen dan radikal. Dengan demikian, beberapa senyawa azo alifatik digunakan sebagai inisiator radikal. 1. Pentiter : nano2 2. Pembakuan pembakuan larutan baku NaNO2 oleh asam sulfanilat. 1. toimbang dengan seksama 100 mg asam oksalat. 2. Larutkan dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan aquadest 25 mL. 3. Tambahkan HCl 4N sebanyak 5 mL. 4. Tambahkan indicator campur tropeolin oo + metilen blue (5:3) 5. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambah KBr sebanyak 10 mg jika perlu.
  • 34. 6. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1N yang akan dibakukan kembali sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan. 7. hitung kadar NaNO2 0,1 N sebenarnya. 3.3.2. Penetapan kadar sample berberntuk larutan: 1. larutkan sample dalam labu ukur, dengan aquadest sampai tanda batas. 2. aduk larutan sample sampai larut sempurna. 3. pipet larutan sample dengan pipet ukur/volume pipet sebnyak 25 mL. 4. Tambahkan HCl 4N sebnyak 5 mL. 5. Tambahkan indicator campur Tropeolin oo + metilen blue (5:3) 6. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambahkan KBr 10 mg jika perlu. 7. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N yang akan dibakukan kembali sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan. 8. Hitung kadar % zat aktif dalam sample. 3. Reaksi  NaNO2 + HCI HNO2 = NaCI  H2O + HCI H3O + CI  HNO2 + H3O + Br N=O + 2H2O  Br 4. Perhitungan Soal : 20 tablet sulfametoksazol ditimbang seksama kemudian diserbuk. Diketahui berat total hasil timbangan adalah 12 gram. Sebanyak o,3 gram serbuk tersebut digunakan untuk penetapan kadar menggunakan titrasi nitrimetri dengan prosedur sbb : 0,3 gram serbuk ditambah 5 ml hcl encer dan 50 ml air. Didinginkan hingga suhu 15 derajat c kemudian dititrasi dengan nano2 0,05M hingga 1 tts larutan segera memberikan warna biru pada kertas kanji iodide. Untuk itu diperlukan 15 ml nano2 0,05 M. jika diktahui kandungan sulfametoksazol per tablet adAlah 400 mg, tentukan kadar sulfa tsb! (valensi 2, MR sulfa =253,28)  Bobot 1 tablet = 12 gram = 600 mg/tablet 20 tablet  Kadar teoritis sulfametoksazol = 300 mg x 400 mg 600 mg = 200 mg = 0,2 gram
  • 35.  N NaNO2 = Valensi x molaritas = 2 x 0,05 M = 0,1 N  (V1.N1) sulfa = (V2.N2) NaNO2 50 . N sulfa = 15 . 0,1 N sulfa = 0,03 N  N sulfa = Molaritas x Valensi N = gram x 1000 x valensi Mr V 0,03 = gram x 1000 x 2 253,28 50 Gram = 0,190 g  Kadar = 0,190 gram x 100% = 95% 0,200 gram 5. tat : biru kehijauan 6. prosedur dan pembahasan pembakuan larutan baku NaNO2 oleh asam sulfanilat. 1. toimbang dengan seksama 100 mg asam oksalat. 2. Larutkan dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan aquadest 25 mL. 3. Tambahkan HCl 4N sebanyak 5 mL. 4. Tambahkan indicator campur tropeolin oo + metilen blue (5:3) 5. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambah KBr sebanyak 10 mg jika perlu. 6. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1N yang akan dibakukan kembali sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan. 7. hitung kadar NaNO2 0,1 N sebenarnya. 3.3.2. Penetapan kadar sample berberntuk larutan: 1. larutkan sample dalam labu ukur, dengan aquadest sampai tanda batas.
