Borrowing borrowing borrowing, why not (draf kasar)
1. www.futurumcorfinan.com
Page 1
Borrowing Borrowing Borrowing, Why NOT?
(DRAF KASAR)
Pendahuluan
Pertumbuhan kredit di Indonesia rata-rata 20% dalam ____ ini menunjukkan bahwa
perusahaan masih mengandalkan pinjaman dari bank dalam pembiayaan usaha yang
sedang berjalan maupun ekspansi usaha ke bidang yang sama atau ke bidang usaha yang
baru.
Artinya dalam pembiayaan usaha, perusahaan akan selalu dihadapkan pada pilihan untuk
menggabungkan pendanaan dari:
modal sendiri atau laba yang ditanamkan kembali ke dalam perusahaan (retained
earnings), dan
mengajukan proposal pinjaman ke bank atau lembaga keuangan lainnya.
Dalam dunia manajemen keuangan (corporate finance), dicakup dalam capital structure
atau struktur kapital.
Sukarnen
DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,
ATAU MENDISTRIBUSIKAN
SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN
INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS
DARI PENULIS
Untuk pertanyaan atau komentar bisa
diposting melalui website
www.futurumcorfinan.com
2. www.futurumcorfinan.com
Page 2
Sebagaimana banyak dijelaskan dalam buku-buku corporate finance, dalam lingkungan
pasar kapital yang sempurna (perfect capital market), struktur kapital tidak mempunyai
pengaruh kepada nilai suatu perusahaan. Artinya kehadiran pinjaman yang umum dikenal
sebagai “leverage” adalah murni merupakan pertukaran (trade-off) antara resiko dan imbal
hasil (risk-return trade off), dengan kata lain, struktur kapital (pilihan antara menggunakan
modal sendiri atau ekuitas dengan pilihan pinjaman) tidak mempunyai banyak signifikansi.
Nilai perusahaan akan seluruhnya tergantung hanya pada arus kas operasional di masa
depan yang diharapkan akan terealisasi dan biaya kapital (cost of capital) dari arus kas
operasional tersebut, dan bukan bagaimana arus kas tersebut akan didanai atau dibagi
antara pemegang saham dengan kreditur perusahaan (debtholder).
Tentunya pasar kapital sempurna tidak kita jumpai dalam pasar nyata, artinya dimana-mana
yang kita lihat adalah pasar kapital tidak sempurna (imperfect capital market).
Dalam dunia fisika, suatu pengungkit atau “lever” adalah alat yang digunakan untuk
menaikkan kekuatan dan sebagai “ongkosnya” adalah adanya gerakan yang lebih cepat.
Dalam bisnis, OPM = financial leverage, adalah alat yang digunakan untuk menaikkan
tingkat imbal hasil yang diharapkan dengan dan sebagai “ongkosnya” adalah adanya
kenaikan atau tingkat resiko yang lebih besar. Secara teknisnya, financial leverage
melibatkan melakukan substitusi atas ekuitas modal pemilik dengan pendanaan pinjaman
berbiaya tetap, dan adanya substitusi akan dengan demikian menaikkan biaya bunga tetap,
dan sebagai “ongkosnya’, variabilitas atau tingkat ketidak-stabilan tingkat imbal hasil kepada
pemilik menjadi naik pula.
Financial leverage adalah pedang bermata dua, menaikkan tingkat imbal kepada pemilik
plus juga menaikkan tingkat resikonya.
Pertanyaannya selalu pada umumnya ada 2 (dua) kategori:
Berapa banyak mesti meminjam
Namun menurut penulis, yang jauh lebih kritikal, adalah kapan tahu bahwa meminjam
lebih baik daripada menggunakan modal sendiri, dikenal sebagai OPM = Other
People’s Money.
3. www.futurumcorfinan.com
Page 3
Emery, Douglas R., John D. Finnerty dan John D. Stowe. Corporate Financial Management.
Edisi ketiga. New Jersey : Pearson International Edition. 2007. Halaman 450-453.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan suatu perusahaan atas struktur kapital adalah:
1. Kemampuan untuk melakukan pembayaran bunga dan pokok pinjaman
2. Kemampuan untuk memanfaatkan “tax shield” sepenuhnya
3. Kemampuan untuk aset mendukung pinjaman (perlindungan terhadap kondisi tidak
likuid)
4. Tingkat akses perusahaan ke pasar modal
5. Faktor-faktor dinamis dan manajemen hutang sepanjang waktu
Faktor yang pertama, tentunya kemampuan untuk membayar baik pembayaran beban
bunga maupun melunasi pokok pinjaman.