  • 36. 2. aduk larutan sample sampai larut sempurna. 3. pipet larutan sample dengan pipet ukur/volume pipet sebnyak 25 mL. 4. Tambahkan HCl 4N sebnyak 5 mL. 5. Tambahkan indicator campur Tropeolin oo + metilen blue (5:3) 6. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambahkan KBr 10 mg jika perlu. 7. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N yang akan dibakukan kembali sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan. 8. Hitung kadar % zat aktif dalam sample. Pembahasan : Analisis Kualitatif Analisis kualitatif merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk mendeteksi suatu senyawa, unsur, ataupun zat lainnya dalam suatu larutan secara visual, baik dalam keadaan kering maupun basah. Parameter dalam analisis kualitatif adalah endapan, perubahan warna pada larutan, serta warna endapan yang terbentuk. Analisis reaksi-reaksi khusus senyawa C, H, O, N merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada senyawa C, H, O, N yang terdapat dalam sampel obat-obatan. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif. Dalam metode ini hanya dilakukan penentuan ada atau tidak adanya zat yang ingin diketahui di dalam sampel yang diteliti, dimana dalam metode ini lebih mementingkan proses dibandingkan hasil akhir, oleh karena itu urut- urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Percobaan pertama kami kami melarutkan parasetamol dalam 10 ml air yang kemudian ditambah 1 tetes FeCl3 sampai warna larutan berubah menjadi biru violet yang menandakan hasil positif. Parasetamol dicampurkan dengan air agar parasetamol bisa tercampur atau bisa larut. Besi ( III ) klorida ini akan mengikat 3 molekul parasetamol dan Fe3+ ini yang menjadi atom pusat. Fe ini yang akan sebagai akseptor atau penerima elektronnya sedangkan ligannya yang akan memberikan electron sehingga akan terjadi ikatan kovalen. FeCl3 merupakan senyawa kompleks yang mana senyawa kompleks ini mempunyai ciri yang khas yaitu umumnya berwarna tapi warna itu tergantung ligannya. Analisis Kuantitatif Reaksi diazotasi biasanya dilakukan pada senyawa yang memiliki gugus aromatis- bebas. Reaksi diazotasi didasarkan pada pebentukan garam-garam diazonium yang terbentuk dari reaksi asam nitrit dengan amin aromatik bebas. Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar parasetamol dengan menggunakan metode nitrimetri. Titran yang digunakan adalah NaNO2 0,1 N yang kemudian direaksikan dengan HCl sehingga membentuk asam nitrit (HNO2). Titrasi Hal ini karena garam diazonium tidak stabil dan jika suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium. Pada pecobaan ini, digunakan indikator luar yakni kertas kanji iodida. Pada kertas kanji iodida akan terjadi perubahan warna mendi biru karena iodida diubah menjadi iodium ketika bertemu dan kanji. HNO2 akan bereaksi dengan sampel dan akan
  • 37. membentuk garam diazonium, namun tidak semua HNO2 itu akan bereaksi dengan sampel. Ketika larutan digoreskan pada kertas, adanya kelebihan / sisa asam nitrit akan mengoksidasi iodida mejadi iodium dan dengan adanya amilum akan menghasilkan warna biru segera. Berikut reaksinya : 2HI + 2HNO2 → I2 + 2NO + 2H2O I2 + kanji → kanji iod (biru) Pada percobaan ini, digunakan sampel parasetamol Untuk sampel paracetamol, paracetamol 125 mg ditambahkan dengan H2SO4 10% sebagai bahan untuk menghidrolisa gugus amin sekunder menjadi gugus amin primer. Kemudian dipanaskan dan ditambahkan HCl encer. Untuk mempercepat reaksi, ditambahkan KBr lalu ditambahkan air. Setelah itu, Hal ini karena garam diazonium tidak stabil dan jika suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium. Selanjutnya dtirasi dengan NaNO2 0,1 N. titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji iodida. Kadar yang didapatkan adalah 60 %. Kadar ini tidak sesuai dengan pustaka (FI III) yakni tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh ketidaktelitian saat dilakukan nya titrasi (kesalahan Paradoksal) , karena titrasi ini menggunakan indikator luar, sehingga agak sulit untuk mengetahui kapan titrasi sudah mendekati, maupun sudah mencapai titik akhir. Faktor lain yang menyebabkan kesalahan dalam analisis parasetamol tsb adalah suhu yang tidak tepat dan tidak terjaga saat dilakukannya titrasi. Pembakuan larutan natrium nitrit terhadap asam sulfanilat Natrium nitrit (sebagai larutan sekunder) sebelum digunakan untuk penentuan kadar parasetamol, harus dilakukan pembakuan terlebih dahulu dengan asam sulfanilat (larutan primer). Percobaan ini dilakukan pada suhu kurang dari 15oC, hal ini dilakukan karena asam nitrit yang diperoleh dari reaksi natrium nitrit dengan asam klorida tidak stabil dan mudah terurai dalam suhu kamar. Selain itu, garam diazonium yang terbentuk pun tidak stabil. Ketidakstabilan ini dikarenakan garam diazonium yang terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15 oC. Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan panambahan garam kalium bromida. Indikator yang digunakan adalah jenis indikator dalam, yaitu indikator tropeolin OO dan metilen biru. Tropeolin OO merupakan indicator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau. Metilen blue harus di tambahkan karena titik akhir dari indikator Tropeolin OO ini transparan sehingga harus ditabahkan pengontras warna. Dalam nitrimetri, BE suatu senyawa sama dengan BM nya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dari hasil perhitungan, maka didapat konsentrasi NaNO2 adalah 0,0895
  • 38. IX. KESIMPULAN Analisis Kualitatif : Sampel merupakan positif parasetamol Analisis Kuantitatif : Kadar Sampel parasetamol yang didapat adalah 60% 4. Kromatografi Yang biasa digunakan adalah kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Sulfa ditentukan berdasarkan besarnya Rf yang terlihat dan dibandingkan dengan zat pembanding. Eluen yang biasa digunakan adalah :  Butanol – NH3  CHCl3 – Metanol  Butanol – HCl  Butanol – pyridin. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Gandjar, I. G. dan Abdul R. 2007. Kimia Farmasi Analisis. PustakaPelajar. Yogyakarta. Hamdani. 2013. Nitrimetri. Available online at http://catatankimia.com/catatan/nitrimetri.html Setyawati. H. Murwani. I.K. 2010. Sintesis Dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Besi(III)- EDTA. Prosiding Seminar Nasional Sains. Jurusan Kimia ITS. Surabaya. Zulfikar. 2010. Nitrimetri. Available online at http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia- kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-nitrimetri Read more: http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/laporan-praktikum-analisis- kadar.html#ixzz4RK76y6f9 perbedaan amin aromatic dan non aromatic ? cara pemutusan ikatan ?