Berbeda dengan modal sendiri yang pada umumnya tidak memiliki komitmen atau janji
tertulis untuk perusahaan memberikan “bunga” dan mengembalikan modal awal yang
ditanamkan kedalam suatu perusahaan, maka pinjaman jelas berbeda, terutama pinjaman
yang diperoleh dari dunia perbankan.
[insert ketentuan Bank Indonesia terkait analisa kredit]
Di sini akan ada perjanjian akad kredit dimana tertuang komitmen perusahaan sebagai
debitur untuk melakukan pembayaran bunga setiap periode yang disepakati (umumnya
setiap bulan) dan pelunasan kembali pokok pinjaman, baik yang berbentuk skedul tetap
cicilan atau bertahap, atau pelunasan berbentuk balon (yaitu dilakukan pada akhir tanggal
jatuh tempo periode pinjaman). Mengingat perjanjian ini bersifat tertulis dan mengikat secara
kontrak, maka ketidakmampuan perusahaan sebagai debitur untuk memenuhi isi kontrak
tersebut, akan merupakan kejadian wan prestasi atau default, yang memungkinkan pihak
bank sebagai kreditur memiliki hak untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya, termasuk
melelang aset debitur yang dijadikan jaminan atas fasilitas pinjaman tersebut.
Mengingat bisnis adalah suatu usaha yang beresiko, dan produk atau jasa yang ditawarkan
oleh perusahaan memiliki siklus tertentu, serta kondisi internal dan eksternal perusahaan
mengalami perubahan, yang dapat saja ada pada titik nadir atau kondisi perekonomian dan
industri yang tidak kondusif, yang mengakibatkan arus kas pemasukan minim, perusahaan
selain membayar bunga, juga mesti pertama-tama mampu membeli bahan baku, membayar
pekerja, dan semua overhead produksi, serta distribusi produk, administrasi kantor untuk
4. www.futurumcorfinan.com
Page 4
menagih dan sebagainya. Komitmen-komitmen inilah yang perlu dipastikan oleh perusahaan
dapat dipenuhi.
Contoh pabrik kertas – membeli bahan kertas dari para pengumpul dalam bentuk uang
tunai; Tanpa ketersediaan uang tunai, maka proses produksi akan terganggu.
Artinya perusahaan sebelum setuju mengadakan komitmen memperoleh fasilitas kredit dari
bank, maka perusahaan mesti memastikan bahwa ia akan mampu memenuhi kewajiban
pembayaran bunga dan pokok pinjaman TEPAT WAKTU, terlepas apapun kondisi
perusahaan. Bahkan dalam kondisi pailit, perusahaan tetap akan terikat pemenuhan semua
kewajibannya kepada pihak bank.
Dapat dikatakan perusahaan yang menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memperoleh
pinjaman dari bank, akan menyisakan ruang bagi kapasitas hutangnya, artinya tidak akan ia
menghabiskan semua kapasitas hutangnya, akan terdapat margin of safety (unused debt
capacity) untuk mengendalikan resiko dari tekanan keuangan (financial distress).
Margin of Safety banyak dibicarakan dalam buku Graham, Benjamin dan David L. Dodd.
Security Analysis: Principles and Technique. Edisi kedua. New York: McGraw-Hill
Companies, Inc. 1934.
Untuk mengukur kapasitas debt-servicing, dapat digunakan beberapa cara, antara lain:
Interest coverage ratio = EBIT//biaya bunga
EBIT di sini = Earnings Before Interest and Tax
Ada beberapa komentar yang bisa dimasukkan di sini:
EBIT di sini, walaupun pada umumnya, analis akan mengacu ke EBIT dari laporan laba rugi
perusahaan, namun penulis lebih menganjurkan penggunaan EBIT berbasis arus kas,
karena EBIT diambil dari pendapatan, dan banyak pendapatan yang tidak ditagih sesuai
dengan periode pekerjaan, misalnya karena dokumen pekerjaan masih tidak lengkap,
padahal pekerjaan secara fisik sudah selesai.
Dan kemungkinan dokumen bolak-balik ada di departemen Operasi, dan belum masuk ke
Akunting untuk ditagihkan, dan dicatatkan ke pendapatan periode berjalan.
EBIT sudah memasukkan biaya penyusutan, jadi walaupun tidak uang kas yang keluar,
namun secara prinsip, perusahaan sudah harus mencadangkan uang sejumlah biaya
penyusutan guna penggantian aset tetap pada akhir masa manfaatnya. Inipun masih kurang
5. www.futurumcorfinan.com
Page 5
mengingat bahwa ada faktor inflasi dan kenaikan harga dan perubahan kurs valuta asing,
yang dapat mengakibatkan bahwa harga beli mesin baru lebih tinggi dari harga sebelumnya.
Di samping itu EBIT memiliki kelemahan signifikan menurut penulis sebagai interest
coverage ratio, karena EBIT tidak memperhitungkan perubahan kebutuhan modal kerja.
Modal kerja adalah unsur yang sangat kritikal bagi keberlangsungan perusahaan, hal ini
mesti dimasukkan dalam kalkulasi penentuan jumlah yang dapat digunakan untuk
membayar beban bunga.
Biaya bunga, umumnya akan diambil dari angka yang dilaporkan di laporan laba rugi
sebagai beban bunga. Menurut penulis, inipun juga tidak terlalu tepat, mengingat bahwa
perusahaan debitur ada kemungkinan memperoleh pendanaan leasing atau pembiayaan
konsumen untuk perolehan aset perusahaan. Pembiayaan ini kalau masuk dalam sewa
operasional, dimana seluruh jumlah cicilan bulanan dibukukan sebagai beban sewa, maka
biaya bunga di Laporan Laba Rugi menjadi kurang representatif menggambarkan seluruh
beban bunga perusahaan. Dalam beban sewa ini ada unsur beban bunga mengingat bahwa
pembayaran tersebut tertunda (deferred payment) artinya, perusahaan memperoleh
pembiayaan yang dicicil pembayarannya, sehingga pasti ada unsur bunga yang dimasukkan
dalam perhitungan jumlah cicilan periodic tersebut.
Di sini apabila tidak diketahui secara pasti unsur bunga yang ada dalam beban sewa
tersebut, dianjurkan untuk beban bunga = beban bunga yang dilaporkan debitur + 1/3 dari
beban sewa. 1/3 tampaknya merupakan suatu usaha untuk mendekati unsur bunga dalam
biaya sewa. Setiap rating company memiliki cara-cara-nya sendiri dalam memperhitungkan
unsur operating lease ini.
Berman, Mindy (Managing Director, Corporate Finance, Jones Lang LaSalle). Capitalization
of Operating Leases by Credit Rating Agencies: Different Agencies Use Different Methods.
Financial Watch ELT. Februari 2007.
Securities and Exchange Commission di Amerika Serikat menganjurkan penggunaan “fixed
charge coverage ratio” = EBIT + 1/3 Biaya Sewa / [Biaya bunga + 1/3 Biaya Sewa], namun
demikian, dimungkinkan saja digunakan seluruh “Biaya Sewa” untuk konservatifnya,
sehingga:
Fixed Charge Coverage Ratio = [EBIT + Biaya Sewa] / [Biaya Bunga + Biaya Sewa]
6. www.futurumcorfinan.com
Page 6
Dalam konteks pinjaman bank, pembayaran debitur ke bank tidak hanya bunga pinjaman,
tetapi juga pembayaran pokok pinjaman. Ini menjadi sangat relevan pada saat pembayaran
pokok pinjaman dilakukan secara cicilan atau secara bertahap.
Debt service coverage ratio = [EBIT + 1/3 Biaya Sewa] / [Biaya Bunga + 1/3 Biaya Sewa +
Pembayaran Pokok Pinjaman/ 1- Tarif Pajak Perusahaan]
Pembayaran Pokok Pinjaman perlu dibagi dengan (1- Tarif Pajak Perusahaan) karena
pembayaran pokok pinjaman tidak sama dengan pembayaran bunga dimana pembayaran
bunga dapat sebagai pengurang penghasilan sehingga akan mengurangi pajak penghasilan
perusahaan, namun pembayaran pokok pinjaman akan mengurangi langsung akun “Hutang
atau Pinjaman Bank” di Neraca sehingga tidak ada pengurangan beban pajak penghasilan.
Di sini, tampak bahwa pembayaran bunga dan biaya sewa adalah sebagai pengurang pajak,
karena penghasilan kena pajak akan lebih kecil, sedangkan pembayaran pokok pinjaman
diambil dari uang dana sesudah pajak.
Standard & Poor Corporate Ratings Criteria:
[insert]
~~~~~~ ####### ~~~~~~